KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, November 4, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 01 NOVEMBER 2020


 
IBADAH RAYA MINGGU, 01 NOVEMBER 2020
 
WAHYU PASAL 12
(Seri: 29)
 
Subtema: TONGKAT KERAJAAN MENUNTUN HINGGA PUNCAK IBADAH
 
Shalom.
Oleh karena kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu petang ini, kita bersyukur kepada TUHAN; segala puji, segala hormat, hanya bagi Dia, sebab Dia adalah Allah sesembahan kita, tidak ada yang lain.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, baik di dalam maupun di luar negeri. Sidang jemaat di Jakarta, di Bandung, di Sumatera, di Malaysia, saya berdoa kiranya TUHAN juga menggembalakan saudara di sana. Maupun anak-anak TUHAN yang masih simpatisan, baik di dalam maupun di luar negeri, juga saya berdoa supaya kiranya lewat ketekunan Ibadah Raya Minggu ini kita boleh merasa hidup rohani kita tergembala, dituntun sampai kepada puncaknya. Haleluya ... Puji TUHAN.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Wahyu 12. Kita akan memperhatikan dengan seksama dan memfokuskan diri pada ayat 15, kiranya pertolongan TUHAN nyata, dan pembukaan firman sore (petang) ini meneguhkan setiap hati kita masing-masing tentunya.
 
Wahyu 12:15
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
 
Ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai. Sebetulnya, air sebesar sungai merupakan senjata pamungkas atau senjata yang terakhir dari pada ular naga itu. Mengapa saya mengatakan demikian? Sebab pada ayat 13, naga itu telah memburu perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu. Namun pada ayat 14, kepada perempuan itu diberikan 2 (dua) sayap burung nasar yang besar supaya ia diterbangkan di padang gurun, padang belantara, sehingga ia terpelihara selama 3.5 (tiga setengah) tahun, dengan lain kata; diasingkan oleh TUHAN, jauh dari mata ular. Akhirnya, pada ayat 15 ini, kembali ular mengejar dengan cara menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, dengan satu tujuan supaya perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu dihanyutkan sungai itu.
 
Berarti, sungai itu mempunyai arus yang sangat kuat (dahsyat), sungai itu mempunyai pengaruh yang begitu hebat, bukan? Dengan demikian, kalau anak-anak TUHAN tidak sadar, ia akan mengalami kematian rohani; seseorang akan mengalami kematian rohani jikalau ia tidak hati-hati dengan arus dari air sebesar sungai yang begitu dahsyat ini. Inilah pentingnya pertolongan TUHAN lewat pertemuan ibadah yang TUHAN percayakan, sebab tiada mungkin seorang pun manusia bisa sampai ke sorga -- dari bumi sampai ke sorga -- kalau pertolongan TUHAN tidak kita terima lewat pertemuan-pertemuan ibadah kita.
 
Sebenarnya, ketika ular naga itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, sebetulnya peristiwa ini sudah pernah terjadi, peristiwa ini adalah peristiwa yang terulang untuk yang ketiga kalinya, sebab peristiwa ini sudah pernah terjadi.
 
YANG PERTAMA: Ketika zaman Firaun, di mana Musa diutus untuk membebaskan bangsa Israel, membebaskan umat Allah dari Firaun dan dari perbudakan Mesir.
Mesir merupakan gambaran dari dunia yang gersang. Dunia ini bukan tanah air kita, dunia ini adalah tempat kita menumpang untuk sesaat saja, tetapi Abraham juga rindu tanah air sorgawi, Rasul Paulus rindu tanah air sorgawi. Kalau Yusuf juga berkata: dunia ini adalah penjara, tetapi oleh karena kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, segala tawanan-tawanan Dia lepaskan (dikeluarkan) dari dalam penjara dunia ini.
 
Keluaran 7:15-16
(7:15) Pergilah kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai; nantikanlah dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat yang tadinya berubah menjadi ular. (7:16) Dan katakanlah kepadanya: TUHAN, Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk mengatakan: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun; meskipun begitu sampai sekarang engkau tidak mau mendengarkan.
 
TUHAN, Allah orang Ibrani, telah mengutus aku kepadamu untuk mengatakan: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku di padang gurun. Kita nanti dilepaskan dari penjara dunia ini, dengan satu cara; kita harus beribadah hanya kepada TUHAN, tidak ada cara lain.
Jadi, kalau ada yang berkata: Yang penting percaya, yang penting hatiku kepada TUHAN, tetapi jika ia tidak beribadah, ia tidak masuk sorga. Tidak beribadah, tidak masuk sorga; tidak tergembala, tidak masuk sorga. Itu sebabnya TUHAN utus hamba-hamba-Nya untuk memimpin rumah TUHAN, untuk memimpin pembebasan gereja dari dalam penjara dunia ini.
 
Tetapi perhatikan, yang mau saya sampaikan petang hari ini adalah: Pergilah kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai; nantikanlah dia di tepi sungai Nil.
Dari pembacaan ini, kita dapat melihat, bahwa; Firaun sangat bangga terhadap sungai Nil yang mengitari seluruh negeri Mesir.
 
Memang sungai Nil sangat didambakan dan dibutuhkan oleh orang-orang Mesir, sebab sungai Nil itu berdampak terhadap kemajuan perekonomian di Mesir, juga sungai Nil berdampak dan sangat dibutuhkan oleh ladang-ladang para petani -- sesuai dengan Ulangan 11:10 --, sehingga sungai Nil ini menjadi kebanggaan dari Firaun, sungai Nil ini menjadi kebanggaan dari orang-orang Mesir.
Dari hal ini, kita dapat menarik suatu kesimpulan, bahwa; sungai Nil ini mempunyai arus yang kuat, dampak yang kuat. Sungai Nil ini mempunyai pengaruh yang begitu hebat sekali.
Kalau anak-anak TUHAN tidak menyadari hal ini; maka arus sungai Nil yang hebat ini dapat mempengaruhi dan menghanyutkan anak-anak TUHAN hingga sampai mengalami kematian rohani, kalau ia tidak berhati-hati.
 
Kemudian, arus yang sama, YANG KEDUA, juga pernah terjadi pada zaman Yesus, Anak Allah.
Lukas 4:1-12
(4:1) Yesus, yang penuh dengan Roh Kudus, kembali dari sungai Yordan, lalu dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun. (4:2) Di situ Ia tinggal empat puluh hari lamanya dan dicobai Iblis. Selama di situ Ia tidak makan apa-apa dan sesudah waktu itu Ia lapar. (4:3) Lalu berkatalah Iblis kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." (4:4) Jawab Yesus kepadanya: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja." (4:5) Kemudian ia membawa Yesus ke suatu tempat yang tinggi dan dalam sekejap mata ia memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia. (4:6) Kata Iblis kepada-Nya: "Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki. (4:7) Jadi jikalau Engkau menyembah aku, seluruhnya itu akan menjadi milik-Mu." (4:8) Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!" (4:9) Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, (4:10) sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, (4:11) dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:12) Yesus menjawabnya, kata-Nya: "Ada firman: Jangan engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
 
Penuh dengan Roh Kudus; ini penting. Jangan dukakan Roh Kudus; jangan padamkan Roh Kudus oleh karena perkara daging, perkara dunia, baik juga demonstrasi dari roh jahat dan roh najis, dengan tipu dayanya. Hati-hati; oleh sebab itu, kita penting untuk penuh dengan Roh Kudus supaya kita menjadi suatu kehidupan yang; taat, setia, dan dengar-dengaran.
 
Sesudah keluar dari sungai Yordan atau sesudah dibaptis, Yesus yang penuh dengan Roh Kudus dibawa oleh Roh TUHAN yang sama ke padang gurun untuk dicobai, dan di situ Dia berpuasa 40 hari 40 malam, sehingga mengalami kelaparan yang hebat. Kemudian, dalam keadaan lapar yang hebat, Dia harus menghadapi 3 (tiga) jenis cobaan:
Pencobaan YANG PERTAMA: Batu menjadi roti. Pencobaan yang pertama ini merupakan arus yang begitu hebat untuk menghanyutkan kehidupan rohani anak-anak TUHAN, yang terhubung dengan keinginan daging.
Pencobaan YANG KEDUA: Iblis memperlihatkan kerajaan dan kemegahan dunia, dengan lain kata; Iblis memperlihatkan keindahan-keindahan dunia ini. Pencobaan yang kedua ini merupakan arus yang begitu hebat untuk menghanyutkan kehidupan rohani anak-anak TUHAN, yang terhubung dengan keinginan mata.
Karena Yesus berkemenangan terhadap pencobaan yang pertama dan kedua sebagai arus yang hebat, Yesus kembali menghadap pencobaan YANG KETIGA: Iblis membawa Yesus ke bubungan (menara) Bait Allah, lalu Iblis memerintahkan Yesus untuk menjatuhkan diri-Nya. Pencobaan yang ketiga ini merupakan arus yang begitu hebat untuk menghanyutkan kehidupan rohani anak-anak TUHAN, yang terhubung langsung dengan keangkuhan hidup.
 
Singkatnya:

1.      Makanan merupakan pencobaan atau arus yang terhubung langsung dengan keinginan daging manusia.

2.      Kerajaan dunia dan keindahannya merupakan pencobaan atau arus yang terhubung langsung dengan keinginan mata.

3.      Tempat yang tinggi (Bubungan Bait Allah) merupakan pencobaan atau arus yang terhubung langsung dengan keangkuhan hidup.

 
Lukas 4:13
(4:13) Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.
 
Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya ... Karena pada akhirnya Yesus, Anak Allah, berkemenangan terhadap tiga pencobaan -- sebagai arus yang begitu hebat --, akhirnya; Setan mundur dari Yesus. Tetapi bukan Setan namanya kalau Setan tidak mengejar terus, lihat, kalimat selanjutnya dikatakan: dan menunggu waktu yang baik. Di mana waktu yang baik bagi Setan? Sebelum kita mendapatkan jawabannya, terlebih dahulu kita memperhatikan 1 Yohanes 2:15.
 
1 Yohanes 2:15
(2:15) Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
 
Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam orang itu. Jangan mengasihi dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya, sebab jikalau orang mengasihi dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya itu, maka tentu saja kasih akan Bapa tidak ada di dalam diri orang itu (kehilangan kasih Allah), hal itu sudah pasti.
 
Lihat, SEGALA SESUATU YANG ADA DI DALAM DUNIA.
1 Yohanes 2:16
(2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
 
Tiga hal yang ada di dalam dunia:
Yang Pertama: Keinginan daging. Ini merupakan pencobaan sebagai arus yang PERTAMA yang datang dari Setan. Hati-hati, keinginan daging adalah arus Setan yang pertama untuk menghanyutkan kerohanian dari anak-anak TUHAN, jika ia tidak menyadarinya. Hati-hati dengan keinginan daging. Kalau seseorang hidup menurut daging, dia hanya memikirkan hal-hal yang dari daging, dia tidak akan pernah memikirkan hal-hal yang dari Roh, perkara di atas, perkara rohani, dia tidak akan memikirkan kegiatan ibadah dan pelayanan. Itulah arus yang pertama, arus dari Setan.
Sampai sore ini kita masih berada dalam pengaruh dan arus dari TUHAN, buktinya; kita ada di tengah ibadah, bukan?
Yang Kedua: Keinginan mata. Ini merupakan pencobaan sebagai arus yang KEDUA yang datang dari Setan. Itu sebabnya Setan memperlihatkan segala keindahan-keindahan dunia, itu sebabnya Setan memperlihatkan kerajaan dunia dan kemegahan dunia, lalu akan diserahkan kepada setiap orang, kepada anak-anak TUHAN yang tidak sadar, yang tidak hati-hati, yang tidak berada dalam arus pengaruh yang kuat dari Allah Roh Kudus. TUHAN itu penuh Roh Kudus; oleh sebab itu, Dia berada dalam pengaruh Roh Kudus yang kuat, sehingga ketika Roh TUHAN menuntun Dia ke padang gurun, maka dengan rela Dia dituntun oleh Roh TUHAN, sekalipun dalam keadaan lapar yang hebat selama 40 (empat puluh) hari 40 (empat puluh) malam menghadapi cobaan (arus) yang kuat dari Setan. Tetapi TUHAN juga penuh dengan firman.
Yang Ketiga: Keangkuhan hidup. Ini merupakan pencobaan sebagai arus yang KETIGA yang datang dari Setan. Itu sebabnya Setan membawa Yesus ke bubungan Bait Allah, dari situ Setan mencobai Yesus dan berkata: “Jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah” Alasan Setan mengatakan itu: “Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau, dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu” Pernyataan Setan ini menunjukkan bahwa Firman TUHAN sudah dipelintir oleh setan. Tidak sedikit hamba-hamba TUHAN menyatakan bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung di tengah ibadah dan pelayanan mereka, tetapi sementara sengsara salib sebagai dasar yang teguh tidak ditetapkan. Bagaimana kebangkitan berlangsung tanpa ditopang oleh pengalaman kematian? Itu adalah sesuatu yang mustahil. Jangan kita mau ditipu lagi. Jujurlah kepada hati nurani.
 
1 Yohanes 2:16
(2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
 
1.      Keinginan daging.
2.      Keinginan mata.
3.      Keangkuhan hidup.
Ketiga hal tersebut bukan berasal dari Bapa, melainkan dari dunia, itu adalah arus yang kuat yang disemburkan dari mulut naga. Sehingga kalau anak-anak TUHAN tidak berhati-hati, tidak berjaga-jaga, itu bisa menghanyutkan kerohanian anak-anak TUHAN sampai anak-anak TUHAN mengalami kematian rohani.
 
Perlu untuk diketahui: Ketinggian di hati, keangkuhan hidup adalah awal dari kejatuhan.
Apapun yang kita miliki, tinggal bersyukur kepada TUHAN, karena itu semua adalah kemurahan TUHAN. Ingat; TUHAN ada di bubungan Bait Allah, tetapi Dia tidak mau mencobai TUHAN/menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi.
Demikian hendaknya, kehidupan dari anak-anak Tuhan, jangan menjatuhkan diri (mencobai Tuhan), sekalipun sudah diberkati/berada di tempat yang tinggi.
 
1 Yohanes 2:17
(2:17) Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
 
Dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya. Hati-hati dengan arus pencobaan yang bisa menghanyutkan dan menenggelamkan, sebab suatu kali kelak, dunia ini akan lenyap.
Tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya. Yesus harus meminum cawan Allah, Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung, dengan demikian; kehendak Allah terlaksana. Itu sebabnya, ibadah ini harus langsung dihubungkan dengan kehendak Allah (sengsara salib), tidak boleh dihubungkan dengan yang lain, tidak boleh dihubungkan hanya sebatas berkat. Ibadah harus dihubungkan langsung kepada kehendak Allah, rencana Allah ada di atas kayu salib, supaya kita semakin mengerti dan berlaku bijaksana, supaya kita jangan binasa seperti dunia ini yang nanti akan binasa.
 
Itulah arus yang kedua, yaitu pada zaman Yesus, namun Yesus berkemenangan karena Dia ada di dalam pengaruh yang hebat dari Roh Kudus.
 
Selanjutnya, kita akan melihat tentang: “MENUNGGU WAKTU YANG BAIK.”
Wahyu 12:15
(12:15) Lalu ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.
 
“Ular itu menyemburkan dari mulutnya air, sebesar sungai, ke arah perempuan itu, supaya ia dihanyutkan sungai itu.”
Inilah waktu yang tepat (baik) yang dimaksud oleh Setan dalam Injil Lukas 4:13, di mana Yesus berkemenangan terhadap arus pencobaan yang kuat, sehingga setan mengundurkan diri untuk menunggu waktu yang baik, inilah waktu yang baik yang dimaksud oleh Setan, yaitu Wahyu 12:15.
Tetapi sekalipun itu merupakan waktu yang baik bagi Setan, namun kita harus tetap berada dalam kegiatan Roh dan berada dalam pengaruh yang hebat dari Allah Roh Kudus.
 
Jangan undur dari kegiatan Roh. Jangan undur dari tengah-tengah ibadah dan pelayanan, karena Setan menunggu waktu yang baik. Kalau saudara mengasihi keluarga saudara, baik itu saudara laki-laki atau pun saudara perempuan, doakan dia untuk menerima Pengajaran Tabernakel supaya ibadah itu berpola Tabernakel, sebab Yesus adalah Tabernakel sejati. Semua Tabernakel sudah ditandai dengan darah, mulai dari Mezbah Korban Bakaran hingga sampai Ruangan Maha Suci, dengan 7 (tujuh) kali percikan di atas tutup pendamaian dan 7 (tujuh) kali percikan di depan tabut perjanjian; semua peralatan Tabernakel sudah ditandai dengan darah, sebab Yesus adalah Tabernakel sejati; Ia telah merobek diri-Nya sendiri di atas kayu salib, supaya terbuka jalan. Jadi, sudah jelas; ibadah harus berpola. Jangan tolak Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, supaya kelak engkau tidak menyesal. Setiap orang yang tidak mencintai Pengajaran Tabernakel akan menyesal di kemudian hari. Penyesalan selalu terjadi di kemudian hari, terjadi belakangan, bukan sekarang. Bersyukurlah kepada TUHAN Yesus, lebih dari ucapan syukur orang dunia.
Ucapan syukur orang dunia; kalau dia memiliki A, B, C, D, E, atau ketika dia memiliki gelar tinggi, gelar apa saja, serta ketika dia memiliki harta kekayaan, tetapi ucapan syukur kita lebih dari itu, karena ucapan syukur kita ini menyangkut keselamatan jiwa suami kita, jiwa isteri kita, jiwa anak-anak kita, jiwa saudara laki-laki perempuan kita, jiwa orang tua kita. Kiranya segera kita memahami rencana Allah yang besar ini. Tidak ada artinya kita mengeraskan hati.
 
Akhirnya memang gereja akan menghadapi arus pencobaan pada fase yang ketiga, di akhir zaman ini.

-          Fase pertama adalah pada zaman Musa, di mana dia diutus sebagai pembebas.

-          Fase kedua adalah pada zaman Yesus, juga diutus Allah untuk membebaskan gereja dari penjara dunia.

-          Fase ketiga adalah di akhir zaman ini

Oleh sebab itu, kita harus berhati-hati, karena akhir zaman ini merupakan waktu yang baik bagi Setan, momentum yang baik bagi Setan, tetapi kita juga punya Pembela. Jangan kira ibadah ini tanpa Pembela; ibadah ini ada Pembela, itulah Imam Besar Agung, Pembela bagi kita semua, Dia tampil di sebelah kanan kita semua.
 
Lihatlah ayat 16, Yesus tampil sebagai Pembela.
Wahyu 12:16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ini merupakan pertolongan TUHAN yang tidak terduga, dan dialami langsung oleh gereja TUHAN yang sempurna, mempelai TUHAN, itulah perempuan yang melahirkan Anak laki-laki itu.
Mengapa demikian? Sebab TUHAN Yesus Kristus adalah Allah yang heran dan ajaib, tidak terduga dan tidak terselami segala rancangan-rancangan-Nya.
 
Saya kembali mengatakan, tadi kita sudah melihat, bahwa; Firaun bangga terhadap sungai Nil dengan arus dan pengaruhnya yang sangat hebat. Tetapi tanpa diduga, 7 (tujuh) lembu gemuk dan 7 (tujuh) bulir gandum bernas muncul dari sungai Nil, mengguncang hati dari pada Firaun; hal ini tidak terduga. Suatu keheranan Allah yang tak terduga terjadi, tetapi itu hanya bisa dialami manakala gereja TUHAN memiliki hikmat, manakala gereja TUHAN memiliki pembukaan firman, seperti yang TUHAN tetapkan kepada Yusuf; hanya hikmat pembukaan firman yang mengerti tentang pertolongan yang tidak terduga ini. Doakan terus supaya kiranya senantiasa terjadi pembukaan firman dalam setiap pertemuan ibadah-ibadah kita, supaya pertolongan TUHAN yang tidak terduga ini akan muncul dan kita alami.
 
Bukankah tadi kita sudah melihat, bahwa; Sungai Nil adalah kebanggaan dari pada Firaun, tetapi justru dari situ muncul 7 (tujuh) lembu gemuk, dari kebanggaan Firaun ini muncul 7 (tujuh) bulir gandum yang berisi dan bernas, siapa yang duga? Tidak ada yang duga. Tetapi itu hanya dialami oleh gereja yang memiliki hikmat, gereja yang memiliki pembukaan firman, itulah mimpi yang dinyatakan oleh Yusuf. Inilah pertolongan TUHAN yang tidak terduga itu.
Tidak ada seorang pun yang mengerti; orang yang berilmu di Mesir, orang yang berpengetahuan di Mesir tidak mengerti apa-apa. Ini hanya bisa dialami oleh gereja yang memiliki hikmat, gereja yang memiliki pembukaan firman. Sekalipun gereja mewah berisikan pulihan ribu sidang jemaat, tetapi kalau tidak memiliki hikmat, tidak memiliki pembukaan firman Allah, mereka semua tidak akan mengalami pertolongan yang tidak terduga.
 
Mari kita lihat PELAKSANAANNYA kembali.
Keluaran 7:15
(7:15) Pergilah kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia keluar ke sungai; nantikanlah dia di tepi sungai Nil dengan memegang di tanganmu tongkat yang tadinya berubah menjadi ular.
 
Musa diutus kepada Firaun pada waktu pagi, pada waktu biasanya ia (Firaun) keluar ke sungai.
Sesungguhnya, kalau ia adalah imamat rajani, yang benar ialah pada waktu pagi, ia harus keluar dari dagingnya termasuk keakuannya untuk segera menghampiri pribadi TUHAN Yesus yang sudah mengaliri kehidupan kita dengan arus yang begitu hebat (sungai air kehidupan). Itulah yang benar.
Tetapi di sini kita melihat; Firaun bangga dengan arus dunia. Tetapi TUHAN utus Musa pada waktu pagi untuk menghadapi kebanggaan Firaun yakni; sungai Nil dan arusnya, yang mengitari seluruh negeri Mesir, dengan memegang tongkat di tangannya, di mana tongkat itu pernah berubah menjadi ular. Berarti, tongkat yang di tangan Musa itu adalah tongkat yang penuh dengan keajaiban. Jadi, bukan asal tongkat, tetapi itu adalah tongkat keajaiban, tongkat itulah yang akan menuntun bangsa Israel keluar dari perbudakan Mesir.
 
Oleh sebab itu, untuk yang kesekian kali saya berkata dan saya tidak bosan mengatakannya: Sidang jemaat doakan supaya TUHAN terus tuntun ibadah ini dengan baik. Dalam tuntunan TUHAN, kita akan melihat keajaiban demi keajaiban.
 
Kemudian, pada zaman Yesus Anak Allah, tongkat kerajaan juga ada di tangan TUHAN Yesus Kristus. Apa tandanya? Apa bukti bahwa Yesus memegang tongkat kerajaan yang menuntun kehidupan-Nya? Tandanya:

-          Ia penuh dengan Roh Kudus. Dan oleh Roh yang sama itu menuntun kehidupan pribadi Yesus, Anak Allah.

-          Selain itu juga, Ia penuh dengan firman. Setiap kali Dia menghadapi pencobaan sebagai arus dari Setan, baik pencobaan arus yang pertama, baik pencobaan arus yang kedua, baik pencobaan arus yang ketiga, Yesus selalu bergantung kepada Firman Allah yang tertulis di dalam Kitab Suci. 

Perbuatan-Nya, tindakan-Nya, langkah-langkah-Nya, semuanya ditentukan oleh Firman Allah, dituntun oleh tongkat Kerajaan, tongkat kebenaran.
 
Jadi, ibadah ini harus dituntun oleh tongkat kerajaan yakni; Tongkat Kebenaran, supaya kita melihat keajaiban demi keajaiban manakala kita dituntun oleh tongkat kerajaan itu sendiri. Jadi, saudara jangan dituntun dengan tongkat-tongkat asing. Ada tongkat-tongkat asing yang bukan tongkat kerajaan, yang bukan tongkat kebenaran, yaitu ada tongkat keakuan, ada tongkat kebanggaan diri, ada tongkat merasa diri lebih hebat, lebih benar, lebih suci dari yang lain, ada tongkat egosentris; tongkat-tongkat seperti ini bukan tongkat kerajaan, tongkat semacam ini bukan tongkat kebenaran, itu adalah tongkat yang menuntun kepada kebinasaan.
 
Kalau ibadah hanya dituntun kepada berita-berita berkat, sudah pasti binasa. Kalau ibadah dituntun dengan tongkat-tongkat yang lain, hanya bicara soal mujizat jasmani; binasa. Kita butuh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran yang penuh dengan keajaiban, itulah yang kita butuhkan di tengah ibadah dan pelayanan ini.
 
Kemudian di zaman akhir ini, juga anak-anak TUHAN dituntun oleh tongkat kerajaan dan tongkat kebenaran. Ibadah ini tidak boleh dituntun kepada yang lain, tidak boleh dituntun oleh tongkat-tongkat asing, baik itu keakuan, kebanggaan diri, kepentingan diri, dan lain sebagainya. Jadi, semua ada perbandingan-perbandingannya, baik itu fase pertama, fase kedua, fase ketiga.
 
Mazmur 45:7
(45:7) Takhtamu kepunyaan Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.
 
Takhta Allah tetap untuk seterusnya dan selamanya, bukan? Tidak akan berubah, sifatnya kekal, itulah takhta Allah.
Oleh sebab itu, tongkat kerajaan adalah tongkat kebenaran’ itulah yang menuntun ibadah kita sampai kepada kekekalan.
 
Puji TUHAN, TUHAN Yesus baik. Tidak terduga;

-          7 (tujuh) lembu gemuk itu berbicara soal penebusan dan pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib di bukit Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu. Itulah pertolongan yang tak terduga.

-          7 (tujuh) bulir gandum yang berisi dan bernas, jelas itu adalah firman kehidupan, firman sempurna; Yesus adalah firman Allah yang hidup. Itulah pertolongan yang tak terduga.

Pertolongan yang tak terduga juga datang dari sungai itu.
Demikian juga pada fase yang ketiga; pertolongan yang tak terduga juga datang dari bumi, yang tak terduga.
 
Oleh sebab itu, supaya kita boleh merasakan penebusan dan pendamaian dalam kehidupan kita, maka ibadah harus dihubungkan dengan sengsara salib yakni; 7 lembu Gemuk. Kemudian, di tengah ibadah juga harus ada pembukaan firman, itulah 7 (tujuh) bulir gandum, firman yang hidup, firman yang sempurna, itulah Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.
 
Karena Kerajaan Allah itu seterusnya dan selamanya sifatnya kekal, maka ibadah di bumi, harus dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran.
Sekarang pertanyaannya adalah: Sampai sejauh mana TONGKAT KERAJAAN, TONGKAT KEBENARAN menuntun ibadah kita ini?
 
Wahyu 12:16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Saya sudah katakan di atas tadi, bahwa itu merupakan pertolongan TUHAN yang tak terduga, bukan?
 
Untuk menjawab tongkat kerajaan, tongkat kebenaran menuntun ibadah ini sampai ke mana, kita akan melihat “bumi datang menolong perempuan itu” dalam Kejadian 2:6.
Kejadian 2:6
(2:6) tetapi ada kabut naik ke atas dari bumi dan membasahi seluruh permukaan bumi itu --
 
“Ada kabut naik ke atas dari bumi”, itulah doa penyembahan. Kabut asap yang naik sampai ke hadirat TUHAN, berbau harum, itu merupakan doa penyembahan. Demikianlah caranya tongkat kerajaan, tongkat kebenaran menuntun ibadah ini, yaitu harus dituntun sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
 
Bukankah ini tidak terduga? Bumi, daratan, tanah, itu adalah gambaran manusia yang hina karena dosa. Tetapi bagi manusia yang hina karena dosa, tanpa disadari, datang pertolongan yang tidak terduga. Hina, tetapi tertolong; itu adalah pertolongan tidak terduga, yang juga muncul dari bumi itu sendiri, kalau tongkat kerajaan menuntun, kalau tongkat kebenaran ini memimpin sampai kepada ibadah doa penyembahan. Inilah pertolongan yang tak terduga itu. Kita bersyukur, TUHAN Yesus baik, bukan? Beri diri dituntun oleh tongkat kerajaan, supaya kita bisa melihat keajaiban-keajaiban yang ada, karena tongkat itu pernah berubah menjadi ular; bukankah itu adalah keajaiban? Supaya nyata nanti pertolongan yang tak terduga itu.
 
Wahyu 8:3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
 
Datanglah seorang malaikat lain, tidak lain tidak bukan, jelas ini adalah pribadi Yesus. Walaupun tidak rinci ditulis pada ayat ini, tetapi saudara harus percaya, bahwa itu adalah pribadi Yesus. Mengapa saya katakan begitu? Jawabnya; karena Yesus adalah Imam Besar Agung; Dialah yang menuntun (memimpin) ibadah ini sampai pada puncaknya, yaitu berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas di atas mezbah, cawan pembakaran ukupan emas ada di tangan-Nya.
Jadi, ibadah ini dituntun (dipimpin) oleh seorang Imam Besar Agung, Yesus Kristus, Anak Allah. Imam Besar Agung menuntun ibadah ini sampai doa penyembahan.
 
Wahyu 8:4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu ... Saya tidak pernah menemukan malaikat sorga memimpin ibadah, tidak pernah. Jelas ini adalah pribadi Yesus Kristus; Dia Imam Besar Agung. Jadi, saudara tidak pernah salah. Malaikat itu tidak pernah memimpin ibadah; malaikat itu pembantu; walaupun dia sekali waktu bisa jadi badai, dan sekali waktu bisa jadi api.
 
Naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. Tangan Imam Besar, tangan yang kuat; tangan Imam Besar penuh dengan keajaiban; tangan Imam Besar adalah tangan yang memimpin ibadah ini sampai kepada puncaknya, Yerusalem yang baru.
Beri hidup dituntun oleh dua tangan yang ajaib, dituntun oleh tongkat kerajaan, bukan tongkat-tongkat berkat jasmani, tidak, tetapi tongkat kerajaan. Saudara saya ini bicara sederhana, tetapi maknanya itu yang lebih penting bagi kita. Tidak perlu bahasa tinggi dari saya, tanpa makna, supaya semua orang mengerti, tua muda, laki-laki perempuan mengerti, secara khusus yang masih punya hati nurani.
Dua tangan TUHAN adalah dua tangan yang penuh keajaiban; Dialah Imam Besar yang sudah memperdamaikan dosa kita di atas kayu salib.
 
Sejenak saya ingin memperkenalkan dan memberitahukan; CIRI-CIRI manakala gereja itu sudah dituntun sampai kepada ibadah yang sudah memuncak, dituntun sampai puncak ibadah.
 
Kemudian, kita lihat Wahyu 5:8.
Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
 
Ketika Anak Domba Allah yang telah disembelih mengambil gulungan kitab, tersungkurlah 4 (empat) makhluk dan juga tersungkurkan 24 (dua puluh empat) tua-tua di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. Itulah doa penyembahan, puncak ibadah karena TUHAN yang menuntun ibadah ini sampai kepada puncaknya; dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran.
 
Tetapi ciri-ciri apabila ibadah itu sudah dituntun sampai pada puncaknya ialah juga di tangannya ada kecapi Allah. Masing-masing kita harus memegang kecapi Allah, dan itu merupakan ciri yang bisa dilihat bahwa ibadah itu sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan. 
Kecapi Allah berfungsi untuk mengikuti nada-nada, mengikut irama sorgawi; kiranya juga turun di bumi ini. Dapat mengikuti nada sorgawi, nada tinggi dan nada rendah harus diikuti, itulah pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Jangan kita berkata; suka menyembah satu jam, dua jam, tiga jam, tetapi ciri yang otentik tidak terlihat, tidak nyata, yakni; pengalaman kematian dan kebangkitan dari Tuhan Yesus Kristus.
 
Di tangan masing-masing ada kecapi Allah, supaya kita bisa ikuti irama sorgawi. Kalau hamba TUHAN tidak bisa mengikuti irama sorgawi, dia adalah hamba TUHAN yang hanya bisa memukul gong dan canang, yang hanya mengeluarkan satu nada, tidak bisa mengeluarkan nada tinggi dan rendah. Itulah ciri penyembahan; di tangannya ada satu kecapi.
Kalau hamba TUHAN mengatakan bahwa ibadahnya sudah memuncak sampai pada doa penyembahan, tetapi pengalaman kematian dan kebangkitan tidak terlihat sebagai ciri dari doa penyembahan, maka dia hanya hamba TUHAN yang suka memukul gong dan canang, hanya mengeluarkan satu nada, tidak bisa mengeluarkan nada tinggi dan rendah. Dan itu diungkap dengan jelas oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.
 
1 Korintus 13:1
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
 
Pernyataan tegas dari Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus:

-          Sekalipun seorang hamba TUHAN dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia -- bukan hanya bahasa daerah, bukan hanya bahasa Indonesia, tetapi juga dia menggunakan bahasa manusia yang lain, bahasa bangsa-bangsa yang lain, misalnya bahasa Inggris, bahasa Spanyol, dan lain sebagainya --,

-          Dan sekalipun seorang hamba TUHAN dapat berkata-kata bahasa malaikat -- yang selalu diajarkan bahasa lidah --,  

tetapi jika ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing; dia hanya hamba TUHAN yang pandai memukul gong, dia hanya hamba TUHAN yang pandai memukul canang.
Harus kita buktikan kepada TUHAN kalau ibadah ini sudah sampai kepada puncaknya, yaitu di tangan kita masing-masing harus ada satu kecapi, itulah kecapi Allah, kecapi sorgawi, yang berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus.
 
1 Korintus 13:2
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.
 
Kemudian:

-          Sekalipun seorang hamba TUHAN pandai kotbah (bernubuat) -- doakan saya saudara, supaya saya jangan hanya pandai kotbah --,

-          sekalipun seorang hamba TUHAN dipakai dalam pembukaan rahasia firman,

-          sekalipun seorang hamba TUHAN memiliki pengetahuan jasmani dan pengetahuan rohani -- itulah pengetahuan yang sempurna untuk menyelamatkan --,

-          dan sekalipun oleh iman terjadi mujizat, 

tetapi jika ibadah tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, hanya sebatas iman dan harap (hanya sebatas firman dan Roh, hanya sebatas Pendalaman Alkitab dan Raya Minggu), maka Rasul Paulus berkata: Aku sama sekali tidak berguna. Ibadah ini bahkan hidup seseorang tidak berguna kalau ibadah tidak sampai kepada puncaknya.
 
Oleh sebab itu mau tidak mau kita butuh tongkat kerajaan itu, karena itu merupakan tongkat kebenaran. Mengapa tongkat kebenaran? Karena tongkat itu yang menuntun kita sampai pada puncak ibadah (penyembahan).
 
Saya tidak habis pikir, mengapa hari-hari ini kita senantiasa berbicara soal penyembahan, baik dalam ibadah Pendalaman Alkitab, Ibadah Raya Minggu, ibadah Doa Penyembahan, Ibadah Kaum Muda, semua arahnya kepada penyembahan. Tetapi saya tahu jawabnya; sebab TUHAN menaruh belas kasih kepada penggembalaan GPT BETANIA, TUHAN menaruh belas kasih kepada sidang jemaat yang di Bandung, yang di Malaysia, yang di Sumatera, yang di Jakarta, juga TUHAN menaruh belas kasih kepada anda yang menjadi simpatisan, tetapi masih terus mengikuti pemberitaan firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di dalam negeri maupun di luar negeri.
 
1 Korintus 13:3
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.
 
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, ini adalah amal soleh, berbuat baik.
Bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar ... Tidak ada seorang pun yang dapat menanggung dosa manusia, rela mati untuk menanggung dosa manusia. Tetapi kalau ada orang rela mati karena dosa manusia, itu namanya mati konyol, contohnya; penjahat rela mati dengan sesama penjahat, itu mati konyol namanya.
 
Sekalipun hamba TUHAN beramal soleh, berbuat baik, tetapi jika ibadahnya tidak memuncak sampai kepada doa penyembahan, maka hidupnya tidak ada artinya, tidak berfaedah.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Sudah seharusnya kita menyerahkan diri kepada TUHAN lewat ibadah ini untuk dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran, dibawa sampai kepada kekekalan. Takhta Allah seterusnya dan sampai selama-lamanya, kekal, maka tongkat itu harus memimpin, menuntun ibadah ini sampai kepada puncaknya, yaitu kekekalan. Itulah doa penyembahan sebagai kasih dari Allah yang sempurna bagi kita semua.
 
Itu sedikit saja tentang ciri, supaya kita bisa mengenal apakah ibadah itu sudah dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran sampai kepada puncaknya, atau belum, itu saja, sehingga saya perkenalkan, supaya kita saling mengenal. Jadi, jangan kita ditipu-tipu dengan cara pelayanan, tetapi ujilah Roh itu -- 1 Yohanes 4 --, karena sekarang sedang marak roh antikris masuk dalam gereja.
Tidakkah saudara bersyukur? Saya bersyukur, saya berterima kasih. Untung saya mengenal TUHAN, lewat Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel.
 
Setelah kita mengerti dan mengenal dari puncak ibadah itu sendiri, di mana di tangannya ada satu kecapi Allah, kecapi sorgawi, supaya bisa mengikuti nada-nada sorgawi di bumi ini, di tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan.
 
Wahyu 12:16
(12:16) Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
 
Tetapi bumi datang menolong perempuan itu. Itulah pertolongan yang tak terduga kepada bumi, yakni; manusia yang hina karena dosa, bukan? Itulah doa penyembahan. Sama seperti Anak laki-laki yang dilahirkan itu, bagaikan dirampas lalu dibawa naik ke sorga.
 
Ia membuka mulutnya, dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya. Bumi membuka mulutnya dan menelan sungai yang disemburkan naga itu dari mulutnya.
Kalau ibadah sudah betul-betul sampai kepada puncaknya, maka apapun yang terjadi, kehidupan kita akan dibebaskan, sebab bumi datang membuka mulutnya, sehingga pengaruh arus apapun tidak dapat menghanyutkan kehidupan rohani kita semua. Jadi betapa hebatnya doa penyembahan ini untuk segera datang menolong dan memberi pertolongan kepada kita masing-masing.
 
Oleh sebab itu, kalau saudara perhatikan Amsal 30:15, Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" = kikir, tidak mengerti apa-apa, bagaikan dunia orang mati, bagaikan padang gurun. Sebanyak apapun hujan turun di atasnya, tidak akan berbekas. Tetapi yang TUHAN mau ceritakan kepada kita sore hari ini adalah doa penyembahan, penyerahan diri kita sepenuhnya kepada TUHAN.
Jangan kikir waktu untuk menyembah. Jangan kikir hati dan perasaanmu untuk dikorbankan. Jangan kikir untuk biaya materi. Inilah tahbisan seorang hamba TUHAN dalam suratan Timotius yang sudah dipelajari tadi malam lewat Ibadah Kaum Muda.
 
Tadi, pada ayat 15, ular itu menyemburkan air sebesar sungai dari mulutnya, tetapi tujuannya untuk menghanyutkan gereja di akhir zaman ini, itu adalah waktu yang tepat bagi Setan, tetapi ternyata ada pertolongan TUHAN yang tidak terduga, karena kita mau menyerahkan diri, dituntun oleh tongkat kerajaan dan tongkat kebenaran, ibadah kita dituntun sampai kepada puncaknya.
Tetapi lihat, apa yang keluar dari mulut naga itu juga ditulis dalam Wahyu 16:13-14, dengan perikop “Ketujuh Malapetaka”, ini adalah malapetaka atau cawan murka Allah yang keenam, sebagai penghukuman bagi orang yang menolak kasih Allah.
Ada tiga kali tujuh penghukuman;

-          Tujuh kali yang pertama adalah penghukuman dari tujuh meterai. Penghukuman itu berlaku bagi mereka yang menolak kegiatan Roh.

-          Tujuh kali yang kedua adalah penghukuman dari tujuh sangkakala. Itu adalah penghukuman bagi mereka yang menolak pembukaan firman. Kalau ditolak pembukaan firman, hukumannya datang dari tujuh sangkakala.

-          Tujuh kali penghukuman yang ketiga, itulah cawan murka Allah, tujuh bokor dari tujuh malaikat. Penghukuman yang terakhir bagi mereka yang menolak kasih dari Allah Bapa.

 
Kembali saya sampaikan:
-          Menolak kegiatan Roh, penghukumannya datang dari tujuh meterai.
-          Menolak pembukaan firman, penghukumannya datang dari firman itu sendiri = 7 sangkakala.
-          Menolak kasih Allah, penghukumannya datang dari tujuh cawan murka Allah.
 
Wahyu 16:13-14
(16:13) Dan aku melihat dari mulut naga dan dari mulut binatang dan dari mulut nabi palsu itu keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. (16:14) Itulah roh-roh setan yang mengadakan perbuatan-perbuatan ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa.
 
Inilah Trinitas dari Setan, yakni; naga, antikris, nabi palsu, dan dari mulut mereka keluar tiga roh najis yang menyerupai katak. 
Jadi, apapun yang dikerjakan oleh tiga serangkai dari Setan, tidak akan menuntun ibadah kita sampai pada puncak ibadah, selain dari pada roh najis yang menyerupai katak.
Jadi, kalau ibadah bumi yang dikerjakan oleh nabi palsu, hanya sibuk bicara soal mujizat jasmani.
Ibadah laut yang dikerjakan oleh antikris bicara soal berkat-berkat, bicara soal ekonomi, semuanya akan mengarah kepada kenajisan, tidak mengarah kepada puncak ibadah, doa penyembahan. Ingat itu; Kalau seseorang terikat dengan perkara lahiriah, ujung-ujungnya ibadahnya sampai kepada kenajisan (roh katak).
 
Oleh sebab itu, jangan heran kalau terjadi mujizat, bukan itu yang nomor satu. Kalau hanya terletak di situ saja, nanti ujung-ujungnya dikuasai kenajisan. Mengapa gereja dikuasai kenajisan? Karena ibadah itu tidak dituntun oleh tongkat kerajaan sampai kepada puncaknya yakni; doa penyembahan.
 
Lihat, pada akhirnya, ibadah bumi akan dihukum oleh cawan murka Allah yang keenam. Ibadah laut juga tidak menuntun sampai kepada puncak ibadah akan dihukum oleh cawan murka Allah yang keenam. Perhatikanlah itu; kalau TUHAN sudah berbicara dari hati-Nya, maka sambutlah hati TUHAN dengan hati kita masing-masing.
TUHAN tidak berkata sambutlah dengan gajimu satu tahun, tidak, tetapi sambutlah dengan hati kita masing-masing. Kalau Maria bisa sambut dengan upah satu tahun, tetapi yang TUHAN tuntut dari kita petang ini hanyalah hati. Biarlah dua tangan Imam Besar menuntun ibadah ini sampai pada puncaknya, itulah doa penyembahan.
 
Lihat, pada zaman Musa, Bangsa Israel dituntun dengan tongkat untuk membebaskan bangsa Israel dari Firaun dan perbudakan Mesir.
Zaman Yesus, juga tongkat yang sama, tongkat Kerajaan, tidak pernah beralih.
Teramat lebih zaman akhir ini, kita harus betul-betul dituntun oleh tongkat kerajaan, tongkat kebenaran, untuk ibadah ini dituntun sampai pada puncaknya, doa penyembahan.
Jangan lagi mau ditipu oleh Setan, di mana ibadah dituntun hanya sebatas berkat,  ibadah dituntun hanya sebatas mujizat. Kalau ibadah sebatas berkat, itu adalah ibadah laut. Ibadah sebatas mujizat, itu adalah ibadah bumi (nabi palsu, binatang yang keluar dari dalam bumi).
 
Oleh sebab itu, saya yakin dan percaya bahwa saudara sangat diperhatikan oleh TUHAN Yesus Kristus. Sore ini TUHAN mau menyatakan kasih-Nya yang besar, TUHAN mau merangkul kehidupan rohani kita dengan dua tangan TUHAN yang kuat untuk dibawa mendekat dalam pangkuan-Nya kekal sampai selama-lamanya.
 
KEKEKALAN; Penyembahan.
KEKEKALAN; Penyerahan Diri.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment