KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, August 4, 2020

IBADAH PEMBAPTISAN, 31 JULI 2020



IBADAH PEMBAPTISAN, 31 JULI 2020

Subtema: PERINGATAN TENTANG BAPTISAN

Shalom.
Selamat siang, salam sejahtera, bahagia-Nya kiranya memenuhi setiap kehidupan kita masing-masing. Kita bersyukur oleh kemurahan hati TUHAN, kita diijinkan untuk mengadakan acara Ibadah Pembaptisan. Sebelum masuk dalam prosesi pembaptisan teramat lebih kita beribadah dahulu kepada TUHAN, supaya TUHAN terlebih dahulu ditinggikan, semata-mata bukan hanya soal upacara pembaptisan. Kalau TUHAN sudah ditinggikan maka TUHAN akan menarik kita untuk dibawa sampai kepada hadirat TUHAN.

Hari ini kita akan memasuki acara pembaptisan, maka kita awali dahulu dari Roma 6.
Roma 6:1-4
(6:1) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? (6:2) Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya? (6:3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? (6:4) Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

“Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?” Jawabnya: tidak. Sebab kasih karunia bertambah-tambah manakala kita menyangkal diri dan memikul salib, sehingga dengan demikian dosa juga berhenti manakala kita menyangkal diri dan memikul salib.

Baptisan Kristus adalah baptisan di dalam kematian-Nya. Berarti, hidup yang lama sudah dikubur dalam-dalam lewat kematian Yesus Kristus. Sama seperti orang mati; dagingnya (tubuhnya) tidak akan bersuara lagi, dagingnya tidak lagi menjadi takhtanya Iblis atau Setan.
Biarlah kiranya kita senantiasa menyangkal diri dan memikul salib, supaya kasih karunia itu semakin bertambah-tambah. Lewat salib inilah lanjut sampai kepada pengalaman kematian untuk mengubur kehidupan yang lama. Kemudian, hari ketiga Yesus bangkit, supaya kita hidup dalam hidup yang baru. Itulah berbicara tentang baptisan Kristus, baptisan dalam kematian-Nya, supaya hidup yang lama dikubur lewat kematian Yesus. Tidak ada orang yang sudah mati, namun tidak dikubur. Kalau tidak dikubur, nanti orang lain mencium aroma bau, orang lain tersandung.

Matius 28:16-19
(28:16) Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. (28:17) Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. (28:18) Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. (28:19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,

Amanat agung dari TUHAN Yesus Kristus kepada rasul-rasul (murid-murid) adalah:
YANG PERTAMA: Jadikanlah semua bangsa murid-Ku.
Jadilah murid-murid yang baik. “Murid” terkait dengan telinga; berarti, sudah seharusnya kita memiliki roh dengar-dengaran. Itulah murid, berarti dengar-dengaran. Inilah amanat agung dari TUHAN Yesus untuk semua bangsa.
YANG KEDUA: Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.
Berarti, satu di dalam pengalaman Yesus Kristus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya, supaya kita hidup dalam hidup yang baru.

Inilah amanat agung dalam Perjanjian Baru, tetapi juga ada amanat agung dalam Perjanjian Lama.

Keluaran 28:17-21
(30:17) Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: (30:18) "Haruslah engkau membuat bejana dan juga alasnya dari tembaga, untuk pembasuhan, dan kautempatkanlah itu antara Kemah Pertemuan dan mezbah, dan kautaruhlah air ke dalamnya. (30:19) Maka Harun dan anak-anaknya haruslah membasuh tangan dan kaki mereka dengan air dari dalamnya. (30:20) Apabila mereka masuk ke dalam Kemah Pertemuan, haruslah mereka membasuh tangan dan kaki dengan air, supaya mereka jangan mati. Demikian juga apabila mereka datang ke mezbah itu untuk menyelenggarakan kebaktian dan untuk membakar korban api-apian bagi TUHAN, (30:21) haruslah mereka membasuh tangan dan kaki mereka, supaya mereka jangan mati. Itulah yang harus menjadi ketetapan bagi mereka untuk selama-lamanya, bagi dia dan bagi keturunannya turun-temurun."

Di sini ada perintah untuk membuat Bejana Kolam Pembasuhan dari tembaga. Adapun posisi dari Kolam Pembasuhan Tembaga ini berada di antara Pintu Kemah dan Mezbah Korban Bakaran.
Inilah amanat agung, sebagai perintah yang harus dikerjakan oleh umat Israel pada zaman Taurat. Jadi, sama dengan amanat agung yang tertulis dalam Perjanjian Baru.

Mengapa harus masuk dalam “baptisan air”? Baptisan air berbicara tentang pengalaman kematian Yesus Kristus, tujuannya adalah supaya layak untuk melayani TUHAN, berada di dalam tahbisan yang benar dan suci lewat ibadah dan pelayanan kepada TUHAN.
Jadi, sebelum dibaptis, seseorang tidak layak untuk menyelenggarakan kebaktian, tidak layak untuk mentahbiskan diri lewat ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN. Itulah pentingnya baptisan itu, yaitu supaya kita layak untuk melayani pekerjaan TUHAN.

Berarti, orang yang melayani pekerjaan TUHAN terlebih dahulu;
-          perjalanan hidupnya -- itulah dua kaki -- sudah dibasuh oleh kematian dan kebangkitan Kristus.
-          perbuatan hidupnya -- itulah dua tangan -- sudah harus dibasuh, supaya dua tangan ini layak untuk membawa korban dan mempersembahkannya di hadapan TUHAN.
Seperti pujian yang kita naikkan tadi: “Kutelah mati ...”, berarti mengubur hidup yang lama supaya layak untuk melayani dan mempersembahkan korban di atas mezbah, mempersembahkan hidup ini di atas mezbah TUHAN lewat ibadah dan pelayanan kepada TUHAN.

Beberapa waktu lalu, saudara-saudara kita, yaitu; keempat orang yang hendak dibaptis hari ini -- yaitu Pasti, Tiar, Herson, Johan -- sudah terlebih dahulu menerima (mendengarkan) nasihat Firman TUHAN di pastori. Pelajaran yang mereka terima ialah; tentang merendahkan diri, yaitu iota, harus lanjut sampai kepada pengalaman kematian, yaitu; titik. Dengan adanya titik ini, maka akan mengakhiri semua riwayat-riwayat dosa di masa lalu.
Jangan sampai sudah dibaptis, tetapi riwayat dosa belum berhenti. Harus berhenti. Jadi, tidak cukup hanya merendahkan diri -- bagaikan orang yang melayani di tengah ibadah --, tetapi dari “iota” harus lanjut sampai kepada “titik”. Dengan adanya “titik”, maka berakhirlah semua riwayat dosa di masa lalu.

Saya berharap kepada keempat anakku yang hendak dibaptis hari ini: Pasti, Tiar, Herson, Johan, biarlah sungguh-sungguh dengan nyata mengubur hidup yang lama.

Ada sebuah kisah yang sangat menarik sekali di dalam 1 Korintus 10.
1 Korintus 10:1-4
(10:1) Aku mau, supaya kamu mengetahui, saudara-saudara, bahwa nenek moyang kita semua berada di bawah perlindungan awan dan bahwa mereka semua telah melintasi laut. (10:2) Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. (10:3) Mereka semua makan makanan rohani yang sama (10:4) dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus.

Untuk menjadi pengikut Musa, bangsa Israel sudah terlebih dahulu melewati Laut Teberau (laut Kolsom), dan itu merupakan bayangan dari “baptisan air” atau “baptisan Kristus.”
Jadi, perjalanan bangsa Israel waktu melewati Laut Teberau yang terbelah dua, di mana orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka, itu berbicara soal pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan (Baptisan). Untuk menjadi pengikut Musa, mereka sudah dibaptis dalam awan dan baptis laut.
Sesudah melewati baptisan itu, selanjutnya mereka diberi;
-          Makan makanan rohani, yaitu Firman Allah.
-          Minum minuman rohani dari batu karang rohani, itulah Yesus Kristus. Yakni; Roh El-Kudus.

Biarlah kita fokus memandang salib Kristus dengan batin (mata hati) kita masing-masing, supaya semua berjalan dengan teratur, sebab kalau tumbuh akar pahit -- karena tidak memandang salib Kristus --, maka semua akan rusuh. Ingatlah terus akan firman yang sudah kita terima kemarin malam, lewat ibadah Pendalaman Alkitab, jangan langsung dilupakan begitu saja.

Jadi, untuk menjadi pengikut Musa, mereka terlebih dahulu dibaptis, selanjutnya diberi makan makanan rohani, itulah Firman Allah, yang harus disantap. Setelah makan, selanjutnya diberi minum, berarti dipenuhkan oleh Roh-El Kudus. Itu sebabnya, kita bersama-sama dengan Roh TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan untuk baptisan pada saat ini.

Namun, lihatlah ayat 5-6 ...
1 Korintus 10:5
(10:5) Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun.

Setelah dibaptis, lalu kemudian makan (firman) dan minum (Roh), namun sekalipun demikian, Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar, sampai akhirnya mayat mereka bergelimpangan di padang gurun, ditewaskan di padang gurun. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

1 Korintus 10:6
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat,

Rupanya, peristiwa pada masa lalu adalah sebuah contoh untuk memperingatkan kita pada hari ini, supaya jangan sampai setelah dibaptis namun justru mati rohani. Jangan sampai sudah dibaptis dan menikmati Firman Allah dan Roh Allah di tengah ibadah pelayanan, namun akhirnya kita justru tidak berkenan.

Berkali-kali saya sampaikan; kalau melihat sesuatu yang tidak baik, jangan teruskan supaya jangan terlanjur-lanjur. Kita semua harus lawan tipu daya dari kenajisan itu, baik laki-laki maupun perempun. Sekali lagi saya tegaskan; lawan kenajisan itu. Kita semua harus berkaca dari pengalaman yang sudah memperingati kita. Pengalaman mereka juga merupakan cerminan hidup kita.
Bayangkan, sudah dibaptis, lalu di tengah-tengah beribadah, diberi makan yaitu: Firman Allah dan diberi minum, yaitu; Roh Kudus, namun hidup mereka tidak berkenan, dan akhirnya mereka semua mati di padang gurun. Jangan sampai kita tidak berkaca pada pengalaman ini. Firman TUHAN adalah cerminan. Pengalaman juga merupakan cerminan. Jangan sampai sudah mempunyai pengalaman, tetapi tetap mengeraskan hati; itu namanya orang Bebal. Jangan sampai seperti itu.

Janganlah kita menginginkan hal-hal yang jahat. Kalau memang ada orang lain yang menginginkan hal-hal yang jahat, namun jangan kita juga turut menginginkannya, mengapa? Karena kita telah dibaptis.

1 Korintus 10:7
(10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis: "Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka dan bersukaria."

Inilah KEJATUHAN YANG PERTAMA dari bangsa Israel, yang dicatat dalam 1 Korintus 10; sesudah dibaptis, ternyata mereka akhirnya jatuh dalam penyembahan berhala, dengan mendirikan patung anak lembu emas tuangan.

Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN. Ada banyak berhala di bumi ini;
-          Berhala yang pertama: Meninggalkan ibadah karena pekerjaan, itu berhala. Meninggalkan TUHAN, meninggalkan ibadah karena bisnis, kesibukan, pendidikan, dan lain sebagainya, itu juga berhala. Itu adalah dewa-dewa kecil di bumi ini.
-          Berhala yang kedua: Kekerasan di hati. Orang yang keras hati itu berhala.
-          Berhala yang ketiga: Kebenaran diri sendiri.

Inilah kejatuhan yang pertama yang dicatat dalam 1 Korintus 10, sesudah dibaptis, makan (firman), dan minum (Roh).

Kemudian, kita akan melihat KEJATUHAN YANG KEDUA dari bangsa Israel pada ayat 8.
1 Korintus 10:8
(10:8) Janganlah kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang.

Peristiwa ini terjadi ketika bangsa Israel berkemah di Sitim, di mana laki-laki dari antara bangsa Israel berbuat zinah dengan perempuan-perempuan Moab.
Perempuan Moab adalah gambaran dari bangsa kafir yang memang dilahirkan dari kenajisan. Moab adalah anak yang dilahirkan oleh puteri Lot, hasil perzinahannya dengan Lot sendiri, yang adalah bapaknya. Jadi, benih dari kenajisan itu turun; dan hasil dari kenajisan itu tersangkut paut dengan laki-laki bangsa Israel. Janganlah hal itu terjadi; oleh sebab itu, kita harus melawan dan menolak dengan tegas tipu daya dari kenajisan itu.

Walaupun di depan mata ini ada kenajisan, tetapi kita harus melawan kenajisan itu, hapuskan dari hati dan pikiran. Saya pernah sampaikan hal ini kepada seseorang supaya tidak berlanjur-lanjur, tetapi sudah sampai berlanjur-lanjur pun masih tetap TUHAN disalahkan juga.
Pikiran ini harus fokus kepada salib Kristus, kepada korban Kristus, dengan terus mengingat Firman TUHAN, jangan cepat lupa. Penyakit lupa itu dapat mudah sekali tertarik kepada kenajisan; begitu kita dibikin lupa, langsung ditarik kepada kenajisan. Setelah mendengar firman, langsung lupa, akhirnya menjadi latah dalam kenajisan. Lawan itu, supaya pengorbanan kita tidak sia-sia.

Kembali saya sampaikan; kejatuhan kedua sesudah dibaptis adalah kenajisan. Jadi, berhala itu arahnya kepada kenajisan.

Sekarang, kita akan melihat KEJATUHAN YANG KETIGA, pada ayat 9.
1 Korintus 10:9
(10:9) Dan janganlah kita mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka mati dipagut ular.

Kejatuhan yang ketiga adalah mencobai TUHAN. Hanya karena mereka tidak menemukan makanan dan minuman, mereka mencobai TUHAN dan berkata: Adakah TUHAN bersama-sama dengan kami? Seolah-olah tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk segera terulur memberi pertolongan, baik termasuk soal makan dan minum, sehingga pada saat itu mereka ingin kembali ke Mesir, mereka teringat akan mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih, termasuk ikan dan daging di Mesir.

Hati-hati, ingatlah akan firman ini: Sesudah jatuh dalam penyembahan berhala, selanjutnya mereka masuk dan terjerat ke dalam dosa kenajisan, selanjutnya adalah mencobai TUHAN. Akhirnya, banyak dari antara mereka yang mengundurkan diri dari rombongan perjalanan itu dan mati terpagut oleh ular. Kalau mencobai TUHAN, maka akhirnya adalah mati terpagut oleh ular. Ular adalah gambaran dari: Iblis atau Setan.
Jangan sampai karena makan dan minum yang terkait dengan pekerjaan, kesibukan-kesibukan, atau karena tidak mendapat pekerjaan, akhirnya mundur dari ibadah pelayanan, maka akan dipagut ular nanti. Karena memang hal itu akan terjadi seperti yang sudah kita perhatikan di atas tadi; oleh sebab itu, perhatikan urutannya: Berhala à Kenajisan à Mencobai TUHAN.

Selanjutnya, kita akan melihat KEJATUHAN YANG KEEMPAT, pada ayat 10.
1 Korintus 10:10
(10:10) Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.

Kisah ini terjadi pada saat pemberontakan dari pada Korah dan kroni-kroninya (pengikut-pengikutnya), di mana pada akhirnya mereka ditelan hidup-hidup oleh bumi, mereka dikubur hidup-hidup, dibinasakan oleh malaikat maut. Oleh sebab itu, jangan membiasakan diri di dalam hal bersungut-sungut.

Kejatuhan yang keempat dari bangsa Israel sesudah dibaptis adalah memberontak kepada Musa. Bani Korah memberontak, mereka menginginkan atau menuntut pangkat imam, padahal mereka adalah suku Lewi. Artinya, sudah diberi kesempatan untuk melayani bersama-sama dengan imam-imam di dalam Ruangan Suci, tetapi mereka masih mau juga menuntut “pangkat”, tidak ada kepuasan, akhirnya memberontak, dikuasai oleh roh pendurhakaan. Inilah kejatuhan yang keempat.

Jadi, orang yang suka memberontak, pasti riwayatnya adalah;
-          Riwayat yang pertama adalah berhalanya kuat.
-          Riwayat yang kedua adalah kenajisannya kuat.
-          Riwayat yang ketiga adalah pasti suka bersungut-sungut.
-          Dan puncaknya adalah melawan TUHAN, memberontak.

Kalau sudah berani melawan hamba TUHAN, berarti ia berani melawan TUHAN. Kalau kita sudah melihat ada yang berani “melawan”, berarti hidupnya sudah berada pada tingkat yang parah, itu adalah puncak kejatuhan sesudah dibaptis sama seperti Lucifer ... Yesaya 14:12. Hati-hati, kalau di antara kita ada yang memberontak, biarlah satu dengan yang lain saling mengingatkan, karena hal itu merupakan suatu tindakan yang sudah parah sesungguhnya. Biarlah kita saling mengingatkan, karena saya tidak akan mungkin membalas atau menghukum orang yang memberontak, tetapi ia akan  berhubungan langsung dengan TUHAN (berurusan), itulah yang harus diwaspadai.
Kita harus mengetahui, bahwa saya bukan kebetulan menjadi hamba TUHAN, juga tidak kebetulan menjadi gembala sidang; jabatan gembala diterima oleh seorang hamba TUHAN lewat kematian dan kebangkitan Kristus, lewat baptisan Kristus. Oleh sebab itu, hargai baptisan Kristus. Jangan sampai setelah dibaptis tetapi masih jatuh, seperti gambaran dari bangsa Israel sebagai peringatan bagi kita siang hari ini, secara khusus kepada keempat anakku yang hendak dibaptis.
Cukup sudah kenajisan di masa lalu menyakiti hati TUHAN, sekarang hal itu harus dikubur dalam-dalam, supaya kita jangan lagi menyakiti hati TUHAN, karena tipu daya kenajisan itu bisa merusak penggembalaan; ini bukan omong kosong, nyata, sudah terbukti. Jangan teruskan kenajisan itu, supaya kita layak dengan jumlah yang banyak.

Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. Kita harus bisa menyatu antara satu dengan yang lain. Kalau tidak, maka akan menjadi lawan TUHAN. Jangan biarkan roh najis bergerilya; tubuh terlihat bagus, tetapi hatinya bergerilya, hal itu tidak diperbolehkan.

1 Korintus 10:11
(10:11) Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah tiba.

Peristiwa ini dituliskan kembali untuk mengingatkan kita pada hari ini, karena itu adalah contoh yang tidak baik, yang tidak patut untuk kita tiru. Kalau sudah dibaptis harus betul-betul menjadi pribadi yang berada dalam hidup baru; yang lama sudah dikubur lewat kematian Kristus, itulah arti baptisan.

Jangan kita terus menerus menyakiti hati TUHAN dengan mengulangi dosa kejahatan dan tipu daya kenajisan. Cukup sampai di sini. Oleh sebab itu, kerendahan hati = iota, harus dilanjutkan sampai kepada pengalaman kematian, itulah “titik”. Tidak ada kekuatan satu manusia pun yang bisa melepaskan dirinya dari maut, dari dosa, dari penjara dunia ini kalau bukan karena kekuatan yang dari TUHAN. Itu sebabnya, wadah baptisan ini sangat penting bagi kita siang ini, sebagai “amanat agung”.

Itulah perintah amanat agung dalam Perjanjian Lama yang tertulis dalam Keluaran 30:17-21. Sekarang, kita akan melihat PELAKSANANNYA dalam Keluaran 38:8.
Keluaran 38:8
(38:8) Dibuatnyalah bejana pembasuhan dan juga alasnya dari tembaga, dari cermin-cermin para pelayan perempuan yang melayani di depan pintu Kemah Pertemuan.

Di sini kita melihat pelaksanaan dari perintah amanat agung itu, yaitu dibuatnyalah bejana pembasuhan dari tembaga, baik alasnya maupun bejananya terbuat dari tembaga.

Tembaga ini adalah bekas dari cermin-cermin para perempuan yang melayani di rumah TUHAN. Kalau tembaga terus digosok, itu bisa menjadi cermin. Artinya, untuk masuk dalam baptisan harus bayar harga, tidak boleh hitung-hitungan, semuanya itu harus dihancurkan untuk dijadikan kolam/bejana baptisan dari tembaga; berapa pun harganya harus dibayar.
Tembaga -> penghukuman atas dosa.

Kita lihat TUJUANNYA dengan melihat TABERNAKEL SORGAWI  dalam Wahyu 4.
Wahyu 4:6
(4:6) Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal; di tengah-tengah takhta itu dan di sekelilingnya ada empat makhluk penuh dengan mata, di sebelah muka dan di sebelah belakang.

Dan di hadapan takhta itu ada lautan kaca bagaikan kristal. Artinya, setelah melewati pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya, selanjutnya kita semua dijadikan “kristal”. Kristal = transparan, berarti; luar dan dalam sama, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi.
Jadi, tujuan dari baptisan air adalah menjadikan kita semua menjadi kristal, berarti transparan.

Kita akan lanjut memperhatikan kehidupan yang KRISTAL dalam Wahyu 15.
Wahyu 15:2-4
(15:2) Dan aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api, dan di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah. (15:3) Dan mereka menyanyikan nyanyian Musa, hamba Allah, dan nyanyian Anak Domba, bunyinya: "Besar dan ajaib segala pekerjaan-Mu, ya Tuhan, Allah, Yang Mahakuasa! Adil dan benar segala jalan-Mu, ya Raja segala bangsa! (15:4) Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan nama-Mu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakiman-Mu."

Keadaan dari pada kehidupan yang digambarkan seperti kristal: “Aku melihat sesuatu bagaikan lautan kaca bercampur api
-          Bercampur api, itulah Mezbah Korban Bakaran.
-          Lautan kaca bagaikan kristal, itulah baptisan air.
Sesudah melewati itu, lalu di tepi lautan kaca itu berdiri orang-orang yang telah mengalahkan binatang itu dan patungnya dan bilangan namanya. Pada mereka ada kecapi Allah.

Mereka yang transparan itu adalah orang-orang yang berkemenangan.
-          Menang terhadap binatang, itulah roh antikris, roh jual beli.
-          Menang terhadap patung, berarti; lepas dari berhala.
-          Menang terhadap bilangan namanya, berarti tidak menerima cap meterai dari antikris, itulah 666 (enam ratus enam puluh enam).
Selanjutnya, “di tangan mereka ada kecapi Allah.” Jelas menandakan bahwa mereka betul-betul mengikuti irama sorgawi dalam tanda kematian dan kebangkitan. Itulah kalau kehidupan kita sudah menjadi kristal, lewat baptisan Kristus, yaitu berkemenangan terhadap dosa. Itulah harapan, dambaan, dan kerinduan TUHAN bagi kita yang sudah dibaptis, teramat lebih yang akan dibaptis hari ini; sudah seharusnya menjadi kristal, kehidupan yang berkemenangan, lepas dari roh jual beli (antikris), lepas dari berhala, lepas dari cap meterai antikris 666 (enam ratus enam puluh enam) -- singkatnya, tubuh, jiwa, roh tidak dikuasai oleh daging --. Sampai pada akhirnya, tanda kemenangan ada di tangan mereka, yaitu kecapi Allah. -- “Kecapi Allah” -> irama sorgawi dalam tanda kematian dan kebangkitan. --

Kita bersyukur kepada TUHAN. Berita firman pada siang hari ini sudah seharusnya menjadi daging kita dan menjadi praktek dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan semata-mata hanya sebuah pengetahuan, melainkan sudah seharusnya menjadi daging, menjadi praktek dalam kehidupan sehari-hari.
Ingat; pengalaman dari pada bangsa Israel sudah menjadi cerminan bagi kita untuk memperingati kita di waktu-waktu di hari-hari ini, supaya kita tidak mengikuti contoh yang tidak baik itu.

Kemudian, kalau kita kaitkan baptisan dalam Kisah Para Rasul 2; Rasul Petrus dalam kotbahnya menceritakan tentang pengalaman Yesus Kristus dalam tanda; kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, lalu dipermuliakan, dan ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" Lalu Petrus berkata: “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu ...
-          Langkah pertama adalah bertobat.
-          Langkah kedua adalah beri diri dibaptis.
Jadi, syarat dibaptis adalah bertobat, yang dalam Pengajaran Tabernakel terkena pada Mezbah Korban Bakaran.

Bertobat itu tidak boleh setengah-setengah, melainkan harus bertobat 100 % (seratus persen), jangan hanya bertobat 50 % (lima puluh persen). Kalau bertobat setengah-setengah, bertobat 50 % (lima puluh persen), maksudnya ialah berhenti berbuat dosa sejenak, tetapi tidak menyerahkan diri sepenuhnya kepada TUHAN.
Kalau sudah bertobat 100 % (seratus persen), berarti berhenti berbuat dosa, selanjutnya menyerahkan jiwanya menjadi milik TUHAN, karena Yesus mati untuk menebus jiwa kita. Kalau sudah ditebus (sudah dibeli) dengan harga yang lunas, berarti kita ini adalah milik-Nya TUHAN. Oleh sebab itu, pertobatan tidak boleh setengah-setengah, melainkan harus full.

Kita akan memperhatikan ayat yang manis, dan semoga ini menjadi berkat, hati kita terharu mendengarkannya.
Kisah Para Rasul 2:32-36
(2:32) Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi. (2:33) Dan sesudah Ia ditinggikan oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka dicurahkan-Nya apa yang kamu lihat dan dengar di sini. (2:34) Sebab bukan Daud yang naik ke sorga, malahan Daud sendiri berkata: Tuhan telah berfirman kepada Tuanku: (2:35) Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuh-Mu menjadi tumpuan kaki-Mu. (2:36) Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."

Kita harus tahu dengan pasti bahwa Allah telah membuat Yesus yang disalibkan itu menjadi TUHAN dan Kristus, menjadi Juruselamat manusia.

Kisah Para Rasul 2:37-38
(2:37) Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (2:38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.

Jadi, dibaptis itu berarti sudah seharusnya bertobat 100 % (seratus persen) baik lahir maupun batin.

Setelah mendengarkan kisah Yesus yang telah disaksikan oleh rasul-rasul -- di mana Yesus mati terbunuh, lalu bangkit pada hari ketiga, kemudian dipermuliakan dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa --, maka hati mereka terharu dan berkata: “Apakah yang harus kami perbuat?” Petrus berkata: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.”
1.      Bertobat 100 % (seratus persen), jangan  50 % (lima puluh persen).
2.      Selanjutnya, beri diri dibaptis untuk pengampunan dosa.
3.      Selanjutnya, penuh dengan Roh Kudus. Disertai dengan karunia-karunia Roh Kudus, diperlengkapi untuk melayani pekerjaan TUHAN.

Kisah Para Rasul 2:39
(2:39) Sebab bagi kamulah janji itu dan bagi anak-anakmu dan bagi orang yang masih jauh, yaitu sebanyak yang akan dipanggil oleh Tuhan Allah kita."

Janji-janji TUHAN adalah untuk kita semua, dan biarlah kiranya hal itu tergenapi; hidup kita diberkati, ibadah dan pelayanan diberkati, hubungan intim dengan TUHAN diberkati -- itulah nikah suci --.

Kisah Para Rasul 2:40
(2:40) Dan dengan banyak perkataan lain lagi ia memberi suatu kesaksian yang sungguh-sungguh dan ia mengecam dan menasihati mereka, katanya: "Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini."

Berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yang jahat ini” Biarlah kita memberi diri untuk diperdamaikan dengan Allah, lewat pertobatan 100 % (seratus persen) baik lahir maupun batin, selanjutnya berilah diri untuk dibaptis lewat pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya.

Kisah Para Rasul 2:41
(2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.

Jadi, orang-orang yang dibaptis itu jumlahnya kira-kria ada 3.000 (tiga ribu) jiwa.

“Tiga ribu jiwa” à Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci. Kalau tidak dibaptis, maka tidak bisa masuk ke dalam Ruangan Suci, apalagi sempurna. Jadi, baptisan adalah;
-          Akhir dari pekerjaan penebusan.
-          Awal dari kekudusan (Ruangan Suci) sampai kesempurnaan (Ruangan Maha Suci), itulah 3.000 (tiga ribu) hasta.

Sementara, dari Abraham sampai kepada baptisan Yohanes ada 1.500 (seribu lima ratus) tahun jaraknya. Baptisan pada hukum
Taurat -- yang sudah kita lihat tadi mengenai Kolam Pembasuhan Tembaga -- sampai kepada Yohanes Pembaptis -- sebagai nabi yang terakhir -- ada 1.500 (seribu lima ratus) tahun, itulah daerah pelataran (halaman), yang merupakan daerah Taurat.
Kemudian, pada Perjanjian Baru, yang bertobat dibaptis ada 3.000 (tiga ribu) jiwa, itulah Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci, dengan perincian: Ruangan Suci: Panjangnya 20 hasta, lebar 10 hasta, tingginya 10 hasta = 2000 hasta ditambah Ruangan Maha Suci (Segi Empat): PxLxT = 10x10x10 = 1000 hasta = 3000 hasta.
Jadi, Allah berhubungan langsung dengan umat-Nya dimulai dari Abraham sampai 1.000 (seribu) tahun damai, dengan jumlahnya adalah 4.500 (empat ribu lima ratus) tahun. Ayo, pertimbangkanlah apa yang sudah kita terima siang hari ini. Allah sudah berhubungan langsung dengan umat-Nya dari sejak hukum Taurat sampai dengan Ruangan Maha Suci, itulah kerajaan 1.000 (seribu) tahun damai.

Ibadah Pembaptisan siang ini bukanlah ceremonial, bukan ibadah liturgis, tetapi sudah seharusnya firman ini menjadi daging, menjadi praktek dalam kehidupan kita masing-masing, supaya hidup kita memuliakan TUHAN; ibadah dan pelayanan dari hidup kita memuliakan TUHAN, perkataan memuliakan TUHAN, pikiran memuliakan TUHAN, hati memuliakan TUHAN. Jadi, bukan hanya atributnya saja yang memuliakan TUHAN, melainkan lahir batin memuliakan TUHAN. Kalau hanya “atribut” yang memuliakan TUHAN, maka “atribut” itu bisa dikemas baik-baik, seperti ketika seorang perempuan yang mengenakan lipstik. Jadi, jangan hanya atribut luar yang memuliakan TUHAN, tetapi manusia batin juga harus menyenangkan hati TUHAN. Biarlah batin kita semua menyenangkan hati TUHAN. Jangan lupa akan firman siang hari ini.

Lewat baptisan air pada hari ini, kita betul-betul satu dengan baptisan Kristus. Selama menantikan kedatangan TUHAN, biarlah kita bertekun untuk satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan-Nya, hidup dalam pendamaian dengan Dia tanpa cacat dan cela. Jadilah kristal, supaya kita berada dalam tanda berkemenangan.
Kalau dosa masih disembunyikan, maka akan terus mengalami kekalahan dan dikejar-kejar oleh bayangan dosa. Ketika dikejar-kejar oleh bayangan dosa, itulah yang merusak sistem imun. Kalau seseorang sudah ketakutan karena dosa, maka imunnya akan rusak. Takut lagi karena dosa, teringat akan dosa yang mengejar, maka imun semakin rusak. Jika takut lagi akan dosa, dikejar-kejar hutang dosa kepada TUHAN, maka imunnya semakin rusak. Jadi, jangan sampai imun kita dirusak, supaya masa depan tidak susah. Berjuanglah, supaya kita ada kekuatan oleh darah salib. Ingat: begitu teringat dosa yang membayangi, maka imun akan rusak. Akhirnya, lewat baptisan Kristus, baptisan dalam kematian-Nya (titik), biarlah riwayat dosa berhenti (terkubur dalam-dalam). Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:

No comments:

Post a Comment