KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, September 5, 2024

IBADAH RAYA MINGGU, 01 SEPTEMBER 2024

 




IBADAH RAYA MINGGU, 01 SEPTEMBER 2024

KITAB WAHYU

Wahyu 17:14

(Seri 2)

 

Subtema: PEKERJAAN YANG SIA-SIA DARI BINATANG DAN SEPULUH TANDUK

 

 

Shalom…

Pertama-tama saya mengucap syukur kepada Tuhan oleh karena kemurahan hati-Nya, kita dihimpunkan oleh dua tangan Tuhan yang kudus di atas gunung Tuhan yang kudus, beribadah melayani lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh juga disertai dengan perjamuan suci sebagai minggu yang pertama. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat ketebusan Tuhan yang turut bergabung dalam penggembalaan GPT Betania Serang, Cilegon, Banten, Indonesia lewat livestreaming, online, atau video internet Youtube, Facebook atau media sosial apapun dimanapun saudara berada, dalam luar negeri, kiranya Tuhan ada di tengah-tengah kita, memberi damai sejahtera dan menikmati bahagia-Nya di dalam menikmati sabda Allah. Puji Tuhan.

 

Mari kita sambut Kitab Wahyu sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu. Namun jangan lupa berdoa dalam Roh,  mohon kemurahan Tuhan supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing.

Saudara, pada minggu yang lalu kita sudah membahas Wahyu 17:14 secara khusus pada bagian A dan sekarang kita akan fokus untuk memperhatikan ayat 14 pada bagian B. Tetapi tidak salah kita kembali membaca pada Wahyu 17:14A.

Wahyu 17: 14A

(17:14A) Mereka akan berperang melawan Anak Domba.

 

Kata "mereka" -> binatang dan sepuluh tanduknya.

Sepuluh tanduk itulah sepuluh orang raja, yang belum menerima kerajaannya, tetapi mereka berkuasa seperti raja-raja bersama dengan binatang itu. Sedangkan binatang yang dimaksud di sini adalah antikris.

Jadi saudara, di sini kita melihat mereka (binatang dan sepuluh tanduknya) akan berperang melawan Anak Domba, sebab mereka seia dan sekata (Wahyu 17:13). Hal ini telah diterangkan pada minggu-minggu yang lalu. Saya bereharap pemberitaan Firman pada minggu-minggu yang lalu tentang Wahyu 17:14A, kiranya memberkati kita semua, memberi kepastian, iman teguh menghadapi segala ujian cobaan yang terjadi di atas muka bumi ini, jangan karena bukit terjal lalu kita menjadi lemah dan putus asa, namun kita terus berjuang walaupun kita berjalan di atas gunung Sion yang begitu terjal, jangan lemah dan putus asa seperti Orpa.

 

Sekarang kita masuk pada ayat 14 bagian B.

Wahyu 17:14B

(17:14B) Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia."

 

Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, yakni; binatang (antikris) maupun sepuluh tanduknya (sepuluh raja).

Itu berarti usaha mereka (sepuluh tanduk dan binatang) adalah usaha yang sia-sia.

Memerangi Anak Domba, tetapi Anak Domba mengalahkan mereka, berarti usaha mereka sia-sia.


Sinonim sia-sia: tidak berarti, tidak berguna, tidak berfaedah.

Pendeknya, sia-sia dapat diartikan: KEGAGALAN TOTAL atau kebodohan dalam melakukan suatu pekerjaan.

 

Sejenak kita akan melihat pekerjaan yang sia-sia. Dan kalau pekerjaan ini terus dilanjutkan maka akan mengarah kepada sekutu dari mereka (sepuluh tanduk dan binatang).

1 Korintus 13:1-3

(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

 

Singkat kata; jikalau tanpa kasih usaha manusia di tengah-tengah ibadah dan pelayanan menjadi sia-sia.

 

Ada 3 (tiga) usaha manusia tanpa kasih, antara lain:

YANG PERTAMA: Dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika tidak mempunyai kasih sama dengan:

-     Gong yang berkumandang.

-     Canang yang gemerincing.

 

Sebab, baik gong maupun canang hanya dapat mengeluarkan satu nada, itu berarti gong dan canang tidak dapat mengikuti irama, baik nada tinggi ataupun nada rendah. Sementara nada tinggi dan nada rendah --> pengalaman Yesus di dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Berarti kalau tidak dapat mengikuti irama naik dan turun sama artinya; tidak dapat mengasihi Tuhan dan sesama. Karena kalau tidak dapat mengasihi Tuhan otomatis dia tidak dapat mengasihi sesama bahkan yang terdekat sekalipun. Itukan merupakan kesia-siaan. Tidak mampu mengasihi Tuhan dan tidak mampu mengasihi sesama, tetapi dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia, bukan hanya bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, tetapi bahasa Mandarin, bahasa Jepang dan bahasa lainnya semua bisa digunakan, ditambah lagi dengan bahasa malaikat seperti apapun itu bentuknya, tetapi jikalau tanpa kasih tidak ada artinya, semua kesia-siaan sama juga dengan tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan.

 

Pendeknya, gong dan canang berbicara tentang EGOSENTRIS (kepentingan diri sendiri) sebab ia hidup tanpa kasih.

Kalau seseorang tetap mempertahankan perbuatan sia-sia semacam ini, tidak tertutup kemungkinan dia akan menjadi bagian dari mereka yaitu bianatang dan sepuluh tanduknya.

 

Ada 3 (tiga) usaha manusia tanpa kasih, antara lain:

YANG KEDUA: Sekalipun seseorang mempunyai;

-     Karunia untuk bernubuat.

-     Mengetahui segala rahasia.

-     Memiliki seluruh pengetahuan.

-     Memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung (mujizat).

Gunung-gunung di sini --> gunung-gunung persoalan dalam hidup, antara lain bisa saja karena penyakit, ekonomi (keuangan) masih lemah, pekerjaan, usaha, bisnis masih lemah dan seterusnya, itu gunung-gunung persoalan, Tetapi sekalipun dia memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, jikalau tidak mempunyai kasih sama sekali tidak berguna.

 

Saya bangga Tuhan memakai saya untuk bernubuat, menyampaikan rahasia Firman bahkan di awal pelayanan saya juga memiliki iman untuk menyembuhkan banyak orang, menyelesaikan gunung persoalan karena penyakit ini itu bahkan terjadi kelepasan atas orang yang kerasukan setan, banyak sekali dahulu, tidak bisa saya hitung, tetapi kalau saya melakukan itu tanpa kasih sama sekali tidak berguna, berarti sia-sia.

 

Jadi walaupun hamba Tuhan (pemimpin sidang jemaat) dipakai untuk menyembuhkan orang sakit, memindahkan gunung-gunung, kalau tanpa kasih tidak ada gunanya berarti sia-sia juga. Tetapi kalau hamba Tuhan (pemimpin sidang jemaat) semacam ini terus bertahan dengan kesia-siaan semacam ini, tidak tertutup kemungkinan, dia akan ber-fellowship (bersekutu) dengan binatang bersama-sama dengan sepuluh tanduknya. Itu sebabnya jangan bertahan dengan kesia-siaan saudara.

 

Ada 3 (tiga) usaha manusia tanpa kasih, antara lain:

YANG KETIGA: sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku = tidak mendatangkan keuntungan bagi dirinya sendiri.

 

Saya kasih contoh, banyak orang Kristen di belahan dunia seperti di Amerika, Brazil, pada saat hari raya Paskah, ada satu orang rela memeragakan sebagaimana Yesus disalibkan lalu pada salib itu, tangannya diikatkan. Kemudian ada juga yang ekstrim di Filipina tangannya di paku hanya saja lambungnya tidak ditombak. Kemudian di tengah perjalanan yang katanya menuju bukit Golgota, tentara Romawi memukuli badannya begitu hebat sampai luka-luka juga, tetapi sekalipun semua itu dilakukan jikalau tanpa kasih maka tidak berfaedah/tidak mendatangkan keuntungan bagi dirinya. Yang ada kerugian, menderita sakit, tidak selamat pula.

Jadi jika tidak ada kasih, semua sia-sia/tidak berfaedah. Tetapi jikalau hal semacam ini tetap saja dipertahankan, tidak tertutup kemungkinan dia menjadi bagian dari mereka, binatang dan sepuluh tanduknya.

 

Oleh sebab itu jangan bertahan dengan kebodohan seperti zaman Nuh, Nuh si pemberita kebenaran justru tidak dipedulikan, akhirnya rugi sendiri saudara. Kalau ruginya seratus tahun tidak apa-apa, tetapi selama-lamanya menderita sengsara di Neraka, pikirkan itu. Jangan pikirkan perasaan manusia, pikirkan perasaan Tuhan supaya engkau selamat. Entah itu engkong mu, bapa tua mu, bapa uda mu, nantulang mu, pikirkan perasaan Tuhan mu, jangan pikirkan perasaan manusia. Jangan bertahan dengan kesia-siaan supaya jangan menjadi bagian dari mereka (sepuluh tanduk dan binatang itu).

 

Pendeknya, tiga hal tersebut merupakan perbuatan sia-sia atau kebodohan dalam melakukan suatu pekerjaan, dapat diartikan gagal total, dengan lain kata kebodohan dalam melakukan suatu pekerjaan.

 

Saudara, kita juga dapat menemukan suatu perbuatan sia-sia, lebih lengkap lagi di dalam…

Mazmur 127:1-2

(127:1) Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (127:2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

 

Ada 3 (tiga) perbuatan sia-sia di dalam Mazmur 127:1-2:

YANG PERTAMA: Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.

Perikop: “Yesus dimuliakan di atas gunung.”

Matius 17:1-2

(17:1) Enam hari kemudian Yesus membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri saja. (17:2) Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajah-Nya bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang.

 

Yesus dipermuliakan di atas gunung, sebab:

-     Wajah-Nya bercahaya seperti matahari.

      Saudara, kalau orang jauh dari persekutuan dengan Tuhan wajahnya suram, kemuliaan Tuhan tidak nampak di wajahnya.

-     Pakaian-Nya putih bersinar seperti terang.

Pakaian --> perbuatan (pelayanan kita). Perbuatan kita bisa bersinar kalau kita ada dalam kemuliaan, ada persekutuan di dalam kemuliaan-Nya.

Saya berharap saudara, setiap kita dimanapun berada, kiranya pakaian kita menjadi putih seperti terang. Jangan sampai ada orang datang ke rumah kita, di tengah-tengah kita, atau dimanapun kita berada, tetapi pakaian kita tidak bersinar terang atas mereka, itu suatu kerugian yang besar.

 

Matius 17:3-4

(17:3) Maka nampak kepada mereka Musa dan Elia sedang berbicara dengan Dia. (17:4) Kata Petrus kepada Yesus: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia."

 

“Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini.” Hati-hati dengan hati yang meluap-luap seperti Petrus. Bukan berarti kalau meluap-luap lalu dia disebut sebagai orang suci, tidak. Kalau konser lagu rohani menangis histeris, tetapi saat duduk dengar Firman tidak menangis, itu Petrus. Bukan begitu yang Tuhan mau. Yang Tuhan mau saat duduk diam dengar Firman, hati hancur saat dikoreksi Firman, itu yang benar. Kalau hanya pada saat konser lagu rohani histeris, seperti kebanyakan perempuan-perempuan, menangis histeris, itu tidak salah. Tetapi saat Tuhan berbicara, mau tidak duduk diam di kaki salib Tuhan untuk dengar Firman, lalu hancur hati sejadi-jadinya? Kalau tidak berarti luapan hati mu sama seperti Petrus.

 

Kemudian Petrus kembali berkata; “Jika Engkau mau, biarlah kudirikan di sini tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia.”

Di sini, Petrus melihat Musa dan Elia sedang berbicara dengan Yesus di atas guunung. Intinya; Petrus bahagia di atas gunung kemuliaan Tuhan sehingga dengan hati yang meluap-luap ia hendak membangun tiga rumah, maksudnya rumah itu dibangun;

-     Satu rumah untuk TUHAN Yesus.

-     Satu rumah untuk Musa.

-     Satu rumah untuk Elia.

 

Coba saudara berpikir secara nalar manusiawi, masuk akal tidak manusia membangun rumah untuk Tuhan Yesus? Itu sesuatu yang tidak mungkin. Hati-hati dengan Kristen yang meluap-luap seperti Petrus, pada saat merasa bahagia hatinya meluap, tetapi pada saat dicobai, dia menjadi kecewa dan tinggalkan Tuhan. Contohnya juga seperti yang saya sampaikan di atas; saat nonton konser lagu rohani, hatinya meluap menangis sejadi-jadinya. Tetapi pertanyaannya: saat duduk diam dengar Firman, mau tidak hancur hati? Mau tidak dikoreksi (disucikan) Firman?

 

Matius 17:5

(17:5) Dan tiba-tiba sedang ia berkata-kata turunlah awan yang terang menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."

 

Sementara Petrus tadi berbicara, tiba-tiba dari dalam awan kemuliaan, terdengar suara yang berkata: “Inilah Anak yang Ku kasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Berarti jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.

 

Sekarang ini banyak orang Kristen tidak peduli dengan Pembangunan Tubuh Kristus, dia hanya peduli dengan membangun bisnisnya, usahanya, hidupnya dengan segala macam cara. Ingat! Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sia semua yang terbangun oleh luapan hati manusia daging. Kalau dibangun oleh luapan manusia daging, sia-sia saudara. Tetapi tidak salah berhasil, tidak salah diberkati. Jangan sampai saudara alergi dengan ajaran ini, baik juga saudara yang mengikuti secara online, jangan saudara alergi. Puji Tuhan.


Pendeknya, Petrus tidak berkenan membangun rumah TUHAN, karena Allah berkenan hanya kepada Yesus Anak Allah.

Selanjutnya dari awan kemuliaan itu terdengar suara berikutnya; “…dengarkanlah Dia.”

Jadi kita semua belajar dengar-dengaran, jangan sibuk tetapi tidak dengar-dengaran, itu tidak baik. seperti berjerih lelah, tetapi tidak dengar-dengaran, tidak baik.

Jadi yang penting dengarkanlah Firman Tuhan, dengar-dengaran di dalam melayani Tuhan dan pekerjaan Tuhan. Sidang jemaat juga harus belajar dengar-dengaran. Jangan merasa diri bisa karena sudah terpelihara dengan gaji satu bulan. Satu kali itu bisa diambil Tuhan kalau Tuhan mau. Tetapi saya tetap berdoa supaya kita semua terpelihara.

 

Matius 17:6

(17:6) Mendengar itu tersungkurlah murid-murid-Nya dan mereka sangat ketakutan.

 

Tanda seseorang mendengarkan perkataan Allah (dengar-dengaran kepada Allah):

Tersungkur atau merendahkan diri di dalam penyembahan di kaki salib disertai dengan takut akan TUHAN berarti; tulus hatinya.

Kalau orang tidak takut akan Tuhan, di depan baik, di belakang tidak, berarti tidak tulus hatinya. Kalau hanya dilihat mata manusia, tetapi di belakang tidak baik, itu tidak tulus hatinya.

 

Yesaya 66:1-2

(66:1) Beginilah firman TUHAN: Langit adalah takhta-Ku dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku; rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, dan tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? (66:2) Bukankah tangan-Ku yang membuat semuanya ini, sehingga semuanya ini terjadi? demikianlah firman TUHAN. Tetapi kepada orang inilah Aku memandang: kepada orang yang tertindas dan patah semangatnya dan yang gentar kepada firman-Ku.

 

Tuhanlah yang membangun rumah TUHAN untuk menjadi tempat perhentian-Nya.

Tuhanlah yang membangun hidup rohani kita sampai menjadi satu kehidupan yang dewasa rohani sehingga sesudah masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tempat perhentian Tuhan.

 

Kisah Para Rasul 7:47-51

(7:49) Langit adalah takhta-Ku, dan bumi adalah tumpuan kaki-Ku. Rumah apakah yang akan kamu dirikan bagi-Ku, demikian firman Tuhan, tempat apakah yang akan menjadi perhentian-Ku? (7:50) Bukankah tangan-Ku sendiri yang membuat semuanya ini?

(7:51) Hai orang-orang yang keras kepala dan yang tidak bersunat hati dan telinga, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.

 

Orang yang membangun rumah dengan sia-sia jelas adalah orang yang keras kepala, tandanya:

-          Orang  yang tidak bersunat hati.

-          Orang  yang tidak bersunat telinga (tidak dengar-dengaran).

Kemudian, orang yang keras kepala selalu menentang Roh Kudus, dikatakan di sini; “Seperti nenek moyang mu.” Berarti keras hati ini dosa warisan. Kenapa manusia pada umumnya keras hati? Itu dosa warisan dari pada nenek moyang, mulai dari Adam jatuh ke dalam dosa akhirnya menjadi keras hati. Itu dosa warisan.

 

Wahyu 21:3

(21:3) Lalu aku mendengar suara yang nyaring dari takhta itu berkata: "Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.

 

Jadi suara yang di atas gunung tadi yang didengar oleh Petrus juga terdengar lagi di akhir zaman; “Lihatlah, kemah Allah ada di tengah-tengah manusia dan Ia akan diam bersama-sama dengan mereka. Mereka akan menjadi umat-Nya dan Ia akan menjadi Allah mereka.”

Jadi saudara ku, lewat Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, Tuhan sedang membawa hidup rohani kita masuk dalam pembngunan Tubuh Kristus yang sempurna, itu rumah Allah (Kemah Allah), menjadi tempat perhentian-Nya untuk selama-lamanya, Dia menjadi Allah, kita menjadi anak-Nya, ini hubungan lewat tetesan darah (hubungan DNA). Jadi kalau kita menjadi anak Allah jelas lewat darah salib dan menjadi rumah Tuhan juga karena darah salib.

Itu sebabnya kalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sia orang yang membangunnya. Biar dia konglomerat di muka bumi ini, kalau dia bukan rumah Tuhan, sia-sia yang membangunnya.

Tetapi kalau ini tetap dipertahankan maka satu kali dia akan menjadi bagian dari binatang dan sepuluh tanduknya. Memerangi anak Domba, tetapi Anak Domba itu akan mengalahkan mereka, berarti usaha mereka sia-sia.

 

Ada 3 (tiga) perbuatan sia-sia di dalam Mazmur 127:1-2:

YANG KEDUA: Jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

 

Sekarang ini sedang marak ajaran-ajaran yang membinasakan dan ajaran itu sedang masuk ke dalam rumah Tuhan dan sudah dikonsumsi oleh sebagian orang-orang Kristen (anak-anak TUHAN).

 

Ajaran itu adalah:

-       Mengajar supaya anak-anak Tuhan menyiapkan lahan pertanian, kemudian mengumpulkan hasil pertanian itu guna menghadapi masa kekeringan yang dahsyat disertai dengan resesi yang akan terjadi, tepatnya pada saat antikris menjadi raja selama tujuh masa, yang memuncak pada pertengahan tujuh masa, berarti pada tiga setengah tahun yang kedua.

        Saya masih ingat sebelum Pandemi, kita mangadakan Fellowship PPT (Pengaran Pembangunan Tabernakel) dihadiri kurang lebih 70 hamba Tuhan lalu sesudah selesai sesi yang ketiga (terakhir), ada seorang hamba Tuhan datang kepada saya dan berkata; “Kita harus belajar bertani, lalu hasil ladang itu kita kumpulkan seperti Yusuf untuk menghadapi kelaparan tiga tahun setengah.” Kemudian saya sejenak berdiam diri, karena kalau saya jawab, akan terlihat kebodohan, baik kebodohan saya maupun kebodohan semua. Jadi saya hanya manggut-manggut saja. Lalu timbul pertanyaan; “Anda sebagai hamba Tuhan datang berfellowship untuk apa? Mau menyampaikan ajaran itu atau mau mengikuti fellowship?” Tetapi pada saat itu saya cukup berdiam diri saja.

 

-          Orang-orang ilmuwan sedang mempersiapkan diri untuk menghadapi hari kiamat (hari Tuhan), dengan membuat suatu kota di planet lain.

Ingat tadi kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

Maka malam ini, tentu saja kita mengucap syukur kepada Tuhan dengan hati yang tulus sebab lewat Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, kita memperoleh suatu pengertian, itulah yang menjadi hikmat, menyatu dengan akal kita supaya kita menjadi satu kehidupan yang bijaksana, tahu memutuskan perkara, tahu membedakan yang baik dan tidak baik. Saudara malam ini Tuhan sudah memberikan pengertian kepada kita? kalau bukan Tuhan yang mengawal kota, sia-sia pengawal berjaga-jaga.

 

Jangan kita ikuti dua ajaran di atas saudara. Dan kalaupun ada orang mengajar untuk mengumpulkan hasil ladang, jangan ikuti. Kalau saudara mengukuti, berarti sia-sialah Yesus mati di atas kayu salib, sia-sia kita mengikuti jejak-Nya.

 

Perikop: “Berjaga-jaga.”

1 Tesalonika 5:1-2

(5:1) Tetapi tentang zaman dan masa, saudara-saudara, tidak perlu dituliskan kepadamu, (5:2) karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam.

 

Hari Tuhan atau kedatangan Tuhan kembali ke dunia ini seperti pencuri di waktu malam. Itu berarti tidak ada orang yang tahu, Anakpun tidak tahu kecuali Bapa (Matius 24:36).

 

Pertanyaannya: Mengapa hari Tuhan tidak ditulis dalam Alkitab? Jawabnya ada di dalam…

1 Tesalonika 5:6

(5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar.

 

Pendeknya, hari Tuhan tidak perlu ditulis di dalam Alkitab, yang terpenting kita harus berjaga-jaga.

Kalau hari Tuhan ditulis di dalam Alkitab baik hari tanggal, bulan, tahun, lalu semua bertobat, itu bukan karena pekerjaan salib, itu karena nafsu manusia. Tidak ada orang yang mau miskin, tidak ada orang yang mau binasa, masuk neraka. Tetapi kalau manusia selamat karena hawa nafsu ya tidak boleh. Manusia diselamatkan bukan karena hasil usaha, tetapi oleh darah salib, itu sebabnya kedatangan Tuhan tidak perlu ditulis, yang terpenting adalah berjaga-jaga, pandang terus salib-Nya, jangan tinggalkan jam-jam ibadah. Lihat megatrust, satu kali terjadi untuk menghanyutkan dan memporak-porandakan. Saya tidak mengancam, saya sedang memperingatkan. Itulah pekerjaan gunung Sion, si pemberita kebenaran. Itulah fungsi Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel (Yesaya 40:9 dan 2 Petrus 2:5).

Untuk pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, jangan diragukan lagi, jangan cari lagi ibadah-ibadah yang lain untuk memuaskan hawa nafsu daging, kita sudah ada di tempat yang tepat saudara.

Jadi, hari Tuhan tidak perlu ditulis di dalam Alkitab, yang terpenting kita harus berjaga-jaga.

 

Matius 26:38

(26:38) lalu kata-Nya kepada mereka: "Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku."

 

Betapa besar perhatian Tuhan untuk kita semua, besar kasih-Nya kepada manusia berdosa, sebab di sini Tuhan berkata; “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya.”

 

Ada diantara kita, sedih kalau orang tidak beribadah? Mau mati rasanya kalau anak kita tidak sungguh-sungguh beribadah? Saya juga begitu. Kalau tidak sungguh-sungguh ibadah seperti hancur, mau mati rasanya walaupun masih hidup. Harusnya kalau suami tidak sungguh-sungguh, seperti mau mati rasanya, melihat istri tidak sungguh-sungguh menangislah sampai hancur hati ini. Anak-anak melihat orang tua tidak tergembala, menangislah sedih, dan seperti mau mati rasanya. Itu yang dilakukan Yesus di taman Getsemani. Jadi bukan mau mati bunuh diri, tetapi mau mati untuk saya dan saudara.

 

Singkat kata; Yesus berkata kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes;

A.      TINGGALLAH DI SINI.”

Tinggal di taman Getsemani adalah perintah untuk menggenapi nubuatan ketika Adam dan Hawa ditempatkan di dalam Taman Eden.

 

Kejadian 2:15

(2:15) TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.

 

Adam dan Hawa di tempatkan di taman Eden, tujuannya:

-     Untuk mengusahakan taman Eden.

-     Untuk memelihara taman Eden.

 

Saudara, sekarang ini kita ada di dalam kota Allah, yaitu di tengah-tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan dalam penggembalaan GPT Betania ini, tujuannya; untuk mengusahakan ketekunan tiga macam ibadah pokok kemudian untuk memeliharakan kelangsungan dari ketekunan tiga macam ibadah pokok. Itu nubuatan dari taman Eden, digenapi di taman Getsemani.

 

Manusia dibentuk dari debu tanah lalu Tuhan hembuskan nafas hidup maka kita hidup sekarang, tetapi kita tidak mengusahakan dan tidak memeliharakan ibadah, jangan main-main. Itu yang membuat hati Tuhan sedih waktu di taman Getsemani, untuk menggenapi orang yang bermain-main dari taman Eden sampai hari ini, hati Tuhan sedih. Tetapi engkau tidak peduli dengan hati Tuhan. Engkau hanya peduli dengan kegiatan mu, engkau hanya peduli dengan perasaan mu. Entah perasaan apa yang ada di dalam hati manusia, kenapa bebal.

 

Apabila tidak mau mengusahakan dan memeliharakan ketekunan tiga macam ibadah pokok, itu yang membuat hati Tuhan sedih, mau mati rasanya. Tetapi manusia terlalu angkuh (sombong), seolah-olah dia hidup karena dirinya sendiri. Ingat waktu Yesus menggenapi nubuatan Taman Eden, sedih rasanya, mau mati rasanya. Ingat itu saudara, jangan keras kepala, jangan sombong.

 

Sekarang kita sudah melihat betapa hebatnya pergumulan Tuhan supaya kita menggenapi peristiwa di taman Eden yaitu mengusahakan kelangsungan ibadah dan memeliharakan ketekunan tiga macam ibadah pokok dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini, itu kereta api (sarana) untuk membawa kita ke sorga. Jadi harus diusahakan dan dipeliharakan. Puji Tuhan.

 

 

B.       “Berjaga-jagalah dengan Aku.”

Tuhan tidak lupa untuk mengingatkan ketiga murid-muridnya supaya mereka berjaga-jaga, itu artinya; kita tidak hanya tinggal di Taman Getsemani, tetapi lewat ketekunan tiga macam ibadah pokok yang kita usahakan dan kita pelihara sekarang ini, akan lanjut memimpin kita sampai berjaga-jaga (Doa Penyembahan) sebagai puncak ibadah.

Jadi perhatian Tuhan tidak hanya sebatas ditempatkan di taman Eden lalu mengusahakan dan memeliharakan Taman Eden, tetapi perhatian Tuhan lanjut sampai membawa kita berjaga-jaga. Lebih tepatnya orang kristen tidak datang hanya sekedar beribadah (setor muka), tetapi beribadahlah kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh hingga lewat ibadah itu membawa kita sampai kepada berjaga-jaga.

 

Matius 26:39-41

(26:39) Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (26:40) Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? (26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah."

 

Berjaga-jaga artinya; hidup di dalam doa penyembahan. Ukuran penyembahan (lamanya penyembahan): 1 (satu) jam.

Jadi memang untuk menghadapi sepuluh tanduk yang akan memerintah selama satu jam, kita harus menyembah juga selama satu jam. Jadi ukuran (lamanya) menyembah harus satu jam (secara rohani dan jasmani).


Pertanyaannya: Mengapa harus berjaga-jaga (hidup dalam doa penyembahan)?

Jawabnya: supaya kita jangan jatuh dalam pencobaan.

 

1 Korintus 10:12

(10:12) Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!

 

Jangan ada diantara kita menganggap dirinya kuat/teguh berdiri supaya ia jangan jatuh ke dalam pencobaan. Yang menganggap dirinya kuat satu kali akan jatuh dalam pencobaan.

Jadi jangan menganggap bahwa ia telah teguh berdiri, sebab pemazmur berkata; jikalau bukan Tuhan yang mengawal kota -- ibadah pelayanan yang memuncak sampai doa penyembahan -- sia-sialah pengawal berjaga-jaga. Oleh sebab itu perhatian Tuhan begitu luar bisa kepada Yakobus, Petrus, dan Yohanes.

 

1 Korintus 10:13

(10:13) Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

 

Perlu untuk diketahui selama kita mendiami kemah (tubuh) ini:

-          Kita banyak menanggung derita dan sengsara oleh banyak kesulitan.

-          Setiap orang akan menghadapi pencobaan demi pencobaan.

 

Bahkan pencobaan yang satu belum selesai dihadapi, muncul lagi pencobaan yang baru, itu yang membuat seseorang menderita hebat selama tinggal di muka bumi ini, karena tidak ada satupun manusia di bumi ini hidup tanpa menghadapi pencobaan, semua pasti menghadapi pencobaan. Sedangkan puncak dari pencobaan ialah pada saat antikris menjadi raja atas dunia ini.

Ayat referensinya ada di dalam Matius 20:25; ketika antiktis menjadi raja mereka memerintah dengan tangan besi dan menjalankan kekuasaannya dengan keras atas mereka.

Kemudian Lukas 22:25; di situ antikris memerintah bahkan menyatakan dirinya sebagai Allah yang harus disembah, kalau tidak, orang akan teraniaya.

Kemudian pada Matius 24:21; Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. Itu puncak pencobaan.

 

Jadi jangan pernah ada orang menganggap dirinya kuat supaya ia jangan jatuh pada puncak pencobaan. Oleh sebab itu Tuhan berjuang keras; sedih hatinya, mau mati rasanya. Supaya kita mengusahakan dan memelihara ketekunan tiga macam ibadah pokok, selanjutnya kita dibawa Tuhan sampai kepada puncak ibadah yaitu doa penyembahan. Puncak ibadah adalah doa penyembahan, sedangkan penyembahan adalah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah.

 

Saudara, akhir dari pelayanan Yesus di bumi ini adalah doa penyembahan. “Yesus berseru pula dengan suara nyaring; Eli, Eli, lama sabakhtani?” Itu doa penyembahan, persamaannya ada di dalam Matius 27:50; sesudah Yesus mengadakan doa penyahutan, selanjutnya Yesus menyerahkan nyawa.

 

Jadi penyembahan adalah penyerahan diri sepernuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah. Kita boleh kerjakan apapun di bumi ini, tetapi yang tulus-tulus, bukan yang najis. Artinya; bekerja boleh, berbisnis boleh, tetapi jangan sampai tinggalkan ibadah pelayanan hanya untuk pekerjaan mu, kita tidak boleh hanya taat kepada kehendak di bumi ini, kita taat hanya kepada kehendak Allah saja. Itu sebabnya Tuhan mau membawa kita sampai kepada puncak ibadah yaitu; doa penyembahan; dengan lain kata penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja.

 

Saudara, doa penyembahan sama dengan berjaga-jaga, sekalipun pencobaan terjadi, itu biasa saja, tidak melebihi kekuatan bahkan sampai kepada puncak pencobaan terjadi, tepatnya pada saat antikris menjadi raja di situ aniaya besar terjadi, tetap pencobaan biasa saja, tidak akan melebihi kekuatan kita, dicobai tidak akan tergeletak karena Tuhan itu setia. Tadikan sudah ditunjukkan kesetiaan Tuhan, hatinya merasa sedih dan mau mati rasanya. Sehingga dengan pergumulan di Taman Getsemani kita tertolong menghadapi pencobaan sekarang, biasa saja, tidak melebihi kekuatan manusia. Sampai puncak pencobaan yang belum pernah terjadi dan tidak akan pernah terjadi lagi, biasa saja. Pada ayat 13 tadi dikatakan; Dia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatan mu, pada waktu kamu berada pada puncak pencobaan Tuhan memberikan sayap burung nasar yang besar supaya ada jalan keluarnya.

 

Berjaga-jagalah bersama dengan Tuhan berarti ibadah harus memuncak sampai pada doa penyembahan. Puncak ibadah bukan Ibadah Raya Minggu, walaupun pada umumnya orang Kristen hanya mengenal Ibadah Raya Minggu. Itu sebabnya saya himbau, yang belum tekun tiga macam ibadah pokok tekunlah tiga macam ibadah pokok.

 

Pendeknya, penyembahan selama 1 jam = berjaga-jaga dengan TUHAN. Kalau kita sudah berada pada puncak ibadah itulah doa penyembahan = berjaga-jaga dengan Tuhan. Berarti sekalipun terjadi pencobaan hingga puncak pencobaan itulah aniaya antikris, kita tidak perlu kuatir bahkan saat Tuhan datang seperti pencuri di waktu malam, tidak jadi soal.

Jadi saudara, itu harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

 

1 Korintus 10:14-15

(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!

 

Syarat berjaga-jaga/penyembahan bersama dengan TUHAN selama satu jam:

1.       Jauhilah penyembahan berhala.

Itu berarti; jangan kita meninggalkan jam-jam ibadah hanya karena satu kegiatan/kesibukan di dunia, itu berhala. Kalau kita tinggalkan ibadah hanya karena satu kesibukan (kegiatan) itu berhala. Tetapi perlu untuk diketahui; kekerasan di hati disebut juga penyembahan berhala.

2.       Mempertimbangkan (memperhatikan) nasihat Firman Allah yang disampaikan oleh orang yang bijaksana.

Orang yang bijasana --> pemimpin jemaat disebut juga sebagai guru-guru kebenaran.

Jadi orang bijaksana itu seperti bintang-bintang di langit menuntun banyak orang kepada kebenaran.

 

Matius 26:41,43

(26:41) Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah." (26:43) Dan ketika Ia kembali pula, Ia mendapati mereka sedang tidur, sebab mata mereka sudah berat.

 

Ketika TUHAN kembali kepada Yakobus, Petrus dan Yohanes, ternyata TUHAN mendapati mereka sedang tidur.

Tidur menunjukan bahwa Yakobus, Petrus, dan Yohanes masih ditandai dengan kelemahan.


Mari kita lihat kelemahan di sini…

1 Tesalonika 5:3

(5:3) Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman -- maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin -- mereka pasti tidak akan luput.

 

Orang yang hidupnya tidak sampai kepada doa penyembahan (berjaga-jaga), tidak luput dari kebinasaan.

Jadi jangan pernah merasa aman dan damai hanya karena terpelihara oleh berkat (gaji) satu bulan. Hati-hati tidak luput dari kebinasaan. Saya tidak mengancam, tetapi saya sedang memberitahukan kebenaran.

Jadi harus sampai pada penyembahan, tidak cukup hanya satu kali ibadah, tetapi usahakan dan peliharakan ketekunan tiga macam ibadah pokok, nanti dari ketekunan itu memuncak sampai doa penyembahan, berjaga-jaga namanya.

 

1 Tesalonika 5:4-6

(5:4) Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, (5:5) karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. (5:6) Sebab itu baiklah jangan kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadar. (5:7) Sebab mereka yang tidur, tidur waktu malam dan mereka yang mabuk, mabuk waktu malam.

 

Jadi ketika Yakobus, Petrus, dan Yohanes tidur menunjukkan bahwa mereka masih ditandai dengan kelemahan. Kelemahannya sama seperti kelemahan orang-orang malam, orang-orang kegelapan, tidur dan mabuk pada waktu malam. Harusnya kita mabuk anggur Roh Kudus di tengah ibadah pelayanan ini, jangan mabuk anggur hawa nafsu daging supaya jangan ada aktivitas di kegelapan malam, tidur dan mabuk hawa nafsu daging.

 

Jadi inilah orang-orang yang mengabaikan ketekunan tiga macam ibadah pokok, hidup dalam kegelapan malam. Tetapi saya berharap kepada Tuhan Yesus Kristus, kiranya oleh doa dan pelayanan Imam Besar, kita tertolong semua sama seperti Simon Petrus juga tertolong.

 

Ada 3 (tiga) perbuatan sia-sia di dalam Mazmur 127:1-2:

YANG KETIGA: Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah.-- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

 

Makan roti yang diperoleh dengan susah payah adalah sia-sia. Bangun pagi, berangkat kerja pulang malam untuk memperoleh sesuap nasi itu adalah kesia-siaan. Mengapa? Sebab manusia hidup bukan dari roti atau makanan saja, tetapi manusia hidup dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah, itulah Firman Allah yang disampaikan malam ini (Matius 4:3).

 

Jadi saudara, jangan bekerja sampai overtime larut malam untuk sesuap nasi (kesia-siaan). Karena manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah, dari situ kita hidup.

Jadi kalau kita hidup dari sesuap nasi lalu untuk sesuap nasi ini saudara bangun pagi-pagi buta, lalu pulang ke rumah sampai jauh malam, kemudian tidur lagi, begitu setiap hari, roda kehidupan semacam ini sia-sia, karena sebenarnya manusia hidup dari Firman Allah, bukan dari roti yang engkau cari pagi, siang, malam, bukan begitu cara hidup, itu hidup yang sia-sia.

 

Malam ini TUHAN sudah memberikan roti (Firman Allah) kepada saya dan saudara, karena roti itu diberikan kepada orang yang dicintai-Nya. Tuhan hanya memberikan roti kepada yang dicintai-Nya saja.

Saudara jauh dari cinta kasih Tuhan, jauh dari ibadah pelayanan hanya untuk sesuap nasi, kehidupan semacam ini sia-sia. Jangan bangga, lantas karena usaha mu dari pagi sampai malam engkau kaya, jangan bangga, tidak ada artinya begitu. Itu bukan kehidupan yang sejati (sebenarnya). Kehidupan yang sebenarnya hidup dari Firman dan Firman itu diberikan hanya kepada orang yang dicintai. Saya berani membuktikan itu.

 

Perlu untuk diketahui: Yesus adalah Roti Hidup, roti yang turun dari sorga dari Allah. Jadi barangsiapa makan Roti hidup ia akan hidup, itu yang benar.

 

Yohanes 6:35,48-49,50-51,

(6:35) Kata Yesus kepada mereka: "Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. (6:48) Akulah roti hidup. (6:49) Nenek moyangmu telah makan manna di padang gurun dan mereka telah mati. (6:50) Inilah roti yang turun dari sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. (6:51) Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah daging-Ku, yang akan Kuberikan untuk hidup dunia."

 

Yesus adalah Roti hidup, roti yang turun dari sorga dari Allah, Dia telah memecah-mecahkan segenap hidupnya di atas kayu salib untuk kita nikmati dan malam ini kita sudah nikmati supaya kita hidup.

Jadi kita hidup dari roti Firman ALLAH bukan hidup dari hasil perjuangan (keringat) manusia. Puji Tuhan.

 

Pertanyaannya: Kepada siapa roti hidup diberikan? Jawabnya: kepada orang yang dicintai-Nya.

Kita buktikan di dalam ..

Yohanes 2:17

(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

 

Yesus adalah roti hidup, turun dari sorga dari Allah, Dia sudah memecah-mecahkan hidup-Nya di atas kayu salib.

Kepada siapa Roti Hidup diberikan? Kepada yang dicintai-Nya. Sebab di sini dikatakan; cinta untuk rumah-Mu, cinta untuk gereja Tuhan, cinta untuk anak-anak Tuhan menghanguskan Aku lewat derita sengsara di atas kayu salib.

Jadi roti hidup jelas diberikan hanya kepada orang yang dicintai-Nya. Tetapi bagaimana saudara dicintai sementara saudara saja jauh dari cinta-Nya Tuhan? Jauh dari ketekunan tiga macam ibadah pokok.


Sekarang timbul lagi pertanyaan: Apa tanda orang yang dicintai?

Jawabnya kita lihat di dalam…

Kejadian 2:21

(2:21) Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.

 

Tidur nyenyak -> pengalaman kematian. Lewat pengalaman kematian, barulah Adam bisa dioperasi untuk mengambil satu tulang rusuk. Jangan dioperasi kalau belum masuk dalam pengalaman kematian.

Lihat orang kalau mau dioperasi, terlebih dahulu di bius (tidur nyenyak). Sesudah tidur nyenyak barulah sang dokter (pembedah) bisa mengambil penyakitnya.

Jadi tidur di sini à pengalaman kematian. Pada saat kita sudah masuk dalam pengalaman kematian, mulut tidak terbuka/tidak bersungut-sungut, tidak ngomel ketika hidup kita dibedah oleh Pedang Roh, yaitu; Firman Allah.

Bukankah malam ini kita dioperasi oleh pedang tajam (Firman Allah). Kalau ada persungutan berarti belum masuk dalam pengalaman kematian (belum tidur nyenyak).

 

Sama seperti Firman Allah yang berkata; “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu.” (Matius 7:6)

Jangan berikan mutiara mu kepada manusia anjing, tidak ada artinya itu. Tetapi Firman Allah diberikan kepada orang yang dicintai. Tanda orang dicintai; masuk dalam pengalaman kematian. Begitu tidur nyenyak dibedah oleh pedang tajam (Firman Allah); dia diam saja, dia rela diperbaiki, dikoreksi, dia diam saja. Saat hati ini diam dengan rela kita dikoreksi, di situ tanpa rasa air mata bercucuran hanya karena cinta-Nya Tuhan. Tetapi kalau kita ngomel tidak ada air mata, hancur hatipun tidak.

 

Jadi saudara, di dalam 1 Korintus 13:1-3; di situ ada perbuatan sia-sia, kalau itu dipertahankan, maka satu kali menjadi bagian dari binatang dan sepuluh tanduknya. Kemudian di dalam Mazmur 127:1-2; ada juga tiga perbuatan sia-sia dan kalau itu juga dipertahankan, tidak tertutup kemungkinan dia akan ber-fellowship (bersekutu) dengan binatang dan sepuluh tanduknya. Tetapi malam ini kita telah diajar oleh TUHAN, kita memperhatikan nasihat Firman yang keluar dari mulut orang bijaksana. Amin.

 

 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

 

 

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment