KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, August 16, 2020

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 AGUSTUS 2020



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 AGUSTUS 2020

KITAB RUT
(Seri: 105)

Subtema: HIKMAT BERSERU-SERU

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada TUHAN, Kepala Gereja yang sudah mengasihi kita dan memelihara kehidupan kita sampai pada malam hari ini. Biarlah kiranya TUHAN menyatakan lawatan-Nya bagi kita malam ini. Hati TUHAN dan mata TUHAN tertuju kepada kehidupan kita sebagai rumah TUHAN.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, hamba-hamba TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada. Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan hati TUHAN supaya kiranya TUHAN membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2:20
(2:20) Sesudah itu berkatalah Naomi kepada menantunya: "Diberkatilah kiranya orang itu oleh TUHAN yang rela mengaruniakan kasih setia-Nya kepada orang-orang yang hidup dan yang mati." Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Lagi kata Naomi kepadanya: "Orang itu kaum kerabat kita, dialah salah seorang yang wajib menebus kita."

Singkatnya, Naomi menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu, dalam dua hal:
YANG PERTAMA: Boas adalah kaum kerabat mereka.
Berarti, Boas adalah sanak atau saudara terdekat dari Elimelekh, suami Naomi yang sudah mati itu.

Kita lanjut memperhatikan Amsal 7.
Amsal 7:4-5
(7:4) Katakanlah kepada hikmat: "Engkaulah saudaraku" dan sebutkanlah pengertian itu sanakmu, (7:5) supaya engkau dilindunginya terhadap perempuan jalang, terhadap perempuan asing, yang licin perkataannya.

Manfaat bila hikmat dijadikan sebagai saudara dan pengertian sebagai sanak ialah dilindungi dari dua perempuan yang menjadi lawan TUHAN, yaitu:
Yang Pertama: Perempuan jalang atau liar.
Jelas itu menunjuk; Babel besar, yakni ibu dari wanita-wanita pelacur dan ibu dari kekejian bumi. Tentang wanita Babel ini tertulis di dalam Wahyu 17.
Wanita-wanita pelacur à Antikris yang menghentikan korban sehari-hari, yakni:
1.      Korban sembelihan, itulah ibadah dan pelayanan.
2.      Korban santapan, itulah Firman Allah sebagai kebutuhan pokok atau makanan rohani kita masing-masing.

Yang Kedua: Perempuan asing, yang licin perkataannya.
Jelas, itu menunjuk kepada Izebel, isteri Ahab, raja Israel. Oleh karena perkataan yang licin dari Izebel, menyebabkan seluruh bangsa Israel dan juga nabi-nabi pada saat itu berlaku timpang dan mendua hati, dengan kata lain; bangsa Israel berada di dalam kebimbangan. Hal ini dengan jelas ditulis dalam 1 Raja-Raja 18:18-22.
Orang yang mendua hati, orang yang berada dalam kebimbangan tidak mendapat apa-apa. Oleh sebab itu, kalau ikut TUHAN, ikut TUHANlah dengan sungguh-sungguh; kalau tidak, silahkan ikut (pilih) yang lain, seperti perkataan Elia: “Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Itulah pernyataan dari pada nabi Elia seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN menghadapi empat ratus lima puluh orang nabi-nabi Baal dan empat ratus orang nabi-nabi Asyera.

Demikian juga dengan kita; kalau ikut TUHAN, ikutlah TUHAN dengan sungguh-sungguh. Kalau tidak, silahkan pilih mana yang saudara pikir baik. Karena orang yang mendua hati, orang yang berada dalam kebimbangan tidak mendapat apa-apa; oleh sebab itu, kita harus memilih satu dari antara dua supaya berhasil.
Kalau ikut TUHAN dengan sungguh-sungguh pasti berhasil dan diberkati, juga berakhir dengan selamat. Ikut dunia juga berhasil; sepertinya diberkati, sepertinya limpah harta kekayaan, tetapi ujungnya binasa.

Saya tambahkan sedikit lagi: Adapun hal-hal yang dilakukan oleh Izebel, antara lain:
1.      Izebel mengancam untuk membunuh Elia. Penyebabnya ialah karena Elia telah membunuh 450 orang nabi-nabi Baal yang mempengaruhi bangsa Israel sehingga bangsa Israel mendua hati; itu sebabnya Izebel sangat marah sekali dan berusaha untuk membunuh Elia.
2.      Kemudian, Izebel juga telah mengambil paksa kebun anggur Nabot; hal ini ditulis dalam 1 Raja-Raja 21:5-15.
Kesimpulannya:
-          Izebel mengancam untuk membunuh Elia, artinya; berusaha untuk membatasi bahkan berusaha untuk menggagalkan rencana Allah untuk masa yang akan datang (pandangan nubuatan). -- Tugas nabi adalah bernubuat, memandang jauh ke depan. --
-          Kemudian, mengambil paksa kebun anggur Nabot, artinya; tidak menghargai milik pusaka yang diwariskan oleh TUHAN, yakni ibadah dan pelayanan. Ibadah dan pelayanan ini adalah milik pusaka yang diwariskan kepada saya dan saudara; dan itu harus dihargai sungguh-sungguh.

Perkataan Izebel ini adalah perkataan yang licin, sehingga oleh perkataan yang licin itu, mari kita melihat 1 Raja-Raja 21.
1 Raja-Raja 21:1-3
(21:1) Sesudah itu terjadilah hal yang berikut. Nabot, orang Yizreel, mempunyai kebun anggur di Yizreel, di samping istana Ahab, raja Samaria. (21:2) Berkatalah Ahab kepada Nabot: "Berikanlah kepadaku kebun anggurmu itu, supaya kujadikan kebun sayur, sebab letaknya dekat rumahku. Aku akan memberikan kepadamu kebun anggur yang lebih baik dari pada itu sebagai gantinya, atau jikalau engkau lebih suka, aku akan membayar harganya kepadamu dengan uang." (21:3) Jawab Nabot kepada Ahab: "Kiranya TUHAN menghindarkan aku dari pada memberikan milik pusaka nenek moyangku kepadamu!"

Singkatnya; Nabot berusaha untuk mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya sampai tetes-tetes darah penghabisan, sampai ia rela mati. Sebab pada akhirnya, oleh karena mempertahankan tanah milik pusaka yang diwariskan oleh nenek moyangnya, akhirnya Nabot mati karena Izebel mempengaruhi Ahab, suaminya, raja Israel, dengan perkataannya yang licin, dengan perkataan yang penuh dusta, dengan perkataan yang penuh muslihat itu mempengaruhi bangsa itu, sampai akhirnya membunuh Nabot, karena Nabot tetap mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya.
Biarlah kiranya kita tetap mempertahankan milik pusaka yang diwariskan TUHAN kepada kita, yakni ibadah dan pelayanan ini sampai tetes darah penghabisan, sampai kepada kesudahannya.

Nabot mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya sekalipun diberi penawaran-penawaran yang menarik, antara lain:
1.      Diganti dengan kebun anggur yang lebih baik.
2.      Dibayar dengan uang yang banyak.
Kalau kepada kita sudah diwariskan ibadah dan pelayanan ini sebagai milik pusaka; jangan diganti dengan apapun dan oleh siapapun. Jangan gantikan ibadah dan pelayanan ini dengan uang sekalipun dengan uang yang jumlahnya banyak; jangan keliru lagi. Biarlah firman itu ada dan ditaruh di dalam hati kita supaya kita jangan berdosa kepada TUHAN.

Tetapi tidak sedikit orang Kristen yang tidak mempunyai pengertian, sehingga hanya karena uang, dia tinggalkan ibadah; hanya karena uang, dia tinggalkan pelayanan. Berbeda dengan Nabot;
-          Sekalipun ditawarkan kebun anggur yang lebih baik dari milik pusaka yang diwariskan oleh nenek moyang, namun Nabot tetap mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya.
-          Sekalipun ditawarkan dengan uang yang banyak, tetapi Nabot tetap mempertahankan milik pusaka nenek moyangnya.
Bagaimana dengan pengikutan kita di hari-hari terakhir ini? Apakah sama seperti Nabot tetap mempertahankan milik pusaka, yakni ibadah dan pelayanan, sampai tetes darah penghabisan, sampai kesudahannya? Ini adalah pertanyaan yang juga menjadi PR (Pekerjaan Rumah) yang harus kita usahakan di hari-hari terakhir ini.
Sebaliknya, Ahab berusaha untuk menyerobot kebun anggur Nabot untuk dijadikan kebun sayur.

Kesimpulannya: Berusaha untuk membunuh nabi dan mengambil tanah milik pusaka, menunjukkan bahwa Izebel tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala. Itu sebabnya, dengan perkataannya yang licin itu juga, Izebel bisa mempengaruhi Ahab, raja Israel. Seharusnya, suami adalah kepala.

Perlu untuk diketahui: Menurut Injil Matius 8:12, tubuh tanpa kepala, berarti tubuh menjadi;
1.      Liangnya serigala. Serigala à roh jahat. Pekerjaan dari serigala -- menurut Injil Yohanes 10:12 -- ialah menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba sehingga domba-domba menjadi liar, tidak tergembala. Kalau seseorang meninggalkan ibadah, jauh dari ibadah, itu adalah tanda bahwa ia sudah diterkam oleh serigala. Kalau dalam hati dan pikiran ini senantiasa berusaha untuk meninggalkan ibadah, senantiasa berusaha untuk menjauhkan diri dari tengah-tengah ibadah dan pelayanan, itu menunjukkan bahwa dia sedang diterkam oleh serigala, gambaran dari roh-roh jahat di udara dengan segala tipu dayanya.
2.      Sarangnya burung. Burung à roh najis. Pekerjaan dari roh najis ialah menghambat pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, sama artinya; merusak kesatuan tubuh Kristus = merusak nikah suci. Nikah suci itu berbicara tentang kesatuan antara tubuh dengan kepala. TUHAN mendambakan nikah yang suci, dimulai dari nikah yang terkecil dalam rumah tangga, kemudian nikah yang lebih besar dalam penggembalaan (dalam ibadah dan pelayanan), kemudian antar penggembalaan, kemudian antar denominasi gereja, sampai akhirnya memuncak antar bangsa Israel dengan bangsa kafir; itulah dambaan dan kerinduan TUHAN, supaya kita juga mengerti apa yang menjadi dambaan dan kerinduan TUHAN. Jangan kita pusing dengan kerinduan-kerinduan kita yang belum kesampaian itu, tetapi biarlah kita juga turut memikirkan apa yang didambakan dan apa yang dirindukan oleh TUHAN.

Itulah tentang Izebel yang perkataannya licin sekali, merusak segala sesuatunya, sehingga tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala.

Kita lihat PRIBADI IZEBEL ini di dalam Wahyu 2.
Wahyu 2:20
(2:20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Ketika Izebel menjadi kepala, ia mengajar dan menyesatkan hamba-hamba TUHAN, dengan tujuan supaya;
Yang pertama: Hamba-hamba TUHAN berbuat zinah.
Berbuat zinah = menduakan hati TUHAN atau pergi ke lain hati dan meninggalkan TUHAN. Tidak sedikit orang Kristen di hari-hari terakhir ini berbuat zinah karena situasi kondisi yang sudah semakin mendesak, sehingga lakunya manusia semakin rusak di hadapan TUHAN, tidak segan-segan menduakan hati TUHAN.
Yang Kedua: Hamba-hamba TUHAN makan dari persembahan-persembahan berhala.
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi TUHAN. Misalnya;
1.      Meninggalkan ibadah karena pekerjaan, karena perkara-perkara lahiriah lainnya dan kesibukan-kesibukan lainnya; kalau itu yang menjadi nomor satu, itu merupakan berhala, sekalipun tidak mendirikan tugu, patung dan arca di rumah masing-masing.
2.      Kekerasan di hati, itu juga merupakan penyembahan berhala.
3.      Kebenaran diri sendiri, itu juga merupakan penyembahan berhala.

“Perempuan Babel” -- itulah perempuan jalang atau liar yang menimbulkan gereja TUHAN menjadi wanita-wanita pelacur, juga meninbulkan kekejian di bumi -- dan “Perempuan Izebel” -- itulah perempuan yang licin perkataannya --, kedua perempuan ini ditulis dan diceritakan pada kitab Wahyu pasal 2 dan pasal 17.
Kitab Wahyu adalah kitab yang terakhir, penutup dari semua kitab. Kitab Suci terdiri dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, seluruhnya berjumlah 66 (enam puluh enam) kitab, yang diakhiri oleh kitab Wahyu.
Artinya, di hari-hari terakhir ini atau di ujung abad ini, karakter atau tabiat dari dua perempuan tersebut dengan segala geliatnya akan terlihat (tampak) dengan jelas dalam setiap ibadah-ibadah yang diselenggarakan di atas muka bumi ini, lewat pelayanan-pelayanan dari hamba-hamba TUHAN yang tidak berpegang teguh kepada perkataan TUHAN dan yang tidak menyimpan perkataan TUHAN di dalam hatinya, sesuai dengan Amsal 7:1-3.

Selanjutnya, kita akan memasuki Amsal 17:16.
Amsal 17:16
(17:16) Apakah gunanya uang di tangan orang bebal untuk membeli hikmat, sedang ia tidak berakal budi?

Singkatnya: Orang bebal tidak membutuhkan hikmat, tidak membutuhkan pembukaan firman Allah, sebab ia tidak berakal budi (tidak bijaksana).

Tetapi, di atas tadi kita sudah melihat; Naomi sedang menjelaskan perihal Boas kepada Rut, menantunya itu. Boas rohani itulah pribadi Yesus Kristus, TUHAN dan Juruselamat kita, yang penuh hikmat. Tetapi orang Bebal tidak membutuhkan hikmat, tidak membutuhkan pembukaan firman, sebab ia tidak berakal budi. Oleh sebab itu, jangan bebal.

Amsal 17:17
(17:17) Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.

Sesungguhnya, apabila kita renungkan dan menyadarinya, bahwasanya hikmat atau pembukaan firman adalah:
-          Sahabat yang menaruh kasih setiap waktu.
-          Menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Lihat, apakah ada saudara yang bisa menaruh kasih setiap waktu di atas muka bumi ini? Jawabnya; tidak ada. Di mana ada saudara yang selalu memperhatikan kita dalam kesukaran kita? Jawabnya; tidak ada.
Oleh sebab itu, jadikan hikmat sebagai saudara, jadikan hikmat sebagai kerabat; demikianlah Naomi menjelaskan Boas sebagai kerabat, sebagai saudara, sebagai sanak yang paling terdekat. Demikian juga di hari-hari terakhir, seorang hamba TUHAN, teristimewa seorang pemimpin sidang jemaat, harus menjelaskan tentang hikmat adalah sanak, harus menjelaskan bahwa hikmat adalah saudara yang senantiasa menaruh kasih dalam setiap kehidupan kita, yang senantiasa menjadi saudara dalam setiap kesukaran-kesukaran kita; itu harus dipahami.

Pada ayat 17 ini dikatakan: “Seorang sahabat ...” Pendeknya; “hikmat” dikatakan sebagai “seorang”, sedangkan kata “seorang” menunjuk satu pribadi yang dapat (tampak jelas) dilihat secara gamblang.

Berkaitan dengan “SEORANG” ini, mari kita lihat Amsal 8:11.
Amsal 8:11
(8:11) Karena hikmat lebih berharga dari pada permata, apa pun yang diinginkan orang, tidak dapat menyamainya.

Kita dapat menarik kesimpulan, bahwasanya; hikmat lebih berharga dari batu permata apapun, sebab hikmat (pembukaan firman) senantiasa menaruh kasih setiap waktu. Tidak ada saudara jasmani, saudara sedaging kita yang seperti ini, selain hikmat. Dan hikmat juga senantiasa mengerti keadaan kita dalam setiap kesukaran kita, sehingga kita dapat menarik kesimpulan, bahwa; hikmat lebih berharga dari pada batu permata mana pun. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan baik.

Sekali lagi saya sampaikan: Hikmat lebih berharga dari pada batu permata, bahkan dari segala perkara-perkara yang ada di atas muka bumi ini, yakni hal-hal yang membuat mata menjadi silau. Hikmat tetap lebih berharga.
Pendeknya: Apapun yang diinginkan, bahkan apapun yang dimiliki seseorang, itu tidak dapat menyamai hikmat. Oleh sebab itu, perhatikanlah; sejauh mana kita menghargai hikmat, sejauh mana kita menghargai pembukaan firman? Tetapi yang pasti, orang bebal tidak butuh pembukaan firman, orang bebal hanya membutuhkan batu permata, membutuhkan hal-hal yang menyilaukan mata. Hal-hal yang dianggap silau oleh mata itu lebih berharga bagi dia, dibanding hikmat (pembukaan firman); itu sebabnya, orang yang bebal tidak menghargai ibadah, tidak menghargai milik pusaka sebagai warisan dari TUHAN, itulah ibadah dan pelayanan yang dipercayakan oleh TUHAN. Hargailah hikmat, sebab Dialah yang mengerti kita, Dia yang tahu kita dalam kesukaran kita.

Apapun yang diinginkan, bahkan apapun yang dimiliki orang tidak dapat menyamai hikmat (pembukaan Firman TUHAN). Sebagai bukti, kita akan kaitkan dengan PRIBADI YUSUF yang menginginkan kelepasannya.

Kejadian 40:12-15
(40:12) Kata Yusuf kepadanya: "Beginilah arti mimpi itu: ketiga carang itu artinya tiga hari; (40:13) dalam tiga hari ini Firaun akan meninggikan engkau dan mengembalikan engkau ke dalam pangkatmu yang dahulu dan engkau akan menyampaikan piala ke tangan Firaun seperti dahulu kala, ketika engkau jadi juru minumannya. (40:14) Tetapi, ingatlah kepadaku, apabila keadaanmu telah baik nanti, tunjukkanlah terima kasihmu kepadaku dengan menceritakan hal ihwalku kepada Firaun dan tolonglah keluarkan aku dari rumah ini. (40:15) Sebab aku dicuri diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani dan di sini pun aku tidak pernah melakukan apa-apa yang menyebabkan aku layak dimasukkan ke dalam liang tutupan ini."

Penekanan dari ayat 12-13 adalah Yusuf mengartikan mimpi dari kepala juru minuman.
Sedangkan penekanan dari ayat 14-15 ialah Yusuf menginginkan kelepasannya dari dalam penjara, dengan jalan supaya kepala juru minuman tersebut mau menceritakan hal ihwalnya kepada Firauan, yaitu ia dicuri dan diculik begitu saja dari negeri orang Ibrani, lalu dibawa ke Mesir dan dimasukkan ke dalam penjara tanpa salah (tanpa dosa). Kemudian, Yusuf berkata: “tolonglah keluarkan aku dari rumah ini”. Jadi, Yusuf menginginkan kelepasannya dari dalam penjara dengan cara supaya kepala juru minuman itu menceritakan hal ihwalnya kepada Firaun apabila nanti dia sudah kembali kepada pangkat semula, kepada jabatannya sebagai kepala juru minuman dari Firaun.

Tetapi, lihat saja ayat 23.
Kejadian 40:23
(40:23) Tetapi Yusuf tidaklah diingat oleh kepala juru minuman itu, melainkan dilupakannya.

Kenyataannya, Yusuf tidaklah diingat sama sekali oleh kepala juru minuman itu,  sebaliknya ia dilupakan.
Hal ini menunjukkan suatu kenyataan yang pasti bahwa tidak ada kuasa dan tidak ada kekuatan apapun yang berasal dari dalam dunia ini yang sanggup melepaskan manusia atau hidup gereja TUHAN dari dalam penjara dunia ini; tidak ada.

Sementara dunia ini dengan segala isinya, suatu kali nanti akan berlalu, diganti dengan langit dan bumi yang baru. Langit bumi akan berlalu bersama dengan orang-orang yang ditentukan binasa, jelas itu adalah orang-orang bebal yang tidak menghargai hikmat.

Kejadian 41:1
(41:1) Setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun, bahwa ia berdiri di tepi sungai Nil.

Namun, setelah lewat dua tahun lamanya, bermimpilah Firaun; inilah awal kelepasan yang nanti dialami oleh Yusuf, gambaran dari gereja mempelai (sidang mempelai).

Berarti, Yusuf masih berada di dalam penjara kurang lebih dua tahun lamanya, lalu setelah lewat dua tahun, barulah Firaun mendapat mimpi. Hal ini merupakan gambaran dan bayangan dari apa yang akan dialami oleh gereja TUHAN di hari-hari terakhir ini. Sebab, dua tahun di dalam penjara, itu adalah sebuah nubuatan penuh yang akan terjadi, di mana gereja TUHAN masih tetap berada di dalam penjara dunia ini selama 2.000 (dua ribu) tahun penuh. Jadi, dua tahun dalam penjara, itu merupakan nubuatan, di mana gereja masih ada di dalam penjara dunia ini pada 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga.
Tetapi yang pasti, kita ini sekarang berada pada Yobel yang terakhir, 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga pada abad yang terakhir. Sekarang ini adalah penentuan bagi gereja TUHAN; apakah mau menghargai hikmat (pembukaan firman) atau tidak?

Saya yakin sekali mengatakan bahwa ini adalah tahun penentuan bagi kita. Tahun penentuan, berarti tahun pemisahan dari dunia ini, di mana tanda-tanda (ciri-ciri) sudah semakin terlihat; oleh karena virus Corona ini, berapa jiwa yang mati di seluruh dunia ini? Dikonfirmasi ada di sekitar dua puluh juta jiwa terpapar virus Corona. Setiap kali orang mati oleh karena virus Corona, tidak ada suami, tidak ada isteri, tidak ada orang tua, tidak ada siapa-siapa yang menyertai dalam pekuburan. Itulah tahun pemisahan dari dunia ini; inilah tahun penentuan.

Jangan bermain-main, jangan anggap enteng, jangan bebal hati, jangan keras hati, jangan sombong, ini adalah tahun penentuan, tahun pemisahan. Kita harus buktikan; kita membutuhkan hikmat atau tidak, yang mana saudara pilih? Pilih dunia atau pilih TUHAN?
Hari ini adalah hari-hari terakhir, ujung dari abad ini, ujung dari Yobel yang ketiga, sudah di akhir 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga. Sedangkan dua tahun di penjara, itu merupakan bayangan (nubuatan) di mana gereja masih tetap ada di dalam penjara dunia ini, tetapi setelah lewat dari dua tahun, barulah Firaun bermimpi.

Kejadian 41:8
(41:8) Pada waktu pagi gelisahlah hatinya, lalu disuruhnyalah memanggil semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir. Firaun menceritakan mimpinya kepada mereka, tetapi seorang pun tidak ada yang dapat mengartikannya kepadanya.

Semua ahli dan semua orang berilmu di Mesir tidak dapat mengartikan mimpi Firaun tersebut. Artinya;
-          Keahlian atau kemampuan pada bidang tertentu tidak dapat meneropong kedalaman isi hati TUHAN.
-          Demikian juga ilmu atau pengetahuan yang tinggi di dunia ini tidak sanggup mencapai kesempurnaan dari kasih Allah.
Kesimpulannya: Baik keahlian maupun ilmu atau pun pengetahuan yang berasal dari dunia ini belum sempurna untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari dalam penjara dunia ini.

Saya tidak pernah menahan seseorang untuk kuliah. Silahkan saja kuliah menuntut ilmu setinggi-tingginya, bahkan saya tidak membatasi kemampuan seorang ahli di bidang tertentu, silahkan saja. Tetapi yang mau saya sampaikan dengan tandas adalah keahlian atau kemampuan seseorang pada bidang tertentu, kemudian ilmu atau pengetahuan yang sangat tinggi yang berasal dari dunia ini belum sempurna untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari penjara dunia ini.

Keahlian maupun ilmu, ataupun pengetahuan yang berasal dari dunia belum sempurna untuk menyelamatkan dan membebaskan manusia dari dalam penjara dunia ini, sehingga pada waktu pagi gelisahlah hati Firaun. Ini adalah sebuah potret atau gambaran yang dialami oleh seseorang apabila masalah belum terpecahkan, akibatnya; seseorang tidak mengalami ketenangan dan hilanglah kebahagiaan di dalam dirinya. Kalau masalah belum terpecahkan, pasti hilanglah kebahagiaan dan hanya merasakan kegelisahan.

Saya berharap, dalam setiap kita mendengar firman, biarlah itu kita nikmati. Pikiran jangan melayang-layang, sebab kita membutuhkan hikmat di penghujung abad ini, Yobel yang ketiga zaman Allah Roh Kudus. Oleh sebab itu, siapa yang menghujat Anak Allah, ia masih diampuni, tetapi siapa yang menghujat Roh Kudus (zaman Allah Roh Kudus) tidak akan diampuni.
Hati-hati, ini adalah tahun pemisahan, ini adalah tahun pembebasan, Yobel yang ketiga, 2.000 (dua ribu) tahun yang ketiga, dan sekarang adalah tahun 2020, berarti sudah pada ujung abad ini setelah lepas 2.000 (dua ribu) tahun. Hati-hati, jangan anggap enteng.
Gelisah kalau tidak mempunyai kendaraan atau tidak mempunyai harta, tetapi tidak gelisah tanpa hikmat sorgawi; bukankah ini aneh?  Siapa yang membebaskan kita? Siapa saudara kita yang sejujurnya? Apakah harta, batu permata yang menyilaukan mata, atau hikmat (pembukaan firman)?

Tadi kita sudah melihat; Yusuf berusaha untuk membebaskan dirinya, Yusuf menginginkan kelepasannya dari penjara dengan caranya, namun tidak bisa. Tetapi lihat, cara TUHAN begitu unik untuk menyelamatkan dan membebaskan kita dari penjara dunia ini.

Kejadian 41:9-13
(41:9) Lalu berkatalah kepala juru minuman kepada Firaun: "Hari ini aku merasa perlu menyebutkan kesalahanku yang dahulu. (41:10) Waktu itu tuanku Firaun murka kepada pegawai-pegawainya, dan menahan aku dalam rumah pengawal istana, beserta dengan kepala juru roti. (41:11) Pada satu malam juga kami bermimpi, aku dan kepala juru roti itu; masing-masing mempunyai mimpi dengan artinya sendiri. (41:12) Bersama-sama dengan kami ada di sana seorang muda Ibrani, hamba kepala pengawal istana itu; kami menceritakan mimpi kami kepadanya, lalu diartikannya kepada kami mimpi kami masing-masing. (41:13) Dan seperti yang diartikannya itu kepada kami, demikianlah pula terjadi: aku dikembalikan ke dalam pangkatku, dan kepala juru roti itu digantung."

Pada akhirnya, di sini kita melihat; kepala juru minuman itu membuka mulutnya -- setelah dua tahun lamanya dia membungkam --, karena hati kecilnya mendorong dia untuk segera mengakui kesalahan yang terdahulu, di mana ia tidak memberitahukan pesan dari pada Yusuf untuk menceritakan hal ihwalnya.
Kemudian, di sela-sela pengakuan itu, kepala juru minuman itu memberitahukan kepada Firaun, bahwa; Yusuf, oleh hikmatnya, dapat mengartikan setiap mimpi.

Hal-hal yang besar seringkali dinyatakan lewat mimpi, demikian juga waktu lahirnya Yesus Kristus yang merupakan TUHAN dan Juruselamat dunia, itu dimimpikan oleh Yusuf, suami Maria sendiri. Demikian juga untuk pembebasan dunia ini, maka mimpi itu diterima oleh Firaun, di mana mimpi ini bersifat internasional untuk menyelamatkan seantero dunia ini; tetapi tidak ada yang bisa mengartikannya, baik ahli atau kemampuan di bidang tertentu, maupun ilmu atau pengetahuan yang tinggi dari dunia ini tidak sanggup menjangkau rencana Allah yang heran, yaitu di dalam rangka pembebasan manusia dari dalam penjara dunia ini. Ilmu dan ahli dari dunia ini belum sempurna untuk menyelamatkan manusia.

Kejadian 41:14
(41:14) Kemudian Firaun menyuruh memanggil Yusuf. Segeralah ia dikeluarkan dari tutupan; ia bercukur dan berganti pakaian, lalu pergi menghadap Firaun.

Setelah mulut terbungkam selama dua tahun terbuka oleh karena didorong hati nurani (hati kecil) -- di mana kepala juru minuman itu menceritakan Yusuf yang dapat mengartikan mimpi --, dan akhirnya Firaun mengetahui bahwa Yusuf mempunyai hikmat dan dapat mengartikan segala sesuatunya, barulah Yusuf dilepaskan dan keluar dari liang tutupan. Jadi, yang kita butuhkan di hari-hari terakhir ini adalah hikmat (pembukaan Firman TUHAN).

Ketika Firaun memanggil Yusuf, barulah ia dikeluarkan dari liang tutupan. Demikian juga dengan nasib yang akan dialami oleh gereja TUHAN di ujung abad ini, akan dibebaskan dari dalam penjara dunia ini, juga oleh karena hikmat atau karena pembukaan rahasia Firman TUHAN.

Pertanyaannya: Siapakah orang yang mau menghargai hikmat?
Jawabannya dapat kita temukan dengan terang benderang di dalam Amsal 8:12.
Amsal 8:12
(8:12) Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan.

Di sini dikatakan: Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, atau orang yang cerdas bukanlah orang bebal, sebab orang yang bebal adalah orang yang tidak berakal budi. Jadi, hikmat itu tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, tidak tinggal dengan orang bebal, dia tidak tinggal dengan orang yang tidak berakal budi.

Tadi, dalam Amsal 17:17, kata “seorang” menunjuk satu pribadi yang tampak jelas dapat dilihat. Sedangkan di sini dikatakan: “Aku, hikmat” Berarti, kata “Aku” menunjuk pribadi seseorang, yaitu satu pribadi yang dapat dilihat secara gamblang, seperti juga pada Amsal 17:17, di situ dikatakan “hikmat” adalah;
-          Seorang sahabat ... Jadi, hikmat itu adalah pribadi seseorang, itu sebabnya di sini dikatakan: “Aku, hikmat
-          Seorang saudara ... Seorang, menunjuk kepada satu pribadi yang dapat dilihat.

Mari kita melihat SATU PRIBADI itu dalam 1 Korintus.
1 Korintus 1:21-24
(1:21) Oleh karena dunia, dalam hikmat Allah, tidak mengenal Allah oleh hikmatnya, maka Allah berkenan menyelamatkan mereka yang percaya oleh kebodohan pemberitaan Injil. (1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, (1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Sesungguhnya, pribadi Yesus yang disalibkan adalah hikmat Allah, sekaligus kekuatan dari Allah.
Jadi, keahlian atau pun kemampuan pada bidang tertentu, serta ilmu atau pun pengetahuan yang berasal dari dunia ini tidak sempurna untuk mengenal pribadi Allah di dalam pribadi Yesus Kristus yang disalibkan itu. Sekali lagi saya sampaikan; keahlian atau kemampuan di bidang tertentu, serta ilmu atau pun pengetahuan dari dunia ini bukanlah hakikat dari hikmat Allah, melainkan pribadi Yesus dan salib-Nya, itulah hikmat Allah -- hikmat yang sebenarnya --, serta kekuatan Allah.

Saya ini tidak sedang mengecilkan manakala mujizat kesembuhan terjadi dalam setiap ibadah, saya ini tidak sedang mengecilkan manakala seorang hamba TUHAN selalu bercerita soal berkat-berkat secara lahiriah; itu penting, tetapi kalau kalau itu yang menjadi orientasi dari ibadah pelayanan seorang hamba TUHAN, dengan mengabaikan hikmat yang sumbernya dari pribadi Yesus dan salib-Nya, jelas itu adalah ajaran sesat, ajaran setan. TUHAN tidak mengenal hamba TUHAN yang sibuk mengadakan mujizat kesembuhan, tetapi mengabaikan Yesus dan salib-Nya; itu jelas ditulis di dalam Injil Matius 7:15,21-23.

Kesimpulannya, kita baca kembali 1 Korintus 1.
1 Korintus 1:24
(1:24) tetapi untuk mereka yang dipanggil, baik orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi, Kristus adalah kekuatan Allah dan hikmat Allah.

Kesimpulan dari ayat 24 ini adalah hikmat tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang terpanggil, yakni orang-orang yang menghargai korban Kristus, itulah orang yang bijaksana. Kalau tidak mau menyangkal diri dan memikul salib, itu adalah orang bebal, dan orang ini tidak memiliki hikmat, tidak berakal budi.
Hikmat tinggal bersama-sama dengan orang-orang yang terpanggil, baik dia adalah bangsa kafir maupun orang Yahudi, itulah orang-orang yang mau menghargai pribadi Yesus dan salib-Nya, menghargai korban Kristus.

Kalau melayani TUHAN, tinggikan korban Kristus dalam hidup kita masing-masing; kalau memang mau melayani TUHAN. kalau tidak mau, ya tidak apa-apa. Tetapi kalau mau selamat, layanilah TUHAN, tinggikan korban-Nya; di situlah seorang imam, di situ seorang pelayan TUHAN, di situ seorang hamba TUHAN, teramat lebih di situ seorang pemimpin sidang jemaat memiliki hikmat dari sorga, dari Allah yang melebihi dari hikmat dunia ini.
Tetapi masih saja saya lihat di antara kita sangat sukar sekali untuk meninggikan korban, sehingga tetap dalam kebodohan, tetap dengan kekerasan hati, tetap dengan kebebalannya. Ketika hatinya senang, barulah dia bekerja, tetapi ketika hatinya tidak senang, dia tidak bekerja. Satu di antara yang lain harus saling memperhatikan, misalnya; yang punya kendaraan, pulang dari sini, yang bisa diantar, antarlah.

Tinggikan korban, supaya kita masing-masing memiliki hikmat. Berlomba-lomba tinggikan korban, supaya hikmat itu semakin berlimpah-limpah. Hikmat itu tidak datang serta merta begitu saja.
Saya sendiri pun tetap belajar untuk meninggikan korban; berapa jam saya harus membaca Alkitab untuk memperoleh pembukaan firman, berapa jam saya di kaki salib TUHAN, hanya TUHAN dan saya yang tahu. Kalau tahun-tahun lalu dua jam, tetapi sekarang bisa sampai tiga sampai empat jam; dan saya harus lakukan itu, sebab inilah tanggung jawab saya. Tidak mungkin saya dapat menyampaikan hikmat (Pembukaan Firman) yang begitu tinggi kalau saya tidak tinggikan korban. Kalau saya sampaikan firman bukan dengan hikmat Allah, berarti saya adalah pendusta, orang licik, pandai-pandai di mulut saja.
Ayo, belajarlah dari contoh yang ada yang kita lihat dari TUHAN Yesus. Kalau sudah ada contoh, ayo ikuti. Saya menceritakan ini dengan tidak bohong, TUHAN melihat hati saya.

Contoh: Yang punya kendaraan, jika hanya untuk mengantar sesama saja sukarnya setengah mati, lalu bagaimana kita bisa berhikmat? Bagaimana kita bisa membedakan antara yang tidak baik dengan yang tidak baik, antara yang suci dengan yang tidak suci? Itu adalah sesuatu yang mustahil. Apalagi mau mengerti rencana Allah di dalam rangka penyelamatannya dari dalam penjara dunia ini, itu adalah sesuatu yang tidak mungkin; sadarlah.

Amsal 8:12,14-16
(8:12) Aku, hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, dan aku mendapat pengetahuan dan kebijaksanaan. (8:14) Padaku ada nasihat dan pertimbangan, akulah pengertian, padakulah kekuatan. (8:15) Karena aku para raja memerintah, dan para pembesar menetapkan keadilan. (8:16) Karena aku para pembesar berkuasa juga para bangsawan dan semua hakim di bumi.

Yesus yang disalibkan itu adalah hikmat, tinggal bersama-sama dengan kecerdasan, itulah orang-orang yang mau meninggikan korban Kristus. Kemudian, kita harus ketahui dengan yakin seyakin-yakinnya, bahwasanya;
-          di dalam hikmat itu ada nasihat,
-          di dalam hikmat ada pertimbangan -- bisa menimbang mana yang baik dan mana yang tidak baik --,
-          di dalam hikmat ada pengertian -- mengerti tentang segala sesuatu --,
-          juga di dalam hikmat ada kekuatan yang luar biasa yang berasal dari TUHAN untuk mengatasi persoalan yang digambarkan seperti gunung yang tinggi dan besar, namun semua rata di hadapan Zerubabel.

Keuntungan atau manfaat dari hikmat:
1.      Raja-raja dapat memerintah dengan baik. Bukankah Yesus adalah Raja Agung, namun oleh pengurapan itu kita semua dijadikan raja-raja kecil di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini untuk melayani pekerjaan TUHAN.
2.      Para pembesar menetapkan keadilan.
Kemudian, karena hikmat yang sama; para pembesar, para bangsawan dan para hakim di bumi ini berkuasa. Namun, jangan kita salah mengerti soal “berkuasa”, jangan sempit pemikiran kita tentang arti dari “berkuasa.”
Yang dimaksud “berkuasa” di sini adalah mekanisme di lapangan dalam sebuah pemerintahan, semuanya berjalan dengan baik sesuai dengan konsep sorgawi, dengan kata lain; semua peraturan-peraturan yang berlaku berjalan dengan baik oleh keadilan itu sendiri. Jadi, bukan karena otoriter dari seorang pemimpin. Itulah yang dimaksud “berkuasa.”

Oleh sebab itu, kalau kita menyadari sebagai orang bodoh sekali, kalau kita menyadari sebagai orang bebal sekali, kalau kita menyadari sebagai orang susah yang tidak mengerti apa-apa, ayo, hormati hikmat, terima hikmat, hargai pembukaan firman TUHAN manakala kita duduk dalam mendengar Firman TUHAN di setiap pertemuan-pertemuan ibadah.
Tetapi ada saja yang masih kurang menghargai hikmat, bukankah ini adalah suatu kebodohan?

Jadi, arti dari “berkuasa” ialah mekanisme di lapangan semuanya berjalan dengan baik sesuai dengan konsep sorgawi, dengan kata lain; semua peraturan-peraturan yang berlaku berjalan dengan baik oleh keadilan itu sendiri. Jadi, bukan karena otoriter dari seorang pemimpin atau seorang pejabat tinggi.

Contoh: SALOMO dengan HIKMAT ALLAH.
1 Raja-Raja 3:1-5
(3:1) Lalu Salomo menjadi menantu Firaun, raja Mesir; ia mengambil anak Firaun, dan membawanya ke kota Daud, sampai ia selesai mendirikan istananya dan rumah TUHAN dan tembok sekeliling Yerusalem. (3:2) Hanya, bangsa itu masih mempersembahkan korban di bukit-bukit pengorbanan, sebab belum ada didirikan rumah untuk nama TUHAN sampai pada waktu itu. (3:3) Dan Salomo menunjukkan kasihnya kepada TUHAN dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya; hanya, ia masih mempersembahkan korban sembelihan dan ukupan di bukit-bukit pengorbanan. (3:4) Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah itu. (3:5) Di Gibeon itu TUHAN menampakkan diri kepada Salomo dalam mimpi pada waktu malam. Berfirmanlah Allah: "Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu."

Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah bukit pengorbanan yang paling besar” Biarlah kita selalu berada di bukit Golgota. Bukit pengorbanan yang lebih besar dari pengorbanan yang ada di atas muka bumi ini adalah Golgota. Jangan kita pergi ke bukit-bukit, ke gunung-gunung yang tidak ada korban untuk dipersembahkan di sana, yang hanya berbicara soal mujizat, hanya berbicara soal berkat-berkat, soal perkara-perkara lahiriah, tidak memikirkan tentang pribadi Yesus dan salib-Nya yang merupakan sumber hikmat.
Tetapi lihatlah Salomo, dia pergi ke Gibeon, bukit pengorbanan yang paling besar; seharusnya inilah yang kita kerjakan sekarang ini. Datanglah ke bukit pengorbanan yang besar itu, jangan ke mana-mana lagi. Jangan pergi ke gunung-gunung, ke bukit-bukit yang di dalamnya hanya sibuk berbicara soal mujizat kesembuhan, berbicara soal berkat-berkat dan uang, dan lain sebagainya.
Ada banyak peristiwa yang terjadi, di atas gunung-gunung dan di atas bukit-bukit, tata cara ibadah-ibadah yang keliru.
Contoh: Dalam setiap ibadah seorang hamba Tuhan berusaha untuk membuat sidang jemaat rubuh-rubuh (tumbang)? Sesudah rubuh-rubuh selanjutnya nyanyi, lalu kumpul kolekte, selesai; jadi, apa manfaat rubuh-rubuh?

Saya juga sedang berbicara kepada saudara yang sedang mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada; bijaksanalah, kalau memang saudara terpanggil. Kalau saudara adalah hamba TUHAN, bijaksanalah. Apalagi seorang pemimpin sidang jemaat, harus meninggikan korban Kristus. Jangan kita membodoh-bodohi sidang jemaat sementara kita ini sedang berada di ujung abad ini, kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi, dan jelas bahwa tahun ini adalah tahun pemisahan.

Kita harus segera di bukit-bukit pengorbanan yang tertinggi, itulah rumah TUHAN, di mana di dalamnya ada korban yang dipersembahkan. Seorang hamba TUHAN janganlah hanya sibuk mengadakan jemaatnya rubuh-rubuh, tetapi soal Yesus dan salib-Nya tidak diajarkan; bagaimana mungkin sidang jemaat memiliki hikmat yang tertinggi?

Dari pembacaan 1 Raja-Raja 3:1-5, singkatnya: Salomo pergi ke Gibeon, ke bukit pengorbanan yang paling besar. Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas; biarlah kita berada di bukit pengorbanan yang paling besar, di rumah TUHAN, di mana di dalamnya ada korban bakaran yang dipersembahkan untuk TUHAN. Oleh sebab itu, sengsara salib, aniaya karena firman jangan asing bagi kita; itu sudah harus menyatu dengan kehidupan kita, menyatu dengan jiwa kita masing-masing.

Lalu, pada saat itu, seribu korban bakaran dipersembahkan Salomo di atas mezbah TUHAN, sehingga di Gibeon itulah TUHAN menampakkan diri kepada Salomo di dalam mimpinya. Kemudian, di dalam mimpi itu TUHAN menawarkan sebuah permintaan kepada Salomo yang hendak TUHAN berikan kepadanya.
Jadi, tidak serta merta TUHAN menampakkan diri lalu menawarkan suatu tawaran untuk segera Dia berikan kepada kita, tidak seperti itu. Kalau kita melihat kisah ini; diawali dulu dengan berada di bukit pengorbanan yang tertinggi, di rumah TUHAN, membawa korban dan persembahan, maka soal sengsara salib, aniaya karena firman, itu tidak boleh asing lagi bagi kita. Oleh sebab itulah, di Gibeon Salomo mendapat mimpi, sebab TUHAN mau menyatakan diri-Nya, TUHAN mau memperlihatkan diri-Nya, sekaligus menawarkan kepada Salomo untuk meminta suatu perkara kepada TUHAN yang akan TUHAN berikan sekaligus pada saat itu.

Salomo sendiri juga senantiasa meninggikan korban, bukan serta merta pada akhirnya dia memiliki hikmat; tidak seperti itu. Janganlah kita dibodoh-bodohi oleh Setan dengan pelayanan-pelayanan yang tidak berkenan kepada TUHAN, apalagi mengingat hari-hari ini adalah hari-hari terakhir. Sayangilah nyawa saudara. Jangan seperti binatang yang hidup untuk dimusnahkan begitu saja; kita bukanlah binatang.

Sesudah ada tawaran dari TUHAN mengenai apa yang hendak diminta untuk segera diberikan oleh TUHAN, lanjut kita memperhatikan ayat 6-12.
1 Raja-Raja 3:6-12
(3:6) Lalu Salomo berkata: "Engkaulah yang telah menunjukkan kasih setia-Mu yang besar kepada hamba-Mu Daud, ayahku, sebab ia hidup di hadapan-Mu dengan setia, benar dan jujur terhadap Engkau; dan Engkau telah menjamin kepadanya kasih setia yang besar itu dengan memberikan kepadanya seorang anak yang duduk di takhtanya seperti pada hari ini. (3:7) Maka sekarang, ya TUHAN, Allahku, Engkaulah yang mengangkat hamba-Mu ini menjadi raja menggantikan Daud, ayahku, sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman. (3:8) Demikianlah hamba-Mu ini berada di tengah-tengah umat-Mu yang Kaupilih, suatu umat yang besar, yang tidak terhitung dan tidak terkira banyaknya. (3:9) Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?" (3:10) Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. (3:11) Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: "Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, (3:12) maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorang pun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorang pun seperti engkau.

“... sekalipun aku masih sangat muda dan belum berpengalaman.” Salomo ini adalah kehidupan yang masih muda dan belum berpengalaman. Ayo, kehidupan yang masih muda, atau yang merasa diri belum mempunyai pengalaman, hal ini harus menjadi suatu pembelajaran yang baik. Jangan sombong, jangan keras hati, jangan merasa diri lebih mengerti, itu tidak baik.

Dari pembacaan 1 Raja-Raja 3:6-12, singkatnya; Salomo tidak meminta:
1.      Tidak meminta umur panjang.
2.      Tidak meminta kekayaan.
3.      Tidak meminta nyawa musuh.
Melainkan Salomo meminta hikmat, yakni hati yang penuh hikmat, penuh dengan pengertian, itulah pembukaan rahasia Firman TUHAN.

Mengapa Salomo meminta hikmat? Karena kegunaan hikmat, YANG PERTAMA: Paham menimbang sebuah perkara.
Dengan demikian, Salomo dapat memberi keputusan yang adil saat menghakimi umat Israel. Kalau tidak paham menimbang perkara, maka tidak bisa menjadi hakim, tidak tahu membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, tidak tahu untuk membedakan antara yang suci dan yang tidak suci; orang semacam ini tidak bisa menjadi hakim, tidak bisa memberi keputusan yang adil.

Suatu kali saya pernah bertanya kepada seorang pemuda: “Kamu tahu tidak kalau dia licik, pura-pura rendah hati?” Lalu dia menjawab: “Tidak, saya tidak melihat itu, sebab dia jujur.” Dalam hati ini saya hanya bisa merasakan kasihat kepada dia. Pemuda ini sudah berapa lama mendengar pembukaan firman, namun mengapa tidak mengerti? Karena yang dia inginkan hanyalah hawa nafsu daging, yang dia inginkan adalah kekayaan, nyawa musuh, umur panjang, bukankah itu adalah nafsu daging? Sehingga tidak bisa lagi membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Maka, setiap kali mengambil keputusan, pasti orang yang semacam ini menjadi salah. Orang yang semacam ini tidak layak menjadi pembesar, tidak layak menjadi raja, tidak layak menjadi imam, tidak layak untuk menjadi pemimpin.

Ayo, mulai sekarang, kita harus jujur. Kalau memang anak salah, akui anak salah; jangan wajah ini menjadi cabe keriting. Kalau suami salah, akui kalau suami salah; jangan menjadi cabe keriting setelah kena firman, supaya tahu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Dengan demikian, barulah kita tahu untuk mengambil keputusan yang baik, inilah pemimpin yang baik, contoh yang baik. Biarlah kiranya hal ini dapat dipahami dengan sungguh-sungguh.

Jadi, kegunaan hikmat yang pertama ialah paham menimbang sebuah perkara, dengan demikian Salomo dapat memberi keputusan yang adil saat menghakimi umat Israel; inilah contoh pemimpin yang baik, karena dia penuh dengan hikmat.

Kemudian, pada 1 Raja-Raja 3:16-28, oleh hikmatnya, Salomo dapat memutuskan hukum seadil-adilnya, sebab dia dapat mengetahui ibu dari anak yang masih hidup.
Setelah Salomo memperoleh hikmat dari TUHAN, ujian pertama ialah dua perempuan sundal atau tuna susila, yang mengandung di luar nikah. -- Jelas, dua-duanya ini berbicara tentang nikah yang hancur. --
Dua orang perempuan sundal diam dalam satu rumah. Perempuan yang satu melahirkan lebih dulu, lalu tiga hari kemudian perempuan yang kedua melahirkan anaknya. Pada waktu malam, anak dari salah satu perempuan itu mati karena ia menidurinya. Lalu perempuan itu bangun di tengah malam, ia mengambil anak yang masih hidup untuk dibaringkan di pangkuannya, sementara anak yang mati dibaringkan di pangkuan perempuan yang sedang tidur. Ketika bangun di pagi hari untuk menyusui anaknya, perempuan itu -- yang anaknya masih hidup -- melihat bahwa anak yang berada di pangkuannya sudah mati, tetapi ketika ia mengamat-amati, hati nuraninya berkata bahwa bukan dia -- yang mati -- anak yang ia lahirkan. Lalu kedua perempuan ini bertengkar dan mengambil keputusan untuk segera mengambil peradilan di hadapan Salomo.

1 Raja-Raja 3:24
(3:24) Sesudah itu raja berkata: "Ambilkan aku pedang," lalu dibawalah pedang ke depan raja.

Melihat dua perempuan ini berperkara merebutkan anak yang masih hidup itu, lalu Salomo berkata: “Ambilkan aku pedang. Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain.”

Tetapi, mari kita lihat ayat 26-28 ...
1 Raja-Raja 3:26-28
(3:26) Maka kata perempuan yang empunya anak yang hidup itu kepada raja, sebab timbullah belas kasihannya terhadap anaknya itu, katanya: "Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia." Tetapi yang lain itu berkata: "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!" (3:27) Tetapi raja menjawab, katanya: "Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya." (3:28) Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.

Setelah Salomo mengambil pedang, lalu berkata: “Penggallah anak yang hidup itu menjadi dua dan berikanlah setengah kepada yang satu dan yang setengah lagi kepada yang lain”. Selanjutnya, dua perempuan itu menjawab:
-          Yang satu mengatakan: "Ya tuanku! Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia."
-          Yang lain mengatakan: "Supaya jangan untukku ataupun untukmu, penggallah!"
Dari jawaban ini, Salomo mengerti mana ibu yang anaknya masih hidup, lalu dia mengambil keputusan yang tepat dan seadil-adilnya, dan menyerahkan anak yang hidup itu kepada ibu yang anaknya masih hidup.

Perhatikanlah kehidupan gereja yang masih kanak-kanak rohani. Kita yang sudah menjadi imam-imam, perhatikan gereja TUHAN yang masih kanak-kanak rohani; jangan bebal, jangan egois, jangan hanya mementingkan diri sendiri, sebab masih banyak orang yang akan datang ke sini.
Nasib kanak-kanak rohani di tangan seorang ibu; dia punya belas kasihan, menghormati keputusan dari hikmat sorgawi, sebilah pedang tajam, itulah pedang Roh, Firman Allah, mengetahui isi hati yang paling dalam.

1 Raja-Raja 3:27
(3:27) Tetapi raja menjawab, katanya: "Berikanlah kepadanya bayi yang hidup itu, jangan sekali-kali membunuh dia; dia itulah ibunya."

Salomo mengetahui siapa ibu dari anak yang masih hidup itu; ini adalah keputusan yang baik, yang seadil-adilnya.

1 Raja-Raja 3:28
(3:28) Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.

Oleh hikmat Salomo ini, akhirnya umat Israel menjadi takut. Takut akan TUHAN ialah membenci kejahatan, yakni kesombongan, kecongkakan, dan tingkah laku yang jahat, serta mulut yang penuh dengan dusta, sesuai dengan Amsal 8:13; dan orang yang seperti ini pasti penuh dengan hikmat.

Jadi, kalau pemimpinnya penuh hikmat, takut akan TUHAN, pasti umat Israel yang dipimpin juga menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN. Tetapi kalau pemimpin tidak takut TUHAN, sidang jemaat juga tidak takut TUHAN, ini adalah kebebalan; dan orang yang seperti ini tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Oleh sebab itu, kalau mau melayani TUHAN, miliki takut akan TUHAN, benci kejahatan, teristimewa kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, termasuk mulut yang ada dusta; bencilah itu.

Saya merindu dan mau belajar untuk menjadi pemimpin sidang jemaat yang takut akan TUHAN, supaya sidang jemaat juga menjadi kehidupan yang takut akan TUHAN.

Demikianlah manfaat dari hikmat yang pertama, yaitu menjadi pemimpin yang baik karena dapat mengambil keputusan seadil-adilnya, dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, membedakan yang suci dengan yang tidak suci. Sekarang, kita akan melihat manfaat hikmat yang kedua.

Mengapa Salomo meminta hikmat? Karena kegunaan hikmat, YANG KEDUA.
1 Raja-Raja 9:1-3
(9:1) Ketika Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN dan istana raja dan membuat segala yang diinginkannya, (9:2) maka TUHAN menampakkan diri kepada Salomo untuk kedua kalinya seperti Ia sudah menampakkan diri kepadanya di Gibeon. (9:3) Firman TUHAN kepadanya: "Telah Kudengar doa dan permohonanmu yang kausampaikan ke hadapan-Ku; Aku telah menguduskan rumah yang kaudirikan ini untuk membuat nama-Ku tinggal di situ sampai selama-lamanya, maka mata-Ku dan hati-Ku akan ada di situ sepanjang masa.

Ketika Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN dan istana raja dan membuat segala yang diinginkannya ...” Tentang “yang diinginkannya”, kita menginginkan supaya Kebaktian Natal Persekutuan PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) terselenggara pada tahun ini, dan saya kira, itu bukanlah keinginan daging. Maka, kita harus rela berkorban, kita harus berada di bukit Gibeon rohani, berada di bukit pengorbanan yang setinggi-tingginya, supaya kita selekasnya tidak menunda-nunda untuk segera berkorban dengan seribu korban bakaran.

TUHAN menampakkan diri kepada Salomo untuk yang kedua kalinya ketika Salomo selesai mendirikan rumah TUHAN atau Bait Suci dan istana raja dengan hikmat TUHAN. Tujuan dari membangun Bait Suci adalah untuk membuat nama TUHAN tinggal di situ sampai selama-lamanya. Apa tandanya bahwa nama TUHAN tinggal di dalam Bait Suci?
1.      Mata TUHAN tertuju kepadanya, maka sudah pasti menjadi biji mata TUHAN. Biji mata, berarti; dipelihara baik lahir maupun batin, masa depan dipelihara oleh TUHAN.
2.      Hati TUHAN tertuju kepadanya. Berarti, hati menyatu dengan hati, sama dengan; satu hati. Inilah yang disebut nikah suci yang tidak ternodai. Hubungan kita dengan TUHAN jangan ternodai dengan kenajisan pikiranmu masing-masing.
Itulah tanda bahwa Bait Suci Allah telah terbangun. Biarlah kehidupan kita dibangun oleh hikmat Allah supaya nama TUHAN tinggal di dalamnya.

1 Raja-Raja 8:6-8
(8:6) Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub; (8:7) sebab kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas. (8:8) Kayu-kayu pengusung itu demikian panjangnya, sehingga ujungnya kelihatan dari tempat kudus, yang di depan ruang belakang itu, tetapi tidak kelihatan dari luar; dan di situlah tempatnya sampai hari ini.

Singkatnya; sesudah Bait Suci selesai dibangun, selanjutnya Salomo pun memindahkan Tabut Perjanjian ke Ruangan Maha Suci, sehingga Bait Suci itu penuh dengan kemuliaan Allah; dan itu terjadi karena hikmat.

Kedatangan TUHAN yang pertama tujuannya adalah untuk mengerjakan pekerjaan Allah, yakni mempersembahkan diri-Nya sebagai korban persembahan, serta mengadakan pendamaian terhadap dosa dunia. Pribadi Yesus dan salib-Nya adalah korban Kristus, yang merupakan hikmat. Namun kedatangan TUHAN untuk yang kedua kalinya itu terjadi setelah terwujudnya pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah sidang mempelai TUHAN.
Jelas, inilah manfaat dari pada hikmat TUHAN. Tetapi keahlian atau kemampuan di bidang tertentu, termasuk ilmu atau pengetahuan yang begitu dalam, yang berasal dari dunia ini belum sempurna untuk mengerti rencana TUHAN, belum sempurna untuk menyelamatkan manusia dari penjara dunia ini. Pendeknya: Yang kita butuhkan adalah hikmat.

Kita akan melihat hikmat, yaitu kedatangan TUHAN yang dikaitkan dengan dua loh batu.
1 Raja-Raja 8:9
(8:9) Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh batu yang diletakkan Musa ke dalamnya di gunung Horeb, yakni loh-loh batu bertuliskan perjanjian yang diadakan TUHAN dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir.

Isi dari Tabut Perjanjian, itulah dua loh batu, tidak ada yang lain.

Dua loh batu yang pertama yang diterima oleh Musa di gunung Horeb, gunung Sinai, itu ditulis langsung dengan ujung jari TUHAN, tetapi akhirnya dua loh batu itu dipecahkan karena dosa berhala dari umat Israel.
Demikian juga kedatangan TUHAN yang pertama; Ia telah memecah-mecahkan segenap hidupnya di atas kayu salib, itulah hikmat, tetapi untuk kedatangan TUHAN yang kedua kali yang dikaitkan dengan dua loh batu, akhirnya dua loh batu yang baru, yang berisikan sepuluh hukum Allah, yang sama seperti dua loh batu yang pertama, itu ditulis atau ditukik langsung oleh Musa, bukan lagi dengan ujung jari TUHAN. Dua loh batu yang kedua yang baru ini, itulah yang masuk ke dalam Tabut Perjanjian. Jadi, hikmat yang kedua adalah membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, membawa kita dalam kemuliaan yang sempurna. Yakni: Pengantin Perempuan, Mempelai Anak Domba.
Maka, sudah sangat jelas bahwa di hari-hari terakhir, di ujung Yobel yang ketiga, di ujung abad yang terakhir ini, mau tidak mau kita memang harus membutuhkan hikmat lebih dari segala-galanya di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tidak lagi sibuk mengadakan mujizat-mujizat kesembuhan, tidak lagi sibuk memikirkan atau berbicara tentang perkara-perkara lahiriah atau berkat-berkat jasmani, selain membicarakan pribadi Yesus yang disalibkan, itulah hikmat.

Biarlah kita diluruskan pada malam hari ini; pandangan kita diluruskan, mindset, cara berpikir yang lama, semuanya dirubah, harus dirubah, tidak bisa tidak, supaya kita bisa tampil sebagai pemimpin-pemimpin dengan keputusan seadil-adilnya, kasihi kanak-kanak rohani di luaran sana, dimulai dari kandang penggembalaan ini. Masih banyak dari antara mereka mereka yang mau datang ke tempat ini, juga masih banyak anak TUHAN yang kanak-kanak rohani; oleh sebab itu, tidak boleh bebal, tidak boleh egois, tidak boleh sombong, tidak boleh angkuh, tidak boleh hanya memikirkan diri sendiri saja.
Contohnya; beli motor jangan yang jok nya tinggi di atas, supaya bisa membawa orang lain. Saya juga mempunyai kendaraan pun seperti itu, supaya bisa membawa orang lain.

Ayo, ubah cara berpikir, jangan turuti ambisimu, sebab di situ banyak kebebalan terjadi. Jangan turuti keinginan daging yang kuat, sebab di situ banyak kebebalan, akhirnya tidak bisa mengerti mana yang baik dan yang tidak baik, mana yang suci dan yang tidak suci.

1 Raja-Raja 8:10-11
(8:10) Ketika imam-imam keluar dari tempat kudus, datanglah awan memenuhi rumah TUHAN, (8:11) sehingga imam-imam tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah TUHAN.

Dan akhirnya, gereja TUHAN dibawa ke dalam kemuliaan yang tertinggi. Apa tandanya berada dalam kemuliaan yang tertinggi? Kehidupan yang bersifat daging rebah, tidak sanggup menyelenggarakan kebaktian.

Biarlah kita kelak berada dalam kemuliaan yang tertinggi, karena kita menghargai hikmat sorgawi, itulah Yesus dan salib-Nya. Oleh sebab itu, biarlah kita belajar untuk menyerah kepada hikmat, tunduk kepada hikmat, taat kepada hikmat. Jangan tunduk kepada ambisi, jangan tunduk kepada keinginan daging yang membuat kita buta, sehingga tidak dapat membedakan antara yang baik dan yang tidak baik, tidak dapat membedakan antara yang suci dan yang tidak suci.

Amsal 8:1
(8:1) Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya?

Bukankah hikmat berseru-seru, dan kepandaian memperdengarkan suaranya? Dan itu telah terbukti, dikerjakan oleh Yesus di atas kayu salib. Setelah dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga kegelapan meliputi seluruh daerah itu, lalu berserulah Yesus di atas kayu salib: “Eli, Eli, lama sabakhtani?Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku, itulah hikmat yang berseru-seru dan kepandaian memperdengarkan suaranya.

Tetapi kebebalan betul-betul tidak menghargai hikmat. Hal itu bisa kita lihat dalam Injil Matius 27, di mana ada beberapa orang yang tidak menghargai seruan Yesus di atas kayu salib.

Matius 27:46
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

"Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Inilah hikmat yang berseru-seru. Yesus dan salib-Nya, itulah hikmat, sudah berseru-seru, kepandaian sudah diperdengarkan malam ini. Lalu, siapa yang mau mendengarkan seruan ini? Jangan sampai kita mempertahankan kebebalan hati ini, jangan sampai hati ini tidak mau berubah, jangan sampai hati ini tidak mau dihancurkan (dikoyakkan).

Lihat, ada tiga golongan sebagai orang bebal yang tidak mau diubahkan.
Matius 27:47-49
(27:47) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." (27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49) Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."

Golongan YANG PERTAMA: Beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." Beberapa orang yang berdiri di situ tidak mengerti bahwa hikmat berseru-seru, tidak mengerti bahwa kepandaian memperdengarkan suaranya.
Golongan YANG KEDUA: Seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. Ini adalah kebebalan. Setelah mendengarkan seruan itu, justru hal inilah yang dilakukan oleh satu pribadi ini; ini adalah kebebalan, bukan kecerdasan.
Golongan YANG KETIGA: Orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia." Menunjukkan bahwa golongan yang ketiga ini tidak butuh seruan hikmat, tidak butuh kepandaian yang diperdengarkan, tidak butuh pembukaan firman dalam setiap ibadah-ibadah yang disampaikan.

Tetapi lihatlah, siapapun kita yang terpanggil, bukan saja orang Yahudi, tetapi juga bangsa kafir, asal saja mau menghargai firman hikmat, maka pasti tertolong, seperti yang akan kita perhatikan pada ayat 54.
Matius 27:54
(27:54) Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."

Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ...” Takut akan TUHAN membenci segala perbuatan jahat, kesombongan, kecongkakan, perlakuan yang jahat, dan benci terhadap mulut yang penuh dengan dusta.
Kemudian, kepala pasukan itu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah." Inilah orang yang menghargai hikmat yang berseru-seru, yaitu diselamatkan. Dulu, dia itu adalah orang bebal; dulu, kepala prajurit ini adalah orang bodoh, apa buktinya? Dia berulang-ulang melakukan kesalahan sebagai perbuatan yang bodoh, tetapi setelah dia mendengarkan seruan hikmat, dia mau menghargai hikmat yakni; pembukaan firman, akhirnya diselamatkan.

Jangan kita yang sudah mendapat pembukaan Firman, namun tetap bodoh, terus mengulangi kenajisannya, terus pikirannya kepada kenajisan. Ayo, malam ini, kita semua ditegor oleh TUHAN; oleh sebab itu, berubahlah. Kalau kita menimbulkan dosa kepada orang lain, berubahlah, perhatikan kanak-kanak rohani itu supaya ia jangan dipotong oleh pedang.
Kalau kita tidak menghargai pedang Roh hari ini, kalau kita tidak menghargai seruan hikmat hari ini, tidak menghargai kepandaian, itulah pembukaan firman, maka pedang Roh itu sendiri yang akan membunuh kita, itulah penghukuman dari tujuh sangkakala. Jika tidak menghargai kegiatan Roh, itulah ibadah dan pelayanan, maka tujuh meterai yang dibuka menjadi penghukuman bagi mereka yang tidak menghargai kegiatan Roh. Sedangkan tujuh cawan murka Allah merupakan penghukuman kepada mereka yang tidak menghargai kasih Allah. Oleh sebab itu, hargailah tabiat dari Allah Trinitas itu, terutama hargailah hikmat pembukaan firman, sehingga biarpun kita adalah bangsa kafir, namun kita tertolong oleh hikmat yang berseru-seru. Amin.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman;
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment