KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, August 28, 2020

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 AGUSTUS 2020



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 26 AGUSTUS 2020


KITAB KOLOSE
(Seri: 110)

Subtema: DIGARAP DAN DIKERJAKAN OLEH SALIB KRISTUS

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita, sekaligus damai sejahtera Kristus itu memerintah di dalam hidup, ibadah, pelayanan dan nikah kita masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita, membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, memimpin hidup rohani kita sampai pada penyembahan yang tertinggi.

Sebelum kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose, malam ini saya juga tidak lupa mengucapkan “Selamat Ulang Tahun yang ke-50 untuk Gereja Pantekosta Tabernakel”, di mana kita berada di bawah naungan Gereja Pantekosta Tabernakel yang telah lahir 50 (lima puluh) tahun yang lalu. Dan hari ini adalah Hari Ulang Tahun dari Gereja Pantekosta Tabernakel. Biarlah Gereja Pantekosta Tabernakel jaya terus, maju terus untuk membawa Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, dan juga hamba-hamba TUHAN AMB GPT se-Indonesia, mulai dari PD I sampai dengan PD VII, kiranya TUHAN memakai dalam urapan yang luar biasa untuk membawa Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel yang ukurannya tidak bergeser sedikit pun supaya kita tepat dan berada di dalam Kerajaan Sorga kekal sampai selama-lamanya sebagai doa dan kerinduan kita saat ini.

Segera kita memperhatikan Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE. Kita akan memperhatikan Kolose 3, dan kita masih berada di ayat 19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.

“Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.” Ini adalah suatu pernyataan dari Allah yang ditujukan langsung kepada suami-suami supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar, sesuai dengan ketetapan Firman TUHAN. Ini adalah nasihat firman yang harus diterima oleh seorang suami dengan segala kerendahan hatinya, meskipun memang sang suami adalah seorang kepala dalam hubungan nikah dan rumah tangga.

Pelajaran yang baik bagi seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya dapat kita temukan dan pelajari dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,

Suami-suami di dalam hal mengasihi isterinya dinyatakan sebanyak dua kali, yakni:
1.      Ayat 25-27.
2.      Ayat 28-29.

Hal yang pertama, yaitu ayat 25-27, telah disampaikan untuk beberapa seri. Sekarang, kita akan kembali memperhatikan HAL YANG KEDUA, yaitu ayat 28-29.
Efesus 5:28-29
(5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,

Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri. Berarti, siapa yang mengasihi isterinya sama dengan mengasihi dirinya sendiri. Mengapa demikian?

Efesus 2:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Mengapa seorang suami harus mengasihi isterinya seperti tubuhnya sendiri? Sebab antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging (satu tubuh), sehingga ketika suami mengasihi isterinya sama seperti mengasihi dirinya sendiri karena kedua-duanya sudah menjadi satu tubuh (satu daging).
Kristus adalah Kepala, Dialah suami yang kita kasihi, sedangkan sidang jemaat adalah tubuh-Nya, isteri-Nya.

Sekarang, pertanyaannya: APA ALAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI SARANA YANG MEMPERSATUKAN?
Kita akan temukan jawabannya di dalam Kejadian 2:22-24.
Kejadian 2:22-24
(2:22) Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. (2:23) Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki." (2:24) Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Sarana yang digunakan sehingga antara suami dengan isterinya menjadi satu daging adalah salib Kristus, salib di Golgota, tidak ada lagi sarana yang lain, sebab di sini dikatakan; perempuan itu dibentuk dari salah satu tulang rusuk Adam.
Ketika Allah mengoperasi Adam untuk mengambil salah satu tulang rusuk untuk membentuk perempuan itu; hal ini merupakan gambaran dan bayangan dari salib Kristus, salib di Golgota yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus, Anak Allah, 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.

Dan setelah perempuan itu dibentuk dari salah satu tulang rusuk Adam, berkatalah Adam: “Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku.” Apa yang dikatakan oleh Adam ini sudah berbicara tentang kesatuan, mereka sudah menjadi satu.
Sedangkan Yesus Kristus adalah Adam yang akhir, menjadi Roh yang menghidupkan -- menurut ayat yang lain --.

Kita kembali membaca Matius 19.
Matius 19:5-6
(19:5) Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. (19:6) Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia."

Kita harus mengetahui dengan pasti -- bukan saja untuk orang yang sudah menikah, tetapi kaum muda remaja juga harus mengetahui dengan pasti --, bahwa: “ ... apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”, baik itu karena dosa kejahatan, maupun dosa kenajisan, maupun kecemaran-kecemaran yang lain, sebab mereka bukan lagi dua melainkan satu daging, mereka sudah dipersatukan oleh salib Kristus, salib di Golgota 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.
Jadi, jelas, kita harus menghargai korban Kristus, harus menjunjung tinggi korban Kristus.

Syarat memikul salib atau bersatu dengan isterinya ialah seorang laki-laki -- sebagai suami -- akan meninggalkan ayah dan ibunya.

Kembali kita membaca Efesus 5.
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.

Di sini kembali dikatakan: Laki-laki atau sang suami akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Artinya, laki-laki harus meninggalkan segala milik kepunyaannya atau segala yang paling berharga, dengan demikian seorang suami dapat mengasihi isterinya seperti mengasihi dirinya sendiri. Meninggalkan segala ego, meninggalkan segala keakuan, segala sesuatu yang berharga di dalam dirinya, semua itu harus dilepaskan lebih dulu, maka nanti suami dengan isteri bisa menjadi satu daging (satu tubuh).

Filipi 2:5-6
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,

Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama ...” Kita harus hidup rukun bersama sebagaimana TUHAN telah memperhatikan kita, maka kita juga harus memperhatikan nasihat yang baik ini. Kita semua sudah menerima yang baik dari TUHAN, maka junjung tinggilah korban Kristus itu. Perhatikan dan hargai perhatian TUHAN, sebab kita semua sudah diperhatikan; hormati perhatian TUHAN.

Yesus, Anak Allah, rela meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di sorga. Pendeknya; Yesus, Anak Allah, rela meninggalkan segala milik yang paling berharga yang Dia punyai, Dia rela tinggalkan segala sesuatunya, Dia menyangkal segala sesuatunya.
Inilah pikiran dan perasaan yang terdapat dalam Kristus Yesus yang harus dimiliki oleh seorang suami, juga harus dimiliki oleh kita semua bersama-sama supaya kita hidup rukun bersama-sama satu dengan yang lain.

Hal ini harus kita perhatikan. Jangan kita lupakan karena digeser oleh keinginan-keinginan yang tidak suci. Biarlah kiranya kita tetap mengingat pelajaran yang kita terima dalam Ibadah Raya Minggu kemarin, di mana seorang imam besar Yosua harus mengenakan serban tahir dan di depannya ada patam atau plat emas yang terukir di dahinya. Jadi, pikiran ini harus tetap berpusat kepada TUHAN Yesus Kristus, Dialah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.
Itulah sebabnya di sini dikatakan: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus ...” Inilah pikiran dan perasaan yang terdapat di dalam Kristus Yesus yang harus dimiliki oleh seorang suami dan juga kita miliki bersama-sama supaya kita hidup rukun bersama-sama.
Hidup rukun bersama-sama, berarti; tidak saling menyakiti antara yang satu dengan yang lain. Menyakiti itu tidak saja dalam bentuk pukulan (fisik), tetapi juga dalam bentuk batin, pikiran, perasaan, dan lain sebagainya.

Filipi 2:7-8
(2:7) melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.

Sebagaimana Anak telah meninggalkan Bapa-Nya dan rumah-Nya di sorga, lalu turun ke dunia dan menjadi sama dengan manusia. Selanjutnya di sini dikatakan: Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Singkatnya: Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, telah mengalami dan merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia, mempelai perempuan-Nya. Kalau Dia mengalami dan merasakan apa yang dialami dan dirasakan oleh manusia, sama dengan; mengasihi isteri-Nya seperti mengasihi diri-Nya sendiri.

Dengan demikian, sangat jelas sekali bahwa salib adalah sarana untuk mempersatukan antara suami dengan isterinya, tidak ada cara yang lain. Maka, kita harus terhubung langsung dengan salib.
Sidang jemaat di tengah ibadah dan pelayanan harus terhubung langsung dengan salib. Sidang jemaat tidak boleh merasa aneh terhadap salib, sidang jemaat tidak boleh merasa tersakiti oleh salib. Sidang jemaat tidak boleh merasa bahwa salib itu menjadi suatu perkara yang asing. Tetapi justru kita harus menyatu dengan salib; kena mengena dengan salib, terhubung langsung dengan salib, teristimewa imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN, bahkan pemimpin sidang jemaat.

Kita harus kena mengena dengan salib; bukan saja para pelayan TUHAN, tetapi sidang jemaat juga harus kena mengena dengan salib. Oleh sebab itu, jangan suka bersungut-sungut dan jangan suka lari dari apa yang kita alami; hadapi saja.

Selanjutnya, LANGKAH-LANGKAH UNTUK MENUJU SALIB (kena mengena dengan salib).
LANGKAH YANG PERTAMA: Mengosongkan diri-Nya sendiri
Kosong = nol = tidak berisi. Arti rohaninya ialah tidak bermegah terhadap segala sesuatu yang dia miliki. Berarti, sekalipun ia mempunyai, tetapi seolah-olah tidak mempunyai, dengan kata lain; menghampakan diri.
Hal ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh dan telah disampaikan pada minggu yang lalu.

LANGKAH YANG KEDUA: Mengambil rupa seorang hamba atau menjadi hamba.
Terlebih dahulu kita lihat pelajaran mengenai HAMBA di dalam Injil Lukas 17.
Lukas 17:7-10
(17:7) "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan! (17:8) Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum. (17:9) Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya? (17:10) Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."

Kalau kita mengerti tentang “hamba”, maka yang harus kita katakan adalah: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.
Hal ini harus dipahami oleh seorang hamba. Jadi, tidak boleh hanya tampil-tampil tetapi tidak mengerti soal hamba. Sebagai seorang pemimpin pujian, singer, kolektan, pemain musik, multimedia, semua, harus mengerti tentang hamba.

Singkatnya, sekalipun berada di dalam keadaan berjerih payah dan berjerih lelah karena melakukan segala sesuatu yang ditugaskan oleh tuannya kepadanya, namun seorang hamba tetaplah berkata:
YANG PERTAMA: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna.
Siap atau tidak siap, kalau seorang hamba TUHAN (pelayan TUHAN) sudah dipercayakan tugas pelayanan, maka dia harus berkata di hadapan TUHAN: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”.
Artinya, seorang hamba tidak boleh merasa berjasa. Seberapa banyak dan seberapa besar yang telah dikorbankannya, segala jerih payah dan jerih lelahnya di tengah ibadah dan pelayanan dalam mengerjakan tugas yang dipercayakan, tetapi seorang hamba tetap berkata: “Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna”, artinya; seorang hamba tidak pernah merasa telah berjasa setelah sekian banyak pengorbanan, setelah sekian lama berkorban.
Jangan saudara bersungut-sungut karena harus mempersembahkan banyak korban di dalam melayani pekerjaan Tuhan, sebab bersungut-sungut adalah tanda bahwa ia bukanlah hamba, dengan kata lain; dia menempatkan dirinya sebagai “tuan” di bumi. Karena dia menempatkan dirinya “tuan” di bumi, maka dia tidak layak berada dalam Kerajaan Sorga, tetapi kalau kita mau merendahkan diri dan menjadi hamba, maka nanti layak berada dalam Kerajaan Sorga. Siapa yang merendahkan diri akan ditinggikan dan siapa yang meninggikan diri akan direndahkan.

YANG KEDUA: “Kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan”.
Arti rohaninya ialah seorang hamba bekerja melakukan tugasnya tanpa pamrih, tanpa mengharapkan keuntungan, serta tidak mengharapkan ucapan terima kasih dari tuannya.

Maukah saudara menghambakan diri kepada TUHAN? Kalau sudah melayani TUHAN, mau tidak mau dua pernyataan ini harus kita ungkapkan di hadapan TUHAN, namun bukan hanya dengan mulut saja, tetapi juga langsung praktek di tengah ibadah dan pelayanan.
Tetapi, ada saja pelayan TUHAN yang tinggal di rumah gereja; selesai minum, gelasnya ditinggalkan begitu saja; selesai makan, piringnya ditinggalkan begitu saja. Ini bukanlah sifat hamba. Belajar lebih dewasa sejak dari sekarang.

Intinya: Seorang hamba tidak mempunyai hak atas dirinya sendiri selain dari pada tuannya sendiri. Dalam bahasa Yunani disebut dengan doulos.

Yesus Kristus adalah hamba TUHAN, sebab sekalipun Ia adalah Anak, namun Ia taat kepada kehendak Allah Bapa untuk melakukan dua hal sesuai dengan ayat 7 tadi, yaitu:
1.      Membajak ladang.
2.      Menggembalakan ternak.

Tentang: “MEMBAJAK LADANG
Kalau tugas seorang hamba adalah membajak, berarti hidup dari gereja TUHAN (anak-anak TUHAN) adalah ladang TUHAN; itu hubungan timbal baliknya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Rasul Paulus dalam suratnya 1 Korintus 3:6-9, Rasul Paulus berkata: “kami adalah kawan sekerja Allah; kamu adalah ladang Allah, bangunan Allah.
Kita semua adalah ladang-Nya TUHAN, hati ini adalah ladang TUHAN yang memang harus digarap, dikerjakan oleh TUHAN sendiri sebagai hamba TUHAN, Dia telah melakukan kehendak Allah Bapa.

Ciri-ciri apabila ladang atau kehidupan dari gereja TUHAN telah dibajak, digarap, dikerjakan oleh TUHAN.
Yesaya 11:1
(11:1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.

Bagian A: “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai
Hal ini menunjuk kepada pribadi Yesus Kristus, Anak Allah, Dia adalah Seorang yang lemah lembut dan rendah hati, sesuai dengan Injil Matius 11:29.
Tunas yang keluar dari tunggul Isai tersebut sangat lembut sekali. Oleh sebab itu, biarlah kiranya kehidupan kita dalam pengikutan kita kepada TUHAN; semakin hari semakin lemah lembut, semakin hari semakin rendah hati.

Tadi kita sudah angkat pujian sebagai pengakuan dari hati kita yang paling dalam kepada TUHAN: biarlah Engkau semakin bertambah-tambah, TUHAN, aku semakin berkurang-kurang. Engkau semakin besar, aku semakin kecil, supaya nyata pribadi Kristus dalam kehidupan kita masing-masing sebagai pribadi yang lemah lembut dan rendah hati.
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kehidupan kita semakin hari semakin lemah lembut dan semakin hari semakin rendah hati.

Matius 11:29
(11:29) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Kehidupan yang telah digarap dan dikerjakan oleh salib Kristus adalah suatu kehidupan yang lemah lembut dan rendah hati.

Kita akan kembali membaca Yesaya 11:1.
Yesaya 11:1
(11:1) Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah.

Bagian B: “Taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah
Pada bagian B ini, kita menemukan kata “tumbuh” dan “berbuah.” Sebenarnya, kata “tumbuh” dan “berbuah” adalah sebuah harapan yang diberikan oleh tanah atau ladang yang telah dibajak, digarap dan dikerjakan oleh salib Kristus. Jangan berharap kepada benih yang ditaburkan di ladang yang belum digarap dan dikerjakan untuk menjadi “tumbuh” dan “berbuah”.

Jadi, kalau kita lemah lembut dan rendah hati – itu adalah tanda kehidupan yang telah digarap oleh salib -- itu memberi harapan manakala benih firman itu ditaburkan, mau tidak mau dia akan “tumbuh” dan “berbuah.”
Berbeda dengan tanah yang berbatu-batu; ketika benih itu ditaburkan, dia tumbuh sebentar saja tetapi tidak berakar. Mengapa tumbuh sebentar saja? Jawabnya: Karena tumbuh, tetapi tidak berakar. Kerugiannya: Apabila ada penganiayaan (ujian) karena firman, maka dia akan murtad, tetapi kalau tanah itu sudah digarap, digemburkan, dikerjakan -- itulah kehidupan yang digarap oleh salib --  maka dia memberi sebuah harapan, yaitu “tumbuh” dan “berbuah.”

Sekali lagi saya sampaikan: Kata “tumbuh” dan “berbuah” adalah sebuah harapan yang diberikan oleh tanah atau ladang yang dibajak sebagai gambaran dari kehidupan yang lemah lembut dan rendah hati.
Saya juga berharap supaya anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming juga terus mengikutinya supaya kita ini menjadi suatu kehidupan yang lemah lembut dan rendah hati, tanda kehidupan itu sudah digarap dan dikerjakan. Dan kalau ladang itu sudah subur, maka dia akan memberi suatu harapan manakala benih itu ditaburkan; dia akan “tumbuh” dan “berbuah”.

Matius 13:3-8,18-23
(13:3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Kata-Nya: "Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (13:4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (13:5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itu pun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (13:6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (13:7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (13:8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. (13:18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (13:19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (13:20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (13:21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itu pun segera murtad. (13:22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (13:23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat."

Seorang penabur keluar untuk menabur, di mana sebagian benih itu ...
1.      Jatuh di pinggir jalan.
2.      Jatuh di tanah yang berbatu-batu.
3.      Jatuh di tengah semak duri.
4.      Jatuh di tanah yang baik.
Selanjutnya, kita akan memperhatikan arti rohaninya.

Yang Pertama:
Benih yang “jatuh di pinggir jalan”, artinya; orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi ia tidak sampai mengerti.
Kerugiannya adalah si jahat -- Iblis atau Satan -- merampas benih firman yang ditaburkan dalam hati orang itu, sehingga orang itu berubah menjadi jahat.
Jadi, jangan sampai mendengar tetapi tidak mengerti. Mendengar harus berusaha sampai mengerti. Atau jangan juga mendengar, mengerti, tetapi mengabaikan begitu saja.

Yang Kedua:
Benih yang “jatuh di tanah yang berbatu-batu”, artinya; mendengar firman dan segera menerimanya dengan gembira, tetapi tidak berakar dan tahan sebentar saja, dengan lain kata; tumbuh, tetapi tidak berakar. Tidak sedikit di antara kita menerima firman dengan gembira, tetapi sayangnya benih firman itu tidak berakar dan tahan sebentar saja.
Kerugian bila tumbuh tetapi tidak berakar ialah tidak kuat terhadap ujian, tidak kuat terhadap cobaan yang dihadapi, tidak kuat terhadap aniaya karena firman itu sendiri, sehingga akhirnya ia murtad, mengundurkan diri.

Yang Ketiga:
Benih yang “jatuh di tengah semak duri”, artinya; Firman TUHAN yang didengar itu dihimpit oleh dua perkara:
1.      Dihimpit oleh kekuatiran dunia.
2.      Dihimpit oleh tipu daya kekayaan.
Kalau benih sudah terhimpit, maka kerugiannya ialah benih firman yang ditaburkan tidak tumbuh dan tidak berbuah.

Tetapi, sebelum kita melihat benih yang ditaburkan di tanah yang sudah digarap, dikerjakan oleh salib Kristus (firman iman), kita kembali membaca ayat 19.
Matius 13:19
(13:19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan.

Adapun bentuk benih atau firman yang disampaikan itu adalah firman tentang Kerajaan Sorga, yang merupakan benih atau firman yang benar dan murni. Sebaliknya, apabila seorang hamba TUHAN sibuk membicarakan tentang kerajaan dunia dan kemegahannya, itu merupakan ajaran Setan, sehingga apabila benih itu bertumbuh, maka buah yang dihasilkan adalah penyembahan kepada Setan, sesuai dengan Injil Matius 4:8-9, di mana Iblis atau Satan membawa Yesus ke atas gunung yang tinggi, lalu memperlihatkan dan memberitakan kerajaan dunia dan kemegahannya. Selanjutnya, Iblis berkata: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."

Yang Keempat:
Barulah kita memperhatikan benih yang “jatuh di tanah yang baik”.
Benih yang “jatuh di tanah yang baik” ialah mendengar firman sampai mengerti; itulah tanah yang sudah digarap, dikerjakan oleh salib Kristus. Salib Kristus adalah firman iman.
Dampak positifnya ialah tumbuh dan berbuah ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.

Jadi, Injil Matius 13:23 ini sesuai dengan Yesaya 11:1B. Di mana pada Yesaya 11:1B tersebut kita temukan kata “tumbuh” dan “berbuah”, itu merupakan harapan yang berasal dari ladang yang sudah digarap dan dikerjakan, itulah tanah yang baik dan subur. Dan hal ini sesuai dengan Injil Matius 13:23 di mana benih yang ditaburkan di tanah yang baik ialah mendengar firman sampai mengerti, sehingga ia tumbuh dan berbuah ada yang seratus, enam puluh, tiga puluh kali lipat.

Berusahalah untuk mengerti firman yang didengar, karena firman yang kita dengar adalah firman tentang Kerajaan Sorga; dan inilah yang nanti akan membawa kita sampai kepada penyembahan yang tertinggi. Tetapi sebaliknya kalau berita yang disampaikan itu tentang kerajaan dunia dan kemegahannya, maka arah penyembahan sebagai buah yang dihasilkan adalah penyembahan kepada Setan, dan itu tertulis dengan jelas di dalam Matius 4:8-9 dan Wahyu 13:11-18.

Keterangan: “Seratus kali lipat”
Seratus kali lipat, menunjuk; kawanan domba yang tergembala. Kalau berbicara tentang angka 100 (seratus), itu berbicara tentang kawanan domba.

Yehezkiel 20:37
(20:37) Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku dan memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.

Yesus adalah Gembala Agung. Kemudian, Yesus berkata: “Aku akan membiarkan kamu lewat dari bawah tongkat gembala-Ku”.
Lewat dari bawah tongkat gembala-Ku, artinya; tergembala. Sebagai kawanan domba Allah, biarlah kehidupan kita menjadi kehidupan yang tergembala. Kalau memang kita menjadi kawanan domba Allah, buktikan, dengan kata lain; harus tergembala. Tidak cukup hanya berkata “aku percaya”, tetapi rohaninya tidak tergembala; itu tidak cukup.
Jadi, lewat dari bawah tongkat gembala, arti rohaninya ialah tergembala, karena memang kita adalah kawanan domba Allah, dan hal itu harus kita buktikan.

Kemudian, kehidupan yang tergembala masuk dalam bilangan TUHAN, sama artinya; nama terdaftar di sorga. Sebab di sini dikatakan: “Aku akan ... memasukkan kamu ke kandang dengan menghitung kamu.” Kehidupan yang tergembala masuk dalam bilangan TUHAN. Menghitung kamu, berarti masuk dalam bilangan TUHAN, sama artinya; nama terdaftar di sorga.
Jadi, tidak ada ruginya bila kita tergembala, apapun yang kita alami. Tetapi adalah suatu kerugian yang besar kalau seseorang tidak mau tergembala.

Jadi, supaya dihitung menjadi bilangan TUHAN, dengan kata lain: nama kita dikenal, terdaftar di sorga, ukurannya bukanlah amal soleh, bukan dari perbuatan baik, melainkan harus tergembala dengan baik, karena di dalam penggembalaan itu terlalu banyak dan sangat banyak aturan-aturan yang harus kita ikuti di dalamnya -> Salib Kristus = Firman Iman.
Berbahagialah kalau saudara memperoleh pengertian ini, dengan lain kata; nama terdaftar di sorga. Tidak ada cara lain supaya nama terdaftar di sorga selain tergembala dengan baik dan mengikuti aturan-aturan (arahan) dari Gembala Agung.
  
Itu sebabnya, bisa terlihat dengan jelas antara kehidupan yang tergembala dengan kehidupan yang tidak tergembala (orang yang di luaran sana), pasti berbeda.

1 Petrus 2: 24
(2:24) Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Ingat: “Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh”, itulah yang dialami oleh kawanan domba, karena Yesus adalah Anak Domba Allah.

Namun, tidak berhenti sampai di situ, mari kita memperhatikan ayat 25.
1 Petrus 2: 25
(2:25) Sebab dahulu kamu sesat seperti domba, tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.

Dahulu kamu sesat, berarti; belum mengerti soal tergembala, dan belum mengerti tentang penggembalaan; itulah perbedaan antara tergembala dan tidak tergembala. Kalau tidak tergembala, maka sama seperti orang di luaran sana; sesat. Walaupun ia menganggap jalannya lurus, ia menganggap sudah berbuat baik, suci dan benar, tetapi kalau kerohaniannya tidak tergembala (di luar TUHAN), maka sesat, semuanya sesat; perkataannya sesat, pikirannya sesat, perbuatannya sesat, semua sesat, dan hal itu sudah kita rasakan sebelum tergembala.

“ ... Tetapi sekarang kamu telah kembali kepada gembala dan pemelihara jiwamu.” Setelah tergembala digembalakan oleh Gembala Agung, kita dibiarkan lewat dari bawah tongkat gembala-Nya, maka kawanan domba itu terpelihara dengan baik; tubuh, jiwa dan roh terpelihara dengan baik, hati, pikiran dan perasaan dipelihara dengan baik, tidak sesat.

Itulah keterangan “seratus kali lipat”, dimulai dari ladang yang sudah digarap dan dikerjakan memberi suatu harapan “tumbuh” dan “berbuah”.

Keterangan: “Enam puluh kali lipat
Dalam Pengajaran Tabernakel terkena pada tiang pagar halaman, di mana seluruhnya berjumlah 60 (enam puluh) batang tiang pagar halaman, sudah terhitung dengan 4 (empat) tiang pintu gerbang. Tiang yang pertama dimulai dari pribadi Yesus Kristus sampai tiang yang ke-56, itulah Abraham, ditambah 4 (empat) tiang pada pintu gerbang, maka jumlah seluruhnya adalah 60 (enam puluh) tiang.
 
Adapun perincian 60 (enam puluh) batang tiang pagar halaman adalah sebagai berikut:
Bagian Pertama:
-          Sebelah Utara       : 20 (dua puluh) batang tiang.
-          Sebelah Selatan     : 20 (dua puluh) batang tiang.
-          Sebelah Barat        : 10 (sepuluh) batang tiang.
-          Sebelah Timur       : 6 (enam) batang tiang -- masing-masing 3 (tiga) tiang di sebelah kanan dan kiri pintu gerbang --.
Jumlah seluruhnya adalah 56 batang tiang.
Bagian Kedua: Pada pintu gerbang -- sebelah Timur Tabernakel -- terdapat 4 (empat) batang tiang.
Jadi, 56 (lima puluh enam) batang tiang sekeliling Tabernakel + 4 (empat) batang tiang pada pintu gerbang = 60 (enam puluh) batang tiang.

4 (empat) tiang pada pintu gerbang, menunjuk kepada 4 (empat) Injil, yakni: Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Itulah pintu gerbang yang berbicara tentang “percaya”. Sedangkan tentang 56 (lima puluh enam) batang tiang, mari kita perhatikan Lukas 3:23-30, di mana terdapat 56 (lima puluh enam) nama dari Yesus sampai kepada Abraham.

Lukas 3:23-30
(3:23) Ketika Yesus memulai pekerjaan-Nya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, (3:24) anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, (3:25) anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, (3:26) anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, (3:27) anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, (3:28) anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, (3:29) anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, (3:30) anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, (3:31) anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, (3:32) anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, (3:33) anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, (3:34) anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor,

Yesus adalah (1) anak Yusuf, (2) anak Eli, (3) anak Matat, (4) anak Lewi, (5) anak Malkhi, (6) anak Yanai, (7) anak Yusuf, (8) anak Matica, (9) anak Amos, (10) anak Nahum, (11) anak Hesli, (12) anak Nagai, (13) anak Maat, (14) anak Matica, (15) anak Simei, (16) anak Yosekh, (17) anak Yoda, (18) anak Yohanan, (19) anak Resa, (20) anak Zerubabel, (21) anak Sealtiel, (22) anak Neri, (23) anak Malkhi, (24) anak Adi, (25) anak Kosam, (26) anak Elmadam, (27) anak Er, (28) anak Yesua, (29) anak Eliezer, (30) anak Yorim, (31) anak Matat, (32) anak Lewi, (33) anak Simeon, (34) anak Yehuda, (35) anak Yusuf, (36) anak Yonam, (37) anak Elyakim, (38) anak Melea, (39) anak Mina, (40) anak Matata, (41) anak Natan, (42) anak Daud, (43) anak Isai, (44) anak Obed, (45) anak Boas, (46) anak Salmon, (47) anak Nahason, (48) anak Aminadab, (49) anak Admin, (50) anak Arni, (51) anak Hezron, (52) anak Peres, (53) anak Yehuda, (54) anak Yakub, (55) anak Ishak, (56) anak Abraham. Seluruhnya berjumlah 56 (lima puluh enam) nama dari Yesus sampai kepada Abraham.

Jadi, Yesus sampai kepada Abraham seluruhnya ada 56 (lima puluh enam), ditambah dengan 4 (empat) batang tiang pintu gerbang, maka seluruhnya adalah 60 (enam puluh).
Mengapa hitungannya dari Yesus sampai kepada Abraham? Karena Abraham adalah bapa orang percaya, bapa orang beriman.

Yakobus 2:23
(2:23) Dengan jalan demikian genaplah nas yang mengatakan: "Lalu percayalah Abraham kepada Allah, maka Allah memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran." Karena itu Abraham disebut: "Sahabat Allah."

Abraham dibenarkan karena dia percaya. Abraham adalah bapa orang percaya, sehingga ia disebut: “Sahabat Allah”.

Jadi, siapa “sahabat Allah”? Itulah kehidupan yang dibenarkan. Mengapa dibenarkan? Karena dia percaya kepada Allah, tidak bergantung dan tidak percaya kepada harta kekayaan, tidak percaya kepada uang, melainkan hanya percaya kepada Allah, sehingga ia menjadi “sahabat Allah”, itulah kehidupan yang dibenarkan. Karena percaya, maka menjadi “sahabat Allah”.
Kita harus menjadi “sahabat Allah”. Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran, Amsal 17:17. Jadi, tidak ada salahnya bila kita menaruh percaya kepada TUHAN, supaya kita dibenarkan sekaligus disebut “sahabat Allah”. Itulah berkat 60 (enam puluh) kali lipat, jangan diabaikan begitu saja.

Mari kita buktikan bahwa dia percaya kepada Allah, tidak percaya kepada yang lain-lain.
Kejadian 22:10-11
(22:10) Sesudah itu Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih anaknya. (22:11) Tetapi berserulah Malaikat TUHAN dari langit kepadanya: "Abraham, Abraham." Sahutnya: "Ya, Tuhan."

Abraham mengulurkan tangannya, lalu mengambil pisau untuk menyembelih Ishak, anaknya. Abraham tidak ragu di situ, dia tidak percaya dengan yang lain, dia hanya percaya kepada perkataan TUHAN supaya anaknya itu segera dipersembahkan di gunung Moria.
Ishak adalah anak tunggal, anak satu-satunya, itulah hartanya, itulah segalanya, sebab ia (Ishak) didapatinya setelah umurnya tua (mati pucuk), sedangkan Sarah (menopause), tetapi apa yang dikatakan oleh TUHAN, apa yang diperintahkan oleh TUHAN, itu semua dikerjakan oleh Abraham, ia langsung persembahkan anaknya, sesuai dengan perintah TUHAN. Abraham lebih percaya kepada perkataan TUHAN dari pada perkataan orang lain, supaya akhirnya ia dibenarkan dan menjadi sahabat Allah.

Jadi, Abraham disebut “sahabat Allah” sejak ia menuruti kehendak Allah dan Abraham juga takut akan Allah. Abraham lebih percaya kepada perkataan TUHAN, lebih percaya kepada firman iman dari pada yang ada ini.

Galatia 3:16
(3:16) Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.

Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan "kepada keturunan-keturunannya" ... Jadi, bukan dikatakan kepada semua keturunannya, tetapi janji itu diberikan kepada keturunannya saja. Mengapa demikian? seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: "dan kepada keturunanmu", yaitu Kristus.
Itulah hitungan 56 (lima puluh enam) batang tiang pagar halaman, yaitu dari Yesus sampai kepada Abraham. Benih Abraham -- itulah percaya -- sampai Yesus Kristus lahir, itulah 56 (lima puluh enam) batang tiang pagar halaman. Jadi, benih Abraham adalah Kristus. Benih yang disebut “orang percaya” tidaklah seluruhnya, tetapi hanya orang yang percaya.

Galatia 3:27-28
(3:27) Karena kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus. (3:28) Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.

“ ... Karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus.” Itulah benih Abraham, yaitu 56 (lima puluh enam) batang tiang pagar halaman; sudah menjadi milik Kristus. Apakah kita sudah menjadi milik Kristus?

Itulah secara singkat berbicara soal 60 (enam puluh) batang tiang pagar halaman. Biarlah kiranya itu menjadi berkat bagi kita semua.

Keterangan: “Tiga puluh kali lipat
Jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena pada Bait Suci (Kemah Allah), yakni:
-          Ruangan Suci: 20 (dua puluh) hasta.
-          Ruangan Maha Suci: 10 (sepuluh) hasta.
Jadi, 20 hasta + 10 hasta = 30 (tiga puluh) hasta.

Sedangkan 30 (tiga puluh) hasta, jelas itu menunjuk 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga atau Yobel yang ketiga, zaman Allah Roh Kudus, itulah zaman sekarang + 1.000 (seribu) tahun damai -- itulah kerajaan 1.000 (seribu) tahun damai, Ruangan Maha Suci --.

Tentang: RUANGAN SUCI, perinciannya adalah panjang x lebar x tinggi. Berarti, 20 hasta x 10 hasta x 10 hasta = 2.000 (dua ribu) hasta, itulah zaman Allah Roh Kudus -- dari Yesus sampai sekarang --.
Sedangkan ukuran RUANGAN MAHA SUCI adalah panjang x lebar x tinggi. Berarti, 10 hasta x 10 hasta x 10 hasta = 1.000 (seribu) hasta, itulah kerajaan 1.000 (seribu) tahun damai.
Jadi, 2.000 (dua ribu) + 1.000 (seribu) = 3.000 (tiga ribu) tahun.

Itulah 30 (tiga puluh) kali lipat, dimulai dari Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci. Berarti, kesempurnaan dari mempelai diawali dengan kesucian. Tekunlah di dalam pengudusan di dalam Ruangan Suci, itulah buah 30 (tiga puluh) kali lipat.

Maka, kalau kita kaitkan dengan 3.000 (tiga ribu) orang yang bertobat di dalam Kisah Para Rasul ...
Kisah Para Rasul 2:41
(2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.

3.000 (tiga ribu) jiwa ini adalah orang yang sudah bertobat dan sudah memberi diri dibaptis.

Sesudah bertobat dan dibaptis, mari kita perhatikan ayat 42.
Kisah Para Rasul 2:42
(2:42) Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.

Kalau Kisah Para Rasul 2:42 ini dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, jelas terkena pada Ruangan Suci, sebab yang 3.000 (tiga ribu) jiwa itu bertekun dalam hal:
1.      Tekun dalam memecahkan roti à Meja Roti Sajian = Tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab.
2.      Tekun dalam persekutuan à Pelita Emas = Tekun dalam Ibadah Raya Minggu.
3.      Tekun dalam berdoa à Mezbah Dupa = Tekun dalam Ibadah Doa Penyembahan.
Itu baru 2.000 (dua ribu), itulah kegiatan Roh yang harus kita kerjakan sekarang ini; senantiasa berada di tempat pengudusan supaya kita boleh mengalami pengudusan sampai nanti kelak sempurna, berada dalam 1.000 (seribu) hasta, itulah Ruangan Maha Suci.

Mari kita lihat tentang 1.000 (seribu) hasta.
Kisah Para Rasul 2:43-45
(2:43) Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda. (2:44) Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama, (2:45) dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.

Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu ...” Ingat kata “bersatu”. Yang sudah berada di dalam Ruangan Suci, mereka tetap bersatu.
“ ... Dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama ...” Kalau memiliki apapun, usahakan untuk dimiliki bersama, tidak boleh egois.

TUHAN berikan motor pertama kepada saya waktu itu, yaitu motor Tossa, semua pun memakainya. TUHAN berikan motor yang kedua, yaitu Supra Fit, dan semuanya pun pakai untuk melayani pekerjaan TUHAN. TUHAN berikan rumah kepada kita, semuanya pun pakai. Biarlah tanda bersatu itu kita miliki; inilah kehidupan yang sudah berada di tempat pengudusan.
Dan hal itu sudah dialami, termasuk oleh salah satu saudara kita, Sdr. Yesaya, di mana seharusnya ia masih mencicil kendaraan bermotor miliknya sampai berapa tahun lagi, tetapi sekarang sudah lunas. Jadi, harus bisa bersatu; yang sudah berada di tempat pengudusan harus bersatu. Intinya; di dalam hal bersatu ada kebersamaan.

Kisah Para Rasul 2:47
(2:47) sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Diselamatkan”, berarti 1.000 (seribu) tahun damai.

Diawali dengan bersatu, saling merasakan, ada kebersamaan di dalam tempat pengudusan, sampai nanti betul-betul selamat, berada di dalam Ruangan Maha Suci, asal bertekun di situ.
Kita sudah awali dengan Roh, jangan akhiri dengan daging. Tetap bersatu, ada kebersamaan, maka nanti berada dalam 1.000 (seribu) hasta, kerajaan 1.000 (seribu) tahun damai =  “Diselamatkan.” Amin. 


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment