KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, November 8, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 03 NOVEMBER 2020


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 03 NOVEMBER 2020
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 120)
 
Subtema: DIDIKAN SALIB ADALAH DASAR PENYEMBAHAN (KEKEKALAN)
 
Shalom.
Biarlah segala puji hormat, kekayaan, kemuliaan, pengagungan hanya bagi Dia yang duduk di atas takhta-Nya.
Kita bersyukur kepada TUHAN, karena TUHAN masih memberi kesempatan kepada kita untuk berada di bawah kaki salib TUHAN; tersungkur di hadapan TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel, Allah Yang Berkuasa, TUHAN dan Juruselamat yang berdaulat atas kehidupan kita masing-masing.
 
Segera kita kembali memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.”
Di sini kita melihat: Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima dengan lapang hati, disertai dengan kerendahan hati kita masing-masing, meskipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya.
 
Kemudian, seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, yakni:

1.      Ayat 25-27Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya. Hal yang pertama ini telah disampaikan.

2.      Ayat 28-29, Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.

 
Pendeknya: Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri; sebab, siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri, mengapa demikian? Jawabnya kita temukan dalam ayat 31.
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging oleh karena salib di Golgota.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, jelas hal ini berbicara tentang; salib di Golgota.
 
Sebagaimana Yesus, Anak Allah, Ia telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
-    Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-    Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga.
-    Ia telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Seperti yang tertulis di dalam Filipi 2:5-8, dari sorga turun ke bumi dan menjadi manusia; dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia merendahkan diri-Nya serendah-rendahnya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib, supaya tubuh dengan kepala menyatu, suami dengan isteri menyatu. Di dalam kesatuan itu, suami merasakan apa yang dirasakan oleh isteri; sebaliknya, di dalam kesatuan itu, kita saling merasakan.
 
BUKTI seorang suami mengasihi isterinya.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Di sini dikatakan: “Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya”.
 
Lebih rinci kita akan melihat tentang MENGASUH dan MERAWATI.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, sama seperti seorang ibu kepada anaknya..
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin rumah TUHAN. Adapun tugas dari gembala sidang adalah:
1. Mengasuh kerohanian dari sidang jemaat.
2. Merawati kerohanian dari sidang jemaat.
 
Sejauh ini TUHAN telah mengasuh dan merawati hidup rohani kita semua, sebab Ia adalah …
-          Gembala Agung yang memelihara hidup kita.
-          Imam Besar Agung yang melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa kita.
-          Serta Kepala Gereja sebagai Pembela, sekaligus Penyelamat tubuh.
 
1 Tesalonika 2:8
(2:8) Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
 
Oleh karena kasih sayang yang besar di dalam hal mengasihi sidang jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus; 
1.       Rela membagi Injil Allah.
2.       Rela membagi hidupnya sendiri.
Dengan demikian, Rasul Paulus telah menunjukkan suatu tanggung jawab yang besar di hadapan TUHAN atas sidang jemaat di Tesalonika. Oleh sebab itu, sedapat mungkin, mari kita belajar untuk menunjukkan suatu tanggung jawab di hadapan TUHAN, sama seperti pribadi Rasul Paulus.
 
Doa dan harapan saya; kiranya dua perkara tersebut -- yaitu tentang “rela membagi Injil Allah” dan “rela membagi hidupnya sendiri” -- sudah diteguhkan di dalam hati kita, dan menjadi berkat yang besar dan heran, sebab Firman Allah yang telah disampaikan itu tidak akan kembali dengan sia-sia.
 
Tiba saatnya bagi kita untuk memperhatikan inti dari pemberitaan Firman TUHAN, di mana seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya sama seperti mengasihi dirinya sendiri, yakni seorang suami harus mengasuh dan merawat tubuhnya sendiri.
 
Tentang: MENGASUH.
Hal ini kita kaitkan langsung di dalam Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:20-21
(7:20) Pada waktu itulah Musa lahir dan ia elok di mata Allah. Tiga bulan lamanya ia diasuh di rumah ayahnya. (7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Singkatnya: Musa diasuh oleh puteri Firaun seperti anaknya sendiri.
 
Sampai sejauh ini TUHAN telah mengasuh kehidupan kita masing-masing; oleh sebab itu, kita patut bersyukur karena itu merupakan kemurahan hati TUHAN bagi kita semua.
 
TANDA KEHIDUPAN YANG DIASUH.
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.

Tanda kehidupan yang diasuh ialah menerima didikan langsung dari TUHAN, sebagaimana Musa dididik oleh puteri Firaun dalam segala hikmat orang Mesir.
 
Langsung kita hubungkan 1 Korintus 11.
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Seseorang tidak akan mendapat didikan yang baik, didikan yang benar, didikan yang suci, didikan yang sempurna dengan cara-cara atau pun metode-metode manusiawi. Sebaliknya, didikan yang baik, didikan yang suci dan sempurna hanya datang dari TUHAN.
 
Sebagaimana pada ayat 32 dikatakan: “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik
Hukuman dari TUHAN = teguran dan hajaran TUHAN, jelas itu menunjuk; sengsara salib. Itu adalah didikan dari sorga, dari Allah.
 
Kalau didikan yang dari manusia dengan cara-cara manusia duniawi, sekalipun dia menggunakan metode ini itu, namun itu bukanlah merupakan didikan yang sempurna untuk mendatangkan keselamatan. Tetapi didikan yang mendatangkan keselamatan adalah didikan yang datang dari sengsara salib, supaya kita tidak dihukum dan binasa.
 
Maka, apabila ibadah dan pelayanan kita ini dihubungkan langsung dengan sengsara salib = mendapat didikan dari TUHAN.
Siapa yang merindu untuk mendapat didikan dari TUHAN? Biarlah kiranya ibadah ini dihubungkan langsung dengan sengsara salib. Jangan hindari ibadah yang disertai dengan salib. Sekali lagi; jangan hindari. Tetapi supaya kita mendapat didikan langsung dari Allah, didikan langsung dari sorga, maka ibadah ini harus dihubungkan langsung dengan sengsara salib.
 
Sebaliknya, jika suatu ibadah dan pelayanan tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib, maka sama dengan; tidak mengenal didikan dari sorga, dari Allah, dan tidak mendapat didikan yang benar dan yang sempurna dari TUHAN.
Sebetulnya, suatu kemurahan bagi kita kalau ibadah dihubungkan langsung dengan sengsara salib. Jadi, sebetulnya, anak-anak TUHAN, gereja TUHAN akan mengalami suatu kerugian yang besar kalau di tengah ibadah dan pelayanannya tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib, sebab dia tidak akan pernah mengenal didikan dari Allah, tidak pernah mengenal didikan dari sorga, dari TUHAN Yesus Kristus.
Bijaksanalah di tengah dan ibadah pelayanan; bijaksanalah dalam menjalankan ibadah dan pelayanan di bumi ini.
 
Sekali lagi sama sampaikan: Suatu ibadah dan pelayanan, jika tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib, sama artinya; tidak mengenal didikan yang benar, yang suci, dan yang sempurna dari TUHAN = tidak mendapat didikan yang benar, yang suci dan yang sempurna dari TUHAN.
 
Sebagaimana kita bisa temukan langsung dari tulisan Yesaya yang pertama kali; di mana keluhan TUHAN dituliskan oleh nabi Yesaya, pada Yesaya 1, dengan perikop: “Pengaduan tentang bangsa yang tidak setia itu”.
Yesaya 1:2
(1:2) Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: "Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.
 
Penglihatan Yesaya tentang Yehuda dan Yerusalem, yakni; TUHAN yang membesarkan Yehuda dan Yerusalem, serta mengasuhnya, tetapi sayangnya, mereka memberontak terhadap TUHAN.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Yehuda dan Yerusalem diasuh oleh TUHAN, tetapi sayangnya, mereka memberontak terhadap TUHAN. Inilah suatu potret atau gambaran manakala ibadah dan pelayanan tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib; suka memberontak.
Pendeknya: Tidak mengenal didikan TUHAN, akhirnya memberontak kepada TUHAN. Inilah suatu ibadah yang tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib.
 
-          Yehuda, itu berbicara tentang; raja-raja.
-          Yerusalem, itu berbicara tentang; imam-imam.
Berarti, imam-imam dan raja-raja di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib. Sekalipun diasuh oleh TUHAN dan TUHAN besarkan mereka sebagai anak-anak-Nya, tetapi justru anehnya, mereka memberontak kepada TUHAN, karena ibadah pelayanan mereka tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib.
 
Siapa yang masih memberontak di sini; walaupun tidak dengan kata-kata, tetapi hati ngedumel? Biarlah kita jujur di hadapan TUHAN, supaya kita menjadi anak TUHAN, sebab kalau tidak jujur, berarti pendusta, anak Setan. Oleh sebab itu, lebih baik kita jujur di hadapan TUHAN dari pada menjadi anak Setan.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan dan ingatkan kepada kita semua: Ibadah itu harus dihubungkan langsung dengan sengsara salib.
 
Lihat, Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku. Inilah penglihatan Yesaya, lalu dituliskan pada ayat 2 ini.
TUHAN membesarkan Yehuda dan Yerusalem, serta mengasuhnya, tetapi sayangnya, mereka memberontak terhadap TUHAN. Inilah suatu potret atau gambaran manakala ibadah dan pelayanan tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib. Pendeknya: Tidak mengenal didikan TUHAN, akhirnya memberontak kepada TUHAN.
Kalau tidak mengenal didikan TUHAN, tidak mendapat didikan dari TUHAN, maka orang semacam ini suka memberontak. Berbeda dengan orang mendapat didikan langsung dari TUHAN, ia tidak suka memberontak, karena ia terdidik oleh didikan dari TUHAN.
 
Biarlah kita memperhatikan pemberitaan firman ini dengan sungguh-sungguh supaya firman yang kita terima menjadi suatu berkat yang besar, penuh dengan kuasa untuk membentuk, sampai membawa kehidupan kita di dalam penyembahan sebentar.
 
Yesaya 1:3
(1:3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya."
 
Bukti tidak mengenal didikan TUHAN, yang dikaitkan dengan 2 (dua) jenis binatang.
1.      Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak.
2.      Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat TUHAN tidak memahaminya.
 
Selanjutnya, kita akan melihat 2 (dua) jenis binatang tersebut untuk kita boleh memahami lebih dalam tentang didikan Allah, didikan dari Sorga.
 
Yang Pertama: LEMBU MENGENAL PEMILIKNYA.
Lembu mengenal pemiliknya, itu menunjuk hamba TUHAN dalam tanda taat, setia, dengar-dengaran.
Biarlah kita memiliki roh dengan hamba yang taat, setia, dengar-dengaran, supaya digambarkan seperti “lembu mengenal pemiliknya”.
 
Mari kita perhatikan “lembu mengenal pemiliknya” yang benar-benar mengenal pemiliknya di dalam 1 Korintus 9.
1 Korintus 9:9-12
(9:9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!" Lembukah yang Allah perhatikan? (9:10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (9:11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (9:12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus.
 
Perhatikan kalimat: "Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!"
Dalam hal ini, Allah tidak sedang memperhatikan lembu, melainkan memperhatikan seorang hamba TUHAN dalam tanda tiga kata, yakni taat, setia, dengar-dengaran, seperti Rasul Paulus di tengah-tengah ibadah pelayanannya di hadapan TUHAN, dia seorang hamba TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran kepada tuannya. TUHAN Yesus Kristus adalah Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN.
Demikianlah Rasul Paulus bagaikan “lembu mengenal pemiliknya”, sebab di dalam pelayanannya, dia adalah seorang hamba yang taat, setia, dengar-dengaran.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Allah tidak sedang memperhatikan lembu, melainkan memperhatikan seorang hamba TUHAN dalam tanda taat, setia, dengar-dengaran, seperti Rasul Paulus di tengah-tengah ibadah pelayanannya di hadapan TUHAN.
Adapun pelayanan dari Rasul Paulus, yakni memberitakan Injil Allah disertai dengan pengorbanan yang besar. Tujuannya ialah supaya Injil yang ia beritakan diterima oleh orang banyak, baik bangsa Yahudi, maupun bangsa-bangsa yang bukan Yahudi.
Jelas Rasul Paulus bagaikan “lembu mengenal pemiliknya”; melayani TUHAN dalam pengorbanan, dialah hamba TUHAN yang taat setia dengar-dengaran. Apa buktinya? Rasul Paulus melayani TUHAN, terkhusus di dalam pemberitaan Injil, disertai dengan pengorbanan; justru dengan pengorbanan itulah ia diterima di dalam hal memberitakan Injil. Inilah lembu yang mengenal pemiliknya, mengenal tuannya.
 
Memang, hamba TUHAN, hamba kebenaran harus dengar-dengaran. Sekali lagi saya sampaikan: Kalau melayani TUHAN, harus dengar-dengaran. Kalau memang rindu dipakai TUHAN untuk melayani TUHAN; harus dengar-dengaran. Dengar-dengaran itu dengan menggunakan sepasang (dua) telinga, bukan menggunakan satu mulut.
 
Itulah hamba yang mengenal tuannya; rela mengorbankan diri, supaya di tengah pemberitaan Injil itu, ia diterima oleh semua bangsa-bangsa. Jadi, di sini bukan berbicara soal “lembu”, tetapi seorang hamba TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran kepada tuannya.
 
Lebih jauh kita melihat tentang “lembu mengenal pemiliknya”.
2 Korintus 54:18-20
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.
 
Sebagai hamba TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran, TUHAN telah mempercayakan pelayanan pendamaian -- atau dipercayakan berita pendamaian -- kepada Rasul Paulus.
 
Ketika Yesus telah mengerjakan penebusan dan pendamaian terhadap dosa di atas kayu salib, berarti berita yang disampaikan oleh seorang hamba TUHAN, sentralnya adalah sengsara salib, bukan berita tentang berkat-berkat jasmani, bukan berita tentang dunia dengan segala perkara-perkara yang ada di dalamnya -- misalnya; soal apa yang akan dimakan, diminum, dipakai --, kemudian bukan berita tentang harta, kekayaan, uang yang banyak, bisnis, atau gelar yang tinggi, bukan berita semacam ini yang disampaikan oleh seorang hamba TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran kepada tuannya.
Tetapi berita pendamaian, berarti berita yang sentralnya adalah salib, karena Yesus telah mengerjakan penebusan dosa dan pendamaian dosa di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun di bukit Golgota.
 
Jadi, dipercayakan berita pendamaian, berarti; sentral dari pemberitaan Injil adalah berita salib, bukan berita yang lain-lain, isi pokok berita bukan soal berkat-berkat jasmani atau mujizat jasmani, bukan soal berita perkara-perkara lahiriah, perkara duniawi, bukan soal makan minum pakaian, bukan soal harta kekayaan, uang yang banyak, gelar tinggi, dan lain sebagainya, bukan.
Sentral dari berita pendamaian adalah salib, karena di situlah Yesus mengerjakan penebusan dan pendamaian. Itulah lembu yang dikorbankan, itu pekerjaan pendamaian; lembu yang dikorbankan. Hamba TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran, dalam pemberitaan Injil berita pokoknya adalah salib, tidak yang lain-lain.
TUHAN mau luruskan kehidupan kita yang berliku-liku ini, supaya kehidupan kita lurus tidak berliku-liku. Kehidupan berliku-liku, bagaikan ular, harus diluruskan dengan sepotong kayu, yang ditusukkan dari mulut sampai ekor, supaya kehidupan kita ini lurus.
 
2 Korintus 54:21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Jikalau berita pendamaian itu dipercayakan kepada seorang hamba TUHAN, maka ia harus rela menjadi korban, itulah yang disebut korban pendamaian.
Untuk memperdamaikan dosa manusia kepada Allah, maka hamba TUHAN rela menjadi korban. Kalau tidak ada korban, maka berita pendamaian tidak berarti. Jadi, harus ada yang korban;

-          Sebagaimana Yesus mengerjakan pendamaian di atas kayu salib, di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu, Dia rela jadi korban.

-          Demikian juga Rasul Paulus; dia adalah hamba TUHAN yang taat, setia, dengar-dengaran, kepadanya dipercayakan berita pendamaian. Jadi, di dalam hal pelayanan berita pendamaian itu, dia rela menjadi korban. 

Tidak mungkin manusia berdamai dengan Allah kalau tidak ada korban (kalau tidak ada yang dikorbankan).
 
Dari hamba TUHAN (gembala sidang) sampai kepada seluruh sidang jemaat, biarlah kiranya kita benar-benar menunjukkan jati diri kita sebagai hamba kebenaran; menjadi korban pendamaian, membawa berita pendamaian di mana pun berada, baik dalam setiap perkataan yang terlontar dari mulut, baik dalam setiap perbuatan, sikap, tingkah laku, gerak-gerik sekecil apapun, supaya di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan.
Perhatikan baik-baik ya: TUHAN mengenal siapa yang menjadi milik kepunyaan-Nya. Mengapa? Karena TUHAN yang menyelidiki hati manusia. Sebaliknya, lembu juga mengenal pemiliknya.
 
Lebih jauh kita perhatikan 1 Petrus 2:18-20 dengan perikop: “Penderitaan Kristus sebagai Teladan”. Biarlah kita meneladani penderitaan Kristus, mengapa? Mari kita baca ayat 18-20.
1 Petrus 2:18-20
(2:18) Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis. (2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah.
 
Ketundukan seorang hamba kepada tuannya akan dilanjutkan sampai kepada penyembelihan terhadap lembu itu sendiri. Inilah gambaran atau potret dari “lembu mengenal pemiliknya”.
 
Saya juga berharap kepada sidang jemaat yang di Malaysia, di Bandung, di Jakarta, di Sumatera, maupun yang terus tergembala walaupun tidak ada komunikasi secara personal kepada saya, perhatikan sungguh-sungguh: Biarlah kiranya kita digambarkan seperti “lembu mengenal pemiliknya”. Ketundukan seorang hamba lanjut sampai kepada penyembelihan; menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah penyembelihan.
 
Yang Kedua: KELEDAI MENGENAL PALUNGAN.
Palungan adalah tempat makan dan minum bagi ternak atau hewan peliharaan.
Jadi, Keledai mengenal palungan, artinya; kehidupan yang mengenal salib.
 
Yohanes 6:51,55
(6:51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia." (6:55) Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman.

Yesus adalah roti hidup; Yesus adalah roti yang telah turun dari sorga, dari Bapa.
Apa buktinya? Yesus telah menyerahkan segenap hidup-Nya untuk dipecah-pecahkan di atas kayu salib. Ia telah memecah-mecahkan seluruh hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga dengan demikian;

-          Tubuh Yesus adalah benar-benar makanan = makanan sesungguhnya, karena memberi hidup. Manusia hidup bukan dari roti, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah.

-          Darah Yesus adalah benar-benar minuman = minuman sesungguhnya, karena berkuasa tebus dosa manusia.

Jadi, palungan itu gambaran dari salib.
 
Palungan inilah tempat makanan minuman dari hewan atau ternak peliharaan. Yesus roti hidup, Yesus roti yang turun dari sorga, dari Allah, apa buktinya? Ia telah menyerahkan segenap hidup-Nya, Ia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga;
-          Tubuh-Nya benar-benar makanan.
-          Darah-Nya benar-benar minuman.
Tidak perlu ragu; inilah gambaran dari “keledai mengenal palungannya”. Biarlah kehidupan kita digambarkan seperti keledai yang betul-betul mengenal palungannya.
 
Kalau kita melihat dan memperhatikan berita firman ini; ibadah ini betul-betul terhubung langsung dengan salib. Jadi, bukan karena dikarang-karang oleh seorang hamba TUHAN, atau dibuat-buat, dihubung-hubungkan, dikait-kaitkan, tidak. Memang, betul-betul, ibadah itu dihubungkan langsung dengan salib, baik dari sisi apa saja selalu terkait dengan salib. Dan kita memang harus mengenal palungan, kita harus mengenal salib.
Hai, yang mata duitan, kenalilah salib. Jangan turuti keinginan di mata, tetapi pandanglah salib, kenali salib.
 
Yohanes 3:14
(3:14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan,
 
Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikianlah kehidupan kita senantiasa meninggikan korban Kristus.
 
Kalau berbicara “Anak Manusia”, itu berbicara tentang pribadi Yesus yang disalibkan. Jadi, sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikianlah kehidupan kita senantiasa meninggikan korban Kristus, lebih dari pada yang lain-lain.
Musa ini adalah seorang pribadi yang lemah lembut dan rendah hati; tidak ada yang melebihi kerendahan hati dari pada Musa. Dan Tuhan berbicara kepada Musa berhadap-hadapan secara langsung, tidak dalam bentuk teka-teki. Mengapa demikian? Karena Musa meninggikan korban Kristus.
 
Orang yang meninggikan korban Kristus, betul-betul bertanggung jawab. Setelah melihat tulah itu, di mana bangsa Israel bersungut-sungut, sehingga mereka dipagut ular tedung, pada saat itulah Musa meninggikan ular tembaga. Setiap kali bangsa Israel melihat ular tembaga yang ditinggikan oleh Musa itu, maka mereka luput, selamat dari pada penghukuman ular tedung.  Jadi, orang yang meninggikan korban Kristus betul-betul memperhatikan nasib sesamanya, mengerti orang lain.
Kerendahan hatinya, kelemahlembutan dari pada Musa bukan untuk kepentingan diri supaya mendapat puji-pujian, tetapi nyata bahwa ia meninggikan korban Kristus. Apa buktinya? Musa sangat memperhatikan nasib sesamanya, dia sangat mengerti apa yang dirasakan oleh sesamanya, dia bukan pribadi yang egois. Bagaimana dengan kita, keluarga Allah, sidang jemaat GPT “BETANIA”?
 
Yohanes 8:28
(8:28) Maka kata Yesus: "Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku.

Apabila kita meninggikan korban Kristus di bumi ini, maka kita akan mengenal Allah Bapa = keledai mengenal palungannya.
Kalau betul-betul di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita, atau sidang jemaat sungguh-sungguh di dalam pengikutannya kepada TUHAN, maka dia pasti tinggikan korban Kristus lebih dari yang ada, lebih dari pekerjaan, lebih dari uang, lebih dari kedudukan, lebih dari pada jabatan, lebih dari pada yang lain-lain yang ada di dunia ini. Dan kalau Anak Manusia, korban Kristus ditinggikan dalam hidupnya, maka dia mengenal Allah Bapa. Tiada mungkin kita mengenal Allah kalau tidak tinggikan korban Kristus; mustahil manusia mengenal Allah, kalau dia tidak tinggikan korban Kristus.
 
Inilah yang disebut “keledai mengenal palungannya”. Memang, keledai itu bodoh, liar, tetapi kalau kita tinggikan korban, pasti kita mengenal Allah, tidak mungkin tidak.
Kita ini adalah bangsa kafir (gambaran dari keledai), tetapi kalau kita terus arahkan pandangan hanya kepada perkara meninggikan korban Kristus, lebih dari yang lain, maka kita pasti mengenal Allah.
Mengapa kita tidak sayang kepada Allah dan tidak mengasihi Allah? Jelas, pepatah dunia: “karena tak kenal, maka tak sayang”, “karena kenal, maka sayang”. Tetapi anehnya, banyak orang Kristen tidak berusaha untuk mengenal Allah, sehingga kehidupannya begitu saja seterusnya; dari hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, tahun ganti tahun, begitu-gitu saja. Memang ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tetapi tidak mengenal palungannya, tidak mengenal Allah.
 
Perhatikan ini sungguh-sungguh. Jangan kita datang di tengah ibadah hanya untuk mencari berkat, supaya dapat pekerjaan. Pekerjaan itu dari TUHAN Yesus; dari TUHAN kembali lagi ke TUHAN.
Kita ini ciptaan TUHAN. Apa maksudnya “ciptaan TUHAN”? Ciptaan TUHAN adalah milik TUHAN. Berarti, segala milik kita adalah milik TUHAN; segala yang kita punya adalah milik TUHAN. Tetapi banyak orang Kristen tidak mau mengasihi TUHAN; seolah-olah hidupnya dipelihara oleh uang, harta, kekayaan, dan segala yang ada di bumi ini; sudah jadi keliru.
 
Yohanes 12:32
(12:32) dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku."
 
Kalau kita tinggikan korban Kristus, maka TUHAN akan menarik kita sampai kepada kekekalan; sampai kepada penyembahan; sampai kepada penyerahan diri.
 
Mari kita lanjutkan, kita kembali membaca Yesaya 1.
Yesaya 1:3
(1:3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya."
 
PERHATIKAN BAIK-BAIK:
Lembu mengenal pemiliknya, gambaran dari seorang hamba TUHAN taat, setia, dengar-dengaran; rela mengorbankan dirinya di tengah pelayanannya di hadapan TUHAN, bahkan menjadi korban pendamaian. Ketundukan seorang hamba TUHAN dilanjutkan sampai kepada penyembelihan untuk memperdamaikan dosa manusia. Tetapi anehnya, Israel tidak. Inilah penglihatan Yesaya tentang Yerusalem -- berbicara soal imam -- dan Yehuda -- berbicara soal raja --.
Bayangkan, bagaimana mungkin imamat rajani tidak mengenal salib? Bukankah dalam 1 Petrus 2:9, imamat rajani dipanggil untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah, dipanggil untuk memberitakan karya Allah yang terbesar, dipanggil untuk memberitakan salib di mana-mana, tetapi di sini kita melihat; Israel tidak mengenal salib, sehingga tidak mendapatkan didikan yang baik, yang benar, yang suci dan sempurna.
 
Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, jelas ini gambaran dari kehidupan yang betul-betul mengenal salib dan meninggikan salib (korban Kristus), lebih dari segalanya. Tetapi anehnya, umat TUHAN tidak memahaminya.
Bayangkan, sudah ditebus dari Firaun dan perbudakan Mesir, lalu dibawa ke tanah perjanjian, bukankah itu adalah kemurahan yang besar? Tetapi di sini kita melihat; umat TUHAN justru tidak mengenal salib.
Hari perhentian, hari ketujuh, Sabat TUHAN, itulah Kerajaan Sorga. Mana mungkin kita bisa sampai kepada hari perhentian, hari ketujuh, kalau tidak mengenal salib? Tangga dari bumi ke sorga adalah salib.
Tetapi anehnya, Israel tidak memahami Salib; tetapi anehnya, banyak orang Kristen tidak memahami salib;
-          dia hanya paham soal uang, akhirnya matanya hijau,
-          dia hanya paham soal makan, minum, pakaian, akhirnya hidupnya tidak karu-karuan,
sehingga liar, tidak terkendali.
 
Hanya karena soal makan, minum dan pakaian, kedudukan, jabatan dan uang, seseorang bisa menjadi liar, tidak terkendali, dia tinggalkan ibadah dan pelayanan, tidak tergembala; liar, tidak terkendali. Bayangkan.
Dari kampung kita datangkan 2 (dua) orang, lalu saya sampaikan: “Kamu sampai (tiba) di sini bukan untuk bekerja, walaupun kamu bekerja, tetapi kamu di sini untuk tergembala”. Lalu jawabnya: “Iya, Om”. Tetapi di tengah jalan, ia dihasut pimpinannya, akhirnya dia tinggalkan ibadah. Saya tidak tahu di mana akal sehatnya, di mana hati nuraninya? Masih manusia kah dia, atau binatang? Kalau dia manusia, dia punya akal; kalau dia manusia, dia punya hati nurani; tetapi binatang tidak mempunyai hati nurani. Namun saya berdoa; sifat binatang itu berubah dari dia, dan kita semua mendoakan dia.
 
Jangan sampai kita tidak memahami palungan. Walaupun kita bodoh, tetapi kalau mau menerima didikan salib, maka kita mengenal sengsara salib.
 
Yesaya 1:4
(1:4) Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.
 
Bangsa Israel sarat dengan kesalahan, dan akhirnya;
-          Meninggalkan TUHAN.
-          Menista Yang Mahakudus.
-          Berpaling membelakangi TUHAN.
 
Inilah akibatnya kalau tidak mau mengenal Allah dan tidak mau memahami salib, akibatnya ialah dosanya begitu banyak, dan oleh karena dosa itu;
1.      Meninggalkan TUHAN.
2.      Menista Yang Mahakudus.
3.      Berpaling membelakangi TUHAN.
Itulah yang terjadi, seperti yang sudah saya ceritakan di atas tadi.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN, bahwa ternyata; kalau kita tinggikan sengsara salib, itu yang akan menarik kita kepada Allah, itu yang akan membawa kita dari bumi untuk berada sampai kepada kekekalan.
Jadi, jelas; dasar dari penyembahan adalah salib. Atau, salib adalah dasar untuk kita sampai kepada penyembahan.
 
KEKEKALAN; Penyembahan.
KEKEKALAN; Penyerahan Diri.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment