KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, April 27, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 23 APRIL 2020





KITAB RUT
(Seri: 89)

Subtema: MASYHUR DAN MENJADI BERKAT

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena kasih karunia dan rahmat-Nya, kita boleh berada di tengah perhimpunan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang saya kasihi di dalam Kristus Yesus, yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Kiranya Tuhan memberkati kita semua.
Oleh sebab itu, dengan rendah hati, mari kita berdoa dan memohon supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga kehadiran kita, baik yang di pastori, maupun yang hadir di Serang Residence, maupun yang hadir di Perumnas Cilegon dan di BCA Cilegon, semuanya diberkati, dilanda oleh berkat yang melimpah, sehingga kita boleh mendapat pemeliharaan, perlindungan dan pembelaan, di mana hari-hari terakhir ini keadaan dunia sudah tidak menentu.

Wabah Corona (Covid-19) melanda seantero dunia ini, tetapi ibadah pelayanan -- di mana di tengah-tengahnya salib kita pikul -- itu yang menjadi suatu jaminan bagi kita semua. Jadi, ibadah yang kita kerjakan ini bukanlah suatu seremonial, tetapi betul-betul ibadah yang mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.
-       Masa sekarang; kita diberkati lahir batin. Apa yang kita makan, minum, pakai diberkati oleh Tuhan.
-       Masa yang akan datang; kita bahagia bersama dengan Dia, berada dalam kehidupan yang kekal.

Segera kita mengikuti Bible Study, pelajaran dari KITAB RUT -- saat ini kita sedang memperhatikan Rut 2 -- yang merupakan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Kalimat “sesudah itu”, artinya; sesudah Naomi menerima hasil tuaian yang dibawa oleh Rut dari ladang. Selanjutnya, berkatalah Naomi kepada Rut, menantunya itu.

Adapun perkataan Naomi kepada Rut dibagi dalam dua bagian, YANG PERTAMA: “Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati.
Singkatnya, dalam ucapannya, Naomi memberkati orang yang telah memberkati Rut, menantunya itu.

Contoh: Diberkati orang yang memberkati.
Kejadian 12:1-2
(12:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; (12:2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

Allah memanggil serta memberkati Abram.

Adapun berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT YANG PERTAMA:Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar
Menjadi bangsa yang besar, sama dengan; kuat. Kalau banyak dan besar, pasti kuat.

Adapun berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT YANG KEDUA:Aku akan memberkati engkau
Abram diberkati oleh Tuhan, sama dengan; limpah kasih karunia.

Adapun berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT YANG KETIGA: Aku akan membuat namamu masyhur”
Allah membuat nama Abram masyhur, berarti dikenal dan terkenal. Orang yang dikenal belum tentu terkenal, tetapi masyhur sama dengan dikenal dan terkenal.

Sebelum kita melihat berkat yang keempat, terlebih dahulu kita melihat dengan seksama tentang berkat yang ketiga yang diterima oleh Abraham, yaitu “MEMBUAT NAMANYA MENJADI MASYHUR.”

Kisah Para Rasul 19:13-14
(19:13) Juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: "Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus." (19:14) Mereka yang melakukan hal itu ialah tujuh orang anak dari seorang imam kepala Yahudi yang bernama Skewa.

Tujuh orang anak Skewa melayani dan berusaha untuk mengusir setan dari orang yang kerasukan setan, dengan mengatasnamakan Tuhan Yesus Kristus. Sebenarnya, profesi dari anak-anak Skewa ini adalah tukang jampi, tetapi mereka mencoba untuk mengusir Setan dengan mengatasnamakan Tuhan. Bukankah ini adalah hal yang lucu dan tidak masuk akal? Tetapi sesuatu yang tidak masuk akal di hari-hari ini banyak terjadi di dalam ibadah pelayanan di dalam sebuah penggembalaan di atas muka bumi ini. Sebenarnya, banyak hamba Tuhan sebagai tukang jampi/tukang sihir dan suka menghipnotis sidang jemaat dalam setiap ibadah pelayanan.
Tidak sedikit dan tidak jarang seorang hamba Tuhan menghipnotis sidang jemaat dengan kata-kata yang muluk-muluk, dengan mengatakan bahwa kebangkitan sedang berlangsung, sementara sidang jemaat masih hidup di dalam dosa dan kecemaran-kecemaran dunia… 2 Timotius 2:16-18.

Kisah Para Rasul 19:15
(19:15) Tetapi roh jahat itu menjawab: "Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?"

Selanjutnya, roh jahat itu menjawab tujuh orang anak Skewa: “Yesus aku kenal, dan Paulus aku ketahui, tetapi kamu, siapakah kamu?” Dari jawaban roh jahat ini, kita dapat mengetahui bahwa:
-       Yesus sangat terkenal atau masyhur.
-       Demikian pula dengan Rasul Paulus, ia dikenal dan masyhur.
-       Tetapi sebaliknya, anak-anak Skewa tidak dikenal dan tidak terkenal = tidak masyhur. Kalau hanya seorang tukang jampi, ia tidak masyhur di mata Tuhan -- roh jahat saja tidak mengenal, apalagi Tuhan --.

Kisah Para Rasul 19:16
(19:16) Dan orang yang dirasuk roh jahat itu menerpa mereka dan menggagahi mereka semua dan mengalahkannya, sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka.

Sesudah roh jahat itu mengatakan hal itu -- di ayat 15 --, orang-orang yang dirasuk roh jahat itu:
-       Menerpa mereka
-       Menggagahi mereka.
-       Mengalahkan mereka.
Sehingga anak-anak Skewa lari dari rumah orang yang dirasuk roh jahat itu dengan;
-       Telanjang = dipermalukan.
-       Luka-luka = menderita.
Inilah yang terjadi, kalau kita mencoba-coba mencuri kemuliaan Tuhan di tengah ibadah dan pelayanan; akan dipermalukan dan menderita.

Kisah Para Rasul 19:17
(19:17) Hal itu diketahui oleh seluruh penduduk Efesus, baik orang Yahudi maupun orang Yunani, maka ketakutanlah mereka semua dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.

Ternyata, peristiwa itu diketahui oleh:
1.     Penduduk Efesus.
2.     Orang Yahudi.
3.     Orang Yunani.
Sehingga penduduk Efesus, orang Yahudi maupun orang Yunani mengalami ketakutan yang amat sangat dan makin masyhurlah nama Tuhan Yesus.

Di tengah-tengah kita memikul salib, bahkan oleh salib kita dikenal dan terkenal, berarti nama Tuhan menjadi masyhur. Kalau nama Tuhan menjadi masyhur, maka orang-orang akan semakin mengalami ketakutan. Setelah kejadian wabah Corona (Covid-19) melanda dunia ini, orang-orang mengalami ketakutan, sehingga nama Tuhan menjadi masyhur.

Sekarang, timbul suatu pertanyaan; MENGAPA KEMASYHURAN DARI TUHAN YESUS HARUS DINYATAKAN?
Pertanyaan pertama: Mengapa kemasyhuran dari Tuhan Yesus harus dinyatakan kepada “PENDUDUK EFESUS” ?
Jawabnya akan kita temukan sesuai dengan apa yang ditulis oleh Rasul Yohanes tentang penglihatannya di pulau Patmos.

Wahyu 2:1-3
(2:1) "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. (2:2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (2:3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Di sini kita melihat, Yesus tampil sebagai; “Yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas”, untuk mengoreksi sidang jemaat di Efesus. Dan ternyata, jemaat di Efesus ini pada bagian luarnya tampak istimewa. Mengapa?
1.     Mereka giat bekerja dengan segala jerih payah.
2.     Tekun dan tidak mengenal lelah.
3.     Tidak sabar atau tidak kompromi terhadap orang jahat.
4.     Tidak kompromi terhadap pendusta-pendusta.
5.     Tetap sabar dan rela menderita demi nama Tuhan.
Sesuatu yang istimewa dan luar biasa tampak terlihat pada bagian luar dari sidang jemaat di Efesus. Kita tentu akan kagum melihat bagian luar dari sidang jemaat di Efesus ini.

Wahyu 2:4
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Namun pada akhirnya, Tuhan mencela mereka, karena ternyata hal-hal yang istimewa itu dikerjakan tanpa kasih mula-mula.

Jadi, ternyata, seorang pelayan Tuhan, hamba Tuhan pun bisa melayani dan mengerjakan hal-hal yang istimewa dan luar biasa tanpa kasih mula-mula. Berarti, yang menjadi motor penggeraknya di situ -- dalam melayani dan mengerjakan hal-hal yang istimewa -- bukan lagi kasih mula-mula, melainkan:
-       Kepentingan atau ambisi.
-       Mencari puji-pujian dan hormat.
-       Mencari nama supaya masyhur atau ketenaran bagi dirinya sendiri.
Hal ini tidak berkenan kepada Tuhan. Kalau melayani dengan motor penggeraknya tiga di hal di atas, Tuhan tidak suka.

Ternyata, seseorang bisa melakukan sesuatu yang istimewa dan luar biasa tanpa kasih mula-mula, di mana yang menjadi motor penggeraknya adalah ambisinya, kepentingan dirinya, hanya mencari puji-pujian dan hormat, serta mencari nama supaya masyhur, mencari ketenaran bagi dirinya sendiri, tidak lebih tidak kurang. Ironis sekali sebetulnya. Kalau motor penggeraknya hanya ambisi dan ketenaran, sungguh ironis sekali, sangat disayangkan sekali.

Bandingkan dengan pengakuan Rasul Paulus di hadapan sidang jemaat di Korintus.
1 Korintus 13:1-3
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Perhatikan dengan sungguh-sungguh, apakah kita beribadah dengan kasih atau tidak?

Kepada sidang jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengaku dengan gamblang:
1.     Sekalipun dapat “berkata-kata” dengan semua “bahasa manusia” dan “bahasa malaikat”, tetapi jika tidak mempunyai kasih; sama dengan “gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.”
2.     Sekalipun mempunyai “karunia”:
-       “Untuk bernubuat.”

-       “Mengetahui segala rahasia.”
-       “Memiliki seluruh pengetahuan.”
-       “Memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung atau mengadakan mujizat.”

Tetapi jika tidak mempunyai kasih; sama sekali tidak berguna.
3.     Sekalipun membagi-bagikan segala sesuatu, bahkan menyerahkan tubuh untuk dibakar, tetapi jika tidak mempunyai kasih; sedikit pun “tidak ada faedahnya.”

Sebab itu, saya mau bertanya kepada kita: Apa tujuan kita datang beribadah, dan berada di tengah ibadah pelayanan ini?
-       Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah ambisi?
-       Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah untuk mencari ketenaran?
-      Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah hanya karena ibadah Taurat, hanya karena suatu aturan?
-       Apakah yang menjadi motor penggeraknya adalah karena sudah disebut menjadi “anggota sidang jemaat”?
Kalau itu yang menjadi motor penggerak, dengan kata lain beribadah melayani tanpa kasih mula-mula, maka;
1.     Sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
2.     Tidak berfaedah.
3.     Tidak berguna.
Dengan lain kata; tidak ada artinya, semuanya menjadi suatu kesia-siaan. Alangkah ruginya jika kita menghabiskan tenaga, waktu, pikiran, uang, tetapi semua menjadi sia-sia. Alangkah malangnya kalau segala sesuatu yang kita kerjakan ini semuanya sia-sia. Biarlah kiranya lewat penyataan Tuhan malam ini, kita menjadi bijaksana.

-       Saya bisa saja berkotbah karena mempunyai pengetahuan tentang Kerajaan Sorga;
-   Dan mungkin, bisa saja hamba Tuhan yang lain mempunyai iman yang sempurna untuk mengadakan mujizat yang besar di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya;
-       Juga bisa saja, ada atau bahkan tidak sedikit hamba Tuhan berkorban, dan dalam pengorbanannya telah terjadi sesuatu yang istimewa dan luar biasa;
Tetapi apapun yang telah diperbuat oleh seorang hamba Tuhan, hasilnya tetap “NOL”, bila tanpa kasih.

Persamaan dari “NOL” adalah:
1.     “Bagaikan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.” Ini adalah alat musik yang tidak bisa mengikuti irama, tidak bisa mengikuti nada tinggi dan nada rendah, karena gong dan canang ini hanya bisa mengeluarkan satu suara, “gong, gong, gong”, “cing, cing, cing”, namun tidak bisa mengikuti irama, maksudnya; tidak bisa mengikuti tinggi rendahnya sebuah nada.
Irama tinggi rendahnya sebuah nada di tengah-tengah ibadah pelayanan, jelas itu menunjuk; pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
-       Kuasa kematian; mengubur hidup lama.

-       Kuasa kebangkitan; hidup dalam hidup yang baru, yang lama sudah berlalu.

Inilah irama dalam pengikutan kita di tengah-tengah ibadah pelayanan kepada Tuhan. Kalau tidak bisa mengikuti irama, berarti sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

2.     Tidak berguna.” Contoh tidak berguna adalah: sampah. Rasul Paulus jelas berkata: “Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Setelah Rasul Paulus memiliki Kristus, semua yang di belakang dianggapnya menjadi sampah dan kotoran = tidak berguna.

3.     Tidak berfaedah”. Contoh tidak berfaedah:
-       Tidak menjadi garam dunia. Kalau tidak menjadi garam dunia, berarti; tidak memberi rasa dalam perkataan dan perbuatan. Kehidupan yang seperti ini tidak ada faedahnya.

-       Tidak menjadi terang dunia yang bercahaya untuk menerangi kegelapan. Kehidupan yang seperti ini juga tidak berfaedah.

Sangat rugi dan malang sekali kalau kehidupan kita ini tidak berfaedah; tidak menjadi garam dan terang dunia. Kiranya kita semakin dewasa untuk mendengar apa yang sudah kita dengar di tengah pemberitaan firman Tuhan.

Sekalipun saya tidak bisa melihat saudara di tiap-tiap sektor, tetapi Tuhan sedang melihat hati kita masing-masing, Tuhan melihat pikiran kita masing-masing; apakah fokus atau justru pikiran terbagi dengan ngelantur?

Kita kembali memperhatikan Wahyu 2:5.
Wahyu 2:5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Melayani Tuhan tanpa kasih mula-mula adalah suatu kejatuhan yang sangat dalam. Berarti, melayani tanpa kasih mula-mula, itu bukan dosa biasa, bukan dosa kecil-kecilan, tetapi itu yang menenggelamkan seseorang sebab kejatuhannya sudah sangat dalam sekali.

Banyak anak Tuhan, banyak orang Kristen melayani tetapi tanpa kasih mula-mula, sebab yang menjadi motor penggeraknya dalam pelayanan hanyalah ambisinya, kepentingan, mencari ketenaran, ini adalah kejatuhan yang sangat dalam sekali. Tetapi banyak juga orang Kristen acuh tak acuh, tidak peduli tentang hal ini. Jangan sampai Tuhan mengacaukan hidup kita seperti Tuhan turun mengacaukan orang-orang yang membangun menara Babel. Kalau sudah kacau, tidak bisa berbuat apa-apa lagi, akibatnya; tercerai-berai. Tidak sedikit keluarga yang tercerai-berai; suami isteri pisah, anak dengan orang tua pisah. Hati-hati. Itu sebabnya Tuhan mencela sidang jemaat di Efesus sesuai dengan ayat 4.

Wahyu 2:4
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Melayani tanpa kasih mula-mula adalah suatu kejatuhan yang sangat dalam, itu bukan dosa biasa, sehingga Tuhan berkata: “ … Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Apa yang dimaksud dengan KASIH MULA-MULA? Sebenarnya, kasih mula-mula merupakan wujud dari korban Kristus di atas kayu salib, sebab pertama kali Allah menyatakan kasih-Nya atas manusia adalah di atas bukit Golgota.

Mari kita lihat PRAKTEK KASIH MULA-MULA.
Wahyu 2:5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Karena jemaat di Efesus ini telah meninggalkan kasih mula-mula dan itu merupakan suatu kejatuhan yang sangat dalam -- bukan suatu dosa biasa --, oleh sebab itu pada ayat 5 ini Tuhan berkata dan memberi nasihat yang indah kepada sidang jemaat di Efesus, yaitu: “Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan.” Berarti, praktek kasih mula-mula adalah bertobat.

Bertobat, artinya; beralih dari perbuatan-perbuatan yang jahat atau meninggalkan hidup yang lama, kembali kepada Tuhan. Tinggalkan kehidupan yang lama, jangan terlena dengan kehidupan yang lama untuk kembali kepada Tuhan.
Tanda kembali kepada Allah: Berkobar-kobar di dalam melayani pekerjaan Tuhan tanpa kenal lelah dan tanpa kepentingan diri.
Tujuannya: Menjadi terang dunia, dengan lain kata; menjadi “kaki dian emas.” Kaki dian emas, itu sama saja dengan Wahyu 4:5.

Wahyu 4:5
(4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

“… Keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu …”, ini menunjukkan bahwa; suatu daya dengan kuasa yang sangat besar sekali. Kemudian, ibadah dan pelayanan itu betul-betul berada di dalam terang-Nya Tuhan, sebab “ … tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah”, ini menunjukkan suatu kuasa yang sangat besar. Inilah ciri kalau kita melayani di hadapan takhta kasih karunia, yaitu ada di dalam terang, bagaikan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu, yang adalah ketujuh Roh Allah.

Wahyu 5:6B
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

“… Bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Biarlah kiranya kehidupan kita ini menjadi terang, menjadi mata Tuhan yang diutus di mana pun kita berada. Ketujuh Roh Allah menjadi mata Tuhan, berarti; menjadi terang dunia di mana pun kita diutus.

Bertobatlah, lakukan kembali apa yang pernah kita kerjakan di hadapan Tuhan, supaya kita menjadi kaki dian, kalau tidak, Tuhan akan mengambil kaki dian, sehingga berada dalam gelap. Jadilah tujuh mata Allah, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, menjadi terang dunia, di mana pun kita berada. Tuhan mengutus kita di bumi provinsi Banten, biarlah kiranya kita menjadi terang dunia.

Pertanyaan kedua: Mengapa kemasyhuran dari Tuhan Yesus harus dinyatakan kepada “ORANG YAHUDI” ?
Jawabnya kita perhatikan dalam 1 Korintus 1:22.
1 Korintus 1:22
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,

Orang-orang Yahudi menghendaki tanda di dalam hal pengikutan mereka kepada Tuhan.

Bagaimana dengan pengikutan kita kepada Tuhan; apakah juga semata-mata hanya untuk mencari (menghendaki) tanda-tanda heran atau mujizat-mujizat? Mari kita jawab sendiri di hadapan Tuhan, buktikan di hadapan Tuhan, di tengah-tengah ibadah pelayanan dalam kandang penggembalaan yang Tuhan percayakan ini.

Contoh: Dalam Injil Yohanes 6, orang-orang Yahudi berbondong-bondong mengikuti Tuhan Yesus Kristus karena:
-       Mujizat kesembuhan terhadap orang sakit … ayat 2.
-       Mujizat 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan … ayat 10-14.
Tetapi kenyataannya, ketika Yesus menjelaskan tentang pribadi-Nya sebagai Roti Hidup yang turun dari sorga -- pada ayat 54-58 --, di mana;
-       Tubuh-Nya benar-benar makanan.
-       Darah-Nya benar-benar minuman.
Setelah mendengarkan itu, orang-orang banyak, orang-orang Yahudi yang semula berbondong-bondong, mereka itu mengundurkan diri.

Yohanes 6:58,60
(6:58) Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan hidup selama-lamanya." (6:60) Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang berkata: "Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya?"

Yesus menjelaskan tentang pribadi-Nya sebagai Roti Hidup, roti yang turun dari sorga, dari Allah, di mana;
-       Tubuh-Nya adalah benar-benar makanan.
-       Darah-Nya adalah benar-benar minuman.
Tetapi sesudah Yesus menjelaskan akan hal itu, orang Yahudi yang berbondong-bondong itu berkata bahwa “pernyataan (perkataan) Tuhan Yesus itu keras.”

Yohanes 6:66
(6:66) Mulai dari waktu itu banyak murid-murid-Nya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia.

Dan akhirnya, sejak hari itu, orang-orang Yahudi yang berbondong-bondong mengikuti Tuhan mengundurkan diri.
“Mengundurkan diri”, menunjukkan bahwa mereka tersandung terhadap pemberitaan tentang salib Kristus.

Tidak sedikit orang Kristen tersandung terhadap pengajaran salib, tersinggung dan menyalahkan orang yang memberitakan salib Kristus. Diajar untuk memikul salib malah tersinggung.
Kita harus belajar jujur di mata Tuhan, jangan terbawa perasaan di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, supaya oleh salib itu kita menyatu, satu dengan yang lain menyatu, karena sudah terlebih dahulu menyatu dengan Tuhan. Janganlah kita memutar balik kebenaran seperti orang Yahudi.

Kita kembali membaca 1 Korintus 1:23.
1 Korintus 1:23
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Memberitakan Kristus yang salibkan, untuk orang Yahudi merupakan suatu batu sandungan.

Seperti yang tertulis pada Injil Yohanes 6, Setelah mendengarkan apa yang disampaikan oleh Yesus kepada orang Yahudi yang berbondong-bondong mengikuti Dia;
-       Mereka berkata Pengajaran Salib itu keras, pada ayat 60.
-       Dan selanjutnya, pada ayat 66; mereka semua mengundurkan diri.
Menunjukkan bahwa; mereka tersandung dengan Pengajaran Salib. Dan memang, memberitakan Kristus yang disalibkan, bagi orang Yahudi suatu batu sandungan.

Pendeknya, orang-orang Yahudi tersandung terhadap pemberitaan Kristus yang disalibkan, tersandung terhadap Pengajaran Salib. Itu sebabnya Tuhan menyatakan kemasyhuran-Nya terhadap orang-orang Yahudi, supaya akhirnya mereka takut akan Tuhan. Semakin nama Tuhan masyhur, orang-orang di bumi semakin takut akan Tuhan.
Lewat wabah Corona (Covid-19) ini, orang menjadi takut akan Tuhan. Dulu tidak mencari Tuhan, dulu tidak mencari perlindungan terhadap Tuhan, sekarang lewat wabah Corona (Covid-19) ini, banyak orang semakin takut akan Tuhan. Tetapi Tuhan jangan diperalat, artinya; saat butuh, banyak orang mencari Tuhan, tetapi tidak butuh, tidak mencari Tuhan, itu namanya memperalat Tuhan sesuka hati.
-       Saat Yesus mengadakan mujizat kesembuhan terhadap orang sakit, banyak orang berbondong-bondong mengikuti.
-       Serta saat Yesus mengadakan mujizat 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan terhadap 5000 (lima ribu) orang, banyak juga orang yang mengikuti.

TETAPI MANAKALA YESUS MENYATAKAN PRIBADI-NYA SEBAGAI ROTI HIDUP, ROTI YANG TURUN DARI SORGA, DARI ALLAH, BANYAK ORANG TIDAK KUAT, KARENA MEREKA MENGANGGAP PENGAJARAN SALIB ADALAH PENGAJARAN YANG SANGAT KERAS, DAN AKHIRNYA MEREKA MENGUNDURKAN DIRI, MENUNJUKKAN BAHWA MEREKA TERSANDUNG TERHADAP PENGAJARAN SALIB.
SAAT DIHIMPIT PERSOALAN, KITA MENANGIS DATANG KEPADA TUHAN, TETAPI SAAT MASALAH SELESAI, KITA LUPA TUHAN. BANYAK ORANG KRISTEN MEMPERALAT TUHAN SAJA. TUHAN ITU DIBUATNYA SEBAGAI BONEKA.

Ayo, biarlah kita semakin dewasa. Jangan kita peralat Tuhan. Jangan kita jadikan Tuhan sebagai boneka. Contohnya; Datang beribadah kalau diberkati, tetapi kalau tidak diberkati, tidak mau beribadah. Itu kan memperalat Tuhan namanya, sesuka hati saja, seenaknya dewek.

Kembali saya sampaikan: Pendeknya, orang-orang Yahudi tersandung terhadap pemberitaan Kristus yang disalibkan, tersandung terhadap Pengajaran Salib. Dan itu juga dituliskan oleh Rasul Petrus di dalam tulisannya, dalam 1 Petrus 2.

1 Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

Intinya: Orang-orang Yahudi -- atau tukang-tukang bangunan, itulah “ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua” -- tersandung dengan batu yang terpilih, batu penjuru yang mahal, yaitu pemberitaan Kristus yang disalibkan.

Kita bisa melihat perbuatan dari orang-orang Yahudi yang dinyatakan dalam ayat 7: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan …”, inilah perbuatan dari tukang-tukang bangunan, yaitu ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua, mereka tidak menghargai korban Kristus, tersandung dengan batu yang terpilih, tersandung dengan batu penjuru yang mahal, tersandung dengan pemberitaan Firman tentang Salib Kristus.

1 Petrus 2:8
(2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Orang-orang Yahudi tersandung terhadap Pengajaran Salib Kristus karena memang mereka tidak taat kepada Firman Allah.

Tidak sedikit imam-imam tersandung terhadap Pengajaran Salib, tersandung terhadap didikan salib dari seorang hamba Tuhan, karena memang ternyata mereka itu adalah orang-orang yang tidak mau taat kepada Firman, hanya taat kepada maunya sendiri, kehendak sendiri, keinginan daging sendiri, sehingga tersandung terhadap Pengajaran Salib, didikan salib. Tidak sedikit orang Kristen yang seperti ini.
Bagaimana dengan kita? Terkhusus malam ini, Tuhan sudah nyatakan kebenaran-Nya, apakah kita mau terima dan kita sikapi dengan seksama dan secara dewasa? Bersikaplah seperti laki-laki, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, kuat dan teguh hati.

1 Petrus 2:6-7
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan." (2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

Siapa yang percaya terhadap batu penjuru yang mahal, terhadap pemberitaan Firman tentang Salib Kristus, maka ia tidak akan dipermalukan. Kalau kita senantiasa setia menyangkal diri dan memikul salib di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, di tengah-tengah pengikutan kita di dalam hal mengiringi Tuhan, maka tidak akan dipermalukan Tuhan, sebab dibalik salib, Tuhan akan menyatakan kemuliaan-Nya, asal kita bertekun memikul salib-Nya.

Siapa yang percaya terhadap “batu penjuru yang mahal”, tidak akan dipermalukan, mengapa? Karena di dalam dirinya, “batu yang mahal” telah menjadi:
-       Batu penjuru” Artinya, menjadi dasar hidup atau landasan hidup yang kuat di dalam dirinya. Kalau kita jadikan korban Kristus sebagai landasan hidup, maka kita kuat, tetapi kalau kita jadikan keinginan daging menjadi landasan diri (hidup), kita tidak akan kuat, sama seperti rumah yang dibangun di atas dasar pasir.
Kuat = rumah yang dibangun di atas dasar batu, sebab batu, menunjuk; korban Kristus.
-       Batu sentuhan” Artinya, dapat menyentuh bagian hidup yang paling dalam, yaitu hal-hal yang tak dapat dipahami oleh siapa pun, itulah pikiran dan perasaan manusia. Tidak ada yang dapat mengerti selain Tuhan saja yang mengerti hati dan pikiran dan perasaan ini, asal kita betul-betul menyangkal diri dan memikul salib di dalam mengikuti Tuhan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan. Tuhan mengerti kehidupan kita yang paling dalam, Dia menyentuh perasaan yang paling dalam.

Sebaliknya, bagi orang-orang Yahudi, orang-orang yang tidak percaya, batu penjuru (korban Kristus) menjadi suatu batu sandungan.

Pertanyaan ketiga: Mengapa kemasyhuran dari Tuhan Yesus harus dinyatakan kepada “ORANG YUNANI” ?
Jawabnya kita perhatikan dalam 1 Korintus 1:22.
1 Korintus 1:22
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat,

Pengikutan dari orang-orang Yunani adalah hanya untuk mencari hikmat saja dari Tuhan, tidak lebih tidak kurang. Mencari hikmat, sama dengan; berusaha untuk memiliki pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang Kerajaan sorga.  Contohnya: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Matius 23:1-3
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2) "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tampil menjadi pemimpin dan mengajar orang banyak karena pengetahuan yang mereka miliki, mereka banyak memiliki pengetahuan tentang sorga. Tetapi ternyata, pengetahuan yang banyak yang mereka miliki itu tidak diimbangi dengan perbuatan yang baik dan benar. Pendeknya, hanya bisa mengajar tetapi tidak menjadi pelaku.

Jujur saja, saya takut menyampaikan hal ini, karena apabila saya hanya bisa mengajar oleh karena pengetahuan yang banyak tentang sorga yang saya miliki, tetapi tidak menjadi pelaku, itu tidak menjadi contoh, justru nanti menjadi sandungan, orang lain akan tersandung. Oleh sebab itu, mari kita saling mendoakan satu dengan yang lain.

Matius 23:4
(23:4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Mereka mengajar orang banyak tentang salib, tetapi mereka sendiri tidak mau memikul salib. Inilah yang terjadi, kalau beribadah melayani hanya untuk mencari hikmat, tetapi tidak mau memikul salib.

Matius 23:5-7
(23:5) Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; (23:6) mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; (23:7) mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

Akhirnya, di dalam pelayanan mereka hanya dimaksud untuk menerima puji-pujian dan hormat dari manusia. Inilah dampak yang terjadi kalau mempunyai pengetahuan yang banyak tentang sorga, tetapi tidak mau memikul salibnya.

Mengapa orang Yunani hanya mencari hikmat di dalam mengikuti Tuhan?
1 Korintus 1:23
(1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Ternyata, bagi orang-orang Yunani -- gambaran dari bangsa kafir --, pemberitaan Firman tentang Salib Kristus adalah suatu kebodohan bagi mereka.

Tidak sedikit orang-orang Kristen menganggap bahwa salib adalah suatu kebodohan, mengapa demikian? Karena pekerjaan, uang, kekayaan, harta, jabatan yang tinggi, dan perkara-perkara lainnya di dunia ini dianggap lebih utama dari pada sekedar memikul salib di tengah-tengah ibadah pelayanan. Pendeknya;
-       Ibadah tanpa bekerja adalah kebodohan bagi mereka.
-       Ibadah tanpa uang adalah kebodohan bagi mereka.
-       Ibadah tanpa kedudukan jabatan yang tinggi, bagi bangsa kafir itu adalah kebodohan.
Itu sebabnya, banyak orang Kristen menghina orang-orang yang senantiasa setia dan bertekun memikul salib di tengah ibadah pelayanan, mereka menganggap orang semacam ini adalah orang bodoh karena mengutamakan ibadah dan pelayanan dari pada perkara lahiriah (yang ada ini).

Bagaimana dengan kita yang sudah mengerti kebenaran firman? Apakah kita menganggap bahwa salib adalah kebodohan? Apakah lebih baik banyak tidur di rumah dan melakukan hal-hal yang lahiriah, memikul salib dianggap suatu kebodohan? Jangan kita sama seperti orang dunia yang menganggap bodoh salib karena iman mereka hanya kepada perkara lahiriah, di mana pekerjaan, uang, harta kekayaan, kedudukan, jabatan lebih utama bagi mereka.
Tetapi seharusnya, iman kita -- yang sudah didewasakan oleh Pengajaran Mempelai -- adalah kepada Yesus yang disalibkan, karena itu yang membenarkan kita, bukan hukum Taurat (perkara lahiriah) yang kita lakukan itu.

1 Korintus 1:20
(1:20) Di manakah orang yang berhikmat? Di manakah ahli Taurat? Di manakah pembantah dari dunia ini? Bukankah Allah telah membuat hikmat dunia ini menjadi kebodohan?

Kalau hanya memiliki pengertian tentang firman Tuhan, tetapi tidak mau memikul salib, disebutlah mereka itu “tukang pembantah”.

1 Korintus 1:24
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Sesungguhnya, bagi mereka yang dipanggil Tuhan, baik itu orang Yahudi, maupun orang Yunani, salib Kristus adalah:
1.     Kekuatan Allah.
2.     Hikmat Allah.

Kalau ada orang yang menganggap dirinya kuat, sebetulnya dia adalah orang yang lemah. Tetapi kalau kita menganggap diri lemah dan senantiasa memikul salib, itu adalah orang yang kuat di hadapan Tuhan.
Kalau ada orang yang menganggap dirinya memiliki hikmat dan memiliki pengetahuan, tetapi dia tidak mau memikul salib, sebetulnya dia adalah orang yang paling bodoh di hadapan Tuhan. Karena hikmat dapat membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang benar, yang suci, mana yang tidak benar, yang tak suci. Kalau hanya mempunyai ilmu pengetahuan dan memperoleh pengetahuan di dalam suatu bidang perkara lahiriah tentang dunia ini, tetapi tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik, itu adalah orang yang bodoh.
Bagi setiap orang (kafir dan Israel), sesungguhnya salib Kristus adalah “kekuatan Allah” dan “hikmat Allah.”
Jadi, ternyata, tidak rugi jika kita memikul salib Kristus. Tidak ada ruginya, sebaliknya untunglah kita jika memikul salib.

1 Korintus 1:25
(1:25) Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

Yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari manusia, sebaliknya yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia.

1 Korintus 1:26-27
(1:26) Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. (1:27) Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat,

Ingat: Tuhan hanya memakai orang yang bodoh dari dunia dan memakai orang yang lemah dari dunia.
-       Kalau seseorang menganggap dirinya pandai, Tuhan tidak akan pakai.
-       Kalau seseorang menganggap dirinya kuat, Tuhan tidak akan pakai.
Jadi, yang dipakai oleh Tuhan adalah orang yang merasa diri lemah dan orang yang merasa diri bodoh karena salib. Tujuannya:
-       Untuk memalukan hikmat.
-       Untuk memalukan apa yang kuat dari dunia.
Memang, kita mau menjadi bodoh karena salib, mau menjadi lemah karena salib, tetapi;
-       Apa yang lemah dipanggil Tuhan untuk memalukan apa yang kuat dari dunia.
-       Apa yang dianggap bodoh dari dunia dipanggil untuk mempermalukan hikmat dunia.
Supaya dengan demikian, nama Tuhan semakin masyhur baik kepada orang Yahudi maupun terhadap orang Yunani.

1 Korintus 1:28
(1:28) dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti,

Selanjutnya, perhatikan:
-       Apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah.
-       Apa yang tidak berarti, dipilih Allah, untuk meniadakan apa yang berarti.

Ayat ini memberi suatu peluang emas, kesempatan emas bagi kita yang merasa diri tidak mempunyai hikmat, bagi kita yang tidak mempunyai apa-apa, bagi kita yang dianggap tidak berarti oleh dunia. Jadi, ayat ini adalah suatu peluang emas bagi orang yang tidak berarti bagi dunia, peluang emas bagi orang yang hina bagi dunia, supaya kita menjadi berarti dan mulia karena salib Kristus. Jangan lewatkan kesempatan ini.

Kita sadar, kita dipanggil tidak banyak sebagai orang yang bijaksana, kita dipanggil dari latar belakang yang bodoh, hina karena dosa, oleh sebab itu, manfaatkan kesempatan yang Tuhan berikan ini. Kesempatan emas merupakan kasih dan kemurahan dari Tuhan yang harus kita gunakan dengan baik, mengingat kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, mengingat waktu yang tersisa tinggal sedikit lagi.

Sidang jemaat baik yang di sektor Serang, di Perumnas Cilegon, juga di BCA Cilegon, perhatikan baik-baik firman Tuhan, gunakan kesempatan ini sebagai peluang emas. Tidak banyak di antara kita yang dipanggil Tuhan sebagai orang bijaksana, sebagai orang yang mulia, tetapi justru sebaliknya hina karena banyaknya dosa kejahatan dan kenajisan, oleh sebab itu, manfaatkan peluang ini dengan baik.
Dan saya juga berdoa kepada para pemirsa, anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan; tidak banyak di antara kita yang dipanggil Tuhan sebagai orang bijaksana, sebagai orang yang mulia, justru sebaliknya hina karena banyaknya dosa, karena banyaknya kejahatan, pelanggaran, kenajisan, oleh sebab itu, manfaatkanlah peluang emas ini. Jangan sia-siakan lagi, manfaatkan kesempatan emas dengan baik, sebab tanda kesudahan dari segala sesuatunya sudah dekat. 

Kita kembali membaca Kejadian 12:2.
Kejadian 12:2
(12:2) Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat.

Adapun berkat-berkat yang akan diterima oleh Abram, ada empat hal, yaitu:
BERKAT YANG KEEMPAT:Aku akan membuat engkau menjadi berkat
Abram menjadi berkat, berarti; menjadi saluran berkat Tuhan.
Singkatnya, pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan harus menjadi saluran berkat, baik dalam perkataan maupun dalam perbuatan-Nya. Jadi, perkataan dan perbuatan sekecil apa pun dapat membangun orang lain, memberkati orang lain. Upayakanlah itu, jangan hanya untuk mencari kesenangan sendiri. Jadi, hamba Tuhan, pelayan Tuhan dipanggil untuk menjadi saluran berkat. Ingat akan hal itu, supaya kita semakin berkenan apabila kita hidup dan bertekun di dalamnya di hadapan Tuhan.

Kejadian 12:3-4
(12:3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat." (12:4) Lalu pergilah Abram seperti yang difirmankan TUHAN kepadanya, dan Lot pun ikut bersama-sama dengan dia; Abram berumur tujuh puluh lima tahun, ketika ia berangkat dari Haran.

Selanjutnya, Tuhan akan memberkati orang-orang yang memberkati Abram. Hal ini akan terjadi dari pihak Tuhan, di mana Tuhan akan menepati janji berkat-Nya.
Sedangkan dari pihak Abraham; ia harus menghargai panggilan = berpadanan dengan panggilan. Ayo, belajar untuk berpadanan dengan panggilan. Kita dipanggil untuk beribadah dan melayani sesuai karunia-karunia, jabatan-jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan. Suatu beban yang ditaruh oleh Tuhan di pundak kita, biarlah kita pikul dengan sungguh-sungguh di hadapan Tuhan = berpadanan dengan panggilan.

Hal yang senada yang akan kita alami, dengan catatan; mau menghargai panggilan-Nya. Pendeknya, pemeliharaan dan pembelaan Tuhan, serta berkat-berkat Tuhan nyata:
-       Bagi hamba-hamba Tuhan yang mau menghargai panggilan-Nya.
-       Bagi anak-anak Tuhan atau umat Tuhan yang mau menghargai ibadah dan pelayanan.
Itu akan terjadi, karena Tuhan tidak akan membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain, Tuhan itu adalah Allah yang adil.

Kejadian 12:3
(12:3) Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat."

Perhatikan kalimat: “ … Olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Biarlah kiranya hal ini nyata dalam kehidupan kita masing-masing. Oleh karena pribadi kita, adik dan kakak kita, mereka diberkati; oleh karena keberadaan kita, orang tua, anak diberkati, saudara, kerabat, handai tolan, rekan-rekan kerja, teman-teman, tetangga, semua diberkati; kalau kita mau menghargai panggilan Tuhan. Dan orang yang semacam ini tidak akan pernah menjadi egois, tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, senantiasa memandang kemuliaan Tuhan.

Kisah Para Rasul 7:1-4
(7:1) Kata Imam Besar: "Benarkah demikian?" (7:2) Jawab Stefanus: "Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, dengarkanlah! Allah yang Mahamulia telah menampakkan diri-Nya kepada bapa leluhur kita Abraham, ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, (7:3) dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. (7:4) Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang;

Hai saudara-saudara dan bapa-bapa, ibu-ibu, adik-adik, kakak-kakak, kerabat, handai tolan, teman, tetangga, panggilan ini bukan hanya tertuju kepada satu golongan atau hanya kepada bangsa Yahudi, tetapi juga kepada orang Yunani, gambaran dari bangsa kafir.

Di sini kita melihat; dalam pembelaannya kepada orang banyak, Stefanus menceritakan tentang panggilan Abram kepada orang banyak. “ … Ketika ia masih di Mesopotamia, sebelum ia menetap di Haran, dan berfirman kepadanya: Keluarlah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan pergilah ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu. Maka keluarlah ia dari negeri orang Kasdim, lalu menetap di Haran. Dan setelah ayahnya meninggal, Allah menyuruh dia pindah dari situ ke tanah ini, tempat kamu diam sekarang.
Kehidupan yang mau berpadanan dengan panggilan atau menghargai panggilan Tuhan, keluarlah dari negerimu. Jangan bertahan dengan zona kenyamananmu, yakni; kejahatan dan kenajisan, kebencian, dusta dan lain sebagainya, keluarlah dari situ. Atau mungkin, jika zona kenyamananmu dahulu adalah mengikuti hawa nafsu keinginan daging yang jahat, termasuk malas, hanya memuaskan hawa nafsumu, tidur dan tidur saja, keluarlah dari situ. Itulah orang yang mau menghargai panggilan; keluar dari kemalasan, keluar dari keinginan dagingmu, tinggalkan sesuatu yang tidak baik yang memahitkan hati Tuhan. Sesalilah itu sekarang juga dengan hati yang hancur. Keluar dari situ, supaya betul-betul kita menjadi berkat bagi kaum di mana pun kita berada.

Inilah kesaksian Stefanus, tetapi orang Yahudi tersandung, akhirnya mereka melempari (merajami) Stefanus sampai mati, yang dimotori oleh Rasul Paulus sendiri -- sebelum Rasul Paulus terpanggil, berpadanan dengan panggilan --.
Perhatikanlah firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Dewasa dan bijaksanalah dalam menyikapi apa yang sudah kita terima dari sorga.
Tidak banyak dari antara kita yang dipanggil sebagai orang bijaksana, sebagai orang yang mempunyai pengetahuan, sebagai seorang cedekiawan seperti Saulus. Dan belajarlah menetap di tanah Kanaan rohani. Kita dipanggil untuk berada di tanah Kanaan rohani; beribadah dan melayani, dan memikul salib di tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.

Tandanya; dipercaya untuk memikul salib, tanggung jawab di tengah-tengah ibadah pelayanan, supaya kita menjadi berkat bagi kaum kita sendiri, di mana pun kita berada.

Kisah Para Rasul 7:5
(7:5) dan di situ Allah tidak memberikan milik pusaka kepadanya, bahkan setapak tanah pun tidak, tetapi Ia berjanji akan memberikan tanah itu kepadanya menjadi kepunyaannya dan kepunyaan keturunannya, walaupun pada waktu itu ia tidak mempunyai anak.

Ibadah dan pelayanan ini adalah milik pusaka yang diwariskan Tuhan kepada kita. Jangan jual milik pusakamu apapun harganya, pertahankan saja. Ibadah pelayanan ini adalah milik pusaka yang Tuhan percayakan, inilah Kanaan rohani.

Berkaitan dengan itu, kita perhatikan Ibrani 11.
Ibrani 11:8
(11:8) Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju.

Singkatnya, Abraham taat kepada panggilannya. Mari kita taat, setia, dengar-dengaran di dalam hal memikul salib di hadapan Tuhan, taatlah terhadap panggilan.

“ … Lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tuju”, menunjukkan bahwa Abraham taat, setia, dengar-dengaran terhadap panggilan. Walaupun kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, biarlah kita tetap taat, setia, dengar-dengaran terhadap panggilan, sebab iman itu;
-       Percaya walaupun tidak melihat.
-       Bukti dari segala sesuatu yang kita harapkan.

Ibrani 11:9
(11:9) Karena iman ia diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu.

Karena iman, Abraham diam di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing.
Tetapi karena panggilan, kita diasingkan dari dunia ini, baik perkataan, baik perbuatan, sikap, tingkah laku, segala sesuatu tidak menjadi sama dengan dunia ini. Tetapi karena panggilan, kita diasingkan dari dunia ini.

Tanda bahwa kita diasingkan dari dunia ini adalah kita tinggal di kemah, tinggal di rumah Tuhan. Lebih baik satu hari di rumah Tuhan, di pelataran Bait Suci Allah, dari pada beribu-ribu hari di tempat yang lain, inilah pengakuan sekaligus pengalaman dari pada Daud, yang juga menjadi kesaksian bagi kita sampai malam ini.

Ibrani 11:10
(11:10) Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.

Tujuan dari panggilan adalah “menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah”, jelas ini adalah kerajaan kekal yang tidak tergoyahkan lagi, tidak terbantahkan. Semua kerajaan dan pemerintahan di bumi ini akan berlalu, tetapi kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah, itu adalah kerajaan yang kekal, yang tak terbantahkan. Itu adalah tujuan panggilan kita.

Ibrani 12:28
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Kalau memang kita menanti-nantikan kerajaan yang tak tergoncangkan itu, ayo, buktikan dengan dua cara:
1.     Mengucap syukur” Kegunaan dari mengucap syukur adalah tidak emosi, tidak jengkel hati, bahkan tidak sombong, tidak angkuh, dalam keadaan susah dan senang, dalam keadaan diberkati maupun dalam keadaan jauh dari berkat-berkat.
2.     Beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut” Biarlah kita beribadah kepada Tuhan menurut cara yang berkenan kepada Tuhan, bukan dengan cara-cara manusiawi, dan itu kita kerjakan dengan hormat dan takut kepada Tuhan. Takut akan Tuhan benci dosa kejahatan, kenajisan, keangkuhan, itulah ibadah yang berkenan kepada Tuhan.

Galatia 3:8
(3:8) Dan Kitab Suci, yang sebelumnya mengetahui, bahwa Allah membenarkan orang-orang bukan Yahudi oleh karena iman, telah terlebih dahulu memberitakan Injil kepada Abraham: "Olehmu segala bangsa akan diberkati."

Singkatnya: Oleh Abraham, segala bangsa diberkati. Oleh iman Abraham, kita dibenarkan dan diselamatkan, bangsa kafir dibenarkan oleh iman Abraham, segala bangsa diberkati.

Galatia 3:9
(3:9) Jadi mereka yang hidup dari iman, merekalah yang diberkati bersama-sama dengan Abraham yang beriman itu.

Baik bangsa Yahudi, baik bangsa kafir, kalau kita hidup dengan iman, maka kitalah yang diberkati. Jadi, sudah sangat jelas: diberkatilah orang yang memberkati Abraham.

Rut tentunya harus mengucap syukur kepada Tuhan, karena ternyata dalam ucapan Naomi, ia telah memberkati Boas yang sudah memberikan tuaian itu dari ladang kepada Rut menantunya. Jadi, berbahagialah seorang anak kalau ibunya diberkati Tuhan dengan pembukaan firman Tuhan. Doakan, supaya Tuhan terus bukakan rahasia firman bagi kita semua.

Jadi, sudah terbukti; diberkatilah orang yang memberkati.
-       Naomi diberkati. Berbahagialah anak, apabila ibunya diberkati.
-       Oleh iman Abraham, bangsa kafir diberkati.
Singkatnya, “OLEHMU SEGALA BANGSA AKAN DIBERKATI.”

Ayo, keluarlah dari zona kenyamanan, sebagai tanda bahwa kita mau menghargai panggilan Tuhan.
Tujuan menghargai panggilan Tuhan: Supaya kaum kita dilepaskan, yakni; keluarga, kerabat, saudara, adik kakak, orang tua. Keluar dari zona kenyamanan; kekerasan hati, kenajisan, minta ampunlah kepada Tuhan.
Diberkatilah orang yang memberkati. Jelas, Naomi adalah ibu yang diberkati. Berbahagialah seorang anak jikalau ibunya diberkati lahir batin, sebab ia bisa mempengaruhi anak-anaknya untuk memberi contoh teladan untuk memberi hormat kepada Kristus sebagai kepala, Dia suami, Dia Bapa kita.
-       Siapa yang merasa diri kuat, dia lemah tidak ada apa-apanya.
-       Siapa merasa diri pandai, dia adalah orang yang paling bodoh.
Mulai malam ini, belajar menjadi bijaksana dan dewasa. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment