KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, November 11, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 08 NOVEMBER 2020


 
IBADAH RAYA MINGGU, 08 NOVEMBER 2020
 
WAHYU PASAL 12
(Seri: 30)
 
Subtema: MENJADI MEMPELAI LEWAT PENYUCIAN SUNGAI AIR KEHIDUPAN

Shalom.
Kita selayaknya mengucap syukur dan berterimakasih kepada TUHAN; oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian zangkoor.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube Facebook di mana pun anda berada, teramat lebih sidang jemaat yang ada di Bandung, di Malaysia, di Sumatera, di Jakarta, di mana pun; TUHAN memberkati saudara.
Selanjutnya, kita mohon kemurahan dari hati TUHAN supaya oleh pembukaan firman yang akan kita terima, meneguhkan setiap hati kita masing-masing pribadi lepas pribadi, supaya ibadah yang kita kerjakan ini tidak menjadi percuma, sehingga nyata cara TUHAN mengubahkan kehidupan kita, sampai TUHAN datang pada kali yang kedua.
 
Mari segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu, dan sekarang kita akan memasuki Wahyu 12:16.
Wahyu 12:16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Kalimat yang kita perhatikan terlebih dahulu dari ayat 16 ini adalah Bagian A: “Tetapi bumi datang menolong perempuan itu.
Jelas, kalimat ini berbicara tentang ibadah dengan segala kegiatan-kegiatan ibadah yang berlangsung di atas muka bumi ini.
Namun, ibadah dan kegiatannya dituntun oleh tongkat kerajaan, yakni tongkat kebenaran, sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
 
Sejenak kita membaca Mazmur 45.
Mazmur 45:7
(45:7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.
 
Perikop ayat ini adalah “Nyanyian pada waktu pernikahan raja.” Yesus adalah Raja, tetapi dalam pesta nikah Anak Domba, Dia tampil sebagai Mempelai Pria Sorga, sedangkan gereja yang sempurna tampil sebagai mempelai wanita-Nya, isteri Anak Domba.
Jadi, saya kira, Pengajaran Mempelai ini harus dikobarkan, diproklamirkan dari Timur sampai ke Barat, sebab ini bukanlah suatu ajaran asing, tetapi ini harus menjadi ajaran sehat untuk mengajar kehidupan rohani kita, baik juga hidup nikah kita dituntun sampai kepada puncak ibadah selama kegiatan ibadah ada di atas muka bumi ini.
 
Di sini kita melihat: Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya.  Artinya, takhta Allah itu sifatnya kekal, seterusnya dan selamanya. Maka, untuk membawa kita sampai kepada kekekalan itu, ibadah ini harus dituntun, ibadah ini harus dipimpin oleh tongkat kerajaan, itulah tongkat kebenaran, itulah kebenaran yang sejati.
 
Itu sebabnya, tadi saya katakan, kalimat pada Wahyu 12:16 bagian A, “Tetapi bumi datang menolong perempuan itu”, ini jelas berbicara tentang ibadah yang dituntun oleh tongkat kebenaran, dibawa sampai kepada doa penyembahan.
 
Wahyu 12:16B
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Kalimat berikutnya adalah: “Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Artinya, jika kedudukan kita di bumi ini, kedudukan ibadah dari gereja TUHAN berada pada puncaknya, maka arus pencobaan yang disemburkan dari mulut Setan dapat teratasi = menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Sebenarnya, air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga itu adalah arus yang deras dan kuat untuk menghanyutkan dan menenggelamkan kehidupan rohani anak-anak TUHAN, sampai akhirnya anak-anak TUHAN akan mengalami kematian rohani, kalau tidak sungguh-sungguh di dalam TUHAN.
 
Minggu lalu, arus air sebesar sungai itu disemburkan ke arah perempuan itu, tujuannya untuk menghanyutkan. Berarti, air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga itu mempunyai daya, mempunyai arus, mempunyai pengaruh dengan satu tujuan untuk menghanyutkan kehidupan dari gereja TUHAN, teramat lebih kehidupan yang tidak sungguh-sungguh di dalam TUHAN.
Tetapi, kalau ibadah dari gereja TUHAN, ibadah dari anak-anak TUHAN kedudukannya sudah berada sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan, maka arus sebesar apapun dapat diatasi oleh kehidupan dari gereja TUHAN, bagaikan ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Kemudian, air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga itu merupakan tandingan dari arus sungai air kehidupan.
Setan bukan Setan namanya kalau dia tidak membuat suatu tandingan dengan TUHAN.

-          TUHAN Yesus membuat sorga, Setan membuat sorga sendiri.

-          TUHAN Yesus mengadakan suatu imamat rajani, Setan juga mengadakan ibadah pelayanan lewat nabi-nabi palsu dan antikris. Semua dibuat tandingan oleh Setan.

-          Mujizat yang diadakan oleh Yesus sehingga oleh mujizat itu banyak terjadi kesembuhan, Setan juga mengadakan mujizat di tengah ibadah. Jadi, bukan lewat perdukunan, tetapi lewat ibadah, lewat hamba-hamba TUHAN yang melayani ibadah itu. Hal ini sudah diterangkan berulang kali, bukan? Benar-benar hamba TUHAN mengadakan mujizat palsu itu. 

Jadi, semua diadakan tandingan, termasuk air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga, itu merupakan tandingan dari sungai air kehidupan.
 
Sejenak kita pelajari sedikit Wahyu 22.
Wahyu 22:1
(22:1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
 
Di sini kita melihat: Sungai air kehidupan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu. Inilah tandingan dari air yang sebesar sungai, yang disemburkan dari mulut naga.
Kalau tadi, air sebesar sungai yang keluar dari mulut naga itu disemburkan ke arah perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu; berarti, punya arus, punya pengaruh untuk menghanyutkan, supaya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.
 
Minggu lalu kita sudah melihat arusnya begitu deras, itulah pencobaan yang kita lihat, yang dihadapi oleh Yesus, ketika Ia berada di padang gurun.

-          Pencobaan yang pertama: Batu menjadi roti.

-          Pencobaan yang kedua: Berada di tempat yang tinggi.

-          Pencobaan yang ketiga: Dari atas gunung, segala sesuatu diperlihatkan, kerajaan dunia diperlihatkan.

Itu adalah 3 (tiga) pencobaan yang merupakan arus yang menghanyutkan kehidupan dari anak-anak TUHAN; kalau tidak hati-hati, maka akan mengalami kematian rohani.
 
Mari, kita perhatikan: Sungai air kehidupan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba, ini adalah gambaran dari Firman Allah yang keluar dari mulut Allah, yang mempunyai arus dan pengaruh yang begitu hebat, sehingga kehidupan dari anak-anak TUHAN hanyut dan tenggelam dalam kasih-Nya.
Kalau tadi, air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga tadi, bertujuan untuk menghanyutkan dan menenggelamkan supaya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani “klepek- klepek ... klepek- klepek.

-          Batu menjadi roti, kaitannya dengan keinginan daging.

-          Tempat yang tinggi, kaitannya dengan keangkuhan hidup.

-          Dibawa ke atas gunung yang tinggi lalu memperlihatkan kerajaan dunia, jelas kaitannya dengan keinginan mata.

Tetapi, sungai air kehidupan yang mengalir keluar dari takhta Allah, yang merupakan Firman Allah yang keluar dari mulut Allah, juga punya kuasa, punya arus, punya pengaruh yang begitu hebat, sehingga kehidupan dari anak-anak TUHAN hanyut dan tenggelam dalam kasih-Nya.
 
SEBAGAI CONTOH.
Kalau pada minggu lalu kita melihat pencobaan yang dihadapi Yesus dalam Injil Lukas 4, sekarang kita akan melihat Injil Matius 4.
Matius 4:3-10
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!" (4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku." (4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
 
Di sini kita melihat, Yesus menghadapi 3x (tiga kali) pencobaan dari Iblis atau Setan.
Pencobaan YANG PERTAMA: Yesus disuruh untuk memerintahkan supaya batu-batu menjadi roti.
Ini terhubung langsung dengan keinginan daging. Pencobaan yang pertama ini merupakan arus atau pengaruh yang kuat untuk menghanyutkan kehidupan anak-anak TUHAN supaya anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani, diawali dari keinginan daging, yaitu batu menjadi roti.
Itulah hebatnya air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga itu; oleh sebab itu, hati-hati. Hampir-hampir kita tidak bisa membedakan ini firman TUHAN atau firman Setan? Kalau di dalam gereja yang disodorkan adalah soal makan dan minum semata, yang disodorkan hanya bicara soal berkat-berkat semata, hati-hati, sekali lagi saya sampaikan: hati-hati, hampir-hampir tidak bisa kita bedakan firman TUHAN atau firman hantu. Itulah pencobaan yang pertama; mempunyai arus dan pengaruh yang begitu kuat, karena terhubung langsung dengan keinginan daging.
 
Pencobaan YANG KEDUA: Yesus ditempatkan di bubungan Bait Allah atau menara gereja, lalu diperintahkan untuk menjatuhkan diri.
Pencobaan yang kedua ini juga arusnya begitu hebat. Tanpa sadar, banyak anak TUHAN mencobai TUHAN walaupun dia berkata “tidak mencobai TUHAN.” Dengan mengandalkan tempat yang tinggi, kedudukan jabatan yang tinggi, lalu oleh karenanya, dia tinggalkan ibadah, dia tinggalkan pelayanan, dia tinggalkan kegiatan Roh; dia tidak peduli dengan perkara di atas, perkara rohani = mencobai TUHAN.
Ini juga merupakan arus yang kedua; pencobaan yang kedua ini juga merupakan arus yang begitu hebat, yang terhubung langsung dengan keangkuhan hidup.
 
Lihat, alasan Setan memerintahkan Yesus menjatuhkan diri, pada ayat 6: Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis ... Jadi, Setan pakai ayat juga; ayatnya pun benar, tetapi dipenggal (tidak lengkap).
Himeneus dan Filetus juga dalam pelayanannya terhadap sidang jemaat, yang mengatakan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung, tetapi tidak memberitakan dasar yang teguh. Kebangkitan diceritakan, tetapi sengsara dan kematian Yesus tidak diceritakan/diajarkan.
“ ... Sebab ada tertulis -- Setan pun pakai ayat juga, seperti Himeneus dan Filetus tadi -- : Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya -- memang betul ada seperti itu ayatnya --, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu.” Inilah alasan Setan untuk memerintahkan Yesus menjatuhkan diri dari menara gereja: “malaikat akan menatang.” Tetapi ingat, kalau manusia jatuh dalam dosa, baik itu dosa kejahatan, dosa kesombongan, dosa kenajisan, dan kecemaran yang lain, malaikat tidak bisa menopang. Yang bisa menopang dan mengangkat kita manakala kita jatuh dalam berbagai jenis dosa hanyalah darah salib Kristus, tidak ada yang lain. Ilmu pengetahuan, uang yang banyak, jabatan, kedudukan yang tinggi tidak bisa menatang kita.
Itu sebabnya saya katakan; pencobaan yang kedua ini merupakan arus yang begitu hebat, yang disemburkan dari mulut naga itu, supaya hanyut dan tenggelam, sehingga gereja mengalami kematian rohani, kalau tidak hati-hati. Itu sebabnya, kita selalu berdoa supaya ibadah ini dituntun (dipimpin) oleh tongkat kerajaan, dituntun (dipimpin) oleh tongkat kebenaran untuk terus dibawa sampai kepada puncak ibadah, doa penyembahan, kekekalan.
 
Pencobaan YANG KETIGA: Yesus dibawa ke atas gunung yang tinggi, lalu dari sana memperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahannya, memperlihatkan keindahan-keindahan dunia, kemudian Setan berjanji: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu”, dengan syarat; Yesus harus menyembah Setan.
Itu yang saya maksud tadi; tidak sedikit anak TUHAN, tanpa sadar sudah menyembah Setan. Gunung yang tinggi, itu adalah rumah TUHAN; kalau dari situ kita memandang keindahan dunia = menyembah Setan.
Tetapi sebaliknya, kalau kita ada di dalam rumah TUHAN, lewat ibadah yang TUHAN percayakan ini, maka yang TUHAN perlihatkan adalah keindahan dari sorga dan kemegahannya. Tetapi kalau gereja menyembah Setan, maka yang diperlihatkan adalah perkara lahiriah, di mana isi pokok dari pemberitaan firman adalah soal berkat-berkat, isi pokok dari pemberitaan firman hanya soal mujizat-mujizat jasmani (yang sakit sembuh), setiap hari bicara mujizat jasmani, setiap hari bicara berkat-berkat.
Saya ini tidak anti berkat, saya ini tidak anti mujizat jasmani, tidak. Tetapi kalau orientasi dari ibadah pelayanan (sentral dari ibadah pelayanan) hanya bicara soal berkat dan mujizat jasmani, berarti gereja sedang diperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahannya, bukan Kerajaan Sorga dan kemegahannya, serta keindahan-keindahan yang ada di dalamnya.
 
Jadi, sudah sangat jelas sekali, bahwa; pencobaan yang ketiga ini juga merupakan arus dan pengaruh yang begitu hebat untuk menghanyutkan dan menenggelamkan hidup rohani gereja TUHAN supaya gereja mengalami kematian rohani.
Saya berharap, bukan saja sidang jemaat keluarga Allah GPT “BETANIA”, tetapi juga sidang jemaat di Malaysia, sidang jemaat yang ada di Bandung, di Jakarta, di Sumatera, di mana saja, simpatisan dalam dan luar negeri, perhatikan sungguh-sungguh; kita harus memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan. Jangan berpikir sempit.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan ...
Dalam menghadapi 3 (tiga) pencobaan sebagai arus yang hebat dari Setan ini, Yesus selalu berkata: "Ada tertulis", itulah Firman Allah yang tertulis dalam Kitab Suci.
Jadi, untuk berhadapan dengan pencobaan, sebagai arus yang kuat dari Iblis atau Satan, kita belajar untuk mengandalkan Firman Allah yang dibukakan rahasianya. Ilmu dan pengetahuan, kemampuan manusia di bidang apapun belum sempurna, karena kemampuan semacam itu belum sempurna untuk menyelamatkan manusia.
 
Singkatnya: Sungai air kehidupan, yakni firman Allah yang keluar dari mulut Allah, berkuasa untuk memimpin Yesus hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, yakni doa penyembahan. Ibadah-Nya dituntun oleh tongkat kerajaan sampai kepada doa penyembahan.
Mari kita perhatikan buktinya, pada ayat 10: Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis!, Sebab ada tertulis ­-- artinya; andalkan Firman Allah yang keluar dari mulut Allah, yakni; sungai air kehidupan yang mengalir keluar dari takhta Allah. Kemudian Yesus berkata: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" Ibadah (berbakti) jika dituntun Tongkat Kerajaan akan memuncak sampai kepada doa penyembahan, memuncak sampai kepada kekekalan.
 
Oleh sebab itu, kita patut bersyukur kepada TUHAN, lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, ibadah pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon, seluruh sidang jemaat, ibadahnya dituntun oleh tongkat kerajaan, dituntun oleh tongkat kebenaran; tidak ragu, karena semua berpola. Yesus adalah Tabernakel sejati, itulah polanya.
Kalau ibadah tanpa pola, kita tidak akan mengerti ukuran rohani kita; apakah sudah dihanyutkan atau belum?
 
Sekali lagi saya katakan: Sungai air kehidupan, firman Allah yang keluar dari mulut Allah, berkuasa untuk memimpin pribadi Yesus hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, yakni doa penyembahan, di mana kuasanya adalah dapat menelan air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga tersebut. Demikian juga dengan perempuan tersebut mendapat pertolongan, sebab: Bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya. Ditelan habis oleh bumi, itulah doa peyembahan. Ibadah di bumi memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka semua arus yang menghanyutkan ditelan habis oleh bumi.
 
Matius 4:11
(4:11) Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus.
 
Lalu Iblis meninggalkan Dia, dan lihatlah, malaikat-malaikat datang melayani Yesus. Pendeknya, Yesus berkemenangan, tanda bahwa ibadah-Nya telah memuncak, yakni; Doa Penyembahan.
Malaikat sidang jemaat ialah gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN dengan pelayanannya akan dinikmati oleh sidang jemaat, jikalau sidang jemaat dan ibadahnya sudah berada pada kedudukan tertinggi, yakni doa penyembahan.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Malaikat sidang jemaat adalah gambaran dari gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN dengan pelayanannya akan dinikmati oleh sidang jemaat itu sendiri, jikalau ibadah dari sidang jemaat itu sudah berada pada kedudukan tertinggi, yakni doa penyembahan. Kita akan menikmati kemurahan dari pelayanan gembala sidang (malaikat sidang jemaat).
Oleh sebab itu, TUHAN perintahkan hamba-hamba TUHAN; ada yang jabatan penginjil, guru, dan lain sebagainya. Saya adalah hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala, saya diutus TUHAN untuk menggembalakan sidang jemaat. Lalu kalau sidang jemaat kedudukan rohaninya sudah berada pada puncaknya, maka dia tinggal menikmati pelayanan dari gembala sidang tersebut.
 
Tinggal nikmati, tidak usah kuatir, tidak usah risau akan masa depan, lalu tidak usah susun agenda: nanti kalau saya lulus SLTP, selanjutnya saya akan cari SLTA yang favorit. Setelah lulus SLTA favorit, saya cari kuliah favorit. Terus, terus, terus dan terus ... akhirnya, jauh dari TUHAN. Tidak usah seperti itu.
Andalkan TUHAN. Berikan ibadahmu dipimpin tongkat kerajaan sampai kedudukan yang tertinggi, yakni doa penyembahan, maka nanti TUHAN akan perintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melayani kehidupan kita. Tidak usah risau; tenang dan tinggal di kemah. Tidak usah berburu daging seperti Esau. Kalau berburu daging, tempatnya adalah di padang. Tetapi kalau cari TUHAN, cari sorga, tenang, berarti tinggal di kemah. Sekarang, pertanyaannya; mau cari TUHAN atau cari dunia? Hati-hati dengan arus yang menghanyutkan dari Setan ini.
 
Kita lihat SEBAGAI PEMBUKTIKAN; benar tidak bahwa malaikat-malaikat melayani TUHAN Yesus?
Matius 6:33
(6:33) Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.
 
Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, jelas ini berbicara tentang; ibadah kita di bumi ini sudah berada pada kedudukan yang tertinggi, yakni doa penyembahan.
Kalau kedudukan ibadah kita sudah berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan, maka selanjutnya; semuanya akan ditambahkan. Kerinduan di hati, cita-cita, masa depan ditambahkan, asal memberi diri dalam ibadah dituntun oleh tongkat kerajaan, sampai berada pada kedudukan yang tertinggi.
 
Ayo, buka hati, buka pikiran, supaya semua pandangan-pandangan yang di belakang berubah. Biarlah kita miliki pandangan yang baru ke depan, itu jauh lebih baik; karena masa depan di tangan TUHAN.
 
Matius 6:34
(6:34) Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari."
 
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok ... Tidak usah kuatir akan hari esok; soal pekerjaan, soal cita-cita, soal masa depan, tidak usah kuatir.
 
... Karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri ... Hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Yang penting; hari ini kita ada di tengah ibadah, itu dulu. Memikirkan hari esok tetapi kita tidak ibadah, itu bukan firman Allah, itu adalah kebenaran manusia yang dihasilkan oleh pemikiran manusia.
 
Oleh sebab itu, perhatikanlah peringatan yang baik ini: “Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Yang penting adalah hari ini dulu; hari ini kita di dalam TUHAN, hari ini kita ada di tengah ibadah dan pelayanan, hari ini kita ada dalam kegiatan Roh dan tongkat kerajaan menuntun ibadah hari ini sampai kepada kedudukan yang tertinggi, puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
 
Jangan kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Yang penting hari ini saja, sebab kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.
Kalau firman ini sudah diteguhkan di dalam hati kita, itu tandanya bahwa TUHAN sudah perintahkan malaikat-malaikat untuk melayani kita, bukan? Kalau juga firman ini sudah diteguhkan di hati dan di pikiran kita, maka dalam doa pun tidak salah. Banyak orang salah dalam hal berdoa; dia minta terlalu muluk-muluk di luar batas (takaran) iman.
 
Kita perhatikan Matius 6:11, dengan perikop: “Hal berdoa.
Matius 6:11
(6:11) Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya
 
Berikanlah kami pada hari ini -- bukan hari esok -- makanan kami yang secukupnya.
Dalam hal berdoa pun tidak salah, yang didoakan adalah kebutuhan hari ini. Sebab, kesusahan sehari cukuplah sehari, hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Jadi, jangan terlalu muluk-muluk dalam hal berdoa.
 
SEDIKIT KESAKSIAN: Sebelum saya terpanggil menjadi hamba TUHAN, saya punya pemikiran; saya nanti akan berubah, masuk gereja, beribadah dan melayani, mau menjadi imam-imam, tua-tua, tetapi tunggu dapat pekerjaan yang mapan, posisi kedudukan yang mapan. Intinya; punya uang, punya mobil, punya rumah, punya ini dan itu untuk mendukung ibadah, barulah saya datang beribadah.
Ternyata, rencana-rencana ini meleset, tidak seperti itu. Ternyata tanpa diduga, saya terpanggil menjadi hamba TUHAN. Tidak bawa apa-apa, emas dan perak pun saya tidak punya, tetapi menjadi hamba TUHAN di tengah ibadah, di tengah pelayanan, di dalam rumah TUHAN.
 
Oleh sebab itu, jangan kita salah berdoa. Mengapa orang salah berdoa? Karena hatinya belum diteguhkan oleh apa yang benar dari sorga. Izinkanlah ibadah kita, dan hidup kita dituntun oleh tongkat kerajaan sampai pada puncaknya, yaitu doa penyembahan. Itu saja; titik.
Sesudah itu nanti, TUHAN perintahkan malaikat-malaikat-Nya. Malaikat sidang jemaat, itulah gembala sidang, serta pelayanannya akan dinikmati oleh sidang jemaat; sebagaimana sore ini, kita sudah nikmati kemurahan dari sorga lewat pembukaan firman, sehingga kita mengerti rancangan-rancangan yang TUHAN buat dalam kehidupan kita masing-masing. Jadi, jangan keliru lagi.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan; CIRI-CIRI SUNGAI AIR KEHIDUPAN YANG KELUAR DARI MULUT ALLAH.
Kita harus tahu ciri-cirinya. Jangan saudara asal tahu Firman TUHAN, tetapi saudara harus tahu ciri-ciri sungai air kehidupan atau Firman Allah yang keluar dari mulut Allah.
 
Ciri-cirinya akan kita lihat dan kita temukan dalam Wahyu 22.
Wahyu 22:1
(22:1) Lalu ia menunjukkan kepadaku sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, dan mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu.
 
Sungai air kehidupan yang keluar dari mulut Allah, ciri-cirinya adalah “jernih bagaikan kristal.”
Artinya, firman Allah yang keluar dari mulut Allah berkuasa untuk mengadakan penyucian, sehingga kehidupan dari gereja TUHAN sama seperti kristal. Firman yang keluar dari mulut Allah itu berkuasa untuk mengadakan penyucian dalam hidup, ibadah, pelayanan dan nikah kita, sehingga puncak dari penyucian itu adalah kehidupan dari gereja TUHAN menjadi sama seperti kristal, jernih bagaikan kristal.
 
Firman yang kita terima ini adalah ayat menjelaskan ayat. Jangan terima pemberitaan firman dengan pengertian manusia supaya kita tidak mendapat pengertian yang salah, sehingga arah ibadah tidak jelas, itu adalah sesuatu yang harus ditolak. Tetapi rupanya, banyak juga itu terjadi di dalam rumah TUHAN. Ini harus ditolak sebetulnya, tetapi kita bersyukur, karena TUHAN memberi pengertian, menerangi hati dan pikiran kita semua.
 
Mari kita lihat KEHIDUPAN KRISTAL
Wahyu 21:2,9-10
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
 
Perikop dari Wahyu 21:2 adalah “Langit yang baru dan  bumi yang baru.” Berarti, langit yang pertama dan bumi yang pertama sudah berlalu, lautpun berlalu.

-          Jadi, ibadah laut berlalu, itulah ibadah yang dipimpin oleh antikris, bicara soal berkat, ekonomi, keuangan, kedudukan, jabatan.

-          Kemudian ibadah bumi juga akan berlalu, itulah ibadah yang dipimpin oleh nabi palsu, yang selalu mengadakan mujizat-mujizat secara jasmani, mengadakan kesembuhan, tetapi berita firman dengan jelas tidak disampaikan, sehingga jemaat kagum, tetapi tidak mengerti sorga. Sorga hanya dirangkai dengan kata-kata yang indah, dirangkai dengan kata-kata yang muluk-muluk supaya sorga itu nampak di muka (di depan), padahal kamuflase (semu), bagaikan bayang-bayang, tidak bisa diraih.

 
Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, itulah langit yang baru, bumi yang baru, laut berlalu, langit bumi yang pertama sudah berlalu diganti dengan langit bumi yang baru, mempelai TUHAN, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
 
Perikop dari Wahyu 21:9-10 adalah “Yerusalem yang baru”, sama dengan perikop Wahyu 21:2 tadi.
Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan ... Tujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, berarti; penghukuman yang ketujuh, yang terakhir dari cawan (bokor) murka Allah, cawan penghukuman yang ketujuh, yang terakhir.
... Datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu ... Supaya kita tidak mengalami penghukuman dari cawan murka yang ketujuh yang akan ditimpakan oleh malaikat yang ketujuh itu, lebih baik kita terima apa yang ditunjukkan oleh malaikat yang ketujuh ini pada sore hari ini sebelum ditimpa oleh malapetaka yang ketujuh, cawan murka Allah yang ketujuh.

-          Tidak mengasihi firman, penghukumannya datang dari 7 (tujuh) sangkakala.

-          Tidak mengasihi Roh Kudus, penghukumannya datang dari 7 (tujuh) meterai.

-          Menolak kasih Allah, penghukumannya datang dari 7 (tujuh) bokor yang akan ditimpakan oleh 7 (tujuh) malaikat itu.

Dan yang kita perhatikan di sini pada ayat ini adalah malaikat yang ketujuh (yang terakhir); dia perlihatkan soal kota kudus, Yerusalem baru. Jadi, lebih baik dari sekarang kita memperhatikan kota kudus, mempelai TUHAN, dari pada kita menerima penghukuman sebagai malapetaka yang ketujuh.
 
Bukankah TUHAN Yesus baik? Dari pada saya bicara soal berkat, tetapi akhirnya saudara tidak tahu apa itu sorga. Dalam setiap ibadah bicara soal mujizat, mujizat, mujizat, dan mujizat, tetapi sorga tidak diceritakan, berita salib sebagai tangga dari bumi ke sorga tidak diberitakan; bagaimana mungkin kita bisa dihentar dari bumi masuk sorga? Jarak yang begitu jauh tetapi bisa menjadi dekat, kalau kita terima berita salib, itulah yang akan akan menghantar dari bumi sampai ke sorga.
Untuk apa Yesus mati di kayu salib? Simpel saja dalam berpikir, jangan terlena. Satu patah kata saja: mujizat terjadi, maka yang sakit sembuh, yang susah dihibur, itu saja, tergantung tingkat kedewasaan rohani. Kalau masih penginjilan, masih kanak-kanak rohani, berarti posisinya ada di halaman, suka lihat sihir-sihir (tangan yang digerakkan). Kalau sudah terima Yesus dan percaya, bertobat, lahir baru --, selanjutnya beralihlah pada perkembangan yang berikutnya, itulah Pengajaran Mempelai.
 
Jangan suka gereja Naaman; ia marah-marah karena Elisa tidak mau tumpang tangan untuk menggerakkan tangannya pada bagian tubuh yang sakit itu. Lalu Naaman marah dan panas hati karena disuruh untuk mencelupkan diri, mandi 7 (tujuh) kali di air sungai Yordan. Jadi, banyak gereja Naaman di hari-hari ini; butuh gerakan tangan dari hamba TUHAN, tidak butuh pembukaan firman. Sekalipun pembukaan firman disampaikan dengan jelas, tetapi dia tidak membutuhkan itu; itulah gereja Naaman. Tetapi kita harus semakin dewasa, kita harus menjadi gereja mempelai.
 
Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
Singkatnya: Gunung yang besar lagi tinggi, itulah gunung Sion, yakni kota kudus, Yerusalem yang baru, yang turun dari sorga dari Allah. Jelas itu menunjuk kepada; pengantin perempuan mempelai Anak Domba. Tidak usah ragu.
 
Wahyu 21:11
(21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
 
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah, itulah gunung yang tinggi dan besar, pengantin perempuan mempelai Anak Domba.
Singkatnya: Pengantin perempuan mempelai Anak Domba (isteri Anak Domba) sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Kristal = transparan (tembus pandang), berarti; luar dalam sama, tidak ada yang ditutup-tutupi, tidak ada lagi yang disembunyikan.
 
Pendeknya, mempelai perempuan, isteri Anak Domba bercahaya kemuliaan Allah.  Kalau kita sama seperti kristal, transparan, luar dalam sama, tidak ada yang disembunyikan, berarti bercahaya kemuliaan.
Banyak cahaya di atas muka bumi ini; ada cahaya dari lampu petromaks, ada cahaya dari lampu pijar, ada cahaya dari terang matahari, ada cahaya yang datang dari pelita, kalau di era modern sekarang ada cahaya dari lampu LED, lampu pijar, lampu macam-macam. Tetapi yang sedang kita bicarakan adalah cahaya kemuliaan Allah.
 
Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, yaitu bercahaya kemuliaan Allah. Mengapa? Karena kehidupan dari gereja TUHAN telah disucikan oleh firman yang keluar dari mulut Allah, cirinya adalah jernih seperti kristal. Maka, penyucian itu juga akan membawa kita menjadi suatu kehidupan kristal. Apa itu kehidupan kristal? Bercahaya kemuliaan Allah. 
Kalau masih ada yang ditutup-tutupi walaupun berada di bawah terang matahari, di bawah terang dari lampu apapun, tetap belum disebut kehidupan kristal, tidak bercahaya kemuliaan Allah, walaupun ada cahaya.
 
Bercahaya kemuliaan Allah; itulah ciri dari firman yang keluar dari mulut Allah, sungai air kehidupan, di mana penyuciannya membawa kita sampai menjadi suatu kehidupan kristal. Bercahaya kemuliaan Allah; tidak ada yang disembunyikan, tidak ada yang ditutup-tutupi, luar dan dalam sama, transparan, itulah kristal. Berkaitan dengan itu, kita perhatikan Injil Matius 5.
 
Yang membawa kita masuk sorga adalah pengertian yang baik, yang mulia, yang suci, yang sempurna, itulah yang menyelamatkan. Biar rubuh-rubuh setiap hari di tengah ibadah, sampai teler mabuk-mabuk di situ, tetapi hal itu tidak akan membawa seseorang masuk sorga. Mujizat apapun tidak akan membawa seseorang masuk sorga. Hanya pengertian tentang salib inilah yang membawa kita masuk dalam Kerajaan Sorga.
Maka, ayo, cara berpikir yang lama harus berubah, dan sudut pandang yang lama, semuanya ditinggalkan, sehingga kita memiliki sudut pandang yang baru. Mari, kita lanjut untuk menikmati berkat dan kemurahan TUHAN.
 
Matius 5:14
(5:14) Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.
 
Perhatikan bagian B: Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi, inilah gambaran dari mempelai perempuan, isteri Anak Domba bercahaya kemuliaan, sama seperti kristal, transparan, tidak ada lagi yang disembunyikan.
Kalau tidak ada yang lagi disembunyikan dari kehidupan kita, itulah yang disebut gereja kristal, kehidupan kristal, berarti; menjadi terang dunia.
 
Jadi, yang layak menjadi terang dunia adalah gereja mempelai, kehidupan kristal, bercahaya kemuliaan Allah. Kalau cahaya yang dibuat-buat dari lampu petromaks, lampu LED, itu belum menjadi kesaksian atas dunia ini. Harus bercahaya kemuliaan Allah; tidak ada lagi yang disembunyikan, tidak tersembunyi, sehingga akhirnya; layak untuk menjadi terang dunia, layak menjadi kesaksian.
 
Matius 5:15
(5:15) Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.
 
Tetapi, untuk menjadi terang dunia, hati-hati dengan gantang.
Gantang à Ukuran atau takaran menurut kebenaran yang berasal dari diri sendiri. Kalau yang menjadi ukuran adalah kebenaran diri sendiri, maka tidak akan menjadi terang dunia. Oleh sebab itu, perhatikan; untuk menjadi terang dunia, singkirkan gantang. Kebenaran tidak diukur dari kebenaran di dalam diri sendiri, tetapi dari firman yang kita terima sampai detik ini.
Itulah syaratnya; hati-hati dengan gantang.
 
Kembali saya sampaikan: Tadi kita sudah memperhatikan; gereja kristal, itulah gereja mempelai, itulah mempelai perempuan, isteri Anak Domba, yang bercahaya kemuliaan, seperti permata yaspis, tidak ada lagi yang disembunyikan, akhirnya layak menjadi terang dunia. Bukan terang di rumah saja, tetapi terang dunia, seantero dunia ini. Dan hal itu dilukiskan oleh nabi Yesaya, yang sudah dinubuatkan berapa ribu tahun yang lalu.
 
Lebih jauh kita perhatikan sesuai dengan nubuatan dari nabi Yesaya 2, dengan perikop “Sion sebagai pusat kerajaan damai.” Sion itu adalah mempelai TUHAN. Puncak ibadah adalah gunung Sion, mempelai TUHAN.
 
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Gunung Sion berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; dengan demikian, gunung Sion menjadi terang, menjadi kesaksian karena bercahaya kemuliaan Allah. Sebab, gunung Sion itu adalah gambaran dari pada mempelai perempuan, isteri Anak Domba, bercahaya kemuliaan, sehingga kedudukannya berada pada tempat yang paling tinggi, berdiri tegak di hulu gunung-gunung.
 
Kita bersyukur, Bapak Pdt. F.G. Van Gessel dilahirkan di bumi pertiwi Indonesia ini. Jadi, kalau Indonesia pernah dijajah oleh Belanda, itu bukanlah suatu kebetulan. TUHAN mau menyatakan kemurahan-Nya kepada bangsa Indonesia. Seorang keturunan Belanda lahir di Indonesia dan menemukan pengajaran yang besar ini. Lalu, di antara murid beliau di sekolah Alkitab terdapat seorang suku Jawa bernama In Juwono, pengajaran itu turun terus sampai hari, dan pengajaran yang mulia ini kita lanjutkan, supaya kita benar-benar berada dalam rencana Allah yang besar, proyek Allah yang besar, tetapi dibutuhkan pengorbanan yang besar dan biaya yang besar pula.
 
Tadi kita sudah melihat: Gunung Sion berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit, mengatasi gunung lain, ibadah tempat rumah TUHAN yang lain. Dengan demikian, gunung Sion layak menjadi terang dunia, menjadi kesaksian, karena bercahaya kemuliaan. Apa buktinya?
Bukti Yang Pertama: Berdiri tegak mengatasi gunung-gunung yang lain.
Gunung yang lain à Rumah TUHAN, tempat ibadah, yang di dalamnya hanya bicara soal berkat-berkat lahiriah -- itulah yang disebut ibadah laut --, berbicara soal mengadakan mujizat jasmani, hanya bicara soal kesembuhan, hanya bicara soal rubuh-rubuh, muntah-muntah, ketawa dalam Roh, itu adalah gunung-gunung lain, bukan gunung Sion -- kalau kita mengacu kepada ayat ini.
Bukti Yang Kedua: Menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Artinya, dapat mengatasi persoalan di bumi, termasuk 3 (tiga) arus dunia sebagai pencobaan, itulah air sebesar sungai yang disemburkan dari mulut naga tadi, dapat mengatasi pencobaan itu, termasuk bukit-bukit pencobaan yang lain. Itulah kelebihan dari Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel ini, asal kita jangan tawar hati dengan Salib Kristus.
 
Sore ini, Firman TUHAN datang, itulah pedang Roh melukai, mengoperasi, mengadakan bedah; memang sakit rasanya saat dibedah, tetapi firman yang melukai itu, itulah nanti yang menyembuhkan. Dia yang memukul, tetapi Dia juga yang membebat; dan Yesus sudah mengalami pukulan itu, sehingga bilur-bilur-Nya memberi kesembuhan bagi kita.
 
Akhirnya, gunung Sion, kehidupan kristal, gereja TUHAN yang sempurna, atau mempelai perempuan isteri Anak Domba layak menjadi terang dunia = kesaksian bagi seantero dunia ini. Apa buktinya? Kita kembali membaca ayat 2-3.
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Mempelai perempuan isteri Anak Domba layak menjadi terang dunia = kesaksian bagi seantero dunia ini. Apa buktinya?

-          Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana. Itu artinya; gunung Sion, mempelai TUHAN, layak menjadi terang dunia.

-          Kemudian, banyak suku bangsa akan pergi ke gunung Sion = rindu menjadi mempelai perempuan, isteri Anak Domba.

 
Pertanyaannya: Selain transparan -- permata yang paling indah, permata hati TUHAN, bercahaya kemuliaan Allah --, APA YANG MENJADI DAYA TARIK DARI GUNUNG SION?
Jawabnya ada 2 (dua) hal:
-          Dari Sion akan keluar pengajaran.
-          Firman TUHAN dari Yerusalem.
 
Selanjutnya, kita akan melihat KEGUNAAN dari 2 (dua) hal itu.
Kegunaan “pengajaran yang keluar dari gunung Sion (gereja mempelai)” ialah TUHAN akan mengajar kita tentang jalan-jalan TUHAN. Itulah kegunaan dari Pengajaran Mempelai.
 
Lebih rinci kita melihat dan memperhatikan JALAN-JALAN TUHAN, supaya berkat itu betul-betul meneguhkan hati kita tentang “jalan-jalan TUHAN.”
Amsal 30:18-19
(30:18) Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: (30:19) jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
 
Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti. Salomo yang mempunyai hikmat yang luar biasa, tetapi tidak paham tentang jalan-jalan TUHAN.
Jadi, hamba TUHAN sebesar apapun tidak akan mengerti apa-apa kalau TUHAN tidak menunjukkan jalan-jalan TUHAN lewat pengajaran yang keluar dari gunung Sion. Itulah yang saya maksud di atas tadi; apa perbedaan gunung TUHAN (gunung Sion) dari gunung-gunung lain? Gunung Sion mengatasi gunung lain, dan itu sudah terbukti sore hari ini; pengajaran yang keluar dari gunung Sion itu memberitahukan kepada kita tentang jalan-jalan TUHAN.
 
Dahulu kita hanya tahu; jalan TUHAN adalah jalan yang baik, tetapi secara rinci kita tidak mengerti apa-apa. Tetapi sore ini, TUHAN akan tunjukkan jalan-jalan TUHAN.
Namun sekalipun demikian, Salomo yang penuh hikmat, Salomo yang penuh dengan pembukaan Firman Allah, yang mempunyai Amsal, Pengkotbah, Kidung Agung, tetap tidak mengerti tentang jalan-jalan TUHAN. Tetapi sore ini, petang ini, TUHAN tunjukkan jalan-jalan TUHAN kepada kita.
Bukankah kita ini adalah bangsa kafir? Bukankah kita ini adalah bangsa yang harus dimurkai? Bukankah kita ini datang dengan latar belakang bermacam-macam; ada yang kejahatan, kenajisan, munafik, dusta, dan lain sebagainya? Tetapi siapakah kita ini, oleh pengajaran yang kita terima, TUHAN tunjukkan jalan-jalan-Nya kepada kita?
 
Tadi kita sudah melihat: Kegunaan dari pengajaran adalah TUHAN akan mengajar kita tentang jalan-jalan TUHAN.
Ada 4 (empat) hal langkah-langkah atau jalan-jalan TUHAN yang tidak dapat dimengerti (dipahami) oleh Salomo, yaitu;

1.      Jalan rajawali di udara.

2.      Jalan ular di atas cadas.

3.      Jalan kapal di tengah-tengah laut.

4.      Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis. Ini adalah jalan terakhir yang ditempuh oleh TUHAN.

 
Sekarang, mari kita memeriksa tentang 4 (empat) jalan yang ditulis oleh Salomo ini.
Tentang: Jalan rajawali di udara.
Ini adalah gambaran Yesus dari atas, dari sorga, dari Allah, turun ke bumi, sebagai RAJA. Kemudian, oleh karena pengurapan-Nya, kita semua dijadikan sebagai raja-raja kecil di bumi untuk melayani ibadah-ibadah di atas muka bumi ini.
Itulah jalan rajawali di udara, itulah gambaran Yesus sebagai Raja, dari sorga, dari Allah, turun ke bumi. Tetapi oleh kemurahan TUHAN, lewat ibadah ini, TUHAN mengurapi kita untuk menjadi imam-imam, raja-raja (imamat rajani), untuk melayani ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan di atas muka bumi ini.
 
Tentang: Jalan ular di atas cadas.
Ini merupakan gambaran yang dialami oleh Yesus sebagai MANUSIA banyak menanggung sengsara dan derita di atas kayu salib, di bukit Golgota, bagaikan berjalan di atas cadas yang keras dan sakit dan pahit dialami Yesus di atas kayu salib.
Mengapa Yesus harus mengalami cadas-cadas yang menyakitkan ini di atas kayu salib? Sebab ular telah memperdayakan manusia sehingga Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Kalau manusia jatuh dalam dosa, maka jalannya juga pasti jalan berliku-liku seperti ular.
Mengapa manusia tidak lurus saja pikirannya? Mengapa manusia hatinya tidak lurus? Mengapa manusia banyak akal-akalan? Mengapa manusia banyak tipu muslihat? Mengapa manusia hidup dalam dusta? Karena dia sudah jatuh dalam dosa, hatinya pun banyak liku-liku, sehingga berjalan berliku-liku seperti ular.
Maka, jalan yang kedua ini, yaitu jalan ular di atas cadas, harus juga dialami Yesus sebagai manusia; Dia harus menanggung banyak derita di atas kayu salib, bagaikan cadas-cadas yang menyakitkan; inilah sengsara Yesus sebagai manusia di atas kayu salib.
Inilah yang tidak dipahami manusia selama ini; manusia hanya tahu amal soleh dan berbuat baik, tetapi secara khusus dan rinci, manusia tidak mengetahui jalan TUHAN.
Sementara perbuatan baik dan amal soleh tidak cukup membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Inilah kegunaan pengajaran, supaya kita diajar tentang jalan-jalan TUHAN.
 
Tentang: Jalan kapal di tengah-tengah laut.
Ini adalah gambaran Yesus sebagai HAMBA yang melangkah berjalan untuk melayani seantero dunia ini, lautan dunia ini, bagaikan kapal yang berlayar mengarungi (melewati) lautan bebas, berlayar di lautan bebas. Dan kapal ini datang dari sorga dari Allah, muatannya adalah perkara-perkara yang indah-indah dari sorga. Kemudian kapal tersebut berlayar di tengah lautan bebas untuk mencari pelabuhan hati manusia.
Buka hatimu, sebab TUHAN mau mencari pelabuhan hati. Dan kalau tiba bersandar di pelabuhan hati masing-masing, maka muatan sorgawi yang ada di dalam kapal itu, kekayaan sorgawi, perkara yang indah dari sorga yang ada di dalam kapal itu akan segera dikeluarkan dan ditaruh di dalam hati (kehidupan) manusia. Itulah pekerjaan “hamba.”
Tadi kita sudah melihat; Yesus sebagai Raja, Yesus sebagai manusia dalam sengsara, dan sekarang adalah Yesus sebagai hamba, bagaikan kapal di tengah lautan yang penuh dengan muatan yang indah dari sorga. Jadilah syahbandar yang baik; menjadi pelabuhan, tempat TUHAN bersandar, supaya dengan segera muatan yang ada di dalam kapal ini dipindahkan menjadi bagian di dalam hati kita, di dalam hidup kita masing-masing. Hargailah pelayanan hamba-hamba TUHAN; jangan saudara menganggap enteng ibadah-ibadah yang TUHAN percayakan ini.
Dahulu kita hanya mengetahui yang baik, hanya tahu amal soleh, tetapi itu tidak cukup untuk menghantar kita masuk sorga; apalagi pelayanan pura-pura baik, itu tidak cukup menghantar kita masuk sorga.
Intinya: Kapal yang penuh dengan harta yang indah, harta yang berharga, itulah kekayaan sorgawi, mencari pelabuhan hati kita dan ingin bersandar di hati kita. Jadilah syahbandar yang baik. Sekali lagi saya tegaskan: Jadilah syahbandar yang baik, menjadi pelabuhan hati bagi TUHAN.
 
Tentang: Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
Ini adalah langkah terakhir. Sesudah kita menikmati pelayanan dari Yesus, sebagai hamba TUHAN, selanjutnya langkah terakhir akan dipimpin kepada  jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis. Jalan yang ke-4 ini, menggambarkan Yesus sebagai Anak Allah, sekaligus MEMPELAI PRIA SORGA.
Tetapi, seorang laki-laki tidak akan mungkin bisa berjalan dengan seorang perempuan, dan menjadi pasangan hidupnya,  jikalau tidak ada kesepakatan, itu tidaklah mungkin. Oleh sebab itu, mari kita perhatikan Amos 3:3-8, dengan perikop: “Nabi sebagai penyambung lidah Allah.” Hamba TUHAN adalah penyambung lidah TUHAN, itulah kapal yang mengarungi lautan bebas tadi. Oleh sebab itu, saya tegaskan: Jadilah syahbandar yang baik, pelabuhan hati yang baik bagi TUHAN. Buka hati lebar-lebar supaya hati TUHAN menyatu dengan hati kita semua.
 
Amos 3:3-8
(3:3) Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji? (3:4) Mengaumkah seekor singa di hutan, apabila tidak mendapat mangsa? Bersuarakah singa muda dari sarangnya, jika belum menangkap apa-apa? (3:5) Jatuhkah seekor burung ke dalam perangkap di tanah, apabila tidak ada jerat terhadapnya? Membingkaskah perangkap dari tanah, jika tidak ditangkapnya sesuatu? (3:6) Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Adakah terjadi malapetaka di suatu kota, dan TUHAN tidak melakukannya? (3:7) Sungguh, Tuhan ALLAH tidak berbuat sesuatu tanpa menyatakan keputusan-Nya kepada hamba-hamba-Nya, para nabi. (3:8) Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Tuhan ALLAH telah berfirman, siapakah yang tidak bernubuat?"
 
Pada ayat 6, Adakah sangkakala ditiup di suatu kota, dan orang-orang tidak gemetar? Jadilah kehidupan yang takut akan TUHAN; takut dan gentar saat berita firman (sangkakala) disampaikan. Jangan keras hati.
“Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”
Selanjutnya; Singa telah mengaum, siapakah yang tidak takut? Singa suku Yehuda, Yesus Kristus, Dia telah mengaum sekarang, supaya kehidupan kita menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN, lalu dibawa dalam suatu rencana yang indah, yaitu dalam sebuah kesepakatan lewat pembukaan firman, untuk kita melangkah bersama dengan TUHAN, masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Sekali lagi saya sampaikan: Singa dari suku Yehuda telah mengaum, telah mengadakan pembukaan Firman TUHAN, lewat janji firman, supaya ada kesepakatan bersama, untuk kita dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
 
Berbahagialah saudara karena TUHAN sudah menunjukkan jalan-jalan TUHAN. Dari mana kita dapat mengetahui jalan-jalan TUHAN? Jawabnya adalah karena kita menerima Pengajaran Mempelai.
Maka, sungguh kasihan orang yang menolak Pengajaran Mempelai, sebab suatu kali nanti dia akan rasakan akibatnya. Jika hanya sibuk soal berkat, maka nanti dia akan terima semua akibatnya.
 
Wahyu 19:6-9
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.] (19:9) Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah."
 
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak -- kiranya kita ada di antara kumpulan besar itu -- , seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Yesus adalah Raja, tetapi dalam pesta nikah Anak Domba, Dia tampil sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga, sedangkan gereja yang sempurna menjadi mempelai perempuan, isteri Anak Domba.
 
Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: ... Tuliskanlah apa yang sudah diterima oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos dalam sebuah penglihatan untuk selanjutnya dikirim kepada 7 (tujuh) sidang jemaat di Asia kecil: “Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.
Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan malam kawin Anak Domba, pesta nikah Anak Domba. Mengapa ada kebahagiaan dalam pesta nikah? Karena sudah ada kesepakatan, ada perjanjian, lewat pembukaan firman yang kita terima malam ini; berbahagialah.
 
Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah." Firman ini adalah benar, ini bukan firman isapan jempol, ini bukan firman cerita dongeng nenek tua, takhayul, filsafat kosong, tetapi pesta nikah Anak Domba jelas adalah sasaran akhir perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
 
Jalan-jalan Tuhan secara ringkas:

-          Yesus adalah RAJA yang turun ke bumi. Tetapi oleh kemurahan, kita mengalami pengurapan untuk menjadi imamat dan raja-raja (imamat rajani) untuk melayani TUHAN dalam setiap ibadah.

-          Kemudian, yang kedua; Yesus tampil di dunia ini sebagai MANUSIA dalam sengsaranya.

-          Kemudian, yang ketiga; Yesus adalah HAMBA TUHAN untuk membawa segala kekayaan sorgawi.

-          Dan yang terakhir, Yesus tampil sebagai MEMPELAI LAKI-LAKI SORGA, kekasih jiwa kita masing-masing.

 
Sungguh, kita bersyukur kepada TUHAN karena kasih-Nya begitu heran dinyatakan kepada kita, lewat pengajaran. Kita harus tegas di dalam mengikuti TUHAN. Demikian juga seorang hamba TUHAN tidak boleh pura-pura dalam mengasihi, harus jujur.
 
Roma 11:33
(11:33) O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
 
O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat pembukaan firman, dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!
Jadi, antara Rasul Paulus dan raja Salomo adalah sama; sama-sama hamba TUHAN yang rendah hati, tidak merasa diri bisa, karena rencana TUHAN luar biasa. Jalan-jalan TUHAN tidak terselami oleh akal dan pikiran manusia.
 
Roma 11:34
(11:34) Sebab, siapakah yang mengetahui pikiran Tuhan? Atau siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya?
 
Siapa yang mengetahui pikiran Tuhan? Siapakah yang pernah menjadi penasihat-Nya? Tidak ada.
Artinya, tidak terselami jalan-jalan TUHAN, sehingga perkataan Salomo sangat sinkron sekali dengan apa yang diakui oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, sesuai dengan tulisan yang dikirimkan ini.
 
Kita akan kembali memperhatikan Yesaya 2, untuk melihat hal yang kedua, sebab terlalu tanggung bila kita lanjutkan di minggu yang akan datang. Biarlah kita bersabar dalam menerima pemberitaan Firman TUHAN, sebab yang penting adalah berkat dari firman itu, yaitu pengertian sorga.
 
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung ... Saudara tidak usah ragu lagi soal gereja mempelai yang mengatasi gereja-gereja lain, bukan?
... Dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit, mengatasi semua pencobaan sebagai arus yang disemburkan Setan.
 
Mempelai perempuan isteri Anak Domba layak menjadi terang dunia = kesaksian bagi seantero dunia ini. Apa buktinya?

-          Segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana. Berarti, gereja mempelai (gunung Sion) menjadi terang dunia.

-          Kemudian, banyak suku bangsa akan pergi ke gunung Sion.

 
Pertanyaannya: Selain transparan -- permata yang paling indah, permata hati TUHAN, bercahaya kemuliaan Allah --, APA YANG MENJADI DAYA TARIK DARI GUNUNG SION?
Jawabnya ada 2 (dua) hal:
-          Dari Sion akan keluar pengajaran.
-          Firman TUHAN dari Yerusalem.
 
Selanjutnya, kita akan melihat KEGUNAAN dari 2 (dua) hal itu.
Kegunaan “pengajaran yang keluar dari gunung Sion (gereja mempelai)” ialah TUHAN akan mengajar kita tentang jalan-jalan TUHAN, yang diakhiri dengan pesta nikah Anak Domba. O, alangkah dalamnya hikmat TUHAN.
 
Kegunaan “firman TUHAN dari Yerusalem” ADALAH SUPAYA KITA BERJALAN MENEMPUHNYA.
Yerusalem à Imam-imam, raja-raja, atau pelayan-pelayan TUHAN, atau hamba-hamba TUHAN yang menjadi contoh teladan di tengah ibadah dan pelayanan.
Hamba TUHAN yang menerima jabatan gembala sidang untuk menggembalakan sidang jemaat sebagai kawanan domba, harus menjadi contoh teladan. Singkatnya; gembala sidang harus menjadi contoh teladan, dia harus berjalan menuntun domba-dombanya di depan.
Gembala sidang adalah gembala terhadap kawanan domba, bukan gembala terhadap kawanan bebek. Kalau gembala terhadap kawanan bebek, berarti posisinya adalah di belakang; dengan menggunakan cambuk, dia pukul menggiring kawanan bebek dari belakang. Tetapi hamba TUHAN yang menjadi gembala sidang bagi kawanan domba harus menjadi contoh teladan dengan tongkat di tangannya.
 
Kalau TUHAN adalah hamba TUHAN, maka sudah pasti TUHAN memberi contoh teladan, dengan kata lain; supaya kita berjalan menempuhnya.
 
1 Petrus 2:19-21
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
 
Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Menderita hasil dosa, itu bukan kasih karunia.
Tetapi menanggung penderitaan atau teraniaya karena firman (sengsara salib), itu adalah kasih karunia.
Banyak orang yang hanya mengerti: kalau lulus sekolah, itu adalah kasih karunia. Padahal sesungguhnya, itu belum kasih karunia yang sempurna. Kasih karunia yang sempurna itu menanggung penderitaan yang tidak harus dia tanggung; aniaya karena firman; orang lain berdosa, kita yang menderita; itu baru kasih karunia. Tetapi kalau menderita karena hasil dosa, itu bukanlah kasih karunia. Hiduplah dalam kasih karunia.
 
Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung seperti yang dialami Yesus di atas kayu salib untuk membenarkan kita -- disebut kebenaran iman, kebenaran Allah --, itu adalah kasih karunia. Jadi, bukan lagi hasil usaha.
 
Sebab untuk itulah kamu dipanggil ... Untuk kasih karunia itu kita dipanggil, karena Kristus telah menderita, sudah mengalami aniaya, derita, sengsara salib, dan Dia sudah meninggalkan contoh teladan supaya kita meneladaninya.
Jadi, perlu untuk diketahui: Kita dipanggil untuk mengikuti contoh teladan TUHAN, itulah tapak-tapak kaki Yesus, jejak kaki Yesus yang berdarah-darah. Tapak kaki Yesus, jejak kaki Yesus yang berdarah-darah, itulah contoh teladan yang ditinggalkan untuk terus kita ikuti.
 
Lihat, kalau kita mengikuti tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah itu dengan tepat dan dengan baik, tidak melenceng ke kiri dan ke kanan, maka seketika itu juga dosa rontok. Semua dosa rontok; setiap satu langkah, dosa rontok seketika, Setan tunduk seketika. Itulah hebatnya kalau kita mengikuti contoh teladan dari hamba TUHAN.
Kalau kita mengikuti tapak (jejak) kaki Yesus yang berdarah itu dengan tepat, maka dosa rontok seketika itu juga; setiap melangkah, dosa rontok. Bukan hanya dosa rontok, tetapi setiap melangkah, Setan pun tunduk. Langkah-langkah inilah yang harus kita ikuti sampai tiba di Yerusalem baru.
 
Bukankah TUHAN Yesus baik? Dari Sion keluar pengajaran dan Firman TUHAN dari Yerusalem. Kurang apa baiknya TUHAN?
Banyak kali di tengah pemberitaan, hamba TUHAN berkata: “Yesus baik”, tetapi tidak diterangkan langkah-langkah untuk masuk sorga, hanya bicara mujizat semata dan salib diabaikan, akhirnya TUHAN berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
 
Kita berbahagia, karena gunung Sion layak menjadi terang dunia. Mengapa? Karena sungai air kehidupan mengadakan penyucian sampai kehidupan kristal, sampai menjadi pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, layak menjadi terang dunia, sehingga dunia pun berduyun-duyun naik ke atas gunung Sion. Mengapa? Ada daya tarik? Apa di sana? Dari Sion keluar pengajaran dan Firman TUHAN dari Yerusalem. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment