KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, September 11, 2024

IBADAH RAYA MINGGU, 08 SEPTEMBER 2024

 



IBADAH RAYA MINGGU, 08 SEPTEMBER 2024

KITAB WAHYU

WAHYU 17:14

(Seri:3)

 

Subtema: MENGUCAP SYUKUR DAN BERIBADAH DENGAN CARA YANG BERKENAN

 

Shalom…

Salam sejahtera di dalam kasih-Nya TUHAN kita Yesus Kristus, yang telah menyatakan rahmat-Nya sehingga menghimpunkan kita dengan dua tangan TUHAN yang kuat di atas gunung TUHAN yang kudus, beribadah melayani kepada TUHAN lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian dari zangkoor. Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, Bapak/Ibu yang terkasih, saudara/saudari, dimanapun saudara berada, dalam penggembalaan GPT Betania, Serang Cilegon, Bnaten, Indonesia lewat online (live streaming) atau lewat video internet Youtube, Facebook  atau media sosial apapun, dimanapun saudara berada. Doa saya kiranya rahmat TUHAN dan damai sejahtera-Nya memerintah di tengah-tengah kita, di antara kita supaya kita boleh merasakan bahagia-Nya di dalam menikmati sabda Allah. Puji TUHAN.

 

Selanjutnya, mari kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman pengembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dan saya minta kita tetap berdoa, berdoalah dalam Roh mohonlah kemurahan TUHAN supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita, pribadi lepas pribadi sehingga ibadah ini tidak sia-sia.

 

Firman penggembalaan dari Kitab Wahyu 17:14A.

Wahyu 17: 14A

(17:14A) Mereka akan berperang melawan Anak Domba.

 

Kata "mereka" --> binatang dan sepuluh tanduknya.

-       Binatang --> antikris yang merupakan mata kepala dari si ular tua naga merah padam.

-       Sepuluh tanduk --> kesepuluh raja yang belum menerima kerajaannya, tetapi mereka berkuasa bersama-sama dengan binatang itu.

 

Saudara, saya hanya memberi suatu gambaran; kita mempunyai seorang pemimpin yang baik, namun tidak lama lagi masa jabatannya akan berakhir pada periode yang kedua di bulan November ini. Kita cukup merasakan kepemimpinannya, dan berkat-berkat TUHAN dicurahkan sampai pada akhirnya, beliau diangkat menjadi pemimpin (presindensi) perserikatan G-20. Tetapi jangan salah, kalau ada G-20; itulah Forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni eropa, maka tentu akan ada gerakan sepuluh raja-raja atau pemerintah-pemerintah di atas muka bumi ini. Camkanlah apa yang saya sampaikan di malam ini.

 

Kemudian, berkat dari Bapak Joko Widodo juga, ada Ibu Kota Nusantara (IKN). Kenapa saya sampaikan ini, karena sesunguhnya negara Indonesia/bangsa Indonesia dari Timur sampai ke Barat adalah ibarat. Saya tidak perlu terangkan bahwa Indonesia ini adalah ibarat karena akan menyita waktu.

Jadi kalau Indonesia (IKN) adalah ibarat, jadi saudara berpikir panjanglah ke sana. Dan Alkitab sudah berkata bahwa satu kali nanti akan muncul antikris dan membuat satu pemerintahan tunggal atas seantero dunia ini.

Ini penggambaran-penggambaran supaya kita bijaksana di dalam menjalankan roda hidup rohani kita di hari-hari terakhir ini/petang hari ini, jam lima sampai jam enam, itu satu jam yakni hari terakhir, di situ nanti sepuluh tanduk itulah sepuluh raja akan memerintah.

 

Pendeknya, binatang itulah antikris bersekutu dengan sepuluh tanduknya itulah kesepuluh raja/perserikatan sepuluh raja di atas muka bumi ini bersama-sama memerangi Anak Domba. Sebab di ayat 13 di situ dikatakan; “Mereka seia dan sekata.”

 

Bagian A ini sudah diterangkan pada minggu yang lalu, sekarang kita akan melihat bagian B.

Wahyu 17:14B

(17:14B) Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka,

 

Anak Domba yang disembelih akan mengalahkan "mereka" (binatang dan sepuluh tanduk).

Maka tidak salah kalau kita menjalankan ibadah pelayanan ini disertai dengan penyembelihan (berdarah-darah).

Jangan cari ibadah yang bebas dari darah Anak Domba, carilah ibadah yang ditandai dengan darah Anak Domba yang akan mengalahkan binatang dan sepuluh tanduk.  Bukan mujizat, bukan segala sesuatu yang kita miliki di dalam diri ini, tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka dengan darah-Nya itu sendiri.


Berarti, kalau Anak Domba mengalahkan  binatang dan sepuluh tanduknya maka usaha mereka (binatang dan sepuluh tanduknya) adalah usaha yang sia-sia. Sinonim sia-sia adalah tidak berarti, tidak berguna, dan tidak berfaedah.

Pendeknya, sia-sia dapat diartikan: KEGAGALAN TOTAL atau kebodohan dalam melakukan suatu pekerjaan.

 

Contoh kesia-siaan yang pertama ada pada…

1 Korintus 13:1-3

(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. (13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. (13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

 

Intinya; tanpa kasih, usaha manusia di tengah-tengah ibadah dan pelayanan menjadi sia-sia.

Ada 3 (tiga) usaha manusia tanpa kasih, yang akhirnya sia-sia, antara lain:

YANG PERTAMA: Dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika tidak mempunyai kasih semua adalah kesia-siaan sama seperti:

-       Gong yang berkumandang.

-       Canang yang gemerincing.

Dia hanya mengeluarkan satu nada, berarti tidak bisa mengikuti nada dengan irama tinggi dan nada dengan irama rendah. Pendeknya tidak bisa mengikuti irama TUHAN di tengah ibadah pelayanan, itulah pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya, itu irama dari sorga.

 

YANG KEDUA:

-          Memiliki karunia bernubuat,

-          Karunia mengetahui segala rahasia,

-          Memiliki seluruh pengetahuan lahir batin, kemudian

-          Memiliki iman sempurna untuk memindahkan gunung persoalan;

dapat melakukan mujizat kesembuhan, itu juga bagian dari gunung yang dipindahkan.

Tetapi jika tidak mempunyai kasih, juga tidak berguna = sia-sia.

 

YANG KETIGA: Sekalipun membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padanya, bahkan menyerahkan tubuh untuk dibakar, tetapi jika tidak mempunyai kasih, sedikitpun tidak ada faedahnya (tidak mendatangkan keuntungan bagi dirinya sendiri), yang ada penyakit dan penderitaan.

Itu contoh kesia-siaan yang pertama.

 

CONTOH KESIA-SIAAN YANG KEDUA ada pada…

Mazmur 127:1-2

(127:1) Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga. (127:2) Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah -- sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

 

Di sini juga ada 3 (tiga) perbuatan sia-sia, antara lain:

YANG PERTAMA: “Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya.”

YANG KEDUA: “Jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.”

YANG KETIGA: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah--sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”

 

“Sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.”

Tanda orang yang dicintai; masuk dalam pengalaman tidur itulah pengalaman kematian. Daging tidak bersuara lagi, tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak menggerutu, tidak mempersalahkan salib, tidak mempersalahkan ibadah, tidak mempersalahkan pelayanan, tidak mempersalahkan segala sesuatu yang dipersembahkan di tengah ibadah dan pelayanan, di atas mezbah TUHAN.

 

Jadi saya memang melihat betul, anak-anak TUHAN, sidang jemaat dalam penggembalaan ini betul-betul dipelihara TUHAN. Perkataan saya ini bukan isapan jempol, tetapi itu fakta. Ada yang gaji satu juta lima ratus, gaji dua juta, dua juta setengah, tiga juta, empat juta, besar kecil, pemeliharaan Tuhan sama berlaku atas seluruh sidang jemaat, keluarga GPT Betania, Serang, Cilegon, Banten, Indonesia. Bahkan ada juga yang menganggur sampai hari ini diperlihara oleh TUHAN secara ajaib.

 

Jadi binatang dan sepuluh tanduknya memerangi Anak Domba, tetapi ayat 14B; “Anak Domba akan mengalahkan mereka.” Selanjutnya timbullah pertanyaan; Mengapa Anak Domba  mengalahkan mereka?

 

Jawaban dari pertanyaan ini ada pada Wahyu 17:14C.

Wahyu 17:14C

(17:14C) karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja.

 

Jawabannya: Karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja.

-          Kalau TUHAN Yesus adalah Tuan maka kita adalah hamba dari TUHAN Yesus yang merupakan tuan dari semua hamba-hamba TUHAN.

-          Kalau Yesus adalah raja di atas segala raja maka kita adalah imamat rajani, imam-imam yang diurapi oleh TUHAN Yesus Kristus.

 

Terpujilah TUHAN kita karena kenyataannya, Dia adalah Tuan di atas segala tuan supaya kita menjadi hamba dari TUHAN Yesus Kristus, yang adalah tuan dari semua hamba-hamba TUHAN, Dia raja di atas segala raja, kekuasaan-Nya besar sehingga kita juga menjadi raja-raja yang diurapi di bumi ini. Kalau TUHAN bukan Raja di atas segala raja, TUHAN tidak akan urapi imam-imam/raja-raja/pelayan-pelayan TUHAN yang melayani di tengah ibadah pelayanan yang TUHAN percayakan. Itu sebabnya terpujilah TUHAN.

 

Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala itu berbicara tentang kekalan. Sebab tuan-tuan di bumi ini, dan raja-raja di bumi ini sifatnya sementara, kekuasaan mereka sifatnya sementara, tidak selamanya/tidak kekal. Tetapi Yesus adalah Tuan di atas segala tuan dan raja di atas raja, kekuasaannya tidak akan berkesudahan.

 

Lukas 1:32-33

(1:32) Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan TUHAN Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, (1:33) dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."

 

Yesus akan menjadi Raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya = kekal.

Kemudian, kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan = kekal.

Hal itu disampaikan oleh malaikat Gabriel kepada perawan Maria yang pada waktu itu sedang bertunangan dengan Yosep.

 

Selanjutnya, “Ia akan menjadi raja.” Kata “akan” di sini berarti hendak terjadi sesuai dengan waktu yang ditentukan oleh TUHAN sendiri. Pertanyaannya: Kapan waktunya?

 

Untuk mendapatan jawaban ini, kita belajar dari apa yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.

1 Korintus 15:24

(15:24) Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan.

 

Kesudahan segala sesuatu di bumi ini akan tiba bilamana Yesus menyerahkan kerajaan kepada Allah Bapa.

Tetapi hal itu akan terjadi sesudah Yesus membinasakan:

-     Segala pemerintahan di bumi.

-     Segala kekuasaan di bumi.

-     Segala kekuatan di bumi.

Pendeknya, baik pemerintahan, maupun kekuasaan serta kekuatan yang ada di bumi ini satu kali akan berakhir.

 

1 Korintus 15:25-26

(15:25) Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. (15:26) Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut.


Pada saat kapan Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai selama-lamanya? Pada saat Yesus menderita sengsara dan mati di atas kayu salib, di situlah Dia mengalahkan semua musuh. Yesus telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya, dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib. Jadi benar saja, Allah telah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya, dan musuh yang terakhir dibinasakan adalah maut.

 

Pendeknya, Ia telah mengalahkan segala pemerintahan di bumi, segala kekuasaan di bumi, dan segala kekuatan di bumi -- dua ribu tahun yang lalu dan Dia telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya. Bahkan musuh yang terakhir dibinasakan ialah maut, apa buktinya? Yesus telah bangkit pada hari yang ketiga, maut telah dikalahkan, maka kita hidup sebab Dia hidup.

 

Sama seperti pujian dalam Nyanyian Rohani “S’bab Dia Hidup.”

Bait:

Anak Allah Yesus nama-Nya

Menyembuhkan, menyucikan

Bahkan mati tebus dosaku

Kubur kosong membuktikan Dia hidup


Koor:
S'bab Dia hidup, ada hari esok

S'bab Dia hidup, ku tak gentar

Kar'na ku tahu Dia pegang hari esok

Hidup jadi berarti s'bab Dia hidup

 

Dia hidup, kita hidup, maut telah dikalahkan. Buktinya Dia bangkit pada hari yang ketiga.

1 Korintus 15:54-56

(15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman TUHAN yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan. (15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.

 

Yesus telah menderita sengsara bahkan mati di kayu salib, tetapi hari ketiga Ia bangkit.

Pendeknya, maut telah ditelan dalam kemenangan, sehingga oleh kebangkitan Yesus, kita berkata: “Hai maut di manakah kemenanganmu, Hai maut, dimanakah sengatmu?”

 

Jadi jelas, Yesus akan mengalahkan segala pemerintahan di bumi, segala kekuasaan di bumi, dan segala kekuatan di bumi karena Dia harus memerintah sebagai Raja sampai selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak berkesudahan.

Perlu unutk diketahui:

-     Sengat maut adalah dosa.

-     Kuasa dosa adalah hukum Taurat.

 

Adapun kelemahan dari hukum Taurat:

1.       Menunjuk-nunjuk dosa.

2.       Tidak mengampuni dosa. Dengan lain kata; masalah tidak terselesaikan.

 

Jadi saudara, segala pemerintahan, segala kekuasaan, dan segala kekuatan di bumi tidak bertahan untuk selama-lamanya. Kita tidak lagi datang menjalankan ibadah secara taurat, ibadah bukan rutinitas, bukan ibadah lahiriah semata. Bukan lagi setor muka karena tidak enak, malu dengan tetangga pada jam-jam ibadah tidak beribadah, akhirnya terpaksa menjalankan ibadah, tetapi karena malu, karena situasi, kondisi, dan keadaan. Itu adalah ibadah lahiriah.

 

Jadi orang yang berdosa, yang masih tetap mempertahankan dosanya, tidak mau berubah dari dosa, pasti ibadahnya taurat, lahiriah, tidak bisa dipungkiri. Tetapi puji TUHAN, Dia akan memerintah untuk selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan. Dia telah meremukkan kepala ular dengan tumitnya dua ribu tahun yang lalu. Bahkan musuh yang terakhir telah ia kalahkan itulah maut sebab hari ketiga Dia bangkit, Dia hidup maka kitapun hidup, ada hari esok, ada masa depan yang indah. Hidup kita ada di tangan TUHAN asal kita mengikuti caranya TUHAN.

 

1 Korintus 15:27-28

(15:27) Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. (15:28) Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

 

Segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah kaki Yesus. Tujuannya: supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Saudara, kita semua ada di dalam rencana Allah.

 

1 Korintus 15:29-30

(15:29) Jika tidak demikian, apakah faedahnya perbuatan orang-orang yang dibaptis bagi orang mati? Kalau orang mati sama sekali tidak dibangkitkan, mengapa mereka mau dibaptis bagi orang-orang yang telah meninggal? (15:30) Dan kami juga -- mengapakah kami setiap saat membawa diri kami ke dalam bahaya?

 

Yesus telah menderita sengara bahkan mati di atas kayu salib, tetapi hari ketiga Dia bangkit dengan demikian kita hidup.
Lewat pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus ini, maka ibadah pelayanan yang kita kerjakan di bumi ini, tidak menjadi sia-sia. Kalau Yesus tidak dibangkitkan dari maut, sia-sia (tidak ada faedahnya) pengorbanan-pengorbanan. Dan sekarang ini kita sedang ada di tengah ibadah dan pelayanan yang disertai dengan pengorbanan. Tetapi Yesus telah mati dan bangkit maka apa yang kita kerjakan, apa yang kita persembahkan di atas mezbah TUHAN, dalam setiap ibadah-ibadah tidak menjadi sia-sia.

 

Ketidak sia-siaan ini akan mengarah kepada kekekalan. Sementara usaha dari binatang dan sepuluh tanduk adalah sia-sia. Tetapi apa yang telah dikerjakan oleh Yesus Anak Allah dua ribu tahun yang lalu, tidak menjadi sia-sia, kedatangan kita malam ini menghadap TUHAN lewat Ibadah Raya Minggu juga tidak sia-sia. Kemudian, di tengah-tengahnya kita membawa korban dan persembahan untuk selanjutnya dipersembahkan di atas mezbah Tuhan, juga tidak sia-sia. Intinya; ibadah pelayanan yang ditandai dengan korban berdarah-darah, tidak menjadi sia-sia. Tetapi membakar tubuh tanpa kasih yang telah ditunjukkan Yesus dua ribu tahun yang lalu, sia-sia.

 

Pokoknya kita sangat bersyukur saudara, kita sudah melihat alasan mengapa TUHAN mengalahkan mereka, karena Dia akan menjadi Raja untuk selama-lamanya dan kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan, untuk itu Dia telah mengalahkan segala pemerintahan, segala kekuasaan, dan segala kekuatan yang ada di bumi ini.

 

Syarat untuk menerima kerajaan kekal.

Ibrani 12:28

(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

 

Untuk menerima kerajaan yang tak tergoncangkan (kerajaan kekal), syaratnya: mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada TUHAN.

 

HAL: MENGUCAP SYUKUR.

Terkait dengan mengucap syukur, kita akan membaca tulisan dari pada Rasul Paulus kepada anak rohaninya itulah Timotius.

Perikop: “Mengenai doa jemaat.”

1 Timotius 2:1-2

(2:1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2:2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.

 

Adapun tingkatan doa, antara lain:

1.       Doa permohonan, berarti titik fokusnya adalah sesuatu yang dimohonkan.

2.       Doa syafaat berarti mendoakan raja-raja, semua pembesar agar kita dapat tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan menjalankan ibadah dan pelayanan. Jadi titik fokusnya adalah syafaatnya, doa untuk mereka itulah raja-raja, pemimpin-pemimpin, dan pembesar-pembesar.

3.       Ucapan syukur, berarti bukan untuk kepentingan diri atau kepentingan pembesar-pembesar, tetapi tinggal mengucap syukur karena berkat, pertolongan dan kemurahan-kemurahan TUHAN maka kita senantiasa mengucap syukur.

 

Pendeknya saudara, kita harus mendoakan pemimpin-pemimpin kita di bumi ini, itulah raja-raja dan para pembesar-pembesar. Itu tanda kalau kita sudah berada pada tingkat doa yang ketiga. 

 

1 Timotius 2:3

(2:3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (2:4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

 

Mengucap syukur harus dengan cara yang berkenan kepada Allah.

-     Supaya semua orang diselamatkan.

-     Supaya semua orang memperoleh pengetahuan akan kebenaran yang datang dari salib.

 

Itulah mengucap syukur dengan cara yang berkenan. Dimulai dari doa permohonan, kemudian naik lagi ke tingkatan yang kedua; doa syafaat kemudian tahu mengucap syukur. Puji TUHAN.

 

1 Timotius 2:5-6

(2:5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.

 

Jadi untuk tingkatan doa ini, Yesus telah menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebusan dan korban pendamaian atas dosa manusia sebab Yesus adalah pengatara. Imam-imam juga harus menjadi pengantara, mulai dari sekarang benahi diri dari kebenaran Firman yang kita terima malam ini, bukan dengan kekuatan manusia, bukan dengan kemampuan manusia, bukan dengan cara pemikiran manusia. Benahi diri dengan cara TUHAN, Firman yang kita terima malam ini. Itulah cara mengucap syukur yang berkenan.

Jadi jangan saudara berpikir kerajaan sorga itu sesempit pemikiran manusia, gampang saja diraih oleh tangan manusia sehingga manusia menjalankan ibadah dengan ibadah buatan tangan manusia, itu keliru.

 

Doa saya, kiranya hati kita diterangi oleh kebenaran yang datang dari Firman Allah. Itu kesaksian yang telah ditentukan karena TUHAN yang menentukan segala sesuatu. Sampai Yesus menjadi Rajapun sampai selama-lamanya, TUHAN Allah juga yang menentukannya, puji TUHAN. Itulah hal mengucap syukur dengan cara yang berkenan.

 

HAL: BERIBADAH KEPADA ALLAH MENURUT CARA YANG BERKENAN.

Kalau ibadah itu berkenan, menyenangkan hati TUHAN, berarti hati TUHAN tidak muak.

Imamat 26:11

(26:11) Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku di tengah-tengahmu dan hati-Ku tidak akan muak melihat kamu.

 

Singkat kata; kalau kita beribadah dan melayani TUHAN dengan menggunakan pola Tabernakel (Kemah Suci Allah), maka hati TUHAN tidak muak. Jadi ibadah pelayanan ini harus menggunakan pola Tabernakel. Kalau ibadah pelayanan dengan buatan tangan manusia hati TUHAN muak. Tetapi kalau kita beribadah dan melayani TUHAN dengan menggunakan pora Tabernakel, hati TUHAN tidak muak.

 

Ada banyak nikah-nikah dengan cara-cara manusiawi, ada banyak ibadah pelayanan di muka bumi ini dengan cara-cara manusiawi, itulah ibadah buatan tangan manusia. Ada juga manusia menjalankan hidupnya dengan cara-cara manusiawi juga. Tetapi kenyatannya hati TUHAN muak. Tetapi kalau kita menjalankan ibadah dan di tengah-tengahnya Tabernakel ditempatkan maka hati TUHAN tidak muak.

 

Apa yang dinyatakan oleh TUHAN kepada Musa sehingga iapun membangun Tabernakel menurut petunjuk TUHAN di (Gunung Sinai/Gunung Horeb/Gunung TUHAN), itu juga adalah pelajaran yang dilanjutkan oleh Rasul Paulus kepada orang Ibrani (Orang Heber) supaya orang Ibrani jangan lupa. Banyak orang Ibrani pada masa itu merantau ke Asia kecil, ke Roma dan lain sebagainya, dan itu diingatkan kembali.

 

Tulisan Paulus kepada orang Ibrani di dalam…

Ibrani 8:5

(8:5) Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."

 

Singkat kata, ibadah dan pelayanan yang kita kerjakan di bumi ini dengan menggunakan pola Tabernakel adalah gambaran dan bayangan dari ibadah pelayanan yang ada di dalam Kerajaan Sorga. Ada Tabernakel Musa di bumi maka ada juga Tabernakel Sorgawi.



Saudara, inilah Tabernakel di bumi yang dibangun Musa sesuai dengan petunjuk TUHAN di atas gunung Sinai setelah berpuasa empat puluh hari empat puluh malam, kemudian Tabernakel Sorgawi  yang ada dalam Wahyu 4.

 

Jadi jangan saudara berpikir dan bertanya-tanya; “Apakah harus dengan menggunakan Taberenakel supaya masuk sorga?”

Saya mau mengatakan dengan tandas, ibadah (Pola Tabernakel) harus ditempatkan di tengah ibadah pelayanan di bumi ini supaya hati TUHAN tidak muak dan kita harus menjalankan ibadah pelayanan di bumi ini dengan menggunakan Pola Tabernakel karena itulah gambaran dan bayangan dari ibadah yang ada di sorga.

Tidakkah saudara bersyukur dan bahagia menerima berita yang indah ini saudara?

 

Sekarang kita akan lihat pola Tabernakel yang dibangun oleh Musa sesuai dengan petunjuk TUHAN di atas gunung Sinai.

Pola Tabernakel terdiri dari tiga tingkatan rohani (tiga daerah).

Ini tingkatan rohani saudara, bukan lapisan-lapisan sorga, jangan salah paham. Karena ada orang yang gagal paham juga, dia menyangka dengan ucapan tiga tingkatan ini maka sorga menjadi tiga tingkatan, tidak. Ini tingkatan rohani, ukurannya ya Tabernakel.

 

Tingkatan rohani yang pertama: DAERAH HALAMAN.

Di dalamnya terdapat 2 alat:

1.       Mezbah korban bakaran -> pertobatan.

Domba yang disembelih adalah pribadi Yesus yang disalibkan, dan ini berbicara tentang pertobatan, berhenti berbuat dosa seperti dua tangan terpaku dan dua kaki terpaku, ini merupakan pertobatan 50%, selanjutnya kembali kepada Allah disebutlah pertobatan 100%.

2.       Kolam pembasuhan tembaga -> baptisan Kristus (bayangan dari pengalaman Yesus di dalam tanda kematian dan kebangkitan). Di dalam bahasa Yunani Baptizo artinya mati bangkit. Sampai nanti kita menerima karunia-karunia Roh El Kudus, penuh dengan Roh Kudus terkena kepada Pintu Kemah.

Itulah tingkatan rohani yang pertama, terkena pada daerah Halaman.

Jadi ini dasar dari ibadah pelayanan kita, Korban Kristus; menderita sengsara dan mati di atas kayu salib kemudian bangkit pada hari ketiga. Ini dasar kita beribadah dan melayani kepada TUHAN.

 

Tingkatan rohani yang kedua: RUANGAN SUCI.

Di dalam Ruangan Suci terdapat tiga macam alat, yang menunjuk kepada ketekunan dalam 3 macam ibadah pokok:

1.       Meja roti sajian dengan 12 ketul roti di atasnya -> ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Kalau dikaitkan dengan kandang penggembalaan; domba-domba diberi makan. Ini bicara soal iman.

2.       Pelita emas -> ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh.

Kalau dikaitkan dengan kandang penggembalaan; domba-domba diberi minum itulah karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus.

3.       Mezbah dupa -> ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan.

Kalau dikaitkan dengan kandang penggembalaan; domba-domba diberi nafas hidup. Ini merupakan puncak ibadah, doa penyemabahan adalah tingkat ibadah yang tertinggi, sementara doa penyemabahan artinya penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah saja, tidak kepada yang lain lagi.

 

Banyak orang Kristen salah mengartikan soal doa penyembahan, mereka bernyanyi dengan memuji TUHAN itu benar, tidak salah. Tetapi penyembahan yang hakiki (sejati) adalah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja. Penyerahan diri kita tidak lagi kepada yang lain, kecuali hanya kepada TUHAN saja. Itu penyembahan yang hakiki. Menyembah memang harus disertai dengan pujian dan penyembahan, tetapi penyembahan yang hakiki adalah penyerahan diri kita sepenuhnya (total) untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja.

Inilah penyembahan dan tingkat ibadah yang tertinggi. Maka kalau kita perhatikan kedudukan dari Mezbah Dupa pada Pola Tabernakel, itu lebih maju dari dua alat yang lain itulah Meja Roti Sajian dan Pelita Emas, dia sudah lebih dekat dengan Tirai.

 

Maka kalau kita perhatikan saudara, ketika Yesus setelah selesai mengadakan doa penyahutan sekaligus penyembahan-Nya kepada TUHAN; “Eli, Eli, lama sabakhtani?” (Matius 27:46) lalu dilanjutkan dengan; “menyerahkan nyawa-Nya.”(Matius 27:50). Inilah penyahutan Yesus kepada Bapa yang merupakan doa penyembahan.

Yesus diutus ke bumi ini untuk melakukan kehendak Allah Bapa, minum cawan Allah, berarti menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung dan untuk pekerjaan penyelamatan ini, Yesus sudah sampaikan (menyahut); “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Yesus tiga kali mengatakan "Ya Bapa-Ku!"  di dalam Matius 26:39, Matius 26:42, Matius 26:44. Itu penyahutan juga sekaligus penyembahan-Nya. Setelah selesai dengan penyembahan barulah; Yesus menyerahkan nyawa-Nya.

 

Jadi penyembahan yang hakiki adalah penyerahan diri sepenuhnya (total) untuk taat hanya kepada kehendak Allah saja. Ini puncak ibadah, ini tingkat ibadah yang tertinggi. Maka kedudukan dari Mezbah Dupa lebih maju (lebih dekat) dengan Tabir Bait Suci. Sesudah penyembahan (penyerahan diri Yesus) maka Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah. Sehingga dengan demikian, Yesus sebagai Imam Besar Agung telah memimpin ibadah-ibadah di muka bumi ini sampai kepada puncak ibadah doa penyembahan, dengan lain kata; Yesus telah membuka jalan yang baru, dimana asap dupa kemenyan naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah. Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah itulah perobekan daging, sudah terpisah dari daging dan keinginannya. Itulah penyembahan yang hakiki sehingga dengan penyembahan; penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak ALLAH Bapa membawa kita masuk dalam Ruangan Maha Suci.

 

Maka kalau gereja menjalankan ibadah tanpa menggunakan Pola Tabernakel, ibadah dan pelayanannya tidak akurat untuk membawa gereja masuk dalam kerajaan sorga, titik jangan dirubah-rubah.

Jadi jangan bosan kalau TUHAN memimpin hidup rohani kita masing-masing supaya roda rohani kita terus berputar maju sampai kepada hari yang ditentukan (Yerusalem yang Baru). Karena kita harus menjalankan ibadah menurut cara yang berkenan kepada TUHAN, bukan menyenangkan jemaat. Pokoknya ibadah tanpa menggunakan pola Tabernakel adalah ibadah buatan tangan manusia. Saya berani mengatakan hal itu. Sementara ibadah buatan tangan manusia tidak akurat membawa gereja untuk masuk dalam Kerajaan Sorga.

 

Itulah tingkatan rohani yang kedua berada pada Ruangan Suci yang disebut juga kandang penggembalaan untuk domba-domba, di situ domba-domba diberi makan, minum, dan nafas hidup. Diberi makan, minum, tanpa nafas hidup, tidak bisa juga.

 

Hati-hati dengan megatrust, dia senyawa dengan air, yakni; kenajisan percabulan, prakteknya tinggalkan jam ibadah hanya untuk bisnis dan kegiatan duniawi, itu air yang banyak. Tetapi kita semua harus ada di gunung Mur dan bukit Kemenyan, ibadah pelayanan yang memuncak sampai doa penyembahan. Untuk memahami hal itu, maka di tengah ibadah kita harus menempatkan pola Tabernakel. Haleluya. Puji TUHAN.

 

Pola Tabernakel terdiri dari tiga tingkatan rohani (tiga daerah).

Tingkatan rohani yang ketiga: RUANGAN MAHA SUCI.

Di dalam Ruangan Maha Suci terdapat satu alat yaitu Tabut Perjanjian.

Alat ini adalah alat yang terutama dari semua perabotan yang ada di dalm Tabernakel.

 

Tabut perjanjian terdiri dari 2 bagian:

Bagian yang pertama adalah:

1.       Peti dari Tabut Perjanjian yang terbuat dari Kayu Penaga namun telah disalut (dilapisi) dengan emas murni, terlebih dahulu dari bagian dalam kemudian bagian luar (lahir batin).

Kayu penaga-> daging dengan segala tabiatnya. Tetapi tabiat daging ini sudah dilapisi oleh tabiat ilahi.

Emas berbicara soal kemurnian (kesucian) dari Roh El Kudus yang sudah menutupi tabiat daging, dan ini berbicara tentang gereja TUHAN yang sempurna. Maka nampak dengan kaca mata rohani kita melihat bahwa kualitas rohani Mempelai Wanita TUHAN sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga di dalam nama TUHAN Yesus Kristus. Tidak ada yang mustahil, jangan kita berkata; “Aku masih banyak dosa.” Lalu diajak tekun 3 macam ibadah pokok, dia mengatakan “Aku masih berdosa.” Padahal kedatangan TUHAN tidak ada yang tahu sama seperti pencuri di malam hari, kalau tiba-tiba datang, masih bisakah kita menggunakan kata-kata “Aku masih berdosa.” Justru pada saat kita menggunakan kata-kata “Aku masih berdosa.” Lalu kita jadikan itu alasan supaya jauh dari ketekunan 3 macam ibadah pokok, di situ kebinasaan, di situ kemalangan, lebih malang dari orang malang.

 

Di dalam tabut perjanjian terdapat 3 benda yang sifatnya permanen (tidak berubah-berubah lagi):

a.       Buli-buli Emas berisi manna berbicara iman yang permanen. Riwayat dari buli-buli emas berisi manna adalah ketika bangsa Israel meminta manna dan daging kepuyuh. Memang datang dari persungutan dan ketidak beresan semua.

b.       Tongkat Harun yang pernah bertunas berbicara soal Roh Kudus yang bersifat permanen. Karena kalau kita lihat Pintu Kemah, Roh Kudus nya itu masih belum bersifat permanen, misalnya; ada dalam kegiatan Roh tetapi kadang tabiat daging masih ada. Tetapi tngkat Harun yang pernah bertunas bebicara soal Roh El-Kudus yang bersifat permanen sehingga dengan tongkat Harun yang bertunas ini, sungut-sungut dari pada bangsa Israel pada waktu itu dihentikan. Itu riwayat daripada tongkat Harun yang bertunas.

c.        Dua loh batu berisikan sepuluh hukum, bicara soal kasih yang permanen. Itu juga datang dari permasalahan yang dialami oleh bangsa Israel dimana waktu itu mereka menyembah anak lembu emas tuangan, di situlah dua loh batu berisi sepuluh hukum dipecahkan oleh Musa karena begitu geramnya melihat kebodohan bangsa Israel.

 

Jadi tiga benda yang ada di dalam Tabut Perjanjian itu sifatnya permanen, tidak berubah-berubah. Demikian juga Mempelai Perempuan TUHAN, tidak lagi berubah-berubah. Mempelai perempuan tidak mungkin berubah hatinya terhadap Mempelai Laki-laki Sorga. Kalau masih suka berubah-berubah maka itu bukan Mempelai Perempuan TUHAN. 

Jadi tiga benda itu, bersifat permanen, baik imannya, maupun pengharapannya dan juga kasihnya permanen.

Itu sebabnya kualitas rohaninya sudah sederajat dengan Mempelai laki-laki Sorga dengan kasih sayang dan kasih setia.

 

Tabut perjanjian terdiri dari 2 bagian:

Bagian yang kedua adalah:

2.       Tutupan grafirat dengan dua kerub di atasnya.

-          Tutupan grafirat -> pribadi Yesus Anak Allah yang sudah mengadakan pendamaian atas dosa.

-          Kerub pertama -> Allah Bapa.

-          Kerub kedua -> Roh Kudus.

Itulah Mempelai Pria Sorga di dalam pribadi TUHAN Yesus Kristus. Sehingga kedudukan dari Tutup dan Peti dari Tabut Perjanjian itu sama, kedudukan pas (tepat) dengan Mempelai Perempuan TUHAN. Kristus sebagai Kepala dan Gereja adalah kepenuhan Kristus sebagai Kepala, dengan lain kata; Tubuh dengan kepala menyatu. Sampai hari ini tubuh masih terpisah dari kepala karena dosa Adam, dari keturunan ke keturunan, dari abad ke abad. Tetapi TUHAN Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung, mengerjakan penebusan dan pendamaian untuk memperdamaikan manusia kepada Allah.

Ini adalah tingkatan Rohani yang ketiga.

 

Jadi singkat kata; Mempelai Perempuan TUHAN disebut juga dengan Yerusalem yang Baru dan disebut juga dengan Kota Empat Persegi. Itu sebabnya Ruangan Maha Suci berbentuk empat persegi sebab panjang dan lebarnya bahkan tingginya juga sama. Bahkan masing-masing sepuluh hasta. Bentuk kotak empat persegi ini juga berbicara soal ketetapan (kesetiaan) daripada Mempelai Wanita TUHAN. Kedudukannya tetap untuk Mempelai Laki-laki Sorga, tidak untuk yang lain. Beda dengan segala sesuatu yang ada di bumi ini, bentuknya atau sifatnya bulat, apapun yang kita kerjakan persis seperti roda mesin, berputar-putar, besok begini, lusa begini, terus berputar-putar, tidak ada perhentian dan tidak ada kesetiaan. Tetapi Mempelai Perempuan sifatnya permanen (setia). Kalau dirubah tidak bisa harus disitu saja, empat persegi.

Jadi selain Yerusalem Baru semua sifatnya bulat, semua planet-panet ini juga bulat; matahari, bulan, bintang, Mars, Saturnus, pluto, semua sifatnya bulat, dan apapun yang ada di bumi semua sifatnya bulat, bukan bentuknya, tetapi sifatnya (karaktenya) bulat, tidak setia (tidak permanen).

Inilah ibadah dengan cara yang berkenan kepada TUHAN untuk mencapai kerajaan yang tidak tergoncangkan, kerajaan yang tidak berkesudahan.

 

Maka untuk sampai ke situ, berilah diri untuk digembalakan Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel. Pengajaran Mempelai itu harus diterangi oleh Pengajaran Tabernakel. Untuk menjadi Mempelai terangnya adalah pola Tabernakel, demikian juga untuk menghidupi Pengajaran Tabernakel terangnya adalah Pengajaran Mempelai sebagaimana dalam 2 Korintus 11:2; “Aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.”

Jadi Rasul Paulus ini adalah pekabar Mempelai, kita juga harus menerima Kabar Mempelai dalam terangnya Tabernakel supaya kita dibawa menjadi gereja yang dewasa, dipertunangkan sebagai perawan suci, bukan dalam kenajisan percabulan, tetapi sebagai perawan suci kepada Kristus, Dialah Kepala Gereja, Mempelai laki-laki Sorga.

Rasul Paulus cemburu kalau kita terima ajaran-ajaran yang lain apalagi hidup dalam kenajisan percabulan, itu ajaran sesat oleh kelicikan nabi-nabi palsu.

 

2 Korintus 11:3

(11:3) Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.

 

Antikris adalah mata kepala ular tua naga merah padam, ajarannya adalah kenajisan percabulan, sementara nabi-nabi palsu adalah ekor dari pada si ular tua naga merah padam, ajarannya palsu. Ayat Firman dijelaskan oleh cerita-cerita isapan jempol, takhayul-takhayul, dongeng nenek-nenek tua. Semua itu diceritakan untuk menerangkan satu ayat, itu tidak boleh, itu ajaran yang menyesatkan.

 

Jadi antikris itu adalah mata kepala ular tua naga merah padam, dan nabi-nabi palsu adalah ekor dari ular tua naga merah padam. Ajaran ini jangan diterima. Kalau hanya berbicara soal mujizat, tetapi pengajaran (didikan) salib diabaikan, itu kepalsuan dari ajaran nabi palsu (ekor ular naga).

Sedangkan kalau berbicara soal air yang banyak, kenajisan percabulan, berbicara soal kelimpahan, tetapi pengajaran (didikan) salib diabaikan, itu mata kepala ular naga. Jangan mau terima ajaran sesat semacam ini, jangan mau disesatkan oleh ular, baik mata kepalanya, maupun ekornya yang masing-masing punya ajaran yang menyesatkan, tolak saudara!

 

Kita harus menerima Pengajaran Mempelai dalam terangnya Taberenakel, memimpin hidup, ibadah, pelayanan, nikah, dan rumah tangga kita, sampai kepada nikah yang sempurna, Yerusalem yang baru, kota empat persegi, yaitu; kesetiaan nampak dihadapan TUHAN mulai dari sekarang. Jangan berubah-berubah ya saudara sebab TUHAN mengasihi kita semua. Amin.

 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

 

 

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

 

No comments:

Post a Comment