KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, August 7, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 04 AGUSTUS 2020



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 04 AGUSTUS 2020


KITAB KOLOSE
(Seri: 108)

Subtema: MEMPELAI TUHAN TIDAK BELAT-BELIT

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Kita patut bersyukur kepada TUHAN; oleh kemurahan TUHAN, kita dimungkinkan untuk berada di dalam rumah TUHAN. Di rumah TUHAN yang kudus ini berada untuk menikmati segala kemurahan-Nya, karena tentu saja kalau kita berada di dalam rumah TUHAN, jelas karena kemurahan dari hati TUHAN.

Pada hari Minggu atau kebaktian umum minggu, kita sudah melihat di mana Setan dilemparkan dari takhta Allah ke bawah (bumi); oleh sebab itu, biarlah kita datang beribadah jangan dengan semau-maunya, jangan dengan sesuka hati, karena itu merupakan tanda kesombongan dari hidup seseorang, baik sidang jemaat maupun para imam-imam yang melayani pekerjaan TUHAN.

Saya juga tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak TUHAN, para hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Kiranya TUHAN memberkati kita; oleh sebab itu, selanjutnya kita mohonkan kemurahan dari TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga kehadiran kita malam ini tidak menjadi sia-sia, tetapi betul-betul kita berada dalam penyembahan sebagai puncak dari ibadah kita di atas muka bumi ini.

Segera saja kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Suatu pernyataan dari Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi istrinya dengan benar.

Selanjutnya, pelajaran yang baik bagi seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat ditemukan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,

Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya, di sini dinyatakan sebanyak dua kali, yaitu:
1.      Efesus 5:25-27.
2.      Efesus 5:28-29.

Kita kembali untuk memperhatikan bagian YANG PERTAMA, yaitu Efesus 5:25-27.
Efesus 5:25-26
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman,

Kasih dari seorang suami terhadap isterinya harus sama seperti kasih Kristus -- yang adalah Kepala Gereja -- terhadap sidang-Nya, yang dibuktikan dengan pengorbanan-Nya atau penyerahan diri-Nya bagi jemaat.

Tujuan dari pengorbanan Kristus ialah untuk menguduskan sidang-Nya (gereja TUHAN) dengan air dan firman yang limpah.
Air dan firman yang limpah à Sungai air kehidupan yang mengalir ke luar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba, seperti yang tertulis dalam Wahyu 22:1.
-          Yang mengalir ke luar dari takhta Allah à Injil keselamatan atau Injil Kerajaan yang berkuasa untuk menjadikan kita sebagai anak-anak Allah.
-          Yang mengalir ke luar dari takhta Anak Domba à Cahaya Injil tentang Kemuliaan Kristus atau Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan. Singkatnya, firman yang dibukakan berkuasa;
1.      Menyingkapkan segala yang terselubung = dosa dibongkar dengan tuntas.
2.      Memberi pengertian kepada orang-orang bodoh, dengan tujuan supaya orang-orang bodoh jangan berbuat kesalahan sebagai perbuatan bodoh.

Sekarang kita akan melihat SASARAN AKHIR DARI PENGUDUSAN.
Efesus 5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.

Sasaran akhir dari pengudusan adalah untuk menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu. Pendeknya, jemaat kudus tidak bercela; inilah sasaran akhir dari sebuah pengudusan oleh air dan firman yang limpah.

Demikian juga ibadah di atas muka bumi ini, jelas ada sasaran akhirnya. Oleh sebab itu, jangan sampai kita menjalankan ibadah tanpa tujuan hidup, tanpa sasaran akhir hidup, sasaran akhir dari perjalanan rohani kita. Jangan sampai kita berjalan tanpa tujuan akhir hidup, sebab itu sama seperti perjalanan di padang gurun, berputar-putar, tanpa arah dan tujuan yang pasti.

Itu sebabnya, TUHAN tidak mengenal hamba TUHAN yang dalam pelayanannya hanya sibuk dengan mengadakan tiga perkara ajaib, yaitu;
1.      Sibuk mengadakan mujizat-mujizat kesembuhan;
2.      Sibuk dengan tanda-tanda heran;
3.      Sibuk mengadakan pengusiran Setan.
Kalau hamba TUHAN sibuk dengan tiga perkara tersebut di tengah ibadah dan pelayanannya, itu bagaikan berjalan di padang gurun, berjalan di tengah-tengah kesesatan, tanpa akhir perjalanan hidup rohani.
Sementara, sasaran akhir dari pengudusan oleh air dan firman, jelas; kudus dan tidak bercela di hadapan Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Menjadi suatu kehidupan yang cemerlang, tanpa cacat, tanpa cela, tanpa kerut, kudus dan tidak bercela; TUHAN mau tempatkan kita dalam kedudukan yang seperti itu, tentu kita patut bersyukur.

kita akan membaca 1 Petrus 1.
1 Petrus 1:15-16,18-19
(1:15) tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, (1:16) sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

“ ... Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu ...” Berarti, “menjadi kudus” itu bukan sebagian hidup, melainkan seluruh hidup. Hidup itu terdiri dari;
1.      Tubuh, jiwa dan roh.
2.      Hati, pikiran dan perasaan.
Itulah seluruh hidup yang benar-benar harus dalam keadaan kudus.

Penebusan yang dikerjakan oleh darah salib Kristus di atas kayu salib, di bukit Golgota membawa hidup gereja TUHAN kepada sebuah penebusan. Kemudian, dalam suaratan Petrus ini, kita menemukan suatu fakta yang nyata, bahwasanya Allah sangat mendambakan hidup gereja TUHAN untuk menjadi sama dengan Dia di dalam hal kekudusan.

Selanjutnya, kita akan membaca Kolose 1.
Kolose 1:21-22
(1:21) Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, (1:22) sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya.

Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah”, berarti; dahulu tidak mengenal Allah, tidak mengenal kebenaran, tidak mengenal kesucian, tidak mengenal pekerjaan TUHAN (ibadah dan pelayanan). Kemudian, selain “jauh”, juga memusuhi Allah, baik dalam hati maupun dalam pikiran. Dan itu semua terlihat dari segala tindak tanduk, dari segala perbuatan-perbuatan bangsa kafir. Artinya, bangsa kafir yang dahulu hidup jauh dari Allah, mereka tidak hidup dalam kekudusan, jauh dari kekudusan di dalam hidupnya, tidak sama seperti Allah di dalam kekudusan; itulah keberadaan dari bangsa kafir.

Singkatnya: Bangsa kafir diperdamaikan oleh korban Kristus dan oleh kematian-Nya di atas kayu salib. Tujuannya -- tidak lain, tidak bukan, hanya satu saja -- ialah supaya bangsa kafir hidup kudus dan tidak bercela dan tidak bercacat di hadapan TUHAN. TUHAN mau menempatkan keadaan kita demikian di hadapan-Nya, TUHAN mau menempatkan kita cemerlang, tanpa cacat, tanpa cela, kudus tidak bercela di hadapan diri-Nya. Berarti, dalam keadaan duduk dan berdiri sama dalam kekudusannya dengan Allah. Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh; jangan diabaikan begitu saja tentunya.

Sekarang, kita akan lanjut memperhatikan CIRI-CIRI KUDUS (TIDAK BERCELA).
Mazmur 18:24
(18:24) aku berlaku tidak bercela di hadapan-Nya, dan menjaga diri terhadap kesalahan.

Kehidupan yang tidak bercela di hadapan TUHAN; ia akan berusaha untuk menjaga dirinya terhadap kesalahan. Jadi, dia sangat berhati-hati di dalam hal bertindak, berkata-kata, berpikir, baik dalam segala perkara, supaya baik dalam perkataan maupun perbuatan tidak terdapat kesalahan-kesalahan.

Jadi, ciri-ciri kudus (tidak bercela) adalah menjaga dirinya terhadap kesalahan. Sebetulnya, “menjaga diri” berarti menguasai hati. Kalau hati dikuasai, maka sudah pasti tidak terdapat kesalahan, baik perkataan maupun perbuatannya tidak ada kesalahan; itu sudah pasti.

Mazmur 18:25-27
(18:25) Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya. (18:26) Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, (18:27) terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.

Selanjutnya, TUHAN akan membalas perbuatan dari kehidupan yang tidak bercela. Artinya, TUHAN itu hidup, TUHAN memperhatikan segala perkara sampai kedalaman hati kita, sehingga TUHAN membalas perbuatan dari kehidupan yang tidak bercela, yaitu;
-          Terhadap orang yang setia, TUHAN berlaku setia.
-          Terhadap orang yang tidak bercela, TUHAN juga berlaku tidak bercela.
-          Terhadap orang suci, TUHAN berlaku suci.
Pendeknya, TUHAN tidak berlaku belat-belit terhadap orang yang tidak bercela, kecuali terhadap orang yang bengkok dan serong hatinya.
Kepada orang yang bengkok, kepada orang yang serong hatinya, TUHAN berlaku belat-belit. Memang sangat repot sekali rasanya melihat orang yang belat-belit, dan sangat susah rasanya hati ini melihat orang yang belat-belit (orang yang tidak jujur). Itulah sebabnya, TUHAN tidak berlaku belat-belit kepada orang yang tidak bercela, kecuali terhadap orang yang serong atau bengkok hatinya.

Berarti, orang yang tidak bercela akan mengalami kelimpahan berkat-berkat, disertai kemurahan-kemurahan TUHAN dengan mudah, untuk diperoleh (tidak belat-belit). Berkatnya dengan limpah diperoleh, kemurahan-kemurahan dengan mudah diperoleh, tidak belat-belit; oleh sebab itu, jangan serong hati, jangan bengkok hati, supaya TUHAN tidak berlaku belat-belit. Jadi, TUHAN tidak berlaku belat-belit terhadap orang yang tidak bercela (tidak belat-belit), sehingga berkat-berkatnya diperoleh dengan limpah, kemurahan diperoleh dengan mudah, tidak susah, tidak belat-belit. Sekali lagi saya tandaskan; jangan belat-belit.

Kalau seandainya kita merasa bersalah dan kita menyadarinya, maka segera akui, tidak usah belat-belit, supaya dengan mudah memperoleh segala berkat dengan limpah, dan supaya memperoleh hidup dalam kemurahan dengan mudahnya; itu saja, titik. Jangan persulit hidup ini. Hiduplah dengan tidak bercela, jangan bengkok hatinya, jangan serong hatinya. Berarti hati kita masing-masing jangan serong kepada sesuatu yang tidak suci.
Jadi, jelas; kalau sampai hari ini TUHAN memberkati dengan limpah, itu karena kemurahan hati TUHAN. Saya juga sedang berjuang dan belajar untuk tidak bengkok hati, kiranya Tuhan tolong kita semua.

Ayo, jangan bengkok, jangan serong, supaya dengan mudah memperoleh segala berkat dengan limpah, kemurahan juga diperoleh dengan mudah.
Saya juga menganjurkan kepada saudara-saudara yang terkasih, yang sedang memperhatikan pemberitaan firman lewat online; ayo, hiduplah dengan tidak bercela, jangan belat-belit, supaya berkat-berkatnya diperoleh dengan mudah dan limpah, juga memperoleh hidup dalam kemurahan dengan mudahnya, tidak belat-belit. Ikutlah TUHAN dengan hati yang lurus-lurus saja; itu adalah ciri-ciri kehidupan yang tidak bercela.

Amsal 11:20
(11:20) Orang yang serong hatinya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang tak bercela, jalannya dikenan-Nya.

Orang yang serong atau bengkok hatinya adalah kekejian bagi TUHAN. Jadi, saudara jangan ukur kesucian karena banyaknya pengorbanan, jangan ukur kesucian karena banyaknya pemberian, jangan ukur kesucian saudara karena sudah rajin bekerja; itu salah. Ukuran kesucian adalah firman, supaya nanti penyembahan kita juga diukur oleh Mempelai Laki-Laki Sorga, bukan menurut ukuran kita sendiri.

Tetapi berbanding terbalik dengan orang yang tidak bercela; “Jalannya di kenan oleh TUHAN.” Apa pun dan bagaimana pun langkah-langkah hidupnya, tetap saja menyukakan hati TUHAN, tidak ada langkah-langkah yang salah, sebab semua langkah-langkah hidupnya adalah sesuatu ketetapan menurut firman Allah yang benar sehingga menyenangkan hati TUHAN.

Saya merindu, supaya kiranya kita semua benar-benar hidup tidak bercela, berarti hatinya lurus-lurus saja, tidak bengkok, tidak serong kepada yang tidak suci, apalagi kepada tipu daya kenajisan. Semuanya jelas di mata TUHAN termasuk hal-hal yang bengkok, sebab TUHAN memberi tahu dengan berbagai cara, tetapi sekalipun demikian seorang hamba TUHAN tidak boleh berbantah-bantah, penghakiman adalah milik Allah.

Amsal 28:10
(28:10) Siapa menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat akan jatuh ke dalam lobangnya sendiri, tetapi orang-orang yang tak bercela akan mewarisi kebahagiaan.

Siapa menyesatkan orang jujur ke jalan yang jahat akan jatuh ke dalam lobangnya sendiri, tetapi TUHAN sangat membela orang yang tidak bercela, yang hatinya tidak bengkok, yang hatinya tidak serong kepada yang tidak suci; ia dibela oleh TUHAN. Jadi, jangan saudara berpikir bahwa tidak ada pembelaan dari TUHAN. TUHAN itu melihat dan Mahatahu. Itu sebabnya, sampai hari ini ibadah ini dibela oleh TUHAN, karena TUHAN melihat di antara kita masih ada terdapat hati yang tulus-tulus. Jadi, janganlah kita bermegah.

Orang-orang yang tak bercela akan mewarisi kebahagiaan. Perhatikan: Kehidupan yang tidak bercela -- hati tidak serong, hati tidak bengkok -- akan mewarisi kebahagiaan.
Milik pusaka kita adalah TUHAN. Biarlah kebahagiaan TUHAN menjadi warisan kita. Oleh sebab itu, biasakanlah hidup tidak bercela, baik di rumah, maupun di mana saja. Baik di tempat bekerja, di tempat kuliah, di mana pun komunitas kita, biarlah berjuang untuk tidak bercela, hati tidak bengkok (tidak serong) kepada yang tidak suci, apalagi kepada tipu daya kenajisan.

Lebih mudah menyelesaikan perkara seorang yang tertangkap basah, seperti perempuan yang kedapatan berzinah di pagi hari daripada menyelesaikan perkara dari seorang yang bengkok hatinya, percayalah. Biarlah kita banyak belajar dari firman, jangan selalu merasa bahwa kita ini sudah benar, itu adalah kesombongan.

Tadi kita sudah melihat: Orang-orang yang tak bercela akan mewarisi kebahagiaan. TUHAN adalah milik pusaka kita, TUHAN adalah warisan kita. Jadi, kita juga akan mengalami kebahagiaan bersama dengan TUHAN, kelak di dalam Kerajaan Sorga.
Itu sebabnya, di atas tadi saya sampaikan dengan tegas, bahwa sasaran akhir dari pengikutan kita kepada TUHAN adalah dibawa kepada satu titik tertentu oleh TUHAN. Jadi kalau perjalanan tidak berakhir, maka sama seperti berjalan di padang gurun -- mutar sana, mutar sini --, tanpa akhir tujuan perjalanan.

Berkaitan dengan itu, kita akan memperhatikan Mazmur 15.
Mazmur 15:1-2
(15:1) Mazmur Daud. TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus? (15:2) Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya,

Yang boleh diam di kemah (rumah TUHAN), serta diam di gunung TUHAN yang kudus ialah dia yang berlaku tidak bercela, sama dengan; mewarisi kebahagiaan sorgawi.
Kebahagiaan di luar TUHAN itu semu, bahkan palsu, contohnya; habis uang, habis bahagia. Tetapi kebahagiaan sorgawi sifatnya kekal, sempurna, dan itu menjadi bagian kita. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Yang boleh diam di gunung TUHAN, di gunung kudus TUHAN adalah kehidupan yang tidak bercela, sama dengan; mewarisi kebahagiaan.

Selanjutnya kita akan melihat GUNUNG TUHAN YANG KUDUS.
Wahyu 21:9-10
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba." (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.

Gunung TUHAN yang kudus, jelas menunjuk; pengantin perempuan, mempelai Anak Domba. Kemudian, kota itu bercahaya kemuliaan Allah = tidak serong = tidak bengkok hatinya. Kalau serong atau bengkok hatinya kepada yang tidak suci, apalagi tipu daya kenajisan, maka tidak akan memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Itulah kota kudus, yang menunjuk kepada mempelai perempuan TUHAN; bercahaya kemuliaan Allah = tidak serong atau tidak bengkok hatinya kepada yang tidak suci, hidup tidak bercela.

Kalau hati tidak bengkok, hati tidak serong, maka pasti memancarkan kemuliaan Allah. Seringkali saya mengatakan kepada sidang jemaat, terkhusus kepada mereka yang jujur: “Sudah mulai terlihat cahaya kemuliaan.” Kalau saya sudah melihat dari sidang jemaat wajahnya bercahaya, maka saya akan cepat-cepat mengatakan: “Wajahmu penuh dengan kemuliaan.” Saya harus mengatakan hal itu supaya dengan demikian kita tetap menjaga hati supaya tidak ada terdapat kesalahan.

Itulah kota kudus, tidak bercela, memancarkan cahaya kemuliaan Allah; itulah kehidupan gereja yang sempurna atau mempelai TUHAN.

Sekarang kita akan melihat SIAPA YANG BOLEH DIAM di gunung TUHAN yang kudus?
Wahyu 14:1,5
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:5) Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela.

Anak Domba berdiri di bukit Sion, itulah gunung TUHAN, gunung yang kudus. Dan bersama-sama dengan Dia adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Yang berhak diam di gunung Sion (gunung TUHAN yang kudus) adalah kehidupan yang tidak bercela, bagaikan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang merupakan inti dari mempelai wanita TUHAN. Itulah yang berhak diam di gunung TUHAN yang kudus, itulah gunung Sion, yaitu mempelai TUHAN yang tidak bercela.

144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara orang-orang di bumi adalah inti dari mempelai. Tetapi ada kesempatan bagi kita untuk menjadi bayangan dari mempelai, bersama-sama dalam satu jamuan yang besar, itulah pesta nikah kawin Anak Domba. Jangan jauh-jauh dari jamuan TUHAN, tetaplah berada dalam ibadah dan pelayanan untuk kita boleh makan dan minum (Firman dan Roh) seperjamuan dengan TUHAN, sampai akhirnya kita dibawa kepada mahligai-mahligai kebahagiaan yang tiada taranya lewat doa penyembahan.

Kemudian, dua hal kelebihan dari inti mempelai wanita TUHAN ialah:
Hal yang pertama: Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta.
Perlu untuk diketahui; apa yang keluar dari mulut itu berasal dari dalam hati. Dalam hal ini, juga menunjukkan bahwa hati mereka tidak serong, tidak bengkok. Kalau di mulut tidak terdapat dusta, berarti menandakan bahwa hati mereka tidak bengkok, tidak serong kepada yang tidak suci. Itulah kehidupan yang tidak bercela, tanpa cacat dan tanpa cela, tanpa noda atau kerut atau yang serupa itu, kudus, tidak bercela.

Yakobus 3:2
(3:2) Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.

Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal ...” Hal ini harus kita ketahui. Apa buktinya bahwa kita “bersalah dalam banyak hal”? Di sini dikatakan: barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya -- termasuk tidak ada dusta --, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya.
Kalau tidak salah dalam perkataan, sama dengan; sempurna. Berarti, kehidupan dari pada mempelai TUHAN, itulah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang diam di gunung TUHAN yang kudus adalah kehidupan yang sempurna, tidak bercela, sanggup mengendalikan seluruh hidupnya, hatinya terkendali.

Kalai hati dapat dikuasai, maka hidup ini juga terkuasai. Mari kita belajar untuk lebih dewasa lagi, supaya nanti setibanya kita di kediaman kita masing-masing, maka hati kita tetap lurus-lurus tertuju kepada TUHAN, itulah kehidupan yang tidak bercela, supaya kita layak berada di gunung TUHAN yang kudus diliputi dengan penyembahan yang besar.
TUHAN membenci kenajisan; oleh sebab itu, janganlah hati ini bengkok ke sana. Mungkin tubuh tidak bersetubuh, tetapi hati tidak boleh bengkok ke sana, supaya layak berada di gunung TUHAN yang kudus, layak menjadi mempelai TUHAN yang tanpa cacat cela, kudus, tidak bercela. Kalau hatinya bengkok, maka pasti perkataannya dusta. Sekalipun dia membela diri dengan disertai air mata, pasti dusta. Ini adalah perkataan Alkitab, bukan perkataan saya.

Inilah keadaan dari mempelai TUHAN; tidak bercela, layak berada di gunung TUHAN, layak menjadi mempelai TUHAN untuk bersanding dengan Dia. Mempelai perempuan Anak Domba layak bersanding dengan Dia.

Kemudian, dua hal kelebihan dari inti mempelai wanita TUHAN ialah:
Hal yang kedua: Mereka tidak bercela.
Berarti;
-          Tidak serong hatinya.
-          Kehidupan yang setia.
-          Perbuatan tangannya suci.
-          Tidak belat-belit.
Biarlah kita bahagia dalam nikah yang suci. Haleluya...

Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Singkatnya, suasana mempelai diliputi oleh penyembahan yang besar. Jadi, kehidupan yang layak untuk diam di gunung TUHAN yang kudus, itulah mempelai wanita TUHAN sudah selayaknya diliputi dengan suasana penyembahan yang besar, diliputi oleh penyerahan diri untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada hal yang tak suci. Sudah seperti demikian rupalah suasana dari mempelai, yaitu diliputi dengan penyembahan.

Jadi, menyembah itu tidak saat di tengah ibadah saja, tetapi di mana saja berada dalam suasana penyembahan, suasana penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi taat kepada yang tidak suci. Hati tidak serong lagi, hati tidak bengkok lagi kepada yang tidak suci, apalagi tipu daya kenajisan, sebab tidak ada kebahagiaan di situ. Jangan saudara berkamuflase di dalam hal mengikuti TUHAN.
Sudah seharusnyalah mempelai TUHAN (gereja TUHAN) diliputi oleh penyembahan yang besar, itulah suasana dari mempelai TUHAN. Kehidupan yang tidak bercela di atas gunung TUHAN yang kudus bercahaya kemuliaan mempelai.

Terlebih dahulu kita lihat MEMPELAI TUHAN dalam suasana PENYEMBAHAN YANG BESAR.
Kidung Agung 7:6-9A
(7:6) Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. (7:7) Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. (7:8) Kataku: "Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel. (7:9) Kata-katamu manis bagaikan anggur!" Ya, anggur itu mengalir kepada kekasihku dengan tak putus-putusnya, melimpah ke bibir orang-orang yang sedang tidur!

Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi. Sosok tubuhmu seumpama pohon korma dan buah dadamu gugusannya. Kataku: "Aku ingin memanjat pohon korma itu dan memegang gugusan-gugusannya. Kiranya buah dadamu seperti gugusan anggur dan nafas hidungmu seperti buah apel. Kata-katamu manis bagaikan anggur!" Inilah keadaan dari mempelai wanita TUHAN yang berada dalam suasana yang diliputi oleh peyembahan yang besar.

Ukuran suasana penyembahan dari mempelai Tuhan adalah diungkapkan langsung oleh Mempelai Laki-Laki Sorga. Jadi, ukuran penyembahan itu adalah ungkapan dari Mempelai Laki-Laki Sorga. Kita tidak bisa mengukur penyembahan kita dengan pengertian kita, tetapi penyembahan yang besar diukur langsung oleh pengakuan dari Mempelai Laki-Laki Sorga, antara lain:
YANG PERTAMA: “Betapa cantik, betapa jelita engkau, hai tercinta di antara segala yang disenangi.
Mempelai wania tercantik dan jelita yang paling dicintai dari segala yang disenangi, sama dengan; berharga di mata TUHAN. Jadi, kehidupan yang tidak bercela itu adalah suatu kehidupan yang berharga di mata TUHAN. Oleh sebab itu, jangan belat-belit.

YANG KEDUA: “Sosok tubuhmu seumpama pohon korma.
Tubuh mempelai digambarkan seperti pohon korma. Artinya, berada di dalam tanda kesatuan tubuh (penyerahan diri) untuk taat kepada kehendak Allah. Di dalam kesatuan tubuh (penyerahan diri) itulah akhirnya TUHAN berkata: “Sosok tubuhmu seumpama pohon korma.

YANG KETIGA: “Buah dadamu gugusannya.
Buah dada itu berbicara tentang kedewasaan yang dapat menyenangkan hati Mempelai Laki-Laki Sorga. Sedangkan kanak-kanak rohani belum mempunyai buah dada; oleh sebab itu, buah dada berbicara tentang kedewasaan. Kehidupan yang dewasa rohani tentu dapat menyenangkan hati TUHAN; inilah penyembahan yang tertinggi.

YANG KEEMPAT: “Nafas hidungmu seperti buah apel.
Nafas hidung, jelas menunjuk kepada; doa penyembahan, yang digambarkan seperti buah apel yang manis rasanya. Jelas, ini juga merupakan penyembahan tertinggi dari mempelai wanita TUHAN.

YANG KELIMA: “Kata-katamu manis bagaikan anggur.
Perkataan dari Mempelai Wanita Tuhan dapat dinikmati bagaikan anggur manis. Pendeknya, tidak ada perkataan dari Mempelai Wanita Tuhan yang mengejutkan serta mengecutkan dan melukai hati TUHAN. Ini juga merupakan penyembahan yang tertinggi.

Jadi, suasana mempelai betul-betul diliputi dengan penyembahan yang tertinggi. Baik berbicara tentang kecantikan, maupun tubuh dari mempelai, bahkan buah dada, nafas hidung, perkataan, semua itu berbicara tentang penyembahan yang tertinggi.
Jelas, siapa yang layak untuk diam di gunung TUHAN yang kudus? Tentu mempelai TUHAN. Inilah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita. Kalau seorang hanya sibuk untuk mengadakan mujizat kesembuhan, sibuk hanya mengadakan pengusiran Setan di tengah ibadah dan pelayanan, itu bagaikan perjalanan yang sesat, tiada akhir, tanpa ujung perjalanan. TUHAN tidak suka melihat hamba TUHAN yang demikian. TUHAN tidak mengenal hamba TUHAN yang demikian, karena hamba TUHAN yang demikian adalah pembuat kejahatan... Matius 7:22-23.

Kidung Agung 7:10
(7:10) Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.

Kalau kita, melihat keadaan dari Mempelai Wanita TUHAN, betul-betul diliputi dengan suasana penyembahan yang tertinggi, maka lihatlah pengakuan langsung dari mempelai perempuan yang tidak ragu mengatakan: “Kepunyaan kekasihku aku, kepadaku gairahnya tertuju.” Kalau kita ada dalam penyembahan yang tertinggi, maka TUHAN bergairah. Ibadah dan pelayanan ini juga betul-betul dinikmati oleh TUHAN. Kalau kita betul-betul sudah diliputi dengan penyembahan yang tertinggi, maka apa pun yang kita kerjakan betul-betul menggairahkan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Jadi tingkatan rohani kita tidak berhenti hanya sebatas memiliki Firman Allah dan Kesaksaian Roh, namun sudah seharusnya berada pada puncaknya, yaitu: Penyembahan, sehingga dengan demikian, hidup dan pelayanan kita dinikmati oleh Mempelai Laki-laki Sorga.

Biarlah di malam hari ini penyembahan kita di kaki salib TUHAN betul-betul tertuju kepada pribadi Yesus Kristus, Kepala Jemaat, Mempelai Laki-Laki Sorga; dan menimbulkan kegairahan itu yang memang tertuju kepada kita sekaliannya, sebab mempelai TUHAN tidak bercela, hatinya tidak bengkok. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment