KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, September 26, 2024

IBADAH RAYA MINGGU, 22 SEPTEMBER 2024

 




IBADAH RAYA MINGGU, 22 SEPTEMBER 2024

KITAB WAHYU

WAHYU 17:15

(Seri 1)

 

Subtema: PENGAJARAN YANG MENDAHSYATKAN

 

Shalom…

Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya yang telah menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus sehingga kita boleh beribadah lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh, semua karena kemurahan TUHAN. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, Bapak/Ibu Saudara/Saudari yang turut bergabung dengan penggembalaan GPT Betania Serang Cilegon, Banten, Indonesia lewat Live streaming, Online atau video internet, baik itu Facebook, Youtube dan media sosial lainnya, TUHAN mengurapi saudara di sana, TUHAN kiranya hadir di tengah-tengah kita, baik yang ada di tengah-tengah ruangan ini maupun di tengah-tengah anak-anak TUHAN yang mengikuti secara online dalam dan luar negeri. Puji TUHAN. Dan selanjutnya mari kita buka hati untuk diisi oleh Firman Allah supaya kita mengerjakan semuanya itu sesuai dengan tahbisan yang benar.

 

Mari kita sambut Firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari Kitab Wahyu.

Jadi Kitab Wahyu ini adalah Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dalam penggembalaan GPT Betania Serang Cilegon, Banten, Indonesia supaya dengan demikian kita bisa mengikuti alur firman penggembalaan, seri demi seri pemberitaan Firman TUHAN, pasal demi pasal, ayat demi ayat yang disampaikan.

 

Setelah kita diberkati oleh TUHAN lewat pemberitaan Firman TUHAN dalam Wahyu 17:14 pada dua minggu berturut-turut maka sekarang kita masuk pada berkat TUHAN yang baru, semua karena rahmat TUHAN juga supaya kita tahu rencana TUHAN dan doa saya kita tetap ada dalam rencana TUHAN, apapun yang terjadi, jangan menjadi lemah dan putus asa, tetap berpegang kepada kebenaran yang dari sorga, bukan kebenaran yang berasal dari manusia.  

 

Wahyu 17:15

(17:15) Lalu ia berkata kepadaku: "Semua air yang telah kaulihat, di mana wanita pelacur itu duduk, adalah bangsa-bangsa dan rakyat banyak dan kaum dan bahasa.

 

Singkat kata; perempuan Babel duduk di atas air yang banyak.

Sebetulnya, ini sudah diterangkan untuk yang kesekian kali pada ayat-ayat yang terdahulu pada Wahyu 17:1-2. Tetapi kalau TUHAN mengulangi kembali dalam pemberitaan ini, TUHAN punya maksud dan rencana yang indah di situ sekaligus memberi kepastian.

Firman yang berulang-ulang disampaikan memberi kepastian, berarti iman teguh sama dengan kuat, tidak mudah goyah menghadapi segala persoalan dalam hidup, pergumulan-pergumulan yang ada, dan kesulitan-kesulitan yang sedang menghimpit kita dalam banyak perkara di bumi ini, tidak saya pungkiri hal itu, termasuk kesulitan itu menghimpit diri saya sendiri. Tetapi saudara, kita  harus tetap bersabar mengikuti rencana TUHAN lewat pemberitaan Firman yang diulang-ulang, jadi jangan kita merasa bosan dan sudah mengerti Firman TUHAN sehingga kita menjadi acuh tak acuh saat dengar Firman TUHAN, jangan pernah merasa sudah mengerti, kalau orang merasa sudah mengerti sebetulnya dia tidak mengerti apa-apa, itu namanya kebodohan.

Jadi kalau ada ayat yang diulang-ulang bersabar saja. Untuk yang lahiriah saja kita sabar, untuk menantikan gaji tambah-tambah di tempat kita bekerja, kita juga sabar-sabar sampai keringat-keringat dari ujung kepala sampai ujung kaki, harusnya apalagi yang rohani harus sabar-sabar.

 

Di awal dikatakan, perempuan Babel duduk di atas air yang banyak.

Air yang banyak -> lautan dunia, yakni; bangsa-bangsa yang datang dari berbagai suku, kaum, dan bahasa.

Singkat kata, duduk di atas air yang banyak menunjukkan bahwa penghuni-penghuni bumi telah mabuk dengan anggur percabulan dari perempuan babel (dikuasai oleh kenajisan percabulan) sebagaimana dalam dalam Wahyu 17:1-2.

 

Wahyu 17:1-2

(17:1) Lalu datanglah seorang dari ketujuh malaikat, yang membawa ketujuh cawan itu dan berkata kepadaku: "Mari ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu putusan atas pelacur besar, yang duduk di tempat yang banyak airnya. (17:2) Dengan dia raja-raja di bumi telah berbuat cabul, dan penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya."

 

Duduk di atas air yang banyak menunjukkan bahwa penghuni-penghuni bumi telah mabuk oleh anggur percabulannya atau penghuni-penghuni bumi telah dikuasai oleh roh kenajisan percabulan.

Penghuni-penghuni bumi terdiri dari: lapisan-lapisan masyarakat, kaya miskin, tua muda, laki-laki perempuan, dan golongan, termasuk raja-raja di bumi.

Raja-raja di bumi -> pemimpin-pemimpin baik pemimpin secara lahiriah maupun pemimpin secara rohani.

 

Kenapa penghuni bumi dikuasai oleh kenajisan percabulan? Hal itu bisa terjadi karena di tangan perempuan babel ada satu perkara itulah cawan emas, isinya adalah:

-          Segala kekejian.

-          Kenajisan percabulan.

 

Ayat referensinya ada pada…

Wahyu 17:4

(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.

 

Jadi penghuni-penghuni bumi dikuasai oleh roh kenajisan percabulan. Mengapa? Karena mereka (penghuni bumi) telah diduduki (dikuasai) oleh perempuan babel. Sedangkan di tangan perempuan babel ada suatu cawan emas isinya;

-          Segala kekejian.

-          Kenajisan Percabulan.

Jadi itulah yang menyebabkan mereka dikuasi oleh kekejian dan kenajisan percabulan.

 

Sekarang kita akan melihat praktek kekejian.

Memang Firman ini sudah diterangkan beberapa waktu yang lalu atau tahun-tahun yang lalu, tetapi diulang kembali, mohon kesabarannya, mohon pengertiannya. Memang Firman yang diulang-ulang hanya ditujukan kepada orang yang sabar dan punya pengertian.

 

Praktek kekejian: Menghentikan korban sehari-hari yakni: korban sembelihan dan korban santapan.

Ayat referensinya: Daniel 11:31.

Daniel 11:31

(11:31) Tentaranya akan muncul, mereka akan menajiskan tempat kudus, benteng itu, menghapuskan korban sehari-hari dan menegakkan kekejian yang membinasakan.

 

Praktek kekejian adalah, menghapuskan korban sehari-hari itulah korban semebelihan dan korban santapan.

-       Korban sembelihan -> ibadah pelayanan disertai dengan membawa korban berdarah-darah untuk dipersembahkan di atas mezbah TUHAN di tengah-tengah ibadah tersebut.

Jadi ibadah pelayanan ini harus terhubung langsung dengan darah salib, ibadah pelayanan kalau dihubungkan dengan perkara yang lain, itulah yang disebut dengan praktek kekejian.

Kiranya pengertian ini mantap supaya hati kita tidak berubah-berubah bilamana nanti ada pengaruh-pengaruh yang tidak suci dari luaran sana.

-          Korban santapan -> Firman Allah sebagai makanan rohani yang adalah sumber nasihat dan didikan.

Jadi di tengah ibadah pelayanan korban santapan itu harus dinyatakan supaya umat ketebusan TUHAN (sidang jemaat TUHAN) menikmati korban santapan itulah Firman Allah, sumber nasihat dan sumber didikan dari TUHAN.

Jadi kalau ibadah dihubungakan dengan yang lain sementara korban santapan disingkirkan itu adalah praktek kekejian.

Jadi di tengah ibadah harus ada korban santapan, itulah Firman Allah sumber nasihat dan sumber didikan.

 

Sebagai tambahan, kalau kita sudah menikmati korban santapan berarti dikenyangkan oleh Firman Allah. Maka  kalau kita kenyang tidak mungkin kita mencari makanan di luaran sana, tidak mungkin jajan-jajan lagi di luaran sana.

Jadi hati-hati, nasihat datang dari Firman Allah kemudian didikan juga harus datang dari Firman Allah, jangan kita sibuk mencari nasihat-nasihat di dunia ini termasuk ramalan-ramalan.

Jadi dengan kita menikmati korban santapan, kita dikenyangkan oleh Firman Allah sumber nasihat dan sumber didikan, kita tidak perlu lagi jajan-jajan makanan yang tidak jelas kebenaran dan juntrungannya.

 

Praktek kenajisan percabulan: sibuk menjalankan ibadah fasik.

Ayat referensinya ada di dalam…

Daniel 8:12

(8:12) Suatu kebaktian diadakan secara fasik menggantikan korban sehari-hari, kebenaran dihempaskannya ke bumi, dan apa pun yang dibuatnya, semuanya berhasil.


Kebaktian fasik bicara soal berhasil keberhasilan, berkat keberkatan.

Inilah praktek dari kenajisan percabulan.

Jadi saudara, pengertian ini harus mantap, jangan kita berkata kalau ke gereja pasti masuk sorga, tidak seperti itu juga. “Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik, orang yang tergesa-gesa akan salah langkah” (Amsal 19:2). Berarti tanpa pembukaan rahasia Firman Allah, kerajinan di ibadah sia-sia, kerajinan pelayanan sia-sia, biar tiap hari di tengah-tengah ibadah.

Jadi kita harus memiliki pembukaan rahasia Firman Allah.

 

Singkat kata, praktek kenajisan percabulan itulah kebaktian fasik erat kaitannya dengan tiga “TA.”

-          TA yang pertama adalah harta.

-          TA yang kedua adalah takhta.

-          TA yang ketiga adalah wanita.

 

Jadi dengan adanya perselingkuhan itulah yang disebut kenajisan percabulan. Dengan menduakan kasih-Nya TUHAN itulah yang disebut dengan kenajisan percabulan, itulah “TA” yang ketiga; “wanita.” Maka kalau hatinya sudah terjerat dengan TA yang ketiga itulah “Wanita”, maka terjadilah kenajisan percabulan.

 

Kita lihat tentang TA yang ketiga itulah Wanita di dalam…

Amsal 7:5

(7:5) supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.

 

Jadi ayat 1-3 TUHAN mau supaya Firman itu ada di hati kita. Tujuannya adalah supaya dilindunginya dari:

-          Perempuan jalang (liar) seperti perempuan Babel ajarannya kenajisan percabulan. Yang penting kaya, tidak perlu ibadah, itukan sudah selingkuh, menyelingkuhi kasih-Nya TUHAN. Itu kenajisan percabulan.

-          Perempuan asing yang licin perkataannya itu gambaran dari perempuan Izebel -> nabi-nabi palsu, dengan pengajaran palsu.

Kalau orang berjalan di jalan yang licin pasti tergelincir nanti terjadilah perselingkuhan itulah kenajisan percabulan secara rohani, menduakan kasih-Nya TUHAN Yesus. Sebab pengajaran palsu ini menyampaikan satu ayat, tetapi ditambahi dengan dongeng nenek-nenek tua, ditambahi dengan cerita-cerita isapan jempol, ditambahi dengan takhayul-takhayul, disertai dengan guyon-guyon. Bagaimana mungkin cerita isapan jempol bisa menjelaskan satu ayat, bagaimana mungkin dongeng nenek tua  menjelaskan satu ayat Firman, tetapi beberapa tahun yang lalu itu sering saya temukan. Namun dalam ketulusannya TUHAN kita terobos semuanya itu, walaupun awalnya kita dilawan, banyak sekali komen-komen waktu itu, tetapi ujung-ujungnya saya lihat di hari-hari terakhir ini sudah tidak ada lagi komen-komen. Kita bertahan terus, karena yang benar itu yang nanti akan tampil di permukaan, jadi sabar-sabar saja dulu.

 

Jadi praktek kenajisan percabulan itu ada kaitannya dengan tiga TA.

-          TA yang pertama adalah harta itulah kekayaan.

-          TA yang kedua adalah takhta itulah kedudukan, jabatan, pangkat yag tinggi.

-          TA yang ketiga adalah wanita itulah wanita babel (antikris) dan wanita izebel (nabi-nabi palsu).

 

Jadi dua wanita ini menyebabkan terjadinya kenajisan percabulan, menyelingkuhi kasih-Nya TUHAN Yesus Kristus.

 

Perlu untu diketahui:

Dua praktek di atas (praktek kekejian dan kenajisan percabulan) ternyata telah masuk di tengah-tengah ibadah pelayanan, masuk di rumah-rumah TUHAN. Itulah sebabnya, gereja-gereja di seluruh dunia di hari-hari terakhir ini sibuk dengan dua praktek di atas:

1.       Ibadah pelayanan dengan praktek kekejian maksudnya korban sehari-hari disingkirkan yakni korban sembelihan dan korban santapan.

2.       Ibadah pelayanan dengan praktek kenajisan percabulan maksudnya ibadah pelayanan tetap berjalan tetapi tidak lepas dari kenajisan percabulan = menduakan kasih TUHAN berarti hanya tertuju kepada tiga TA:

-          TA yang pertama adalah harta kekayaan dan uang yang banyak.

-          TA yang kedua adalah takhta; kedudukan, jabatan, dan pangkat yang tinggi, hanya mengejar karir saja, tidak perduli hati-Nya TUHAN.

-          TA yang ketiga adalah wanita; yang berbicara soal kelicikan-kelicikan dari pada perempuan babel dan perempuan izebel; (antikris dan nabi-nabi palsu). Antikris dan nabi-nabi palsu ini digambarkan sebagai perempuan najis.

Sebab itu jangan kita berpaling ke lain hati, tetaplah berpaut dengan hati-Nya TUHAN Yesus Kristus, tetap dengan hati yang tulus, bukan dengan hati kelicikan.

 

Saudara, kita tetap berdoa dan jangan berhenti berdoa supaya gereja-gereja di dunia berhenti melaksanakan kegiatan-kegiatan ibadah pelayanan dengan dua praktek di atas itulah praktek kekejian dan praktek kenajisan percabulan. Itulah sebabnya saudara, kita tidak berhenti juga untuk menyampaikan yang benar terkait dengan ibadah pelayanan lewat pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, pola ibadah kerajaan sorga itulah Tabernakel sorgawi.

Kita teruskan ini, saya berharap saudara tetap ada di jalurnya TUHAN, di treknya TUHAN. Saya tidak berharap saudara keluar dari jalurnya TUHAN, walaupun Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel itu memang keseringan tidak cocok dengan daging ini. Tetapi harapan saya kepada TUHAN, supaya kita semua himpunan yang masih kecil ini, tetaplah di jalurnya TUHAN Yesus Kristus, tetaplah di treknya TUHAN Yesus Kristus apapun resikonya. Percayalah TUHAN tidak akan dustai kita semua.

 

Justru ini adalah doa kita supaya gereja-gereja di dunia ini berhenti dari dua praktek di atas dan kita harus menghentikan itu lewat Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, terangnya Pola ibadah Kerajaan Sorga itulah terangnya Tabernakel sorgawi sebagaimana di dalam Ibrani 8:5.

 

Ibrani 8:5

(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

 

Jadi supaya ibadah dan pelayanan di bumi merupakan pantulan dari ibadah dan pelayanan di Sorga, maka kita harus menggunakan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel -- kalau tidak demikian "hati TUHAN muak" (Imamat 26:11).

Tetapi kalau tidak ada Tabernakel di tengah ibadah maka hati TUHAN muak melihat ibadah itu karena ibadah semacam itu buatan tangan manusia saja. Masa kita mencari ibadah dengan buatan tangan manusia hanya karena Pola Tabernakel tidak cocok dengan keinginan hati kita masing-masing. Memang saya tidak mau menyampaikan Firman disertai guyon, saya beajar untuk mempertahankan kemurnian dari Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, tidak boleh ditambah-tambah, tidak boleh dikurang-kurang. Jangan kita melayani hanya untuk menyukakan hati manusia, itu namanya munafik, itu hamba yang tidak takut akan TUHAN.

 

Selanjutnya, Tugas pokok dan fungsi imam-imam di tengah ibadah dan pelayanan ialah: menyatakan kebenaran menurut Pengajaran Tabernakel.

 

Gambar Taberkal Bumi dan Tabernakel Sorga

 

Tabernakel di bumi dibangun sesuai dengan petunjuk Musa yang dia terima dari TUHAN di atas gunung Sinai, tetapi Tabernakel Sorgawi juga ada di dalam Kitab Wahyu 4.

 

Mari kita telusuri hal ini supaya gereja-gereja di dunia ini menghentikan dua praktek; itulah ibadah pelayanan dengan praktek kekejian dan ibadah pelayanan dengan praktek kenajisan percabulan, kita doakan. Maka kita terobos apa yang tidak disukai oleh setan, kita terobos apa yang tidak disukai oleh daging, kita terobos apa yang tidak disukai oleh dunia, kita terobos apa yang tidak disukai oleh setan tritunggal. Naga, antikris, dan nabi palsu, kita terobos. Itu sebabnya tetaplah berada pada treknya TUHAN, jangan keluar sekalipun tidak cocok dengan hati saudara.

 

Wahyu 4:1-2

(4:1) Kemudian dari pada itu aku melihat: Sesungguhnya, sebuah pintu terbuka di sorga dan suara yang dahulu yang telah kudengar, berkata kepadaku seperti bunyi sangkakala, katanya: Naiklah ke mari dan Aku akan menunjukkan kepadamu apa yang harus terjadi sesudah ini. (4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang.

 

TUHAN memperlihatkan Tabernakel Sorgawi kepada Rasul Yohanes, dalam penglihatannya di Pulau Patmos.

Kemudian, "sebuah takhta" terdiri di Sorga dan di takhta itu duduk Seorang.

 

Saudara ini sebagai tambahan, seindah-indahnya sorga, tidaklah ada artinya kalau takhta Allah tidak ada di dalamnya, demikian juga Tabernakel raga, tubuh ini (rumah TUHAN), sehebat-hebatnya karirnya di atas muka bumi ini, menjadi seorang yang cedikiawan (berhasil) dalam segala bidang, berhasil dalam mengelola bisnis, berhasil dalam karir, berhasil dalam banyak perkara yang dia tempuh, tetapi kalau takhta Allah tidak ada di dalam hatinya, kehidupan semacam ini tidak ada artinya.

Jadi keindahan dunia, jikalau takhta Allah tidak ada di dalam hatinya tidak ada arti keindahan duniawi.

 

Tetapi lihatlah kepada Rasul Yohanes diperlihatkan Tabernakel Sorgawi dan di dalam Kerajaan Sorga terdiri dari sebuah takhta dan di takhta itu duduk Seorang. Biarlah kiranya TUHANlah yang menjadi raja, berkuasa, berdaulat di dalam diri kita masing-msaing.

 

Wahyu 4:3

(4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya.

 

Bila dikaitkan dengan Pola Tabernakel Musa (Tabernakel di bumi) terkena kepada Ruangan Maha Suci. Sementara di dalam Ruangan Maha Suci terdapat takhta Allah itu menunjuk Tabut Perjanjian. Tabut Perjanjian merupakan Takhta Allah.

 

Wahyu 4:4-5

(4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

 

Ayat 4-5 bila dikaitkan dengan Pola Tabernakel Musa (Tabernakel di bumi) terkena Ruangan Suci.

Di dalam Ruangan Suci terdapat 3 perkara yaitu:

1.       24 tua-tua.

Kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel Musa terkena kepada Meja Roti Sajian dengan dua belas ketul roti di atasnya.

-       Meja -> gereja (hati kita).

-       Dua belas ketul roti terdiri dari dua tumpuk; masing-masing enam ketul roti dalam satu tumpuk -> pengajaran dua belas rasul hujan awal dan pengajaran dua belas rasul hujan akhir.

Jadi sinkron, tidak bertolak belakang. Sebab itu kita harus terus selidiki supaya kita akurat untuk terus dibawa masuk dalam Kerajaan Sorga. Menjalankan ibadah pelayanan pun harus akurat, tidak boleh asal-asal.

2.       Tujuh obor menyala-nyala.

Kalau dikaitkan dengan Pangajaran Tabernakel Musa maka terkena pada Kandil dengan tujuh pelita di atasnya atau disingkat dengan PELITA EMAS.

 

Tadi saya sudah katakan Wahyu 4:4-5 kalau dikaitkan dengan Tabernakel Musa terkena pada Ruangan Suci dengan tiga alat yang ada di dalamnya, namun di ayat ini tidak dicantumkan (dituliskan) perabotan yang ketiga itulah Mezbah Dupa. Tetapi tidak perlu bingung sebab kelanjutan dari pada perkara ini ada di dalam Wahyu 8:3-4.

 

Wahyu 8:3-4

(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

 

Pertanyannya: Kenapa di dalam Wahyu 4 Rasul Yohanes tidak menuliskan hal ini padahal dia sudah melihat dengan jelas?

Jawabnya: Ada maksud TUHAN di situ, maksudnya adalah puncak ibadah yang tertinggi adalah doa penyembahan  bagaikan asap dupa kemenyan naik ke hadirat TUHAN menembusi takhta Allah.

Maka apa bukti bahwa Doa Penyembahan adalah tingkat ibadah yang tertinggi atau disebut juga puncak ibadah?

Lewat doa penyemban terjadi suatu pengalaman yang sangat dahsyat yaitu perobekan tirai itulah perobekan daging.

Jadi daging Yesus sudah dirobek dari atas sampai ke bawah.

 

Kalau ibadah belum sampai pada puncaknya maka seseorang tidak akan mengalami yang namanya perobekan daging.

Jadi kalau daging ini tidak mengalami perobekan, maka manusia dalam menjalankan ibadahnya hanya terkait dengan dagingnya saja. Berarti ibadahnya belum sampai pada puncaknya, ini sulit dibawa untuk naik ke atas.

 

Pengertian ini harus kita miliki saudara supaya kerajinan tidak menjadi sia-sia, kegiatan Roh ini tidak sia-sia.

Itulah yang terkait dengan Tabernakel Sorgawi; Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.

Jadi sangat sikron apa yang dilihat oleh Musa sesuai dengan yang dilihat oleh Rasul Yohanes di Pulau Patmos terkait dengan Tabernakel Sorgawi.

 

Ini harus diajarkan, maka untuk sampai pada Ruangan Maha Suci tekunlah dalam tiga macam ibadah pokok. Lewat ketekunan tiga macam ibadah pokok kita akan dibawa sampai pada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan.

Mengapa saya katakan Doa penyembahan adalah puncak ibadah? Karena doa penyemabahan bagaikan asap dupa kemenyan, asapnya naik ke hadirat Allah menembusi takhta Allah. Kenapa takhta Allah bisa tembus? Karena tirai sudah terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

 

Jadi ibadah yang memuncak sampai doa penyembahan, hidupnya dahsyat, terjadi perobekan daging, tirai terbelah dua dari atas sampai ke bawah maka jalan terbuka bagi raja-raja dari Timur mulai dari Pintu Gerbang sampai dengan Ruangan Maha Suci.

Jadi menerangkan Firman tidak sesuka hati, satu ayat lalu diterangkan sesuka hati, tidak seperti itu saudara, harus ayat menjelaskan ayat/ayat menerangkan ayat.


Wahyu 4:6

(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.

 

Di sini kita menemukan "lautan kaca bagaikan kristal" disebut juga hablur es.

Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada Kolam Pembasuhan Tembaga --> baptisan Kristus (pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan). Jadi di sini tidak disebutkan Kolam Pembasuhan, tetapi lautan kaca bagaikan Kristal disebut juga Hablur Es. Tetapi di ayat 6 ini seolah-olah ada yang terhilang sebab kalau dikaitkan dengan Pola Tabernakel masih ada satu alat lagi yang namanya Mezbah Korban Bakaran, tetapi di Tabernakel Sorga tidak ada disebutkan. Tetapi jangan pula kita harus bingung lalu kita analisakan dengan pengertian (logika) manusia sebagaimana dengan yang sering saya temukan, menyampaikan Wahyu tetapi disampaikan dengan logikanya sehingga tidak sesuai dengan rencana TUHAN.

 

Jadi supaya kita tidak bingung hal ini terdapat di dalam…

Wahyu 15:2

(15:2) Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.

 

Lautan kaca bercampur api kalau dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel di bumi terkena pada Mezbah Korban Bakaran -> pertobatan. Jadi sinkron sekali, saudara tidak perlu bingung soal Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.


Bertobat artinya; berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Allah. Itu namanya pertobatan Full 100% (seratus persen). Kalau hanya berhenti berbuat dosa, tahu etika, tahu tata krama di dunia ini, tetapi tidak mau kembali kepada TUHAN, tidak mau tekun tiga macam ibadah pokok, itu pertobatan 50% (lima puluh persen), yang TUHAN tunggu pertobatan Full 100% (seratus persen), tekun tiga macam ibadah pokok, kembali kepada TUHAN sebagaimana di dalam 1 Petrus 2:24-25.

 

Kalau kita masih liar, hubungan kita tetap jauh dari TUHAN, seolah-olah korban pendamaian tidak berkuasa padahal TUHAN sudah memperdamaikan dengan darah tebusan dan darah pendamaian 2000 tahun yang lalu. Itu jangan disia-siakan, ibadah ini seharga dengan setetes darah salib.

 

Kita sudah melihat Tabernakel Sorgawi sama dengan Tabernakel Musa (Tabernakel di Bumi). Jadi supaya ibadah pelayanan kita ini merupakan pantulan dari ibadah pelayanan di sorga maka gunakanlah Pengajaran Menpelai dalam terangnya Pengajaran Tabernakel.

Terlihatlah dengan jelas suasana dari Tabernakel sorgawi dan kita sudah melihat sorga itu, dan itu akan menjadi bagian kita asal kita tidak menjadi lemah dan tidak menjadi putus asa dan uring-uringan, setialah kepada TUHAN.

 

-          Orang yang terpanggil berpadanan dengan panggilan, ada korban darah di situ.

-          Orang yang dipilih berarti ada dalam suasana kebangkitan, Yesus telah dibangkitkan oleh Roh Allah maka orang-orang pilihan juga yang melayani TUHAN, melayani dengan Roh yang membangkitkan.

-          Kalau kita tekun dan setia di situ satu kali dipermuliakan.

 

Pertanyaannya: Siapakah yang akan mengajarkan ibadah dan pelayanan dengan menggunakan pola Tabernakel Sorgawi?

Di dalam Wahyu 4 jelas itu adalah Rasul Yohanes, kemudian di dalam Perjanjian Lama diwakili oleh Musa yang memimpin perjalanan rohani dari gereja TUHAN.

Waktu Musa memimpin perjalanan rohani dari bangsa Israel dari Mesir, dipimpin oleh tongkat yang pernah berubah menjadi ular itu adalah asas-asas pokok dari ajaran Kristus itulah percaya, bertobat, dibaptis air, penuh dengan Roh Kudus,  di situ ada mujizat, jadi mujizat yang memimpin. Tetapi saudara, di Padang Gurun untuk dibawa masuk sampai ke tanah Perjanjian yang dijanjikan oleh Allah kepada nenek moyang bangsa Israel; Abraham, Ishak, Yakub. Yakub juga akhirnya berganti nama menjadi Israel mempunyai dua belas anak, itulah cikal bakal bangsa Israel, ternyata mereka dipimpin oleh Tabernakel (Tabut Perjanjian) yang dipikul oleh empat Imam yang memang suku Lewi sama tingginya, dan dipikul sampai ke tanah Kanaan, tanah Perjanjian.

 

Jadi demikian juga, sudah seharusnya di Padang Gurun dunia ini (di hari-hari terakhir), menjelang kedatangan TUHAN, supaya kita menerima janji TUHAN seperti yang sudah kita lihat barusan lewat pemberitaan Firman TUHAN, maka kita harus dipimpin oleh Tabut Perjanjian itulah Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

 

-          Memang supaya orang percaya, bertobat, dibaptis air, penuh Roh dengan Kudus ya perlu mujizat-mujizat, seperti pimpinan tongkat Musa, tongkat berubah menjadi ular.

-          Tetapi kalau untuk menjadi miliknya TUHAN, mencapai kedewasaan harus dipimpin oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

 

Saya berharap pengertian ini jangan diabaikan, jangan dibuang begitu saja supaya nanti TUHAN yang pimpin kita menjadi milik pusakanya TUHAN. biarlah kiranya kita semua menjadi milik pusakanya TUHAN. Kitalah upah jerih payahnya TUHAN Yesus karena kita menghargai darah salib, kitalah yang menjadi milik pusakanya TUHAN, sorga milik pusaka kita.  

 

Kita kembali lagi,

Pertanyaanya: Siapakah yang akan mengajarkan ibadah dan pelayanan dengan menggunakan pola Tabernakel Sorgawi?

Jawabnya adalah:

-       Dia bukan hamba pengecut, cengang, penakut.

-       Dia bukan hamba yang hanya untuk mengumpulkan masa.

-       Dia bukan hamba yang hanya untuk memperkayakan diri.

-       Dia bukan hamba yang sibuk mencari popularitas.

-       Dia bukan hamba yang munafik (di luar dan di dalam tidak sama).

 

Hamba TUHAN yang munafik, menyampaikan salib (berbicara salib) kemudian menyebutkan nama TUHAN dalam setiap atraksi-atraksinya ketika dia mengadakan mujizat, tetapi muatannya (isinya) bukan salib, itu kemunafikan seperti kemunafikan ahli-ahli taurat dan orang Farisi di dalam Matius 23:2-3.

Hamba TUHAN seperti ini tidak layak dan tidak pantas memberitakan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

 

Saudara, barangkali ada hamba TUHAN mendengarkan pengajaran semacam ini, jangan saudara merasa bahwa saya suka melihat kesalahan-kesalahan hamba TUHAN, atau saya sibuk melihat kekurangan-kekurangan orang lain, tidak. Saya menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel kiranya tidak dalam kapasitas sebagai orang munafik itu saja, belajar untuk tidak menjadi seorang yang munafik.

Jadi saya tidak sedang melihat ksalahan-kesalahan orang lain. Tetapi saya menginginkan supaya kita benar-benar dalam kemurnian dari kebenaran Firman itu sebab tanpa kemurnian kita tidak mungkin menjadi kehidupan yang sempurna.

 

Inti Mempelai ada 144.000 (serats empat puluh empat ribu) orang, ditebus dari bumi, dari dua belas suku Israel, mereka itu murni seperti perawan. Jadi untuk menjadi Mempelai TUHAN, Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel harus disampaikan dalam kemurnian supaya sempurna. Murni seperti perawan berarti sempurna. Kalau murni tidak seperti perawan tidak sempurna.

Jadi untuk menjadi Mempelai TUHAN harus menyampaikan Penagajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

 

Jadi saya sampaikan sekali lagi, saya menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel bukan sedang melihat kekurangan orang lain, bukan sedang melihat kesalahan-kesalahan orang lain, jangan sampai saudara salah mengerti.

 

Wahyu 4:6-7

(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang. (4:7) Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.

 

Di tengah-tengah takhta Allah dan disekelilingnya (di tengah-tengah ibadah pelayanan di Sorga) tampak empat makhluk penuh dengan mata di sebelah muka dan di sebelah belakang.

Inilah gambaran dari hamba TUHAN yang murni dan tulus hatinya di dalam hal menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

 

Alasannya: Empat makhluk tersebut penuh dengan mata di sebelah muka dan di sebelah belakang.

Penuh dengan mata artinya hidupnya ada di dalam terang berarti kegelapan tidak lagi menguasai dia. Maksudnya tidak ada lagi dosa yang disembunyikan di dalam dirinya, tidak ada lagi dosa yang disembunyikan di tempat yang tersembunyi, sudah terang benderang. Antara lain:   

-          Mata di sebelah belakang artinya: sudah lepas dari dosa masa lalu, sudah disucikan oleh darah Yesus. Artinya sudah selesai dengan dosa masa lalu, sudah berdamai dengan masa lalu.

-          Mata disebelah muka artinya; hatinya sudah diterangi terkait dengan kerajaan Sorga = pandangannya senantiasa diarahkan kepada yang di muka (di depan), bukan lagi kepada perkara di bawah.

Itu sebabnya seorang hamba TUHAN (pemimpin sidang jemaat) tidak boleh sibuk dengan perkara di bawah, tidak boleh ikut politik-politik, bisnis sana, bisnis sini, tidak boleh lagi. Tugasnya sudah seharusnya seperti empat makhluk dengan muka penuh dengan mata di sebelah muka, fokus kepada perkara di muka (perkara rohani).

Itu sebabnya, saya pun fokuskan diri baik juga dalam belajar di belakang meja, baik juga belajar di kaki salib, berjam-jam, saya tidak mau sebutkan. Kalau berjam-jam berarti bukan satu dua jam, tetapi saya tidak mau sebut, bukan untuk disombongkan. Supaya di situ nanti TUHAN curahkan pembukaan itu, jadi tidak serta merta begitu saja.

 

Itulah empat makhluk penuh dengan mata di sebelah muka dan di sebelah belakang.

Ini hamba TUHAN yang mempunyai keberanian (nyali) di dalam hal menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel dalam ketulusan dan kemurnian.

Bantu doa supaya ketulusan dan kemurnian itu ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan GPT Betania Serang dan Cilegon.

 

Kemudian, “Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang.”

 

Rupa dari empat makhluk.

Adapun rupa dari empat makhluk tersebut:

-       Makhluk yang pertama: mukanya sama seperti Singa -> Yesus adalah Raja mulia dalam ketegasannya.

        Raja itu tegas, dan tegas itu bukan berarti kasar. Tidak mau berubah dari pendirian itu tegas.

 

-          Makhluk yang kedua: mukanya sama seperti Anak Lembu -> Yesus adalah Hamba.

Tugas hamba adalah melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, melayani Tuannya, Yesus Kristus adalah Tuan dari semua hamba-hamba TUHAN. Seorang hamba harus memiliki sikap doulos berarti tidak ada lagi hak untuk dirinya sendiri selain tuannya.

 

Pelajarannya ada di dalam Lukas 17:7-10.

 

Lukas 17:7-10

(17:7) "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

 

Hamba ini mengutamakan tuannya. Jadi seorang hamba tidak memiliki hak atas dirinya sendiri selain tuannya atas dirinya. Hamba juga tidak boleh menunggu terimakasih dari tuannya karena sudah bekerja keras. Dimana bukti kerja kerasnya? Setelah bekerja di ladang atau menggembalakan ternak lalu pulang ke rumah tuannya kemudian bekerja lagi dan melayani tuannya tanpa mengharapkan ucapan terimakasih. Pilih mana balasan dari manusia atau balasan dari Sorga? Kalau kita berharap terimakasih dari tuan manusia di bumi maka berhenti upah (basalan) dari sorga, rugilah.

 

Sebab itu biar kita kerjakan pekerjaan TUHAN ini, walaupun lelah, ambillah muka lembu. Saudara, yang ada pada seekor lembu semuanya berfungsi, berguna, dan bermanfaat. Potongan daging yang dipersembahkan di atas mezbah bisa dinikmati, tanduknya juga bisa dinikmati, kulitnya apalagi, kotorannya bisa jadi kompos, semua dari lembu sangat bermanfaat. Jadi seorang hamba harus bermanfaat bagi TUHAN, tuan dari semua hamba-hamba TUHAN.

 

Kemudian, jangan merasa dibutuhkan, tidak boleh. Pelayan TUHAN dipercaya sebagai pemain musik, pemimpin pujian, multimedia, dan mengoperasikan apapun dalam penggembalaan ini, jangan merasa dibutuhkan. Karena kita sewa gedung ini, maka bongkar pasang merasa capek, jangan juga merasa dibutuhkan. Apa tanda orang merasa dibutuhkan? Uring-uringan kalau tidak ada ucapan terimakasih.

 

Kemudian pengakuan hamba selanjutnya adalah kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan, lakukan saja kewajiban.

Itulah makhluk kedua mukanya seperti muka lembu.

 

-       Mahkluk yang ketiga: sama seperti muka Manusia -> Yesus adalah Anak Manusia yang telah menderita sengsara di atas kayu salib dua ribu tahun yang lalu.

        Jadi Yesus selain disebut Anak Domba Allah juga disebut sebagai Anak manusia. Kenapa? Supaya dia bisa merasakan apa yang dirasakan manusia dengan menderita sengsara di atas kayu salib.

 

-          Mahkluk yang keempat: sama seperti burung nasar -> Yesus adalah Anak Allah dalam kebenaran dan keadilan.

Kebenaran dan keadilan harus di atas muka bumi ini saudara seperti burung nasar yang terbang. Jangan sampai kebenaran dan keadilan di bawah perkara-perkara yang ada di bumi ini, tetapi harus di atas perkara-perkara yang ada di atas muka bumi ini.

 

Jadi empat mekhluk ini adalah gambaran dari sosok seorang hamba TUHAN yang memiliki keberanian, mempunyai nyali di dalam hal menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel dalam ketulusan dan kemurnian hatinya.

Kalau kita sudah melihat sosok seperti ini, masa kita masih cari lagi yang lain-lain? Kita lawan hati nurani, masa begitu? Bersikaplah seperti laki-laki, tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan.

 

Untuk lebih rinci, kita lihat sinonimnya (persamaannya) di dalam…

Jadi apa yang dilihat oleh Rasul Yohanes di pulau Patmos sebetulnya sudah TUHAN perlihatkan juga kepada nabi Yehezkiel di dalam…

Yehezkiel 1:5-6

(1:5) Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia, (1:6) tetapi masing-masing mempunyai empat muka dan pada masing-masing ada pula empat sayap.

 

Empat makhluk menyerupai manusia = hamba TUHAN tetapi memiliki sifat-sifat yang ada di dalam empat makhluk tersbut.

 

Empat makhluk mempunyai empat muka dan masing-masing mempunyai empat sayap, dengan rincian:

-          Dua sayap untuk terbang.

Hamba TUHAN harus memiliki sayap semacam ini supaya lepas dari perkara-perkara di bawah/perkara di bumi/hal-hal lahiriah.

-          Dua sayap untuk menutupi seluruh tubuhnya (dagingnya).

Dua sayap semacam ini juga harus dimiliki oleh seorang hamba TUHAN, apalagi pemimpin sidang jemaat sehingga daging dan keinginannya yang jahat tidak lagi berkuasa atas pemimpin sidang jemaat itu.

Inilah sosok hamba TUHAN yang memiliki keberanian (nyali) di dalam hal menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel dalam ketulusan dan kemurnian di hatinya.

 

Yehezkiel 1:7

(1:7) Kaki mereka adalah lurus dan telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kaki-kaki ini mengkilap seperti tembaga yang baru digosok.

 

Saya hanya mengambil dua perkara yaitu;

-          kaki mereka adalah lurus.

Jadi, sebagai hamba TUHAN harus memiliki langkah-langkah yang baik (lurus), tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan/langkah-langkahnya tidak belok ke kiri dan belok ke kanan.

-          Telapak kaki mereka seperti kuku anak lembu; kuku anak lembu adalah berkuku belah bersela panjang menggambarkan kehidupan yang hidup berdasarkan kitab suci yang terdiri dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Kemudian lembu ini juga memamah biak artinya merenungkan Firman Allah siang dan malam.

Sampai di sini saja, karena kita fokus kepada rupa dari empat makhluk.

 

Lanjut kita membaca…

Yehezkiel 1:22-23

(1:22) Di atas kepala makhluk-makhluk hidup itu ada yang menyerupai cakrawala, yang kelihatan seperti hablur es yang mendahsyatkan, terbentang di atas kepala mereka. (1:23) Dan di bawah cakrawala itu sayap mereka dikembangkan lurus, yang satu menyinggung yang lain; dan masing-masing mempunyai sepasang sayap yang menutupi badan mereka.

 

Jelas sekali bahwa inti pelayanan dari seorang hamba TUHAN adalah: cakrawala (langit) seperti hablur es ada di atas kepala dari empat makhluk tersebut. Arti rohaninya untuk kita sekarang adalah empat makhluk adalah gambaran dari hamba TUHAN, gambaran dari pemimpin sidang jemaat yang dipercaya oleh TUHAN:

-       Melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN.

-       Menyampaikan kebenaran Firman TUHAN menurut Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

Pendeknya, menjunjung tinggi Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, seperti langit di atas kepala empat makhluk.

 

Itu yang harus dipikul, ada beban di atas kepala mereka, itu yang dijunjung tinggi. Itu yang saya maksud di dalam Wahyu 4 tadi.

Siapa hamba TUHAN yang mau/memiliki keberanian/memiliki nyali untuk menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, jelas itulah hamba TUHAN yang memiliki empat sifat yang terdapat pda empat makluk tersebut.

Cakrawala (langit); Tabernakel dijunjung tinggi oleh hamba TUHAN semacam ini.

Saya kira jelas sekali loh saudara, jangan nanti saudara sepuluh menit khotbah berkobar-kobar lalu terbawa arus ke situ lagi, padahal tidak sesuai dengan urutan (pola) Tabernakel, jangan saudara. Kalau saudara sudah kenyang di sini, masa mau cari jajan di luar lagi? Kalau jajan-jajan di luar sana berarti saudara belum memahami rencana TUHAN, itu sudah pastilah.

 

Tetapi doa yang penuh harap kepada TUHAN kiranya kita semua betul-betul dikenyangkan dan dipuaskan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

 

Kemudian perhatikan kalimat; “…yang kelihatan seperti hablur es yang mendahsyatkan, terbentang di atas kepala mereka…”

 

Perlu untuk diketahui: Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel adalah Pengajaran yang dahsyat.


Mengapa demikian? Karena Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel berkuasa membawa gereja TUHAN masuk dalam pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna, yakni; sidang Mempelai TUHAN.

-          Mulai dari halaman ada Pintu Gerbang; menerima Yesus berarti percaya, lanjut

-          Orang yang percaya mau tidak mau harus bertobat; dibaptis darah terkena pada Mezbah Korban Bakaran. Kemudian

-          Dibaptis air terkena pada Kolam Pembasuhan Tembaga.

-          Dibaptis Roh terkena pada Pintu Gerbang.

Jadi tiga saksi di bumi; dibaptis darah, dibaptis air, dan dibaptis Roh. Lalu

 

-          Masuk ke dalam Ruangan Suci untuk tekun tiga macam ibadah pokok = tergembala.

-          Lalu kawanan domba terus digiring sampai ke Ruangan Maha Suci. Tetapi untuk sampai berada pada Ruangan Maha Suci maka tentu ibadah kita sudah berada pada tingkat ibadah yang tertinggi, puncak ibadah itulah doa penyembahan. Sehingga lewat penyembahan, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah Bapa, ada sesuatu yang dahsyat; Tabir Bait suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dengan demikian jalan terbuka lebar untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga, berada di takhta Allah itulah Mempelai TUHAN, kedudukan dari Tabut Perjanjian.

 

Jadi Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel dahsyat sekali saudara membawa kita masuk dalam Pembangunan Tubuh Kristus yang sempurna, yakni; menjadi Mempelai Tuhan.

 

Kalau saya katakan “Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel”, saudara sahut dengan mengatakan “dahsyat.”

“Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.” (pernyataan Bapa gembala).

“Dahsyat.” (disahut oleh sidang jemaat).

 

“Sesuatu yang dahsyat.” (pernyataan Bapa gembala).

“Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.” (disahut oleh sidang jemaat).


Itulah Higayon petunjuk yang jelas memabawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga.

Kalau saya katakan “Higayon”, saudara katakan “Petunjuk membawa masuk ke sorga.”

 

“Higayon.” (seruan Bapa gembala).

“Petunjuk membawa masuk ke Sorga.” (disahut oleh sidang jemaat).


“Petunjuk membawa masuk ke Sorga.” (pernyataan Bapa gembala).

“Higayon.” (disahut oleh sidang jemaat).

 

Penggembalaan GPT Betania bila digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Tetapi ibadah buatan tangan manusia jelas tipuan, hati TUHAN muak dengan ibadah semacam ini.

Jadi termasuk Rasul Paulus juga adalah hamba TUHAN yang tulus dan murni hatinya. Dimana ketulusan hatinya? Saya melihat empat makhluk dengan empat muka itu ada di dalam diri Rasul Paulus, saya berani mengatakan itu.

 

-          Muka yang pertama itulah muka sama seperti singa; dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga (2 Korintus 12:2).

-          Muka yang kedua itulah muka sama seperti Anak manusia, dia menderita sengsara (Roma 8:35-36).

-          Muka yang ketiga itulah muka sama seperti lembu, dia menghambakan diri kepada TUHAN (1 Korintus 15:32).

-          Muka yang keemat itulah muka sama seperti burung nasar, dia menegakkan kebenaran dan keadilan (2 Korintus 4:4-5).

Memberitakan cahaya injil tentang kemuliaan Kristus itulah kebenaran dan keadilan sudah seharusnya ada di atas muka bumi ini, bukan di bawah segala perkara, tetapi di atas segala perkara bagaikan burung nasar terbang di udara.

 

Demikianlah rupa dari empat makhluk ini juga ada di dalam diri Rasul Paulus sehingga dia berani menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel dalam 2 Korintus 11:1-2; “… Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus…”

 

Ini pekabar Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Apa buktinya dia pekabar Mempelai dalam terangnya Tabernakel? Dia sudah diangkat ke tingkat yang ketiga, kalau dikaitkan dengan Pola Tabernakel, terkena pada Ruangan Maha Suci.

 

Jadi jelas, yang menjunjung tinggi langit (cakrawala) seperti hablur es -- Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel -- adalah hamba TUHAN yang mempunyai keberanian/nyali untuk menyampaikan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel dalam ketulusan dan kemurnian.

 

Wahyu 4:8

(4:8) Dan keempat makhluk itu masing-masing bersayap enam, sekelilingnya dan di sebelah dalamnya penuh dengan mata, dan dengan tidak berhenti-hentinya mereka berseru siang dan malam: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

 

Selain menjunjung tinggi Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, ternyata mereka juga, siang malam menyerukan Penagajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, seruan mereka antara lain: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang."

 

Jelas mereka menyerukan kekudusan dari Allah Bapa, kekudusan dari Yesus, dan kekudusan dari Roh El-Kudus di dalam nama TUHAN Yesus Kristus. Siapakah Dia TUHAN Yesus Kristus? Dia adalah yang sudah ada, yang ada, dan yang akan datang. Seharusnya yang ada, yang sudah ada, dan yang akan datang -- hidup, mati, hidup -- tetapi dalam hal ini terlebih dahulu diawali;

-          Yang sudah ada; Yesus menderita sengsara dan mati di atas kayu salib (kemurahan), dan

-          Yang ada (hidup), dan

-          Yang akan datang (hidup).

Berarti kemurahan lebih dari hidup, itulah Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.

Jadi kalau disampaikan di tengah ibadah dan pelayanan adalah kemurahan lebih daripada hidup. Lalu kenapa ragu saudara?

 

Jadi jangan lagi kita mendua hati (ragu), putus asa dan menjadi lemah karena pengaruh-pengaruh yang tidak suci dari luaran sana, lalu kita jadi berhenti, jangan. Ingat Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel adalah kemurahan lebih daripada hidup; yang sudah ada, yang ada, dan yang akan datang seperti pujian yang biasa kita naikkan “kemurahan-Mu lebih dari hidup.”

Jadi jelas saja pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel adalah kemurahan TUHAN lebih dari pada hidup dan pengajaran yang mendahsyatkan sekali.

 

Wahyu 4:9-11

(4:9) Dan setiap kali makhluk-makhluk itu mempersembahkan puji-pujian, dan hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang hidup sampai selama-lamanya, (4:10) maka tersungkurlah kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Dia yang duduk di atas takhta itu, dan mereka menyembah Dia yang hidup sampai selama-lamanya. Dan mereka melemparkan mahkotanya di hadapan takhta itu, sambil berkata: (4:11) "Ya TUHAN dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan."

 

Lewat pelayanan dari empat makhluk ini dua puluh empat tua-tua tersungkur di hadapan takhta Allah.

Tersungkur itu berbicara soal doa penyembahan.

Jadi Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel membawa kita kepada 2 (dua) klimaks:

1.       Gunung Sion (Mempelai TUHAN) yakni; Tubuh Kristus yang sempurna.

2.       Doa Penyembahan.

 

Inilah dua klimaks yang diharapkan oleh TUHAN. Maka terang saja Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel adalah mendahsyatkan, Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel adalah kemurahan lebih dari pada hidup karena membawa kita kepada dua klimaks itulah Gunung Sion dan Doa Penyembahan (penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah saja).

 

Lalu apa tanda kita menyembah TUHAN?

Lihat empat makhluk itu melemparkan mahkotanya dihadapan takhta Allah, artinya melepaskan segala kemuliaannya dihadapan takhta Allah. Itu tanda bahwa dia sudah ada dalam penyembahan, penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah. Mengapa? Karena mereka menyadari bahwa oleh karena kehendak Allah semua tercipta, oleh karena kehendak ALLAH semua ada dari yang tidak ada menjadi ada.

 

Doa harapan saya kepada TUHAN kiranya betul-betul Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel yang dahsyat ini membawa kita sampai kepada dua klimaks, menjadi Gunung Sion (Mempelai Wanita TUHAN) dan wujudnya Penyembahan (penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja), cirinya; segala kemuliaan hanya kepada TUHAN. Mengapa? Karena menyadari semua ada karena kehendak TUHAN, dari yang tidak ada menjadi ada, nama TUHAN dipermuliakan.

 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

 

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

 

 

No comments:

Post a Comment