KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, October 3, 2022

IBADAH RAYA MINGGU, 29 MEI 2022


 
IBADAH RAYA MINGGU, 29 MEI 2022
 
KITAB WAHYU
PASAL 14
(Seri: 07)
 
Subtema: DIASINGKAN UNTUK KEMULIAAN TUHAN
 
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, yang telah menghimpunkan kita di tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu yang disertai dengan kesaksian zangkoor.
Saya tidak lupa menyapa sidang jemaat TUHAN yang ada di Bandung, di Malaysia, bahkan umat ketebusan TUHAN yang senantiasa setia untuk tekun digembalakan oleh GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, Banten, Indonesia, lewat live streaming video internet YouTube, Facebook, di mana pun anda berada.
Mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu betul-betul meneguhkan setiap kehidupan kita, sehingga ibadah ini tidak menjadi sia-sia, tidak menjadi percuma kita kerjakan di hari-hari terakhir ini.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU 14, dan kita awali dari ayat 1, dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
Anak Domba berdiri di bukit Sion bersama-sama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Intinya: Wahyu 14:1 ini jelas berbicara tentang bukit Sion atau gunung Sion.
 
Mari kita melihat tentang GUNUNG SION di dalam Yesaya 2, dengan perikop: “Sion sebagai pusat kerajaan damai
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Keadaan dari gunung Sion, tempat rumah TUHAN di hari-hari terakhir ialah :
1.      Akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung, berarti; mengatasi gunug-gunung lain.
2.      Menjulang tinggi di atas bukit-bukit = Mengatasi segala bukit-bukit.
 
Setelah kita melihat keadaan gunung Sion menjelang kedatangan TUHAN, selanjutnya kita akan lihat PERSAMAANNYA di dalam Mazmur 50.
Mazmur 50:2
(50:2) Dari Sion, puncak keindahan, Allah tampil bersinar.
 
Keadaan dari gunung Sion menjelang kedatangan TUHAN disebut sebagai puncak keindahan (semakin tinggi, semakin indah), di mana Allah tampil bersinar.
 
Sekarang kita akan melihat; WUJUD DARI GUNUNG SION (PUNCAK KEINDAHAN).
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
 
... seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya; kalimat ini berbicara tentang doa penyembahan.
Jadi, wujud nyata dari gunung Sion (puncak keindahan) adalah doa penyembahan. Sedangkan doa penyembahan adalah tingkat ibadah yang tertinggi, disebut juga dengan puncak ibadah.
 
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
 
Doa penyembahan = Penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah, berarti; tidak ada lagi kepentingan diri. Jadi, penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah adalah ukuran dari sebuah penyembahan yang benar. Singkatnya: Suatu penyembahan yang benar tidak diukur oleh pengertian manusiawi.
 
Matius 27:51
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,
 
Menurut Matius 27:51, ada 3 (tiga) hal yang terjadi apabila tingkat ibadah sudah berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah doa penyembahan, yang pertama: TABIR BAIT SUCI TERBELAH DUA DARI KE ATAS SAMPAI KE BAWAH.
Artinya; sudah mengalami perobekan daging. Sebab, tabir Bait Suci (tirai) à Daging.
 
Mari kita memperhatikan Ibrani 10, dengan perikop: “Ketekunan
Ibrani 10:19-21
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
 
Tabir yang terbelah dua dari atas sampai ke bawah à Daging yang sudah robek, sehingga setelah terjadinya perobekan daging, maka terbukalah jalan yang baru dan yang hidup bagi kita. TUHAN membuka jalan yang baru bagi kita, itulah jalan yang hidup bagi kita.

Pendeknya: Sebagai Imam Besar Agung dan sebagai Kepala Rumah TUHAN, Yesus telah mengerjakan pekerjaan pendamaian di atas kayu salib, sehingga kita mempunyai keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus (Ruangan Maha Suci).
 
Menurut Matius 27:51, ada 3 (tiga) hal yang terjadi apabila tingkat ibadah sudah berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah doa penyembahan, yang kedua: TERJADILAH GEMPA BUMI.
Mari kita memperhatikan Wahyu 8, dengan perikop: “Meterai yang ketujuh
Wahyu 8:1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
 
Sunyi senyaplah di sorga, itu berbicara tentang doa penyembahan; dalam ketenangan dan kedamaian yang penuh kebahagiaan yang begitu mendalam, yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, tetapi hanya bisa dirasakan oleh orang itu sendiri.
 
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Yesus Kristus adalah Imam Besar Agung; Ia memimpin ibadah kita di bumi sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan. Hal itu bagaikan asap dupa kemenyan yang naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
 
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
 
Suatu kali nanti, di bumi akan terjadi lemparan api dari mezbah, maka meledaklah bunyi guruh disertai dengan halilintar dan gempa bumi.

Singkat kata: Terjadi suatu goncangan dari keributan-keributan yang begitu dahsyat dalam segala bidang, yakni menggoncang ekonomi, menggoncang politik dalam sebuah pemerintahan, bahkan menggoncang nikah rumah tangga.
Dan itu sudah terjadi; saat gempa bumi terjadi mulai dari tahun 2019 sampai dengan tahun 2021, ekonomi digoncang, politik dalam pemerintahan digoncang, sampai kepada nikah rumah tangga digoncang, di mana banyak nikah-nikah yang mendatangi KUA untuk mengadakan perceraian secara massal, dan itu mereka lakukan secara sadar.
Pendeknya: Bumi mengalami kehancuran dan sekarang bumi sedang menuju kepada kehancuran itu, bahkan sudah di ambang kehancuran, supaya menggenapi Firman Allah.
 
Dalam Ibrani 12:26-28 dikatakan: Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga." Ungkapan "Satu kali lagi" menunjuk kepada perubahan pada apa yang dapat digoncangkan, karena ia dijadikan supaya tinggal tetap apa yang tidak tergoncangkan. Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.
Jadi, sudah sangat jelas; di bumi ini akan terjadi ledakan-ledakan, akan terjadi goncangan-goncangan gempa bumi sampai nanti mengarah kepada kehancurannya. Dan penghancuran demi penghancuran itu sudah sedang terjadi dan sudah di ambang kehancuran, supaya Firman Allah tergenapi.
 
Dan di dalam Wahyu 21:1-2 juga dikatakan: Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Jadi, Rasul Yohanes melihat langit yang pertama, bumi yang pertama akan berlalu, bahkan laut pun -- laut di sini bisa diartikan dengan antikris -- tidak ada lagi.
Kemudian, Rasul Yohanes melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.
 
Jadi, ledakan-ledakan di bumi, goncangan-goncangan di bumi, gempa bumi akan terjadi, supaya pada akhirnya bumi ini menjadi hancur, diganti dengan langit yang baru, bumi yang baru. Jadi, langit yang pertama dan bumi yang pertama ini tidak akan bertahan lama.
 
Inilah yang terjadi, yang kedua, bilamana hidup ibadah kita sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan, yaitu gempa bumi, di mana bumi akan mengalami penghancuran. Ayo, segeralah; biarlah kita betul-betul menjadi gunung Sion, di mana wujudnya adalah doa penyembahan, penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
 
Singkat kata:
-          Dalam Wahyu 8:1, Sunyi senyaplah di sorga, berarti; ada doa penyembahan yang memberi ketenangan dan kedamaian yang luar biasa.
-          Sedangkan pada Wahyu 8:5, Di bumi ada ledakan, kehancuran-kehancuran, disertai dengan keributan-keributan dan gempa bumi yang begitu dahsyat menggoncang bumi ini.
Dengan demikian, nampaklah dengan jelas 2 (dua) keadaan yang begitu kontras:
1.      Kerohanian yang semakin meningkat (memuncak) akan mengalami suatu ketenangan dan kedamaian yang sangat tinggi dan tiada taranya, di tengah-tengah goncangan-goncangan yang terjadi menimpa dunia ini.
2.      Sedangkan manusia duniawi -- yang hidup dengan kedagingan akan daging mentah -- akan ditimpa oleh gempa bumi, goncangan-goncangan, keributan-keributan, demonstrasi-demonstrasi yang terjadi dalam segala bidang, yang sekarang ini pun goncangan itu sudah dapat kita rasakan. Yang melakukan demonstrasi bukan hanya lagi mahasiswa-mahasiswa, tetapi pendeta pun sudah demonstrasi sekarang ini; keributan-keributan terjadi di mana-mana, sebab dunia sudah berada di ambang kehancuran.
 
Jadi, kita semua tidak boleh berdiam diri, kita tidak boleh bermasa bodoh dengan situasi ini; maka, ibadah kita harus memuncak sampai kepada doa penyembahan.
 
Saya sedang berjuang bagi diri saya sendiri, nikah saya dan buah nikah; saya juga sedang berjuang sekarang ini untuk sidang jemaat yang TUHAN percayakan ini; untuk membawa kehidupan rohani kita masing-masing sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, karena suatu kali nanti di bumi akan terjadi pelemparan api dari mezbah, sehingga di situ terjadi halilintar, terjadi keributan yang dahsyat, terjadi gempa bumi yang dahsyat, ledakan-ledakan terjadi di mana-mana.
Tetapi kalau ibadah kita sudah memuncak sampai doa penyembahan, maka kita akan mengalami suatu ketenangan dan kedamaian di tengah-tengah goncangan-goncangan yang terjadi ini. Jangan kita bermasa bodoh lagi.
 
Inilah yang sedang saya usahakan di hari-hari terakhir ini; biarlah kita semua cepat-cepat paham, ibadah ini harus cepat-cepat sampai kepada doa penyembahan, kerohanian kita harus meningkat, tidak boleh berjalan di tempat, sebab TUHAN menuntut saya atas jiwa-jiwa saudara.
Menjadi seorang hamba TUHAN itu tidak enak sebetulnya, karena jiwa-jiwa yang binasa itu dituntut nyawanya kepada si penjaga, sesuai dengan Yehezkiel 33:6. Jadi, saya dan saudara harus bekerja sama, harus bergandengan tangan. Tanggung jawab seorang hamba TUHAN itu besar, tidak hanya menerima persembahan saja, tidak hanya dilihat terpandang, menarik memakai dasi.
 
Menurut Matius 27:51, ada 3 (tiga) hal yang terjadi apabila tingkat ibadah sudah berada pada kedudukan yang tertinggi, itulah doa penyembahan, yang kedua: BUKIT-BUKIT BATU TERBELAH.
Tiga hal di dalam Matius 27:51 ini dapat kita lihat persamaannya di dalam Wahyu 16.
Wahyu 16:17-19
(16:17) Dan malaikat yang ketujuh menumpahkan cawannya ke angkasa. Dan dari dalam Bait Suci kedengaranlah suara yang nyaring dari takhta itu, katanya: "Sudah terlaksana." (16:18) Maka memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh, dan terjadilah gempa bumi yang dahsyat seperti belum pernah terjadi sejak manusia ada di atas bumi. Begitu hebatnya gempa bumi itu. (16:19) Lalu terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian dan runtuhlah kota-kota bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Maka teringatlah Allah akan Babel yang besar itu untuk memberikan kepadanya cawan yang penuh dengan anggur kegeraman murka-Nya.
 
Wahyu 16:17 berbicara tentang penghukuman dari cawan murka Allah yang ketujuh. Namun pada ayat 17 ini ada disinggung tentang “Bait Suci”, sedangkan dalam Matius 27:51 juga ada disinggung tentang “tabir Bait Suci” terbelah dua dari atas sampai ke bawah.
 
Kemudian, pada Wahyu 16:18 dikatakan: Memancarlah kilat dan menderulah bunyi guruh dan terjadi gempa bumi yang dahsyat, berarti; suatu goncangan yang dahsyat terjadi di bumi; hal yang belum pernah terjadi sebelum dunia dijadikan, jelas hal ini terjadi pada saat antikris menjadi raja atas seluruh bumi.
Adapun korban dari ledakan-ledakan di bumi, korban dari gempa bumi adalah manusia duniawi yang kerohaniannya belum sampai kepada doa penyembahan.
 
Saya melihat, sekarang ini waktu sudah berjalan begitu cepatnya. Perdana Menteri Tony Blair sudah membuat suatu rancangan-rancangan yang luar biasa, sehingga dengan mudah nanti manusia dijangkau, bukan hanya hidupnya, tetapi pikirannya juga nanti akan terjangkau dengan mudah, dengan adanya suatu sistem yang begitu canggih, sehingga orang-orang tidak repot lagi dalam mengerjakan segala pekerjaannya di segala bidang, termasuk untuk melewati jalan tol pun sudah tidak lagi menggunakan e-toll, tetapi tinggal menggunakan sinyal-sinyal di udara. Segala sesuatunya sudah semakin dipercepat.
Hal ini menunjukkan bahwa bumi akan mengalami ledakan-ledakan, karena di bumi ada pelemparan api dari mezbah sebagai penghukuman. Jadi, ledakan itu terjadi atas seizin TUHAN.
Saya ini tidak sedang menakut-nakuti, tetapi saya sedang menyampaikan apa yang baik dari sorga, dari TUHAN. Kalau kita tanggap akan hal ini dan mau hidup di dalamnya, puji TUHAN, tetapi kalau tidak; saya pun tidak bisa memaksa saudara.
 
Selanjutnya pada Wahyu 16:19, Babel, kota besar terbelah menjadi tiga bagian:
-          Satu bagian untuk si ular tua naga merah padam besar.
-          Satu bagian untuk kota dari antikris.
-          Satu bagian untuk kota nabi-nabi palsu.
Jadi, kalau ibadah sudah sampai kepada tingkat ibadah yang tertinggi, ibadah kita sudah sampai kepada puncaknya (doa penyembahan), maka yang terjadi adalah terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian, berarti; sudah tiba waktunya untuk menghancurkan kota Setan Tri Tunggal.
Itulah bukit-bukit batu terbelah, artinya; bukit-bukit kefasikan di dalam hati, kesombongan, kekerasan di hati sudah terbelah, termasuk terbelahlah kota besar itu menjadi tiga bagian.
Itu sebabnya TUHAN berkata di dalam:
-          Injil Matius 12:25, Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang terpecah-pecah tidak dapat bertahan.
-          Injil Markus 3:24-25, Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan.
-          Injil  Lukas 11:17, Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh.
 
Betapa pentingnya ibadah ini sampai akhirnya nanti memuncak kepada doa penyembahan. Mungkin dahulu kita berpikir: “datang ibadah, duduk, selesai, lalu pulang”, tidak seperti itu, tetapi harus memuncak, supaya kita mendapat pertolongan dari TUHAN.
 
Wahyu 16:20
(16:20) Dan semua pulau hilang lenyap, dan tidak ditemukan lagi gunung-gunung.
 
Semua pulau hilang lenyap, semua daratan hilang lenyap, ajaran nabi palsu tidak akan ada lagi, termasuk gunung-gunung tidak ditemukan lagi, kecuali gunung Sion tegak berdiri di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; inilah puncak keindahan itu.
 
Wahyu 16:21
(16:21) Dan hujan es besar, seberat seratus pon, jatuh dari langit menimpa manusia, dan manusia menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.

Hujan es menimpa seberat 100 pon (50 kg) jatuh dari langit menimpa manusia sampai manusia hancur (gepeng); tetapi manusia justru menghujat Allah karena malapetaka hujan es itu, sebab malapetaka itu sangat dahsyat.
 
Inilah yang terjadi bilamana ibadah kita sudah berada kepada puncaknya, yaitu doa penyembahan. Jangan sampai rohani kita tidak berada pada puncaknya, sebab akan mengalami kerugian sendiri nantinya.
 
Sekarang, kita akan melihat; ARAH DARI DOA PENYEMBAHAN.
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut menyanyikan suatu nyanyian baru dan tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi. Nyanyian baru à Logat ganjil atau bahasa Roh.
 
Mazmur 33:3
(33:3) Nyanyikanlah bagi-Nya nyanyian baru; petiklah kecapi baik-baik dengan sorak-sorai!
 
Arah dari doa penyembahan adalah nyanyian baru yang keluar dari mulut, yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun, itulah logat ganjil, bahasa Roh, bahasa lidah.
 
1 Korintus 14:2
(14:2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
 
Nyanyian baru adalah bahasa Roh, sebab tidak ada seorangpun yang dapat mengerti bahasanya; oleh Roh itu, ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Itulah nyanyian baru, bahasa Roh, bahasa lidah yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
 
Jika seseorang berbahasa lidah, ia bukan berkata-kata kepada manusia. Tetapi sayangnya, banyak sekali hamba TUHAN mengajarkan bahasa lidah untuk berkata-kata kepada manusia.
Bahasa roh, bahasa lidah adalah nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun kecuali orang yang melangsungkan hubungan itu dengan TUHAN, sebab oleh Roh, ia mengucapkan hal-hal yang rahasia.
 
1 Korintus 14:4
(14:4) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat.
 
Siapa yang berkata-kata dengan bahasa Roh, maka ia membangun dirinya sendiri. Jadi, nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain sedang membangun hubungan intim dengan TUHAN; inilah arah dari doa penyembahan.

Sekali lagi saya sampaikan: Bahasa Roh atau nyanyian baru adalah tanda bahwa ia sedang membangun dirinya dengan TUHAN, dengan lain kata; ada suatu persekutuan yang indah dengan TUHAN, disebutlah itu hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci.
Hubungan kita dengan TUHAN bukanlah hubungan yang hanya sebatas domba dengan gembala, tetapi hubungan kita dengan TUHAN merupakan hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci. Jika hubungan itu semakin intim, ada suatu persekutuan yang indah, maka di situ ada nyanyian baru yang tidak bisa dipelajari oleh siapapun. Di dalam nikah yang intim, di situ ada bahasa-bahasa yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain, sebab oleh Roh, ia menyampaikan hal-hal yang rahasia.
 
Sejenak kita memperhatikan Roma 8.
Roma 8:25-27
(8:25) Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun. (8:26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.
 
Ketika ada nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun, ia sedang membangun hubungan intim dengan TUHAN. Hubungan dalam nikah yang suci tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
Jadi, ketika hubungan intim itu sedang berlangsung, tidak ada seorangpun yang dapat mengerti selain mereka yang sedang membangun hubungannya dengan TUHAN. Inilah yang disebut nikah suci.
 
Singkat kata: Arah dari doa penyembahan jelas membangun hubungan intim dengan TUHAN; itulah nikah suci yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
 
Kita akan membaca Kejadian 15, untuk melihat suatu kisah sebagai nubuatan.
Kejadian 15:10-11
(15:10) Diambilnyalah semuanya itu bagi TUHAN, dipotong dua, lalu diletakkannya bagian-bagian itu yang satu di samping yang lain, tetapi burung-burung itu tidak dipotong dua. (15:11) Ketika burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya.
 
Abram mempersembahkan korban sesuai dengan perintah TUHAN. Kemudian pada saat korban itu dipersembahkan, burung-burung buas hinggap pada daging binatang-binatang itu, maka Abram mengusirnya. Burung-burung buas, itulah kenajisan percabulan, itulah Babel antikris.
 
Kejadian 15:12
(15:12) Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
 
Kita perhatikan kalimat: Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak.
Tidur nyenyak à Pengalaman Yesus di dalam tanda kematia-Nya.
Inilah yang seharusnya menjadi pengalaman kita di hari-hari terakhir ini menjelang datangnya hari TUHAN; sudah seharusnya kita mengalami tidur nyenyak. Sebab sebelum TUHAN datang kembali, akan terjadi suatu persitiwa, yaitu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan = Gelap gulita yang mengerikan akan meliputi seluruh bumi ini.

Kisah ini adalah suatu nubuatan yang akan terjadi (tergenapi), di mana antikris akan berkuasa di bumi ini. Jadi, puncak kegelapan adalah masa kesesakan (masa kesukaran) pada saat antikris menjadi raja dan berkuasa atas bumi ini; untuk mengantisipasi hal ini, maka sudah sebaiknya kita tidur nyenyak.
Itu sebabnya TUHAN memerintahkan Abram untuk mempersembahkan korban kepada TUHAN. Dan kita juga diajar untuk membawa korban persembahan kepada TUHAN sampai betul-betul kita tidur nyenyak.
 
Kejadian 15:13
(15:13) Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.
 
Bangsa Israel dianiaya (diperbudak) selama 400 (empat ratus) tahun lamanya di Mesir; maka, sepertinya keturunan Abram, itulah bangsa Israel diasingkan oleh TUHAN.

400 (empat ratus) tahun x 360 (tiga ratus enam puluh) hari = 144.000 (seratus empat puluh empat ribu).
Inilah jumlah orang yang disingkirkan, inilah jumlah orang yang diasingkan dari bumi ini untuk TUHAN, bagaikan orang-orang yang menyanyikan nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun.
Diasingkan, disingkirkan dari bumi ini untuk TUHAN; itulah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, itulah gunung Sion, di mana wujudnya adalah doa penyembahan. Sementara doa penyembahan arahnya adalah untuk membawa hubungan intim dengan TUHAN.
 
Jumlah mereka adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang; inilah yang diasingkan, inilah yang disingkirkan dari bumi dan dosa; untuk TUHAN mereka disingkirkan, untuk TUHAN mereka diasingkan. Jadi, apa yang dikatakan oleh TUHAN kepada Abram adalah suatu nubuatan yang sudah nampak di dalam Wahyu 14:1-3.
Demikianlah keadaan seseorang bila membangun hubungannya dengan intim bagi TUHAN, maka akan disingkirkan dan diasingkan dari perbudakan dunia untuk TUHAN.
 
Kalau memang orang dunia bisa berhasil dengan keberhasilan mereka, tidak usah kecut hati, karena TUHAN asingkan kita untuk Dia; itu jauh lebih penting dari pada seseorang memperoleh seisi dunia tetapi dia harus kehilangan nyawanya, sesuai dengan Injil Matius 16.
 
Mari kita melihat kehidupan yang diasingkan (disingkirkan) untuk TUHAN di dalam Kisah Para Rasul 26, dengan perikop: “Paulus menceritakan pertobatan dan panggilannya” Hal ini dia lakukan di hadapan raja Agripa.
Kisah Para Rasul 26:13
(26:13) tiba-tiba, ya raja Agripa, pada tengah hari bolong aku melihat di tengah jalan itu cahaya yang lebih terang dari pada cahaya matahari, turun dari langit meliputi aku dan teman-teman seperjalananku.
 
Cahaya kemuliaan Allah meliputi Saulus dan teman seperjalanannya; hal ini disampaikan kepada raja Agripa. Cahaya kemuliaan TUHAN telah meliputi kita, sehingga betul-betul panggilan dan pilihan itu nyata di hadapan TUHAN.
 
Kisah Para Rasul 26:14
(26:14) Kami semua rebah ke tanah dan aku mendengar suatu suara yang mengatakan kepadaku dalam bahasa Ibrani: Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.
 
Dalam panggilan itu, TUHAN berkata dalam bahasa Ibrani kepada Saulus: “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku? Sukar bagimu menendang ke galah rangsang.
Artinya; semakin dia mencobai TUHAN, menganiaya anak-anak TUHAN, maka dia akan semakin menderita.
Janganlah kita bertahan dengan kebodohan. Semakin kita tinggalkan TUHAN, maka kita akan semakin menderita; semakin kita melawan TUHAN, maka akan semakin banyak penderitaan; semakin tidak mau bertobat, tidak mau menghargai panggilan TUHAN, maka akan semakin banyak menderita.
 
Kisah Para Rasul 26:15-16
(26:15) Tetapi aku menjawab: Siapa Engkau, Tuhan? Kata Tuhan: Akulah Yesus, yang kauaniaya itu. (26:16) Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.
 
TUHAN menampakkan dirinya kepada Saulus;
-      untuk menetapkan Paulus menjadi pelayan,
-      untuk menetapkan Paulus menjadi saksi tentang segala sesuatu yang telah ia lihat dari TUHAN dan tentang apa yang akan TUHAN perlihatkan kepadanya nanti.
Singkat kata: TUHAN menetapkan Paulus menjadi pelayan dan saksi TUHAN.
Inilah pertobatan dan panggilan yang diceritakan kepada raja Agripa.

Kisah Para Rasul 26:17
(26:17) Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka,
 
Rasul Paulus diasingkan untuk TUHAN, sebab TUHAN tetapkan ia menjadi pelayan, TUHAN tetapkan ia menjadi saksi, baik bagi orang Yahudi maupun bagi bangsa kafir (non-Yahudi).
 
Inilah gunung Sion sebagai puncak keindahan, di mana wujudnya adalah doa penyembahan, yang arahnya kepada hubungan intim. Jika kita membangun hubungan dengan TUHAN, disebutlah itu hubungan intim, hubungan dalam nikah suci untuk diasingkan bagi TUHAN. Demikian juga Rasul Paulus diasingkan untuk TUHAN, sebab ia ditetapkan sebagai pelayan dan saksi, baik terhadap yang dia lihat pada saat dia terpanggil dan apa yang akan diperlihatkan oleh TUHAN kepadanya; itu semua akan disaksikan kepada orang Yahudi dan kepada bangsa kafir.
 
Sekarang, kita akan melihat 2 Korintus 12, dengan perikop: “Paulus menerima penglihatan dan penyataan
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
 
Ketika Rasul Paulus diasingkan, disingkirkan dari bumi untuk TUHAN, pada saat itulah ia mendengarkan kata-kata yang tidak terkatakan yang tidak boleh diucapkan oleh manusia

Jadi, TUHAN membawa kita sampai kepada puncak ibadah, menjadi gunung Sion, wujudnya doa penyembahan, arahnya adalah untuk membangun hubungan kita dengan TUHAN, disebutlah itu hubungan intim, hubungan dalam nikah suci, sebab bila hubungan itu intim dalam nikah yang suci, maka orang tidak akan tahu apa yang terjadi di dalam nikah itu. Demikian juga ketika Rasul Paulus diasingkan oleh TUHAN, dia mendengarkan kata-kata yang tak terkatakan yang tidak bisa dikatakan oleh manusia, itulah nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh siapapun, kecuali mereka yang membangun hubungan intim dengan TUHAN.
 
Betapa indahnya kehidupan ini kalau betul-betul ibadah kita sudah sampai kepada puncak keindahan, itulah gunung Sion.
 
Kita akan memperhatikan Ibrani 9, dengan perikop: “Tempat kudus di bumi dan di sorga”, Tabernakel bumi dan Tabernakel sorgawi.
Ibrani 9:1-2
(9:1) Memang perjanjian yang pertama juga mempunyai peraturan-peraturan untuk ibadah dan untuk tempat kudus buatan tangan manusia. (9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus.
 
Kalau ibadah tidak sampai kepada doa penyembahan, berarti sama dengan; ibadahnya hanya …
-          penuh dengan Firman = Meja Roti Sajian = Ibadah Pendalaman Alkitab,
-          dan penuh dengan Roh = Pelita Emas = Ibadah Raya Minggu.
Itu adalah ibadah di bumi; masih tertinggal.
 
Ibrani 9:3-4
(9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
 
Ketika Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga, disebut Firdaus, atau diasingkan (disingkirkan) untuk TUHAN, pada Ruangan Maha Suci terdapat:
1.      Mezbah pembakaran ukupan dari emas, itulah doa penyembahan.
2.      Tabut perjanjian.
 
Tabut Perjanjian terdiri dari 2 (dua) bagian:
1.      Tabut atau peti à Gereja TUHAN yang sempurna, itulah sidang mempelai wanita TUHAN, yang kualitas rohaninya sudah sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga. Memang peti dari tabut perjanjian itu terbuat dari kayu penaga, gambaran dari daging dan keinginannya, namun sudah dilapisi dengan emas bagian dalam dan luarnya, sehingga tidak lagi terlihat daging dan keingannya.
2.      Tutup pendamaian dengan dua kerub yang ada di atasnya à Allah Trinitas, yakni TUHAN Yesus Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga.

Sedangkan arti rohani tabut perjanjian:
1.      Takhta Allah à Ibadah dan pelayanan
2.      Hubungan nikah atau hubungan intim antara Kristus Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaat sebagai mempelai wanita TUHAN berdasarkan kasih.
 
Sekarang, kita perhatikan Keluaran 25, dengan perikop: “Mengenai Tabut Perjanjian
Keluaran 25:10-11
(25:10) "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. (25:11) Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.
 
Di atas tabut itu harus dibuat bingkai emas sekelilingnya atau mahkota emas sekelilingnya, itu menunjuk; hubungan intim atau persekutuan yang suci dengan Kristus Mempelai Pria Sorga, yang datangnya dari mempelai wanita TUHAN.
 
Inilah gunung Sion, wujudnya doa penyembahan, arahnya hubungan intim; diasingkan dan disingkirkan untuk TUHAN.
 
DAMPAK POSITIF HUBUNGAN INTIM (disingkirkan, diasingkan untuk TUHAN).
Mazmur 40:4
(40:4) Ia memberikan nyanyian baru dalam mulutku untuk memuji Allah kita. Banyak orang akan melihatnya dan menjadi takut, lalu percaya kepada TUHAN.
 
Lewat nyanyian baru (hubungan intim, hubungan dalam nikah suci antara tubuh dengan Kepala), di sini dikatakan: “Banyak orang melihatnya dan menjadi takut akan TUHAN.
Kalau kita membangun hubungan intim dengan TUHAN dalam hubungan nikah yang suci, maka banyak orang menjadi takut akan TUHAN. Kita disingkirkan diasingkan untuk TUHAN supaya orang lain juga takut akan TUHAN.
 
Kemudian, selain takut akan TUHAN, juga percaya kepada TUHAN, berarti; tidak percaya kepada tuhan-tuhan kecil di bumi, tidak percaya kepada berhala-berhala.
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari TUHAN.
-          Kalau meninggalkan ibadah karena pekerjaan, itu berhala.
-          Kalau meninggalkan ibadah karena pendidikan, itu juga berhala.
-          Kalau meninggalkan ibadah karena kesibukan, itu juga berhala.
 
Tetapi lihatlah di sini: Karena ada orang yang diasingkan untuk TUHAN, maka orang yang melihat …
1.      Dihinggapi roh takut TUHAN.  
2.      Dihinggapi dengan mempercayakan dirinya hanya kepada TUHAN, tidak kepada berhala-berhala.
Itulah pentingnya hubungan intim, hubungan dalam nikah yang suci, diasingkan untuk TUHAN, supaya menjadi kesaksian, menjadi contoh teladan yang dapat diteladani dari hidupnya, baik perkataannya, baik perbuatannya, sikap, solah tingkah, gerak-gerik sekecil apapun, lahir batin dapat dicontoh.
 
Kalau tidak ada contoh, itulah yang menyebabkan banyak orang rusak di luaran sana. Jadi, jangan pakai logika dalam mengikuti TUHAN.
Mengapa orang lain menjadi rusak? Ya mungkin karena kita tidak bisa menjadi contoh, tidak mau diasingkan untuk TUHAN. Coba kalau betul-betul lahir batin kita diasingkan untuk TUHAN, pasti orang lain tertolong.
Mulai sekarang belajarlah; jangan kerjakan yang negatif yang merugikan diri sendiri, tetapi izinkanlah rencana TUHAN ada di dalam diri kita masing-masing. Diasingkan disingkirkan untuk kemuliaan TUHAN saja; dewasalah mulai dari sekarang.
Di antara kita banyak yang mundur, kenapa? Karena belum ada yang mau diasingkan untuk TUHAN. Kalau kita mau diasingkan untuk TUHAN, maka pasti tidak akan ada yang mundur; saya terlalu yakin mengatakan itu. Karena justru yang mundur itu adalah yang keras hati, merasa benar sendiri, kejahatan, kenajisan, dunia dan lain sebagainya; tetapi sekalipun itu ada, kalau ada di antara kita yang diasingkan dan disingkirkan untuk TUHAN, maka hal-hal itu tidak akan memisahkan dia dari TUHAN, kecuali dia hanya menjadi suatu kehidupan yang takut akan TUHAN dan yang selalu mempercayakan dirinya hanya kepada TUHAN, tidak kepada berhala.
Itulah pentingnya diasingkan untuk TUHAN; itulah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
 
Seringkali ketika kita melihat orang lain mundur dari pelayanan, kita lantas gemas, tetapi apakah kita mau diasingkan untuk TUHAN? Kita gemas melihat orang yang ogah-ogahan beribadah, bermasa bodoh dalam menjalankan ibadah, bahkan tidak sedikit kita akan marah-marah; tetapi maukah kita intropeksi menjadi orang yang seharusnya diasingkan untuk kemuliaan TUHAN?
Tidak ada artinya kita marah-marah, gemas kepada orang lain kalau kita tidak mau diasingkan untuk kemuliaan TUHAN, baik lahir maupun batin. Bijaksanalah mulai dari sekarang; dewasalah.
 
Kisah Para Rasul 26:16-18
(26:16) Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah kaulihat dari pada-Ku dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti. (26:17) Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain. Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka, (26:18) untuk membuka mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepada-Ku memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan.
 
Oleh kesaksian dari pada orang yang diasingkan untuk kemuliaan TUHAN, maka berkuasa untuk membuka mata orang lain = mencelikkan mata rohani, wujudnya:
1.      Mereka berbalik dari kegelapan kepada terang.
2.      Mereka berbalik dari Setan kepada Allah.
Ini adalah tanggung jawab kita masing-masing; menjadi suatu kehidupan yang diasingkan bagi kemuliaan TUHAN harus nyata dalam kehidupan kita untuk mecelikkan mata orang lain. Kalau mata orang lain sudah tercelik, maka;
-          kegelapan akan mereka tinggalkan dan berbalik kepada terang,
-          juga Setan dan kuasanya akan ditinggalkan untuk berada di dalam Allah.
Itulah kuasa dari pada suatu kehidupan yang diasingkan (disingkirkan) untuk kemuliaan TUHAN supaya mata orang lain tercelik.
 
Biarlah dengan kesaksian kita, mata orang lain tercelik, mata orang lain terbuka. TUHAN menaruh belas kasihan kepada kita semua; demikian juga hendaknya kita menaruh belas kasihan kepada orang lain, tetapi bukan dengan roh jahat dan roh najis, melainkan dengan caranya TUHAN.
 
Kisah Para Rasul 26:19
(26:19) Sebab itu, ya raja Agripa, kepada penglihatan yang dari sorga itu tidak pernah aku tidak taat.
 
Rasul Paulus taat kepada 2 (dua) perkara:
1.      Taat untuk hidup dalam doa penyembahan.
2.      Taat untuk membangun hubungan intim dengan TUHAN.
Biarlah kita taat dalam doa penyembahan, juga taat membangun hubungan intim dengan TUHAN.

Kisah Para Rasul 26:20
(26:20) Tetapi mula-mula aku memberitakan kepada orang-orang Yahudi di Damsyik, di Yerusalem dan di seluruh tanah Yudea, dan juga kepada bangsa-bangsa lain, bahwa mereka harus bertobat dan berbalik kepada Allah serta melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan itu.
 
Biarlah kita melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, sebab itu adalah pekerjaan yang sesuai dengan pertobatan.
 
Kita bersyukur kepada TUHAN, karena malam ini TUHAN sudah memberi suatu pengertian kepada kita tentang gunung Sion, di mana jumlah mereka adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, yang tegak berdiri di hulu gunung-gunung, menjulang tinggi mengatasi bukit-bukit, itulah yang disebut dengan puncak keindahan, di mana Allah tampil bersinar.
Kehidupan yang diasingkan (disingkirkan) untuk kemuliaan TUHAN, maka sama seperti puncak keindahan, dari sanalah Allah tampil bersinar, sehingga ketika orang sudah dicelikkan, maka dia akan tinggalkan kegelapan dan beralih kepada terang, dia tinggalkan Setan dan beralih kepada TUHAN.
 
Inilah yang harus kita kerjakan di hari-hari terakhir ini; taatlah dalam doa penyembahan, taatlah dengan hubungan intim. Taatilah itu, jangan taati suara-suara asing yang merusak hubungan intim dengan TUHAN. TUHAN menaruh belas kasih kepada saya dan saudara, maka kita juga harus menaruh belas kasih kepada sesama, satu dengan yang lain.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment