WAHYU PASAL 19
(Seri 1)
Tema: TERLEPAS KARENA HIDUP DALAM DOA PENYEMBAHAN
Mula pertama saya ucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat TUHAN kita sekaliannya telah dihimpunkan di atas gunung TUHAN yang kudus, sehingga kita boleh menjalankan atau menyelanggarakan Kebaktian Raya Minggu dirangkai dengan Kebaktian Paskah. TUHAN Yesus telah menderita sengsara dan mati di atas kayu salib, dan kita sudah merayakan Jumat Agung, namun tiga hari kemudian Yesus bangkit pada hari yang pertama itulah hari Minggu, sebab hari ketujuh adalah hari sabtu. Itu berarti, kuburan Yesus kosong, Yesus tidak ada lagi di dalam liang kubur, berarti; maut telah dikalahkan, musuh terakhir telah dikalahkan. Karena Yesus menang, oleh kebangkitan-Nya kita juga menang, kalau kita dalam suasana kebangkitan. Tetapi, oleh karena kebangkitan TUHAN Yesus, kita ada dalam suasana kebangkitan malam ini, buktinya; ada dalam kegiatan Roh, karena Roh Allahlah yang membangkitkan TUHAN Yesus dirangkai dengan kebaktian kebangkitan (Paskah), semua karena kemurahan TUHAN.
Saudara, saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, bapa/ibu, saudara/saudari, yang turut bergabung lewat online / live streaming / video internet, baik dari Youtube, maupun dari Facebook, atau media sosial lainnya yang dapat diakses. TUHAN juga hadir di tengah-tengah saudara di sana, sebagaimana TUHAN juga hadir di tengah-tengah kami di tempat ini, di ruangan ini. Dan nanti kita boleh merasakan damai sejahtera, memberi satu sukacita dan kita boleh duduk bahagia saat duduk diam dan terus mendengarkan Firman TUHAN
Selanjutnya, kita akan masuk pada WAHYU 19. Namun sebelum kita lanjutkan, tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan hati kita pribadi lepas pribadi.
Saudara, Wahyu 18:1-24 terdiri dari 2 (dua) perikop:
Perikop pertama “Jatuhnya Babel” (Wahyu 18:1-20).
Perikop kedua “Babel tidak akan bangkit lagi” (Wahyu 18:21-24).
Oleh karena kemurahan TUHAN, kita telah dilawat oleh TUHAN lewat Wahyu 18 dan diakhir pada pemberitaan Firman di minggu yang lalu. Kiranya kita mendapat pertolongan dari apa yang sudah kita terima pada Wahyu 18. Dan kiranya juga TUHAN menolong kita, memberkati kita, lewat lawatan TUHAN dari Wahyu 19:1-21.
Jadi, malam ini kita akan masuk pada Wahyu 19 sebagai PENDAHULUAN.
Saudara, Wahyu 19:1-10 terdiri dari 2 (dua) perikop:
Perikop pertama: “Nyanyian atas jatuhnya Babel” (Wahyu 19:1-5).
Perikop kedua: “Perjamuan kawin Anak Domba” (Wahyu 19:6-10)
Jika dikaitkan dengan pola Tabernakel atau pola kerajaan Sorga, maka Wahyu 19:1-10 terkena kepada MEZBAH DUPA.
Mezbah dupa 🡪 doa penyembahan, sebagai tingkat ibadah yang tertinggi atau disebut juga dengan puncak ibadah / puncak kebangkitan. Jadi, suasana ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok adalah suasana kebangkitan. Hal itu nampak dengan jelas dari 2 (dua) perikop yang ada yang sudah disampaikan di atas.
Saudara, kedua perikop tersebut yaitu; “Nyanyian atas jatuhnya Babel” dan “Perjamuan kawin Anak Domba” adalah sesuai dengan pengertian dari penyembahan yakni; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah.
Kalau nikah kita diberkati, maka itu nampak dengan jelas dari penyembahan yang suci dan benar. Kalau penyembahan kita benar, maka nikah kita juga benar dan suci. Inilah dua klimaks yang dinanti-nantikan oleh TUHAN, diharapkan oleh TUHAN dari gereja TUHAN dan kategori yang sangat dihormati oleh TUHAN.
Sekarang kita akan melihat; penyerahan diri sepenuh untuk taat kepada kehendak Allah, sudah ditampilkan oleh pribadi Yesus Kristus Anak Allah 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib.
Matius 27:45 -- Perikop: “Yesus mati”
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga.
Saudara, di sini kita melihat:
Golgota tempat Yesus disalibkan diliputi kegelapan selama 3 jam, dari jam 12 siang sampai jam 3 sore.
Demikian juga pada zaman Musa, Mesir pernah diliputi gelap gulita selama 3 hari juga.
Akibatnya:
Tidak ada orang yang melihat temannya.
Artinya; kasih terhadap sesama sudah dingin.
Tetapi, kasih kita kepada sesama bahkan kepada musuh tidak dingin. Kalau ada kekurangan sedikit pada orang lain; jangan cepat tersinggungan ya saudara, itu bukan suasana kebangkitan.
Tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya.
Artinya: kasih terhadap TUHAN sudah dingin.
Prakteknya: tidak menghargai ibadah dan pelayanan yakni kegiatan Roh = suasana tanpa bangun / tanpa kebangkitan.
Kisah ini tertulis dalam Keluaran 10:22-25. Saudara, ketika Mesir diliputi gelap gulita, itu merupakan tulah kesembilan, itu artinya kelepasan atas Israel dari Mesir sudah dekat, karena TUHAN menghukum Mesir dengan sepuluh tulah. Tulah kesembilan adalah gelap gulita sedangkan tulah kesepuluh adalah kematian anak sulung, sehingga terjadilah kelepasan (Israel diselamatkan).
Zaman Roh Kudus (gereja akhir zaman), dunia juga akan diliputi gelap gulita selama 3½ tahun, tepatnya pada saat antikris menjadi raja atas dunia ini. Ayat referensinya…
Matius 20:25
(20:25) Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Jadi, pada saat antikris menjadi raja atas seantero dunia;
Mereka memerintah dengan tangan besir
Menjalankan kuasanya dengan otoriter, kalau tidak mau dihajar, diinjak, disakiti dan setusnya.
Lukas 22:25
(22:25) Yesus berkata kepada mereka: "Raja-raja bangsa-bangsa memerintah rakyat mereka dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung-pelindung.
Bahkan di sini lebih tragis, di ayat ini mencerminkan bahwa mereka dikatakan sebagai pelindung bagaikan sayap yang memberi naungan. Seperti TUHAN Allah Israel membawa bangsa Israel dengan mendukung di atas kepak sayap-Nya untuk dibawa kepada TUHAN. Demikianlah antikris membuat satu tandingan, mereka menjadikan bagaikan menjadi kepak sayap (pelindung-pelindung). Berarti ayat ini menunjukkan kepada kita bahwa mereka tampil sebagai allah yang layak disembah. Dan hal ini sudah dinubuatkan dalam 2 Tesalonika 2:3-dst. Sehingga pada saat antikris menjadi raja, mereka memerintah dan berkuasa atas seantero dunia, di situ ada terjadi suatu aniaya yang begitu besar, terjadi siksaan yang dahsyat sebagaimana yang ditulis dalam Matius 24:15, 21 --- "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel -- para pembaca hendaklah memperhatikannya -- Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi.
Inilah tiga kegelapan dalam tiga zaman:
Zaman Musa di Mesir sebagai pemimpin / pembebas Israel.
Zaman Yesus sebagai pembebas dunia.
Zaman Roh Kudus juga nanti TUHAN kirimkan sebagai pembebas bagi gereja TUHAN, melewati puncak kegelapan yang akan terjadi. Cara TUHAN adalah Yesus tampil di tengah-tengah kegiatan Roh itulah ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, memimpin kita sampai kepada tingkat ibadah yang tertinggi (puncak ibadah); doa penyembahan.
Jadi, puncak ibadah (doa penyembahan) berhadapan dengan puncak penyembahan. Kalau kita tidak berada pada puncak ibadah, kita tidak akan sanggup melewati puncak pencobaan.
Jadi, puncak ibadah berhadapan dengan puncak pencobaan. Jangan sekali-kali menghadapi puncak pencobaan dengan kekuatan sendiri, dengan pengertian sendiri, dengan kelebihan yang saudara punya; tidak akan bisa, selain dengan tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Dan kita menjalankan hal itu dengan rendah hati bukan dengan kebenaran diri sendiri, dengan lain kata; harus dengan penyerahan diri sepenuhnya supaya sanggup menghadapi puncak pencobaan.
Itulah kelebihan dari Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel; memberi pengeritan yang ajaib. Sehingga kita berada pada satu kedudukan yang tepat dan kita dapat berkaca kepada Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernaekel, kita bisa melihat dimana kekurangan-kekurangan kita. Dari cermin itu kita bisa memperbaiki diri dari hari demi hari, karena kita membawa bejana hati kita kepada TUHAN untuk diisi oleh Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel.
Saudara, kita kembali untuk memperhatikan….
Matius 27:46-49
(27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? (27:47) Mendengar itu, beberapa orang yang berdiri di situ berkata: "Ia memanggil Elia." (27:48) Dan segeralah datang seorang dari mereka; ia mengambil bunga karang, mencelupkannya ke dalam anggur asam, lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum. (27:49) Tetapi orang-orang lain berkata: "Jangan, baiklah kita lihat, apakah Elia datang untuk menyelamatkan Dia."
Tepat jam tiga sore Yesus berseru dengan nyaring: Eli, Eli lama sabakhtani?, artinya: “Allahku, Allaku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.” Memang, tidak dipungkiri, manakala anak-anak TUHAN, kehidupan Kristen diperhadapkan dengan satu persoalan (pergumulan) rasanya seperti seorang diri, rasanya orang tidak peduli kepada kita, bahkan yang terdekat pun tidak mau tahu tentang kita, nampaknya begitu. Tetapi Firman TUHAN berkata: “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku datang kembali kepadamu.” (Yohanes 14:18).
Opini / pendapat orang-orang yang berdiri dekat salib saat mendengar “seruan” itu, antara lain:
Ia memanggil Elia.
Hal ini menunjukkan bahwa pemikiran mereka tertuju hanya kepada kuasa, sebab:
Elia berkuasa menahan langit supaya hujan tidak turun dan berkuasa untuk menurunkan hujan (1 Raja-rja 17:1, 1 Raja-raja 18:41).
Elia berkuasa untuk menghidupkan anak laki-laki dari janda Sarfat (1 Raja-raja 17:17-24)
Elia berkuasa untuk menurunkan api dari langit (2 Raja-raja 1:9-12).
Saudara, saya mau sampaikan dengan tandas, kalau mengikut TUHAN, mengikut TUHANlah dengan sungguh-sungguh berarti; harus menyangkal diri dan memikul salib, itu pengikutan yang benar. Kalau mengikut TUHAN hanya karena karunia mujizat; membuat perbuatan ajaib, karunia pengusiran setan, karunia iman untuk dapat menggeser gunung, satu kali orang-orang semacam ini akan menyangkali Yesus dan salib-Nya. Kalau pengikutan kita hanya karena kuasa atau karunia-karunia, saya kira TUHAN Yesus tidak perlu harus menderita sengsara lalu mati di atas kayu salib, tidak perlu meninggalkan Bapa Sorgawi, tidak perlu harus melepaskan reputasi-Nya, cukup curahkan kuasa dari Sorga turun ke bumi. Tetapi lihatlah, orang-orang Kristen mengikuti TUHAN hanya karena kuasa, pada akhirnya menyalibkan Yesus berkali-kali, seperti mereka yang berdiri dekat Yesus, mereka itulah yang menyalibkan Yesus. Jadi, opini mereka sama sekali salah total.
Memberi Yesus minum anggur asam.
Anggur asam berbicara soal keonaran dan kelaliman, menunjukkan bahwa mereka tidak menghargai kebaikan dan kemurahan TUHAN, tidak pernah menghargai pertolongan TUHAN atau pekerjaan-pekerjaan yang TUHAN telah perbuat (kerjakan).
Coba kita sedikit melangkah ke ….
Yesaya 5:1
(5:1) Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur.
Kita sekarang ini berada di kebun anggur TUHAN, di lereng bukit yang subur.
Namun…
Yesaya 5:2
(5:2) Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.
Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya.
TUHAN Yesus mencangkul dan membuang batu-batunya (segala kekerasan-kekerasan di hati),
Selanjutnya, Yesus mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya 🡪 doa penyembahan. Kemudian, menggali lobang tempat memeras anggur -- Ia telah menderita sengsara dan mati di kayu salib dan hari ketiga bangkit.
Lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam. Padahal TUHAN Yesus sudah mengerjakan segala sesuatunya demi kebaikan kita, tetapi ternyata yang dihasilkan adalah buah anggur yang asam. Jangan ada muka muka asam; tidak baik. Kalau ketiak yang asam karena keringat itu lumrah, tetapi, wajah asam bisa diubah dengan senyum manis, tergantung pengikutan kita saja.
Yesaya 5:7
(5:7) Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.
Yesus telah menderita sengsara dan mati di atas kayu salib, kemudian hari ketiga bangkit dan membuat menara jaga (doa penyembahan), karena Yesus telah mengalami pemerasan di atas kayu salib, untuk menantikan anggur yang manis tetapi justru yang ada adalah kelaliman dan keonaran. Jadi, anggur asam menunjuk kelaliman dan keonaran satu tanda bahwa mereka tidak menghargai segala sesuatu yang TUHAN telah kerjakan.
Ini adalah opini / pendapat yang keliru di tengah-tengah pengikutannya kepada TUHAN.
Meminta bantuan agar Elia menyelamatkan Yesus.
Tanggapan ini menunjukkan bahwa mereka keliru; tidak mengerti tentang keselamatan. Orang yang mengerti tentang keselamatan, maka ia tidak mencari keselamatan. Orang yang diselamatkan tidak lagi mencari keselamatan, tetapi mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar. Mengerjakan keselamatan berarti; memberikan diri untuk senantiasa disucikan. Orang yang tidak mau disucikan, ia tidak mau mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar. Atau, nampaknya mengerjakan keselamatan itu, tetapi hanya untuk dilihat orang, tetapi di belakang; beda lagi. Di depan baik tetapi di belakang tidak, itu namanya bukan takut dan gentar.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan; mereka tidak mengerti soal keselamatan. Karena, orang yang mengerti tentang keselamatan maka ia tidak akan mencari keselamatan, tetapi ia akan mengerjakan keselamatan itu dengan takut dan gentar. Jadi, pengertian “sekali selamat maka selamatlah” itu salah.
Saudara, TUHAN melihat dan maha tahu opini atau pendapat yang salah / keliru dari orang-orang yang berdiri dekat salib di Golgota saat mendengar seruan Yesus di atas kayu salib.
Karena Yesus tahu kekeliruan itu, maka…
Matius 27:50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Karena TUHAN tahu dan melihat kekeliruan dari pada orang-orang yang berdiri dekat salib, akhirnya mau tidak mau, ‘Yesus berseru pula” (kembali berseru dengan suara nyaring), lalu menyerahkan nyawa-Nya.”
Kenapa Yesus melakukan hal ini? Karena terjadi kekeliruan-kekeliruan.
Saudara, TUHAN itu panjang sabar, TUHAN tetap memperhatikan kehidupan saya dan saudara. Mungkin hari ini keliru, tetapi kiranya, oleh karena panjang sabar TUHAN, ke depan kita tetap tertolong. Jadi seruan kedua ini menunjukkan panjang sabarnya TUHAN kepada kita. Kalau andaikata tidak keliru, Yesus cukup sekali berseru dengan suara nyaring. Ternyata orang bisa dekat salib tetapi bisa juga keliru, oleh sebab itu Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya.
Panjang sabar TUHAN adalah kemurahan TUHAN dan itu adalah satu kesempatan emas (peluang emas) untuk tidak disia-siakan mengingat hari-hari ini adalah hari-hari yang terakhir. Jangan sia-siakan kesempatan ini, apalagi ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok, itu suasana kebangkitan.
Berseru dengan suara nyaring 🡪 penyahutan kepada Bapa, karena Bapa berkata: “Anak-Ku, kerjakan kehendak-Ku”, untuk itu Yesus menyahut “Ya Bapa”, sekaligus penyembahan-Nya kepada Bapa.
Penyembahan = penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah, tidak kepada kehendak yang lain lagi. Itulah sebabnya, setelah Yesus berseru, selanjutnya Yesus menyerahkan nyawaNya. Begitu ada suara hati yang lain selain dari hati TUHAN; jangan ikuti! Ikuti maunya TUHAN saja.
Dalam kesempatan Ibadah Jumat Agung, untuk makan daging Paskah, harus disertai dengan sayur pahit.
KUASA PENYEMBAHAN:
Matius 27:51-52
(27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, (27:52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
YANG PERTAMA: Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah
Arti rohaninya: mengalami perobekan daging, memang rasanya sakit, tetapi tidak mengapa.
Perobekan daging adalah pembuka jalan ke Sorga, sebab ketika terjadi perobekan daging, iblis tidak lagi bertakhta atas daging.
Ibrani 9:11-12 --- Perikop: Kristus adalah Pengantara dari perjanjian yang baru --- Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia, -- artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- dan Ia telah masuk satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan yang kekal.
Ibrani 10:19-21 --- Perikop: Ketekunan --- Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.
Perlu untuk diketahui, tubuh manusia hanya sebatas takhta setan, tidak lebih dan tidak kurang. Tetapi, tubuh (daging) tidak layak menjadi takhta setan apabila terjadi perobekan daging. Oleh sebab itu, mau tidak mau, kita harus mengalami perobekan daging dan itu terjadi lewat doa penyembahan -- penyerahan diri sepenuhnya untuk taat hanya kepada kehendak Allah. Kalau wujud daging tidak nampak lagi, maka setan tidak bertakhta lagi di sana. Setan hanya bertakhta apabila ada wujud daging yang utuh. Tetapi puji TUHAN, setelah terjadi perobekan daging, TUHAN membuka jalan yang baru untuk berada di Ruangan Maha Suci berbicara soal kesempurnaan.
YANG KEDUA: Terjadilah gempa bumi.
Ketika gempa bumi terjadi, maka seantero dunia ini terguncang, sebagai tanda penghukuman atas dunia.
Pada awal tahun 2020 tepatnya di bulan Maret, gempa bumi terjadi mengguncang seantero dunia termasuk Indonesia, bangsa yang kita cintai ini, sebagai tanda penghukuman atas dosa dunia. Banyak orang yang sakit (covid 19) dan mati sebagai korban dari gempa bumi yang terjadi. Ratusan ribu bahkan berjuta-juta orang yang mati ketika gempa bumi mengguncang seantero dunia, dan itu merupakan tanda penghukuman bagi dunia. Tetapi bagi anak-anak TUHAN itu merupakan tanda kelepasan dari dunia ini.
Jadi saudara, dari sini kita bisa melihat, bahwasanya; memang kita harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Karena di situ Yesus sebagai Imam Besar tampil untuk memimpin kita sampai tingkat ibadah tertinggi (puncak ibadah); doa penyembahan. Supaya pada saat gempa bumi terjadi, anak-anak TUHAN mengalami kelepasan, karena gempa bumi mengguncang dunia sebagai penghukuman atas dunia, tetapi bagi anak-anak TUHAN tanda kelepasan.
Sekarang kita akan melihat tentang kisah tentang GEMPA BUMI.
Semoga TUHAN oleh rahmat-Nya menerangi hati dan pikiran kita lewat Ibadah Paskah (kebangkitan) malam ini. Mari kita membaca kisah Paulus di Penjara di Filipi.
Kisah Para Rasul 16:23
(16:23) Setelah mereka berkali-kali didera, mereka dilemparkan ke dalam penjara. Kepala penjara diperintahkan untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh.
Singkat kata, Paulus dan Silas dijebloskan dalam penjara dengan penjagaan yang sangat ketat.
Kisah Para Rasul 16:24
(16:24) Sesuai dengan perintah itu, kepala penjara memasukkan mereka ke ruang penjara yang paling tengah dan membelenggu kaki mereka dalam pasungan yang kuat.
Paulus dan Silas dijebloskan ke ruang penjara yang paling tengah
Itu berarti, kalau mereka mau melarikan diri ke arah timur, barat, utara, selatan, itu terlalu sulit. Itulah sebabnya mereka ditempatkan di penjara bagian tengah dengan penjagaan yang betul-betul ketat sekali.
Saudara, kalau nanti dunia menjaga ketat; anak-anak TUHAN jangan heran, karena memang itu akan terjadi satu kali nanti. Oleh sebab itu, sungguh-sungguh saja di tengah-tengah kegiatan Roh (ibadah dan pelayanan) dengan lain kata tekun dalam tiga macam ibadah pokok untuk menolong kita, tidak ada cara lain.
Demikian juga Paulus dan Silas, mereka dimasukkan ke ruang penjara yang paling tengah, menunjukkan bahwa penjagaan terhadap Paulus dan Silas ketat. Tetapi rupanya kaki mereka juga dibelenggu dengan pasungan yang kuat.
Apa penyebab mereka dimasukan dalam penjara dan dijaga dengan ketat, kemudian kaki mereka dibelenggu dengan pasungan yang kuat? Mari kita saksikan bersama-sama.
Kisah Para Rasul 16:19
(16:19) Ketika tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar untuk menghadap penguasa.
Tuan-tuan perempuan (persis seperti perempuan Babel dan Izebel), harapan mereka akan mendapat penghasilan lenyap, karena berita Injil yang disampaikan / diajarkan Paulus dan Silas di Filipi / Asia kecil / bangsa kafir.
Singkat kata, penyebabnya adalah tuan-tuan perempuan ini tidak lagi mendapat keuntungan dari kenajisan percabulan. Inikan tujuan dari perempuan Babel; supaya penduduk bumi (dengan berbagai lapisannya) mabuk anggur percabulan perempuan Babel.
Tetapi saudara, kalau hal itu nanti terjadi atas dunia ini, tidak perlu heran dan bertanya-tanya. Dan kalaupun di bumi provinsi Banten sangat sukar menjalankan ibadah dan pelayanan,tidak usah ngomel, memang harus terjadi sebagai ujian iman sebab iman harus diuji.
Itu sebabnya saya sampaikan lewat Kebaktian Paskah malam ini, marilah untuk menghargai kesempatan yang TUHAN berikan seperti TUHAN berseru pula (seruan yang kedua), karena TUHAN melihat dan maha tahu segala kekeliruan-kekeliruan yang terjadi. Oleh sebab itu, dengan lain kata; jangan kita mabuk anggur karena percabulan dari perempuan Babel, jangan kita hidup dalam noda kekafiran (menyembah berhala dan kenajisan percabulan). Tinggalkan jam-jam ibadah karena kelimpahan kekayaan hawa nafsu perempuan Babel, disebutlah itu kenajisan percabulan.
Ini adalah waktu-waktu yang terakhir yang harus kita gunakan dengan baik. Hai orang tua, perhatikan anak-anakmu! Doakan kalau ia masih meninggalkan jam-jam ibadah oleh karena kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel, tetapi dimulai dari dirimu dulu. Sebab, anak tidak akan bisa berubah kalau orangtua tidak berubah. Tetapi, andaikata anak yang terlebih dahulu sungguh-sungguh tekun dalam tiga macam ibadah pokok’ doakan orang tuamu juga. Tidak salah mendoakan orangtua, itu adalah tanda hormat. Manakala di keluarga kita masih ada noda kekafiran, kaya oleh karena kelimpahan hawa nafsu perempuan Babel; doakan supaya lepas dari situ. Siapa tahu kemurahan yang kedua ini menjadi milik kita bersama-sama.
Kisah para rasul 16:25-26
(16:25) Tetapi kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan mereka. (16:26) Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua.
Selanjutnya disini kita perhatikan, di dalam penjara Paulus dan Silas berdoa dan memuji serta memuja Sang Raja.
Pendeknya, Paulus dan Silas ada dalam doa penyembahan.
Jadi, kalau nampaknya terbelenggu, dijaga ketat, bukan berarti kita harus putus asa, uring-uringan, salahkan ini dan itu. Tetaplah kita naikan doa, dengan memuji, memuja Sang Raja, kemudian tekun dalam tiga macam ibadah pokok hingga berada pada puncak ibadah yakni; doa penyembahan.
Jangan kita berkecil hati kalau keuntungan tidak berpihak kepada kita, bahkan mungkin lebih parah lagi yaitu di jaga ketat; jangan berkecil hati dan berputus asa, tetap tekun dalam tiga macam ibadah pokok untuk dipimpin kepada doa dan pemujaan kepada Sang Raja. Jangan uring-uringan dan panas hati.
Lalu, doa penyembahan, tiba-tiba terjadi gempa bumi sehingga…
Sendi-sendi penjara itu goyah.
Saudara, saya masih ingat ketika gempa bumi mengguncang bumi nusantara, semua goyah. Sendi-sendi ekonomi goyah, sendi-sendi pemerintahan goyah, bahkan sendi-sendi nikah dan rumah tangga goyah. Tidak sedikit waktu itu pasangan nikah berhadapan langsung di KUA, bersepakat untuk bercerai.
Jadi, penghubung antara satu dengan yang lain dalam tubuh sudah goyah. Penghubung antara kita dengan TUHAN sudah goyah. Ekonomi dalam satu pemerintahan goyah, nikah-nikah (rumah tangga) di bumi goyah.
Pintu-pintu penjara terbuka.
Pintu-pintu penjara terbuka bebas bukan saja untuk Paulus dan Silas tetapi juga orang-orang yang berada di dalam penjara secara khusus yang mendengarkan doa dan pemujaan kepada Sang Raja (Allah Israel).
Saudara, pintu yang tertutup terbuka, karena bagi TUHAN tidak ada yang mustahil. Oleh sebab itu, di atas tadi saya katakan; jangan cepat-cepat putus asa dan uring-uringan. Hal ini juga untuk diri saya dan saya berjuang, bagaimana supaya penggembalaan yang sederhana ini terbentuk. Bukan karena gagah hebat, tetapi dimulai dari nol, akhirnya ada satu jiwa, dua jiwa, tiga jiwa dan seterunya. Saya masuk di bumi provinsi Banten tahun 2001, lalu sepuluh tahun kemudian (2011) barulah ada penggembalaan, waktu itu lima sampai tujuh orang saja. Sepuluh tahun saya betul-betul merasa merana seorang diri, tidak ada yang mau tahu, tidak ada yang mengerti, saya hanya bisa menangis, berdoa, menyembah dan memuja Sang Raja. Tetapi puji TUHAN, yang dahulu nampaknya pintu penjara tertutup dan dijaga ketat, sekarang terbuka dan kita bersama-sama datang menghadap TUHAN dalam pertemuan-pertemuan ibadah sesuai dengan ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Jadi, sabar saja, sebab semua ada masa dan waktunya di bumi dan di kolong langit ini.
Sedikit kesaksian lagi, walaupun waktu itu tidak ada jiwa, selain menyembah di rumah, setiap hari saya jalan kaki. Hampir kota Cilegon dan sudut-sudutnya saya jelajahi dengan jalan kaki berkilo-kilo meter setiap hari. Kota Serang dan Cilegon ini saya kelilingi, berkilo-kilo dan bertahun-tahun saya kerjakan, sebab saya tidak mau malas. Karena saya tahu, kalau saya tidur, tidak akan ada ibadah dan pelayanan semacam ini dan ini bukan kesombongan. Biarpun kita sederhana, hal ini harus tetap saya saksikan. Kalau saya (malas) maka ibadah dan pelayanan ini tidak ada sampai hari ini. Jadi saya harus jalan dan saya buktikan itu dihadapan TUHAN. Makan tidak makan itu hal biasa, tidur dimana saja (tidak jelas) juga saya rasakan, tetapi puji TUHAN pintu penjara terbuka, itu sebabnya kita tergembala sampai malam ini.
Terlepaslah belenggu mereka semua,termasuk yang mendengar doa dan pemujaan dari Paulus dan Silas.
Jadi jelas sekali bahwa; ketika gempa bumi terjadi atas seantero dunia, itu adalah tanda penghukuman atas dunia, tetapi bagi anak-anak TUHAN (orang-orang yang percaya), itu merupakan tanda kelepasan. Jadi, mau tidak mau, ibadah harus sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan, tidak bisa tidak, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Hati-hati dengan mabuk anggur dari perempuan cabul, manfaatkan kesempatan yang kedua ini, sebab itu adalah kemurahan dan panjang sabar TUHAN.
Kisah Para rasul 16:27
(16:27) Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.
Melihat situasi yang ada yaitu; penjara terbuka dan belenggu terlepas, penjaga kepala di Filipi hendak membunuh dirinya, karena menurut dia, itu adalah satu tanggungjawab = berada dalam suasana kematian.
Kisah Para rasul 16:28
(16:28) Tetapi Paulus berseru dengan suara nyaring, katanya: "Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!"
Paulus berseru dengan suara nyaring 🡪 suasana doa penyembahan. Bukan saja seisi penjara yang mendengarkan doa penyembahan, tetapi doa penyembahan inipun didengar oleh kepala penjara yang sudah menganggap dirinya mati.
Jangan celakakan dirimu, sebab kami semuanya masih ada di sini!
Jangan putus asa, ikutlah dalam suasana penyembahan dan menjadi domba yang tergembala; tekun dalam tiga macam ibadah pokok untuk dipimpin sampai kepada puncak ibadah yaitu; doa penyembahan.
Paulus dan Silas memang orang Israel, Ibrani asli sedangkan kepala penjara adalah orang Filipi (bangsa kafir), tetpai kalau kita menggabungkan diri menjadi kawanan domba Allah dengan lain kata; tekun dalam tiga macam ibadah sampai kepada doa penyembahan, kita juga ditolong oleh TUHAN seperti kepala penjara di Filipi/.
Itu sebabnya dari tadi saya sampaikan, jangan cepat-cepat putus asa, uring-uringan, marah-marah tidak jelas, sabar dulu, kita lihat bagaimana cara TUHAN memimpin kita. Jangan ambil keputusan menurut pemikiran sendiri.
Kisah Para rasul 16:29
(16:29) Kepala penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas.
Di sini sudah jelas, kepala penjara menggabungkan diri dengan ketekunan dalam tiga macam pokok sampai kepada doa penyembahan. Ia tersungkur bukan kepada Paulus dan Silas, tetapi ia menunjukkan bahwa ibadahnya sudah sampai kepada puncak ibadah itulah doa penyembahan, itulah yang menolong kita semua.
Jadi, gempa bumi mengguncang seantero dunia adalah sebagai tanda penghukuman atas dunia, tetapi tanda kelepasan bagi anak-anak TUHAN (orang-orang yang percaya).
Hal itu juga dituliskan oleh rasul Yohanes, murid yang termuda tetapi ia bersandar di dada Yesus. Sehingga ia bisa menuliskan apa yang akan terjadi. Penjara Filipi adalah satu cerita yang pernah terjadi dan dialami oleh Paulus dan Silas ketika memberitakan Injil bagi bangsa kafir. Tetapi itu juga akan terulang di akhir zaman, pada saat menjelang gelap malam; antikris menjadi raja.
Wahyu 8:3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.
Ayat ini menjelaskan bahwa Yesus Imam Besar Agung memimpin ibadah sampai kepada puncaknya.
Wahyu 8:4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Ini adalah puncak ibadah; doa penyembahan, bagaikan asap kemenyan naik ke hadirat Allah. TUHAN yang memimpin ibadah-ibadah di bumi ini termasuk ibadah dalam penggembalaan GPT Betania Serang & Cilegon, sampai kepada puncaknya; doa penyembahan, karena Dia adalah Imam Besar Agung. Dan ini adalah tanda kelepasan sekalipun kelak gempa bumi terjadi atas dunia sebagai tanda penghukuman.
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
Terjadi pelemparan api ke bumi, maka…
Meledaklah bunyi guruh
Terjadi ledakan dan bunyi guruh dimana-mana, membuat kita pusing tujuh keliling. Oleh karena ledakan dan bunyi guruh ini menghantui banyak orang, sehingga menimbulkan rasa takut dan cemas yang begitu hebat.
Disertai dengan halilintar
Bunyi yang begitu kencang membuat kita terkejut-terkejut. Tiba-tiba ada bunyi kedengaran lagi, terdengar berita yang tidak enak di hati. Di lain tempat, terjadi lagi halilintar, lalu berita itu sampai ke teling, bikin kita terkejut lagi.
Gempa bumi menggoncang seantero dunia.
Dan itu tanda kelepasan, tetapi apabila ibadahnya sudah sampai kepada doa penyembahan, tetapi bagi dunia itu tanda penghukuman.
Jadi saudara, tekun dalam tiga macam ibadah pokok adalah harga mati, tidak bisa ditawar-tawar. Domba-domba harus tergembala dengan baik dan benar dalam satu kandang dengan satu gembala; tidak boleh ganti-ganti gembala. Maka, seorang gembala dituntut tanggungjawab untuk memberi makan minum kawanan domba sampai ada nafas hidup (penyembahan).
Pendeknya, di Sorga ada satu ketenangan yang luar biasa, disertai dengan kebahagiaan yang tak terlukiskan dengan kata-kata, sedangkan di bumi ada hukuman, yakni; pelemparan api.
YANG KETIGA: Bukit-bukit batu terbelah.
Ketika bukit-bukit batu terbelah..
Matius 27:52
(27:52) dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit.
Ketika bukit-bukit batu terbelah maka;
Kuburan-kuburan terbuka.
Banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit
Yesus telah menderita sengsara dan mati di atas kayu salib, tetapi hari ketiga Ia bangkit; kubur kosong, berarti maut telah dikalahkan. Itulah arti dari Ibadah Raya Minggu yang dirangkai dengan Kebakitan Paskah di malam ini. Bukan suatu kebetulan kalau kita berada pada pendahuluan dari WAHYU 19, walaupun kita belum membaca isi dari WAHYU 19.
Saya tidak atur ini semua, tetapi dari sinilah kita berpikir keras, ternyata kita semua berada dalam rencana TUHAN. Bukan saya mengkultuskan penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon, karena saya belajar melayani TUHAN dengan ketulusan. Bukan soal mencari uang, soal ketenaran, biarpun TUHAN sudah angkat kita, tetapi, semua karena kemurahan TUHAN saja. Seperti apapun kita terkenal di bumi ini; biasa saja. Jelas sekali cara TUHAN menolong kita semua dan tidak bisa saya rekayasa ini semua. Dan kitab Wahyu kapan selesainya saja juga tidak tahu, apakah tepat di tahun 2030? Kalau tepat di tahun 2030 berarti kita sudah melewati tujuh tahun kelimpahan (2020-2027), baru menyusul tujuh tahun kedua, antikris menjadi raja, puncaknya 3½ yang kedua (2030-2033 lewat setengah tahun, jatuhnya di tahun 2034). Kesempatan yang kedua itu adalah panjang sabarnya TUHAN. Panjang sabar TUHAN adalah satu kemurahan emas bagi kita sekaliannya.
Saudara, dalam susunan Tabernakel…
Wahyu 19:1-10 yang terdiri dari 2 (dua) perikop terkena kepada Mezbah Dupa dan memang isinya berbicara soal doa penyembahan.
Ayat 1-5 berbicara soal penyembahan, di situ terdapat tiga kali kata Haleluyah. Ayat 6-10 itu merupakan pesta nikah Anak Domba (pembangunan tubuh Kristus yang sempurna) disebutlah itu mempelai perempuan TUHAN, wujudnya adalah penyembahan.
Wahyu 17 adalah penghukuman atas Babel. Ingat, ketika dosa terhakimi, itu sama seperti kita berada dalam terang. Itu sebabnya Wahyu 17:1-18, bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada Pelita Emas. Hal itu tidak asal dibuat, hambanya Pdt. Van Gessel sudah menyusun begitu rupa dan hal itu dilanjutkan oleh pendiri GPT yaitu bapak Pdt. Inyono, lanjut kepada Pdt. Pong Dongalemba sampai kepada kita.
Wahyu 18 bicara soal jatuhnya Babel. Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena kepada Meja Roti Sajian. Jatuhnya Babel adalah tanda kemenangan bagi gereja TUHAN oleh Firman dan kuasa-Nya. Barulah orang yang berkemenangan itu dibawa sampai kepada puncak ibadah yaitu; doa penyembahan.
Harapan saya kita memahami Pengajaran Mempelai yang selalu dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, yang adalah pola kerajaan Sorga, jangan kita muak sebagaimana dalam Imamat 26:11 --- Aku akan menempatkan Kemah Suci-Ku di tengah-tengahmu dan hati-Ku tidak akan muak melihat kamu.
Kalau di dalam ibadah tidak ada Pengajaran Tabernakel, hati TUHAN muak. Maka sangat singkronlah apa yang ditulis oleh Musa dalam kitab Imamat ini dengan apa yang ditulis oleh Paulus dalam Ibrani 8:5 --- Pelayanan mereka adalah gambaran dan bayangan dari apa yang ada di sorga, sama seperti yang diberitahukan kepada Musa, ketika ia hendak mendirikan kemah: "Ingatlah," demikian firman-Nya, "bahwa engkau membuat semuanya itu menurut contoh yang telah ditunjukkan kepadamu di atas gunung itu."
Jadi saudara, supaya ibadah di bumi menjadi gambaran dan bayangan dari ibadah di Sorga, maka gereja-gereja di bumi harus menggunakan pola Tabernakel.
Kenapa Paulus menganjurkan hal itu? Karena ia yakin apa yang dia lihat ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga dan itu sudah diceritakan kepada jemaat di Korintus setelah empat belas tahun melayani (2 Korintus 12:2). Kalau dikaitkan dengan Tabernakel terkena kepada Ruangan Maha Suci. Sesudah ia ada di Ruangan Maha Suci, ia ceritakan itu kepada jemaat di Ibrani supaya ibadah di bumi adalah gambaran dan bayangan dari ibadah di Sorga; harus menggunakan pola Tabernakel, tidak bisa tidak, supaya TUHAN tidak muak dengan ibadah di bumi, termasuk ibadah kita ini.
Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel tidak jelimat, asal saudara mau sabar, duduk diam dan tenang, nanti diberkati. Jangan dengar satu ayat menggebu-gebu, tetapi Firman tidak dibukakan, bagaimana masuk Sorga? Tidak mungkin. Tetapi, dengan pola yang jelas, kedudukan rohani kita akurat, TUHAN tempatkan dengan luar biasa dan ajaib. Inilah kebangkitan TUHAN Yesus Amin..
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment