KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, August 22, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 AGUSTUS 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 20 AGUSTUS 2020


KITAB RUT
(Seri: 106)

Subtema: NAFSU RENDAH DARI ORANG YANG GILA HORMAT

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena rahmat-Nya dan kasih karunia-Nya yang dianugerahkan kepada kita, sehingga kita boleh mendapat kesempatan untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Juga saya tidak lupa menyapa umat TUHAN, anak-anak TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohon kemurahan dari hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya di malam ini, sehingga nyata pertolongan TUHAN dalam hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita; berkat berkelimpahan menjadi kehidupan kita di ujung abad ini.

Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT. Kita masih memperhatikan Rut 2:20.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Singkatnya, dari apa yang dikatakan oleh Naomi kepada Rut menunjukkan bahwa Naomi menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, di dalam dua hal, YANG PERTAMA: Boas adalah kaum kerabat.
Berarti, sanak atau saudara yang terdekat dari Elimelekh, suami Naomi yang sudah mati itu. Biarlah kita menjadikan hikmat sebagai saudara kita dan pengertian sebagai sanak bagi kita masing-masing.
Kita tidak perlu takut kalau saudara yang terdekat meninggalkan kita; kita tidak peduli kalau orang-orang dunia ini melupakan kita, dengan catatan asal saja kita menjadikan hikmat sebagai saudara yang terdekat dan pengertian dari sorga menjadi sanak bagi kita masing-masing. Kehidupan yang semacam ini dia pasti percaya diri, sehingga dia tidak takut kalau saudara sedaging (saudara terdekat) melupakan dia, juga kalau dunia ini tidak menerima dia, karena pengertian itu sudah menjadi sanak bagi dia.
Inilah yang memberi kepercayaan diri bagi kita masing-masing, sehingga kita tetap dalam kondisi jati diri sorgawi menjadi bagian kita masing-masing.

Biarlah kita menjadikan hikmat sebagai saudara kita dan pengertian sebagai sanak kita masing-masing. Tujuannya adalah supaya dilindungi dari dua perempuan yang menjadi lawan TUHAN, menurut Amsal 7:4-5.
Adapun kedua perempuan tersebut ialah:
Perempuan Yang Pertama: “Perempuan jalang” atau liar à Babel besar sebagai ibu dari wanita-wanita pelacur dan kekejian bumi.
Perempuan Yang Kedau: “Perempuan asing, yang licin perkataannyaà Izebel, isteri Ahab, raja Israel. Izebel ini mengaku dirinya sebagai nabiah, tujuannya adalah supaya menyesatkan hamba-hamba TUHAN dalam dua hal, yakni:
1.      Makan persembahan-persembahan berhala.
2.      Berbuat zinah.
Pada minggu yang lalu, kedua perempuan ini telah diterangkan sesuai dengan kasih karunia TUHAN bagi kita, dan itu masih jelas dalam ingatan kita, jangan dibiarkan berlalu begitu saja.

Sekali lagi saya tandaskan, biarlah kita jadikan hikmat sebagai saudara dan pengertian sebagai sanak, sehingga kalau kita sudah betul-betul menjadikan hikmat dan pengertian menjadi saudara dan sanak, maka kita percaya diri. Apa tandanya? Tandanya ialah kita tidak peduli kalau orang lain meninggalkan kita, tidak peduli kalau dunia ini menolak kita.

Naomi menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, di dalam dua hal, YANG KEDUA: Boas adalah salah seorang yang wajib menebus Naomi dan Rut.
Pendeknya, Boas adalah seorang penebus. Boas rohani, itulah pribadi Yesus Kristus, Dialah Sang Penebus.
Mengapa Naomi menceritakan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, sebagai seorang yang wajib menebus mereka? Alasannya adalah:
-          Itu karena ketidaktaatan Naomi dan keluarganya yang sudah mati itu -- yakni Elimelekh, sang suami, dan kedua puteranya, yaitu Mahlon dan Kilyon --, di mana mereka pernah meninggalkan Betlehem.
Ketika mereka meninggalkan Betlehem pada waktu itu, berarti mau tidak mau mereka harus menjual harta bendanya, antara lain; tanah milik pusaka yang diwariskan, rumahnya, ladangnya, semua milik mereka pasti dijual. Lalu pergilah satu keluarga ini ke Moab dan menetap di sana sebagai pendatang, tetapi tidak lama kemudian matilah Elimelekh, sang suami, kemudian matilah Mahlon dan Kilyon setelah mereka mengambil dua perempuan Moab di sana (Orpa dan Rut).
-          Sedangkan Rut sendiri memang adalah bangsa Moab (bangsa kafir), berarti bukan bangsa Israel, yang memang juga harus ditebus.
Kesimpulannya: Baik Naomi serta harta bendanya dan tanah milik pusaka suaminya, Elimelekh, memang harus ditebus kembali sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku di Israel, termasuk pribadi dari Rut, karena dia adalah bangsa Moab, bangsa kafir, yang memang turut kembali ke Betlehem, sehingga sebagai orang asing (pendatang), ia harus ditebus.

Sedangkan peraturan dan ketentuan yang berlaku tentang penebusan tersebut, ditulis di dalam Kitab Musa yang ketiga, yakni Imamat 25, “Apabila saudaramu jatuh miskin, sehingga harus menjual sebagian dari miliknya, maka seorang kaumnya yang berhak menebus, yakni kaumnya yang terdekat harus datang dan menebus yang telah dijual saudaranya itu.” Apa yang pernah dijual, termasuk tanah milik pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang, rumahnya, ladangnya, itu diberi hak untuk ditebus; ini adalah peraturan dan ketentuan yang berlaku di Israel.
-          Secara khusus Imamat 25:21-22 berbicara tentang tahun Sabat dan tahun Yobel.
-          Sedangkan Imamat 25:23-28 berbicara tentang tanah warisan milik pusaka yang sudah terjual diberi hak untuk menebus.
-          Imamat 25:29-34 berbicara tentang rumah yang sudah terjual diberi hal untuk ditebus.

Kalau peraturannya demikian -- yaitu apa yang sudah terjual lalu diberi hak untuk ditebus kembali --, bukankah itu adalah kemurahan? Seharusnya, kalau sudah terjual ya terjual, itu bukan hak milik lagi, melainkan milik orang yang sudah membeli; tetapi kenyataannya, peraturan dan ketentuan di Israel adalah apa yang sudah terjual, secara khusus tanah milik pusaka yang diwariskan nenek moyang, rumah yang terjual, dan lain sebagainya, semuanya itu diberi hak untuk menebus. Seorang kerabat yang terdekat harus datang untuk menebus.
Hal itu tentu saja merupakan kemurahan hati TUHAN. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Kita ini adalah bangsa kafir yang memang juga harus ditebus. Kehidupan bangsa kafir dahulu tidak mengenal Allah, tidak layak masuk dalam Kerajaan Sorga, berada dalam kegelapan yang paling gelap, tetapi diberi hak yang sama untuk ditebus; itu adalah kemurahan yang sungguh luar biasa.

PENGGENAPAN PENEBUSAN itu telah dikerjakan oleh pribadi Yesus Kristus dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib di bukit Golgota.
Matius 20:26-28
(20:26) Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, (20:27) dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; (20:28) sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."

Di sini kita melihat; Yesus berkata kepada dua belas murid:
1.      Yang terbesar, hendaklah ia menjadi pelayan. Kalau mau menjadi yang terbesar, maka layanilah TUHAN.
2.      Yang terkemuka, hendaklah ia menjadi hamba. Kalau mau menjadi yang terkemuka (terpandang/cendikiawan), maka harus menjadi hamba.
Persamaannya: Sama seperti Anak Manusia, Yesus, Anak Allah, datang ke dunia ini bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, bahkan puncaknya ialah memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang, dengan lain kata; menebus kehidupan manusia yang sudah terjual kepada maut seperti Naomi dan Rut menantunya itu.

Jadi, penebusan yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib, itu merupakan kemurahan bagi kita yang adalah bangsa kafir, yang sudah terjual kepada maut. Dengan demikian, tergenapilah Imamat 25, TUHAN sudah menggenapi hukum Taurat. Imamat 25 adalah kitab Musa, kitab Nabi, kitab Taurat, yang sudah digenapi oleh TUHAN Yesus Kristus di atas kayu salib.

Sekarang, kita akan melangkah maju, dengan sebuah PERTANYAAN: Mengapa TUHAN Yesus Kristus mengatakan hal itu dengan gamblang, dengan jelas kepada dua belas murid-Nya? Mari kita lihat JAWABNYA di dalam Matius 20.
Matius 20:20-24
(20:20) Maka datanglah ibu anak-anak Zebedeus serta anak-anaknya itu kepada Yesus, lalu sujud di hadapan-Nya untuk meminta sesuatu kepada-Nya. (20:21) Kata Yesus: "Apa yang kaukehendaki?" Jawabnya: "Berilah perintah, supaya kedua anakku ini boleh duduk kelak di dalam Kerajaan-Mu, yang seorang di sebelah kanan-Mu dan yang seorang lagi di sebelah kiri-Mu." (20:22) Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." (20:23) Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya." (20:24) Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.

Inilah awalnya sehingga Yesus harus menceritakan “yang terbesar hendaklah menjadi pelayan” dan “yang terkemuka hendaklah menjadi hamba”, sama seperti Yesus datang ke dunia bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani, sampai memuncak kepada pekerjaan penebusan terhadap orang-orang yang terjual kepada maut.

Singkatnya, bermula dari keinginan ibu dari anak-anak Zebedeus, yang menginginkan supaya kedua anaknya itu, yakni Yakobus dan Yohanes, mendapat tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga, lalu duduk di sebelah kanan dan di sebelah kiri Yesus.
Sebenarnya, menginginkan tempat yang tertinggi di dalam Kerajaan Sorga itu merupakan suatu tabiat yang rendah, itu merupakan perilaku yang paling rendah. Mengapa saya katakan demikian? Karena keinginan itu biasanya didorong oleh nafsu rendah, pendeknya; gila hormat.
Kalau mencari tempat yang tertinggi, tempat yang berkenan, bukankah itu adalah gila hormat? Itu adalah nafsu rendah. Jadi, kalau ibu dari anak-anak Zebedeus -- ibu dari Yakobus dan Yohanes -- menginginkan kedua anaknya untuk berada di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga, karena didorong oleh nafsu yang rendah, yaitu gila hormat.

Sejenak kita melihat GILA HORMAT dalam Injil Matius 23.
Matius 23:1-4
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2) "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (23:4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Sebenarnya menduduki kursi Musa merupakan sinyal negatif, yakni gila hormat, nafsu rendah.
Tanda gila hormat adalah:
1.      Mengajarkan kebenaran, tetapi tidak melakukannya.
2.      Mengatakan (meletakkan) beban di atas bahu orang, tetapi dia sendiri tidak mau memikulnya.

Banyak kali hamba-hamba TUHAN, pemimpin sidang jemaat secara khusus, yang menyatakan tentang misi visi Allah, lalu mengajarkan sidang jemaat untuk berkorban terkait tentang visi dan misi tersebut, tetapi dia sendiri tidak berkorban.

Matius 23:5-7
(23:5) Semua pekerjaan yang mereka lakukan hanya dimaksud supaya dilihat orang; mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang; (23:6) mereka suka duduk di tempat terhormat dalam perjamuan dan di tempat terdepan di rumah ibadat; (23:7) mereka suka menerima penghormatan di pasar dan suka dipanggil Rabi.

Orang-orang yang dikuasai nafsu rendah atau gila hormat, di dalam mengerjakan suatu pekerjaan atau pelayanan, sebenarnya tujuan mereka melakukan itu hanya untuk supaya dilihat oleh orang lain saja, tidak lebih tidak kurang.
Prakteknya adalah:
1.      Mereka memakai tali sembahyang yang lebar dan jumbai yang panjang.
2.      Mereka suka duduk di tempat yang terhormat.
3.      Mereka suka menerima penghormatan dan suka dipanggil Rabi (guru).
Jadi, sudah sangat jelas, mereka melakukan pekerjaan TUHAN hanya untuk supaya dilihat oleh orang lain.

Matius 23:8-10
(23:8) Tetapi kamu, janganlah kamu disebut Rabi; karena hanya satu Rabimu dan kamu semua adalah saudara. (23:9) Dan janganlah kamu menyebut siapa pun bapa di bumi ini, karena hanya satu Bapamu, yaitu Dia yang di sorga. (23:10) Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu Pemimpinmu, yaitu Mesias.

Akibat nafsu rendah atau gila hormat ialah: ahli Taurat dan orang Farisi lupa bahwa sesungguhnya hanya ada satu Rabi, satu Bapa, yaitu Bapa di sorga. Kemudian, mereka juga lupa bahwa hanya ada satu Pemimpin, yaitu Mesias, Anak Allah yang hidup.

Matius 23:11-12
(23:11) Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. (23:12) Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Jadi, yang benar ialah:
1.      Yang terbesar hendaklah menjadi pelayan.
2.      Yang terkemuka hendaklah -- betul-betul -- menjadi hamba.
Kemudian, ada hal yang harus kita perhatikan: “Barangsiapa meninggikan diri, maka ia akan direndahkan”. Jadi, gila hormat -- dengan menduduki kursi Musa -- itu adalah sinyal negatif,  dan gila hormat itu merupakan nafsu rendah.
Tetappi, “Barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan” Barangsiapa terlebih dahulu merendahkan dirinya di hadapan TUHAN, maka ia akan berada di tempat yang tinggi dan terhormat, karena yang menentukannya adalah Bapa di sorga. Kita tidak bisa menentukannya sendiri.

Wajar saja dan memang banyak orang tua, terkhusus ibu-ibu, yang mendambakan supaya anaknya berada di tempat yang tinggi dalam banyak perkara, teramat lebih di tempat yang tertinggi dan terhormat dalam hal yang rohani; itu seringkali terjadi, karena itu merupakan suatu kebanggaan dari seorang ibu. Tetapi, dia salah kaprah, dia tidak mengerti, sebab ternyata keinginan itu didorong oleh karena nafsu rendahnya (gila hormat).

Kita kembali memeriksa Injil Matius 20. Pada ayat 20-21, ibu Yakobus dan Yohanes menginginkan supaya ditempatkan di tempat yang tinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga, lalu duduk di sebelah kanan dan di sebelah kiri Yesus. Dan dia meminta itu karena didorong oleh nafsu rendah (gila hormat).
Tidak bisa kita menentukan Kerajaan Sorga menurut ambisi kita, apalagi gila hormat, tidak bisa, karena sudah sangat jelas tadi kita lihat: siapa yang meninggikan diri akan direndahkan. Jadi, gila hormat itu adalah nafsu rendah.

Matius 20:22-23
(20:22) Tetapi Yesus menjawab, kata-Nya: "Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta. Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?" Kata mereka kepada-Nya: "Kami dapat." (20:23) Yesus berkata kepada mereka: "Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya."

Selanjutnya, Yesus berkata kepada ibu dari anak-anak Zebedeus: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta.
Memang hal itu tidak bisa kita pungkiri. Kembali saya sampaikan dengan tandas, bahwa kebanggaannya sebagai ibu adalah ingin melihat anak-anaknya berada di tempat yang tertinggi dalam bidang apa saja, teramat lebih dalam bidang kerohanian; itu tidak bisa dipungkiri. Tetapi saya sudah sampaikan di atas tadi; dia meminta itu karena hatinya didorong oleh nafsu rendah (gila hormat).

Kemudian, Yesus kembali berkata: “Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?
Siapa yang berkuasa untuk menebus dosa manusia? Siapa yang berkuasa untuk melepaskan diri dari penjara dunia ini? Tetapi perlu saya sampaikan: Tidak ada satu kekuatan apapun di dunia ini dan tidak ada kuasa apapun yang bisa melepaskan hidup gereja TUHAN dari penjara dunia ini. Itu sebabnya Yesus berkata: “Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?”, di mana hal ini berbicara soal pekerjaan penebusan yang harus dikerjakan oleh Anak Manusia, untuk orang-orang yang terjual kepada maut.

Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?”, artinya; syarat untuk berada di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga ialah:
1.      Secara rohani; minum cawan sengsara.
2.      Secara jasmani; mengalami baptisan penderitaan.
Kesimpulannya: Masing-masing kita harus menyangkal diri dan memikul salibnya dan mengikut TUHAN. Itulah syarat untuk berada di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga.

Untuk berada di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga, semata-mata tidak bisa ditentukan oleh ambisi, apalagi nafsu rendah (gila hormat), semuanya itu ditentukan oleh Bapa di sorga, sesuai dengan pengakuan Yesus, Anak Allah, tadi: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta”.
Padahal, kalau kita kaitkan dengan doa “Bapa kami di sorga”, sesungguhnya sederhana saja diawali dengan: “Bapa kami yang di sorga, Dikuduskanlah nama-Mu ...” Sesudah itu, yang tidak kalah penting ialah “ ... jadilah kehendak-Mu ...” Itu adalah doa permohonan yang benar.  Tetapi di sini kita melihat, ibu dari anak-anak Zebedeus ini tidak mengerti apa yang dia minta.

Sekali lagi saya sampaikan: Masing-masing kita harus menyangkal diri dan memikul salibnya dan mengikut TUHAN; itulah yang benar.
Minum cawan sengsara atau cawan Allah -- dengan kata lain; menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung di atas kayu salib --, kemudian mengalami penderitaan oleh baptisan Kristus -- dengan kata lain; sampai betul-betul mengalami kematian dan kebangkitan Kristus -- itu adalah sesuatu hal yang tidak menyenangkan (tidak enak) bagi daging ini. Minum cawan Allah saja merupakan sesuatu yang tidak enak bagi daging, apalagi mengalami baptisan kematian itu sungguh tidak enak dan tidak menyenangkan bagi daging.
Hal ini bisa menyebabkan banyak orang mengundurkan diri seperti dalam Injil Yohanes 6; ketika Yesus mengadakan mujizat kesembuhan -- orang sakit menjadi sembuh --, banyak orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Apalagi dengan mujizat memberi makan 5.000 (lima ribu) orang dengan 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan, maka semakin banyaklah orang berbondong-bondong mengikuti Dia. Tetapi soal cawan sengsara dan baptisan kematian, akhirnya mereka mengundurkan diri di dalam hal mengikuti TUHAN, mengapa? Karena perkara itu tidak menyenangkan dan tidak enak bagi daging, sehingga banyak orang mengundurkan diri.

Tetapi waktu Yesus berkata: “Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?” Jawab mereka kepada-Nya ialah “Kami dapat”, dengan lain kata; mereka menyanggupi persyaratan dari Yesus itu, tetapi sebenarnya mereka tidak menyadari, mereka tidak tahu apa yang sedang mereka katakan kepada TUHAN.
Tetapi mendengar jawab mereka, pada Injil Matius 20:23, Yesus kembali berkata bahwa memang mereka akan melewati pengalaman itu bersama dengan Yesus, tetapi persoalan duduk di sebelah kanan dan duduk di sebelah kiri Yesus, sesungguhnya itu adalah hak Bapa di sorga, itu merupakan kewenangan dari Bapa di sorga.

Namun, ada hal yang harus kita perhatikan: Jika kita berbicara soal “sengsara salib”, Setan sungguh tidak menyukai hal itu. Saya jadi teringat waktu saya berbicara soal sengsara salib beberapa tahun yang lalu, tiba-tiba ada orang gila yang masuk pada saat perjamuan suci. Kemudian, dia mau coba-coba datang ke depan, tetapi saya langsung tengking habis, dan dia tidak berani masuk lagi.
Kalau soal “sengsara salib” ini Iblis memang paling tidak suka. Jangankan Setan, daging saja tidak suka cawan sengsara Allah apalagi baptisan kematian; hal itu tidak menyenangkan bagi daging.

Oleh sebab itu, kepada Yakobus dan Yohanes, Yesus bertanya: “Dapatkah kamu meminum cawan, yang harus Kuminum?”, sebab syarat untuk masuk sorga adalah sangkal diri, pikul salib. Dan mereka menjawab: “Kami dapat.
Memang, kalau kita perhatikan Injil Matius 26 dan 27, sampai pada akhirnya Yesus disalibkan, mereka (murid-murid) pada akhirnya juga harus menyangkal diri, memikul salibnya bersama-sama dengan TUHAN. Tetapi Yesus kembali berkata kepada mereka: “Cawan-Ku memang akan kamu minum, tetapi hal duduk di sebelah kanan-Ku atau di sebelah kiri-Ku, Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa Bapa-Ku telah menyediakannya.” Hal duduk di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga, itu merupakan kewenangan dari Bapa di sorga.
Kalau kita belajar dari sini, maka kita dapat mengambil kesimpulan: Hindari nafsu rendah (gila hormat), sebab hal itu tidak akan bisa membawa (menghantar) kita untuk sampai duduk di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga, percayalah.

Seperti yang tertulis dalam Injil Lukas 22:29, Yesus juga berkata kepada murid-murid, secara khusus kepada Simon Petrus: “Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu”. Ini juga berkaitan tentang soal nafsu rendah, sebab murid-murid berlomba-lomba untuk menjadi yang terbesar.

Kita kembali membaca Injil Matius 20.
Matius 20:24
(20:24) Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu.

Mendengar hal itu, marahlah kesepuluh murid yang lain kepada Yakobus dan Yohanes. Sebetulnya, kalau kita hanya membaca ayat ini, sepertinya 10 (sepuluh) murid yang lain membela Yesus, tetapi sebetulnya mereka juga munafik.
Mengapa saya katakan demikian? Karena pada ayat 22, mereka sendiri yang menjawab Yesus: "Kami dapat." Tetapi setelah Yesus menjelaskan soal duduk di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga merupakan kewenangan dari Bapa di Sorga, maka tiba-tiba saja mereka marah kepada Yakobus dan Yohanes; ini adalah kemunafikan dari 10 (sepuluh) murid yang lain. Banyak anak-anak TUHAN yang juga munafik seperti ini.

Contoh:
Pada saat nabi Natan menegor raja Daud soal Daud menghampiri Batsyeba, Daud marah sekali karena nabi Natan menceritakan perkara itu dalam bentuk perumpamaan. Tetapi karena nabi Natan melihat bahwa Daud kurang memahami perkara itu, maka nabi Natan menjelaskannya kepada Daud. Setelah dijelaskan, barulah Daud minta ampun kepada TUHAN.
Demikian juga dengan murid-murid; mereka berlaku munafik, tidak hidup dalam seiya sekata. Biarlah kita semua hidup rukun bersama-sama. Jangan berlaku munafik. Jangan saling menyakiti satu dengan yang lain, sebaliknya; seia dan sekata serta sehati dan sepikir, bahkan sepenanggungan dan sependeritaan.

Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Yang pasti, untuk berada di tempat yang tertinggi dan terhormat, Yesus berkata: “Yang terbesar menjadi pelayan; yang terkemuka menjadi hamba”, sesuai dengan Injil Matius 20:26-28. Puncaknya ialah memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan bagi orang-orang yang terjual kepada maut; itulah yang benar.
Berarti, kedua anak-anak Zebedeus ini harus terlebih dahulu mau menjadi anak-anak domba yang mau disembelih. Mengapa saya katakan “harus mau menjadi anak-anak domba”? Karena anak domba selalu terhubung langsung dengan penyembelihan, berarti menyangkal diri dan memikul salibnya masing-masing.

Kita semua merupakan kawanan domba Allah. Kalau kita semua adalah kawanan domba Allah, maka mau tidak mau harus terhubung langsung dengan penyembelihan. Orang yang mau hidup beribadah kepada Kristus Yesus, ia menyangkal diri dan memikul salibnya di tengah-tengah ibadah dan pelayanannya.

Kita lihat CONTOH: DUA ANAK DOMBA.
Keluaran 29:38-41
(29:38) "Inilah yang harus kauolah di atas mezbah itu: dua anak domba berumur setahun, tetap tiap-tiap hari. (29:39) Domba yang satu haruslah kauolah pada waktu pagi dan domba yang lain kauolah pada waktu senja. (29:40) Dan beserta domba yang satu kauolah sepersepuluh efa tepung yang terbaik dengan minyak tumbuk seperempat hin, dan korban curahan dari seperempat hin anggur. (29:41) Domba yang lain haruslah kauolah pada waktu senja; sama seperti korban sajian dan korban curahannya pada waktu pagi harus engkau mengolahnya sebagai persembahan yang harum, suatu korban api-apian bagi TUHAN,

Dua anak domba berumur setahun harus dipersembahkan sebagai korban pagi dan korban petang, dan itu harus berlangsung setiap hari sampai TUHAN datang. Artinya, bukan saja hamba-hamba TUHAN, tetapi anak-anak TUHAN, hidup gereja TUHAN harus hidup dalam tahbisan yang benar setiap hari, siang dan malam.

-          Korban pagi adalah untuk sepanjang hari.
-          Korban petang adalah untuk sepanjang malam.
Biarlah kita selalu terhubung dengan penyembelihan setiap hari. Oleh sebab itu, dua anak domba harus dipersembahkan kepada TUHAN setiap hari.

Maksudnya adalah: Jangan sampai pada siang hari sepertinya ada dalam tahbisan yang benar, terlihat benar dan suci, tetapi pada saat malam hari persis seperti tabiat dari Setan; TUHAN tidak inginkan hal itu. Oleh sebab itu, kita harus mempersembahkan dua anak domba berumur satu tahun dan itu harus dipersembahkan setiap hari.
- Anak Domba yang pertama, untuk pagi, yaitu: Untuk sepanjang hari.
- Anak Domba yang kedua, untuk petang, yaitu: Untuk sepanjang malam.

Jadi, bukan hanya hamba-hamba TUHAN berada dalam tahbisan yang baik, tahbisan yang benar dan suci, tetapi juga anak-anak TUHAN, sebagai kawanan domba, hidup gereja TUHAN juga harus dalam tahbisan yang baik dan benar. Kalau kita datang di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini kepada TUHAN dalam tahbisan yang baik dan tahbisan yang benar, maka tanda-tanda kejahatan, tanda-tanda kenajisan tidak melekat di dalam diri kita masing-masing.
Itu sebabnya Yesus tidak berhak untuk menempatkan dua anak Zebedeus ini di tempat yang tertinggi dan terhormat dalam Kerajaan Sorga, sebab itu merupakan kewenangan dari Bapa di sorga.

Hati-hati dalam beribadah; jangan kita datang beribadah dan melayani karena didorong oleh nafsu rendah (gila hormat), itu tidak ada artinya. Itu sebabnya Yesus berkarta: “Kamu tidak tahu, apa yang kamu minta.” Tetapi lewat pengertian yang sudah kita terima malam hari ini, biarlah kita senantiasa menjadi rumah TUHAN (rumah doa), karena kita tahu apa yang harus kita kerjakan di hadapan TUHAN.

Sekali lagi saya sampaikan: Berada dalam tanda penyembelihan (menjadi korban sembelihan) harus berlangsung setiap hari, dengan demikian kemungkinan besar sekali Allah Bapa di sorga akan menyatakan diri-Nya bagi mereka yang mau menjadi domba sembelihan setiap hari. Korban sembelihan kepada Allah adalah jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk, tidak dipandang hina, berarti dianggap mulia ... Mazmur 51:19.
Biarlah kita semua betul-betul berada di dalam penebusan yang telah dikerjakan oleh darah salib Kristus di atas kayu salib di bukit Golgota dalam artian; minum cawan Allah (sengsara salib) dan baptisan kematian, sehingga dengan demikian kita boleh mengalami penebusan.

1 Timotius 2:5-7
(2:5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6) yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan. (2:7) Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai pemberita dan rasul -- yang kukatakan ini benar, aku tidak berdusta -- dan sebagai pengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.

Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia yang sudah terjual kepada maut, seperti Naomi dan Rut.
Hal itu dinyatakan oleh Rasul Paulus, dan pengertian itu dilanjutkan sampai kepada anak yang dia didik, termasuk Timotius, supaya selanjutnya Timotius ini menyampaikan kabar yang baik kepada sidang jemaat yang dipercayakan TUHAN kepada Timotius untuk dilayani oleh Timotius di mana pun dia melayani.

Jadi, yang mengerjakan penebusan di atas kayu salib sehingga kita boleh mengalami kelepasan dari penjara dunia ini adalah Allah yang esa, maka esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia. Esa, berarti; tunggal, tidak ada yang lain.
Biarlah harta, kekayaan, jabatan, kedudukan, uang, kekuasaan yang dimiliki seseorang di atas muka bumi ini tidak sanggup menebus hidupnya, lalu membawa hidupnya kepada TUHAN, kecuali Allah yang esa, esa pula Dia yang menjadi pengantara, tidak ada yang lain. Jangan pernah berpikir ...
-          Secara khusus pejabat tinggi jangan pernah berpikri bahwa dia akan tertolong dan mengalami penebusan oleh karena jabatan yang ia miliki.
-          Demikian juga orang yang mempunyai uang banyak, jangan pernah berpikir bahwa dengan berhala semacam itu ia bisa mendekat sampai kepada takthta Allah.
Itu adalah sesuatu yang tidak mungkin.

Oleh sebab itu, kalau kita perhatikan ayat 7, Untuk kesaksian itulah aku telah ditetapkan sebagai;
1.       Sebagai pemberita Injil (penginjil).
2.       Sebagai jabatan Rasul.
3.       Sebagai guru untuk mengajar orang-orang bukan Yahudi, dalam iman dan kebenaran.
Untuk menyampaikan korban penebusan dan korban pendamaian yang dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib, dia telah menerima jabatan rasul, penginjil, dan guru. Tujuannya adalah untuk menyampaikan apa yang dikerjakan oleh Yesus 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu.

Demikian halnya, biarlah kiranya kita dipakai oleh TUHAN sesuai dengan karunia-karunia, sesuai dengan jabatan-jabatan Roh-El Kudus yang dipercayakan oleh TUHAN kepada kita, untuk memberitakan soal penebusan yang telah dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib, inilah salib yang harus kita pikul.
Itulah dua anak domba yang harus dipersembahkan setiap hari, yaitu; korban pagi untuk sepanjang hari dan korban petang untuk sepanjang malam. Berarti, harus berada dalam tahbisan yang baik dan benar, sehingga kemungkinan besar, tidak tertutup kemungkinan, Allah menyatakan diri-Nya kepada kita semua yang adalah bangsa kafir, yang sudah terjual kepada maut ini.

Efesus 1:5-8
(1:5) Dalam kasih Ia telah menentukan kita dari semula oleh Yesus Kristus untuk menjadi anak-anak-Nya, sesuai dengan kerelaan kehendak-Nya, (1:6) supaya terpujilah kasih karunia-Nya yang mulia, yang dikaruniakan-Nya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihi-Nya. (1:7) Sebab di dalam Dia dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya, (1:8) yang dilimpahkan-Nya kepada kita dalam segala hikmat dan pengertian.

Kalau kita mampu oleh kemurahan TUHAN untuk mempersembahkan dua anak domba setiap hari sebagai korban pagi dan korban petang, itu kita peroleh lewat pengertian dan hikmat oleh pembukaan Firman TUHAN, sehingga dengan demikian kita boleh mengalami penebusan bagi kehidupan yang sudah terjual kepada maut.
Oleh darah salib, kita mengalami penebusan. Kehidupan yang terjual kepada maut ditebus oleh darah salib. Kemudian, kehidupan yang ditebus berarti sudah diampuni oleh darah salib sesuai dengan kemurahan-kemurahan yang TUHAN nyatakan bagi kita semua.

Kolose 1:13-14
(1:13) Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; (1:14) di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.

Kehidupan yang sudah ditebus mengalami pengampunan dosa. Dan kehidupan yang sudah diampuni telah dipindahkan ke dalam Kerajaan Sorga, berarti berada di tempat yang tertinggi dan terhormat di dalam Kerajaan Sorga.
Itulah kehidupan yang ditebus; dosa yang banyak itu diampuni oleh TUHAN, dan itulah yang membawa kita selanjutnya untuk berada di tempat yang tertinggi dan terhormat, di sebelah kiri dan sebelah kanan Yesus di dalam takhta kerajaan Allah Bapa.

Oleh sebab itu, saya sampaikan dengan tandas kembali: Mari, bawalah korban persembahan dua anak domba berumur satu tahun sebagai korban pagi untuk sepanjang hari dan korban petang untuk sepanjang malam setiap hari.
Dan domba itu harus berumur satu tahun penuh, itu berbicara tentang kedewasaan rohani. Kalau belum dewasa, maka dia tidak akan bisa membawa korban pagi dan korban petang kepada TUHAN.

Lewat pengertian oleh hikmat sorgawi yang kita terima malam ini, kita datang untuk beribadah melayani TUHAN dan mampu untuk menyenangkan hati TUHAN lewat ibadah-ibadah kita ke depan. Biarlah kita semakin dewasa dan bijaksana seperti dua anak domba yang berumur satu tahun.

1 Petrus 1:18-19
(1:18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (1:19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.

Kehidupan kita yang terjual kepada maut telah ditebus, bukan dengan barang fana, harta kekayaan  dan uang, bukan pula dengan perak dan batangan emas, tetapi oleh darah Anak Domba, darah yang tak bernoda dan tak bercacat.
Mengapa dikatakan “tak bernoda dan tak bercacat”? Sebab Dia menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung; Dia menderita di atas kayu salib bukan karena dosa-Nya, tetapi karena dosa manusia. Oleh darah salib Kristus, kehidupan kita sudah ditebus dari dosa warisan.

Jadi warisan ini bukan hanya harta, tetapi dosa juga bisa diwariskan. Orang tua bisa mewariskan dosa kepada anak. Tetapi ingat; kita semua sudah ditebus dari dosa warisan, dari kutuk nenek moyang, tetapi bukan dengan barang fana, bukan dengan perak atau batangan emas, melainkan oleh darah Anak Domba, darah yang tak bernoda dan tak bercacat. Dia menanggung penderitaan  yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib bukan karena dosa-Nya, tetapi karena dosa manusia.

Inilah yang diajarkan oleh ibu Naomi kepada Rut, menantunya itu. Jadi, sidang jemaat sebagai anak-anak rohani seharusnyalah bersyukur kepada TUHAN karena memiliki seorang gembala yang senantiasa mengajarkan pribadi Boas rohani, itulah pribadi Yesus Kristus, yang sudah mengerjakan pekerjaan-Nya untuk menebus dosa manusia di atas kayu salib.
Berbahagialah sidang jemaat, berbahagialah anak-anak TUHAN, sebagai anak-anak rohani, berbahagialah kalau gembala sidang mengajarkan korban penebusan. Tetapi malanglah nasib sidang jemaat sebagai anak-anak rohani, kalau seorang ibu -- gambaran dari gembala sidang (pemimpin sidang jemaat) -- sibuk berbicara soal berkat-berkat rohani, sibuk berbicara soal melakukan mujizat-mujizat kesembuhan, dan lain sebagainya.
Tetapi kita harus berbahagia karena ibu Naomi telah mengajarkan kepada menantunya, Rut, bahwa Boas adalah seorang penebus, itulah pribadi Yesus Kristus yang telah mengerjakan penebusan itu 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di atas kayu salib.

Ingat, apa dasarnya tadi Yesus berkata: “Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani”, puncaknya ialah menyerahkan nyawa-Nya sebagai penebusan bagi mereka yang terjual kepada maut? Dasarnya adalah karena ibu dari anak-anak Zebedeus meminta hal yang tidak tahu apa yang harus dia minta, dan dia mengatakan permintaan itu karena didorong oleh nafsu rendah (tabiat rendahnya), yaitu gila hormat.
Tetapi yang benar ialah biarlah kiranya kita membawa dua anak domba setiap hari untuk dipersembahkan kepada TUHAN sebagai korban pagi dan korban petang, maka tidak tertutup kemungkinan TUHAN akan datang dan menyatakan diri-Nya kepadanya. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment