KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, August 9, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 06 AGUSTUS 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 06 AGUSTUS 2020


KITAB RUT
(Seri: 104)

Subtema: PEREMPUAN ASING, YANG LICIN PERKATAANNYA

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Kita patut bersyukur; oleh karena kemurahan TUHAN, kita masih dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan dari hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita untuk malam ini.

Segera kita sambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari RUT 2.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Singkatnya; Naomi menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, dalam dua hal, yaitu, YANG PERTAMA: Boas adalah kaum kerabat atau saudara atau sanak yang terdekat dari Elimelekh, suami Naomi, yang sudah mati itu.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, bahwa; kerabat sama artinya dengan sanak atau saudara yang terdekat.

Amsal 7:4-5
(7:4) Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu, (7:5) supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.

Manfaat bila “hikmat dijadikan sebagai saudara” dan “pengertian sebagai sanak” ialah dilindungi terhadap dua perempuan yang tidak dikenal, yaitu:
1.      Perempuan jalang atau liar.
2.      Perempuan asing, yang licin perkataannya.
Kita patut bersyukur, kita tidak rugi bila menganggap bahwa hikmat adalah saudara kita dan pengertian merupakan sanak kita masing-masing, sebab hikmat dan pengertian yang sanggup melepaskan kita dari penjara dunia ini, teramat lebih dari dua perempuan yang tidak dikenal ini.

Kedua perempuan tersebut sebenarnya ditulis di dalam kitab Wahyu dan diceritakan dengan jelas. Kitab Wahyu adalah kitab yang terakhir; ialah penutup semua kitab. Artinya, karakter atau pun tabiat dari kedua perempuan tersebut dengan segala geliatnya akan terlihat dengan jelas di hari-hari terakhir ini atau di akhir penutup zaman ini -- pada yobel terakhir ini -- di tengah-tengah setiap ibadah-ibadah di mana pun dilaksanakan (diselenggarakan) di atas muka bumi ini, lewat pelayanan-pelayanan hamba-hamba TUHAN yang tidak berpegang teguh pada perkataan TUHAN dan yang tidak menyimpan perkataan TUHAN di dalam hatinya... Amsal 7:2-3.

Adapun kedua perempuan yang tidak dikenal yang ditulis dalam kitab Wahyu, antara lain;
YANG PERTAMA: “Perempuan jalang (liar)à Perempuan Babel, atau disebut juga dengan Babel besar.
Menurut Wahyu 17:4-5, Babel besar adalah ibu dari;
1.      Wanita-wanita pelacur.
2.      Kekejian bumi.
Pada minggu yang lalu, dua hal di atas telah diterangkan dengan jelas; biarlah kiranya hal itu menjadi berkat yang besar bagi kita semua. Jangan dilupakan begitu saja, itu adalah tanda bahwa kita menikmati pelayanan roh, bukan pelayanan tubuh, bukan ibadah yang dijalankan secara lahiriah. Jadi, berita firman itu tidak hanya menjangkau perasaan manusia, tetapi sudah seharusnya sampai mendarah daging, artinya firman itu sudah menjadi praktek dalam kehidupan kita sehari-hari.

Sekarang kita akan melihat tentang perihal Perempuan...
YANG KEDUA: “Perempuan asing
Sekarang, mari kita akan melihat keterangan dari perempuan asing. Perempuan asing, jelas menunjuk kepada; Izebel, sebab perkataannya yang licin. Perkataannya yang licin itu sangat berperan penting bagi Izebel untuk menyesatkan dan menjatuhkan hamba-hamba TUHAN dalam setiap perkataan-perkataannya. Jadi, lewat perkataannya yang licin itu, berkuasa untuk menjatuhkan dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN.

Selanjutnya, mari kita melihat PERKATAAN-PERKATAAN LICIN dari perempuan asing atau perempuan yang tidak dikenal oleh TUHAN.
2 Timotius 2:14
(2:14) Ingatkanlah dan pesankanlah semuanya itu dengan sungguh-sungguh kepada mereka di hadapan Allah, agar jangan mereka bersilat kata, karena hal itu sama sekali tidak berguna, malah mengacaukan orang yang mendengarnya.

Nasihat Rasul Paulus kepada Timotius adalah agar “jangan bersilat kata” di tengah-tengah ibadah dan pelayanan. Bersilat kata à perkataan licin yang tidak berguna.
Mengapa Rasul Paulus memberi nasihat ini kepada Timotius? Jawabnya; karena perkataan licin yang tidak berguna itu akan mengacaukan si pendengar, akan mengacaukan orang-orang yang mendengarkan perkataan licin itu. Kacau, sama artinya; bercampur aduk (bercampur baur), sehingga tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, dan akhirnya menjadi kusut atau tidak karu-karuan, dan keadaan pun tidak aman, juga tidak kondusif. Itulah yang ditimbulkan oleh perkataan licin, yaitu mengacaukan orang-orang yang mendengarkan perkataan itu.

Biarlah kita selalu berdoa senantiasa kepada TUHAN, supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah, supaya kehidupan dari sidang jemaat dikala mendengarkan Firman TUHAN tidak mengalami kekacauan.

2 Timotius 2:15-16
(2:15) Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. (2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.

Nasihat Rasul Paulus berikutnya ialah supaya Timotius ini menjadi hamba TUHAN yang tidak perlu malu di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN, terutama di dalam hal pemberitaan Firman TUHAN. Tandanya ialah berterus terang di dalam hal memberitakan perkataan kebenaran atau Injil kebenaran, berarti; menolak perkataan-perkataan yang licin, yaitu;
Yang Pertama: “Omongan yang kosong” = tidak ada isi = tidak membangun. Sebaliknya, omongan atau perkataan yang berisi ialah berita tentang salib; inilah perkataan yang berisi, kotbah yang berisi dari setiap pemberitaan firman TUHAN yang disampaikan oleh hamba TUHAN, karena sifat dasarnya ialah membangun.
Yang Kedua: “Perkataan yang tak suci.” Contohnya ialah;
1.      Menjelaskan Firman TUHAN dari syair lagu-lagu (nyanyian) dunia. Saya banyak sekali menemukan hamba TUHAN di dalam menjelaskan Firman Tuhan menurut pengertian dari syair lagu-lagu dunia atau artikel-artikel dunia; sesungguhnya, itu adalah perkataan yang tak suci, yang tidak disadari oleh hamba-hamba TUHAN tersebut.
2.      Menjelaskan (menerangkan) Firman TUHAN yang disampaikan menurut filsafat-filsafat manusia daging, manusia yang tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat manusia. Jadi, filsafat manusia, digunakan untuk menjelaskan berita firman yang disampaikan, padahal filsafat itu berasal dari orang yang tidak mengenal Yesus Kristus sebagai TUHAN dan Juruselamat. Itu adalah perkataan yang tidak suci di tengah-tengah pemberitaan Firman TUHAN.
Jadi, perkataan yang tidak suci bukan saja perkataan yang mengandung dusta, bukan saja perkataan yang mengandung hal-hal yang jahat atau yang bersifat najis (porno). Tetapi manakala hamba TUHAN itu menerangkan, menjelaskan berita firman lewat filsafat-filsafat kosong dari manusia daging, itu juga merupakan perkataan yang tidak suci.

Kemudian, perkataan yang tidak suci tidak membawa seseorang kepada sebuah kebenaran sorgawi, melainkan hanya menambah kefasikan atau kesombongan di hadapan TUHAN, tanpa disadari. Jadi, walaupun perkataan yang tak suci tersebut diselingi dengan berita firman, sebetulnya hal itu tidak membawa gereja TUHAN, anak-anak TUHAN atau si pendengar kepada sebuah kebenaran sorgawi, melainkan hanya menambah kefasikan atau kesombongan di hadapan TUHAN, tanpa disadari. Mengapa demikian? Sebab setiap perkataan ada rohnya.

2 Timotius 2:17-18
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.

Perkataan yang licin, yakni omongan kosong dan yang tak suci, merupakan pemicu dari terjadinya penyakit kanker. Jangan sampai suka berseloroh-seloroh (bercanda), tetapi disertai dengan perkataan kosong dan licin, itu adalah pemicu terjadinya penyakit kanker rohani. Tetapi tidak tertutup kemungkinan juga menjadi pemicu terjadinya penyakit kanker secara jasmani; menimbulkan bisul, yang menjadi tumor, sampai akhirnya menjadi kanker ganas.

Ciri dari penyakit kanker ialah “menjalar.” Berarti, menjangkitkan dan menyebarkan luaskan penyakit, sehingga menggerogoti sel-sel tubuh atau anggota-anggota tubuh yang lain (sesama kita). Jadi, perkataan licin ini dapat merusak sel-sel tubuh yang lain, merusak anggota tubuh yang lain, merusak serta menggerogoti hidup rohani orang lain (sesama).

Anak-anak TUHAN, gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini tidak boleh menganggap enteng perkataan yang licin, tidak boleh menganggap enteng omongan kosong dan perkataan tak suci seperti yang saya uraikan di atas tadi. Jangan anggap enteng, sebab itu adalah perkara yang besar. Tentu saja kita bersyukur malam ini karena TUHAN memberi suatu pengertian yang suci, supaya dengan pengertian ini kita dapat menyenangkan hati TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan ini tentunya.

Tadi kita sudah melihat, bahwa: Perkataan licin merupakan pemicu terjadinya penyakit kanker yang menjangkitkan dan menyebarkan penyakit, sehingga menggerogoti sel-sel tubuh atau anggota-anggota tubuh yang lain (sesama).
Contohnya ialah Himeneus dan Filetus yang mengajarkan kepada orang-orang bahwa kebangkitan itu telah berlangsung, padahal itu merupakan kebangkitan palsu. Inilah yang dimaksud dengan omongan yang kosong, dan perkataan yang tak suci, atau disebut juga dengan perkataan yang licin.

Kita akan melihat ayat 19, sebagai perbandingan untuk mengetahui, bahwa; ketika Himeneus dan Filetus mengatakan: Kebangkitan kita telah berlangsung, ternyata itu merupakan kebangkitan palsu (tidak benar).

2 Timotius 2:19
(2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."

Dari sinilah kita mengetahui, bahwa ternyata apa yang telah disampaikan oleh Himeneus dan Filetus itu merupakan omongan kosong, sebab pada ayat 19 ini dengan jelas dinyatakan bahwa: “... Dasar yang diletakkan Allah itu teguh ...

Mengajarkan dan mengatakan bahwa ibadah pelayanan mereka berada dalam suasana kebangkitan, namun tanpa dasar yang teguh, sebenarnya itu adalah kebangkitan palsu.
Mari, kita melihat bahwa apa yang disampaikan oleh Himeneus dan Filetus itu merupakan omongan yang kosong.

1 Korintus 3:10-11
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. (3:11) Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.

Rasul Paulus menjelaskan bahwa dasar bangunan yang telah diletakkan itu ialah Yesus Kristus yang disalibkan atau dasar dari bangunan yang diletakkan, itulah korban Kristus. Inilah dasar bangunan yang teguh. 
Sementara Himeneus dan Filetus tiba-tiba saja berkata “Kebangkitan kita telah berlangsung”, tetapi tidak mempunyai alasan yang jelas dan benar, tidak mempunyai dasar bangunan yang teguh; itulah kebangkitan palsu, atau bangunan yang palsu, gambaran dari hidup manusia yang palsu.

Kehidupan yang tidak dibangun di atas dasar korban Krisus adalah palsu. Sekalipun dia adalah seorang pendeta, sekalipun dia adalah seorang hamba TUHAN, sekalipun dia adalah seorang pastor, sekalipun dia adalah seorang doktor atau professor, tetapi kalau hidup manusia tidak dibangun di atas dasar korban Kristus, pasti hidupnya palsu.
Jangan hidup dengan hidup yang palsu. Jangan melayani dengan kepalsuan. Suami jangan palsu, isteri juga jangan palsu, imam juga jangan palsu, sidang jemaat juga tidak boleh palsu. Oleh sebab itu, mari kita lihat Zakharia 4:6.

Zakharia 4:6
(4:6) Maka berbicaralah ia, katanya: "Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.

Pertama-tama kita harus ketahui, bahwa; seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani TUHAN dan pekerjaan Tuhan bukanlah karena keperkasaannya, juga bukan dengan kekuatannya. Tetapi seorang hamba TUHAN di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN dengan Roh TUHAN, bukan dengan kekuatan dan keperkasaan.

Jadi, jangan kita sesekali melayani dengan kemampuan daging, sebab kemampuan daging itu terbatas sifatnya. Tetapi biarlah seorang hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN, teramat lebih seorang pemimpin sidang jemaat betul-betul melayani TUHAN dengan Roh TUHAN, berada di dalam pengaruh yang kuat, pengaruh yang besar dari Allah Roh Kudus. Biasakan bergaul dengan Roh TUHAN dan peka terhadap Roh TUHAN. Jangan peka dengan mempertahankan kekerasan hati, tetapi pekalah dengan pekerjaan Roh Kudus.

Zakharia 4:7-9
(4:7) Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!" (4:8) Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, demikian: (4:9) "Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya juga akan menyelesaikannya. Maka kamu akan mengetahui, bahwa TUHAN semesta alam yang mengutus aku kepadamu.

Zerubabel telah membangun rumah TUHAN sampai selesai di hadapan TUHAN. Biarlah kita juga melayani pekerjaan TUHAN sampai kesudahannya.

Zerubabel telah meletakkan batu utama atau batu pilihan sebagai dasar dari bangunan rumah TUHAN tersebut. Jadi, tidak ada dasar yang lain yang telah diletakkan, selain pribadi Yesus yang disalibkan, selain korban Kristus, sebagai dasar yang teguh.
Lihatlah, Zerubabel ini seorang hamba TUHAN yang dipakai dan diutus oleh TUHAN; di dalam hal membangun rumah TUHAN sampai selesai, karena ia telah meletakkan batu utama sebagai dasar dari bangunan itu, itulah bayangan dari korban Kristus, atau gambaran dari pribadi Yesus yang disalibkan. Jadi, tidak ada dasar yang lain selain pribadi Yesus yang disalibkan atau korban Kristus, sebagai dasar dari setiap bangunan rumah TUHAN. Inilah gambaran dari suatu ibadah dan pelayanan atau suatu bangunan rohani yang berada dalam suasana kebangkitan yang sesungguhnya. Haleluya..

Zakharia 4:10
(4:10) Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel. Yang tujuh ini adalah mata TUHAN, yang menjelajah seluruh bumi."

Peristiwa tentang salib Kristus harus lebih mulia dari semua peristiwa-peristiwa yang terjadi di atas muka bumi ini, termasuk peristiwa hari kelahiran manusia, karena pribadi Yesus yang disalibkan sebagai korban Kristus merupakan suatu peristiwa yang luar biasa, suatu momentum untuk mengerjakan keselamatan.
Berarti, peristiwa tentang Yesus disalibkan yang pernah terjadi dua ribu tahun yang lalu lebih mulia dari semua peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di atas muka bumi ini, termasuk peristiwa kelahiran manusia.

Jadi, sudah sangat jelas bahwa; korban Kristus adalah dasar yang teguh. Tetapi Himeneus dan Filetus tiba-tiba berkata “kebangkitan kita telah berlangsung”, namun mereka tidak memiliki dasar yang teguh; ini menunjukkan bahwa kebangkitannya palsu.
Kita bersyukur; oleh karena kasih karunia-Nya, kita boleh merasakan lawatan TUHAN malam ini, supaya manakala kita datang di tengah-tengah ibadah dan pelayanan tidak dengan kepalsuan, tetapi betul-betul berdiri di atas korban Kristus, sebagai dasar yang teguh di dalam hal melayani pekerjaan TUHAN.

Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel.” Jelas, penekanan dari ayat 10 ini adalah menjunjung tinggi korban Kristus lebih dari semua yang ada ini di dalam hidup kita pribadi lepas pribadi, menjunjung tinggi korban Kristus setinggi-tingginya lebih dari apa yang kita miliki.

Marilah kita kembali membaca ayat 7.
Zakharia 4:7
(4:7) Siapakah engkau, gunung yang besar? Di depan Zerubabel engkau menjadi tanah rata. Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!"

Jikalau pribadi Yesus yang disalibkan (korban Kristus) dijadikan sebagai dasar bangunan rumah TUHAN = menjunjung tinggi korban Kristus, di situ ada dua perkara yang kita lihat;
1.      Gunung yang besar menjadi tanah rata.
Segala pergumulan sebesar gunung apapun menjadi rata; tidak ada yang sulit kalau kita berdiri di atas korban Kristus, kalau kita betul-betul menjadi rumah TUHAN yang benar. Jika Tuhan ijinkan, tidak lama lagi dan sudah di depan mata, kita akan melayani pekerjaan TUHAN dalam Kebaktian Natal Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), dan kita membutuhkan dana yang besar untuk itu, tetapi kalau kita berdiri di atas korban Kristus, maka gunung yang besar menjadi rata, pergumulan sesulit apapun rata di hadapan TUHAN (teratasi).
2.      Ia akan mengangkat batu utama, sedang orang bersorak: Bagus! Bagus sekali batu itu!
Singkatnya; ada sukacita, ada kesukaan yang besar oleh karena korban Kristus, bukan karena yang lain-lain lagi. Dengan demikian, kehidupan ini tidak lagi palsu.

Jangan menjadi suami yang palsu; jangan menjadi isteri yang palsu; jangan menjadi anak rohani yang palsu; jangan menjadi imam-imam yang palsu; itulah kehidupan yang dibangun di atas dasar yang teguh, yaitu korban Kristus, sehingga;
-          Ada kemenangan terhadap pergumulan sebesar dan sesulit apapun; sebagai gambaran dari gunung yang besar dan tinggi.
-          Dan ada kesukaan yang besar, itulah sukacita mempelai.
Kebahagiaan itu berasal dari dasar bangunan yang teguh, itulah suasana kebangkitan yang benar, bukan kebangkitan palsu.

Matius 7:24-25
(7:24) "Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu. (7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Orang yang bijaksana adalah orang yang mendirikan rumahnya di atas batu; oleh sebab itu, jadilah bijaksana.
Ciri dari orang yang bijaksana adalah mendirikan rumahnya di atas batu, sebagai dasar yang teguh.

Perlu untuk diketahui: Jika rumah TUHAN dibangun di atas dasar korban Kristus, maka tentu saja rumah itu kuat menghadapi semua jenis ujian. Sekalipun ujian itu sebesar dan setinggi gunung yang besar, namun semua menjadi rata, terkhusus memiliki kekuatan untuk menghadapi tiga jenis ujian yang ada pada ayat 25 ini.

Jika rumah dibangun di atas dasar korban Kristus, maka akan kuat menghadapi tiga jenis ujian, yaitu:
1.      Turunlah hujan.
2.      Datanglah banjir.
3.      Angin melanda.

Tentang: “Turunlah hujan.”
Jelas, hal itu menunjuk ujian yang berasal dari atas, yakni roh-roh jahat di udara dengan segala tipu dayanya, sesuai dengan Efesus 6:11-12.

CONTOH kuat menghadap ujian yang berasal dari atas (roh-roh jahat di udara) dengan segala tipu dayanya ialah ketika Yesus diadili di hadapan;
-          Mahkamah Agama, oleh Imam Besar Kayafas.
-          Pilatus, wali negeri.
-          Raja Herodes.
Ketika Yesus diadili di hadapan tiga pengadilan di atas tadi, pada saat itu, tampillah saksi-saksi palsu dengan tuduhan-tuduhan mereka yang palsu kepada Yesus Kristus. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tetap berdiam diri, tidak membuka mulut-Nya, berarti; tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya perjuangan kita bukan melawan darah dan daging (sesama manusia), tetapi melawan roh-roh jahat di udara dengan segala tipu muslihatnya, dengan segala perangkapnya, dengan segala jeratnya. Itulah yang kita hadapi... Efesus 6:11-12.
Itu sebabnya, ketika Yesus diadili di hadapan tiga pengadilan tadi, Yesus tetap berdiam diri, sekalipun tampil saksi-saksi palsu dengan tuduhan-tuduhan yang palsu; Dia berdiam diri, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, karena Yesus sadar bahwa perjuangan kita bukan melawan darah daging, bukan melawan sesama yang sedang mengadili Dia, melainkan melawan roh-roh jahat di udara dengan tipu dayanya.

Berdiam diri (tidak membuka mulut), bagaikan anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulutnya, Ia tidak membalas kejahatan dengan kejahatan... Yesaya 53:7. Mengapa demikian? Karena perjuangan kita bukan melawan darah dan daging, melainkan melawan tipu daya dari roh-roh jahat di udara.
Sebenarnya, bisa saja Yesus mendatangkan berlaksa-laksa pasukan bala tentara sorgawi -- sesuai dengan pernyataan-Nya di dalam Injil Yohanes 19 itu -- untuk membinasakan mereka, tetapi Ia tidak melakukan hal itu, supaya rencana Allah yang besar terlaksana, yaitu menyelamatkan manusia dari dosa di atas kayu salib, dengan kata lain; pekerjaan penyelamatan itu harus Dia kerjakan di atas kayu salib.
Pekerjaan penyelamatan yang harus dikerjakan oleh Yesus Kristus di atas kayu salib, di bukit Golgota, itu merupakan proyek Allah yang besar, yang terjadi hanya satu kali untuk selama-lamanya.
Kalau saja Yesus membela diri-Nya dengan cara: membalas kejahatan dengan kejahatan saat berada di 3 pengadilan tersebut, maka pekerjaan penyelamatan di atas kayu salib berhenti, tidak terlaksana. Tetapi, supaya pekerjaan penyelamatan ini terlaksana, supaya proses penyaliban untuk menyelamatkan manusia berdosa terus terlaksana, maka Dia harus berdiam diri, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, sehingga dengan demikian tidak terperangkap dengan tipu daya dari roh-roh jahat di udara (Iblis/Setan).

Masalah tidak akan teratasi kalau kita membalas kejahatan dengan kejahatan. Hanya Salib yang sanggup menyelesaikan segala perkara di atas muka bumi ini, tidak ada satu pun kekuatan, tidak ada satu pun kuasa yang dapat menyelesaikan masalahnya di atas muka bumi, apalagi menyelamatkan dirinya dari dosa (maut).
Oleh sebab itu, Dia harus berdiam diri, seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, Ia tidak membuka mulut-Nya. Dia biarkan saja proses salib terjadi supaya pekerjaan penyelamatan itu terlaksana. Dengan kata lain, pekerjaan penyalamatan itu harus Dia kerjakan di atas kayu salib; dan itu juga harus kita kerjakan di ujung abad yang terakhir ini supaya kita beroleh selamat.
Pendeknya; Yesus tidak terperangkap dengan tipu daya atau tipu muslihat dari roh-roh jahat di udara.

Tentu saja kita mengucap syukur kepada TUHAN sedalam-dalamnya, dan berterima kasih kepada Dia setinggi-tingginya, sebab oleh rahmat-Nya, oleh kasih karunia-Nya, kita boleh mengalami keselamatan.

Jadi, sudah sangat benar sekali, bahwa korban Kristus adalah dasar yang teguh. Kalau berbicara tentang: “Kebangkitan telah berlangsung”, namun tanpa meletakkan dasar yang teguh, sesungguhnya itu adalah kebangkitan palsu yang mendatangkan kerugian besar, yaitu: tidak akan sanggup menghadapi tipu muslihat dari roh-roh jahat di udara.

Tentang: “Datanglah banjir”
Jelas, hal ini menunjuk kepada; dosa kenajisan yang sedang melanda kehidupan manusia di seluruh dunia ini (di atas muka bumi ini). Dosa kenajisan ini tidak memandang bulu, sebab dosa kenajisan ini melanda semua kalangan, dan tidak tertutup kemungkinan bisa saja melanda hamba-hamba TUHAN.
Dosa kenajisan melanda semua kalangan atau lapisan manusia, baik orang kaya maupun melanda orang miskin, baik orang yang pandai maupun orang bodoh, baik yang tua maupun yang muda, baik yang cakap rupa maupun rupa yang pas-pasan, baik di desa maupun di kota.
Dosa kenajisan tidak memandang bulu, melanda semua kalangan, melanda semua lapisan, semua dilanda oleh dosa kenajisan ini, seperti banjir yang pernah melanda bumi ini, yaitu pada zaman Nuh, semua dihabisi, tidak memandang bulu, tidak memandang apakah ia berasal dari kalangan kaya (atas) atau kalangan miskin (bawah), tua muda, di desa dan di kota, di mana-mana dilanda oleh banjir, yakni: Nikah suci.

Dan banjir ini pernah melanda dunia pada zaman Nuh; memporak-porandakan hidup manusia pada zaman itu, sampai akhirnya dibinasakan. Sebab, kenajisan ini merusak tatanan suasana sorga; kepala menjadi ekor, ekor menjadi kepala. Jadi, kenajisan ini betul-betul merusak tatanan dari Kerajaan Sorga.

Saya berharap, supaya kita harus terus belajar untuk melakukan firman, tidak boleh kendor. Di tengah-tengah kita belajar melakukan firman, kita juga harus berjuang. Jangan menjadi lemah. Oleh sebab itu, saya tidak boleh serta merta mengatakan; “kebangkitan telah berlangsung”, tanpa meletakkan: “dasar yang teguh.” Berarti, kita harus betul-betul berdiri di atas korban Kristus, supaya jangan menjadi suatu kehidupan yang palsu. Ayo, kita harus belajar dan berjuanglah.

Kejadian 6:2-3
(6:2) maka anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka. (6:3) Berfirmanlah TUHAN: "Roh-Ku tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu adalah daging, tetapi umurnya akan seratus dua puluh tahun saja."

“ ... Anak-anak Allah melihat, bahwa anak-anak perempuan manusia itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil isteri dari antara perempuan-perempuan itu, siapa saja yang disukai mereka.” Saking cantik-cantiknya, anak-anak TUHAN (laki-laki) mengambil perempuan dengan sesuka hati, main comot saja. Kalau main comot dengan perempuan yang cantik-cantik, itu adalah dosa kenajisan. Lihat yang cantik, dicomot; lihat lagi yang cantik, dicomot; itu adalah dosa kenajisan.

Ayat 2-3 ini jelas berbicara tentang dosa kenajisan, akibatnya; Roh TUHAN tidak akan selama-lamanya tinggal di dalam manusia, karena manusia itu daging. Tetapi seandainya, kalau hidup manusia atau bangunan rumah TUHAN pada zaman itu berdiri di atas korban Kristus, maka sudah pasti bangunan rumah TUHAN itu akan tetap berdiri teguh, tidak akan dikuasai oleh  dosa kenajisan/tidak terperangkap dengan tipu daya kenajisan.
Jadi, kalau daging ini tidak dihukum dengan salib (korban Kristus), maka tentu saja daging menjadi takhtanya Setan, itulah roh najis. Oleh sebab itu, daging ini harus dihancurkan, dan harus dihukum oleh sengsara salib, supaya roh najis tidak bertakhta di dalam daging. Daging ini hanyalah sebatas takhtanya Setan, takhtanya roh najis; itu sebabnya, daging ini harus dihukum (dihancurkan), supaya jangan berbentuk lagi. Perhatian khusus bagi perempuan-perempuan, jangan merawat tubuh untuk memuaskan hawa nafsunya.

Berusahalah dengan rendah hati untuk menerima firman ini. Kalau saudara menyadari bahwa sampai hari ini betapa roh najis itu masih berkuasa, maka kita harus terima firman dengan lapang hati kalau mau lepas dari kenajisan itu; jangan sampai ditolak.

Kejadian 7:22-24
(7:22) Matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya, segala yang ada di darat. (7:23) Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada, segala yang di muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang melata dan burung-burung di udara, sehingga semuanya itu dihapuskan dari atas bumi; hanya Nuh yang tinggal hidup dan semua yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu. (7:24) Dan berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya.

Demikianlah dihapuskan Allah segala yang ada. Oleh karena banjir yang hebat itu melanda bumi, maka matilah segala yang ada nafas hidup dalam hidungnya; hal ini berbicara tentang kematian rohani.
Kalau banjir, itulah dosa kenajisan, melanda manusia, maka manusia akan mengalami kematian rohani, siapapun dia. Sekalipun dia adalah pendeta hebat, hamba TUHAN hebat, tetapi kalau dosa banjir (kenajisan) melanda dia, maka pasti dia akan mengalami kematian rohani.

Kemudian, “Berkuasalah air itu di atas bumi seratus lima puluh hari lamanya”. Banjir itu melanda bumi selama 150 (seratus lima puluh) hari. Jika 150 : 3 = 50 à Yobel yang terakhir, berarti dua ribu tahun yang ketiga.
-          Yobel yang pertama; 2.000 (dua ribu) tahun yang pertama, itulah zaman Adam sampai Abraham.
-          Yobel yang kedua; 2.000 (dua ribu) tahun yang kedua, itulah dari Abraham sampai Yesus disalibkan.
-          Yobel yang ketiga; 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga, itulah dari Yesus datang pada pertama kali sampai dengan sekarang.

Kejadian 7:17
(7:17) Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi; air itu naik dan mengangkat bahtera itu, sehingga melampung tinggi dari bumi.

Kemudian, di sini dikatakan: Empat puluh hari lamanya air bah itu meliputi bumi.

Angka 50 x 40 = 2.000 tahun à Yobel yang terakhir, itulah 2000 (dua ribu) tahun yang ketiga zaman dari Allah Roh Kudus, zaman kita sekarang.

Peristiwa Nuh yang dikaitkan dengan YOBEL TERAKHIR ini, dapat kita temukan dalam Injil Matius 24:37-38.
Matius 24:37-38
(24:37) "Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. (24:38) Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera,

Kedatangan Yesus kembali, sama seperti pada zaman Nuh sebelum air bah melanda dunia, di mana mereka itu sibuk dengan dua perkara:
1.      Dosa makan dan minum à Dosa merokok, narkoba dan mabuk-mabukan.
2.      Dosa kawin dan mengawikan à Dosa kenajisan. Melihat yang cantik, lalu dicomot; melihat yang cantik lagi, lalu dicomot; itu adalah dosa kenajisan.

Demikian juga di penghujung Yobel yang ketiga, akhir dari dua ribu tahun yang ketiga ini, dosa semacam ini akan melanda dunia. Jangan sampai kita terseret oleh banjir yang luar biasa ini. Apalagi kita sudah memiliki pengertian yang sehat yang diperoleh dari TUHAN, dari sorga, lalu kita dengan mudah diseret; dimulai dari hati diseret, pikiran diseret, maka tidak tertutup kemungkinan tubuh pun diseret. Jadi, kenajisan itu adalah tipu daya. Jangan tertipu, jangan sampai hati terseret, serta pikiran terseret, supaya tubuh juga jangan terseret.
Kenajisan ini mematikan rohani semua kalangan dan menimbulkan ratap tangis yang luar biasa. Jangan dianggap enteng. Jangan coba-coba kalau mau tetap dipakai TUHAN, kalau mau melihat pekerjaan ini semakin besar dan bertambah-tambah.

Saya sudah berkali-kali sampaikan; apa sih artinya kenajisan di hati itu, kok selalu mengajak orang lain dengan nyanyian berbalas-balasan? Bukankah hal itu tidak ada artinya? Justru merusak situasi yang ada, mematikan rohani orang lain.
Andaikata ada keuntungan besar berlimpah-limpah walaupun itu salah, masih ada alasannya; tetapi kenyataannya, tidak ada keuntungan di situ, selain menimbulkan cucuran air mata saja, ratap tangis, nikah jadi hancur-hancuran. Renungkanlah firman ini dengan baik; jangan kita sombong.

Tadi kita sudah melihat; banjir melanda dunia selama 150 (seratus lima puluh) hari. 150 : 3 = 50 x 40 = 2.000, itulah Yobel yang ketga, zaman Roh-El Kudus, zaman kita sekarang. Di hari-hari terakhir pada abad ini.

Sekarang, kita melihat kehidupan (bangunan rumah TUHAN) yang betul-betul diletakkan di atas dasar yang teguh, itulah pribadi Nuh.
Kejadian 6:9
(6:9) Inilah riwayat Nuh: Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.

Perikop ayat ini adalah “Riwayat Nuh”. Perhatikanlah firman TUHAN; barangkali riwayat dosa kenajisan sudah banyak, tetapi perhatikanlah firman TUHAN malam ini. Marilah kita belajar dari riwayat hidup dari seorang yang luar biasa; bangunan rumah TUHAN yang dibangun di atas korban Kristus, batu karang yang teguh, batu utama, batu pilihan (korban Kristus), itulah pribadi Nuh.

Di sini kita akan temukan tiga kata, Nuh adalah;
1.      Seorang yang benar.
2.      Tidak bercela.
3.      Hidup bergaul dengan Allah.

Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “hidup benar” terkena pada daerah Halaman. Di situ terdapat dua alat;
1.      Mezbah Korban Bakaran.
2.      Kolam Pemasuhan.
Pendeknya, HALAMAN disebut juga daerah pembenaran.

Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “tidak bercela” terkena pada Ruangan Suci, dengan tiga alat yang ada di dalamnya;
1.      Meja Roti Sajian, berarti; disucikan lewat Firman Allah, serta tubuh dan darah Yesus.
2.      Pelita Emas, berarti; persekutuan dengan Roh Kudus, atau disucikan oleh Roh Kudus.
3.      Mezbah Dupa, berarti; persekutuan dengan Kasih Allah, atau disucikan oleh kasih Allah.
Sehingga tidak bercacat cela (tidak bercela), berarti; tidak ada noda, bagaikan kain putih yang dihamparkan tidak terlihat titik-titik noda. Pendeknya, RUANGAN SUCI disebut juga daerah pembenaran, sehingga tidak bercela.

Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, “bergaul dengan Allah” terkena pada Ruangan Maha Suci. Praktek bergaul dengan Allah, sudah jelas dapat kita pelajari dari Tabut Perjanjian yang ada di dalam Ruangan Maha Suci, di mana Tabut Perjanjian berbicara tentang dua hal;
1.      Takhta Allah à Ibadah dan pelayanan. Berarti, dengan kita berada di tengah ibadah dan pelayanan, sama dengan bergaul dengan Allah. Jadi, saudara tidak perlu bertanya-tanya bagaimana caranya untuk bergaul dengan Allah. Dengan berada di tengah ibadah dan pelayanan, itu sama dengan sudah bergaul dengan Allah.
2.      Hubungan nikah suci antara Kristus, sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga, dengan sidang jemaat, sebagai mempelai perempuan-Nya, berdasarkan kasih. Itulah yang disebut dengan bergaul TUHAN atau hubungan intim. Kalau hubungan seseorang intim, maka pasti ia menjaga nikah yang suci. Sebaliknya, kalau nikah suci, maka pasti hubungan mereka intim. 
Pendeknya, RUANGAN MAHA SUCI, disebut juga daerah kesempurnaan = bergaul/berhubungan langsung dengan Allah.
Oleh kemurahan TUHAN, dari dua tangan TUHAN yang kuat yang terpaku itu, kehidupan kita semua pribadi lepas pribadi ditarik supaya dekat dengan Dia, dan kita juga senantiasa bergaul dengan Dia, lewat ibadah ini.

Kejadian 6:15-16
(6:15) Beginilah engkau harus membuat bahtera itu: tiga ratus hasta panjangnya, lima puluh hasta lebarnya dan tiga puluh hasta tingginya. (6:16) Buatlah atap pada bahtera itu dan selesaikanlah bahtera itu sampai sehasta dari atas, dan pasanglah pintunya pada lambungnya; buatlah bahtera itu bertingkat bawah, tengah dan atas.

Di sini TUHAN perintahkan kepada Nuh untuk membangun (membuat) bahtera. Bukankah hidup kita ini adalah bahtera rohani? Biarlah kiranya kehidupan kita dibangun di atas dasar yang teguh.
Apa tandanya kehidupan kita dibangun di atas dasar yang teguh? Lihat perintah Tuhan kepada Nuh, “pasanglah pintunya pada lambungnya” Jelas, itu menunjuk lambung Yesus yang ditikam oleh ujung tombak, sehingga segera mengalir keluar darah dan air. Inilah kehidupan atau bahtera yang dibangun di atas dasar korban Kristus.

Kalau kita kaitkan dengan PENGAJARAN TABERNAKEL;
-          “Darah” terkena pada Mezbah Korban Bakaran, yang merupakan gambaran atau pun bayangan dari salib Kristus. Sedangkan domba yang disembelih, itulah bayangan dari Anak Domba Allah, pribadi Yesus Kristus yang dikorbankan.
-          “Air” terkena pada Kolam Pembasuhan Tembaga. Ini adalah bayangan dari baptisan Kristus, atau bayangan dari pengalaman Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga hidup dalam hidup yang baru.

Jadi, ketika Nuh membangun bahtera dengan memasang pintunya pada lambungnya, jelas inilah gambaran dari kehidupan yang dibangun di atas korban Kristus, dibangun di atas pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Yesus memang pernah berkata pada injil Yohanes 2: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku", itu adalah gambaran dari korban bakaran. Ketika potongan daging dari korban bakaran itu dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran, itu dibiarkan sampai pagi, berarti sampai hangus, sampai daging tidak bersuara. Kemudian, Yesus juga berkata kepada ahli Taurat dan orang Farisi: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali.
Inilah kehidupan yang dibangun di atas korban Kristus, sehingga terbuktilah bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung. Apa buktinya? Lepas dari kenajisan yang melanda dunia ini. Oleh sebab itu, jangan jauh dari ibadah dan pelayanan, teruslah bergaul dengan TUHAN, supaya kebangkitan itu pun berlangsung.

Kita bersyukur, karena TUHAN Yesus baik, dan kita diberkati oleh suatu pengertian yang suci.

Tentang: “Angin melanda”
Jelas, hal ini menunjuk kepada; angin-angin pengajaran palsu.

Efesus 4:14
(4:14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

Yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran palsu ialah gereja yang masih kanak-kanak rohani atau yang kerohaniannya masih kanak-kanak.

Namun, lihatlah, BANDINGKAN dengan kehidupan yang sudah dewasa.
Efesus 4:10,13
(4:10) Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu. (4:13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit”, ini berbicara tentang pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Biarlah kita menyatu dengan pengalaman ini; turun dan naik, mati dan bangkit.

Kemudian, kehidupan yang dewasa, telah mengalami pertumbuhan rohani yang sehat, yakni: pertumbuhan itu harus sesuai dengan kepenuhan Kristus, dengan lain kata; Kristus menjadi kepala, sehingga tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran palsu.
Yang sudah dibangun oleh pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, mereka itu menempatkan Kristus sebagai Kepala. Berbeda dengan kanak-kanak rohani; begitu ada ajakan “Ayo, ibadah disana, ada sembako”, dia pergi beribadah ke tempat itu. Nanti, ketika minggu depan ada sembako di tempat ibadah yang lain, “Ayo, ibadah disana, ada sembako”, dia pergi beribadah ke sana. Nanti sebentar-sebentar ada KKR di sana “Ayo, di sana ada KKR kesembuhan”, lalu dia pergi ke sana, ikut lagi ke situ. Hal ini menunjukkan bahwa ia diombang-ambingkan kian kemari oleh rupa-rupa angin pengajaran dengan segala tipu daya kelicikan hamba TUHAN itu.

Oleh sebab itu, berpegang teguhlah kepada Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel, supaya kita menjadi dewasa oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Hanya orang yang dewasa yang bisa mengikuti irama sorgawi, itulah pengalaman  Yesus dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya. Anak-anak tidak bisa mengikuti irama sorgawi, tidak mengerti soal pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.

Kita kembali membaca Matius 7:25.
Matius 7:25
(7:25) Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu.

Kesimpulannya: rumah yang dibangun di atas batu, itulah korban Kristus, tidak rubuh, melainkan kuat menghadapi tiga jenis ujian tadi, yaitu;
1.      Turunlah hujan à ujian yang datang dari atas.
2.      Datanglah bajir à dosa kenajisan.
3.      Angin melanda rumah itu à rupa-rupa angin pengajaran palsu.

Kalau kehidupan kita dibangun di atas korban Kristus, maka kita kuat. Berarti, sama saja dengan Zakharia 4:10, “Sebab siapa yang memandang hina hari peristiwa-peristiwa yang kecil, mereka akan bersukaria melihat batu pilihan di tangan Zerubabel.” Kalau kehidupan dibangun di atas dasar korban Kristus, maka ada sorak dan kesukaan besar, tidak akan goyah dengan tiga ujian tadi, sama artinya; tidak akan dipermalukan. Kalau seseorang sudah jatuh dalam dosa, berarti mendapat malu, sebab ia dipermalukan oleh Setan.

1 Petrus 2:6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih -- itulah batu utama -- sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan. Setiap bangunan rohani yang dibangun di atas korban Kristus, maka tidak akan dipermalukan, berdiri teguh, kebangkitannya tidak palsu, ibadah dan pelayanannya tidak palsu, nikahnya tidak palsu, sebab dia adalah suami yang tidak palsu, dia isteri yang tidak palsu, dia anak yang tidak palsu, dia imam yang tidak palsu, dia sidang jemaat yang tidak palsu di hadapan TUHAN. Jangan permalukan nikah-nikah yang suci kepada orang yang tidak mengenal TUHAN; kesenangan sesaat itu tidak ada artinya, justru melukai hati TUHAN.
Maka, kalau kita dibangun di atas korban Kristus, hidup kita teguh, kebangkitan tidak palsu, tidak dipermalukan oleh TUHAN, yakinlah.

Kita kembali memperhatikan 2 Timotius 2.
2 Timotius 2:17-18
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang.

Himeneus dan Filetus mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung, tetapi tidak mengajarkan dasar yang teguh, itulah korban Kristus. Akibatnya ia telah merusak iman dan mengacaukan sidang jemaat yang mendengar berita firman semacam ini.
Tetapi saya percaya; malam ini, bukan saja sidang jemaat yang diberkati, tetapi juga anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Biarlah kehidupan rohani kita dibangun di atas korban Kristus, sehingga kita tidak akan pernah dipermalukan oleh TUHAN, berada dalam suasana kebangkitan yang benar, bukan palsu, seperti ajaran Himeneus dan Filetus, di mana perkataan mereka licin; inilah gambaran dari perempuan asing yang juga terdapat di dalam kitab Wahyu.

Wahyu 13:1,3
(13:1) Lalu aku melihat seekor binatang keluar dari dalam laut, bertanduk sepuluh dan berkepala tujuh; di atas tanduk-tanduknya terdapat sepuluh mahkota dan pada kepalanya tertulis nama-nama hujat. (13:3) Maka tampaklah kepadaku satu dari kepala-kepalanya seperti kena luka yang membahayakan hidupnya, tetapi luka yang membahayakan hidupnya itu sembuh. Seluruh dunia heran, lalu mengikut binatang itu.

Ayat 1, berbicara tentang binatang yang keluar dari dalam laut à antikris. Pada ayat 3 mengatakan bahwa pelayanan dari antikris ialah mengadakan mujizat kesembuhan. Dengan pelayanan mujizat kesembuhan ini, seluruh dunia heran, lalu mengikuti binatang itu, tetapi sebetulnya, ini adalah gambaran pelayanan dalam suasana kebangkitan palsu dari antikris. Sebab, ketika satu dari kepala-kepalanya itu kena luka yang membahayakan hidupnya, selanjutnya di situ terjadi kesembuhan; seharusnya, dilanjutkan dengan pengalaman kematian, supaya pada hari ketiga ada kebangkitan.
Sama halnya dengan lima luka utama Yesus, itulah yang membawa Yesus sampai masuk ke dalam pengalaman kematian, tetapi ingat, hari ketiga Yesus bangkit; inilah pelayanan yang benar; tetapi pelayanan dari antikris adalah kebangkitan palsu. Maka, kalau hanya mengejar mujizat kesembuhan, tidak mengenal pengalaman kematian dan kebangkitan, itu adalah kebangkitan palsu.

Wahyu 2:20
(2:20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Izebel menyebut dirinya nabiah sehingga mendapat kesempatan untuk mengajar dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN. Izebel adalah perempuan asing, yang licin perkataannya = omongan kosong dan tak suci, sehingga menyesatkan hamba-hamba TUHAN.
Ketika hamba-hamba TUHAN mengalami kesesatan, yang terjadi adalah;
1.      Berbuat zinah.
2.      Makan persembahan-persembahan berhala.

Sebentar akan saya sampaikan mengenai riwayat Izebel ini dalam 1 Raja-Raja 1:18-19, di mana 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal dan 400 (empat ratus) nabi-nabi Asyera mendapat makan dari meja istana Izebel. Jadi, Wahyu 2:20 itu menggenapi 1 Raja-Raja 1:18-19, di mana hamba-hamba Allah berbuat zinah dan sudah makan persembahan-persembahan berhala. Menjadi hamba, tetapi terhadap dosa, dan dia hidup dari pelayanan itu = makan persembahan berhala.
Kemudian, pada 1 Raja-Raja 18:20-21, di situ dikatakan bahwa seluruh bangsa Israel “berlaku timpang” dan “bercabang hati” = mendua hati.
Pendeknya, Israel berada di dalam kebimbangan oleh karena perkataan yang licin; menjadi kacau, tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, sehingga merusak iman dan mengacaukan sidang jemaat yang mendengarkan berita firman yang demikian. Berlaku timpang dan mendua hati, berarti; berada dalam kebimbangan; bimbang antara ikut TUHAN atau berhala bimbang antara ikut TUHAN atau tidak, berada dalam kebimbangan. Inilah yang terjadi oleh karena perkataan licin ini. Kerugian apabila hidup Gereja Tuhan berada dalam kebimbangan: Tidak mendapat apa-apa dari Tuhan.

Tetapi kalau kita dibangun di atas dasar korban Kristus, maka kita yakin, kuat dan teguh, berada dalam kebangkitan yang benar, tidak palsu. Mulai detik ini sampai seterusnya, jadilah kehidupan yang tidak palsu, dalam suasana kebangkitan yang tidak palsu. Jauh dari perkataan licin, itulah omongan kosong dan yang tidak suci. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman;
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment