KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, November 20, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 17 NOVEMBER 2020


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 17 NOVEMBER 2020
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 122)
 
Subtema: HUKUMAN SEBAGAI DIDIKAN
 
Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing, dan kiranya damai sejahtera Kristus memerintah hidup, ibadah dan pelayanan kita, nikah dan rumah tangga kita masing-masing.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat di luar penggembalaan ini, baik yang ada di Jakarta, yang ada di Bandung, yang ada di Malaysia, Sumatera, TUHAN memberkati. Baik juga para simpatisan yang tekun mengikuti Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, baik yang di Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, baik yang ada di NTT, di Sumatera, di Jawa Barat, DKI Jakarta, TUHAN memberkati kita semua.
 
Mari dengan rendah hati kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat yang di Kolose.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Di sini kita melihat; nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang suci ini harus diterima dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hati, sekalipun seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangga.
 
Kemudian, seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita pelajari langsung dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak 2 (dua) kali, yakni:

1.      Ayat 25Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya.

2.      Ayat 28, Suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.

 
Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri, mengapa demikian?
 
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota.
Sebab, di sini dikatakan: “Laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya”, hal ini jelas berbicara tentang; salib di Golgota. Sebab, Yesus Kristus, Anak Allah, telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain;
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di sorga.
-          Lalu meninggalkan segala kemuliaan-Nya.
Sesuai dengan Filipi 2:5-8. Dengan satu tujuan; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan gereja TUHAN yang adalah tubuh-Nya sendiri.
 
Pelajaran ini berlaku bukan saja dalam bentuk hubungan nikah jasmani -- suami isteri yang sudah menikah --, namun juga berlaku dalam hubungan nikah yang rohani, antara tubuh dengan Kepala -- sidang jemaat dengan Kristus, yang adalah Kepala --. Jadi, pemuda-pemudi juga harus memperhatikan hal ini, mulai dari sejak sekarang, supaya nikah jasmanimu kelak tidak ternodai; ada damai sejahtera, bahagia, sampai selama-lamanya. Peran orang tua sangat penting dan sangat baik sekali dalam kehidupan sehari-hari.
 
BUKTI seorang suami mengasihi isterinya.
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat.
 
 “Tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya” .
Jadi, bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuh dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat. Ini adalah teladan Kristus yang harus diteladani oleh seorang suami.
 
Lebih rinci tentang MENGASUH dan MERAWATI, kita simak dalam 1 Tesalonika 2.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika, sama seperti seorang ibu yang ramah terhadap anaknya.
Ibu à Gembala Sidang atau pemimpin rumah TUHAN (pemimpin sidang jemaat). Adapun tugas dari gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) adalah:
1.      Mengasuh hidup rohani sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani sidang jemaat.
 
Tentang: MENGASUH.
Tentang hal “mengasuh” ini kita akan memperhatikan Kisah Para Rasul 7.
Kisah Para Rasul 7:21
(7:21) Lalu ia dibuang, tetapi puteri Firaun memungutnya dan menyuruh mengasuhnya seperti anaknya sendiri.
 
Singkatnya: Musa diasuh oleh puteri Firaun seperti anaknya sendiri.
 
Memang, seorang ibu harus mengasuh anaknya dengan baik. Sebaliknya, seorang anak juga berhak mendapat hak asuh dari ibunya. Kita semua berhak mendapat hak asuh dari TUHAN; itu sebabnya, oleh karena kemurahan hati TUHAN, dua tangan TUHAN menarik kehidupan kita untuk berada dalam perhimpunan Ibadah Doa Penyembahan ini.
Singkatnya: Sejauh ini TUHAN telah mengasuh kehidupan kita masing-masing, besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan, tanpa terkecuali, karena TUHAN tidak pernah memandang muka. Oleh sebab itu, kita patut mengucap syukur sedalam-dalamnya dan berterima kasih setinggi-tingginya kepada TUHAN kita, Yesus Kristus. Besar kasih sayang dan kasih setia-Nya bagi kita semua.
 
BUKTI BAHWA MUSA BETUL-BETUL DIASUH PUTERI FIRAUN
Kisah Para Rasul 7:22
(7:22) Dan Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir, dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.
 
Musa dididik dalam segala hikmat orang Mesir.
 
Berarti, DIASUH = menerima didikan langsung dari TUHAN. Pendeknya; Seorang anak akan mendapat didikan yang baik, apabila ia diasuh oleh ibunya dengan baik pula. Berbahagialah seorang anak jikalau ibunya menunjukkan suatu tanggung jawabnya di hadapan TUHAN di dalam hal mengasuh anaknya; anak itu pasti berbahagia.
Demikian juga sidang jemaat sebagai anak-anak TUHAN, anak rohani, akan berbahagia bilamana seorang gembala sidang, bilamana pemimpin rumah TUHAN menunjukkan suatu tanggung jawabnya di dalam hal mengasuh sidang jemaat, sebab sidang jemaat sebagai anak-anak rohani akan mendapat didikan lewat asuhan yang baik dan yang benar dari TUHAN.
 
1 Korintus 11:31-32
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita. (11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Kalau kita menguji diri kita sendiri, atau menganggap diri kita mau menjadi baik tetapi dengan cara kebenaran diri sendiri, hukuman tidak menimpa kita, pasti jauh dari hukuman, tidak mau menerima hukuman.
Sebaliknya, kalau kita menerima hukuman dari TUHAN, kita dididik, itu adalah tanda didikan dari TUHAN, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Anak-anak TUHAN tidak akan mendapatkan didikan yang baik, yakni didikan yang suci dan sempurna, jikalau menggunakan cara-cara atau pun metode-metode dari manusia duniawi. Sebaliknya, didikan yang baik, yakni didikan yang suci dan sempurna, datangnya hanya dari TUHAN, tidak datang dari tempat lain, tidak berasal dari yang lain.
 
Seperti yang dikatakan pada ayat 32, jelas di situ dikatakan: kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik. Hukuman TUHAN adalah didikan TUHAN bagi anak-anak TUHAN. Jadi, hukuman dari TUHAN = teguran dan hajaran yang terjadi atas seizin TUHAN à sengsara salib atau aniaya karena Firman.
Aniaya karena firman, sengsara karena salib, itu adalah didikan yang berasal dari TUHAN, itu merupakan didikan yang baik, didikan yang suci dan sempurna. Kiranya kita pahami dengan sungguh-sungguh.
 
Berarti, ibadah dan pelayanan ini harus dihubungkan langsung dengan salib, tujuannya; supaya kita mendapat didikan langsung dari TUHAN; itu adalah didikan yang baik, didikan yang suci dan sempurna. Banyak didikan di atas muka bumi ini, tetapi didikan yang baik, didikan yang suci dan sempurna hanya datang dari TUHAN, tidak datang dari yang lain-lain.
Sebaliknya, jika ibadah dan pelayanan tidak dihubungkan langsung dengan sengsara salib = tidak mengenal dan tidak mendapat didikan yang baik dari TUHAN.
 
Jadi, jangan kita bersungut-sungut di tengah ibadah dan pelayanan manakala ibadah ini dihubungkan langsung dengan sengsara salib, dihubungkan langsung dengan banyaknya pengorbanan, baik; tenaga, pikiran, waktu, materi, bahkan uang sekalipun; jangan bersungut-sungut, karena itu merupakan didikan yang baik, didikan yang suci dan sempurna dari TUHAN Yesus Kristus.
Jika saudara meng-amin-kan firman ini, saya berharap “amin” yang terucap ini datang dari lubuk hati; itu artinya mau menerima didikan yang baik.
 
CONTOH. Kita akan diberkati kembali dari kitab Yesaya 1 ini, setelah kita diberkati pada minggu-minggu yang lalu secara beturut-turut; dan malam ini kita akan kembali diberkati dari Yesaya 1.
Yesaya 1:2
(1:2) Dengarlah, hai langit, dan perhatikanlah, hai bumi, sebab TUHAN berfirman: "Aku membesarkan anak-anak dan mengasuhnya, tetapi mereka memberontak terhadap Aku.
 
TUHAN membesarkan Yehuda dan Yerusalem, serta “mengasuhnya”, tetapi kenyataannya, mereka memberontak terhadap TUHAN.
 
Yesaya 1:3-4
(1:3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya".(1:4) Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.
 
Praktek pemberontakan Yehuda dan Yerusalem kepada TUHAN, YANG PERTAMA: Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak.
Ini merupakan gambaran dari seorang hamba yang tidak taat, tidak setia dan tidak dengar-dengaran = hamba yang tidak mau merendahkan dirinya di hadapan TUHAN.
 
Tentang hal ini, sejenak kita memperhatikan 1 Petrus 5.
1 Petrus 5:5
(5:5) Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain, sebab: "Allah menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati".
 
Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua. Dan kamu semua, rendahkanlah dirimu seorang terhadap yang lain. Singkatnya, di sini kita melihat: TUHAN menuntut ketundukan dari seorang hamba TUHAN.
Orang muda = naposo (dalam bahasa batak) à hamba TUHAN.
 
Sekali lagi saya sampaikan: TUHAN menuntut ketundukan dari seorang hamba TUHAN. Jadi, seorang imam, pelayan TUHAN, mari kita membuktikan ketundukan kita masing-masing kepada Tuan kita, itulah TUHAN Yesus Kristus. Jangan tunjukkan kesombongan, merasa diri hebat, merasa diri bisa, merasa diri mampu, merasa diri lebih baik dari yang lain, merasa diri lebih suci dan lebih dewasa rohani, jangan.
Tetapi yang dituntut dari seorang hamba TUHAN adalah ketundukannya. Mengapa demikian? Sebab Allah betul-betul menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati. Jadi, kalau hamba TUHAN hidup di dalam belas kasih, maka hiduplah di dalam kerendahan hati. Jika hidup dalam kemurahan, maka hiduplah dalam kerendahan hati. Kalau kita rendah hati di tengah ibadah dan pelayanan, maka banyak kemurahan-kemurahan yang kita dapat dari TUHAN, segalanya dimudahkan; oleh sebab itu, sangat rugi kita kalau masih mempertahankan dosa kesombongan (keangkuhan), tidak ada artinya.  Tetapi itulah yang terjadi dan dialami oleh bangsa Yehuda dan Yerusalem.
 
1 Petrus 5:6
(5:6) Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya.
 
Mari kita merendahkan diri kita masing-masing di tengah ibadah dan pelayanan di hadapan TUHAN, supaya akhirnya kita berada di tempat yang tinggi, dengan lain kata; TUHAN tinggikan.
 
Kalau TUHAN yang meninggikan, maka tidak ada yang dapat merendahkan. Sebaliknya, kalau seorang hamba TUHAN meninggi-ninggikan diri, maka TUHAN akan rendahkan di tempat yang paling rendah.
Jadi, tidak ada artinya; capek kita dengan dosa kesombongan. Sebetulnya, orang sombong itu capek dan lelah, tetapi anehnya, banyak sekali orang yang gemar dengan dosa kesombongan. Berbeda dengan hamba TUHAN yang rendah hati, dia akan dibawa oleh TUHAN di tempat yang paling tinggi; dan kalau TUHAN yang meninggikan, maka tidak ada seorang pun yang dapat merendahkan, bahkan Setan sekalipun tidak akan dapat merendahkan seorang hamba TUHAN yang mau merendahkan diri-Nya di hadapan TUHAN, di tengah ibadah dan pelayanan, itulah dua tangan TUHAN yang kuat. Kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.
Jadi, kalau kita sudah tahu yang baik, lantas mengapa kita mau berlelah-lelah?
 
Yesaya 1:3
(1:3) Lembu mengenal pemiliknya, tetapi Israel tidak; keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat-Ku tidak memahaminya".
 
Praktek pemberontakan Yehuda dan Yerusalem kepada TUHAN, YANG KEDUA: Keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat Allah tidak memahaminya.
Artinya, umat Allah tidak menghormati sengsara Yesus dan tidak menjunjung tinggi Korban Kristus atau sengsara Yesus di atas kayu salib di bukit Golgota.
Kalau kita sudah merasakan yang baik dari TUHAN, maka marilah kita hormati korban Kristus.
 
CONTOH tidak menjunjung tinggi korban Kristus.
Matius 23:16-19
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (23:19) Hai kamu orang-orang buta, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
 
Dari pembacaan ini, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa; Di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya, ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terikat dengan perkara-perkara lahiriah = tidak memandang korban Kristus.
Demikianlah keledai mengenal palungan yang disediakan tuannya, tetapi umat Allah tidak memahaminya, umat Allah tidak mengenal sama sekali, tidak memandang kepada korban Kristus.
 
Hal itu dapat dilihat dari pengakuan mereka:
YANG PERTAMA:
-          Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah.
-          Tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
YANG KEDUA:

-          Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah.

-          Tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atas mezbah, mereka katakan; sumpah itu mengikat.

Dari dua pengakuan tersebut, menunjukkan bahwa ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi terikat dengan perkara lahiriah di tengah ibadah dan pelayanan mereka di hadapan TUHAN.
 
AKIBAT kalau terikat dengan perkara lahiriah di tengah ibadah dan pelayanannya -- atau tidak memandang korban Kristus --, akibatnya ada 2 (dua) :

1.      Mengabaikan Bait Suci Allah dan kesuciannya.

2.      Mengabaikan pelayanan mezbah -- atau pelayanan pekerjaan TUHAN -- dan tidak memahami orang lain.

 
Kalau tidak memahami pekerjaan TUHAN, tidak memahami pelayanan pekerjaan TUHAN, juga sama artinya; tidak mau memahami orang lain, tidak peduli dengan kesusahan orang lain.
 
Tadi kita sudah melihat; bangsa Israel tidak mengenal pemiliknya dan tidak menghargai korban Kristus. Sekarang, kita akan kembali kepada Yesaya 1, untuk memperhatikan ayat 4.
Yesaya 1:4
(1:4) Celakalah bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk! Mereka meninggalkan TUHAN, menista Yang Mahakudus, Allah Israel, dan berpaling membelakangi Dia.
 
Sampai akhirnya, Yehuda dan Yerusalem ...
1.      Meninggalkan TUHAN.
2.      Menista Yang Mahakudus, Allah Israel.
3.      Berpaling membelakangi TUHAN.
Demikianlah yang terjadi pada akhirnya. Ini adalah suatu sikap yang kurang terpuji yang ditunjukkan oleh Yehuda dan Yerusalem.
 
Banyak anak TUHAN semacam ini; setelah diberkati, akhirnya membelakangi TUHAN, dengan menggunakan alasan yang banyak sekali. Belajarlah kita untuk menjadi kehidupan yang prihatin, mengerti untuk mengucap syukur oleh karena kemurahan hati TUHAN.
 
Singkatnya: Yehuda dan Yerusalem telah melakukan suatu kesalahan yang besar.
Kalau anak TUHAN melakukan suatu kejahatan yang besar;
-          Disebut bangsa yang berdosa.
-          Disebut kaum yang sarat dengan kesalahan.
-          Disebut keturunan yang jahat-jahat.
-          Disebut anak-anak yang berlaku buruk.
lalu, bagaimana sikap TUHAN? Bagaimana tindakan TUHAN? Kira-kira, apakah oleh karena dosa-dosa itu, lalu akhirnya Yehuda Yerusalem binasa? Tentu saja TUHAN tidak menghendaki kebinasaan dari Yehuda Yerusalem.
Tetapi, oleh karena kejahatan dari Yehuda dan Yerusalem ini, ada konsekuensi.
 
Itu sebabnya tadi, manakala kita dalam kesalahan, lalu kita ingin menjadi seorang yang baik dan benar -- tetapi menurut pandangan manusia duniawi -- dengan menggunakan cara-cara atau pun metode-metode manusia duniawi, maka pasti mengharapkan keinginan yang baik, keinginan yang suci, tetapi tanpa penghukuman.
Namun di dalam TUHAN, anak-anak yang berlaku jahat, supaya dia tidak dihukum dan binasa, maka tentu saja harus menerima hukuman terlebih dahulu, karena hukuman tersebut merupakan didikan TUHAN bagi kita.
 
Kalau pun tadi sudah dibaca, tidak mengapa jika kita kembali memperhatikan 1 Korintus 11 tadi, supaya lebih jelas lagi. Namun sebelum membaca, kembali saya sampaikan: Tadi, Yehuda dan Yerusalem disebut dengan bangsa yang berdosa, bukan? Disebut juga kaum yang sarat dengan kesalahan, disebut juga keturunan yang jahat-jahat, disebut juga anak-anak yang berlaku buruk. Nah, kira-kira, dengan keburukan dan kejahatan mereka itu, apakah TUHAN menghendaki kebinasaan mereka?
Tentu saja TUHAN tidak menghendaki Yehuda dan Yerusalem untuk binasa, tetapi mereka harus mendapat hukuman karena kesalahan mereka.
 
Kembali kita membaca 1 Korintus 11.
1 Korintus 11:31
(11:31) Kalau kita menguji diri kita sendiri, hukuman tidak menimpa kita.
 
“Kalau kita menguji diri kita sendiri ...” Berarti, tidak melewati ujian yang datang dari TUHAN, namun menghendaki sesuatu yang baik, merindukan supaya kita benar = cara-cara ataupun metode manusia duniawi.
... hukuman tidak menimpa kita” .Orang yang semacam ini jauh dari hukuman yaitu; Sengsara Salib.
 
1 Korintus 11:32
(11:32) Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama dengan dunia.
 
Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, menerima teguran dan hajaran atas seizin TUHAN, itu merupakan sebuah tanda bahwa kita dididik. Jadi, sengsara salib, aniaya karena firman, itu merupakan sarana TUHAN mengasuh kita untuk memperoleh didikan dari TUHAN.
 
Manakala kita digambarkan menjadi suatu bangsa yang berdosa, kaum yang sarat dengan kesalahan, keturunan yang jahat-jahat, anak-anak yang berlaku buruk, mau tidak mau, maka harus menerima hukuman, karena itu didikan TUHAN bagi kita supaya lepas dari kebinasaan.
Marilah kita melihat hukuman itu, di mana oleh karena kesalahan dan kejahatan itu, Yehuda dan Yerusalem harus dihukum, supaya lepas dari hukuman kebinasaan. Lebih baik hari ini pikul salib sebagai hukuman atas daging supaya akhirnya tidak binasa, dari pada kita akhirnya dihukum untuk selama-lamanya (binasa).
 
Pilih mana; Pikul salib untuk lepas dari kebinasaan, atau menolak salib di tengah ibadah tetapi dihukum untuk selama-lamanya? Pilih mana?
Tentu kalau saudara bijaksana, kalau saudara adalah manusia yang berakal budi, maka pasti saudara berkata: Lebih baik di tengah ibadah saya memikul salib tetapi lepas dari kebinasaan. Ayo, berpikirlah bijaksana, jangan seperti orang bebal dan bodoh.
 
Kalau begitu, marilah kita melihat HUKUMAN itu.
Yesaya 1:5-8
(1:5) Di mana kamu mau dipukul lagi, kamu yang bertambah murtad? Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu. (1:6) Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak. (1:7) Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing. (1:8) Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung.
 
Di mana kamu mau dipukul lagi ... Karena kejahatan Yehuda dan Yerusalem, akhirnya mereka dipukul lagi. Sebetulnya, pukulan pertama sudah telak diterima oleh Yehuda dan Yerusalem, ketika mereka diperbudak di Mesir. Tetapi, setelah berada di tanah Kanaan, mereka justru kembali barulah, akhirnya dipukul kembali, dihukum kembali, karena kesalahan Yehuda dan Yerusalem.
 
Seluruh kepala sakit dan seluruh hati lemah lesu; kemudian, pukulan TUHAN tidak hanya berhenti sampai di situ. Kemudian, dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat. Bukan main, hebat sekali penderitaan semacam ini; dari telapak kaki sampai kepala bengkak dan bilur dan luka baru, bukan luka lama, tetapi luka baru terus setiap hari. Contohnya; hari ini adalah Hari Selasa, lalu besok dapat lagi luka baru, entah dari suami atau dari isteri. Lalu, lusa, hari Kamis, ada lagi luka baru, entah dari suami, entah dari isteri, entah dari anak, macam-macam; terus mengalami luka baru. Yang lucunya, sudah bengkak, bilur, luka baru, namun tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh (diolesi) minyak pengobatan.
Negerimu menjadi sunyi sepi; tidak hanya menderita sakit, tetapi negeri mereka menjadi sunyi sepi. Lalu, kota-kota mereka juga habis terbakar dan orang-orang lain memakan habis hasil tanah mereka; sungguh, tidak berdaya. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing.
 
Puteri Sion tertinggal sendirian, merana dalam kesendirian, yang digambarkan seperti pondok di kebun anggur; sebetulnya “sudah ada anggur”, fungsinya apa? Memberi sukacita, itulah kasih dari sorga. Kemudian digambarkan seperti gubuk di kebun mentimun; sebetulnya ada mentimun yang terkadang bisa digunakan untuk meredam emosi, amarah, darah tinggi, tetapi itu pun tidak ada artinya.
Kemudian, digambarkan seperti kota yang terkepung; seharusnya, kota itu berada dalam keramaian, tetapi “dikepung”, menjadi mencekam.
Begitu ngerinya keadaan Yehuda dan Yerusalem, tetapi itu harus diterima sebagai konsekuensi dari kesalahan Yehuda dan Yerusalem.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan singkat: Karena Yehuda dan Yerusalem telah meninggalkan dan menista, bahkan membelakangi Allah oleh karena kejahatan mereka, lalu konsekuensinya ialah mereka harus menerima pukulan, mereka harus menerima hukuman dari TUHAN, karena TUHAN sedang mengasuh untuk mendidik Yehuda dan Yerusalem, karena TUHAN tidak menginginkan kebinasaan dari pada Yehuda dan Yerusalem. Jadi, lebih baik hari ini kita menerima hukuman supaya lepas dari kebinasaan; ingatlah itu.
 
Jadi, jangan bersungut-sungut dong kalau ibadah dihubungkan langsung dengan sengsara salib. Belajarlah untuk memiliki pengertian dari sorgawi; jangan bertahan dengan pikiran yang lama.
 
Hukuman yang diterima oleh Yehuda dan Yerusalem sebagai didikan dari TUHAN, YANG PERTAMA:
a.       Seluruh kepala sakit.
b.      Seluruh hati lemah lesu.
 
Tentang: Seluruh kepala sakit = pikiran tidak sehat.
Sebenarnya, pada kepala terdapat otak besar dan otak kecil.
Jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “otak besar” terkena pada RUANGAN SUCI dengan 3 (tiga) perabotan yang ada di dalamnya:

1.      Meja Roti Sajian, berbicara tentang; persekutuan yang mendalam dengan Yesus, Anak Allah, lewat pengajaran Firman Allah dan perjamuan suci. Wadahnya ialah Ibadah Pendalaman Alkitab (Bible Study) disertai dengan perjamuan suci.

2.      Pelita Emas, berbicara tentang; persekutuan dengan Roh Allah yang suci untuk menjadi kesaksian (terang), itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. Wadahnya ialah Ibadah (Kebaktian) Raya Minggu.

3.      Mezbah dupa, berbicara tentang; persekutuan dengan kasih Allah. Wadahnya ialah Ibadah Doa Penyembahan. Hanyut dan tenggelam dalam kasih Allah, itulah doa penyembahan. 

Berarti, kalau pikiran ini senantiasa tertuju kepada Ruangan Suci atau tertuju kepada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, maka pasti pikiran ini tidak sakit. Coba kalau pikiran ini hanya kepada dosa, hanya kepada kejahatan, hanya kepada kenajisan, maka pasti pikiran sakit; itulah yang membuat penderitaan di dalam pikiran.
Oleh sebab itu, arahkan dan pusatkan pikiran untuk tertuju kepada ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, supaya pikiran sehat. Pikiran jangan kepada uang, pikiran jangan kepada kenajisan, pikiran jangan kepada kejahatan, supaya pikiran ini jangan sakit. Bukankah yang membuat sakit adalah dosa itu? Kesucian tidak pernah membuat sakit, salib juga tidak pernah membuat sakit.
Ayo, arahkan pikiran, pusatkan pikiran kepada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
 
Jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “otak kecil” terkena pada RUANGAN MAHA SUCI, dengan satu alat yang terdapat di dalamnya, yakni Tabut Perjanjian.
Tabut Perjanjian terdiri dari 2 (dua) bagian:

1.      Tabut atau peti à Sidang mempelai wanita TUHAN.

2.      Tutup pendamaian atau tutupan grafirat dengan kedua kerub di atasnya à Allah Trinitas, yakni TUHAN Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Sorgawi.

Ayo, pusatkan pikiran kepada yang suci, pusatkan pikiran ini kepada ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, supaya pikiran kita tidak sakit, supaya pikiran orang yang di sekitar kita tidak sakit.
Kalau kita berkata: “sudah belajar Alkitab”, maka selanjutnya kita buktikan dengan penyerahan. Tidak ada artinya berkata “saya sudah belajar Alkitab dari sejak kecil”, tetapi tidak dibuktikan dengan penyerahan. Harus menyerah kepada TUHAN, menyerah kepada pembukaan firman.
 
Arti rohani Tabut Perjanjian ada dua, yaitu;

1.      Takhta Allah = ibadah dan pelayanan.

2.      Hubungan nikah (hubungan intim) antara Kristus -- sebagai MEMPELAI PRIA -- dengan sidang jemaat -- sebagai MEMPELAI WANITA-NYA -- berdasarkan kasih. Hubungan nikah harus berdasarkan kasih; hubungan intim harus berdasarkan kasih. Membangun hubungan intim dengan TUHAN, dasarnya adalah kasih Mempelai.

 
Kesimpulannya:

-          OTAK BESAR tidak akan alami sakit jikalau tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok dan pikiran terpusat pada ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok.

-          OTAK KECIL tidak akan sakit, jika hidup seseorang; (1) menjadi takha Allah dan (2) membangun hubungan nikah, membangun hubungan intim berdasarkan kasih Mempelai.

 
Mengapa hubungan nikah suami-isteri banyak stress?
-          Mengapa suami stress? Karena hubungannya tidak baik.
-          Mengapa isteri pikirannya tidak baik, stress? Karena hubungan nikahnya tidak baik.
Kita tahu kok apa yang terjadi, namun terkadang hawa nafsu daging ini tidak bisa ditahan; bukankah ini bebal namanya? Hati-hati, jangan pertahankan kebebalan itu.
Kalau kita tahu yang baik, segera menyerah kepada yang baik; tidak perlu mengumbar kata-kata, sebab TUHAN yang menyelidiki hati. Kalau kita membela diri dengan mengumbar kata-kata, maka kebenaran itu cukup dilihat mata manusia, tidak sampai ke sorga, tidak masuk dalam sorga. Ayo, belajarlah bijaksana.
 
Tentang: Seluruh hati lemah lesu = tidak kuat, sebab Firman TUHAN tidak mendapat tempat di dalam hati.
Hal itu memang masuk akal; hati ini akan lemah lesu kalau firman TUHAN tidak mendapat tempat di dalam hati. Kalau kita perhatikan di dalam suratan Petrus, “Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur”, demikian juga segala yang ada ini. Yang membuat hati kita kuat dan bertahan dari segala jenis (macam) pencobaan adalah jika firman TUHAN mendapat tempat di dalam hati, maka pasti kuat.
Jadi “lemah lesu” di sini menunjukkan suatu gambaran bahwa Firman TUHAN itu tidak mendapat tempat di dalam hatinya, ia jauh dari firman.
 
Kita kembali membaca Yesaya 1:6, untuk memperhatikan hukuman yang kedua.
Yesaya 1:6
(1:6) Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat: bengkak dan bilur dan luka baru, tidak dipijit dan tidak dibalut dan tidak ditaruh minyak.
 
Hukuman yang diterima oleh Yehuda dan Yerusalem sebagai didikan dari TUHAN, YANG KEDUA: Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat, dengan kata lain;
1.      Bengkak dan bilur dan luka baru.
2.      Tidak dipijit, tidak dibalut, tidak ditaruh minyak.
 
Tentang:  Bengkak dan bilur dan luka baru = tersakiti dan tanpa pembelaan TUHAN.
Luka baru, contohnya; hari ini adalah hari Selasa, terlukai; itu luka baru. Kemudian, besok di hari Rabu, terlukai lagi = luka baru. Lalu, lusa di hari Kamis, terlukai = luka baru. Mengapa ada luka baru? Inilah yang disebut tersakiti tanpa pembelaan TUHAN.
 
Tentang: Tidak dipijit, tidak dibalut, tidak ditaruh minyak, artinya; tidak mengalami pertolongan TUHAN = tanpa penolong Yang Lain, yaitu Roh TUHAN.
Tadi dikatakan; Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat, berarti sakit; tetapi sekalipun demikian, tidak dipijit, tidak dibalut, tidak ditaruh minyak, artinya; tidak mengalami pertolongan TUHAN = tanpa penolong Yang Lain, yaitu Roh TUHAN.
 
Menderita sakit tanpa penolong yang lain, itu sakitnya minta ampun. Perhatikan sungguh-sungguh: Menderita sakit tanpa seorang penolong yang lain, itulah Roh TUHAN, itu adalah penderitaan yang begitu sakit, penderitaan yang begitu hebat sekali.
Mungkin saudara bertanya-tanya dalam hati; penderitaan yang sakit semacam ini seperti apa rupanya, sakitnya sehebat apa? Jika saudara ingin tahu, mari kita perhatikan Ayub, yang mana ia mengalami penderitaan tanpa seorang penolong yang lain.
 
Ayub 2:7-9
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. (2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. (2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah"!
 
Ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya. Hal ini sama dengan Yesaya 1:6, Dari telapak kaki sampai kepala tidak ada yang sehat.
 
Dalam keadaan menderita sakit dari telapak kaki sampai ujung kepala, tanpa penolong yang lain, rasanya sakit sekali. Rasa sakit itu persis seperti perkataan isteri Ayub kepada Ayub:
-          Perkataan yang pertama: Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
-          Perkataan yang kedua: Kutukilah Allahmu
-          Perkataan yang ketiga: Matilah!
Inilah kalau menderita sakit tanpa seorang penolong yang lain; lebih sakit dari sakit yang di dalam tubuh. Jadi, sakitnya minta ampun, luar biasa sakitnya.
Sudah menderita sakit, tetapi tanpa diminyaki, tanpa Penolong yang lain, Roh Allah, sakitnya minta ampun. Kalau menderita, namun mendapat pertolongan dari Roh Allah, maka semua dapat terlewati. Tetapi kalau tanpa Penolong yang lain, sakitnya minta ampun.
Kalau seorang isteri berkata kepada suaminya: “Matilah”, ini adalah penderitaan hebat.
 
Kita kembali membaca Yesaya 1:7, untuk memperhatikan hukuman yang ketiga.
Yesaya 1:7
(1:7) Negerimu menjadi sunyi sepi, kota-kotamu habis terbakar; di depan matamu orang-orang asing memakan hasil dari tanahmu. Sunyi sepi negeri itu seolah-olah ditunggangbalikkan orang asing.
 
Hukuman yang diterima oleh Yehuda dan Yerusalem sebagai didikan dari TUHAN, YANG KETIGA:
a.       Negeri mereka menjadi sunyi sepi.
b.      Kota-kota mereka habis terbakar.
c.       Orang-orang asing memakan hasil dari tanah mereka.
Singkatnya: Ditinggalkan oleh TUHAN untuk sesaat lamanya.
 
GAMBARAN dari sunyi sepi atau tertinggal sendirian sesaat lamanya.
Yesaya 1:8
(1:8) Puteri Sion tertinggal sendirian seperti pondok di kebun anggur, seperti gubuk di kebun mentimun dan seperti kota yang terkepung.
 
Digambarkan seperti;

1.      Seperti pondok di kebun anggur. Kebun anggur adalah gambaran dari kasih Allah. Seharusnya, kasih Allah itu dapat memberi pertolongan, tetapi jikalau tertinggal dalam kesendirian, maka persis seperti pondok di kebun anggur = tidak bisa merasakan apa-apa, tidak dapat merasakan kasih Allah.

2.      Seperti gubuk di kebun mentimun = tidak ada rasa damai sejahtera, tidak ada rasa tenteram.

3.      Seperti kota yang terkepung, berarti; mencekam, dihantui rasa takut.

Inilah keadaan bila seseorang ditinggal oleh TUHAN, ditinggal sesaat lamanya. Artinya, tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
 
Dalam keadaan tidak bisa berbuat apa-apa, kira-kira APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH ORANG YANG TIDAK BISA APA-APA? Pastilah mencari jalan keluar. Nah, jalan keluarnya hanya ada di dalam TUHAN. Tidak bisa kita menggunakan, mencari jalan keluar dengan menggunakan kekuatan apa-apa.
Tadi sudah jelas, gambaran dari ayat 8 ialah tidak bisa berbuat apa-apa, sekalipun seperti pondok di kebun anggur, sekalipun seperti gubuk di kebun mentimun, sekalipun seperti kota yang terkepung; tidak bisa berbuat apa-apa.
Jadi, jalan keluarnya adalah tetap di dalam TUHAN. Kalau jalan keluarnya ada di dalam TUHAN, tentu saja akan kita lanjutkan pembacaan pada Yesaya 1:9.
 
Yesaya 1:9
(1:9) Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas, kita sudah menjadi seperti Sodom, dan sama seperti Gomora.
 
Kalau kita dibiarkan tertinggal sendirian dalam keadaan dosa yang hebat -- seperti kesalahan Yehuda dan Yerusalem --, maka akan menjadi seperti Sodom dan seperti Gomora; luar biasa hebatnya dosa di sana, yang akhirnya TUHAN tunggang balikkan.
 
Tetapi puji TUHAN, di sini dikatakan: Seandainya TUHAN semesta alam tidak meninggalkan pada kita sedikit orang yang terlepas. TUHAN tinggalkan si pelepas kepada kita masing-masing. TUHAN berikan kepada kita si pelepas di dunia ini.
Bersyukurlah kepada TUHAN; untuk sesaat lamanya kita ditinggalkan dalam penderitaan yang begitu hebat, tetapi untung TUHAN tinggalkan si pelepas di muka bumi ini.
 
Mari kita lihat ayat yang sama di dalam Roma 9.
Roma 9:29
(9:29) Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya: "Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora".
 
Dan seperti yang dikatakan Yesaya sebelumnya, itulah dalam Yesaya 1:29, persamaannya ialah: "Seandainya Tuhan semesta alam tidak meninggalkan pada kita keturunan, kita sudah menjadi seperti Sodom dan sama seperti Gomora".
 
Jadi, antara Yesaya 1:9 dan Roma 9:29, jelas ayat itu menunjuk kepada; pribadi Yesus Kristus yang diberikan kepada kita, Dialah Tunas Daud, keturunan Daud, Dialah si Pelepas itu.
 
Yesaya 4:2-4
(4:2) Pada waktu itu tunas yang ditumbuhkan TUHAN akan menjadi kepermaian dan kemuliaan, dan hasil tanah menjadi kebanggaan dan kehormatan bagi orang-orang Israel yang terluput. (4:3) Dan orang yang tertinggal di Sion dan yang tersisa di Yerusalem akan disebut kudus, yakni setiap orang di Yerusalem yang tercatat untuk beroleh hidup, (4:4) apabila TUHAN telah membersihkan kekotoran puteri Sion dan menghapuskan segala noda darah Yerusalem dari tengah-tengahnya dengan roh yang mengadili dan yang membakar.
 
Perikop ayat ini ialah: “Yerusalem disucikan dan dilindungi” Inilah keturunan Daud atau Tunas Daud, si Pelepas itu. Lihat, luar biasa Dia nyatakan kasih-Nya kepada Yehuda dan Yerusalem. Yerusalem disucikan dan dilindungi; dosa Yehuda dan Yerusalem disucikan oleh si Pelepas, keturunan Daud, Tunas Daud.
 
Yesus, Anak Allah, adalah Tunas Daud, berkuasa untuk:
-          Membersihkan kotoran puteri Sion (Yehuda).
-          Menghapus noda darah Yerusalem.
Sebab Tunas Daud adalah Roh Allah yang berkuasa untuk:
1.      Berkuasa untuk mengadili dosa.
2.      Berkuasa untuk membakar dosa, sampai tabiat dosa hangus.
 
Kita bersyukur, TUHAN tinggalkan di bumi ini keturunan Daud, Tunas Daud, Dialah Roh Allah yang berkuasa untuk mengadili, Dialah Roh Allah yang berkuasa untuk membakar (menghanguskan) dosa-dosa.
 
Lihatlah; TUNAS DAUD, betul-betul Dia berkuasa mengadili dan membakar dosa.
Yesaya 53:2-5
(53:2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. (53:3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan. (53:4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (53:5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.
 
Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya. Ganjaran untuk memperoleh keselamatan bagi kita ditimpahan kepada Tunas Daud. Itulah Tunas Daud, itulah kehidupan yang dikuasai oleh Roh Allah; mau menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung.
Jadi, jelas; Roh Allah adalah Roh yang berkuasa mengadili; Roh Allah adalah Roh yang berkuasa untuk membakar, menghanguskan segala dosa; itulah Tunas Daud.

-          Tunas Daud; Dialah Roh Allah yang berkuasa mengadili. Sengsara salib, itu adalah keadilan TUHAN.

-          Tunas Daud adalah Roh Allah yang berkuasa untuk membakar. Semuanya hangus; tabiat daging, tabiat dosa, semua dihanguskan.

Kita bersyukur kepada TUHAN.
 
Dan Tunas Daud, inilah Anak laki-laki, yang memegang tongkat besi, dan pada akhirnya Anak laki-laki itu akan dirampas dibawa masuk dalam Kerajaan Sorga. Tabiat ini harus mendarah daging dalam kehidupan kita masing-masing.
Anak laki-laki dengan tabiat-Nya, di mana di tangannya ada tongkat (gada) besi. Kemudian, Anak laki-laki ini juga dirampas, itu jelas berbicara tentang doa penyembahan.
 
Jadi, Tunas Daud adalah Roh Allah yang berkuasa mengadili, juga Roh Allah yang berkuasa untuk menghanguskan, juga berkuasa untuk membawa kita sampai kepada doa penyembahan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 


No comments:

Post a Comment