KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, August 19, 2020

IBADAH RAYA MINGGU, 16 AGUSTUS 2020



IBADAH RAYA MINGGU, 16 AGUSTUS 2020


WAHYU PASAL 12
(Seri: 18)

Subtema: IBLIS SI PENDAKWA

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh karena kasih dan kemurahan-Nya, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Raya Minggu sebagaimana biasanya.
Dan saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya sore petang malam ini.

Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Kebaktian Minggu dari KITAB WAHYU PASAL 12. Setelah berakhirnya Wahyu 12:7-9, maka sekarang kita akan memasuki judul (perikop) yang ketiga, dari; Wahyu 12:10-12, dengan judul “Nyanyian Kemenangan”, sebab naga itu dan malaikat-malaikatnya telah dikalahkah oleh Mikhael dan malaikat-malaikatnya, sehingga mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga, naga besar itu dilemparkan ke bawah (ke bumi) bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya, sehingga dialah yang menyesatkan seluruh dunia ini.

Kita akan memasuki ayat 10, tetapi terlebih dahulu kita membaca ayat 9, sebab ini penting untuk kita perhatikan.
Wahyu 12:9
(12:9) Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.

Tentang “penyesatan” yang dilakukan oleh Iblis atau Satan telah diterangkan pada minggu yang lalu; semoga yang hadir pada minggu yang lalu, firman itu menjadi berkat dan mendarah daging, menjadi praktek dalam kehidupan kita sehari-hari, termasuk saya sendiri.

Kalau pada ayat 9 dikatakan bahwa Iblislah yang menyesatkan seluruh dunia, namun dalam “nyanyian kemenangan, Iblis disebut si pendakwa. Oleh sebab itu, mari kita perhatikan Wahyu 12:10 ini untuk melihat tabiat Iblis atau Satan lebih jauh lagi.

Wahyu 12:10
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita, dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita.

Pada ayat 10 ini dituliskan: “ ... Karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita ...
Singkatnya: Selain menyesatkan seluruh dunia, juga ternyata pekerjaan dari Iblis atau Satan adalah mendakwa.
Mendakwa sama artinya; menuduh dan menuntut untuk dihakimi.

CONTOH.
Ayub 1:8-9
(1:8) Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan." (1:9) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?

Di sini kita melihat pengakuan langsung dari TUHAN kepada Iblis atau Satan bahwasanya tiada seorang pun di bumi seperti Ayub, di mana Ayub adalah seorang yang saleh, jujur, serta takut akan TUHAN, dan menjauhi kejahatan.
Mendengar pengakuan (pernyataan) itu, Iblis atau Satan segera saja mendakwa Ayub kepada TUHAN; hal itu terlihat dari perkataan Iblis kepada TUHAN, yaitu: “Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah?” Dalam ejaan lama dikatakan: “Adakah dengan cuma-cuma Ayub itu takut akan Allah?” Maksudnya ialah; menurut Setan, jika Ayub menjadi suatu kehidupan yang saleh, jujur, serta takut akan TUHAN dan menjauhi kejahatan, tentu itu semua dilakukan Ayub kepada TUHAN karena ada alasannya; itulah maksud Setan.

Kalau kita menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN, janganlah karena ada sesuatu perkara, tetapi memang karena kita harus menjadi kehidupan yang jujur, saleh, takut akan TUHAN dan menjauhi kejahatan, dan itu semua kita lakukan karena TUHAN, tidak boleh karena ada alasan-alasan.
Kemudian, kita datang di tengah ibadah juga bukan karena ada alasan-alasan, melainkan dengan hati yang murni kita datang untuk beribadah dan memuji TUHAN.

Sekarang kita akan melihat; Apakah alasan yang dimaksud oleh Iblis atau Satan tersebut?
Ayub 1:10
(1:10) Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu.

Alasan yang dimaksud  sehingga Ayub menjadi pribadi yang jujur, saleh, takut akan TUHAN, menjauhi kejahatan:
1.       TUHAN menjadi pagar sekeliling Ayub dan rumahnya, serta segala yang dimilikinya.
2.       TUHAN sudah memberkati segala pekerjaan Ayub.
3.       Segala milik Ayub semakin bertambah-tambah lebih dari orang lain.
Inilah yang dimaksud dari Iblis atau Satan sehingga Ayub mempunyai alasan untuk hidup saleh, jujur, takut akan TUHAN dan benci kejahatan.
Tetapi, TUHAN akan buktikan apakah perkataan dari pada Setan itu yang benar atau memang pribadi dari pada Ayub itu adalah pribadi  yang benar-benar saleh, jujur, takut akan TUHAN dan benci kejahatan,

Ayub 1:11
(1:11) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Setelah Iblis atau Satan membeberkan semuanya itu -- alasan-alasan yang membuat Ayub menjadi pribadi yang saleh, jujur, takut akan TUHAN, membenci kejahatan -- kepada Allah, selanjutnya Iblis menuntut supaya Allah segera mengulurkan tangan-Nya dan menjamah segala milik kepunyaan Ayub, dengan kata lain mengambil kembali segala apa yang dipunyai oleh Ayub. Dengan demikian, Iblis yakin bahwa Ayub pasti mengutuki Allah.

Jadi, jelas, bahwa selain menyesatkan dunia, tugas Iblis atau Satan adalah mendakwa, berarti menuduh dan menuntut untuk segera dihakimi. Dan itu sudah dialami oleh Ayub atas seizin TUHAN.

Ayub 1:12
(1:12) Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.

Firman TUHAN kepada Iblis: “Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.” Atas seizin TUHAN, Ayub didakwa oleh Iblis atau Satan.

Ayub 1:13
(1:13) Pada suatu hari, ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung,

Sejenak kita melihat: Inilah pekerjaan dari anak-anak Ayub, baik yang lelaki maupun yang perempuan memang suka makan minum.
Dosa makan minum à Dosa daging, merokok, narkoba, mabuk-mabukan, minum-minuman keras; ini adalah dosa yang merupakan kebiasan dari orang kaya.

Ayub 1:14-19
(1:14) datanglah seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: "Sedang lembu sapi membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (1:15) datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (1:16) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Api telah menyambar dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (1:17) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Orang-orang Kasdim membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan." (1:18) Sementara orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: "Anak-anak tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (1:19) maka tiba-tiba angin ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga mereka mati. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan."

Selanjutnya, di sini kita melihat: Iblis betul-betul menuduh, menuntut untuk segera dihakimi.
-          Iblis mendakwa Ayub sehingga Ayub harus kehilangan segala harta miliknya, yakni lembu sapi, keledai-keledai betina, kambing domba, unta-unta.
-          Tidak hanya sampai di situ, Ayub juga harus kehilangan anak-anaknya, baik yang laki-laki maupun yang perempuan.
Bayangkan, penderitaan Ayub luar biasa; ia harus kehilangan segala miliknya, harta bendanya, kekayaannya. Selain itu, ia juga harus kehilangan anak-anaknya, baik laki-laki maupun perempuan, tidak ada satu pun yang hidup; ini adalah suatu penderitaan yang hebat.

Kalau seseorang kehilangan harta, namun jika anaknya masih ada atau masih selamat dari maut, hal itu mungkin masih bisa ditoleransi oleh setiap orang tua, karena masih ada suatu keberuntungan yang ia dapatkan. Tetapi kalau sudah kehilangan hartanya, milik kepunyaannya, semua harta bendanya, ditambah lagi harus kehilangan anaknya, saya kira ini adalah suatu penderitaan yang hebat yang dialami oleh Ayub, ini adalah penderitaan yang tiada tara. Betul-betul segala miliknya diambil kembali.

Tetapi, kita akan melihat bagaimana reaksi Ayub saat ia didakwa oleh Iblis atau Satan atas seizin TUHAN. Mari kita bersama-sama belajar dari pribadi Ayub dengan segala kerendahan hati.

Ayub 1:20-21
(1:20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Reaksi Ayub ketika ia harus kehilangan harta miliknya dan kehilangan anak-anaknya, antara lain:
YANG PERTAMA: Ayub mengoyak jubahnya.
Untuk masa sekarang, bukan lagi jubah yang harus dikoyakkan, melainkan hati kita masing-masing yang harus kita koyakkan. Hal ini juga dituntut secara khusus bagi imam-imam, pelayan-pelayan TUHAN, hamba-hamba TUHAN teramat lebih kami, sebagai pemimpin sidang jemaat, karena itu merupakan tanda bahwa ia adalah orang yang saleh, jujur, takut akan TUHAN dan menjauhi kejahatan.

YANG KEDUA: Ayub mencukur kepalanya.
Untuk masa sekarang, kita tidak perlu mencukur rambut dari kepala kita masing-masing, teramat lebih seorang perempuan tidak perlu mencukur rambut, jangan sampai kepalanya tidak ada penudung. Namun, yang terpenting sekarang adalah kita harus membuktikan bahwa segala kemuliaan, segala hormat dan kepujian hanya bagi Dia dari sekarang sampai selama-lamanya, sebab Dia adalah Kepala Jemaat, Mempelai Pria Sorga, sehingga manakala kita menghadapi persoalan, pergumulan, ujian yang begitu berat, manakala kita memang harus didakwa tanpa alasan (tanpa salah), maka kita tidak perlu mencukur rambut. Biarlah kita saling mendoakan supaya kita saling dikuatkan oleh TUHAN Yesus.

YANG KETIGA: Ayub sujud dan menyembah.
Sikap yang ditunjukkan oleh Ayub ini adalah suatu tanda kerendahan hati dari Ayub di hadapan TUHAN, sebab Dia adalah Allah yang hidup, yang patut untuk disembah, tidak ada Allah yang lain. Jangan menyembah berhala maksudnya, jangan tinggalkan ibadah karena pekerjaan, jangan tinggalkan ibadah karena kesibukan-kesibukan dunia ini.

Kita belajar dari pribadi Ayub dengan tindakannya yang ketiga ini, yaitu sujud dan menyembah, sebagai tanda kerendahan hati dari Ayub kepada TUHAN, sebab Dia adalah Allah yang hidup, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat, dan Dialah yang patut untuk disembah dari sekarang sampai selama-lamanya, tidak ada Allah yang lain, tidak ada berhala-berhala.
Kalau kita bebas dari berhala itu adalah tanda kerendahan hati, tetapi kalau kita jauh dari TUHAN, jauh dari ibadah karena segala perkara-perkara di dunia ini, itu adalah kesombongan. Dan orang yang seperti ini biasanya bergantung pada kekuatannya; mengandalkan apa yang dia miliki, itu adalah kesombongan; mengandalkan uangnya, pengertiannya, hartanya, kedudukannya, jabatannya, kekuasaannya, itu adalah kesombongan dihadapan Tuhan, tetapi Ayub tidaklah demikian. Saat Ayub dituduh, dituntut, didakwa oleh Iblis atau Satan, justru Ayub sujud dan menyembah kepada TUHAN, dia tetap membuktikan jati dirinya.

Banyak orang setelah mengalami ujian justru kehilangan jati diri; mencak-mencak, bersungut-sungut, lalu berbuat sesuatu yang tidak patut, tidak terpuji di hadapan TUHAN, tetapi Ayub tidaklah demikian, dia tetap sujud dan menyembah kepada TUHAN.
Yang belum mendapat pekerjaan, biarlah tetap bersabar. Yang memiliki pergumulan soal keuangan (ekonomi), biarlah tetap bersabar. Janganlah kita bertindak dengan tindakan yang kurang terpuji di hadapan TUHAN, tetapi biarlah kita sujud dan menyembah karena Allah yang harus kita sembah adalah Allah yang hidup, tidak ada yang lain.

Kemudian, dalam keadaan sujud menyembah, Ayub berkata: “Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.” Perkataan ini menunjukkan bahwa Ayub memiliki pikiran mempelai TUHAN. Ini bukanlah pikiran manusia daging, ini bukan pikiran manusia duniawi, ini bukanlah pikiran dari orang Kristen yang biasa-biasa, tetapi ini adalah pemikiran mempelai.
Manusia daging atau manusia duniawi tidak akan pernah menerima kenyataan yang sepahit ini. Itu sebabnya saya katakan bahwa perkataan Ayub ini menunjukkan bahwa Ayub memiliki pikiran mempelai.

Ada yang mau saya sampaikan sebagai tambahan: Semakin TUHAN bukakan firman-Nya, maka semakin banyak kita dituntut, bahkan dakwaan atas seizin TUHAN pun bisa terjadi. Percayalah akan apa yang saya sampaikan ini, tetapi saya pesankan kepada saudara: kita harus kuat. Terkadang memang sakit rasanya, tetapi kita harus kuat di dalam Kristus Yesus.

Saya akan buktikan bahwa itu betul-betul PIKIRAN MEMPELAI.
Wahyu 21:1-2
(21:1) Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. (21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.

Lihat, langit yang pertama dan bumi yang pertama akan berlalu, bahkan laut pun tidak ada lagi. Memang semua yang ada ini akan berlalu. Kemudian, tampillah kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. Jadi, setelah langit yang pertama, bumi yang pertama, bahkan laut berlalu, maka tampillah mempelai TUHAN.
Berarti, apa yang dikatakan oleh Ayub, jelas itu menunjukkan bahwa Ayub memiliki pikiran mempelai, sebab yang ada ini akan berlalu, diganti dengan langit yang baru dan bumi yang baru, itulah mempelai TUHAN.

Ayo, miliki pikiran mempelai, sebab sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini adalah berada dalam pesta nikah Anak Domba. Jadi, kalau anak-anak TUHAN beribadah hanya untuk mencari berkat, itu adalah kekeliruan, sebab sasaran akhir kita bukanlah hanya sebatas berkat, bukan hanya sebatas mengadakan mujizat kesembuhan di dalam ibadah pelayanan, tetapi sasaran akhir dari ibadah pelayanan di atas muka bumi ini yang harus dikerjakan oleh setiap hamba-hamba TUHAN, terutama pemimpin sidang jemaat adalah  pesta nikah Anak Domba Allah. Inilah rencana Allah yang besar untuk penyatuan tubuh Kristus yang sempurna; kafir dan Israel bersatu, itulah yang disebut tubuh mempelai.

Jadi, untuk sampai kepada sasaran itu, milikilah pikiran mempelai, sebab yang ada ini satu kali akan berlalu. Bukankah kita datang dengan tidak membawa apa-apa? Seorang bayi lahir dengan tidak membawa apa-apa -- sama dengan telanjang --, juga kembali kepada TUHAN, Sang Khalik, dengan tidak membawa apa-apa -- sama dengan telanjang --. Dan Ayub sangat menyadari hal itu. Betul-betul Ayub dikuasai sepenuhnya oleh pikiran mempelai, tidak dikuasai oleh pikiran manusia duniawi, manusia daging.

Yang sudah berada di tengah-tengah ibadah, apalagi imam yang sudah mengambil bagian dalam pelayanan, di ujung Yobel yang ketiga ini, sudah saatnya sekarang ini seluruh alam pemikirannya dikuasai oleh pikiran mempelai.
Sesudah kita percaya, bertobat, lahir baru, penuh dengan Roh Kudus, seharusnya lanjut untuk memberi diri di dalam penyucian dengan berada di dalam Ruangan Suci, sebab tergembala itu adalah penyucian.

Sekarang kita BANDINGKAN dengan PIKIRAN DUNIAWI, itulah TUBUH BABEL.
Wahyu 17:5
(17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."

Babel besar ini adalah ibu dari:
1.      Wanita-wanita pelacur.
2.      Kekejian bumi.

Tentang: “Kekejian bumi”
Penyebab terjadinya kekejian di bumi ini adalah Babel besar.
Praktek kekejian bumi, ialah: Menghentikan korban sehari-hari, yaitu;
1. Korban Sembelihan -> Ibadah dan pelayanan.
2. Korban Santapan -> Firman Tuhan sebagai makanan rohani.

Tentang: “Wanita-wanita pelacur”
Babel besar adalah ibu dari wanita-wanita pelacur, berarti; dialah yang menyebabkan terjadinya sehingga gereja TUHAN berzinah (menduakan hati TUHAN), baik secara jasmani maupun rohani. Wanita-wanita pelacur merupakan gambaran dari kehidupan dari anak-anak TUHAN yang menduakan hati TUHAN, atau yang sudah meninggalkan TUHAN karena perkara-perkara yang lain. Beralih kepada lain hati, itu adalah pelacuran rohani.
Ada pelacuran jasmani, ada pelacuran rohani. Pelacuran secara jasmani adalah wanita-wanita (perempuan) tuna susila. Sedangkan pelacuran rohani ialah menduakan hati TUHAN, meninggalkan TUHAN dan beralih kepada lain hati, baik itu karena kesibukan, atau mungkin karena pekerjaan, atau mungkin karena bisnis, atau mungkin karena perkara-perkara yang ada di dunia ini, itulah gereja yang sedang melacur secara rohani. Siapa yang menyebabkan hal terjadi? Jawabnya ialah Babel besar.
Tetapi tubuh mempelai tidaklah demikian, sebab betul-betul pikiran dan alam sadarnya sepenuhnya dikuasai oleh pikiran mempelai.

Tentang pelacuran atau perzinahan secara rohani, lebih jauh kita melihat dari Wahyu 18.
Wahyu 18:3
(18:3) karena semua bangsa telah minum dari anggur hawa nafsu cabulnya dan raja-raja di bumi telah berbuat cabul dengan dia, dan pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya."

Lebih terang lagi kita temukan di sini, di mana praktek berzinah atau menduakan hati TUHAN ialah:
1.      Raja-raja di bumi telah berbuat cabul (berzinah) dengan dia. Contohnya; Esau menjual hak kesulungannya -- itulah ibadah dan pelayanan -- demi semangkok (sepiring) kacang merah, demi sesuap nasi = nafsu rendah = berbuat cabul = berzinah rohani.
2.      Pedagang-pedagang di bumi telah menjadi kaya oleh kelimpahan hawa nafsunya. Ini adalah gambaran dari anak-anak TUHAN yang pergi ke lain hati, itulah hawa nafsu dan keinginan daging, karena keinginan untuk menjadi kaya.

Ini adalah pemikiran dari tubuh Babel, yang jelas berbeda dengan tubuh mempelai, di mana pemikirannya betul-betul seutuhnya dikuasai oleh pemikiran mempelai, bahwa langit bumi, laut, semua yang ada ini akan berlalu, sama seperti anak yang lahir ke dunia ini dengan keadaan telanjang, lalu kembali kepada TUHAN juga dengan keadaan telanjang; itu merupakan pemikiran mempelai.

Kita kembali membaca Ayub 1.
Ayub 1:21
(1:21) katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!"

Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya.” Pernyataan ini menunjukkan bahwa dia memiliki pikiran mempelai. Tetapi tubuh Babel tidaklah demikian, justru ia berzinah rohani, meninggalkan hati TUHAN karena ia telah pergi ke lain hati baik itu uang, harta, kekayaan, dan lain sebagainya; namun Ayub tidaklah demikian saat ia mengalami cobaan oleh karena dakwaan Iblis atas seizin TUHAN.

Selanjutnya, Ayub berkata: “TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!
Pernyataan Ayub ini menunjukkan bahwa Ayub hidup di dalam kehendak Allah. Biarlah kehendak Allah yang jadi (nyata) dalam setiap kehidupan kita, sehingga dengan demikian terpujilah nama TUHAN selalu. Tetapi kalau kehendak kita yang nyata, maka nama TUHAN tidak akan terpuji, justru nama TUHAN dipermalukan.

Tidak salah jika memiliki usaha, mengelola bisnis, tidak salah kuliah (menuntut ilmu). Apa saja kesibukan di dunia ini selama itu adalah perbuatan baik, itu tidaklah salah, dengan catatan; jangan tinggalkan TUHAN Yesus, tetap menyatu dengan hati TUHAN Yesus, supaya nama TUHAN terpuji dalam setiap tindakan, setiap perbuatan, setiap solah tingkah kita, setiap perkataan, bahkan gerak-gerik sekecil apapun, biarlah nama TUHAN dipermuliakan. Terpujilah nama TUHAN dari sekarang sampai selama-lamanya. Biarlah kehendak TUHAN yang jadi.
Silahkan saja kuliah, tetapi kehendak TUHAN yang jadi. Silahkan saja bekerja, mengelola bisnis, tetapi kehendak TUHAN yang jadi dalam hidup kita supaya nama TUHAN terpuji. Jangan permalukan nama TUHAN dengan sikap yang kurang terpuji.

Ayub 1:22
(1:22) Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.

Dalam pergumulan yang begitu hebat dan begitu berat, Ayub tidak pernah mempersalahkan TUHAN. Orang yang suka mempersalahkan TUHAN acap kali bersungut-sungut, ngomel, dan lain sebagainya, disertai dengan kejengkelan di hati, tetapi Ayub tidaklah demikian.

Namun, pergumulan yang dialami Ayub belum berhenti sampai di situ, pergumulan Ayub belum selesai, sebab Iblis masih menuntut Ayub kepada TUHAN. Setelah lewat PERGUMULAN BAGIAN YANG PERTAMA -- yang sudah kita perhatikan di atas tadi --, namun Setan tidaklah tinggal diam sebelum tuntutannya ini membuat seseorang K.O (KnockOut), sebelum mangsanya terkapar, Setan tidak akan pernah berhenti.
Jadi, selama kita hidup di dunia ini, jangan pernah saudara merasa bahwa pergumulan akan berhenti, tidak, melainkan akan terus terjadi, tidak akan pernah selesai. Selama kita tinggal di bumi ini, selama kita mendiami kemah tubuh ini, pergumulan tidak akan pernah selesai; oleh sebab itu, saudara jangan pernah cengeng, tetapi hadapi saja.

Kita akan melihat UJIAN (PERGUMULAN) YANG KEDUA yang dialami oleh Ayub, karena Ayub kembali didakwa oleh Iblis atau Satan atas seizin TUHAN.
Ayub 2:1-2
(2:1) Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datang juga Iblis untuk menghadap TUHAN. (2:2) Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajahi bumi."

Saat Iblis menghadap TUHAN, lalu TUHAN bertanya: "Dari mana engkau?" Selanjutnya, Iblis menjawab: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Jadi, pekerjaan dari pada Iblis ini adalah mengelilingi dan menjelajah bumi, artinya; tanpa hari perhentian. Kalau seseorang tidak beribadah, tanpa hari perhentian (hari ketujuh), berarti ia sedang mengikuti jejak Iblis.
Sebab begitu pula pada saat Setan menghadap TUHAN untuk yang pertama kalinya; ketika TUHAN bertanya: "Dari mana engkau?", lalu Setan juga menjawab: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Jadi, Iblis atau Setan tidak mempunyai hari perhentian.

Tetapi bagi kita, TUHAN telah sediakan hari perhentian. Manfaatkanlah hari perhentian yang sudah TUHAN sediakan, jangan ikuti jejak Setan. Ingat; kalau jauh dari ibadah yang sudah TUHAN sediakan, tanpa hari perhentian, berarti ia adalah anak Setan, ia mengikuti jejak Setan. Hal ini ayat Alkitab yang mengatakannya. Saya tidak pernah menuduh siapapun, jangan persalahkan TUHAN.
Mulai sekarang berjanjilah kepada TUHAN bahwa “saya adalah anak TUHAN”. Berarti, hargai, manfaatkan hari perhentian yang sudah TUHAN sediakan; jangan jauh dari ibadah yang sudah TUHAN percayakan.

Mungkin saudara berpikir tidak mengapa mengabaikan firman, tetapi nanti jika sudah tiba waktunya TUHAN datang pada kali yang kedua, barulah saudara ingat semua pernyataan-pernyataan TUHAN ini. Oleh sebab itu, manfaatkanlah kesempatan ini.
Covid-19 ini sudah menjadi tanda. Jadi, jangan saudara berpikir dan menganggap enteng saja. Sekarang mungkin saudara bisa anggap enteng, tetapi jangan saudara kelak seperti orang kaya yang menyesal setelah ia mati, dengan berkata: “Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini.” Namun karena terbentang jurang yang tak terseberangi, permintaan orang kaya itu tidak bisa terjadi (tidak terlaksana). Lalu orang kaya itu kembali berkata: “Kalau demikian, aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini” Tetapi kata Abraham: “Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi -- dengan lain kata, ada firman --; baiklah mereka mendengarkan kesaksian (firman) itu.” Biarlah kita kembali kepada firman dan ikuti firman; jangan ikuti jejak Setan.

Orang tua yang bijaksana pasti berkata kepada anaknya: Jangan ikuti jejak Setan. Kalau orang tua membiarkan anaknya jauh dari hari perhentian, berarti pikirannya adalah pikiran Setan juga. Saya mengatakan ini bukan dalam keadaan marah, tetapi saya hanya sedang mengingatkan saja, karena kita selalu merasa baik dan benar dan suci, padahal banyak keburukan, banyak kejahatan, banyak kejelekan, banyak ketidaksucian.
Jadi, Setan tidak mau kalau akhirnya dia tidak punya hari perhentian, kalau akhirnya dia tidak masuk sorga sendirian; oleh sebab itu, mau tidak mau Setan harus mendakwa manusia.

Kita akan lanjut membaca ayat 3.
Ayub 2:3
(2:3) Firman TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan."

Saat Iblis atau Satan kembali menghadap untuk yang kedua kalinya, maka TUHAN kembali bertanya: “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub?” TUHAN yang mengakui Ayub sebagai hamba TUHAN. Biarlah kita semua diakui sebagai hamba TUHAN, menjadi hamba kebenaran.
Seorang Pendeta belum tentu menjadi hamba TUHAN, seorang Pendeta belum tentu menjadi hamba kebenaran, tetapi hamba TUHAN adalah hamba kebenaran. Biarlah TUHAN yang mengakui kita sebagai hamba TUHAN.

Kembali TUHAN mengatakan kepada Iblis atau Satan: “ ... Tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Ini adalah pengakuan TUHAN langsung kepada Setan ketika Setan kembali menghadap TUHAN.
Lalu TUHAN berkata kembali kepada Setan: “Ia tetap tekun dalam kesalehannya ...” Bagaimana dengan kita? Manakala menghadapi ujian, apakah tetap dalam kesalehan? Manakala tidak punya uang atas dampak dari Corona yang begitu besar ini sehingga ekonomi menjadi lemah, apakah kita justru uring-uringan, tidak ikuti TUHAN atau tetap dalam kesalehan? Tetapi Ayub tetap bertekun dalam kesalehannya, sekalipun Setan telah membujuk Allah untuk melawan Ayub untuk mencelakakannya tanpa alasan, didakwa tanpa alasan.

Itu sebabnya di atas tadi saya katakan: Setelah kita melewati satu pergumulan, jangan kita berpikiran bahwa kita tidak akan menghadapi pergumulan yang lain. Pergumulan akan terus silih berganti, tetapi marilah kita belajar dan kita diajar oleh TUHAN Yesus malam ini lewat pembukaan firman, melalui pribadi Ayub. “Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.
Tekun dalam kesalehan, berarti tekun juga dalam ibadah dan pelayanan. Tidak mungkin ada orang yang bisa tekun dalam kesalehan, tekun berbuat baik, tekun dalam kesucian, namun tidak tekun dalam ibadah; itu tidak mungkin, mustahil.

Jangan saudara berpikir kalau seseorang berkuasa di dunia ini, memiliki jabatan tinggi di dunia ini, memiliki uang yang banyak, lantas ia mampu untuk tekun dalam kesalehan; bukan itu ukurannya. Hal-hal seperti berbuat baik bisa dibuat-dibuat, bisa dimanipulasi, tetapi kesalehan yang sesungguhnya ialah haruslah dari pengakuan TUHAN Yesus Kristus; dan hal itu harus kita buktikan di hadapan TUHAN.
Mari kita buktikan di hadapan TUHAN. Jangan saleh karena terlihat baik, karena suka memberi uang, dan karena ini dan itu, melainkan oleh karena pengakuan dari TUHAN, seperti pengakuan TUHAN kepada Setan mengenai Ayub.

Ayub 2:4-5
(2:4) Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. (2:5) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Karena melihat Ayub berkemenangan pada ujian atau dakwaan yang pertama, akhirnya Iblis kembali menguji Ayub dan mendakwa Ayub atas seizin TUHAN.
Adapun alasan Iblis untuk kembali menuntut Ayub ialah: “Kulit ganti kulit!” Maksudnya ialah supaya TUHAN menjamah tulang dan daging Ayub, dengan demikian Ayub pasti melawan TUHAN, Ayub pasti mengutuki TUHAN. Itu menurut pikiran dari pada Iblis atau Setan, tetapi mari kita lihat pembuktian berikutnya, apakah perkataan Setan ini benar atau tidak.

Tentu kita berbahagia kalau TUHAN bukakan firman-Nya, bukan? Seharusnya kita lebih bahagia kalau isi hati TUHAN yang paling dalam itu dibukakan (dinyatakan) kepada kita, lebih dari sekedar kotbah guyon-guyon yang tidak mempunyai pengertian apa-apa tentang sorga, sehingga tidak mendapatkan keselamatan, dan pada akhirnya tidak sedikit anak-anak TUHAN yang beribadah namun menjadi liar. Mengapa? Karena tidak mempunyai wahyu pembukaan firman.
Kita harus bahagia kalau pembukaan firman terjadi, isi hati TUHAN yang paling dalam dibukakan -- disingkapkan, dinyatakan, dipaparkan -- kepada kita, sehingga kita bisa melihat dan mengerti rencana-rencana yang TUHAN nyatakan untuk memperoleh keselamatan.
Tidak bisa hanya dengan satu kali beribadah, lalu kita dapat mengetahui dan melaksanakan semua rencana TUHAN; tidak seperti itu. Tetapi biarlah kita tekun dalam ibadah supaya kita tekun dalam kesalehan.

Ayub 2:6
(2:6) Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, ia dalam kuasamu; hanya sayangkan nyawanya."

TUHAN izinkan kembali Iblis mendakwa Ayub untuk yang kedua kali, tetapi syaratnya; jangan ambil nyawanya. Maksudnya, biarlah nyawa tinggal dalam kandung badan Ayub.

Ayub 2:7
(2:7) Kemudian Iblis pergi dari hadapan TUHAN, lalu ditimpanya Ayub dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.

Atas seizin TUHAN, Iblis menimpa Ayun dengan barah yang busuk dari telapak kakinya sampai ke batu kepalanya.Kulit ganti kulit!

Sekarang kita melihat; apakah Ayub mengutuki TUHAN oleh karena barah yang busuk di sekujur tubuhnya (dari ujung kaki sampai batu kepala), sesuai dengan perkataan Iblis kepada TUHAN?

Ayub 2:8
(2:8) Lalu Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu.

Tetapi sebaliknya, Ayub mengambil sekeping beling untuk menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwasanya Ayub berpikir sederhana, tidak terlalu muluk-muluk.

Biasanya, kalau seseorang sudah berada dalam penderitaan yang hebat, ia akan mencari jalan keluar, entah apapun itu caranya, semua bisa dihalalkan. Tetapi di dalam ujian yang kedua ini, barah yang busuk di sekujur tubuhnya, dari ujung kaki sampai batu kepala, namun Ayub hanya sebatas mengambil sekeping beling lalu menggaruk-garuk badannya, sambil duduk di tengah-tengah abu. Jelas, hal itu menunjukkan bahwa Ayub berpikir sederhana, tidak terlalu muluk-muluk. Ayub tidak mengambil jalan keluar dengan cara-cara yang tidak halal seperti kebiasaan manusia daging, di mana untuk melepaskan diri, untuk menghindari diri dari pergumulan yang hebat, dia berusaha melepaskan diri dengan caranya sendiri; tetapi Ayub tidaklah demikian, dia berpikir sederhana sekali. Ketika dia merasa tubuhnya gatal, dia ambil saja satu keping beling untuk digunakan menggaruk-garuk badannya.
Kalau gatal, ya garuk saja. Jangan sampai lari kepada pelarian yang tidak terpuji. Mencari jalan keluar tetapi dengan cara yang tidak benar; jangan seperti itu.

Kalau suami banyak bergumul dengan isteri, maka seorang suami tidak boleh lari dari kenyataan. Kalau seorang isteri merasa kurang puas melihat kepemimpinan dari suaminya, ya jangan lari, bertahanlah, berpikirlah sederhana. Kalau saat ini tidak punya uang, bertahan saja. Makan atau tidak makan, yang penting adalah kumpul bersama dengan keluarga di hadapan TUHAN. Jangan justru berjalan-jalan di malam hari untuk mencari hal-hal yang tidak baik. Jangan kita gunakan pergumulan sebagai alasan untuk mencari solusi, tetapi dengan cara yang kurang terpuji, dengan cara meninggalkan ibadah, tidak bertekun dalam kesalehan; jangan. Dijauhkanlah hal itu dari kehidupan kita masing-masing. Haleluya..

Praktek kesederhanaan Ayub saat menghadapi ujian oleh dakwaan Iblis atau Setan ialah:
YANG PERTAMA: Ayub menggaruk-garuk badannya dengan sekeping beling.
Hal ini berbicara tentang kesederhanaan, sebab biasanya orang mencari jalan keluar atas persoalan yang sedang dia alami dengan cara pemikiran manusia duniawi, mencari kepuasan dari dunia ini.
YANG KEDUA: Ayub duduk di tengah-tengah abu.
Ini bukanlah perbuatan bodoh, tetapi ini juga berbicara tentang kesederhanaan, sebab manusia tidak lebih dan tidak kurang hanya berasal dari debu tanah, artinya tidak ada yang pantas untuk disombongkan di atas muka bumi ini.
Kalau punya uang, ya puji TUHAN, tetap sederhana. Tidak punya uang pun tetap puji TUHAN. Kemudian, ditambah lagi penderitaan karena sakit, menganggur, anak berontak, ditambah lagi banyaknya pergumulan, tetap puji TUHAN dan tetap berpikir sederhana. Tidak ada yang perlu untuk disombongkan. Duduklah di tengah-tengah abu.

Saya bersyukur karena TUHAN Yesus baik, Dia selalu memperhatikan kita semua, Dia mengerti isi hati kita yang paling dalam yang sedang hancur ini. Dia turut merasakan apa yang kita rasakan sampai detik ini.

Roma 12:2-3
(12:2) Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (12:3) Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.

Supaya memiliki pikiran yang sederhana seperti Ayub, maka ada dua kali larangan yang harus kita perhatikan:
YANG PERTAMA: “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini
Bukankah TUHAN sudah memanggil dan menarik kita dari dunia? TUHAN telah memanggil kita dari dunia, melepaskan kita dari kegelapan, dan sekarang kita berada di dalam TUHAN, di dalam terang-Nya yang ajaib, berada di tengah ibadah dan pelayanan. Oleh sebab itu, jangan menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu. Artinya, cara berpikir, sudut pandang yang lama harus berubah, mindset yang lama harus berubah.
Tujuannya adalah supaya dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, apa yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Jangan menjadi serupa dengan dunia.

Di dalam dunia hanya ada keinginan mata, keinginan daging dan keangkuhan hidup; itu semua bukan berasal dari TUHAN. Ingin kaya tetapi untuk pamer; ingin memiliki ini itu tetapi supaya dihormati, itu semua berasal dari dunia. Berubahlah dari cara berpikir yang seperti itu, untuk apa? Tujuannya adalah sederhana, yaitu supaya kita dapat membedakan manakah kehendak Allah, apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. Selama kita masih berpikir secara manusiawi, berpikir secara manusia duniawi, maka ia tidak akan bisa menyenangkan hati TUHAN, selain hanya bisa menyenangkan hati manusia dan diri sendiri.

Dahulu, saya adalah salah satu korban dunia. Menyenangkan hati manusia adalah nomor satu, tetapi hati TUHAN tidak disenangkan, melainkan memilukan hati TUHAN. Padahal TUHAN yang menciptakan kita semua, TUHAN yang sudah memberi nafas kehidupan, TUHAN yang sudah menyediakan segala sesuatu, TUHAN yang sudah memberikan kesempatan untuk berkarya, untuk kuliah, untuk bekerja, untuk mengasihi, untuk menikmati segala apa yang bisa dinikmati, tetapi kita hanya bisa menyenangkan hati manusia, tidak berusaha untuk menyenangkan hati TUHAN.

Jangan egois, jangan munafik di hadapan TUHAN. Ingat, kita ini adalah ciptaan TUHAN; oleh sebab itu, puja Dia, jangan puja manusia. Janganlah kita menjadi serupa dengan manusia. Cara berpikir harus berubah, sudut pandang harus berubah, supaya kita bisa mengerti apa yang menjadi kehendak TUHAN, apa yang berkenan untuk TUHAN, apa yang sempurna untuk TUHAN, apa yang mulia untuk TUHAN, itulah yang kita kerjakan. Jangan buat hati TUHAN cemburu mulai dari sekarang.

YANG KEDUA: “Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan
Hal ini sama dengan berpikir sederhana, jangan muluk-muluk. Biarlah kita berpikir sederhana saja, jangan terlalu tinggi-tinggi dalam berpikir, jangan muluk-muluk, di luar takaran iman, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa. Tujuannya adalah supaya kita dapat mengendalikan diri, supaya kita dapat menguasai diri.
Biasanya, kalau pikiran seseorang sudah di luar batas kemampuan manusia daging, orang seperti ini tidak bisa terkendali, tidak bisa menguasai diri. Biarlah mulai dari sore malam hari ini, kita memiliki pikiran menurut takaran iman yang datang dari sorga, dari Allah, sesuai dengan firman yang kita terima malam ini. Berpikirlah menurut firman iman.

Kalau seseorang sudah tidak terkendali lagi, maka akan memiliki resiko yang tinggi, dan ujung-ujungnya bisa menjadi stress kalau apa yang dipikirkannya itu tidak terwujud. Oleh sebab itu, berpikirlah menurut takaran iman, jangan terlalu muluk-muluk.
Berpikirlah sederhana sama seperti Ayub; saat ia mempunyai harta, mempunyai kekayaan, mempunyai uang dan lain sebagainya, ia pun tetap berpikir sederhana, sehingga ketika ia diuji (dicobai) oleh karena Setan yang mendakwa atas seizin TUHAN pun ia tetap berpikir sederhana.

Kita harus bisa membedakan orang yang tinggi hati dengan orang yang minder; keduanya memiliki takaran dosa yang sama dan upah yang sama. Mungkin kita pikir, minder adalah orang yang sederhana dan rendah hati, namun sesungguhnya tidaklah demikian. Kalau sekali waktu orang minder mempunyai uang, maka pasti akan sombong juga. Mengapa seseorang menjadi minder? Tentu karena tidak mempunyai uang, tidak mempunyai harta, tidak mempunyai ini dan itu. Jadi, minder itu adalah dosa. Maka, yang TUHAN mau adalah tetap berpikir sederhana menurut takaran iman.
Saat diberkati dengan limpah memiliki ini dan itu, tetap memiliki pikiran yang sederhana. Saat dicobai, kehilangan segala sesuatu, juga tetap berpikir sederhana. Jangan minder, melainkan yakin dan percaya dengan firman iman yang sudah kita terima. Jangan yakin dan percaya dengan uangmu, sebab ketika uangmu habis, maka keyakinanmu pun habis, tetapi biarlah kita yakin dengan firman iman. Sekalipun ada uang, tetap yakin dengan firman iman bukan kepada uang; sebaliknya walaupun tidak ada uang, juga tetap yakin dengan firman iman.
Jangan yakin dengan iman yang dibuat-buat, tetapi dengan firman iman saja. Jangan yakin dengan harta orang, jangan yakin dengan milik orang lain meskipun itu saudara, tetapi yakin dan berimanlah dengan firman iman. TUHAN kita lebih berkuasa dari uang orang lain (saudara kita). Berpikirlah sederhana, berpikirlah menurut takaran iman saja.

Jadi, ternyata, Ayub ini begitu rupa berpikir dengan sederhana. Oleh sebab itu, biarlah kita juga mengikuti apa yang dilakukan Ayub ini, yaitu berpikir dengan sederhana saja, jangan berpikir muluk-muluk.

Kita kembali membaca Ayub 2.
Ayub 2:9
(2:9) Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!"

Pada ujian yang kedua ini, ternyata Ayub tidak terbukti melawan TUHAN seperti apa yang dikatakan oleh Setan tadi: “Kulit ganti kulit! ... ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu” Tetapi kenyataannya, Ayub tidak mengutuki TUHAN, Ayub tetap dengan pemikiran yang sederhana.
Sebaliknya, isteri Ayub berkata:
1.      Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
2.      Kutukilah Allahmu
3.      Matilah!
Bukankah ini adalah isteri yang sangat kejam sekali? Sudah melihat suami yang penuh dengan penderitaan, seharusnya seorang isteri dapat bertindak dengan bijaksana, memberi suatu dukungan, memberi suatu topangan, memberi suatu kata-kata penghiburan, bukan kata-kata yang membuat Ayub kembali semakin jatuh (drop) terpuruk. Ini adalah isteri yang tidak bisa mengerti keadaan suami.

Pemuda-pemuda biarlah sungguh-sungguh dalam mengikuti TUHAN, supaya kelak engkau memperoleh isteri yang mengerti keadaanmu, baik saat susah maupun senang, karena pikiran manusia duniawi itu aneh; saat punya uang, suami bisa didukung, tetapi saat tidak punya uang, isteri tidak bisa mendukung.
Demikian juga pemudi-pemudi, mulai dari sekarang harus sungguh-sungguh menyerahkan diri kepada TUHAN, supaya engkau bisa menjadi pendukung bagi suamimu kelak, baik saat susah maupun senang. Jangan saat senang engkau mendukung, namun saat susah engkau justru lari dari kenyataan dan berkata dengan kata-kata yang tidak-tidak.
Bukankah enak kalau kita ikut TUHAN dengan sungguh-sungguh? Semuanya TUHAN berikan pengertian supaya kita mengerti melakukan sesuatu yang baik menurut kehendak TUHAN. Oleh sebab itu, tetaplah berpikir sederhana.

Melihat kesederhanaan dari Ayub, isteri Ayub berkata:
1.      Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu?
2.      Kutukilah Allahmu
3.      Matilah!

Pendeknya, oleh karena penderitaan yang dialami oleh Ayub, maka isteri Ayub menginginkan supaya Ayub bertindak TIGA HAL, yaitu:
YANG PERTAMA: Supaya Ayub jangan bertekun dalam kesalehan. Hanya karena penderitaan yang begitu hebat yang dialami oleh Ayub, isteri Ayub menginginkan supaya Ayub jangan bertekun dalam kesalehan, jangan bertekun dalam perbuatan baik, jangan bertekun dalam perbuatan yang benar, jangan bertekun dalam perbuatan yang suci; ini adalah pikiran yang sudah hancur, pikiran yang sudah rusak, pikiran yang sudah tidak berguna lagi. Inilah pikiran isteri yang tidak bisa menopang suami.

Pendeknya, oleh karena penderitaan yang dialami oleh Ayub, maka isteri Ayub menginginkan supaya Ayub bertindak TIGA HAL, yaitu:
YANG KEDUA: Mengutuki Allah. Siapa kita kok mau mengutuki TUHAN yang merupakan Sang Khalik, Sang Pencipta langit, bumi dan segala isinya; Dia yang membentuk kita dari seonggok tanah liat, dibentuk untuk segambar serupa, sama mulia dengan Dia -- tetapi kalau pada akhirnya tidak sama mulia, tentu itu karena dosa, sehingga merusak gambar dan rupa Allah --.
Kok manusia mau dan bisa mengutuki TUHAN? Siapa kita? Kita ini hanya seonggok tanah liat yang dibentuk segambar serupa dengan Dia, dan Dia adalah Sang Khalik yang membentuk kita. Tetapi hanya karena penderitaan, isteri Ayub menginginkan supaya Ayub mengutuki TUHAN. Ini adalah isteri yang tidak tahu diri, lupa asal usulnya dari mana.
Jangan lupakan asal usul kita dari mana, ingat asal usul, latar belakang. Ingat kesusahan di masa lalu; kalau akhirnya sekarang diberkati, ya puji TUHAN, tetapi jangan lupakan asal usul.

Semua perhatikan Firman TUHAN supaya masa depan cerah. Jangan engkau menyesal suatu kali kelak, pokoknya saya sudah sampaikan firman ini. Kalau ada di antara kita yang terhilang dan binasa, jangan salahkan TUHAN; saya sudah sampaikan itu. Saudara harus berpikir bahwa sorga dan neraka itu ada. Kita harus memilih dari sekarang mana tempat yang kita inginkan. Saya kira kita tidak menginginkan neraka, bukan? Jadi, sungguh-sungguhlah perhatikan Firman TUHAN; jangan hanya simbolik, jangan hanya karena aturan, jangan hanya karena takut manusia, tetapi biarlah karena kita betul-betul takut kepada TUHAN Yesus, sebab Dia adalah Allah yang hidup.

Ayub 2:5
(2:5) Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu."

Mengutuki TUHAN, sama dengan memiliki pikiran Setan. Bukankah Setan yang berkata: “ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu”? Jadi, kalau seseorang mengutuki TUHAN, berarti pikirannya itu sudah dirasuki oleh Setan.
Biarlah kita semua bertahan di dalam pergumulan-pergumulan yang sedang kita alami saat ini, apapun pergumulan yang sedang kita alami saat ini.

Pendeknya, oleh karena penderitaan yang dialami oleh Ayub, maka isteri Ayub menginginkan supaya Ayub bertindak TIGA HAL, yaitu:
YANG KETIGA: Supaya Ayub mati.
Dengan berkata: “ ... dan matilah!” Berarti, isteri Ayub menginginkan sang suami mati. Isteri macam apa seperti ini, yang menginginkan kematian sang suami? Hanya karena tidak punya uang, lalu menginginkan kematian sang suami. Hanya karena tidak punya pekerjaan, lalu menginginkan kematian sang suami. Hanya karena tidak mempunyai jabatan di dunia ini, lalu menginginkan kematian sang suami. Hanya karena kehilangan harta, lalu menginginkan kematian sang suami. Isteri macam apa yang memiliki pemikiran dan keinginan demikian rupa?

Laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya bukan lagi dua, melainkan satu. Artinya, apa yang sudah dipersatukan oleh salib, apa yang sudah dikerjakan oleh TUHAN di atas kayu salib untuk mempersatukan laki-laki dan perempuan, jangan dirusak. Menginginkan kematian sang suami hanya karena dia tidak lagi mempunyai kesibukan-kesibukan di dunia ini, bukankah ini adalah hal yang luar biasa?
Saya berharap, isteri-isteri di tempat ini tidak menginginkan hal seperti itu juga bukan? Ayo, pemuda-pemudi terima firman ini dengan baik, ingat firman ini dengan baik, sebab kita tidak akan tahu apa yang terjadi kelak; sekali waktu bisa saja diberkati, sekali waktu bisa saja habis semua miliknya. Seorang isteri harus siap menjadi isteri, menjadi penopang yang baik.

Tadi kita sudah melihat; isteri Ayub menginginkan kematian Ayub hanya karena harta bendanya sudah habis (raib). Kita harus ketahui: Upah dosa adalah maut (kematian), binasa tanpa kebangkitan. Kalau hanya menginginkan kematian hanya karena tidak punya uang, berarti sama seperti apa yang dinyatakan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus.

1 Korintus 15:31
(15:31) Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.

Ini adalah pelayanan Rasul Paulus yang penuh dengan perjuangan, sangkal diri pikul salib di dalam hal mengikuti TUHAN.

1 Korintus 15:32
(15:32) Kalau hanya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati".

Kalau kita memiliki pemikiran seperti pikiran isteri Ayub, maka sama seperti apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus: "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati". Dosa makan dan minum adalah dosa merokok, dosa narkoba, dosa mabuk-mabukan.
Kalau memang harus mati (bunuh diri), ya sudah lakukan saja semua dosa dan menikmati dosa, tidak usah beribadah. Tetapi Ayub itu adalah seorang nabi, dia adalah hamba TUHAN, dia tahu soal kebangkitan.

Kalau manusia mati hanya satu kali tanpa kebangkitan kelak, maka sia-sialah pengorbanan Yesus di kayu salib, tetapi apa yang dipikirkan oleh isteri Ayub ini bukanlah pikiran yang baik. Mati tanpa kebangkitan, berarti; segala perjuangan sia-sia, segala pengorbanan sia-sia, maka lebih baik berbuat dosa saja, "marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati".  Inilah gambaran dari pada isteri Ayub.

Bukankah jauh lebih baik kita menikmati kemurahan TUHAN dari pada berjam-jam nonton Televisi di rumah. Sadarilah, kemuliaan yang TUHAN berikan nanti jauh lebih besar dari penderitaan kita masa sekarang. Memang, ikut TUHAN harus pikul salib, seperti kita saat ini duduk mendengarkan Firman TUHAN, itu pikul salib.

1 Petrus 1:3-5
(1:3) Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan,

Sebetulnya, manusia sudah terjual kepada maut, karena upah dosa adalah maut, tetapi oleh karena kematian dan kebangkitan Yesus, maka kita dilahirkan kembali kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.
Jadi, kalau hari ini kita harus kehilangan harta, kalau hari ini kita harus kehilangan segala sesuatu yang kita miliki atau harga diri, tetapi bukan berarti kita harus bunuh diri. Jika mungkin kehidupan ini sudah sangat terpuruk sekali, lihatlah kuasa kematian dan kebangkitan Yesus Kristus sangat berkuasa supaya kita dibawa kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, sebab masih ada pengharapan di dalam Kristus Yesus oleh karena kematian dan kebangkitan-Nya.
Jangan putus asa. Jangan lantas hendak bunuh diri karena kehilangan pekerjaan. Jangan berpikir pendek seperti pikiran isteri Ayub ini. Sebab masih ada pengharapan di dalam Kristus Yesus oleh kuasa kematian dan kebangkitan-Nya kepada suatu hidup yang penuh pengharapan.

1 Petrus 1:4-5
(1:4) untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu. (1:5) Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.

Apa itu pengharapan kita? Itulah suatu bagian yang tidak dapat binasa, tidak dapat cemar, tidak dapat layu, itulah Kerajaan Sorga. Oleh sebab itu, jangan putus asa.  Jadi, orang yang bunuh diri sudah pasti tidak masuk sorga, sebab orang yang bunuh diri tidak mempunyai pengharapan.

Sedikit kesaksian: Beberapa waktu lalu saya dipanggil ke rumah bunda (orang tua kami) karena ada satu keluarga yang sedang konseling, sedang curhat, di mana seorang suami ini sudah putus asa, hilang jati diri, karena dia sudah habis pekerjaannya, dia di PHK bersama dengan pesangon yang dia terima. Setelah dia di-PHK, lalu dia berpikir: bagaimana masa depan keluarga, isteri, anak dan kuliah anak? Akhirnya, dia mulai diintimidasi oleh Setan. Ketika intimidasi itu semakin kuat dialami oleh sang suami (kepala rumah tangga) ini, maka mulailah ia kehilangan jati diri, pikirannya mulai kosong. Ketika dia sudah berada di titik terendah (kosong), akhirnya dia ambil keputusan untuk segera mengakhiri hidupnya (bunuh diri). Demikianlah cerita yang ia sampaikan menurut pengakuannya kepada saya.
Lalu saya berkata kepada dia: Datanglah kepada TUHAN, beribadah dengan sungguh-sungguh. Setelah beribadah, kita akan pulang lalu mengadakan pelepasan di rumah -- karena ternyata dia maupun isterinya suka berdukun pada masa mudanya --. Jadi, Setan inilah yang membuat pikirannya menjadi sesat. Setelah pikirannya kosong, tidak ada TUHAN di dalam hati dan pikirannya, akhirnya dia mengambil keputusan untuk bunuh diri.
-          Langkah pertama yang dia lakukan ketika mau bunuh diri ialah dia membawa motor, lalu dia bawa sampai ke arah Jakarta, kemudian dia tunggu kendaraan mobil yang melintas untuk dia tabrakkan diri kepada mobil yang melintas itu. Tetapi setelah dia tunggu beberapa lama, tidak ada satu mobil (kendaraan) yang melintas, bahkan dia sendiri bingung, mengapa di jalan besar seperti ini namun tidak ada satu pun mobil yang melintas.
-          Langkah kedua yang dia lakukan untuk bunuh diri ialah dengan mengambil dan memegang arus listrik yang begitu hebat, namun arus listrik itu tidak sanggup menyengat dia, dan akhirnya dia gagal bunuh diri.
-          Langkah ketiga yang dia lakukan untuk bunuh diri ialah dia meminum obat (racun) pembasmi nyamuk (serangga) cair, namun racun itu pun tidak ampuh untuk membunuh dia, sebab ia memuntahkannya sedikit. Lalu, dia putus asa karena dia tidak bisa mati. Bukankah ini adalah hal yang aneh; banyak orang mencari hidup, tetapi dia justru mencari mati dan banyak orang tidak menginginkan kematian, tetapi dia mencari kematian.
-          Langkah keempat yang dia lakukan untuk bunuh diri ialah dengan mengambil pisau untuk memutuskan leher, tetapi ternyata dia pun tidak sanggup melakukannya, karena dia merasa hal itu terlalu sakit baginya.
Tindakan-tindakannya ini adalah tindakan yang konyol, tidak benar.
Singkat cerita, setelah satu minggu berlalu pertemuan kami, dia tidak datang beribadah. Kemudian, beberapa bulan kemudian, saya mendengar berita, bahwa akhirnya terwujudlah cita-citanya, di mana dia bunuh diri dengan cara gantung diri, lalu mati. Siapa yang bodoh di sini? Setan sudah membuat bodoh pikiran manusia, termasuk sang isteri.
Sudah dengan sangat jelas saya pesankan kepada sang isteri untuk membawa suaminya datang beribadah ke gereja. Pada saat itu sang isteri mengiyakan perkataan saya, lalu di akhir pertemuan, dia menjabat tangan saya dengan uang seratus ribu. Lalu saya tanya, untuk apa uang ini? Nyawa suami lebih berharga. Bawa saja suami beribadah. Namun dia berkata bahwa uang itu sebagai tanda ucapan syukur dan dia akan membawa suaminya beribadah kepada TUHAN.
Saya masih ingat sekali dengan pesan saya terhadap sang isteri itu, tetapi pesan saya ini diabaikan oleh sang isteri yang seharusnya masih memiliki pikiran positif. Kalau suami sudah hilang kendali dan isteri tidak mau mendengar nasihat yang baik, maka akhirnya akan berujung pada maut. Sekarang, apa yang terjadi? Isteri dan anak yang masih hidup pun dirundung duka.
Jadi, jangan kita anggap enteng semua perkara-perkara yang telah terjadi ini. Belajar untuk bersikap lebih bijaksana dari sejak sekarang.

1 Petrus 1:6
(1:6) Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu seketika harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan.

Bergembiralah saat kita menghadapi pergumulan, seperti pergumulan Ayub yang walaupun harus kehilangan segala sesuatu miliknya. Tetaplah dalam keadaan bergembira sekalipun mengalami ujian dan cobaan.

1 Petrus 1:7
(1:7) Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu -- yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api -- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.

Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu. Jadi, TUHAN tidak mempunyai maksud dan tujuan yang jahat, selain hanya untuk membuktikan kemurnian iman. Kemurnian iman lebih tinggi harganya di hadapan TUHAN; kemurnian iman kita lebih bernilai dibanding emas permata, harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, kekuasaan yang kita punya di dunia ini. TUHAN mau lihat kemurnian iman kita.

Ayub 2:10
(2:10) Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya.

Ketika isteri Ayub menginginkan tiga hal untuk dilakukan oleh Ayub, lihatlah jawab Ayub kepada isterinya: “Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?
Singkatnya, Ayub tidak setuju dengan perkataan yang diinginkan oleh isterinya, sesuai dengan perkataan Ayub kepada isterinya, yaitu: Engkau berbicara seperti perempuan gila! Kalau menginginkan Ayub melakukan tiga hal tadi, berarti sama dengan isteri yang gila, tidak waras.

Kemudian, Ayub kembali berkata: “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?” Apakah kita datang memuji TUHAN hanya karena diberkati? Apakah kita datang beribadah kepada TUHAN hanya karena setelah punya uang, ini dan itu? Tetapi setelah berkat-berkat ini hilang begitu saja, lantas kita mengutuki TUHAN?
Banyak orang Kristen yang seperti itu; saat memiliki harta, begitu hebatnya dia datang kepada TUHAN dan berkorban, tetapi saat segala sesuatu yang dimiliki hilang lenyap, mulailah ia mengutuki TUHAN. Berbeda dengan Ayub; dalam kesemuanya itu, Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. Mulut bibirnya tidak berdosa kepada TUHAN, tidak ada sungut-sungut, tidak ada omelan, tidak menggerutu, hatinya tidak merongkol, tidak dongkol, sehingga nafas tidak bau jengkol. Hati-hati dengan nafas yang bau jengkol, itu berarti sudah merongkol dan dongkol dalam hatinya.

Ayub 2:11
(2:11) Ketika ketiga sahabat Ayub mendengar kabar tentang segala malapetaka yang menimpa dia, maka datanglah mereka dari tempatnya masing-masing, yakni: Elifas, orang Téman, dan Bildad, orang Suah, serta Zofar, orang Naama. Mereka bersepakat untuk mengucapkan belasungkawa kepadanya dan menghibur dia.

Begitu hebat penderitaan yang dialami oleh Ayub ini, sehingga teman-teman dari pada Ayub tidak lagi mengenali dia. Itu juga yang dialami oleh Yesus ketika Dia harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib; Dia tidak tampan, Dia tidak semarak... Yesaya 53:3-5.

Jadi, begitu hebat penderitaan Ayub, tetapi bibirnya tidak bersalah kepada TUHAN. Tidak satu kali pun dia mengucapkan kata-kata kutukan, makian, persungutan kepada TUHAN, bibirnya bersih. Kalau bibir kita bersih, maka TUHAN akan memuji kita, seperti mempelai laki-laki memuji mempelai perempuan, “bagaikan seutas pita kirmizi bibirmu, dan elok mulutmu.”... Kid 4:3a. Dalam pergumulan, biarlah bibir dan mulut ini tidak pernah bersungut-sungut, itulah bibir merah bagaikan seutas pita kirmizi.

Wahyu 12:10-11
(12:10) Dan aku mendengar suara yang nyaring di sorga berkata:  "Sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya,  karena telah dilemparkan ke bawah  pendakwa saudara-saudara kita,  yang mendakwa mereka siang dan malam di hadapan Allah kita. (12:11) Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba,  dan oleh perkataan kesaksian mereka.  Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut.

Saat kita menghadapi si pendakwa hanyalah dengan cara mengalahkan Dia oleh darah Anak Domba dan oleh perkataan kesaksian mereka, yaitu; bahwa ternyata mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut. Dan akhirnya, sekarang telah tiba  keselamatan dan kuasa  dan pemerintahan Allah kita,  dan kekuasaan Dia yang diurapi-Nya; itulah tanda kemenangan.
Jangan jauh dari darah salib Kristus. Biarlah kita andalkan darah salib Kristus supaya kita berkemenangan. Untuk menghadapi si pendakwa tidak bisa dengan kekuatan; jangan kita pergi ke dukun supaya kita tidak menjadi tumbalnya, tetapi biarlah kita lawan Setan dengan darah Anak Domba. Sangkal diri dan pikul salib, maka kita akan berkemenangan, selanjutnya TUHAN yang menjadi Raja dan memerintah atas kehidupan kita sampai selama-lamanya; itulah pribadi Ayub yang pada akhirnya berkemenangan dan diberkati dua kali lipat dari segala miliknya yang pertama. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman;
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment