IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 24 SEPTEMBER 2024
SURAT YUDAS
YUDAS 1:4
(Seri 5)
Subtema: ORANG-ORANG FASIK DI SODOM DAN GOMORA
Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya kita sekaliannya dihimpunkan di atas gunung TUHAN yang kudus beribadah lewat Ibadah Doa Penyembahan. Itu berarti, sebentar kita akan tersungkur di ujung kaki salib TUHAN, sujud menyembah kepada Dia. Sebab, penyembahan juga salah satu dari dua klimaks yang dinantikan TUHAN dari gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini. Dan biarlah kita mencapai dua klimaks ini supaya kita juga sama dengan mencapai kerajaan Sorga.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang turut bergabung dalam penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia lewat online/live streaming/video internet baik itu Youtube, Facebook dan media sosial lainnya yang dipergunakan, TUHAN mengurapi, TUHAN memberkati. Doa saya, kiranya TUHAN hadir di tengah-tengah kita, membawa damai sejahtera, kebahagiaan di dalam hal menikmati Sabda Allah.
Namun jangan lupa, tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari SURAT YUDAS.
Yudas 1:4A
(1:4) Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum.
Di antara orang-orang yang terpanggil, ada orang yang masuk menyelusup dan penyelusup ini adalah orang-orang fasik yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Berarti, orang-orang fasik, orang-orang yang angkuh, orang-orang yang sombong, orang-orang yang tidak peduli dengan kemuliaan TUHAN, sudah lama ditentukan untuk dihukum.
Terkait dengan kehidupan orang-orang fasik yang dari sejak semula telah ditentukan untuk dihukum, dapat kita temukan dalam 2 Petrus 2:3B.
2 Petrus 2:3B
(2:3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
Untuk orang-orang fasik, di sini dikatakan: hukuman telah lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
Jadi jelas sekali, orang-orang fasik dari sejak semula telah ditentukan untuk binasa.
Orang-orang fasik di sini terdiri dari 3 (tiga) golongan:
2 Petrus 2:4-6
(2:4) Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman; (2:5) dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu, dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik; (2:6) dan jikalau Allah membinasakan kota Sodom dan Gomora dengan api, dan dengan demikian memusnahkannya dan menjadikannya suatu peringatan untuk mereka yang hidup fasik di masa-masa kemudian,
GOLONGAN PERTAMA: Malaikat-malaikat yang berbuat dosa (ayat 4).
GOLONGAN KEDUA: Orang-orang fasik pada zaman Nuh (ayat 5), sehingga di situ dikatakan: Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu
Saudaraku, baik golongan yang pertama maupun golongan yang kedua telah kita bahas.
Sekarang kita akan masuk dalam pembahasan…
GOLONGAN KETIGA: Orang-orang fasik diam dalam kota Sodom dan Gomora (ayat 6).
Singkat kata, Allah menghukum (membinasakan) kota Sodom dan Gomora dengan api.
Dengan demikian, Sodom dan Gomora dimusnahkan oleh TUHAN, dan itu merupakan peringatan untuk orang-orang fasik di hari-hari terakhir ini. Istilah lain dari "hari-hari terakhir" adalah petang hari / senja.
Intinya, hukuman atas Sodom dan Gomora adalah “suatu peringatan TUHAN” terhadap orang-orang fasik di hari-hari terakhir ini.
Saudaraku, kalau TUHAN menyatakan suatu peringatan, sebaiknya kita memperhatikannya dengan sungguh-sungguh, karena hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, disebut juga dengan petang hari atau senja.
Ibrani 12:3-4
(12:3) Ingatlah selalu akan Dia, yang tekun menanggung bantahan yang sehebat itu terhadap diri-Nya dari pihak orang-orang berdosa, supaya jangan kamu menjadi lemah dan putus asa. (12:4) Dalam pergumulan kamu melawan dosa kamu belum sampai mencucurkan darah.
Di sini dikatakan: Ingatlah selalu akan Dia. Maksudnya; senantiasa mengarahkan pandangan kepada salib Kristus supaya kita jangan menjadi lemah dan putus asa, sebab hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir.
Pendeknya, kalau kita menjadi suatu kehidupan yang kuat dan tidak goyah di dalam menghadapi ujian dan cobaan itulah pergumulan-pergumulan hidup, jelas itu karena TUHAN dan salib-Nya, itu bukan karena kekuatan kita sendiri. Sebab itu, biarlah kita arahkan pandangan kita kepada TUHAN dan salib-Nya.
Ibrani 12:5
(12:5) Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya;
Jangan kita melupakan nasihat Firman Allah, berarti:
Jangan anggap enteng didikan salib.
Jangan putus asa apabila diperingatkan TUHAN.
Tujuan dari nasihat dan peringatan-peringatan TUHAN adalah; supaya kita tidak mengalami nasib yang sama dengan orang-orang yang diam di kota Sodom dan Gomora.
Saudaraku, malam ini TUHAN mengingatkan kita semua baik saya dan saudara tanpa terkecuali. Nasihat Firman, didikan salib adalah cara TUHAN untuk memperingatkan kita di hari-hari terakhir ini, baik saya maupun sidang jemaat, sama-sama kita diperingatkan oleh TUHAN.
TUHAN mengingatkan saya supaya menjadi seorang gembala yang sesuai dengan maunya TUHAN.
Yesaya 40:11
(40:11) Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.
Seorang gembala yang bertanggungjawab:
Menghimpun domba-domba dengan tangannya.
Tangan 🡪 perbuatan hidup.
Jadi, seorang pemimpin sidang jemaat harus memberi contoh teladan dari perbuatan-perbuatannya, supaya domba-domba tetap tergembala dengan baik dan benar di dalam satu kandang penggembalaan. Kalau memang ada teladan, kenapa kita tidak mengikuti teladan itu?
Anak-anak domba dipangku/digendong/ditimang.
Waktu kita masih kecil/kanak-kanak, kita semua ada dalam gendongan orangtua (ibu) kita, kita dipangku, ditimang. Itu adalah suatu tanda perhatian dari seorang ibu kepada anaknya, dan tidak ada seorang ibu yang tidak memperhatikan anak-anaknya.
Induk-induk domba dituntun dengan hati-hati.
Kalau seorang gembala hati-hati, maka, perjalanan dalam penggembalaan itu akan berjalan dengan baik sesuai dengan kehendak TUHAN, tidak digembalakan dengan sesuka hati. Karena, yang namanya induk domba, dia sudah tahu berpikir, memilah, dan dia sudah mengerti membedakan antara yang baik dan tidak baik. Maka, gembala harus menuntun induk-induk domba dengan hati-hati, dengan segala kewaspadaan.
Jadi saudaraku, bukan saja sidang jemaat yang diperingatkan oleh TUHAN, tetapi saya juga sebagai pemimpin sidang jemaat, yang sudah menerima jabatan sebagai seorang gembala juga diperingatkan oleh TUHAN supaya nasib saya tidak sama dengan nasib orang-orang yang ada di tengah-tengah kota Sodom dan Gomora; menerima hukuman sebagai orang fasik.
TUHAN juga mengingatkan para imam/pelayan TUHAN supaya menunjukkan tanggung jawabnya, loyalitasnya, dedikasinya dihadapan TUHAN dengan menjaga kesehatan, pola tidur. Jangan sampai seorang imam begadang-begadang lalu akhirnya kesehatannya terganggu. Kalau kesehatannya terganggu, berkat-berkat, kemurahan-kemurahan TUHAN, termasuk pertolongan TUHAN terlewatkan begitu saja. Kalau kita melewati ibadah, berarti kita melewati pertolongan TUHAN, melewati jam-jam ibadah berarti mengabaikan berkat-berkat TUHAN.
Jadi, seorang imam, seorang pelayan TUHAN, dia harus bertanggung jawab terhadap tugas pelayanannya dihadapan TUHAN. Sebab itu, seorang imam jaga tidur dan pola makan. Setiap orang di tengah-tengah kediaman rumahnya, masing-masing harus menunjukkan tanggungjawabnya, memberi contoh teladan yang baik supaya kita jangan melewatkan berkat-berkat TUHAN. Pertolongan dan kemurahan TUHAN; ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan kita dihadapan TUHAN.
Doa dan harapan saya, kiranya imam-imam menunjukkan satu tanggungjawab supaya berkat, kemurahan, pertolongan TUHAN tidak terlewatkan begitu saja.
Sidang jemaat TUHAN juga mendapat peringatan supaya tekun dalam tiga macam ibadah pokok (tekun dalam beribadah berjemaat) dan jangan lupa mengembalikan milik TUHAN yaitu; persembahan persepuluhan -- jangan mencuri miliknya TUHAN.
Orangtua, ingatkan anak-anakmu untuk menggembalikan persepuluhan, jangan sampai semua anak-anakmu tidak mengembalikan milik TUHAN dari yang pertama sampai yang bungsu. Kalau melihat yang pertama tidak mengembalikan milik TUHAN, nasihati, begitu juga anak yang kedua, ketiga, keempat sampai yang bungsu. Jangan senang melihat anak mengumpulkan uang tetapi tidak mengembalikan sepersepuluh -- supaya jangan binasa.
Demikian juga seorang anak, kalau sudah merasa mengerti kebenaran, jangan lupa mengingatkan orang tua untuk mengembalikan milik TUHAN, supaya seisi rumah jangan binasa, mempunyai nasib yang sama seperti nasib orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora.
Saudaraku, ketaatan dan kejujuran yang kita tampilkan dihadapan TUHAN, itulah yang akan memelihara, membela dan menolong di tempat saudara bekerja, berdagang, berbisnis, berusaha dan beraktifitas. Jadi, kalau saudara jujur dan taat mengembalikan milik TUHAN, itu yang akan memelihara, membela dan menolong saudara. Tetapi, kalau kita sudah tidak jujur dalam mengembalikan milik TUHAN, percayalah, tidak akan ada pemeliharaan dan pembelaan terhadap dirinya di luaran sana. Jadi yang memelihara, membela dan menolong kita adalah ketaatan dan kejujuran yang kita tampilkan dihadapan TUHAN, bukan uangmu, bukan hasil pencurianmu.
2 Petrus 2:7-8
(2:7) tetapi Ia menyelamatkan Lot, orang yang benar, yang terus-menerus menderita oleh cara hidup orang-orang yang tak mengenal hukum dan yang hanya mengikuti hawa nafsu mereka saja, -- (2:8) sebab orang benar ini tinggal di tengah-tengah mereka dan setiap hari melihat dan mendengar perbuatan-perbuatan mereka yang jahat itu, sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa --
Di sini kita melihat, orang-orang Sodom dan Gomora:
Tidak mengenal hukum TUHAN yakni; perintah dan peraturan-peraturan yang ditetapkan TUHAN, itulah Firman Allah.
Hanya mengikuti hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
Sehingga, orang-orang Sodom menjadi sandungan bagi Lot dan keluarganya. Sebab, Lot dan keluarganya sangat menderita karena kelakukan orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora, sementara Lot dan keluarganya tinggal di kota Sodom dan Gomora. Sebab di sini dikatakan: sehingga jiwanya yang benar itu tersiksa.
Saudaraku, kalau tidak hidup dengan kebenaran Firman Allah, kemudian hidup hanya karena menuruti hawa nafsu daging yang jahat: hanya menjadi sandungan, bukan saja di dalam nikah rumah tangga, di tengah-tengah ibadah dan pelayanan juga menjadi sandungan. Sebagai contoh; kalau tidak mau mengembalikan persepuluhan, orang lain nanti bisa mengikuti dia, berarti sudah menjadi sandungan.
Jangan kita menjadi sandungan, apalagi imam-imam, kalau melayani tulus, jangan membuat orang lain jiwanya menderita. Antar jemput juga harus tulus, jangan sampai jiwa yang diantar jemput itu menderita. Menjamu orang lain di rumah kita juga dengan tulus, jangan sampai jiwa tamu itu menderita.
Sering kali kita merasa benar, merasa sudah berjasa, tetapi jiwa orang lain menderita, itu juga sandungan. Kita kan seringkali melihat kebenaran dari sisi kita, coba lihat dari sisi orang lain; tersandung tidak? Pokoknya, kalau orang lain menderita karena sifat dan tabiat kita, itu sandungan. Untuk apa kita melayani susah payah, tetapi orang lain menderita? Kan sia-sia melayani seperti ini. Lebih baik jangan melayani, kalau toh pelayanan itu menjadi sia-sia.
1 Korintus 15:58
(15:58) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.
Giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Giat di sini pematiknya adalah api Roh Kudus. Dan kalau kita kerjakan semua pelayanan ini dengan giat oleh karena api Roh Kudus, lihatlah; jerih payahmu tidak sia-sia.
Semakin hari kita semakin diingatkan TUHAN, tetapi bukan berarti peringatan ini membuat kita jadi menderita dan terpuruk. Kita diperingatkan supaya nasib hidup kita, nikah rumah tangga kita, nasib ibadah dan pelayanan kita, tidak sama dengan orang-orang yang ada di zaman Sodom dan Gomora; ditunggang balikan, dimusnahkah dengan api dan belarang, itu saja. Tidak ada maksud TUHAN supaya kita semakin dikecilkan dan disingkirkan dari ibadah dan pelayanan, sifat TUHAN tidak seperti itu. Saya juga belajar dalam hal ini, walaupun sidang jemaat gagal paham dengan sistem pelayanan yang diterapkan dalam penggembalaan ini.
Sekali lagi saya tandaskan, kalau orang lain menderita karena kita melanggar hukum TUHAN, juga karena hawa nafsu dan keinginan daging kita, maka jiwa orang lain pasti akan tersiksa = menjadi batu sandungan.
Jangan kita menjadi batu sandungan, tetapi biarlah orang lain merasakan pertumbuhan rohani yang sehat sampai kepada dua klimaks yang dinantikan oleh TUHAN. Justru kita harus senang melihat orang lain lebih rohani, jangan iri, dan jangan juga senang melihat orang susah. Kita harus dewasa dan ikuti rencana TUHAN.
2 Petrus 2:10
(2:10) terutama mereka yang menuruti hawa nafsunya karena ingin mencemarkan diri dan yang menghina pemerintahan Allah. Mereka begitu berani dan angkuh, sehingga tidak segan-segan menghujat kemuliaan,
Kembali dikatakan di sini: orang-orang Sodom dan Gomora hidup di dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Mengapa?
Karena mereka ingin mencemarkan diri, lebih tepatnya, mereka sangat menikmati dosa.
Mereka menghina pemerintahan Allah.
Pendeknya, orang-orang Sodom dan Gomora; tidak segan-segan menghujat kemuliaan Allah.
Menghina pemerintahan Allah atau menghujat kemuliaan Allah = merendahkan dan menganggap enteng kerajaan Sorga.
Kalau seseorang menghina atau menganggap enteng kerajaan Sorga, maka kehidupan semacam ini akan meninggikan, mengagungkan serta membesar-besarkan perkara di bumi (perkara yang hina), yaitu; kerajaan dunia dan kemegahannya.
Sebetulnya, kerajaan dunia dan kemegahannya, itu yang membuat seseorang menjadi hina, bukan mulia. Kalau seseorang menganggap dirinya mulia karena kerajaan dunia dan kemuliaannya, menunjukkan bahwa dia adalah manusia duniawi. Manusia duniawi berpikir secara manusiawi, maka, kemuliaan duniawi akan menjadi sangat dibesar-besarkan, dia akan terheran-heran dengan kerajaan duniawi. Tetapi manusia rohani akan menganggap enteng dan hina kerajaan dunia dan segala kemuliaan dunia.
Filipi 3:18-19
(3:18) Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. (3:19) Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi.
Di hari-hari terakhir ini banyak orang menjadi seteru salib Kristus = menghina pemerintahan Allah = menghujat kemuliaan, sebab, dibalik salib TUHAN menyatakan (sediakan) kemuliaan kekal. Dibalik kemuliaan Allah menyediakan salib supaya jangan bermegah, sombong, angkuh.
Duri dalam daging terjadi supaya kita jangan sombong dan angkuh, jangan bermegah. Tetapi TUHAN izinkan juga terjadi duri dalam daging, itulah salib yang harus kita tanggung, supaya kita memiliki pengharapan, sebab di balik salib TUHAN sediakan kemuliaan kekal.
Dampak negatif menghujat kemuliaan
Kesudahan mereka ialah kebinasan, dengan lain kata; hidup hanya untuk dibinasakan, berarti persis seperti hewan; hidup hanya untuk dimusnahkan (dibinasakan).
TUHAN mereka ialah perut mereka = mempertuhankan perut -- sama persis seperti Esau; menjual hak kesulungan (tinggalkan ibadah dan pelayanan) demi semangkuk sup kacang merah.
Kemuliaan mereka ialah aib mereka.
Hal ini memang akan terjadi kalau seseorang lebih menyukai (menikmati) dosa.
Pikiran mereka tertuju kepada perkara duniawi, perkara di bawah, perkara-perkara lahiriah yang membuat seseorang menjadi hina.
Inilah dampak negatif orang-orang yang menghujat kemuliaan Allah.
Supaya kita terlepas dari empat perkara ini, kita masuk pada jalan keluarnya.
Jalan keluar
Filipi 3:20-21
(3:20) Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, (3:21) yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Kalau kita rindu untuk kembali menjadi warga kerajaan Sorga, maka Alkitab berkata: dari situ juga kita akan menantikan TUHAN. Berarti; ada di tengah ibadah dan pelayanan (kegiatan Roh), itulah takhta Allah, dari situlah kita menantikan kedatangan TUHAN kembali sebagai Raja dan Mempelai TUHAN, bukan dari tempat yang lain.
Jadi, kalau kita ada di tengah-tengah kegiatan Roh (ibadah dan pelayanan), tekun dalam tiga macam ibadah pokok, itu adalah tanda bahwa kita lepas dari segala ikatan-ikatan lahiriah, perkara-perkara di bawah, perkara duniawi, itulah tanda manusia rohani.
Saudaraku, saya memang agak sedih, kenapa? Karena banyak diantara kita dari kecil dididik dengan baik untuk mengenal tanah air Sorgawi dan memilikinya sebagai milik pusaka, dengan lain kata; kelak masuk ke dalam kerajaan Sorga. Maka, diajarlah kita untuk tekun dalam tiga macam ibadah pokok, diajar untuk tergembala dengan sungguh-sungguh, karena dari situlah kita menantikan kedatangan TUHAN.
Tetapi banyak juga akhirnya diantara kita lepas dari sini, tinggalkan ibadah dan pelayanan hanya untuk mencari gaji besar atau untuk menambahkan gaji tambahan sedikit, dia harus tinggalkan jam-jam ibadah. Padahal, kalau kita menantikan TUHAN dengan sungguh-sungguh, artinya tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sungguh-sungguh melayani di tengah ibadah yang TUHAN percayakan, itu adalah sebuah tanda (sinyal) kalau kita telah lepas dari ikatan-ikatan apapun di dunia ini (tidak terikat dengan perkara di bumi). Jelas, orang semacam ini rindu untuk memiliki tanah air Sorgawi menjadi milik pusakanya.
Itulah jalan keluarnya yaitu: dari situ juga kita akan menantikan TUHAN, artinya; tekun dalam tiga macam ibadah pokok dan imam-imam melayani di tengah-tengah ibadah pelayanan itu.
Ibrani 11;12
(11:12) Itulah sebabnya, maka dari satu orang, malahan orang yang telah mati pucuk, terpancar keturunan besar, seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut, yang tidak terhitung banyaknya.
Abraham adalah bapa orang beriman. Kalau kita mau disebut sebagai keturunan Abraham, tentu kita akan hidup dari iman Abraham. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat (Ibrani 11:1).
Abraham ditentukan untuk menjadi bapa banyak bangsa dan keturunannya:
Sama seperti bintang di langit
Pasir di tepi laut, tidak terhitung.
Tetapi perlu untuk diketahui; pada waktu janji ini diturunkan kepada Abraham, usia Abraham kurang lebih 100 tahun dengan lain kata ia sudah mati pucuk istilah medis mati syahwat, tidak mungkin memberikan keturunan kepada isterinya (pasangannya). Selain itu juga, Sara isterinya juga pada waktu itu mandul, usianya kurang lebih 90 tahun, tetapi TUHAN jadikan Abraham sebagai bapa orang beriman. Jadi, bagi TUHAN tidak ada yang mustahil, bagi orang-orang yang percaya tidak ada yang mustahil, itulah iman kepada salib.
Saudara, kenapa kita harus hidup dari iman Abraham?
Ibrani 11:13-14
(11:13) Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya dan yang mengakui, bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini. (11:14) Sebab mereka yang berkata demikian menyatakan, bahwa mereka dengan rindu mencari suatu tanah air.
Orang-orang yang merindukan tanah air Sorgawi sebagai milik pusakanya kelak, mengaku bahwa mereka adalah:
Orang asing di bumi.
Pendatang di bumi,
Jelas menunjukkan bahwa mereka tidak terlena dengan segala sesuatu yang disuguhkan oleh dunia ini.
Siapa yang rindu untuk memiliki tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka? Kalau rindu, mengapa membiarkan diri ini dan keluarga kita terlena dengan segala sesuatu yang disuguhkan oleh dunia ini? Satu sisi ingin Sorga, tetapi satu sisi ingin menikmati daging dan dosa di dunia ini, itu tidak benar, itu namanya serakah seperti Si Lintah; untukku dan untukku -- mau menang sendiri (egois). Mulai sekarang dewasalah, apa artinya bertahan dengan sebuah keserakahan? Tidak ada artinya. Berubah dan bertobatlah.
Kalau saudara bisa merasakan hati TUHAN, sebetulnya hati TUHAN pilu dengan sikap kita yang masih mempertahankan hawa nafsu ini, tetapi kita acuh tak acuh (tidak peduli). Bagaimana saudara mendengar Firman ini, gelisah atau hatinya hancur? Kalau gelisah, itu adalah tanda (sinyal); tidak mau berubah. Tetapi kalau hatimu hancur, itu adalah tanda engkau mau berubah. Satu sisi kita mau dan rindu tanah air Sorgawi sebagai milik pusaka, tetapi sisi lain kita menunjukkan suatu keegoisan, satu kebenaran diri sendiri, hidup dalam hawa nafsu dan menikmati dosa (mencemarkan diri), ini adalah sifat yang tidak pantas ditunjukkan oleh anak-anak TUHAN, apalagi yang sudah mengerti banyak tentang kebenaran.
Saudaraku, cobalah rasakan apa yang dirasakan TUHAN. Sebentar kita akan duduk di bawah kaki salib untuk merasakan apa yang sedang dirasakan TUHAN, jangan kita egois; tidak baik, sebab usia bumi ini tidak berapa lama lagi.
Saudara, sebetulnya, terkait dengan orang asing dan pendatang sudah pernah saya jelaskan, yaitu:
Perbedaan pribumi dengan orang asing dan pendatang.
Pribumi; disebut inlander itu berarti; terikat dengan bumi yang dipijak -- terikat dengan perkara-perkara di bawah.
Orang asing dan pendatang: harus menyangkal dan memikul salibnya (rela kehilangan nyawa).
Inilah yang harus kita tampilkan di hari-hari terakhir ini, sebab TUHAN datang dan ada di tengah Ibadah Doa Penyembahan malam ini, jelas untuk memperingatkan kita supaya nasib kita jangan sama seperti orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora.
Jadi lihatlah, orang-orang yang hidup dari iman Abraham, mereka melihat dari jauh apa yang mereka rindukan dan merek juga melambai-lambai kepada TUHAN Yesus dan mengakui bahwa mereka adalah orang asing dan pendatang di bumi ini.
Ibrani 11:15
(11:15) Dan kalau sekiranya dalam hal itu mereka ingat akan tanah asal, yang telah mereka tinggalkan, maka mereka cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.
TUHAN telah memanggil kita semua, dan sekarang kita ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, doa dan harapan saya biarlah kiranya kita berpadanan dengan panggilan TUHAN -- jangan lagi mempertahankan hidup yang lama sekalipun ada kesempatan untuk kembali.
Ibrani 11:16
(11:16) Tetapi sekarang mereka merindukan tanah air yang lebih baik yaitu satu tanah air sorgawi. Sebab itu Allah tidak malu disebut Allah mereka, karena Ia telah mempersiapkan sebuah kota bagi mereka.
Kita yang merindukan tanah air Sorgawi; layak untuk masuk ke dalamnya. Tanah air Sorgawi lebih mulia dari tanah air di bumi ini.
Perlu untuk diketahui:
Allah bangga terhadap orang-orang yang rindu terhadap tanah air Sorgawi. Tetapi, TUHAN malu kalau kita terikat dengan perkara di bumi, hidup dalam hawa nafsu dan keinginan daging, hidup dengan segala kefasikan.
Kita pantas untuk membuat Allah bangga, sebab sudah sekian lama kita membut hati TUHAN pilu.
2 Petrus 2:11
(2:11) padahal malaikat-malaikat sendiri, yang sekalipun lebih kuat dan lebih berkuasa dari pada mereka, tidak memakai kata-kata hujat, kalau malaikat-malaikat menuntut hukuman atas mereka di hadapan Allah.
Orang-orang yang tinggal di Sodom dan Gomora pantas di hukum, tetapi, sekalipun demikian, malaikat-malaikat tidak memakai kata hujat terhadap mereka. Berarti, malaikat-malaikat mengakui kemulian Allah, pemerintahan Allah.
Prakteknya: senantiasa tinggikan TUHAN dan salib di Golgota (tidak tinggalkan jam-jam ibadah).
Kemudian, berbicara malaikat berarti:
Bicara yang rohani karena malaikat tidak memiliki tubuh dan darah, artinya; lepas dari segala kegiatan-kegiatan lahiriah.
Bicara soal pilihan; melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN serta menjadi pendamaian.
Ciri-cirinya: hidup dalam doa penyembahan.
Wahyu 19:6-7 berbicara soal imamat yang rajani, Yesus sebagai Raja dan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Suami = pemimpin = tampil dalam kemulian sebagai imamat rajani. Maka kita juga menantikan TUHAN harus dalam kemuliaan, dari situ juga kita menantikan TUHAN dalam kemuliaan.
Wahyu 19:6
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
Desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat 🡪 penyembahan.
Dari doa penyembahan keluar kata-kata: Haleluya! Mana kala lidah ini tidak dikaruniakan dengan bahasa Roh, tidak perlu kecil hati, tinggal katakan: Haleluya! Jangan diam saja.
Itulah malaikat, tidak berani menghujat kemuliaan.
Malam ini kita akan menyembah TUHAN, tersungkur di ujung kaki salib TUHAN, dari situ kita menantikan TUHAN, bukan dari tempat lain. Ingatkan keluarga kita masing-masing, kalau memang rindu tanah air Sorgawi menjadi milik pusaka. Jangan bangga kalau anak diberkati karena overtime, jangan bangga kalau orangtua berhasil bisnis tetapi tinggalkan jam-jam ibadah. Kita harus tahu apa yang harus kita banggakan.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment