IBADAH RAYA MINGGU, 4 MEI 2025
WAHYU PASAL 19
(Seri 3)
Tema: PENYEMBAHAN SUDAH MENJADI TABIAT
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya kita sekaliannya dihimpunkan di atas gunung TUHAN yang kudus, beribadah lewat Ibadah Raya Minggu, semua karena kemurahan hati TUHAN.
Saudara, saya tiba di Cilegon pada hari Sabtu pagi, karena berangkat dari Surabaya pada hari Jumat ± 16.00, naik bus Handoyo dan tiba di Cilegon antara jam 06.00 - 06.30 pagi. Sebetulnya perjalanan dari Surabaya ke Jakarta hanya memakan waktu ± 12 jam, sebab di Jakarta tiba jam 04.00. Kemudian dari sana nanti langsung menuju ke Merak. Tetapi rupanya berhenti di setiap kota, antara lain di Cibitung, di Cikupa, di Balaraja, di Cikande, di Ciujung, di Serang, di terminal Cilegon Timur (Seruni). Menurut saya, seharusnya jam 05.00 sudah tiba, tetapi karena keluar masuk antara jakarta sampai ke Merak akhirnya saya tiba di Cilegon jam 06.30. Tetapi, di atas semuanya itu nama TUHAN yang dipermuliakan, karena pada akhirnya kita boleh bertatap muka lewat Ibadah Raya Minggu pada saat malam ini.
Saudara, oleh-oleh yaitu; berita dari Mubes yang saya ikuti adalah; yang pasti Mubes berjalan dengan baik, dalam pimpinan Roh TUHAN dan di bawah kendali Roh TUHAN, sehingga semua berjalan dengan baik. Tidak ada sesuatu yang menjadi penghalang, sekalipun ada masukan-masukan dan masukan itu bisa saja pro dan kontra. Dari dua kandidat, akhirnya yang terpilih untuk menjadi ketua sinode Gereja Pantekosta Tabernakel untuk periode 2025-2030 adalah Bapak Pdt. Ir. Jontu Mau Dongalemba. Dan pada saat itu juga beliau menunjuk para kabinetnya, antara lain:
Ketua I: Pdt. Sony Budiono dari Medan, anak dari Bapak Pdt. Paulus Budiono.
Sekretarisnya: bapak Pdt. Sadrak dari Papua,.
Bendaraha: bapak Pdt. Kristian Welan dari Kalimantan.
Dan kita bersyukur kepada TUHAN, kita berdoa supaya TUHAN tolong hamba-Nya bapak Pdt. Jontu untuk memimpin Gereja Pantekosta Tabernakel 5 tahun ke depan, berjalan dengan baik sesuai dengan rencana TUHAN. Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel disebarluaska, sesuai dengan visi dan misi yang disampaikan sebelum pemilihan terjadi. Kita doakan supaya semua janji-janji ditepati dengan baik dihadapan TUHAN dan GPT “Betania” Serang & Cilgon juga diberkati oleh TUHAN. Demikianlah berita sebagai oleh-oleh singkat yang bisa kami sampaikan pada kesempatan malam hari ini. Terpujilah nama TUHAN kekal sampai selama-lamanya.
Namun, saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, bapak/ibu yang terkasih, yang turut bergabung lewat online / live streaming / video internet, baik dari Youtube, Facebook atau media sosial lainnya yang dapat digunakan (diakses).
Kiranya TUHAN juga melawat dan kita merasakan kasih TUHAN sebentar. Oleh sebab itu, jangan lupa, tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Selanjutnya, marilah kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU 19.
Wahyu 19:1-2 --- Perikop: “Nyanyian atas jatuhnya Babel”
(19:1) Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, (19:2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."
Singkat kata, terdengar suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di Sorga, katanya: HALELUYA.
Pendeknya, di Sorga ada penyembahan dan penyembahan itu timbul karena:
Allah telah menghakimi pelacur besar itulah Babel yang merusakan bumi dengan percabulannya.
Allah telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu.
Saudara, bagian kedua yaitu; Allah telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu merupakan jawaban atas pertanyaan dari orang-orang yang mati martir (syahid). Dan hal itu bisa kita temukan dalam Wahyu 6:9-10.
Wahyu 6:9-10
(6:9) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki. (6:10) Dan mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?"
Di sini kita melihat orang-orang yang mati martir (syahid) menuntut supaya TUHAN membalaskan darah mereka kepada penguasa di bumi itulah antikris yang telah ditunggangi oleh perempuan Babel.
Sedangkan orang-orang yang mati martir adalah jiwa-jiwa yang di bawah mezbah, artinya; orang-orang yang melayani TUHAN, namun hanya saja ibadah mereka tidak sampai kepada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan.
Saudara, jiwa-jiwa di bawah mezbah dibunuh karena…
Firman Allah = penuh dengan Firman Allah.
Kesaksian yang mereka miliki = penuh dengan Roh Allah.
Namun ibadahnya tidak memuncak sampai doa penyembahan = tidak penuh dengan kasih Allah.
Tetapi mereka melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN.
Saudara….
Hal itu terjadi (jiwa-jiwa di bawah mezbah dibunuh) pada saat Anak Domba membuka meterai yang kelima.
Sedangkan meterai yang keempat tampilnya; kuda hijau kuning (Wahyu 6:7-8).
Kuda hijau kuning berbicara tentang maut, sebab yang menunggangi kuda hijau kuning bernama maut.
Kemudian, kepadanya (yang menunggangi kuda hijau kuning) diberi kuasa untuk membunuh seperempat penduduk bumi dengan...
Pedang sehingga tubuh terpisah dari kepala.
Kelaparan sehingga tergenapi Amos 8:11.
Penyakit sampar, sebagai contoh covid 19 yang terjadi pada tahun 2020 melanda atas seantero dunia.
Binatang-binatang buas di bumi 🡪 antikris dan nabi-nabi palsu.
Antikris adalah binatang pertama yang keluar dari dalam laut --- kombinasi dari tiga jenis binatang, antara lain; singa, beruang dan macan tutul.
Nabi-nabi palsu adalah binatang yang kedua yang keluar dari dalam bumi.
Saudara, warna hijau kuning adalah warna maut, itu tidak ada di dalam ibadah dan pelayanan kita dan itu bukan warna dari gereja TUHAN. Warna dari ibadah dan pelayanan adalah warna merah, itu sebabnya ibadah dan pelayanan ini harus ditandai dengan darah, itulah warna dari kehidupan.
Setelah meterai yang kelima adalah meterai yang keenam; terjadilah gempa bumi yang dahsyat mengguncang seantero dunia (Wahyu 6:12). Akibatnya...
Matahari menjadi hitam bagaikan karung rambut
Artinya: apabila terang dari kasih Allah Bapa berhenti, masalah yang sangat kusutpun terjadi sehingga tidak dapat diuraikan, bagaikan karung rambut.
Bulan menjadi merah seluruhnya bagaikan darah
Artinya: apabila terang dari Anak Domba Allah yang telah disembelih (korban Kristus) ditolak, maka, manusialah yang menjadi korbannya.
Saudara, Anak Domba Allah telah disembelih 2000 tahun yang lalu untuk menebus dan memperdamaikan dosa kita. Tetapi, kalau itu ditolak, maka yang menjadi korbannya adalah kita.
Bintang-bintang di langit berjatuhan di bumi bagaikan pohon ara menggugurkan buah-buahnya yang mentah apabila ia digoncang angin yang kencang
Artinya: nanti banyak hamba-hamba TUHAN yang diurapi, imannya gugur sebelum waktu penuaian.
Kalau bintang-bintang itulah orang-orang yang diurapi, imannya gugur, bagaimana dengan nasib orang-orang Kristen yang tidak sungguh-sungguh dalam ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN, yang tidak sungguh-sungguh tergembala di dalam TUHAN? Ini harus diperhatikan dengan baik, jangan diabaikan.
Supaya kita tidak mengalami seperti yang terjadi pada meterai yang keenam, maka ibadah kita di bumi ini, sudah seharusnya berada pada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan.
Hal itu kita buktikan dalam…
Wahyu 6:14
(6:14) Maka menyusutlah langit bagaikan gulungan kitab yang digulung dan tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya.
Ayat ini masih bagian dari meterai yang keenam, dan di sini kita melihat 2 (dua) hal:
“Menyusutlah langit bagaikan kitab yang digulung.”
Langit boleh berlalu, tetapi Firman Allah tetap untuk selamanya. (1 Petrus 1:25).
Oleh sebab itu, di hari-hari terakhir ini, kita harus menghargai Firman Allah yang rahasianya dibukakan.
Perlu untuk diketahui:
Pembukaan rahasia Firman Allah seharga dengan darah Anak Domba Allah yang tersembelih.
Ayat referensi: Wahyu 5:7-9 ---- Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
“Tergeserlah gunung-gunung dan pulau-pulau dari tempatnya”
Tetapi gunung Sion tetap berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Ayat referensi: Yesaya 2:2-3 --- Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
Saudara, gunung Sion adalah gambaran / bayangan dari mempelai TUHAN
Wujud dari mempelai TUHAN: doa penyembahan disertai dengan nyanyian baru itulah bahasa Roh.
Penyembahan = penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah saja.
Ayat referensi Wahyu 14:1-3.
Ayat 1 berbicara tentang gunung Sion -- Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
Ayat 2-3 --- Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu --- Penyembahan disertai dengan nyanyian baru itulah bahasa Roh.
Jadi saudara, kita harus memberi diri untuk dipimpin hingga berada pada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan. Karena, di atas tadi kita sudah melihat, orang-orang yang mati martir hanya memiliki atau berada pada dua hal, yaitu…
Penuh dengan Firman Allah.
Penuh dengan Roh Kudus (memiliki kesaksian Yesus).
Tetapi mereka tidak memiliki satu alat itulah MEZBAH DUPA yakni; doa penyembahan.
Kalau tidak sampai kepada doa penyembahan, maka yang menjadi taruhannya adalah leher digorok oleh pedang antikris.
Kegunaan leher yang sebenarnya adalah penghubung antara tubuh dengan kepala. Oleh sebab itu, marilah kita gunakan leher ini untuk menundukan kepala di ujung kaki salib Kristus (hidup dalam doa penyembahan), supaya leher tidak menjadi taruhan.
Sekali lagi saya tandaskan, marilah kita gunakan leher ini dengan baik, sesuai dengan fungsi yang TUHAN inginkan yaitu; menundukan kepala di kaki salib; tersungkur di hadapan takhta Allah, sujud menyembah Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, Allah yang berkuasa, TUHAN dan Juruselamat yang berdaulat atas setiap kehidupan manusia.
Itulah namanya martir, sudah penuh dengan Firman dan Roh tetapi kurang satu yaitu; doa penyembahan, akhirnya leher mereka digorok oleh pedang dari pemimpin yang berkuasa di bumi ini.
Maka kalau kita renungkan, Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini, maka sungguh kita adalah orang-orang yang dibahagiakan oleh TUHAN, diberkati oleh TUHAN. Karena, lewat Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel kita dituntun sesuai dengan kehendak TUHAN, bukan lagi sesuai dengan kehendak manusia. Mari kita menjalankan ibadah buatan tangan TUHAN, jangan kita menjalankan ibadah buatan tangan manusia.
Kita kembali membaca….
Wahyu 6:11
(6:11) Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.
Kepada orang-orang yang mati martir (syahid) masing-masing diberikan sehelai jubah putih, menunjukkan bahwa mereka adalah milik kepunyaan Allah sendiri.
Ayat referensi Wahyu 19:8 --- Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]
Jadi saudara, kita harus berpikir bahwa ibadah kita harus sampai kepada tingkat ibadah yang tertinggi itulah doa penyembahan. Kita kan sudah berada di gunung TUHAN, tetapi kiranya kita berada sampai pada puncaknya itulah doa penyembahan -- penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah.
Karena begini, ketika leher digorok oleh pedang tajam antikris, menurut hemat saya; tidak ada satupun yang kuat. Kalau leher langsung diputuskan sehingga kepala dan tubuh terpisah, itu masih bagus. Tetapi, kalau leher itu hanya disayat satu centimeter dulu bagaimana? Lalu leher yang disayat itu diperlihatkan kepada keluarga kita.
Misalnya, kalau itu adalah leher suami, bagaimaan hati isteri dan anak? Kalau itu leher isteri, lalu diperlihatkan kepada suami dan anak, bagaimana hati dari suami dan anak? Dan kalau itu leher anak, bagaimana perasaan dari kedua orangtuanya? Tidak ada yang sanggup menghadapi ini. Itu sebabnya saya selalu tekankan dengan kasih bukan dengan emosi atau amarah, supaya hendaknya kita berpikir sesuai dengan pemikiran Allah, memberi diri untuk dipimpin sampai pada puncak ibadah itulah doa penyembahan.
Oleh sebab itu saudara, kita harus menjalankan ibadah buatan tangan TUHAN bukan buatan tangan manusia. Ibadah buatan tangan manusia, contoh ibadah 10 jam saja, ibadah 8 jam saja, ibadah pertengahan minggu -- semua itu tidak tertulis di dalam Alkitab. Yang benar adalah tekun dalam tiga macam ibadah pokok sesuai dengan Pengajaran Tabernakel, itu merupakan pola Kerajaan Sorga. Jadi saudara, tidak usah lagi hati ini bimbang untuk mencari ibadah-ibadah yang lain. Ikuti saja ibadah Sorgawi saudara, karena akurat sekali membawa kerohanian kita pada kedudukan yang tepat. Tetapi, kalau saudara memilih jalur mati syahid; silahkan, karena mengikut TUHAN tidak boleh dipaksa. Tetapi, tugas saya tetap harus memberi pengertian dan penjelasan lewat pembukaan Firman itulah Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Kita kembali memperhatikan….
Wahyu 19:1-2
(19:1) Kemudian dari pada itu aku mendengar seperti suara yang nyaring dari himpunan besar orang banyak di sorga, katanya: "Haleluya! Keselamatan dan kemuliaan dan kekuasaan adalah pada Allah kita, (19:2) sebab benar dan adil segala penghakiman-Nya, karena Ialah yang telah menghakimi pelacur besar itu, yang merusakkan bumi dengan percabulannya; dan Ialah yang telah membalaskan darah hamba-hamba-Nya atas pelacur itu."
HALELUYA merupakan penyembahan yang terdengar dari Sorga, terkait dengan penghakiman atas Babel, sebab....
Babel telah merusakkan bumi dengan percabulannya.
Kita memang harus mabuk anggur, tetapi biarlah kiranya mabuk anggur dari Sorga, jangan mabuk anggur dari hawa nafsu kenajisan percabulan dari perempuan Babel yaitu; kaya oleh kelimpahan hawa nafsu Babel.
Tinggalkan ibadah supaya memperkaya diri, itu hawa nafsu percabulan dari perempuan Babel.
Babel telah menumpahkan darah hamba-hamba-Nya (pelayan mezbah TUHAN)
Singkat kata, ketika TUHAN memberi kemenangan atas bumi, maka Sorga ikut bersorak. Itu berarti ada hubungan antara bumi dengan Sorga. Sedangkan yang menjadi penghubung / pengantara antara Allah di Sorga dengan gereja TUHAN yang ada di bumi adalah Yesus Kristus, sebab Dia adalah Imam Besar Agung menurut peraturan Melkisedek, imamatnya tidak akan beralih. (Ayat referensi: 1 Yohanes 1:1-2, 1 Timotius 2:5, Ibrani 7:24).
Mari kita maju selangkah…
Wahyu 19:3
(19:3) Dan untuk kedua kalinya mereka berkata: "Haleluya! Ya, asapnya naik sampai selama-lamanya."
Untuk kedua kalinya himpunan besar di Sorga berkata: HALELUYA, itu adalah doa penyembahan. Dalam doa penyembahan itu, asapnya naik sampai selama-lamanya.
Saudara, asap yang naik ini ada kaitannya dengan pribadi Yesus Kristus yang adalah Imam Besar Agung. Sebab, tugas dari Imam Besar Agung adalah…
Melayani, berdoa dan memperdamaikan dosa manusia.
Memimpin ibadah-ibadah di bumi ini sampai puncak ibadah itulah doa penyembahan.
Saudara, di atas tadi kita sudah melihat…
Meterai yang kelima; jiwa-jiwa di bawah mezbah dibunuh / orang-orang yang mati martir (syahid) -- melayani TUHAN tetapi ibadahnya belum memuncak sampai doa penyembahan.
Meterai yang keempat; tampilnya kuda hijau kuning, berbicara tentang maut.
Meterai yang keenam; gempa bumi mengguncang seluruh dunia.
Sekarang kita melihat; meterai yang ketujuh…
Wahyu 8:1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Ketika Anak Domba membuka meterai yang ketujuh; sunyi senyaplah di Sorga.
Sunyi senyap di sini bukan berarti tidak ada aktivitas, tetapi hal ini berbicara tentang suatu ketenangan yang luar biasa disertai kebahagiaan yang tidak bisa dilukiskan, tidak bisa diucapkan dengan kata-kata, hanya bisa dirasakan oleh orang yang hidup dalam penyembahan itu sendiri.
Wahyu 8:2-4
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala. (8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Malaikat yang lain, Malaikat yang kuat 🡪 pribadi Yesus Kristus, Dia adalah Imam Besar Agung.
Tugas Imam Besar Agung: memimpin ibadah-ibadah di bumi sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan, sebab kepada-Nya diberikan banyak kemenyan untuk dibakar, selanjutnya asap kemenyan itu naik ke hadirat Allah, menembusi takhta Allah.
Jadi saudara, saya renungkan TUHAN itu sangat baik kepada kita, sebab TUHAN memberikan pengertian kepada kita supaya dengan pengertian yang kita peroleh dari TUHAN menyatu dengan akal kita, sehingga kita adalah suatu kehidupan yang bijaksana dan tahu mengambil keputusan yang tepat dihadapan TUHAN di tengah-tengah pengikutan kita kepada TUHAN Yesus. Singkat kata, penghubung antara bumi dengan Sorga adalah pribadi TUHAN Yesus, sebab Dia adalah Imam Besar Agung yang menjadi pengantara.
Sekarang, saya dan kita semua bersama-sama memasuki berkat yang baru itulah Wahyu 19:4.
Doa dan harapan hati kita diberkati dan diteguhkan dari Wahyu 19: 1-3.
Wahyu 19:4
(19:4) Dan kedua puluh empat tua-tua dan keempat makhluk itu tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di atas takhta itu, dan mereka berkata: "Amin, Haleluya."
Pada ayat ini kita melihat dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk tersungkur dan menyembah Allah yang duduk di takhta itu. Selanjutnya mereka berkata: Amin, Haleluya.
Amin adalah bahasa Ibrani artinya; pasti, sungguh, benar.
Saudara, Amin itu bukan bahasa Arab, Amin adalah bahasa Ibrani. Kalau mereka menggunakan bahasa Amin, berarti merekalah yang mengikuti, bukan kita.
Oleh sebab itu, setiap Firman Allah dibukakan, tidak perlu dipancing, secepatnyalah kita mengucapkan / mengatakan: “amin.”
Haleluya, berarti; turut menyembah.
Kata Haleluya pada ayat ini merupakan yang ketiga.
Kita lihat dulu, apakah penyembahan merupakan tabiat dari dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk mereka?
Kita buktikan itu pada…
Wahyu 5:7- 9
(5:7) Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. (5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (5:9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
Dari ayat ini kita bisa melihat bahwa penyembahan merupakan tabiat dari dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk, dengan lain kata; penyembahan itu sudah mendarah daging.
Saudara, di pundak pemimpin sidang jemaat / gembala sidang, TUHAN taruh beban (tanggungjawab) yang begitu berat untuk menggembalakan kawanan domba Allah seberapa banyak yang dipercayakan. Tanggungjawab ini harus diperhatikan oleh seorang gembala, supaya tidak ada satupun dari kawanan domba itu terhilang. Maka, penyembahan sudah harus menjadi tabiat dari seorang pemimpin sidang jemaat, dengan lain kata; sudah harus mendarah daging dalam hidupnya.
Kalau saya menyampaikan ini maka saya harus hidup di dalamnya, supaya jangan hanya bisa bicara. Saya harus doakan jemaat supaya tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Kemudian, gembala juga harus mendoakan jemaat, supaya; lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, ibadah dari sidang jemaat memuncak sampai doa penyembahan. Kita tidak mungkin mengambil jalur mati syahid, sebab tidak ada orang yang sanggup melalui hal itu. oleh sebab itu, kita harus mengikuti jalur yang lebih baik yaitu; menyerahkan diri untuk dipimpin sampai kepada puncak gunung itulah doa penyembahan. Tetaplah di gunung kudus TUHAN, tekunlah dalam tiga macam ibadah pokok, di situlah Imam Besar Agung memimpin ibadah dan rohani kita sampai puncaknya itulah doa penyembahan.
Jadi, penyembahan sudah semestinya menjadi tabiat dari seorang pemimpin sidang jemaat. Tetapi, para imam yang melayani TUHAN, bahkan seluruh sidang jemaat yang TUHAN percayakan dalam kandang penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon; penyembahan itu juga sudah harus menjadi tabiat. Juga saudara yang selalu bergabung dengan penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon lewat online / live streaming baik dari Youtube, Facebook atau media sosial lainnya, kiranya doa penyembahan sudah menjadi tabiat dalam hidup saudara. Oleh sebab itu, ikutlah pemberitaan Firman ini dengan baik, bukan saya mengkultuskan diri saya, tetapi pengertian ini perlu kita ikuti.
Jadi sekali lagi saya sampaikan; penyembahan sudah mendarah daging bagi dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk. Pendeknya, penyembahan sudah menjadi tabiat bagi dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk.
Terkait dengan DUA PULUH EMPAT TUA-TUA
Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena kepada MEJA ROTI SAJIAN.
Di atas meja ada dua belas ketul roti yang dibagi menjadi dua susun, masing-masing terdiri enam ketul roti setiap susunnya.
Pendeknya, 24 tua-tua 🡪 12 rasul hujan awal dan 12 rasul hujan akhir, sebab, meja dengan dua belas ketul roti di atasnya adalah bayangan dari gereja TUHAN dengan dua belas rasulnya.
Kegerakan dari 12 rasul hujan awal membawa gereja TUHAN...
Percaya, bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada PINTU GERBANG.
Bertobat, bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Dibaptis, bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA.
Syarat dibaptis adalah bertobat. Oleh sebab itu, anak kecil tidak boleh dibaptis, itu bukan ajaran Alkitab. Dan bayi yang baru lahir juga tidak boleh dibaptis, karena syarat dibaptis adalah bertobat.
Oleh sebab itu, gunakan pola Tabernakel, supaya jangan disesatkan oleh orang-orang yang keras kepala karena pengertian yang sesat.
Kepenuhan Roh Kudus terkena kepada PINTU KEMAH.
Sedangkan, kegerakan dari 12 rasul hujan akhir membawa gereja TUHAN berada...
Dalam RUANGAN SUCI = tergembala dengan sungguh-sungguh di dalam satu kandang penggembalaan dengan satu gembala, lewat ketekunan dalam 3 (tiga) macam ibadah sesuai dengan alat yang ada di dalamnya, antara lain..
MEJA ROTI SAJIAN 🡪 ketekunan dalam Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci = domba-domba diberi makan = iman.
PELITA EMAS 🡪 ketekunan dalam Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh = domba-domba diberi minum = pengharapan.
MEZBAH DUPA EMAS 🡪 ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan = domba-domba diberi nafas hidup = penuh dengan kasih.
Dalam RUANGAN MAHA SUCI, di dalamnya terdapat satu alat yang terutama yaitu; TABUT PERJANJIAN.
Tabut perjanjian terdiri dari 2 (dua) hal:
Peti 🡪 gereja TUHAN sebagai mempelai TUHAN.
Tutupan Grafirat dengan dua kerub di atasnya 🡪 Allah Trinitas di dalam nama TUHAN, Yesus, Kristus, Mempelai Pria Sorga.
Sedangkan, pengertian rohani dari Tabut perjanjian...
Takhta Allah.
Hubungan nikah antara Kristus sebagai Mempelai Pria Sorga dengan sidang jemaatnya sebagai mempelai wanita-Nya berdasarkan kasih. Dasar nikah adalah kasih.
Jadi, ibadah itu nikah dan nikah adalah ibadah, seperti ibadah yang pertama di taman Eden. Taman Eden itu ibadah dan di dalamnya ada sepasang nikah itulah Adam dan Hawa.
Saudara hal ini sesuai dengan suratan / nubuatan Yehezkiel 47 -- sungai yang mengalir keluar dari takhta Allah…
Sebagian ke Timur, berarti dimulai dari…
PINTU GERBANG berarti; percaya.
Kemudian MEZBAH KORBAN BAKARAN berarti; bertobat.
KOLAM PEMBASUHAN berarti; dibaptis air.
PINTU KEMAH berarti; dipenuhkan Roh Kudus.
Inilah kegerakan 12 rasul hujan awal; penginjilan.
Sebagian ke Barat, berarti dimulai dari RUANGAN SUCI sampai RUANGAN MAHA SUCI.
Inilah kegerakan 12 rasul hujan akhir; masuk dalam penggembalaan.
Hal ini persis seperti penginjilan dari Simon Petrus…
Kisah Para Rasul 2:36
(2:36) Jadi seluruh kaum Israel harus tahu dengan pasti, bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan dan Kristus."
Ayat ini terkena kepada PINTU GERBANG = percaya.
Orang-orang yang menerima Yesus sebagai TUHAN dan Juruselamat = percaya.
Kisah Para Rasul 2:37-39
(2:37) Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: "Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?" (2:38) Jawab Petrus kepada mereka: "Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.
Bertobatlah, terkena kepada MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Dibaptis, terkena kepada KOLAM PEMBASUHAN TEMBAGA.
Menerima karunia Roh Kudus, terkena kepada PINTU KEMAH.
Itulah air yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba; sebagian ke sebelah Timur -- kegerakan 12 rasul hujan awal. Kegerakan = ajaran supaya orang orang; percaya, bertobat, dibaptis dan penuh Roh Kudus.
Nah sebagian lagi ke sebelah Barat, kita lihat…
Kisah Para Rasul 2:41
(2:41) Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.
3000 jiwa bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada BAIT SUCI ALLAH → RUANGAN SUCI DAN RUANGAN MAHA SUCI.
Panjang 20 + 10 = 30 hasta. Lebarnya 10 hasta. Tingginya 10 hasta
Jadi, 30 x 10 x 10 = 3000 hasta, itulah RUANGAN SUCI sampai RUANGAN MAHA SUCI.
Kemudian, Kisah Paras Rasul 2:42 --- Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa = tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Inilah kegerakan dari 12 rasul hujan akhir, membawa kita sampai ke Barat; RUANGAN MAHA SUCI.
Jadi, siapa yang menyembah tadi? Dua puluh empat tua-tua dan empat makhluk dan penyembahan itu sudah mendarah daging di dalam diri mereka. Itu sebabnya, dua puluh empat tua-tua ini dapat mengajarkan suatu pengertian yang luar biasa kepada kita sekarang ini.
Saudara, di minggu yang akan datang kita akan lanjutkan pembahasan dari Wahyu 19:4-5 ini. Tentu saja kita bersyukur kepada TUHAN, sebab sampai hari ini TUHAN terus mendorong karena untuk berada pada puncak ibadah; doa penyembahan, karena kita tidak sanggup untuk selamat melalui jalur mati martir. Mengapa? Karena sedikit hati ini dikoreksi / dicolek / disinggung, kita sudah panas hati dan marah-marah, bagaimana bisa mati martir (digorok pelan-pelan)? Kita tidak akan sanggup. Pengertian ini bukan kepada saudara saja, tetapi kepada saya juga.
Oleh sebab itu, kalau kita tidak sanggup melalui jalur mati martir, ikutilah jalur gembala Agung; Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel yang terus menggembalakan kita sampai puncak ibadah itulah doa penyembahan -- penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, bagaikan mengangkat dua tangan; kehendak TUHAN saja yang jadi.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment