KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, October 20, 2022

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 OKTOBER 2022


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 OKTOBER  2022

KITAB MALEKAHI
PASAL 1
(Seri: 10)
 
Subtema: KEHIDUPAN YANG TENANG
 
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN; oleh rahmat-Nya, kita ada di dalam hadirat TUHAN, lewat Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci.
Mari kita persiapkan hati kita untuk segera diisi penuh oleh Firman Allah; oleh sebab itu, biarlah kiranya sejahtera bahagia ada di dalam kita menikmati Sabda Allah.
 
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang Cilegon, Banten, Indonesia: “Selamat malam, selamat berbahagia di dalam menikmati Sabda Allah. Marilah kita rendahkan hati untuk dengarkan Firman Allah.”
 
Mari kita sambut STUDY MALEAKHI atau KITAB MALEAKHI sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab.
Kita masih berada pada Maleakhi 1, dengan perikop: “TUHAN mengasihi Israel
Maleakhi 1:2-3
(1:2) "Aku mengasihi kamu," firman TUHAN. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?" "Bukankah Esau itu kakak Yakub?" demikianlah firman TUHAN. "Namun Aku mengasihi Yakub,  (1:3) tetapi membenci Esau. Sebab itu Aku membuat pegunungannya menjadi sunyi sepi dan tanah pusakanya Kujadikan padang gurun."
 
Sesungguhnya, TUHAN mengasihi Israel. Tentang kasih TUHAN kepada Israel disampaikan dengan jelas oleh nabi Maleakhi.
Akan tetapi, terhadap kasih TUHAN itu, Israel berkata: “Dengan cara bagaimanakah Engkau mengasihi kami?
Pendeknya: Bangsa Israel merasa pesimis terhadap kasih TUHAN, mereka juga telah kehilangan rasa percaya diri terhadap kasih TUHAN.

Sebenarnya, yang menjadi pemicunya jelas oleh karena kesalahan mereka sendiri. Memang tidak dipungkiri, kalau seseorang berbuat salah, pasti rasa percaya diri hilang, jati diri hilang, dan kehidupannya hanya selalu dibayang-bayangi rasa pesimis, pesimis dan pesimis.
Demikianlah bangsa Israel berulang-ulang melakukan kesalahan, berulang-ulang memberontak kepada TUHAN, baik sebelum maupun sesudah dibuang ke Babel, karena mereka betul-betul bangsa yang bebal dan degil hati. Demikian juga dengan kita; sekalipun berulang-ulang ada di tengah-tengah ibadah, berulang-ulang mendengarkan pemberitaan Firman TUHAN, tetapi tetap juga berulang-ulang melakukan kesalahan, berulang-ulang memberontak kepada TUHAN.
 
Itulah sebabnya, nabi Maleakhi diutus langsung oleh TUHAN untuk menyatakan bahwa kasih TUHAN itu sangatlah istimewa terhadap umat Israel; di mana mereka (bangsa Israel) mempunyai tempat secara khusus di hati TUHAN. Sebagaimana dengan kedua anak Ribka; sekalipun Esau adalah kakak Yakub, namun TUHAN mengasihi Yakub tetapi membenci Esau. Demikian halnya TUHAN tetap menyatakan kasih-Nya kepada saya dan saudara malam ini; itu sebabnya, kita ada di tengah-tengah Ibadah Pendalaman Alkitab, disertai perjamuan suci di malam ini.
 
Hal yang senada dilanjutkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma.
Roma 9:13-14
(9:13) seperti ada tertulis: "Aku mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau."  (9:14) Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil!
 
Alkitab berkata: “TUHAN mengasihi Yakub, tetapi membenci Esau.” Jika demikian adanya, apa yang hendak kita katakan? Apakah kita akan berkata bahwa Allah itu tidak adil? Mustahil! Sebab sesungguhnya, Allah itu adil.
Ada banyak ayat-ayat referensi bahwa Allah itu adil, antara lain; 1 Yohanes 1:9, 1 Yohanes 2:1-2, Wahyu 15:2-3.
 
Roma 9:12
(9:12) dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda," 
 
TUHAN berkata: “Anak yang tua (Esau) akan menjadi hamba bagi anak yang muda (Yakub).
Inilah yang menjadi alasan sehingga TUHAN sangat mengasihi Yakub.
 
Kita akan melihat kejadian yang sesungguhnya di dalam Kejadian 25.
Kejadian 25:23
(25:23) Firman TUHAN kepadanya: "Dua bangsa ada dalam kandunganmu, dan dua suku bangsa akan berpencar dari dalam rahimmu; suku bangsa yang satu akan lebih kuat dari yang lain, dan anak yang tua akan menjadi hamba kepada anak yang muda." 
 
TUHAN memberitahukan kepada Ribka tentang dua bangsa ada dalam kandungan Ribka, yakni:
-      Suku bangsa yang satu (Yakub) akan lebih kuat dari yang lain (Esau).
-      Anak yang tua (Esau) akan menjadi hamba kepada anak yang muda (Yakub).
Inilah pernyataan yang dilanjutkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Roma.
 
Kejadian 25:24-26
(25:24) Setelah genap harinya untuk bersalin, memang anak kembar yang di dalam kandungannya. (25:25) Keluarlah yang pertama, warnanya merah, seluruh tubuhnya seperti jubah berbulu; sebab itu ia dinamai Esau.  (25:26) Sesudah itu keluarlah adiknya; tangannya memegang tumit Esau, sebab itu ia dinamai Yakub. Ishak berumur enam puluh tahun pada waktu mereka lahir.
 
Ribka memang mengandung anak kembar dan melahirkan dua anak laki-laki.

Anak yang pertama ialah ESAU.
Tanda lahirnya: Warnanya merah, lalu seluruh tubuhnya adalah seperti jubah berbulu.
-      Merah → Korban Kristus.
-      Jubah berbulu → Hak kesulungan.
Dari tanda lahirnya ini, Esau benar-benar adalah anak sulung (anak tertua), dengan lain kata; memiliki hak kesulungan.
 
Kemudian, lahirlah anak yang kedua, itulah YAKUB.
Tanda lahirnya: Seluruh badannya klimis (tidak membawa apa-apa), akan tetapi Yakub memegang tumit Esau.
Karena ia memegang tumit Esau, itulah sebabnya ia dinamai Yakub. Itu berarti, perbuatan atau tabiat Yakub sesuai dengan namanya. Tangan → Perbuatan hidup.
Biarlah perbuatan tangan, perbuatan hidup ini sesuai dengan nama yang disematkan oleh TUHAN. Biarlah kiranya di antara nama yang disematkan itu, nama TUHAN ada di antaranya, seperti:
-      Abram menjadi Abraham, di tengah-tengahnya disematkan nama “Yahweh”.
-      Demikian juga Sarai menjadi Sara.
Sejumlah orang di antara sidang jemaat, setelah dibaptis diberi nama baru sebagai tanda kelahiran baru. Masing-masing kita harus mempertanggung jawabkan nama itu, supaya nama itu jangan sampai menjadi lelucon.
 
Kembali saya sampaikan: Perbuatan atau tabiat Yakub sesuai dengan namanya.
 
Kita perhatikan Mazmur 42, dengan perikop: “Kedatangan Raja Kemuliaan dalam Bait Allah
Mazmur 24:1-2
(24:1) Mazmur Daud. TUHANlah yang empunya bumi serta segala isinya, dan dunia serta yang diam di dalamnya. (24:2) Sebab Dialah yang mendasarkannya di atas lautan dan menegakkannya di atas sungai-sungai.
 
Mazmur 24:1-2 menggambarkan betapa kuat atau kokoh, serta tegaknya orang-orang yang menjadi milik kepunyaan TUHAN.
 
Mazmur 24:3-4
(24:3) "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?" (24:4) "Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu.
 
Pertanyaan: SIAPAKAH YANG BOLEH NAIK KE GUNUNG ALLAH YANG KUDUS?
Jawabnya: Orang-orang yang menjadi milik TUHAN -- inilah orang yang kuat, kokoh, serta tegak di hadapan TUHAN --, yakni:
1.      Orang yang bersih tangannya, berarti; tabiatnya bersih seperti Yakub tidak menjamah apa yang najis, berbeda dengan Esau; tangannya menjamah apa yang najis (mayat-mayat hidup), karena Esau sibuk berburu segala jenis daging binatang.
2.      Orang yang murni hatinya, berarti; tidak ada campuran-campuran apapun ketika datang menghadap TUHAN.
3.      Orang yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, berarti; bukan penipu. Dalam perkara apapun jangan suka menipu; perkara sekecil apapun, jangan suka menipu; jujur saja dalam segala perkara.
4.      Orang yang tidak bersumpah palsu, berarti; senantiasa berkata benar. Contohnya: “Ya” di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”, lebih dari pada itu pasti berasal dari si jahat.
Inilah tangan yang memegang tumit Esau.

Itu sebabnya dalam Yesaya 2:2-3, Gunung Allah yang kudus menjulang tinggi mengatasi gunung-gunung yang lain, disebut juga rumah Allah Yakub.
Itulah tangan yang berkenan kepada TUHAN; dia memiliki pribadi yang kuat dan kokoh, serta tegak, tidak mudah dipengaruhi oleh apapun.
 
Mazmur 24:5
(24:5) Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia.
 
Orang-orang yang menjadi milik kepunyaan TUHAN akan menerima 2 (dua) hal, yakni:
1.      Menerima berkat dari TUHAN. Pada akhirnya, berkat hak kesulungan itu menjadi milik Yakub, walaupun sesungguhnya Esau adalah kakak Yakub.
2.      Menerima keadilan dari TUHAN.
Inilah tangan yang memegang tumit.
 
Kita datang ke dunia ini tidak membawa apa-apa, dan kembali kepada TUHAN juga dengan tidak membawa apa-apa. Yang terpenting adalah tangan kita adalah tangan yang diberkati seperti tangan Yakub memegang tumit Esau; itulah yang berhak naik ke gunung Allah yang kudus.
 
Kita akan masuk pada FASE BERIKUTNYA, di mana Esau dan Yakub bertambah besar.
Kejadian 25:27-28
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah. (25:28) Ishak sayang kepada Esau, sebab ia suka makan daging buruan, tetapi Ribka kasih kepada Yakub.
 
Setelah kedua anak Ribka bertambah besar:
ESAU menjadi seorang yang pandai berburu segala jenis daging binatang. Pendeknya: Esau pandai berburu daging dan hari-harinya sibuk berburu daging. Dahulu, sebelum kita terpanggil dan mengikut TUHAN dengan benar, kita juga pandai berburu daging dan hari-harinya sibuk untuk berburu daging saja.
Itulah hari-hari yang dilalui oleh Esau setelah ia bertambah besar dan selama ia hidup. Segala jenis daging buruan tertulis dengan komplit dalam Galatia 5:19-21.

Selain sibuk berburu daging, Esau juga suka tinggal di padang. Padang → Dunia dengan segala sesuatu yang ada di dalamnya.
Dalam 1 Yohanes 2:16, Segala sesuatu yang ada di dalam dunia ialah keinginan daging, keinginan mata, keangkuhan hidup; dan ketiganya bukanlah berasal dari Bapa (dari atas), melainkan dari dunia (dari bawah).
Itu sebabnya dalam 1 Yohanes 2:15, setiap orang yang mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya, mengasihi dunia dan segala kemegahannya, maka kasih Allah Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Kalau kasih Allah Bapa tidak ada dalam orang itu, maka ia pasti binasa; sama seperti Esau, akhirnya ia ditolak TUHAN. Sekalipun Esau mencari berkat hak kesulungan itu dengan mencucurkan air mata, bahkan sekalipun air mata berubah menjadi darah, namun Esau tetap ditolak, karena tidak ada lagi kesempatan bagi dia untuk memperbaiki dirinya, sesuai dengan Ibrani 12:17.
Tetapi bagi kita masih terbuka kesempatan dengan lebar untuk memperbaiki kelakuan; pergunakanlah sebaik mungkin. Jangan sia-siakan waktu yang singkat ini, sebab sekarang adalah masa terakhir; jangan bermasa bodoh.
 
WUJUD sibuk berburu daging dan suka tinggal di padang.
Kejadian 25:29
(25:29) Pada suatu kali Yakub sedang memasak sesuatu, lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang.
 
Lalu datanglah Esau dengan lelah dari padang.
Lelah = Letih lesu dan berbeban berat, dengan lain kata; tidak mampu mengatasi masalahnya, tidak mampu mengatasi beban karena dosanya.
 
Singkat kata: Lelah adalah gambar dan rupa dari orang yang tidak menghormati hari Sabat, tidak menghormati hari perhentian, yakni ibadah dan pelayanan.
Lihat saja orang yang tidak beribadah, gambar dan rupanya terlihat lelah terus. Tidak mungkin orang yang tidak beribadah lebih cerah rupanya dari pada orang yang tidak menghormati hari Sabat, hari ketujuh, hari perhentian.
 
Tentang “lelah”, kita dapat melihat ayat referensinya:
Amos 8:12-14, Berbicara tentang orang yang lelah, letih lesu dan berbeban berat, pada akhirnya nanti tidak bangkit-bangkit = Binasa.
Sedangkan dalam Yesaya 28:11-13, Tidak menghormati hari ketujuh, hari peristirahatan, hari Sabat, akhirnya jatuh telentang, sehingga mengalami luka, kemudian tertangkap dan tertawan; dan wajah lelah pasti nampak di situ.
 
Selanjutnya kita akan melihat dari sisi KEHIDUPAN YAKUB.
Kejadian 25:27
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah.
 
Setelah bertambah besar, Yakub adalah seorang yang tenang.
 
Jangan gelisah hatimu dan jangan risau, sebab hidup kita semua ada di dalam genggaman tangan TUHAN.
Soal “telapak tangan”, itu juga pernah diperlihatkan oleh TUHAN kepada bujangnya Elia. Setelah Elia memutuskan untuk menghukum nabi-nabi Baal dan nabi-nabi Asyera, lalu dia pergi ke gunung Karmel, langsung tersungkur dengan wajahnya sampai ke tanah di antara kedua lututnya.
Sesudah itu, dia perintahkanlah bujangnya itu untuk melihat ke arah laut. Pada ketujuh kalinya berkatalah bujang itu: "Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut." Itu saja sudah cukup membasahi bumi Israel setelah 3 (tiga) tahun mengalami kekeringan.
Jadi, hidup saya dan saudara ada di tangan TUHAN; oleh sebab itu, tetaplah rendah hati, tidak usah gelisah, tenang saja.
 
Yakub adalah seorang yang tenang. Kata "tenang" bukan berarti Yakub adalah seorang pemalas, atau hidup tanpa aktivitas, bukan. Akan tetapi, kata "tenang", menunjukkan bahwa; Yakub tidak sibuk berburu daging seperti manusia duniawi di luaran sana.
 
Mari kita lihat kehidupan yang TENANG, pada Wahyu 8, dengan perikop: “Meterai yang ketujuh
Wahyu 8:1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
 
Sejenak kita perhatikan kalimat: Ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh. Meterai yang ketujuh adalah meterai yang terakhir.

Sedangkan pembukaan meterai yang pertama sampai meterai yang keenam ada tertulis dalam Wahyu 6:1-17.
1.      Meterai yang pertama (Wahyu 6:1-2) berbicara tentang kuda putih.
2.      Meterai yang kedua Wahyu 6:3,4) berbicara tentang kuda merah padam.
3.      Meterai yang ketiga (Wahyu 6:5,6) berbicara tentang kuda hitam.
4.      Meterai yang keempat (Wahyu 6:7,8) berbicara tentang kuda hijau kuning atau maut.
5.      Meterai yang kelima (Wahyu 6:9-11) berbicara tentang orang-orang yang mati martir (mati syahid).
6.      Meterai yang keenam (Wahyu 6:12-17) berbicara tentang gempa bumi yang dahsyat dan terjadi goncangan hebat menimpa angkasa dan jagat raya.

Sedangkan Wahyu 7:1:1-8 tentang orang-orang yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israe. Jumlah mereka yang dimeteraikan adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang dari 12 (dua belas) suku Israel. Inilah yang disebut Inti Mempelai.
Sedangkan Wahyu 7:9-17 berbicara tentang orang-orang yang dimeteraikan dari tiap-tiap suku, kaum, bahasa dan tiap-tiap bangsa-bangsa di dunia ini yang layak masuk dalam pesta nikah. Inilah bayangan dari Inti Mempelai, inilah kehidupan yang dimeteraikan. Jadi, yang menjadi bayangan dari Inti Mempelai adalah bangsa kafir.
 
Kehidupan yang telah dimeteraikan adalah suatu tanda bahwa mereka adalah milik kepunyaan TUHAN Allah sendiri. -- Ayat referensinya; Efesus 1:13-14, 2 Korintus 1:21-22) --
Jadi, milik kepunyaan Allah harus ada meterainya, sedangkan meterai itu adalah tanda bahwa itu adalah milik kepunyaan Allah. Inilah orang-orang yang layak naik ke gunung Allah yang kudus.
 
Itulah penguraian dari meterai ketujuh yang telah dibuka oleh Anak Domba.
 
Tetapi, APA YANG TERJADI KETIKA ANAK DOMBA MEMBUKA METERAI YANG KETUJUH?
Wahyu 8:1
(8:1)  Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
 
Ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga.
Sunyi senyap di sorga → Suatu keadaan yang sangat tenang sekali.
Kemudian, keadaan tenang semacam ini terjadi tepatnya pada saat meterai yang ketujuh (meterai yang terakhir) dibuka, yakni kegiatan Roh, itulah ibadah dan pelayanan, yang sudah berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan.

Ketika terjadi pembukaan meterai yang terakhir -- itu berbicara soal kegiatan Roh yang sudah memuncak, itulah doa penyembahan --, di situlah kita berada dalam sebuah keadaan yang sangat tenang sekali.
Berbanding terbalik dengan orang yang sibuk berburu daging, berbanding terbalik dengan orang yang suka tinggal di padang; semakin hari, ia semakin jauh dari TUHAN. Semakin kita sibuk berburu daging dan hanya suka tinggal di padang, maka semakin hari akan semakin jauh dari TUHAN, dengan lain kata; tidak mungkin berada pada puncak ibadah (doa penyembahan), bahkan ujung-ujungnya terhilang dan binasa, seperti Esau.
Tetapi manakala kita berada pada pembukaan meterai yang ketujuh, berada pada kegiatan Roh, itulah ibadah dan pelayanan yang sudah semakin memuncak -- itulah doa penyembahan --, maka di situlah kita menemukan sebuah keadaan yang sangat tenang.
 
Oleh pengertian ini, biarlah kita menjadi suatu kehidupan yang berakal budi, bijaksana, dan berpengertian, sehingga bisa memilah-milah, bisa membeda-bedakan; tahu yang baik dan mana yang jahat, tahu melihat keadaan zaman, karena kita sudah dididik. Tetapi orang yang lepas dari didikan; ia tidak dapat mengetahui mana yang salah dan mana yang baik.
Jangan kita terhilang, tetapi biarlah kiranya kita berada sampai kepada pembukaan meterai yang ketujuh, kegiatan Roh, itulah ibadah dan pelayanan, sampai kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan.
 
Wahyu 8:2-4
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.  (8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.  (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Tingkat ibadah yang tertinggi atau puncak ibadah disebut juga dengan doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik di hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
Jadi, Yesus adalah Imam Besar Agung, yang ada di tengah-tengah ibadah-ibadah di bumi untuk memimpin ibadah-ibadah di bumi sampai kepada kegiatan Roh, sampai kepada ibadah pelayanan yang memuncak atau tingkat ibadah tertinggi, itulah doa penyembahan. Itulah tugas Imam Besar, yaitu untuk memimpin hidup rohani kita berada pada puncaknya, itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan naik di hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
 
Hanya satu perkara yang bisa menembusi takhta Allah, hanya satu perkara yang bisa melepaskan kita dari daya tarik bumi (gravitasi bumi), itulah asap dupa kemenyan, doa penyembahan.
Semua perkara kalau dilempar ke atas, akhirnya jatuh ke bawah. Mengapa? Karena ada daya tarik bumi, ada gaya gravitasi bumi. Hanya satu perkara yang meloloskan, melepaskan kita dari gravitasi bumi (daya tarik bumi), itulah doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan naik di hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah.
Itulah tugas Imam Besar untuk berada di tengah ibadah-ibadah di bumi, yaitu memimpin ibadah kita sampai berada di tingkat yang tertinggi, itulah doa penyembahan.
 
Di tangan-Nya ada sebuah cawan, dan kepada-Nya diberikan banyak kemenyan untuk dibakar. Yesus adalah mezbah dupa besar yang memimpin ibadah kita di bumi sampai kepada puncaknya, doa penyembahan. Itulah puncak kegiatan Roh, bagaikan pembukaan meterai yang ketujuh.
 
Tingkat ibadah yang tertinggi atau puncak ibadah disebut juga dengan doa penyembahan, bagaikan asap dupa kemenyan yang naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
Hal ini terjadi setelah hawa nafsu dan keinginan daging itu dihukum dan dihancurkan; itulah penyembahan.
Jadi, penyembahan adalah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, bukan lagi kepada kehendak daging.
 
Mungkin kita sudah menyembah selama satu jam, tetapi kalau di dalam ibadah pelayanan masih bercampur dengan kepentingan daging, bercampur dengan hawa nafsu, bercampur dengan keinginan-keinginan daging yang liar ini, berarti tingkat ibadahnya belum berada sampai kepada tingkat ibadah tertinggi, belum berada pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan.

Ukuran dari sebuah penyembahan memanglah satu jam. “Satu jam” di sini ialah penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah. Berarti, penyembahan itu terjadi setelah terjadi penghukuman, penghancuran terhadap daging ini.
Sehingga terlihat dengan jelas di dalam Ibrani 9:11-12, Dari pihak Yesus sebagai Imam Besar Agung: Yesus sudah membuka jalan, sebab tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itu artinya; daging Yesus telah dirobek, dihukum dan dihancurkan, sehingga tabir terbelah dua dari atas sampai ke bawah, sehingga terbukalah jalan untuk berada di tempat kudus, bagaikan asap dupa kemenyan naik ke hadirat TUHAN, menembusi takhta Allah.
Kemudian dalam Ibrani 10:19-24, Dari pihak kita sebagai pengikut-Nya: Kita mempunyai keberanian untuk berada di tempat kudus. Praktenya; tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, di mana puncaknya adalah doa penyembahan.
-      Ayat 22, ada kata “iman” → Ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
-      Ayat 23, ada kata “pengharapan” → Ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian.
-      Ayat 24, ada kata “kasih” → Ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan, sebagai puncak ibadah.
 
Jadi, kalau Imam Besar telah membuka jalan yang baru lewat tabir, itulah diri-Nya sendiri, yang sudah dihukum daging-Nya, yang sudah dihancurkan daging-Nya di atas kayu salib, sudah mengalami perobekan atas daging (terpisah dari daging), barulah benar-benar kita ada dalam puncak ibadah, penyembahan, atau penyerahan diri, bagaikan asap dupa kemenyan naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
-      Dari pihak Imam Besar sudah menunjukkan jalan yang baru.
-      Dari pihak yang dilayani, itulah umat TUHAN -- saya dan saudara -- harus juga mempunyai keberanian dan percaya berada di tempat kudus itu. Prakteknya; tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, artinya; ibadah itu harus berada pada kegiatan Roh yang memuncak, itulah doa penyembahan.
Inilah sistem yang TUHAN sudah bawa dari sorga, turun ke bumi, lalu kita tekuni, kita hidup di dalamnya, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
 
Jangan lagi ganggu hatimu; jangan ragu lagi; sungguh-sungguh saja tergembala. Hanya orang yang berhikmat yang bisa mengerti teka-teki orang bijak; tahu bahwa Indonesia ini dijadikan sebagai ibarat, sesuai dengan Amsal 1:6.
 
Kita sudah melihat Wahyu 8:1-4, sekarang lanjut memperhatikan Wahyu 8:5.
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
 
Di bumi akan terjadi lemparan api dari mezbah, sehingga:
-      Meledaklah bunyi guruh.
-      Disertai dengan halilintar.
-      Terjadi gempa bumi, yakni suatu goncangan yang sangat dahsyat dan hebat yang menggoncang di segala bidang di bumi, menggoncang ekonomi, politik-politik, menggoncang pemerintahan dalam sebuah kenegaraan, sampai menggoncang nikah rumah tangga.
 
Jadi, tidak usah pusing kita memikirkan “Di mana kita akan membangun sebuah rumah supaya aman?” Itu bukanlah urusan saya dan saudara. Yang harus kita perhatikan adalah dengar Firman yang sudah disampaikan sampai malam ini.
 
Singkat kata: Pada saat pembukaan meterai yang ketujuh ini terjadi, kita dapat melihat 2 (dua) keadaan yang sangat kontras (kontradiksi).
KEADAAN DI SORGA (Wahyu 8:1) :  Ada ketenangan, ada keheningan yang memberi rasa damai dan tenteram di hati. Yang dapat merasakannya adalah orang yang ada di dalamnya, yakni orang yang ibadahnya memuncak sampai doa penyembahan.
KEADAAN DI BUMI (Wahyu 8:5) : Terjadi gempa bumi, yakni suatu goncangan yang hebat. Selain menggoncang segala bidang -- ekonomi, politik, pemerintahan, sampai menggoncang nikah rumah tangga --, juga ada suara guruh dan halilintar, itulah keributan-keributan yang terjadi di bumi ini.
Suatu kali itu akan terjadi; pada saat lemparan dari mezbah itu dilemparkan di bumi, selain digoncang, juga ada bunyi halilintar, ada bunyi guruh yang begitu ributnya membuat hati setiap orang menjadi susah sesusah-susahnya, bahkan susahnya itu luar biasa terjadi nanti.
Saat ini dunia sudah bising; baru saja di negara kita ini ada suatu perkara oleh karena jenderal bintang dua. Baru perkara jenderal bintang dua ini saja, tetapi dunia ini sudah bising sekali, bahkan hati ini menjadi tidak tenang, karena sesungguhnya kita mendambakan sebuah keadilan.
Itulah bunyi halilintar dan bunyi guruh, tetapi kelak akan terjadi yang lebih hebat lagi; bukan saja di negara ini nanti akan terjadi kebisingan dan keributan yang dialami oleh semua negara, sebab kasih sudah semakin dingin.
 
Kita yang sudah melihat tanda itu jangan merasa aman dan damai hanya karena sepertinya terlihat dipelihara oleh gaji, padahal yang ada ini akan berlalu; itu adalah ketenangan yang semu.
Tetapi yang kita cari sekarang adalah biarlah kita berada di dalam sebuah ketenangan, tetapi karena TUHAN yang membawa kita sampai kepada ketenangan itu, di mana ibadah kita sudah berada pada tingkat ibadah tertinggi, disebut juga puncak ibadha, itulah doa penyembahan.
 
Jadi, jangan abaikan pengertian yang suci ini, supaya jangan kita terabaikan di kemudian hari. Bukan TUHAN yang mengabaikan, tetapi kita yang mengabaikan terlebih dahulu. Bukan kita yang mengasihi, tetapi TUHAN yang sudah mengasihi kita terlebih dahulu.
 
Singkat kata:
-      Kerohanian yang semakin meningkat, dengan lain kata; ibadah yang memuncak sampai doa penyembahan, akan mengalami suatu ketenangan sekalipun bumi ini mengalami goncangan.
-      Sedangkan manusia duniawi yang menjalankan hidup secara manusiawi akan mengalami suatu goncangan yang hebat dan dahsyat, dan dia mengalami goncangan itu dalam segala bidang; dia digoncang dalam ekonominya, digoncang oleh imbas dari politik, sampai kepada nikahnya sendiri pun akan mengalami goncangan.

Jadi, mau tidak mau, kita harus menjadi gunung Allah, rumah Allah Yakub, menjadi satu kehidupan yang tenang.
Tenang di sini bukan seperti seorang pemalas yang tidak ada aktivitas, yang tidak sibuk beribadah dan melayani, bukan itu, tetapi justru ia ada di dalam hari perhentian, tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok, tidak sibuk berburu daging dan tidak suka tinggal di padang. Itulah kehidupan yang tenang.
 
Tidakkah sedih hatimu kalau andaikata kita selama, lalu kita melihat keluarga kita binasa? Mengapa kita justru memilih kesenangan sesaat karena merasa terpelihara oleh gaji? Jangan berpikir pendek.
 
Kita perhatikan 1 Petrus 4, dengan perikop: “Hidup orang Kristen
1 Petrus 4:7A
(4:7) Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
 
Kesudahan segala sesuatu sudah dekat, artinya; tanda-tanda kesudahan dunia ini sudah tampak dengan jelas.
 
Lalu, bagaimana hidup orang Kristen melihat tanda semacam ini?
1 Petrus 4:7B
(4:7) Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
 
Karena kita sudah melihat tanda-tanda zaman yang sudah tampak dengan jelas oleh mata rohani kita, lewat hikmat pembukaan Firman yang kita terima, maka kuasailah dirimu dan jadilah suatu kehidupan yang tenang.
Tujuannya: Supaya kita dapat berdoa. Doa adalah nafas hidup. Jika tidak ada doa, maka yang terjadi adalah mati.

Oleh sebab itu, jadilah tenang, kuasailah dirimu. Kalau orang dunia sibuk dengan urusannya, jangan ikut-ikutan bodoh seperti orang dunia, tetapi jadilah bijak.
 
1 Petrus 4:8-10
(4:8) Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. (4:9) Berilah tumpangan seorang akan yang lain dengan tidak bersungut-sungut.  (4:10) Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah.
 
Tanda dari satu kehidupan yang tenang (kehidupan yang dapat berdoa) :
Yang Pertama: Mengasihi orang lain dengan sungguh-sungguh.
Mengasihi = menutupi kesalahan orang lain.
Yang Kedua: Memberi tumpangan kepada orang lain.
-      Jika kita melayani dan orang itu menikmati pelayanan kita, itu namanya “memberi tumpangan”
-      Jika oleh karena kebajikan kita dan orang lain menikmati, itu juga “memberi tumpangan”.
Jika orang lain menumpang kepada kebajikan-kebajikan yang kita perbuat, bersyukurlah; kalau orang lain menumpang kepada apa yang kita perbuat, bersyukurlah; jangan malah menuduh dan berkata: "Kamu enak, saya susah", itu adalah pikiran duniawi yang picik. Justru kehidupan yang tenang ditandai dengan memberi tumpangan.
Yang Ketiga: Melayani TUHAN sesuai dengan karunia jabatan Roh-El Kudus.
Ini adalah kemurahan TUHAN. Jadi, TUHAN berkemurahan kepada siapa TUHAN berkemurahan; tidak kepada semua orang Dia berkemurahan. Tetapi kita juga tidak boleh berkata: “Berarti, TUHAN itu tidak adil?” Oh, tidak; TUHAN itu adil. Mustahil, jika TUHAN itu tidak adil.
Melayani TUHAN sesuai dengan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, itu adalah kemurahan; oleh sebab itu …
-      dalam 1 Timotius 4:14, Jangan lalai dalam mempergunakan karunia-karunia.
-      dalam 2 Timotius 1:14, Peliharalah karunia-karunia Roh Kudus, itulah harta yang indah.
 
Kembali saya sampaikan dengan tandas: Tampak dengan jelas 2 (dua) keadaan yang sangat kontradiksi pada saat Anak Domba membuka meterai yang ketujuh:
-      Di sorga ada sebuah ketenangan. Hanya orang yang ibadahnya memuncak yang bisa mengalaminya. Walaupun keadaan dunia digoncang, tetapi dia tetap mengalami ketenangan.
-      Di bumi ada lemparan api dari mezbah. Bumi ini akan mengalami goncangan dan gempa bumi.
Jadi, sudah sangat terlihat sekali:
-      Kerohanian yang memuncak ada ketenangan di tengah-tengah goncangan.
-      Sedangkan manusia duniawi dihukum oleh goncangan yang terjadi.
Camkanlah baik-baik, perhatikan dengan sungguh-sungguh, jangan diabaikan. Jangan beribadah dengan ibadah Taurat, tetapi Firman Allah harus menjadi solusi untuk keselamatan yang akan kita terima dari TUHAN.
 
Yesaya 30:15A
(30:15) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan,
 
Kita harus terima pernyataan dari TUHAN Allah Israel, yaitu:
YANG PERTAMA: Dengan bertobat dan tinggal diam, kita akan diselamatkan.
Jadi, jelas; keselamatan itu datang dari korban Kristus. Singkatnya: Selamat karena darah salib.
Terima saja salibmu; berapa banyak korban persembahan, tidak usah ngomel. Jangan hindari persembahan sampai akhirnya tidak datang beribadah; ini terlalu bodoh menurut saya. Jadi, selamat itu bukan karena kekuatan, tetapi selamat karena darah salib.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, “bertobat” terkena pada Mezbah Korban Bakaran (darah salib).
YANG KEDUA: Dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatan. Jadi, doa penyembahan membawa kita kepada suatu ketenangan di tengah-tengah goncangan dunia yang sedang berlangsung nanti. Singkatnya: Mempunyai kekuatan oleh karena penyembahan.
 
Terimalah kebenaran ini. Percayalah, jangan ragu. Percayalah, jangan bimbang, jangan risau. Kadang yang membuat orang menjadi bimbang adalah karena tidak percaya, karena ketika situasi kondisi sudah mulai menguasai hati, pikiran dan perasaannya.
Biar situasi kondisi apapun ada di sekitar kita, tetapi percaya kepada Firman, karena TUHAN yang berkata.
 
Tetapi, kalau kita perhatikan selanjutnya …
Yesaya 30:15B
(30:15) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, Yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan,
 
TUHAN sudah beritahukan hal-hal mulia, tetapi di sini kita melihat: “Kamu enggan” = Kamu menolak.
Bukankah ini bodoh namanya? Jangan bodoh.
 
Apa praktek enggan (menolak) pernyataan TUHAN yang suci dan mulia itu?
Yesaya 30:16
(30:16) kamu berkata: "Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat," maka kamu akan lari dan lenyap. Katamu pula: "Kami mau mengendarai kuda tangkas," maka para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.
 
Orang yang enggan dengan penyelamatan yang berasal dari TUHAN akan berkata:
1.      "Bukan, kami mau naik kuda dan lari cepat," tetapi justru kamu akan lari dan lenyap (cepat-cepat lenyap).
2.      "Kami mau mengendarai kuda tangkas," tetapi lihatlah para pengejarmu akan lebih tangkas lagi.
 
Kombinasi dari 3 (tiga) jenis binatang adalah harimau, singa, beruang dan macan tutul. Siapakah yang bisa menghadapi kombinasi dari 3 (tiga) binatang ini dengan kekuatannya? Tidak ada.
-      Siapa yang bisa melebihi kecepatan dari macan tutul? Tidak ada.
-      Siapa yang bisa menghadapi cengkraman dari beruang dan mulutnya? Tidak ada.
-      Siapa yang mampu menghadapi auman dari singa, gambaran dair ajaran Setan? Tidak ada yang mampu.
 
Ketangkasan yang kita punya, sifatnya terbatas. Setan lebih tangkas dari manusia. Kalau kita bisa menghadapi 3 (tiga) musuh abadi, itu karena TUHAN yang berkemurahan.
Oleh sebab itu, dengarlah pernyataan TUHAN untuk menyelamatkan:
-      Kita selamat karena darah salib.
-      Kita kuat di tengah-tengah goncangan, itu karena doa penyembahan (tenang).
Jadi, karena TUHAN, kita memperoleh keselamatan; karena doa penyembahan, kita kuat dan menang. Jangan coba-coba andalkan kekuatan, sebab kekuatan kita terbatas.
 
Tetapi lihatlah kekuatan yang dari TUHAN, yang TUHAN berikan kepada orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN, yang kepadanya diberikan sayap burung rajawali, sehingga;
-      Berlari tidak menjadi lesu.
-      Berjalan tidak menjadi lelah.
Ini adalah kekuatan yang berasal dari TUHAN.

Malam ini, kita diperhatikan oleh kasih TUHAN yang begitu istimewa. Walaupun dahulu kita merasa pesimis karena terlalu banyak kesalahan yang kita perbuat berulang kali karena berulang kali memberontak kepada TUHAN, tetapi kasih TUHAN sangat istimewa kepada kita, hidup kita mendapat tempat secara khusus di hati TUHAN. Itu terbukti dari pembukaan Firman yang kita terima sampai malam hari ini. Bersyukurlah.
 
Kita sudah melihat fase berikutnya dari sisi Yakub setelah bertambah besar; ia adalah seorang yang tenang. Tidak usah gelisah, tidak usah risau; jadilah satu kehidupan yang tenang, sebab hidup kita ada di tangan TUHAN, percayalah! Jangan percaya kepada pengertian manusia daging, sebab itu membinasakan. Biarlah kiranya kita semua saling mendoakan.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment