KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, November 22, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 NOVEMBER 2020


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 NOVEMBER 2020
 
KITAB RUT
(Seri: 117)
 
Subtema: MENCARI TEMPAT BERBARING
 
Shalom.
Selamat malam, damai sejahtera memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing.
Tidak lupa saya menyapa anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming; Shalom, TUHAN Yesus memberkati kita semua. Selanjutnya, kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya pembukaan firman yang kita terima sebentar berkuasa untuk meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Mari kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Untuk melihat ayat 2-4, terlebih dahulu kita memperhatikan ayat 1.
Rut 3:1
(3:1) Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia?
 
Di sini kita melihat: Naomi sedang berusaha untuk mencari tempat perlindungan bagi Rut, menantunya itu. Menunjukkan bahwa; ibu Naomi adalah seorang hamba TUHAN atau gembala sidang yang memiliki pandangan rohani.
Tempat perlindungan à Pesta nikah Anak Domba sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini. Muara dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah pesta nikah Anak Domba, sesuai dengan yang tertulis dalam Wahyu 19:6-9.
 
BUKTI BAHWA NAOMI MEMILIKI PANDANGAN ROHANI.
Rut 3:2-4
(3:2) Maka sekarang, bukankah Boas, yang pengerja-pengerjanya perempuan telah kautemani itu, adalah sanak kita? Dia pada malam ini menampi jelai di tempat pengirikan; (3:3) maka mandilah dan beruraplah, pakailah pakaian bagusmu dan pergilah ke tempat pengirikan itu. Tetapi janganlah engkau ketahuan kepada orang itu, sebelum ia selesai makan dan minum. (3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
 
Ada 5 (lima) perintah Naomi yang harus dikerjakan (dilakukan) oleh Rut -- dan 5 (lima) hal tersebut merupakan perkara penting, artinya tidak boleh diabaikan -- :
1.       Mandilah.
2.       Beruraplah.
3.       Memakai pakaian bagus.
4.       Pergilah ke tempat pengirikan.
5.       Perhatikanlah baik-baik tempat ia berbaring.
 
Inilah kelima perintah Naomi tersebut, sebagai perkara-perkara penting yang harus dilakukan oleh Rut untuk mendapatkan tempat perlindungan atau pesta nikah Anak Domba.
Demikian halnya dengan gereja TUHAN di hari-hari ini, harus ditandai dengan 5 (lima) perkara tersebut sebagai langkah-langkah untuk berada dalam rencana Allah yang besar.
 
Pendeknya: Pesta nikah Anak Domba adalah mega proyek dari Allah yang tidak bisa kita pungkiri, dan yang cukup menyita perhatian kita disertai dengan pengorbanan kita yang sangat besar pula.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan ...
Keterangan: V. PERHATIKAN BAIK-BAIK TEMPAT IA BERBARING.
Singkatnya, yang harus kita perhatikan dari hal yang kelima adalah berbaring.
Memang, kalau kita perhatikan secara khusus, kata “berbaring” di dalam Perjanjian Baru adalah suatu perkara yang sangat penting yang tidak boleh dilewatkan begitu saja, karena kata “berbaring” selalu terkait dengan menyelesaikan masalah, terkait dengan menyelesaikan segala perkara, termasuk ketika Yesus dibaringkan dalam kubur, berarti; segala perkara sudah selesai.
 
Inilah yang sedang kita kerjakan di hari-hari terakhir menjelang kedatangan TUHAN kembali untuk yang kedua kali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga. Kata “berbaring” ini tidak boleh dilewatkan begitu saja. Itu sebabnya, perintah yang kelima dari Naomi kepada Rut ini berada pada kedudukan yang terakhir, yaitu berbaring. Langkah terakhir ini sangat menentukan kehidupan gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini untuk sampai berada di tempat perlindungan, untuk sampai berada pada pesta nikah Anak Domba.
Oleh sebab itu, kita belajar dari seorang raja yang besar, itulah raja Daud, dalam tulisannya di dalam Mazmur 23.
 
Mazmur 23:1-2
(23:1) Mazmur Daud. TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. (23:2) Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;
 
Perikop ayat ini ialah “TUHAN Gembalaku yang baik”, TUHAN adalah Gembala kita, sebab Dia adalah Gembala Agung, Gembala yang baik.
 
TUHAN adalah gembalaku, selanjutnya pada ayat 1 ini Daud juga kembali berkata: “takkan kekurangan aku.” Kaitan pada ayat 1, tentu lanjut pada ayat 2: “Ia membaringkan aku di padang berumput hijau”.
Membaringkan atau berbaring tidak terlepas dari pemeliharaan TUHAN kepada kita sebagai Gembala Agung. TUHAN adalah Gembala yang baik, sedangkan masing-masing kita adalah domba-domba-Nya.
 
Terkait dengan hal itu, kita akan lanjut dalam pembacaan Kidung Agung 1.
Kidung Agung 1:6
(1:6) Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam, karena terik matahari membakar aku. Putera-putera ibuku marah kepadaku, aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; kebun anggurku sendiri tak kujaga.
 
Janganlah kamu perhatikan bahwa aku hitam ... Sulamit mengaku bahwa warna kulitnya ialah hitam.
 
Dibalik warna kulit yang hitam, sulamit mempunyai kelebihan-kelebihan:
Yang Pertama: Karena terik matahari membakar aku, ini adalah gambaran dari mempelai TUHAN dalam sengsara dan penindasan yang telah dia alami.
 
Yang Kedua: Putera-putera ibuku marah kepadaku ... dan siap menerima, siap dikecilkan, siap direndahkan.
 
Yang Ketiga: Aku dijadikan mereka penjaga kebun-kebun anggur; tetapi punya kegiatan yang hebat, yaitu sebagai penjaga kebun anggur. Bukankah saat ini kita ada di dalam kebun anggur TUHAN? Ini adalah pekerjaan yang sungguh luar biasa dipercayakan kepada mempelai TUHAN.
 
Yang Keempat: Kebun anggurku sendiri tak kujaga. Berarti, berada di dalam tanda penyerahan diri sepenuh.
 
Ini adalah kondisi Sulamit; walaupun hitam, tetapi sikap dan perbuatannya, serta penyerahannya patut diacungi dua jempol.
 
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku ... Lihat, sikap berikutinya; dia nyatakan kepada TUHAN Yesus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga sebagai jantung hatinya.
 
Perhatikan: Dari pernyataan Sulamit (mempelai TUHAN), di sini kita melihat, bahwa di dalam sistim penggembalaan, TUHAN sudah menyediakan tempat bagi domba-domba untuk tinggal berbaring menikmati pemeliharaan TUHAN.
Inilah yang dicari oleh mempelai TUHAN, inilah yang dicari oleh Sulamit. Sekalipun dia hitam, tetapi kerinduannya luar biasa.
 
Kemudian, hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini, untuk meneladani pribadi Sulamit, untuk meneladani pribadi dari mempelai TUHAN.
Memang kita bangsa kafir, tetapi kita juga harus meneladani tabiat dari Sulamit, meneladani sikap dari pada mempelai TUHAN.  Mengapa demikian? Sebab waktu yang tersisa, waktu yang tersedia bagi kita, bangsa kafir, tinggal sedikit lagi, sebab hari-hari ini bagaikan waktu petang hari = menjelang gelap malam = puncaknya dosa
Di hari-hari terakhir ini, soal “berbaring” ini harus menjadi pusat perhatian bagi bangsa kafir untuk meneladani pribadi Sulamit, meneladani milik kepunyaan Allah sendiri.
 
KEADAAN DOMBA-DOMBA JIKA TIDAK ADA TEMPAT UNTUK BERBARING:
Kidung Agung 1:7B
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Dari kalimat ini, kita dapat mengambil kesimpulan, bahwa; keadaan domba-domba jika tidak ada tempat untuk berbaring ialah akan jadi serupa pengembara, dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu.
 
Sekarang kita akan memeriksa kata: TEMAN-TEMAN, yang menjadi pengembara. Berarti, tiada tempat untuk berbaring.
 
Matius 11:16-17
(11:15) Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar! (11:16) Dengan apakah akan Kuumpamakan angkatan ini? Mereka itu seumpama anak-anak yang duduk di pasar dan berseru kepada teman-temannya: (11:17) Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
 
Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar soal “teman-teman”
 
Perhatikan kalimat:
-    Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari.
-    Kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak berkabung.
Artinya; Firman TUHAN telah disampaikan dalam kuasa Roh-El Kudus yang memberi kesukaan, namun tidak ada reaksi dari teman-teman.
Pendeknya, “teman-teman” -- di dalam ayat ini -- berbicara tentang suatu kehidupan yang sudah mendengarkan firman Allah, tetapi tidak melakukannya.
 
Kita masing-masing yang hadir secara khusus tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, ada yang sudah 4 (empat) tahun, ada yang 5 (lima) tahun, ada yang 10 (sepuluh) tahun, bahkan ada yang 15 (lima belas) tahun, juga ada yang lebih dari 15 (lima belas) tahun, lalu bagaimana reaksi kita setiap kali mendengar firman TUHAN di hari-hari terakhir ini?
Saya tidak mempersoalkan soal waktu lamanya mendengar firman. Baik, kita anggap itu bagian dari masa lalu, kalau memang selama ini teledor saat dengar firman; tetapi yang sekarang TUHAN tuntut ialah bagaimana reaksi kita saat dengar firman TUHAN?
Jangan dianggap main-main, jangan dianggap enteng. Kalau saudara pernah melihat orang di sekitarmu anggap enteng terhadap pemberitaan firman, saatnya sekarang belajar untuk mengerti soal “berbaring” ini.
 
Pendeknya: “Teman-teman” -- di dalam ayat ini -- berbicara tentang suatu kehidupan yang sudah mendengar firman Allah, tetapi tidak melaksanakannya dengan baik dan benar, tidak mau melakukannya dengan baik dan benar, ogah-ogahan terhadap pemberitaan Firman TUHAN. Kesimpulannya: “Teman-temanà Orang yang tidak taat.
 
Amsal 29:9
(29:9) Jika orang bijak beperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini mengamuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan.
 
Jika orang bijak, bagaikan bintang-bintang di langit yang menjadi penunjuk untuk menuntun banyak orang kepada kebenaran; sebetulnya, itulah orang bijaksana. Tetapi ketka orang bijaksana berperkara dengan orang bodoh, orang bodoh ini mengamuk dan tertawa, sehingga tak ada ketenangan
 
Reaksi yang terjadi jika firman Allah dinyatakan kepada orang bodoh ialah mengamuk dan tertawa sehingga tidak ada ketenangan.
Tergantung dari sudut mana ia memandang Firman Allah yang dinyatakan,
-    Jika yang dinyatakan adalah bentuk salib, ia mengamuk.
-    Jika yang dinyatakan adalah bentuk daging, ia tertawa.
Pendeknya: Firman Allah agung dan mulia, namun tidak ada artinya bagi orang bodoh, tidak ada artinya bagi orang bebal.
 
Itu sebabnya, di atas tadi saya sudah katakan: Kita ini tergembala dalam penggembalaan ada yang 5 (lima) tahun, ada yang 10 (sepuluh) tahun, ada yang 15 (lima belas) tahun, ada yang lebih dari 15 (lima belas) tahun. Lalu, bagaimana sikap kita, reaksi kita, saat Firman TUHAN dinyatakan?
 
Kita lanjut kembali membaca Matius 11.
Matius 11:18-19
(11:18) Karena Yohanes datang, ia tidak makan, dan tidak minum, dan mereka berkata: Ia kerasukan setan. (11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
Karena ternyata “teman-teman” itu adalah orang-orang bebal, orang bodoh, tidak mau melaksanakan firman TUHAN yang mereka dengar. Justru akhirnya, “teman-teman” di sini tampil sebagai pengejek-pengejek;

-          Mengejek Yohanes Pembaptis sebagai orang yang kerasukan setan, karena Yohanes Pembaptis berpuasa.

-          Mengejek Anak Manusia sebagai seorang pelahap dan peminum (pemabuk), karena sahabat pemungut cukai dan sahabat orang berdosa.

 
Hati-hati, sekalipun saya tidak menunjuk bahwa kita ini bebal dan bodoh, tetapi dari apa yang sudah kita terima, kita sudah tahu ukurannya; kita ini bijaksana atau bebal?
 
Lebih rinci lagi kita melihat soal berpuasa dan tidak berpuasa, dalam Injil Matius 9.
Matius 9:14-15
(9:14) Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" (9:15) Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.
 
Memang benar, Yohanes Pembaptis berpuasa bersama dengan murid-muridnya, sedangkan murid-murid Yesus tidak berpuasa. Namun, perlu untuk diketahui: selama kita senantiasa bersama dengan Pengajaran Mempelai akan memberi kesukaan yang besar, yakni senantiasa berada dalam suasana pesta. Oleh karena Pengajaran Mempelai, kita senantiasa berada dalam suasana pesta.
Tetapi, akan datang waktunya, di mana Firman Pengajaran Mempelai diambil dari atas muka bumi ini, itulah waktu yang tepat untuk berpuasa, tidak makan, tidak minum. Sekali lagi saya sampaikan: Saat Pengajaran Mempelai diangkat dari bumi ini, itu waktu yang tepat bagi kita untuk berpuasa.
 
Selama kita berpegang teguh kepada Pengajaran Mempelai, kita semuanya berada dalam suasana pesta. Tetapi, kalau Pengajaran Mempelai sudah diangkat, pada waktu itulah kita berpuasa, tidak makan, tidak minum.
 
Dalam hal ini, kita dapat menarik kesimpulan di sini tentang “teman-teman”: Mereka ternyata menjalankan ibadah pelayanannya dalam bentuk Taurat atau mengikuti aturan secara lahiriah -- itu disebut ibadah Taurat --. Sementara, ibadah pelayanan ini bukan hanya soal tidak makan dan tidak minum, bukan hanya mengikuti aturan-aturan Taurat, tetapi soal bagaimana kita mengamalkan, bagaimana kita melaksanakan firman Allah yang sudah kita dengar, itu persoalan penting.
Bukan soal aturan-aturan di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi soal bagaimana kita mengamalkan, soal bagaimana melakukan (melaksanakan) setiap firman Pengajaran Mempelai yang kita terima dan kita dengar; itu persoalannya. Tetapi dasar orang bebal, dasar orang bodoh, “teman-teman”ini suka mencari alasan, berperkara soal Taurat (ibadah Taurat).
 
Sekali lagi saya sampaikan: Ibadah dan pelayanan ini bukan soal tidak makan dan tidak minum, artinya; ibadah bukan hanya aturan-aturan Taurat, tetapi bagaimana kita mengamalkan atau melaksanakan setiap Firman Allah yang sudah kita dengar dari TUHAN.
Seperti TUHAN Yesus Kristus, Ia memperhatikan orang-orang yang sakit, yakni;
-          Pemungut cukai à Orang yang terikat dengan uang = cinta uang.
-          Orang-orang berdosa. Dia sangat memperhatikan orang-orang berdosa.
 
Yesus memberi kesempatan kepada orang berdosa untuk memperbaiki dirinya. Contohnya; dalam Yohanes 7:37 dst, ketika Yesus makan di rumah Simon si kusta, yang disebut juga orang Farisi, Yesus memberi kesempatan kepada seorang perempuan yang terkenal karena dosanya untuk memperbaiki dirinya.
Jadi, saat Yesus duduk makan di rumah orang Farisi, Simon si kusta, Dia memberi kesempatan kepada seorang perempuan yang terkenal karena dosanya untuk memperbaiki kelakuannya. Dia sangat memperhatikan; bukan hanya pemungut cukai, tetapi juga memperhatikan orang berdosa.
 
Jadi, bukan soal Tauratnya, bukan soal ibadah pelayanan yang bersifat lahiriah, bukan, tetapi bagaimana kita mengamalkan, bagaimana kita melakukan dan melaksanakan setiap firman yang sudah kita terima dari TUHAN.
 
Matius 9:16-17
(9:16) Tidak seorang pun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. (9:17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
 
Karena “teman-teman” tadi adalah orang bebal, orang bodoh, tidak mengamalkan, tidak melaksanakan, tidak melakukan setiap firman yang dia dengar, sehingga “teman-teman” di sini digambarkan bagaikan baju yang tua dan kantong kulit yang tua, kedua-duanya tidak beroleh kasih karunia.
 
Pendeknya: Kehidupan yang lama, itulah baju yang tua dan kantong kulit yang tua ...

-          Tidak dapat diperbaiki sekalipun ada di tengah-tengah ibadah pelayanan, seperti kain penambal yang baru yang ditambalkan pada kain yang tua, justru kain yang tua akan semakin rusak.

-          Tidak dapat menikmati kemurahan TUHAN, seperti anggur yang baru diisi di dalam kantong kulit yang tua, dia akan terbuang sia-sia, jauh dari kemurahan TUHAN.

Jadi, kehidupan “teman-teman” yang bebal dan bodoh ini tidak dapat diperbaiki dan tidak menikmati bahkan jauh dari kemurahan TUHAN.
 
Lihatlah, “teman-teman” tadi, orang-orang bebal, mereka menjalankan ibadah Taurat; itu sebabnya, tidak ada tempat berbaring, selalu dalam pengembaraan. Sedangkan Sulamit, mempelai wanita TUHAN, tidak mau hidup seperti “teman-teman” dalam penggembaraan. Yang dia cari adalah tempat berbaring.
 
Kalau kehidupan kita seperti kain tua di tengah ibadah dan pelayanan, menutup-nutupi dosa di tengah ibadah dan pelayanan, maka akan semakin rusak, bukan hanya dirinya yang rusak, tetapi orang lain pun rusak, pelayanannya pun makin rusak (sobek besar). Demikian juga kantong kulit tua; jauh dari kasih karunia, bahkan menyalahgunakan jabatan-jabatan.
 
Tetapi ...
Matius 9:17B
(9:17) Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itu pun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
 
Yang benar adalah anggur yang baru disimpan dalam kantong yang baru pula, tujuannya; supaya kedua-duanya terpelihara.
-          Kantong yang baru memelihara anggur yang baru.
-          Sebaliknya, anggur yang baru memelihara kantong yang baru.
Dengan lain kata; hidup di dalam kasih karunia.
 
Kalau diberi jabatan di tengah ibadah dan pelayanan, itu harus dipelihara, maka sebaliknya jabatan itu juga akan memelihara kehidupan kita masing-masing; sehingga kedua-duanya terpelihara. Kalau dipercaya melayani, ayo, pegang kepercayaan TUHAN, nanti kepercayaan itu yang memelihara hidup orang yang memelihara kepercayaan. Jadi, jangan dianggap enteng. Ingat!! Banyak kerja, banyak upah; tidak ada upah kalau tidak ada kerja. Ingatlah itu.
 
Kembali saya sampaikan: Anggur yang baru disimpan dalam kantong yang baru, tujuannya supaya terjadi pemeliharaan, dengan lain kata; terpeliharalah kedua-duanya, maka disebutlah itu simbiosis mutualisme.
Jadi, kita ada di tengah ibadah harus dalam keadaan baru seperti kantong yang baru tadi, supaya kedua-duanya terpelihara, hidup di dalam kelimpahan kasih karunia.
 
Maka, kita perhatikanlah Injil Yohanes 2.
Yohanes 2:18
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
 
Sesudah Yesus mengadakan penyucian terhadap Bait Allah -- seperti yang tertulis dalam Yohanes 2:13-16 --, selanjutnya, reaksi dari “teman-teman” atau orang-orang Yahudi, yakni orang-orang yang tidak mempunyai tempat untuk berbaring, mereka bertanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?"
 
Jawab Yesus, pada ayat 19.
Yohanes 2:19
(2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
 
Yesus menjawab mereka: "Rombak Bait Allah ini", selanjutnya Yesus berkata: "dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali."
Jadi, yang TUHAN tuntut di tengah ibadah pelayanan dalam kehidupan kita adalah supaya kita berada dalam keadaan yang baru -- sama dengan; hidup baru --.
 
Jadi, dalam segala perjuangan, Yesus harus merombak Bait Suci dalam tiga hari, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya. Intinya; penyucian yang sedang berlangsung sampai hari ini, sampai kita mengalami pembaharuan menjadi suatu kehidupan baru, maka dibutuhkan suatu perjuangan yang begitu berat.
Yesus bergumul menghadapi “teman-teman”, supaya menjadi suatu kehidupan yang baru. Penyucian itu juga dibutuhkan perjuangan, sampai kita betul-betul menjadi suatu kehidupan yang baru. Dibutuhkan perjuangan yang begitu besar.
Jadi, ibadah itu bukan hanya sekedar ibadah Taurat; datang, lalu kita kerjakan sesuai aturan yang ada, itu adalah taurat. Tetapi di tengah ibadah dibutuhkan perjuangan dan pengabdian.
 
Benar, bahwa; “teman-teman” itu betul-betul mengembara, tidak ada tempat untuk berbaring.
 
Kita kembali memperhatikan Injil Matius 11, terkait dengan “teman-teman”, itulah orang-orang yang mendengar firman, tetapi tidak melakukannya, tidak mengamalkannya.
Matius 11:19
(11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
Inilah gambaran dari ibadah “teman-teman”, tiada tempat untuk berbaring, yaitu dalam ibadah hanya dalam bentuk aturan, dalam bentuk Taurat saja, tidak ada suatu perjuangan untuk mengalami suatu pembaharuan dan menjadi suatu kehidupan yang baru, selain hanya menjalankan ibadah Taurat saja.
 
Umpama:
Pemimpin pujian ya memimpin pujian, sudah. Pemain musik ya melayani musik, sudah. Zangkoor ya zangkoor begitu saja, sudah. Sidang jemaat datang dengar firman ya duduk dengar firman, tetapi pulang ya begitu saja, tidak ada perjuangan. Itulah ibadah dari “teman-teman”.
Betul-betul bodoh dan bebal, sebab mereka menjalankan ibadah Taurat saja, hanya dengan aturan saja. Dan itu, diperbesar-besar kepada TUHAN Yesus Kristus, karena pada saat mereka berpuasa, Yesus bersama murid-murid justru makan dan minum bersama dengan pemungut cukai dan orang berdosa.
Memang, kalau dasarnya tidak mau berubah, memang begitu; jago untuk mencari alasan; meninggikan diri, namun untuk menjatuhkan orang lain
 
Matius 11:19B
(11:19) Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan mereka berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa. Tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya."
 
Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Berbeda dengan “teman-teman” yang menjalankan ibadah Taurat, membenarkan diri dari perkataannya, tetapi hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
Ayo, kita masing-masing membuktikan diri di hadapan TUHAN dengan perbuatan yang benar, bukan dengan perkataan seolah-olah benar. Sudah seharusnya kita sekarang menunjukkan jati diri kita dengan perbuatan kita masing-masing, bukan lagi dengan perkataan. Tidak ada lagi waktu membenarkan diri dengan perkataan, tetapi buktikan jati diri kita masing-masing dengan suatu tindakan yang positif di hadapan TUHAN, sesuai dengan hikmat Allah.
 
Markus 13:1-2
(13:1) Ketika Yesus keluar dari Bait Allah, seorang murid-Nya berkata kepada-Nya: "Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu!" (13:2) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan."
 
Menurut pemandangan murid-murid: betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu! Tetapi kata Yesus kepada mereka: "Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan."
 
Yang lama harus diruntuhkan. Kita tidak boleh bertahan dengan cara ibadah dari “teman-teman”, berarti; yang lama harus dirubuhkan.
Itu sebabnya, di atas tadi saya sudah sampaikan: Dalam penyucian itu dibutuhkan perjuangan, itulah yang diperjuangkan oleh Yesus terhadap orang-orang Yahudi, “teman-teman”, dengan berkata: Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali dalam keadaan baru.
 
Setelah dirombak menjadi suatu kehidupan yang baru, barulah yang terakhir kali yang harus kita perhatikan adalah pada ayat 33.
Markus 13:33
(13:33) "Hati-hatilah dan berjaga-jagalah! Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
 
Yang terpenting ialah berhati-hatilah dan berjaga-jagalah.
Sesudah Bait Allah dirombak dan didirikan kembali dalam keadaan baru oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus -- itu yang terpenting --, lalu berhati-hatilah dan berjaga-jagalah. Mengapa demikian? Selanjutnya Yesus berkata: Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
 
Sekali lagi saya sampaikan: Yang terpenting, setelah keadaan baru ialah berhati-hatilah dan berjaga-jagalah. Mengapa Yesus berkata demikian kepada murid-murid? Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba.
Kedatangan TUHAN itu tiba-tiba, seperti pencuri di malam hari. Kalau tuan rumah tahu bahwa pencuri datang di malam hari, maka pasti dia berjaga-jaga. Jadi, kedatangan TUHAN itu seperti pencuri di malam hari; “tiba-tiba”, tidak ada yang tahu, seorang pun tidak ada yang tahu, Anak pun tidak tahu, hanya Bapa yang tahu. Mengapa? Apakah TUHAN menginginkan kebinasaan manusia? Tidak, melainkan supaya kita berhati-hati dan berjaga-jaga. Kalau sudah tahu, tidak perlu berhati-hati; tetapi karena kita tidak tahu, maka dibutuhkan soal berhati-hati dan soal berjaga-jaga.
 
Malam ini, kita sudah mendengarkan perintah yang kelima dari Naomi yang memang harus dilakukan oleh Rut, tidak boleh diabaikan begitu saja. Biarlah kita dengar firman dengan rendah hati, bukan dengan mengikuti suara daging; ikuti cara Maria. Biarlah betul-betul kita meneladani pribadi Maria; seorang yang terkenal berdosa, tetapi karena TUHAN memberi kesempatan kepada orang berdosa untuk memperbaiki dirinya, maka gunakan baik-baik, sebab waktu yang tersisa tinggal sedikit, bagaikan petang hari menjelang gelapnya malam.
Jadi, jangan dengar suara daging saat datang beribadah, sebab ibadah ini bukan soal Taurat, bukan soal aturan dengan berkata “pokoknya, saya sudah melayani”, bukan soal itu.
 
Hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya. Jadi, sekarang ini tidak lagi waktunya membenarkan diri dengan perkataan, tetapi marilah kita menunjukkan jati diri kita dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan salib. Itulah hikmat Allah, yaitu salib.
Ayo, dukung pemberitaan Injil ini dengan sikap yang rendah hati. Jangan dengar suara daging, suara asing.
 
Pendeknya, sesudah dalam keadaan hidup baru, yang dibutuhkan dan yang terpenting adalah berhati-hatilah dan berjaga-jagalah
 
Rut 3:4
(3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
 
“ ... Perhatikan baik-baik tempat ia berbaring ...” Ketika Yesus mati, Ia dibaringkan dalam kuburan, berarti semuanya sudah terlaksana; inilah yang harus diperhatikan. Jangan dengar suara daging, suara asing, tetapi perhatikan baik-baik tempat ia berbaring.
 
Rut 3:7-6
(3:7) Setelah Boas habis makan dan minum dan hatinya gembira, datanglah ia untuk membaringkan diri tidur pada ujung timbunan jelai itu. Kemudian datanglah perempuan itu dekat dengan diam-diam, disingkapkannyalah selimut dari kaki Boas dan berbaringlah ia di situ. (3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya. (3:9) Bertanyalah ia: "Siapakah engkau ini?" Jawabnya: "Aku Rut, hambamu: kembangkanlah kiranya sayapmu melindungi hambamu ini, sebab engkaulah seorang kaum yang wajib menebus kami."
 
Jadi, di dalam berhati-hati dan berjaga-jaga, di sini kita perhatikan; pribadi Rut menantikan 2 (dua) perkara penting dari Boas:
YANG PERTAMA: Perlindungan dari sayap Allah. Itu penting, itu yang memelihara bangsa Israel dalam perjalanan di padang gurun selama 40 (empat puluh) tahun; mereka didukung di atas kepak sayap Allah, mereka dilindungi di atas kepak sayap Allah.
Sampai pada puncak dosa gelap malam, kita dilindungi oleh dua kepak sayap Allah. Maka, kalau kita hanya datang beribadah dalam bentuk Taurat “karena kita sudah bekerja, ya, sudahlah”, sesudah melayani “sudahlah”, firman yang didengar tidak perlu dilakukan, itu adalah kesalahan besar.
Ingat: Hikmat dibenarkan oleh perbuatan, bukan dari mulut. Kita sudah harus semakin dewasa sekarang. Jadi, ibadah ini bukan soal Taurat dengan berkata: “yang penting saya sudah melayani, titik”, sehingga firman yang disampaikan tidak perlu dilakukan; itu adalah sifat “teman-teman” tadi, yang tidak ada tempat untuk berbaring. Tetapi Rut memperhatikan perlindungan dari sayap Allah, tanda bahwa: Rut berhati-hati dan berjaga-jaga.
YANG KEDUA: Penebusan. Jadi, dalam kita berjaga-jaga, yang kita butuhkan adalah penebusan yang telah dikerjakan Yesus Kristus di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu. Itulah soal berjaga-jaga, di mana yang kita harapkan adalah soal penebusan, dan TUHAN telah mengerjakan penebusan, TUHAN telah memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
 
Mengapa di dalam hal berjaga-jaga -- datang di bawah kaki Boas --, Rut mengharapkan dua perkara itu? Karena Rut melakukannya dengan tepat seperti yang diperintahkan Naomi kepada dia. Perhatikan baik-baik tempat ia berbaring.
Oleh sebab itu, di dalam Injil juga, seorang perempuan bertanya kepada malaikat: “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan ... Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.Di mana engkau baringkan, Tuhanku? Itulah sikap mempelai.
Jangan mengembara tidak jelas, tidak ada tempat berbaring; tidak jelas, ibadahnya hanya Taurat saja. Pokoknya, kalau sudah pimpin pujian, sudah. Kalau sudah melayani musik, sudah, tidak perlu mengamalkan firman yang didengar. Itulah sikap “teman-teman”, sikap dari orang bodoh (bebal).
Saya sudah katakan: TUHAN tidak peduli dengan dosa masa lalu, yang mungkin selama ini mengabaikan firman yang didengar, tetapi sekarang harus banyak berubah, sebab hikmat Allah dibenarkan oleh perbuatannya.
 
Selanjutnya, perhatikan kembali ayat 4.
Rut 3:4
(3:4) Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan."
 
Ketika Rut berbaring di kaki Boas, maka Boas akan memberitahukan kepada Rut, apa yang harus dilakukan oleh Rut
 
Tetapi kalau kehidupan kita selalu mengembara, maka kita tidak mengerti rencana TUHAN. Kalau kita memiliki roh seperti roh “teman-teman”, maka kita tidak akan mengerti rencana TUHAN. Seperti orang dunia; lebih mengutamakan perkara di bawah, lebih mengutamakan perkara-perkara lahiriah di muka bumi ini, dari pada ibadah dan pelayanan, tidak mau mencari tempat untuk berbaring, sehingga tidak mengerti rencana TUHAN dalam kehidupannya.
Tetapi Rut; saat dia berbaring di kaki Boas, pada saat itulah Boas memberitahukan segala sesuatu yang harus dia lakukan. Tiadalah mungkin kita dapat melakukan sesuatu yang baik, yang benar, yang suci, yang sempurna, kalau TUHAN tidak memberitahukan rencana-rencana itu dalam kehidupan kita. Oleh sebab itu, jangan sombong, kita adalah bangsa kafir yang mendapat kemurahan dari TUHAN.
 
Kita ini adalah bangsa kafir yang akhirnya dicangkokkan pada pokok zaitun, pada akar zaitun yang penuh dengan getah itu; karena kemurahan saja. Ingat; kita ini bangsa kafir yang dicangkokkan, yang hidup karena kemurahan... Roma 11.
 
Yesaya 54:4-6
(54:4) Janganlah takut, sebab engkau tidak akan mendapat malu, dan janganlah merasa malu, sebab engkau tidak akan tersipu-sipu. Sebab engkau akan melupakan malu keremajaanmu, dan tidak akan mengingat lagi aib kejandaanmu. (54:5) Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam nama-Nya; yang menjadi Penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi. (54:6) Sebab seperti isteri yang ditinggalkan dan yang bersusah hati TUHAN memanggil engkau kembali; masakan isteri dari masa muda akan tetap ditolak? firman Allahmu.
 
Suami dari umat Allah atau suami dari sidang mempelai TUHAN adalah Allah Sang Khalik yang telah mengerjakan penebusan itu 2000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib, di bukit Golgota.
Yang tidak kalah penting adalah Allah tidak lagi mengingat-ingat segala kesalahan-kesalahan kita pada masa lalu; dosa masa lalu telah dilupakan oleh TUHAN.
 
Inilah penebusan yang diharapkan oleh bangsa kafir; oleh sebab itu, Rut harus berbaring di kaki Boas, dengan menantikan 2 (dua) perkara penting dari Boas:
1.      Dia mengharapkan perlindungan dari dua sayap.
2.      Dia berharap penebusan itu.
Tetapi akhirnya, kehidupan yang ditebus menjadi mempelai TUHAN; dan yang menjadi suaminya adalah Penebusnya. Inilah satu kehidupan yang betul-betul mengerti rencana TUHAN.
Ayo, sebagai bangsa kafir, biarlah kita taat, setia, dengar-dengaran. Jangan berubah dan jangan sombong.
 
Siapa yang menjadi suami dari pada mempelai TUHAN, bangsa kafir yang sudah ditebus, yang turut menjadi mempelai TUHAN? Tidak lain, tidak bukan adalah Allah yang menciptakan langit bumi, yang juga sekaligus Penebus. Dan yang tidak kalah penting, Dia lupakan dosa masa lalu kita, Dia tidak pernah ungkit-ungkit lagi.
Itulah kuasa dari penebusan itu, yaitu dosa tidak diungkit-ungkit lagi. Kalau dosa diungkit-ungkit lagi, tentulah kita tidak layak masuk dalam Kerajaan sorga. Mengungkit-ungkit dosa, itu adalah pekerjaan Setan, yang suka menuduh dan mendakwa, sehingga seseorang terus menerus merasa bersalah; akibatnya tidak percaya diri; sudah ada di tengah ibadah, namun tidak percaya diri; sudah diberi jabatan, namun tidak percaya diri. Itulah yang merupakan pekerjaan Setan; menuduh dan mendakwa.
 
Ayo, ingat; yang menjadi suami dari Sulamit (mempelai wanita TUHAN), yang juga bangsa kafir turut bagian dari mempelai wanita TUHAN, adalah Sang Penebus. Dan yang tidak kalah penting; Dia lupakan dosa masa lalu kita semua, Dia lupakan kejahatan-kejahatan, kekerasan hati (sombong), kenajisan, dusta, pencurian, itu semua dilupakan oleh TUHAN.
Ayo, mari kita belajar seperti Sulamit; yang dia dambakan adalah tempat untuk berbaring. Jangan mengembara seperti “teman-teman”.
 
Kita harus mengucap syukur, tidak boleh lupa kebaikan TUHAN; oleh sebab itu, nabi Yeremia menuliskannya kembali.
Yeremia 50:6-7A
(50:6) Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang; mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, mereka berjalan dari gunung ke bukit sehingga lupa akan tempat pembaringannya. (50:7) Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Karena mereka telah berdosa kepada TUHAN, tempat kebenaran, TUHAN, pengharapan nenek moyang mereka!
 
Umat-Ku tadinya seperti domba-domba yang hilang ... Tadinya, berarti dahulu, sebelum mengalami pemulihan = masih mengembara.
 
Mereka dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya; memang, karena gembala-gembala yang tidak bertanggung jawab, mereka dibiarkan sesat. Kemudian, dibiarkan mengembara di gunung-gunung, tidak ada tempat untuk berbaring. Mereka berjalan dari gunung ke bukit, itulah yang terjadi dahulu sebelum dipulihkan, sehingga lupa akan tempat pembaringannya. Oleh sebab itu, belajarlah untuk senantiasa mengingat segala kemurahan hati TUHAN.
 
Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka, dan lawan-lawan mereka berkata: Kami tidak bersalah! Siapapun yang mereka jumpai saat mereka mengembara dahulu sebelum dipulihkan, kehidupan mereka tertindas sekali: Siapa pun yang menjumpai mereka, memakan habis mereka. Musuh utama itulah daging dengan segala keinginannya, kehidupan mereka dihabisi oleh daging. Kemudian, Iblis atau Satan, demonstrasi dari roh jahat dan roh najis menghabisi mereka, tanpa merasa bersalah; itu dahulu, ketika masih mengembara, belum ada tempat untuk berbaring.
 
Sebelum dipulihkan, umat Allah megembara seperti domba-domba yang hilang
Yang Pertama: Dibiarkan sesat oleh gembala-gembalanya.
Praktek sesat ialah disesatkan oleh ajaran palsu.

1.      Ibadah hanya sebatas mengadakan mujizat, namun salib diabaikan.

2.      Di tengah ibadah hanya sebatas pemberitaan firman tentang dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, cerita-cerita isapan jempol, filsafat-filsafat kosong.

Inilah praktek sesat oleh gembala-gembalanya.
 
Yang Kedua: Dibiarkan mengembara di gunung-gunung.
Artinya; beribadah di sembarang tempat = tidak tergembala dengan baik dan benar dalam sebuah penggembalaan dengan satu gembala. Semua gunung-gunung (rumah TUHAN) tempat beribadah, semua dijalani. Inilah keadaan “teman-teman” mengembara, belum ada tempat untuk berbaring.
Dahulu kita juga merasa; kalau sudah beribadah di semua tempat, kita merasa lebih rohani dari orang lain, karena semua gunung-gunung, rumah TUHAN, tempat beribadah, kita jalani; padahal itu salah, itu sama dengan mengembara, tidak ada tempat untuk berbaring. Di mana ada KKR, di situ ia datang; di mana ada ibadah, di situ ia datang; itu namanya beribadah di gunung-gunung, di sembarang tempat, itu adalah sebuah sikap yang salah.
 
Yang Ketiga: Berjalan dari gunung ke bukit.
Artinya; beribadah tanpa menyelesaikan masalah. Ada di tengah ibadah, tetapi masalah tidak selesai-selesai, tidak mau berdamai dengan TUHAN = mengembara.
 
Itulah keadaan “teman-teman” dalam keadaan mengembara, tidak ada tempat untuk berbaring. Akibatnya ialah lupa akan tempat pembaringan. Itu dahulu, sebelum dipulihkan.
 
Mengapa nabi Yeremia menuliskan hal ini? Supaya Yehuda dan Yerusalem jangan sombong, jangan lupa TUHAN, jangan lupa kebaikan TUHAN, jangan lupa kemurahan hati TUHAN, jangan lupa pekerjaan penebusan yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
 
Namun pada akhirnya, Rut dipulihkan oleh TUHAN karena kerinduannya sangat luar biasa.
 
Kita kembali membaca Kidung Agung 1.
Kidung Agung 1:7
(1:7) Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari. Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu?
 
Sudah sangat jelas, bahwa; kita harus menunjukkan suatu kerinduan yang mendalam di hadapan TUHAN. Sebagaimana perkataan Sulamit kepada Mempelai Laki-Laki: Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku, di mana kakanda menggembalakan domba, di mana kakanda membiarkan domba-domba berbaring pada petang hari.
Ingat, waktu yang tersisa tinggal sedikit seperti waktu petang, menjelang gelap malam, sebab waktu yang ada sekarang ini seperti petang hari menjelang malam.
 
Tetapi di dalam kerinduan itu, kita lihat pernyataannya kepada Mempelai Laki-Laki: Ceriterakanlah kepadaku, jantung hatiku. Mempelai Laki-Laki disebut sebagai jantung hati.
Jadi, yang dibutuhkan hanyalah pribadi Yesus seorang, tidak ada yang lain. Tidak ada yang dibutuhkan, selain pribadi Yesus, sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga, Dialah jantung hati.
 
Fungsi jantung hati adalah untuk memompa darah. Inilah jantung hati; yang memompa peredaran darah ke seluruh tubuh melalui urat-urat dan sendi-sendi dalam seluruh kehidupan kita ini.
Yesus Kristus adalah jantung hati kita masing-masing, tidak ada yang lain. Inilah bukti kerinduan di hati untuk mencari tempat untuk berbaring; TUHAN sebagai jantung hati, pusat peredaran kita. Nyawa kita adalah Yesus Kristus, tidak ada yang lain.
Kalau pun kita mempunyai kedudukan dan jabatan yang tinggi, itu bukan jantung hati. Yesus tetap jantung hati.
 
Karena mengapa aku akan jadi serupa pengembara dekat kawanan-kawanan domba teman-temanmu? Artinya; Mempelai Tuhan tidak mau menjadi pengembara; dia rindu tempat untuk berbaring.
 
Mari kita lihat ayat 8, kita lihat jawaban Yesus sebagai Mempelai Laki-Laki terhadap Sulamit, sebagai mempelai perempuan.
Kidung Agung 1:8
(1:8) -- Jika engkau tak tahu, hai jelita di antara wanita, ikutilah jejak-jejak domba, dan gembalakanlah anak-anak kambingmu dekat perkemahan para gembala.
 
Lihat, jawab Yesus, Mempelai Laki-Laki, kepada Sulamit: “hai jelita di antara wanita.
Dalam ejaan lama: “hai engkau yang terelok di antara segala orang perempuan.
Hal ini harus menjadi kenyataan di dalam hidup gereja TUHAN di mata TUHAN Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, yaitu harus menjadi jelita di antara wanita, harus menjadi yang terelok.
 
Jadi, jawaban dari TUHAN Yesus ini adalah merupakan cerminan dari hidup rohani Sulamit.
Kalau Sulamit jelek rohaninya, tidak mungkit Yesus berkata: “hai jelita di antara wanita”. Jadi, jawaban Yesus, sekaligus pengakuan-Nya, ini adalah cerminan rohani dari pada mempelai wanita TUHAN. Oleh sebab, jangan kita berlaku seperti teman-teman di dalam Injil Matius 11, di mana Firman TUHAN dinyatakan, Firman TUHAN sudah diperdengarkan, tetapi mereka tidak melaksanakannya.
 
Kalau kita bercermin kepada Firman TUHAN, maka Firman TUHAN itu akan mencerminkan kehidupan kita masing-masing. Jadi, kalau kita bercermin kepada firman, pantulannya adalah: “hai jelita di antara wanita.
Jadi, apa yang diucapkan oleh TUHAN, itu merupakan cerminan dari firman yang dilakukan oleh Sulamit, berbeda sekali dengan “teman-teman”;
-          Seruling sudah ditiup, tetapi tidak menari.
-          Orang-orang sudah menyanyikan kidung duka, tetapi mereka tidak berduka.
Tidak merasakan apa yang dirasakan oleh TUHAN; tidak melakukan firman yang dia dengar. Itulah “teman-teman” yang bodoh, bebal, tidak mau berubah. Tetapi Sulamit tidak demikian.
Ungkapan Yesus: “hai jelita di antara wanita”, itulah cerminan firman yang kita kerjakan selama ini, itu adalah pantulan cermin dari Firman TUHAN.
 
Biarlah kita selalu bercermin kepada firman. Kalau kita tidak bercermin kepada firman, maka kita tidak mengerti rupa kita. Tetapi lihatlah, Sulamit ini bercermin kepada firman, dan itu bisa dilihat dari ungkapan Mempelai Laki-Laki: “hai jelita di antara wanita”.
 
Selanjutnya, Mempelai Laki-Laki berkata: ikutilah jejak-jejak domba.
Mengapa Yesus disebut Anak Domba? Bukankah Yesus Raja? Bukankah satu saja julukan-Nya, itu sudah cukup? Yang Agung dan Mulia. Tetapi ternyata, masih ada sebutan lain; Dia adalah Anak Domba. Oleh sebab itu, ikutilah jejak-jejak domba.
 
APA JEJAK DOMBA?
1 Petrus 2:19-21
(2:19) Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. (2:20) Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah. (2:21) Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristus pun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejak-Nya.
 
“Ikutilah jejak-jejak domba.” Apa jejak domba? Mengikuti jejak-jejak domba, berarti, mengikuti jalan salib.
Kita dipanggil juga supaya turut menderita, sama seperti Dia telah menderita. Ikutilah jejak-jejak atau tapak-tapak kaki Yesus yang berdarah.
 
1 Petrus 2:22-24
(2:22) Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. (2:23) Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. (2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.
 
Jejak-jejak domba, ialah Yesus menyerahkan diri-Nya di atas kayu salib, dan oleh penyerahan diri-Nya, Dia dapat mengampuni semua dosa di atas kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa hidup untuk kebenaran dan oleh bilur-Nya kita semua sembuh. Kita semua telah sembuh; yang sakit disembuhkan, dan itu berlaku baik secara jasmani, maupun secara rohani.
 
Ingat: Dahulu kita juga mengembara, tidak ada tempat untuk berbaring, tetapi Yeremia mengingatkan itu kembali kepada kita, bangsa kafir, supaya kita, yang adalah bangsa kafir, jangan sombong. Hidup ini oleh karena kemurahan hati TUHAN.
 
Rut 3:8
(3:8) Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
 
Singkatnya: Rut melakukan perintah Naomi yang kelima, yang tertulis pada ayat 4: Jika ia membaringkan diri tidur, haruslah engkau perhatikan baik-baik tempat ia berbaring; kemudian datanglah dekat, singkapkanlah selimut dari kakinya dan berbaringlah di sana. Maka ia akan memberitahukan kepadamu apa yang harus kaulakukan.
Lalu, pada ayat 8, Pada waktu tengah malam dengan terkejut terjagalah orang itu, lalu meraba-raba ke sekelilingnya, dan ternyata ada seorang perempuan berbaring di sebelah kakinya.
 
Itulah pribadi Rut; dia telah melaksanakan perintah Naomi yang kelima, yaitu BERBARING dekat kaki Boas.
Ayo, kita mencari tempat berbaring jangan seperti teman-teman yang mengembara, tidak ada hari perhentian, dan kita sudah melihat itu tadi; seperti domba yang terhilang sesat.
 
Janganlah kita datang menjalankan ibadah Taurat lagi, sebab itu adalah suatu kekeliruan yang besar. Putuskan kutuk nenek moyang. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 
 

No comments:

Post a Comment