KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, March 8, 2024

KEBAKTIAN PERSEKUTUAN PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) MANDUAMAS, 29 FEBRUARI 2024



KEBAKTIAN PERSEKUTUAN PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT)

MANDUAMAS, 29 FEBRUARI 2024


Tema: MENJADI ANAK SULUNG (SESI 3)


Shalom saudara. Selamat malam, salam sejahtera dalam kasih-Nya TUHAN kita Yesus Kristus.

Oleh kemurahan TUHAN kita diizinkan untuk berada di atas gunung TUHAN, berada di dalam rumah TUHAN lewat KEBAKTIAN PERSEKUTUAN PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) SESI 3 di hari kedua ini. 


Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang bergabung dengan live streaming di sesi terakhir ini, dimanapun berada. Kiranya TUHAN dengan segala rahmat-Nya menyertai saudara di sana. Namun, jangan lupa kita berdoa dalam roh, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing. 


Kita kembali untuk memperhatikan tema yang ada, yang nampak dengan jelas dihadapan kita, yaitu: MENJADI ANAK SULUNG. Ini kerinduan kita sekaliannya. 


Kita kembali bertitik tolak dari…

Maleakhi 2:4

(2:4) Maka kamu akan sadar, bahwa Kukirimkan perintah ini kepadamu, supaya perjanjian-Ku dengan Lewi tetap dipegang, firman TUHAN semesta alam.


Perjanjian TUHAN dengan Lewi harus jadi pegangan seorang imam, hamba TUHAN, di dalam hal melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. 


Selanjutnya, mari kita lihat sejenak perjanjian TUHAN dengan Lewi dalam…

Bilangan 3:11-13 dengan perikop: “Orang Lewi”

(3:11) TUHAN berfirman kepada Musa: (3:12) "Sesungguhnya, Aku mengambil orang Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung mereka, yang terdahulu lahir dari kandungan, supaya orang Lewi menjadi kepunyaan-Ku, (3:13) sebab Akulah yang punya semua anak sulung. Pada waktu Aku membunuh semua anak sulung di tanah Mesir, maka Aku menguduskan bagi-Ku semua anak sulung yang ada pada orang Israel, baik dari manusia maupun dari hewan; semuanya itu kepunyaan-Ku; Akulah TUHAN."


Di sini kita melihat, TUHAN mengambil suku Lewi dari antara orang Israel ganti semua anak sulung orang Israel. Dengan demikian, suku Lewi diangkat oleh TUHAN menjadi anak sulung, berarti; menjadi milik kepunyaan TUHAN, karena anak sulung TUHAN yang punya.


Kita sudah melihat beberapa perkara di pasal yang ketiga, namun rupanya ada kaitannya dalam..

Bilangan 8:18-19 dengan perikop: “Pentahbisan orang Lewi”

(8:18) Maka Aku mengambil orang Lewi ganti semua anak sulung yang ada pada orang Israel, (8:19) dan Aku menyerahkan orang Lewi dari tengah-tengah orang Israel sebagai pemberian kepada Harun dan anak-anaknya untuk melakukan segala pekerjaan jabatan bagi orang Israel di Kemah Pertemuan, dan untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel, supaya orang Israel jangan kena tulah apabila mereka mendekat ke tempat kudus."


TUHAN mengangkat suku Lewi menjadi anak sulung:

  1. Untuk melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus.

  2. Untuk mengadakan pendamaian bagi orang Israel.

Tujuannya; supaya orang Israel jangan kena tulah apabila mereka mendekat ke tempat kudus.


Yang bertanggungjawab untuk umat Israel sebetulnya adalah anak sulung. Jadi, anak sulung tidak boleh tidak peduli kepada jemaat yang dipercayakan oleh TUHAN di atas pundak, itu harus dipikul supaya umat ketebusan TUHAN jangan kena tulah. 


Banyak orang datang ke gereja, bahkan tekun dalam tiga macam ibadah pokok, tetapi bisa saja pada akhirnya kena tulah. Jadi, penting sekali sebagai seorang anak sulung menunjukkan sikap atau tanggungjawab, dedikasi, loyalitas kepada TUHAN, yang disebut juga dengan tahbisannya dihadapan TUHAN, supaya umat ketebusan TUHAN jangan mengalami tulah penghukuman seperti kematian anak sulung di Mesir.


Kita baca dulu sejenak…

Keluaran 4:22-23 dengan perikop: “Musa kembali ke Mesir”

(4:22) Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; (4:23) sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku; tetapi jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan membunuh anakmu, anakmu yang sulung."


Singkat kata, lewat ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan: TUHAN mau menjadikan kita semua sebagai anak-anak sulung, sehingga lepas dari tulah, yakni; kematian anak sulung

Kalau tidak menjadi anak sulung = mengalami kematian anak sulung. Maka, kerinduan kita adalah supaya kita semua menjadi anak sulung supaya lepas dari kematian anak sulung, itu saja. 


Lewat persekutuan / kebaktian (ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok), TUHAN mau jadikan kita semua sebagai anak-anak sulung, dengan demikian lepas dari tulah kematian anak sulung. Jadi, untuk menjadi anak sulung tidak ada cara lain, kecuali terlibat langsung dengan ibadah dan pelayanan yang TUHAN percayakan


Terimakasih kepada para panitia yang menyelenggarakan persekutuan ini. Sebagai panita, saya tahu jerih payah besar, butuh pengorbanan, tenaga, pikiran, waktu dan uang yang ada. Tetapi percayalah, tidak ada cara lain untuk menjadi anak sulung, selain terlibat langsung dalam kebaktian-kebaktian yang TUHAN percayakan. 

Jadi, jangan kita ringankan kebaktian-kebaktian, persekutuan-persekutuan, termasuk ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, kecuali ada alasan yang tepat dihadapan TUHAN, bukan dihadapan manusia. Seperti saya malam ini, tinggalkan kebaktian di Serang. Malam ini adalah Ibadah Pendalaman Alkitab di Serang, tetapi mereka saat ini mengikuti ibadah lewat live streaming. 


Kita berdoa, supaya lewat handphone ini, live streaming kebaktian ini bisa lancar, bukan hanya kepada yang di Serang (GPT “Betania” Serang & Cilegon), tetapi  juga di luar negeri dan dimanapun berada; kita semua diberkati oleh TUHAN, Karena memang banyak dari luar negeri yang mengikuti. Mohon maaf, bukan sombong. Di dalam negeri juga banyak yang mengikuti, Sumatera Utara yang paling banyak, provinsi Banten tidak seberapa yang mengikuti, padahal kami ada di provinsi Banten. Biarlah provinsi Banten dilanda oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, dilanda oleh pedang tajam, supaya kita semua menjadi anak sulung. 

Anak sulung harus terlibat langsung dengan pelayanan. Jadi, jangan kaku, tangan jangan di kantongin, tetapi tangan keluarkan dari kantong, gunakan tangannya untuk melayani TUHAN. Kalau ada yang nempel di tangan langsung tunjukkan kepada TUHAN. Kami ada di sini bukan karena punya uang banyak , jujur saya bicara dihadapan TUHAN.


Satu kali, saat pulang dari Brastagi, yang mengikuti persekutuan dari Riau (saya lihat di Facebook), berkata; jadi berapa banyak jemaat Pdt. Daniel U. Sitohang itu, ada 500 jemaat? Dalam hati saya berkata; amin TUHAN. Kalau 500 jemaat, sepersepuluhnya berapa? Itung saja. Jadi, saya anggaplah itu 500. 

Tetapi saudara di sini, apa mau menerima hamba TUHAN kecil? Apa pembicara harus dari yang gerejanya besar? Tetapi, yang saya tahu, kita semua harus belajar merendahkan diri untuk yang kecil, untuk yang hina. 

Bagian yang paling hina itu telapak kaki, itu harus kita hormati, karena TUHAN Yesus juga kerjakan itu. Kalau Yesus tidak membasuh kaki murid-murid, mereka tidak akan masuk dalam pembangunan tubuh (tidak menjadi bagian dari tubuh Kristus). 

Jadi, sama-sama kita perhatikan anggota tubuh yang paling hina, jangan kita merasa lebih hebat dari yang lain, walaupun sudah hebat. 


Kembali saya katakan; harus terlibat langsung dengan pelayanan, tidak ada cara lain. 


Perlu untuk diketahui: 

Bangsa kafir adalah bangsa yang jauh dari TUHAN dan kita semua adalah bangsa kafir. Kalau jauh dari TUHAN, itu berarti sudah dekat dengan hukuman, sudah dekat dengan kematian. Namun kita harus yakin, di dalam TUHAN tidak ada yang mustahil, sebab Firman Allah berkuasa untuk mengadakan segala sesuatu, dari yang tidak ada menjadi ada (Roma 4:17)

Demikian halnya dengan suku Lewi, mereka secara lahiriah bukan anak sulung. Yakub mempunyai dua belas anak; yang pertama Ruben, yang kedua Simeon, yang ketiga Lewi. Jadi Lewi itu anak yang ketiga bukan anak sulung, namun TUHAN menjadikan Lewi anak sulung. 


Kalau Firman Allah sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada, maka kita harus percaya Firman Allah sanggup menjadikan kita semua anak sulung.


Yakub bukan anak sulung, tetapi pada akhirnya ia menjadi anak sulung. 


Mari kita lihat kedudukan Yakub sebagai anak sulung

Kejadian 25:25-28 dengan perikop: “Esau dan Yakub”

(25:25) Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau. (25:26) Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir. (25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.


Ribka melahirkan dua anak laki-laki bagi Ishak suaminya. 

  • Yang pertama bernama Esau

  • Yang kedua bernama Yakub (adik Esau)


Kemudian, setelah kedua anak ini bertumbuh besar; Esau menjadi seorang yang pandai berburu daging, itu berarti aktivitas Esau sehari-hari adalah sibuk berburu daging, bahkan dikatakan pandai / terlatih dalam berburu daging.

Pendeknya, Esau adalah manusa daging. Kalau Esau manusia daging, berarti dia hanya menuruti hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. 


Sejenak kita lihat keinginan daging dalam…

Galatia 5:16-17 dengan perikop: “Hidup menurut daging atau Roh”

Kalau hidup menurut daging, dia hanya memikirkan hal-hal dari daging, dia tidak akan pernah memikirkan hal-hal yang dari Roh; kegiatan Roh, itulah ibadah dan pelayanan. Maka di sini ada pilihan, hidup menurut daging atau Roh? Tentu saja kita akan berkata atau memilih untuk hidup menurut Roh, terlibat langsung dengan kegiatan Roh supaya menjadi anak sulung. 


Galatia 5:16-17

(5:16) Maksudku ialah: hiduplah oleh Roh, maka kamu tidak akan menuruti keinginan daging. (5:17) Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging -- karena keduanya bertentangan -- sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.

Sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.Kenapa ada pernyataan ini? Menunjukkan bahwa, apabila seseorang hidup dalam hawa nafsu dan keinginan daging, ia berada di bawah hukum Taurat. 

Kalau seseorang berada di bawah hukum Taurat, persis seperti Roma 7:14-16; hati pikiran memikirkan hal-hal yang baik, menginginkan yang baik, tetapi yang jahat ada di anggota tubuh. Kenapa? Karena ia hidup menurut keinginan daging dan orang yang hidup menurut daging, ia berpadanan dengan hukum Taurat. 

Hukum Taurat itu sangat berpandan sekali dengan daging manusia, karena hukum Taurat itu lemah terhadap daging, sehingga setiap kali orang hidup menurut daging, sudah secara otomatis orang hidup di bawah hukum Taurat. Kalau orang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun ia memikirkan yang baik, yang benar, yang suci dan yang mulia, tetapi ia melihat hal-hal yang jahat sudah ada di anggota tubuhnya. Itu pengakuan rasul Paulus. Maka, jangan salah memilih; daging atau Roh?


Galatia 5:18

(5:18) Akan tetapi jikalau kamu memberi dirimu dipimpin oleh Roh, maka kamu tidak hidup di bawah hukum Taurat.
 

Kita adalah rumah TUHAN, biarlah Roh TUHAN yang berkuasa. Rumah TUHAN itu tempat Roh Allah berkarya. 

Tetapi, Esau adalah salah satu contoh hamba TUHAN yang tidak menempatkan rumah TUHAN pada kedudukan yang tepat dan benar sesuai dengan keinginan TUHAN, karena, rumah TUHAN dipakai hanya untuk keinginan daging. 


Galatia 5:18-21

(5:19) Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, (5:20) penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, (5:21) kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.


Ada 15 tabiat daging: 

  1. Percabulan.

Mempertuhankan perut = percabulan. Dan oleh karena percabulan, seseorang hidup dalam kenajisan. Ingin kaya karena kelimpahan hawa nafsu itu percabulan. 

  1. Kecemaran.

  2. Hawa nafsu.

  3. Penyembahan berhala, disebut juga dengan kekerasan di hati.

  4. Sihir; terjadi perubahan tetapi tidak melalui proses.

Yang saya tahu, Yesus menjadi manusia tidak simsalabim (tidak sihir) tetapi lewat proses kelahiran (tidak menjelma). 

  1. Perseteruan.

Kalau ada perseteruan, itu daging. Apabila mungkin kita pernah berseteru lewat handphone; saya minta maaf

  1. Perselisihan.

  2. Iri hati.

  3. Amarah.

  4. Kepentingan diri sendiri = egois.

  5. Percideraan. 

  6. Roh pemecah.

Saya seringkali menyampaikan kepada jemaat GPT “Betania” Serang & Cilegon; kalau melayani TUHAN karena kepentingan, pasti terjadi perpecahan. Tetapi, kalau kita datang mencari TUHAN, pasti menjadi keluarga Allah. 

Kalau kita datang mencari teman pasti ada sesuatu, bisa saja diajak untuk melawan gembala sidang, selalu saya ingatkan hal itu. 

Datang ke dalam rumah TUHAN; cari TUHAN, cari kerajaan Sorga, di situ ada TUHAN yang benar, pasti tidak ada perpecahan.

Mohon maaf kalau saya terlalu berani mengatakan ini; sidang jemaat datang ke rumah TUHAN jangan cari teman, tetapi cari TUHAN, cari kerajaan Sorga, cari yang benar, pasti nanti menjadi keluarga Allah.

Kalau ada kepentingan pasti terjadi perpecahan.

  1. Kedengkian, ini ada kaitannya dengan iri.

  2. Kemabukan.

  3. Pesta pora dan lain sebagainya.


Kemudian kita perhatikan kalimat selanjutnya; Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu -- seperti yang telah kubuat dahulu -- 

Jadi, rasul Paulus ini menceritakan keadaannya sebelum dipanggil oleh TUHAN, ternyata dia hidup menurut hawa nafsu keinginan daging. Kenapa? Karena dia adalah orang cendikiawan secara khusus di bagian hukum Taurat. Daging dengan hukum Taurat; cocok.


Bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.
Jadi sudah pasti, bukan saya menghakimi, tetapi dari Alkitab ini saya berani berkata; Esau tidak masuk Sorga. 

Tetapi kita adalah hamba TUHAN dalam tahbisan Yakub, bukan hamba TUHAN dengan gaya hidup seperti Esau.


Itulah sedikit soal berburu daging. Esau mantap dalam berburu daging. Tetapi kita datang bukan untuk berburu daging, kita sedang berburu kasih dan kemurahan TUHAN. Sekiranya mungkin, biarlah kita diangkat TUHAN untuk menjadi anak sulung yang beneran dan mantap (permanen). 


Sekarang, kita akan melihat lagi; selain pandai/terlatih berburu daging, tabiat Esau yang lain adalah…

Kejadian 25:27

(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah.


Seorang yang suka tinggal di padang

Padang 🡪 dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya. 


1 Yohanes 2:16

(2:16) Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.

Segala sesuatu yang ada di dalam dunia antara lain:

  1. Keinginan daging.

  2. Keinginan mata.

  3. Keangkuhan hidup.

Singkat kata, Esau adalah manusia daging juga manusia duniawi, bahkan Esau berada di dalam keangkuhan hidup.


Bukti keangkuhan hidup Esau

Kejadian 25:29-34

(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang. (25:30) Kata Esau kepada Yakub: "Berikanlah kiranya aku menghirup sedikit dari yang merah-merah itu, karena aku lelah." Itulah sebabnya namanya disebutkan Edom. (25:31) Tetapi kata Yakub: "Juallah dahulu kepadaku hak kesulunganmu." (25:32) Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (25:33) Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya.


Esau memandang ringan hak kesulungan. Itulah sebabnya, Esau menjual hak kesulungan itu kepada adiknya demi semangkuk sop kacang merah. Memandang ringan hak kesulungan adalah wujud dari keangkuhan hidup dari Esau. Sebab hak kesulungan yang disebut juga ibadah dan pelayanan, itu terhubung langsung dengan takhta Allah yakni; tempat yang Maha Tinggi itulah kerajaan Sorga.


Lukas 4:3-4; "Jika Engkau Anak Allah, suruhlah batu ini menjadi roti." Itu terhubung dengan daging. 

Lukas 4:5-8; “Segala kuasa itu serta kemuliaannya akan kuberikan kepada-Mu, sebab semuanya itu telah diserahkan kepadaku dan aku memberikannya kepada siapa saja yang kukehendaki.”

Yesus dibawa ke atas gunung yang tinggi, lalu iblis memperlihatkan kerajaan dunia, kemuliaan dunia dan kemegahannya. Berarti doa penyembahan dari setan tritunggal adalah perkara di bawah (hal yang lahiriah).


Lukas 4:9-10

(4:9) Kemudian ia membawa Yesus ke Yerusalem dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah, (4:10) sebab ada tertulis: Mengenai Engkau, Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya untuk melindungi Engkau,


Setelah berada di bubungan Bait Allah, berada di tempat yang tinggi, selanjutnya Iblis berkata Yesus; jatuhkanlah diri-Mu dari sini ke bawah. Perkataan tersebut menunjukkan bahwa iblis meringankan tempat yang tinggi, yakni ibadah dan pelayanan demi perkara-perkara di bawah = keangkuhan hidup


Kalau kita ringankan tempat tinggi (ibadah pelayanan) demi perkara di bawah itu adalah keangkuhan hidup. Kalau tidak angkuh, tidak mungkin ringankan ibadah dan pelayanan, kalau dia tidak angkuh tidak mungkin dia jauh dari persekutuan-persekutuan. Tetapi dasar Esau adalah manusia daging, manusia duniawi, dan ia juga ternyata dikuasai keangkuhan hidup.

Jadi, Esau ini titisan Setan. Kalau dia bukan titisan setan, tidak mungkin ia meringankan hak kesulungan. 


Kita tidak ringankan hak kesulungan, ibadah dan pelayanan adalah segala-galanya bagi kita. Kerinduan kita supaya kita semua menjadi anak sulung. 


Kita sudah melihat tadi malam jemaat sulung, bercahaya kemuliaan Allah, karena dia memang permata yaspis, permata yang paling indah; jernih seperti kristal, luar dalam transparan, tidak ada yang disembunyikan. Kalau redup-redup pasti ada sesuatu di situ. Biarpun hitam kalau permata yaspis/jemaat sulung/anak sulung, pasti memancarkan cahaya kemuliaan. Tetapi, kalau ada yang ditutup-tutupi tidak ada cahayanya. Kita semua adalah permata yaspis, tidak ada yang ditutup-tutupi lagi.


Singkat kata, Esau adalah anak sulung, tubuhnya jubah berbulu sedangkan Yakub adalah anak kedua, bahkan badannya klimis (licin), dengan lain kata tidak punya apa-apa. Tetapi, Yakub rela mengorbankan yang jasmani (semangkuk kacang merah), untuk yang rohani (hak kesulungan). Sebaliknya, Esau rela menjual hak kesulungannya hanya untuk yang jasmani, yakni; sepiring sop kacang merah. Dengan demikian, hak kesulungan itupun menjadi milik Yakub, sekarang Yakub memiliki kedudukan sebagai anak sulung.


Jadi, tidak ada yang mustahil, Firman Allah sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada. Kita ini bangsa kafir, sudah dekat dengan hukuman, tetapi percayalah, Firman Allah sanggup mengadakan yang tidak ada menjadi ada, sanggup menjadikan kita anak sulung.


Sekarang, Yakub berada pada kedudukan sebagai anak sulung. Kalau kita semua menjadi anak sulung, itu kemurahan TUHAN. Saya sendiri tidak menyangka menjadi hamba TUHAN, sebab saya ini orang dunia habis, orangtua saya habis-habisan saya sakiti. Tetapi karena kemurahan TUHAN, saya menjadi hamba TUHAN. Kalau saya menjadi hamba TUHAN, disulungkan TUHAN; terimakasih TUHAN. Kita semua bersyukur.


Sebagai bukti.

Kejadian 25:28

(25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.


Ishak sayang kepada Esau, kenapa? Sebab Ishak suka makan daging buruan.

Singkat kata, sayang hanya sebatas hubungan daging. Jadi, hubungan kita kepada TUHAN tidak sebatas sayang.


Tetapi, Ribka kasih kepada Yakub. Itu yang kita cari sekarang.

Jadi, hubungan kita dengan TUHAN tidak sebatas sayang, tetapi hubungan kita dengan TUHAN seharusnya seperti hubungan Ribka dengan Yakub.


Hubungan Ribka dengan Yakub selanjutnya akan diteguhkan/dipatenkan oleh TUHAN, sebagaimana yang diajarkan oleh rasul Paulus kepada jemaat di Roma.


Roma 9:12-13

(9:12) dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," (9:13) seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."


Dalam satu kesempatan TUHAN mengasihi Yakub, tetapi dalam kesempatan yang lain TUHAN membenci Esau. Jadi ketika Ribka kasih kepada Yakub; sudah dipatenkan oleh TUHAN Yesus. 

Segala sesuatu yang ada di bumi ini semua datang dari salib Golgota. Tidak ada sesuatu di bumi tanpa darah salib.

Jadi, kasih Ribka kepada Yakub, sudah dipatenkan/diteguhkan oleh darah salib di Golgota, oleh TUHAN.


Jadi apa yang terjadi dalam kisah antara Ribka dengan Yakub, peristiwa ini merupakan suatu nubuatan tetapi diteguhkan oleh TUHAN di atas kayu salib, itulah Perjanjian Baru. 


Tetapi malam ini, saya akan ajak saudara kembali ke peristiwa itu, bukan lagi di Kejadian 25 tetapi…

Kejadian 27:1-4 dengan perikop: “Yakub diberkati Ishak sebagai anak sulung”

(27:1) Ketika Ishak sudah tua, dan matanya telah kabur, sehingga ia tidak dapat melihat lagi, dipanggilnyalah Esau, anak sulungnya, serta berkata kepadanya: "Anakku." Sahut Esau: "Ya, bapa." (27:2) Berkatalah Ishak: "Lihat, aku sudah tua, aku tidak tahu bila hari kematianku. (27:3) Maka sekarang, ambillah senjatamu, tabung panah dan busurmu, pergilah ke padang dan burulah bagiku seekor binatang; (27:4) olahlah bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku, supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati."


Ishak hendak memberkati Esau menjadi anak sulung. Sebab, Ishak sudah tua, sudah dekat dnegan hari kematiaannya.

Syaratnya: Esau sudah terlebih dahulu mempersembahkan korban persembahan, yakni; makanan yang diolah dari seekor binatang buruan. Saat membaca ini, hati saya langsung berkata; ini tidak mungkin, masa korban persembahan dari daging binatang buruan?


Perlu untuk diketahui:

Korban persembahan yang dipersembahkan dari manusia duniawi, yang hari-harinya sibuk berburu daging, tidak mungkin terwujud. Manusia daging dengan korban persembahannya; tidak mungkin terwujud.

Masa, manusia daging, manusia duniawi, keangkuhan hidup, mempersembahkan korban untuk menjadi anak sulung? Tidak mungkin. Kalau itu mungkin, ayo kita ajaklah politik-politik mendanai semua ini. Kita lihat, akhirnya TUHAN menjadikan kita anak sulung tidak? Pasti tidak bisa. Sebab, persembahan semacam ini tidak membawa kita sampai kepada Bapa di Sorga. 


Kalau kita mengacu kepada pengajaran Tabernakel, maka suku Lewi yang dijadikan anak sulung untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN serta untuk mengadakan pendamaian atas dosa umat Israel, maka, binatang yang harus dipersembahkan sebagai korban bakaran adalah kambing domba dan lembu sapi, tidak dari daging buruan di luar sana. Domba jantan untuk korban bakaran, sedangkan lembu jantan sebagai pendamaian terhadap dosa. 


Binatang yang harus dipersembahkan sebagai korban bakaran seharusnya kambing domba dan lembu jantan, secara khusus kambing domba disebut juga dengan hewan atau ternak peliharaan. Selalu disebut domba kaitannya dengan penggembalaan, itu namanya ternak peliharaan. Jadi, bukan binatang buruan; liar. 

Hewan atau ternak, disebut juga dengan ternak peliharaan 🡪 satu kehidupan yang tergembala dengan setia tekun dalam tiga macam ibadah pokok. 


Kejadian 27:5-7

(27:5) Tetapi Ribka mendengarkannya, ketika Ishak berkata kepada Esau, anaknya. Setelah Esau pergi ke padang memburu seekor binatang untuk dibawanya kepada ayahnya, (27:6) berkatalah Ribka kepada Yakub, anaknya: "Telah kudengar ayahmu berkata kepada Esau, kakakmu: (27:7) Bawalah bagiku seekor binatang buruan dan olahlah bagiku makanan yang enak, supaya kumakan, dan supaya aku memberkati engkau di hadapan TUHAN, sebelum aku mati.


Apa yang dilihat dan apa yang didengar dari Ishak sang suami itulah yang disampaikan Ribka kepada Yakub. supaya anaknya itu menerima berkat anak sulung (berkat dari hak kesulungan).


Apa yang didengar, apa yang dilihat, itu yang dilakukan oleh Yesus. Jadi. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk darmawisata, tetapi untuk mati di kayu salib, untuk melakukan kehendak Allah. 

Kehendak Allah itu sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar, karena itulah Yesus disebut Gembala Agung, supaya kita sekaliannya kelak menerima berkat dari hak kesulungan. 


Jadi, Ribka ini betul-betul kasih kepada Yakub, dan TUHAN sudah patenkan di atas kayu salib, tidak usah ragu. 


Kita belajar kepada ibu Ribka. Contoh teladan sebagai gembala sudah ditunjukkan oleh Ribka. Ini teladan yang harus kita teladani, supaya jemaat yang kita layani menjadi jemaat sulung. Ini kerinduan dari TUHAN dan jika TUHAN berkenan itu bisa terjadi.


Kejadian 25:8

(27:8) Maka sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu.


Ayat ini langsung menjelaskan kepada kita kelebihan dari pada domba manakala domba itu tergembala.

  1. Mendengar suara gembala

Ibu gambaran gembala.

  1. Mengikuti gembala.

Jadi, Yakub adalah gambaran dari domba yang tergembala, dengar-dengaran kepada gembala kemudian mengikuti gembala kemana saja gembala pergi.


Ada empat jemaat kami, yang mengikuti kebaktain persekutan saat ini. Jemaat yang pertama; isteri saya. Jemaat yang kedua; anak saya yang bungsu. Jemaat yang ketiga, yang sekarang melayani sebagai infokus; Naomi Marpaung. Jemaat yang keempat, ada supir yang kurus kering tetapi rohaninya gemuk itulah; Hagai. Tetapi kita semua yang badannya gemuk, rohaninya juga gemuk.


Kejadian 25:9-10

(27:9) Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak bagi ayahmu, seperti yang digemarinya. (27:10) Bawalah itu kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia mati."


Yang benar adalah mengambil binatang dari dalam kandang kambing domba (ternak peliharaan), bukan dari binatang buruan di luar sana. 

Jadi, yang benar harus diambil dari kandang kambing domba; domba-domba atau kambing-kambing yang tergembala. Masa binatang yang liar dari luar sana? Tidak mungkin.


Jadi, tidak usah takut mengajar domba-domba untuk dengar-dengaran. Kalau jemaat itu kepala sekolah, kemudian isterinya bidan desa, tidak usah takut. Karena kalau tidak demikian, tidak mungkin kita bisa membawa korban dan persembahan untuk dibawa kepada Bapa di Sorga, tidak mungkin. Ajar jemaat untuk dengar-dengaran, jangan ragu dan jangan takut, tetapi jangan arogan melainkan dengan tulus dan rendah hati. Memang, kadang-kadang kalau kita tegas, orang lain tidak tahu; mana arogan mana tulus karena “beti” = beda tipis.


Ribka meminta Yakub pergi ke kandang kambing domba, lalu mengambil dua anak kambing untuk diolah menjadi makanan kegemaran. Seorang pemimpin sidang jemaat atau yang disebut dengan malaikat sidang jemaat, atau gembala sidang, mau tidak mau harus mengolah makanan untuk menjadi makanan kegeramaran.


Isteri saya dari jauh hari sudah menyampaikan; jangan sampai masakan itu dipanas-panasin terus, saya sudah jauh-jauh dari Cilegon Banten ke Manduamas. Saya sudah diancam duluan, tetapi tidak apa-apa, itu baik, itu adalah ancaman positif.

Jadi memang, mau tidak mau harus kita akui, kita harus bisa mengolah makanan untuk menjadi makanan kegemaran, sehingga jemaatpun menikmati; berkenan kepada TUHAN. Selanjutnya, dipersembahkan kepada Ishak, untuk menerima berkat hak kesulungan sebelum Ishak mati.


Dua anak kambing diambil dari kandang domba, bukan dari dunia (binatang liar). Sebab itu, tidak usah takut untuk mengajar sidang jemaat untuk memikul tanggungjawab. 

Seperti kami, mau ke sini, biar sedikit jemaat saya sampaikan; kita ada kunjungan ke Manduamas. Saya tahu gaji mereka tidak seberapa, tidak terlalu besar, UMR saja, bahkan ada yang gaji seminggu, gaji dua minggu. Tetapi saya tetap sampaikan saja; kalau bisa berkorban ayo sisihkan. Saya tidak maksud untuk menyakiti hati mereka. Saya tahu mereka harus membagi uang mereka untuk cicil rumah, cicil motor, dan kebutuhan sehari-hari lainnya, hati saya hancur juga. Belum lagi persepuluh tiap bulan, persembahan sewa gedung gereja yang bisa mencapai Rp 25.000.000. Padahal jumlah sedikit, tetapi mau bilang apa? Sebab, untuk dipersembahkan kepada TUHAN harus dari kandang kambing domba, tidak ada cara lain. Jadi, jangan pakai perasaan. 


Bisa anda bayangkan, kami live streaming, membutuhkan empat sampai enam komputer, belum lagi kabelnya kemana-mana, dan semua itu bongkar pasang. Itulah pekerjaan kami setiap hari Selasa, Kamis dan Minggu (tiga macam ibadah pokok). Kemudian sound system juga bongkar pasang. Semua kami mengambil bagian, baik anak-anak, pemuda-pemudi, sampai ibu-ibu. Saya bicara ini, ada saksinya itulah isteri saya. Tidak ada cara lain lagi, sebab yang dipersembahkan itu harus dari kandang kambing domba. Saya bersyukur, biar kami sedikit tetapi layak untuk dipersembahkan kepada TUHAN. 


Dua anak kambing itulah korban sehari-hari itulah tahbisan jemaat.


Kita lihat…

Keluaran 29:38 dengan perikop: “Mengenai korban pagi dan korban petang”

(29:38) "Inilah yang harus kauolah di atas mezbah itu: dua anak domba berumur setahun, tetap tiap-tiap hari. (29:39) Domba yang satu haruslah kauolah pada waktu pagi dan domba yang lain kauolah pada waktu senja.


Inilah korban sehari-hari dari sidang jemaat, tahbisan dari jemaat; mengolah dua anak domba; domba yang satu pada waktu pagi, untuk sepanjang hari dan domba yang lain diolah pada waktu senja untuk sepanjang malam. Dan semua itu dilakukan setiap hari.


Itu memang harus ada untuk menghadapi segala persoalan di bumi ini. 

Bukan hanya pikiran kita yang diolah, tetapi hati kita juga diolah untuk dipersembahkan kepada TUHAN, tenaga kita juga diolah, perasan kita diolah dan yang terakhir ada lagi; dompet juga diolah untuk dipersembahkan kepada TUHAN.


Jangan saat saudara pulang nanti, apalagi yang jauh ke Medan berkata; apa itu dikit-dikit ngomong; diolah dompet saya, enak saja. Tetapi memang begitulah, semua harus diolah untuk menyenangkan hati TUHAN.


Malam ini, bukankah kita sudah menikmati makanan kegemaran saudara? Itu hasil olahan.


Bapak Buta-butar juga diolah pikirannya, tadi naik ke atas lalu berkata; pak ketua saya mau bicara, bolehkah? Beliau bercerita bahwa hatinya diolah, pikirannya diolah, dan juga dompetnya diolah.

Sebetulnya beliau sudah katakan, dia sudah menyediakan untuk saya. Lalu beliau berkata; bagaimana menurut bapa, apakah bisa dibagi-bagi? Saya berkata; bagi saja. Ternyata bukan hanya bapak Butar-Butar yang diolah saya juga diolah; Rp 5.000.000; silahkan bagi bagi saja, padahal saya juga butuh. Tetapi, sama-sama kita diolah, baik hati dan pikiran, bensin saudara ke tempat ini juga diolah. Air mata ini air mata bahagia. 


Jangan lupa korban sehari-hari itulah korban pagi dan korban petang. Itu dari kandang kambing domba, supaya kita menerima hak kesulungan. 


Saudara saya tidak panjangkan lagi, sampai di sini saja Firman TUHAN, lain waktu kita akan lanjutkan kembali. Saya sudah tahu, ibu Hatigoran sedang melihat, kenapa putus pa khotbahnya? Mohon maaf saya putuskan, supaya saudara penasaran di tahun yang akan datang dengan tema yang sama. Saya berjanji tema yang sama di tahun depan. Ada yang rindu dengan tema yang sama? 


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment