IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 03 JUNI 2025
SURAT YUDAS
(Seri 26)
Subtema: JANGAN MUAK TERHADAP
MANNA
Shalom, selamat malam, salam
sejahtera bagi kita semua, oleh karena kasih-Nya kita semua dihimpunkan di atas
gunung TUHAN yang kudus sehingga kita boleh datang beribadah kepada TUHAN lewat
Ibadah Doa Penyembahan. Itu berarti, sebentar kita akan tersungkur di kaki
salib TUHAN, sujud menyembah kepada Dia, kita manfaatkan waktu yang ada.
Waktu yang ada tinggal sedikit, kita
manfaatkan dengan baik. Melayani TUHAN harus fokus, dari awal semua pekerjaan
harus kita perhatikan, tidak boleh harus dilihat orang lain. Kalau kita bisa
kerjakan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh.
Saya juga tidak lupa menyapa
anak-anak TUHA, umat ketebusan TUHAN yang turut bergabung lewat online / live
streaming / video internet, baik Youtube, Facebook atau media sosial lainnya
yang digunakan (diakses).
Selanjutnya, biarlah kiranya damai
sejahtera dari Allah, turun memenuhi ruangan ini, hidup kita yang di ruangan
ini, maupun yang mengikuti secara online, memberi satu sukacita dan selajutnya
bahagia saat kita duduk diam menikmati Sabda Allah dekat kaki TUHAN. Namun,
tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan
itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut SURAT YUDAS sebagai
firman penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan.
Yudas 1:5
(1:5) Tetapi, sekalipun kamu telah
mengetahui semuanya itu dan tidak meragukannya lagi, aku ingin mengingatkan
kamu bahwa memang Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir, namun
sekali lagi membinasakan mereka yang tidak percaya.
TUHAN telah menyelamatkan umat Israel dari tanah Mesir, namun sangat
disayangkan, karena pada akhirnya mereka dibinasakan
di padang gurun.
-
Yang dibinasakan adalah; orang-orang yang tidak percaya.
-
Mesir adalah gambaran dunia dengan segala sesuatu yang ada di
dalamnya.
Saudara, kisah tentang bangsa Israel
diselamatkan dari tanah Mesir adalah sebuah kisah yang tidak asing lagi bagi
kita (orang Kristen). Namun sekalipun demikian, kisah tersebut sengaja
diceritakan kembali oleh Yudas (saudara Yesus), untuk memperingatkan kita di hari-hari terakhir ini.
Tujuannya: supaya kita tidak binasa
di tengah perjalanan rohani kita di dunia ini menuju kerajaan Sorga (perhentian
kekal).
Ternyata, Rasul Paulus juga memperingatkan
jemaat di Korintus dengan kisah yang sama di dalam 1 Korintus 10.
Ayat 1-4 intinya ialah umat Israel telah diselamatkan dari tanah Mesir oleh
korban Paskah.
1 Korintus 10:5
(10:5) Tetapi sungguhpun demikian Allah
tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka
ditewaskan di padang gurun.
Sekalipun bangsa Israel telah
diselamatkan dari Mesir, akan tetapi bagian
yang terbesar dari bangsa Israel ditewaskan
di di padang gurun atau di tengah perjalanan mereka menuju tanah perjanjian,
bayangan dari hari ketujuh / hari perhentian kekal. Bagian yang terbesai à generasi
pertama dari bangsa Israel yang lahir di tanah Mesir
1 Korintus 10:6-10
(10:6) Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh
bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal
yang jahat seperti yang telah mereka perbuat, (10:7) dan supaya jangan kita menjadi penyembah-penyembah
berhala, sama seperti beberapa orang dari mereka, seperti ada tertulis:
"Maka duduklah bangsa itu untuk makan dan minum; kemudian bangunlah mereka
dan bersukaria." (10:8) Janganlah
kita melakukan percabulan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari
mereka, sehingga pada satu hari telah tewas dua puluh tiga ribu orang. (10:9) Dan janganlah kita mencobai
Tuhan, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang dari mereka, sehingga
mereka mati dipagut ular. (10:10)
Dan janganlah bersungut-sungut, seperti yang dilakukan oleh beberapa
orang dari mereka, sehingga mereka dibinasakan oleh malaikat maut.
Apa yang dialami bangsa Israel di
padang gurun adalah contoh untuk memperingatkan gereja TUHAN supaya di
hari-hari terakhir ini...
a.
Jangan
kita menginginkan hal-hal yang jahat … (ayat
6).
b.
Jangan
kita menjadi penyembah-penyembah berhala … (ayat 7).
c.
Janganlah
kita melakukan percabulan … (ayat 8).
d.
Janganlah
kita mencobai TUHAN … (ayat 9).
e.
Janganlah
bersungut-sungut … (ayat 10).
Saudara, kita masih berada pada
pembasahan tentang….
“JANGANLAH KITA MENCOBAI TUHAN” (Bagian ketiga)
Kisah tersebut ditulis dengan jelas
pada kitab Musa yang keempat yakni; Bilangan
21:4-9.
Namun kita awali kisah ini dari…
Bilangan 21:4-5 -- Perikop: “Ular tembaga”
(21:4) Setelah mereka berangkat dari
gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka
bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. (21:5) Lalu mereka berkata-kata
melawan Allah dan Musa: "Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir?
Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak
ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak."
Bangsa Israel berputar-putar di
padang gurun, mereka cukup lama mengelilingi pegunungan Seir yang menjadi tanah
Esau sekarang. Akhirnya, bangsa itu tidak
dapat lagi menahan hati di tengah jalan istilah sekarang; habislah
kesabaran. Setelah kesabaran itu habis, mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa. Itu berarti, bangsa Israel
telah mencobai TUHAN dan itu terjadi setelah menginjak tahun ke-40 di
padang gurun (Ulangan 2:7)
Kemudian, di tengah-tengah mencobai
TUHAN, mereka berkata-kata yang sifatnya memilukan hati TUHAN, antara lain:
YANG PERTAMA: Mengapa kamu memimpin kami keluar
dari Mesir?
Perkataan ini
menunjukkan bahwa mereka…
-
Menolak rencana Allah
-
Tidak menghormati
kemurahan dan kebaikan TUHAN, istilah sekarang tidak menghargai korban Paskah.
YANG KEDUA: Supaya kami mati di padang
gurun ini?
Itu berarti; bangsa
Israel menuduh bahwa TUHAN akan membunuh mereka di padang gurun
Sebelumnya, bangsa
Israel juga pernah menuduh bahwa TUHAN akan membunuh mereka di padang gurun,
padang yng kering / gersang.
Mari kita lihat…
Keluaran 16:1-3 -- “Manna Sabat”
(16:1) Setelah mereka berangkat dari Elim,
tibalah segenap jemaah Israel di padang gurun Sin, yang terletak di antara Elim
dan gunung Sinai, pada hari yang kelima belas bulan yang kedua, sejak mereka
keluar dari tanah Mesir. (16:2) Di
padang gurun itu bersungut-sungutlah segenap jemaah Israel kepada Musa dan
Harun; (16:3) dan berkata kepada
mereka: "Ah, kalau kami mati tadinya di tanah Mesir oleh tangan TUHAN
ketika kami duduk menghadapi kuali berisi daging dan makan roti
sampai kenyang! Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh
seluruh jemaah ini dengan kelaparan."
Bangsa Israel menuduh bahwa TUHAN
akan membunuh mereka di padang gurun dengan kelaparan.
Kemudian, bangsa Israel
bersungut-sungut kepada TUHAN dan Musa sebab mereka mengharapkan daging dan roti.
Keluaran 16:12
(16:12) "Aku telah mendengar
sungut-sungut orang Israel; katakanlah kepada mereka: Pada waktu senja
kamu akan makan daging dan pada waktu pagi kamu akan kenyang
makan roti; maka kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, Allahmu."
TUHAN mendengar sungut-sungut bangsa
Israel terhadap Musa dan Harun, sehingga TUHAN memenuhi keinginan mereka,
yaitu; TUHAN memberi mereka makan daging
dan roti.
-
Pada waktu senja, mereka makan daging
-
Pada waktu pagi, mereka akan makan roti
Namun, pada akhirnya, bangsa Israel
kembali menuduh bahwa TUHAN akan membunuh mereka di padang gurun itulah Bilangan 21:5 di atas tadi. Alasannya;
karena tidak ada roti dan air di padang gurun, sementara terhadap
manna mereka telah muak.
Di sini kita dapat melihat dengan
mata batin (mata hati) bahwasanya bangsa Israel telah diselamatkan / dilepaskan
dari perbudakan Mesir dan perbudakan Firaun, lalu mereka didukung di atas kepak
sayap Allah. Namun lihat, mereka hidup dengan sesuka hati dihadapan Allahnya.
-
Awalnya mereka
menginginkan daging dan roti, lalu TUHAN penuhkan kebutuhan mereka, sebab TUHAN
ingat bahwa Israel adalah tubuh-Nya untuk dipenuhkan, sebagaimana yang tertulis
dalam Efesus 1:23 -- Jemaat yang adalah tubuh-Nya, yaitu
kepenuhan Dia, yang memenuhi semua dan segala sesuatu, termasuk daging
dan roti.
-
Namun pada akhirnya,
bangsa Israel muak terhadap manna.
Itu sebabnya di atas tadi saya katakan; Israel hidup sesuka hati,
suka-sukanya menjalankan hidup ini.
Imam-imam, harus melayani dengan segala kerendahan di hati, tidak
boleh suka-suka. Lagi senang; melayani dengan tulus, tetapi, kalau tidak
senang; tidak dikerjakan dengan tulus. Hal ini sebetulnya tidak boleh terjadi,
tetapi nyatanya itu yang menimpa bangsa Israel.
Mazmur 78:17-18
(78:17) Tetapi mereka terus berbuat dosa
terhadap Dia, dengan memberontak terhadap Yang Mahatinggi di padang
kering. (78:18) Mereka mencobai
Allah dalam hati mereka dengan meminta makanan menuruti nafsu mereka.
Bangsa Israel terus-terusan berbuat dosa dan memberontak
terhadap Allah di padang gurun, bahkan mereka
mencobai Allah sebab mereka meminta makanan menuruti nafsu daging.
Saudara, tidak salah berdoa supaya
TUHAN memberikan makanan secukupnya. Tidak salah berdoa supaya TUHAN bukakan
Firman-Nya dalam setiap pertemuan ibadah, demikian juga dengan makanan jasmani.
Tetapi, jangan mencari makanan karena menuruti nafsu daging, itu tidak baik.
Saudara, hal ini bertolak belakang
degan doa Bapa kami di Sorga, sebagaimana dalam Matius 6:10 -- “datanglah
Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Jangan
kita menginginkan makanan karena mengikuti hawa nafsu daging, itu bukan
kehendak Allah di Sorga. Semestinya, jadilah kehendak Allah di bumi seperti di
Sorga.
Doa berikutnya yang dimohonkan
kepada TUHAN adalah; “berikanlah kami
pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Matius 6:11). Artinya; meminta makanan bukan menuruti hawa nafsu
daging, tetapi, kita mendapatkan makanan sesuai dengan kehendak Allah Bapa di Sorga.
Itulah sebabnya kita berdoa kepada Bapa di Sorga; jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Jangan meminta
makanan karena menuruti hawa nafsu daging. Tidak salah diberkati, tidak salah
bekerja, tidak salah menikmati makanan baik jasmani maupun rohani, tetapi harus
sesuai kehendak Allah. Jangan menginginkan sesuatu karena kehendak daging, itu
yang tidak boleh.
Mazmur 78:19-20
(78:19) Mereka berkata terhadap Allah:
"Sanggupkah Allah menyajikan hidangan di padang gurun? (78:20) Memang, Ia memukul gunung
batu, sehingga terpancar air dan membanjir sungai-sungai; tetapi sanggupkah
Ia memberikan roti juga, atau menyediakan daging bagi umat-Nya?"
Sesungguhnya TUHAN telah menyajikan
yang terbaik bagi bangsa Israel di padang gurun, sebab TUHAN telah memberikan
kepada mereka:
-
Makan daging dan roti
-
Memberi mereka minum air
dari gunung batu.
Mazmur 78:21
(78:21) Sebab itu, ketika mendengar hal itu,
TUHAN gemas, api menyala menimpa Yakub, bahkan murka bergejolak menimpa Israel,
(78:22) sebab mereka tidak percaya
kepada Allah, dan tidak yakin akan keselamatan dari pada-Nya.
Tetap saja bangsa Israel berbuat
dosa dan mencobai TUHAN, sehingga TUHAN gemas,
sebab mereka….
-
Tidak percaya kepada
TUHAN
-
Tidak yakin kepada
keselamatan dari pada Allah.
Mazmur 78:24-25
(78:24) menurunkan kepada mereka hujan
manna untuk dimakan, dan memberikan kepada mereka gandum dari langit; (78:25) setiap orang telah makan roti
malaikat, Ia mengirimkan perbekalan kepada mereka berlimpah-limpah.
Jangan muak terhadap manna. Manna
disebut juga...
a.
Gandum dari langit
b.
Roti malaikat
Keterangan: GANDUM DARI LANGIT (SORGA)
Yohanes 12:20-23 – Perikop: “Yesus memberitakan kematian-Nya”
(12:20) Di antara mereka yang berangkat
untuk beribadah pada hari raya itu, terdapat beberapa orang Yunani. (12:21) Orang-orang itu pergi kepada
Filipus, yang berasal dari Betsaida di Galilea, lalu berkata kepadanya:
"Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus." (12:22) Filipus pergi memberitahukannya kepada Andreas; Andreas dan
Filipus menyampaikannya pula kepada Yesus. (12:23)
Tetapi Yesus menjawab mereka, kata-Nya: "Telah tiba saatnya Anak
Manusia dimuliakan.
Kita harus memiliki kerinduan yang
mendalam untuk beribadah kepada Allah. Dan ibadah tidak boleh bergantung kepada
siapapun. Itu sebabnya Yesus menjawab Filipus dan Andreas, serta berkata: Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan. Dari
perkataan ini, kita harus beribadah kepada TUHAN dan beribadah itu harus dengan
kerinduan yang mendalam dan tidak boleh bergantung kepada si A, B atau C. Kalau
orangtua tidak mau datang beribadah, anak harus beribadahk. Kalau suami tidak
mau datang beribadah, isteri harus datang beribadah. Sebaliknya, kalau isteri
tidak mau datang beribadah, suami harus datang beribadah. Jadi, tidak boleh
pakai perasaan. Masuk Sorga ditanggung oleh diri sendiri, tidak bisa anak masuk
Sorga karena bapaknya.
Apa kaitannya ini semua?
Jawabannya…
Yohanes 12:24-25
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji
saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai nyawanya,
ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di
dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
Biji gandum harus jatuh ke tanah dan
mati, supaya menghasilkan banyak buah.
Kalau tidak jatuh ke tanah dan mati, biji gandum tidak menghasilkan banyak
buah.
Saudara, jatuh ke tanah sama artinya;
Yesus adalah gandum, datang dari Sorga lalu turun ke bumi.
Apa yang dimaksud dengan dari Sorga turun ke
bumi atau apa yang dimaksud dengan jatuh ke tanah?
Lebih rinci kita telusuri dalam…
Filipi 2:5-8
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, (2:7) melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai
mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Persamaan dari gandum jatuh ke tanah adalah dari Sorga turun ke bumi, dan arti rohaninya bagi kita adalah merendahkan diri serendah-rendahnya.
Jadi, anak-anak TUHAN harus tahu merendahkan diri serendah-rendahnya. Anak
TUHAN tidak bisa merendahkan diri kalau masih mempertahankan harga dirinya,
gengsinya, kepentingannya; tidak bisa.
Saya rindu kita semua merendahkan
diri serendah-rendahnya di hadapan TUHAN, bukan dihadapan manusia. Jangan
sampai di depan orang kita baik, tetapi di belakang tidak, itu munafik. Orang
munafik tidak takut TUHAN hanya takut kepada manusia. Orang yang merendahkan diri tidak suka menjilat
manusia, dia tegas terhadap dirinya, itu sebabnya, pemakaian TUHAN luar biasa
di dalam dirinya. Orang yang merendahkan diri tidak akan pasif di tengah ibadah
dan pelayanan, dia aktif memperhatikan semua, karena Roh Kudus itu terus
bekerja. Orang yang merendahkan diri tidak akan pernah menjadi sandungan.
Banyak orang melayani, tetapi orang lain tersandung. Harusnya kita melayani
orang lain senang, semestinya pelayan TUHAN menopang pemberitaan Firman, bukan
menjadi sandungan dalam pemberitan Firman.
Ini adalah gandum / manna yang harus
kita nikmati, tidak boleh ditolak. Tetapi bangsa Israel muak terhadap manna,
sehingga tanda kerendahan di hati tidak nampak. Yang ada hanyalah kepura-puraan
dan kemunafikan.
Jangan kita menjadi sandungan
teramat lebih dalam pemberitaan Firman, karena jemaat butuh pembukaan rahasia
Firman. Kalau pelayan tidak aktif, bagaimana
ia merendahkan diri dihadapan TUHAN? Yang ada justru menjadi sandungan,
mengganggu pemberitaan Firman.
Matius 16:21 - Perikop: “Pemberitahuan pertama tentang penderitaan
Yesus dan syarat-syarat mengikuti Dia”
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai
menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung
banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat,
lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga.
Pada saat merendahkan diri; Yesus menanggung banyak penderitaan
dari imam-imam kepala, tua-tua dan ahli-ahli Taurat, hal ini diberitahukan
kepada murid-murid-Nya dan kita semua, supaya kita mengerti.
Jadi, orang yang merendahkan diri
menanggung banyak penderitaan. Tidak ada orang yang merendahkan diri tetapi
menolak sengsara salib, menolak aniaya karena Firman. Kalau orang menolak
aniaya karena Firman, menolak salib, kemudian lembut-lembut, itu karena maunya,
ada sesuatu, ada udang dibalik batu, itu tidak benar. Tetapi, kerendahan di
hati yang benar adalah rela menderita karena salib, rela mengalami aniaya
karena Firman.
Matius 16:22-23
(16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke
samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal
itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus:
"Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau
bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan
manusia."
Orang yang tidak mau merendahkan
diri, menjadi sandungan di tengah
ibadah dan pelayanan, bahkan menjadi sandungan bagi pemberitaan Firman. Itulah
sebabnya saya katakan; kalau mau melayani, layanilah dengan rendah hati dan
melayani dengan roh yang berapi-api, jangan pasif harus aktif; mengerti apa
yang harus dikerjakan.
Pendeknya, Petrus sudah menjadi
sandungan. Firman Allah diajarkan kepada murid-murid supaya mereka merendahkan
satu dengan yang lain, berarti sudah harus siap menderita sengsara karena
salib, sudah harus siap sengsara karena Firman, tetapi Petrus menolak. Orang
yang menolak merendahkan dirinya, menolak sengsara salib, menolak teraniaya
karena Firman; menjadi batu sandungan. Jangan kita menjadi batu sandungan bagi
orang lain supaya ibadah dan pelayanan berjalan dengan baik sesuai dengan
kehendak Allah.
Jadi, masing-masing kita harus
merendahkan diri satu dengan yang lain, itu berarti; rela menderita sengsara
karena salib, rela teraniaya karena Firman, supaya jangan menjadi batu
sandungan.
Pendeknya, jatuh ke tanah =
merendahkan diri. Prakteknya; rela menderita karena salib, rela menderita
karena aniaya Firman, dengan lain kata; darah Yesus dan daging Yesus yakni
Firman Allah yang hidup, berkuasa menyucikan hidup kita masing-masing.
Inilah yang disebut dengan gandum
yang turun dari langit, yang harus kita nikmati, sebab saat-Nya Anak Manusia dipermuliakan. Jangan kita muak
terhadap manna, karena manna disebut juga gandum yang turun dari langit.
Kalau tidak ada Firman di dalam diri
seseorang, ia tidak akan mau teraniaya, tidak mau merendahkan dirinya di
hadapan TUHAN dengan tulus. Oleh karena Firman Allah kita rela teraniaya,
karena salib kita rela sengsara, jadi bukan karena dilihat oleh mata orang
lain.
Keterangan: MATI
Filipi 2:5-8
(2:5) Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, (2:6) yang walaupun dalam rupa Allah,
tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus
dipertahankan, (2:7) melainkan telah
mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi
sama dengan manusia. (2:8) Dan dalam
keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib.
Yesus bukan hanya merendahkan diri,
tetapi Ia taat sampai mati.
Marti artinya; daging tidak bersuara lagi, dengan lain kata; dosa tidak berkuasa
lagi. Namanya mati berarti; dosa dan tabiat lama tidak berkuasa lagi. Kalau
daging belum mati, maka daging rentan menjadi takhtanya seta, maka dosa akan
berkuasa di situ.
Inilah yang dimaksud dengan mati.
Biar saudara berteriak, ngomel, terhadap orang yang mati, dia tidak akan pernah
melawan saudara. Saudara ludahi, cincang, potong, dia tidak akan bersuara, itu
namanya orang mati. Dan orang yang sudah mati, tidak akan pernah terpancing
dengan dosa, walaupun saudara pancing-pancing dengan dosa. Kalau orang masih
terpancing dengan dosa orang lain, berarti dia belum mati. Jadi, tidak cukup
dengan merendahkan diri, tetapi harus mati.
Ciri-ciri mati (daging tidak
bersuara):
1 Korintus 15:35-36 – Perikop: “Kebangkitan tubuh”
(15:35) Tetapi mungkin ada orang yang
bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh
apakah mereka akan datang kembali?" (15:36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak
akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.
Kebangkitan (hidup untuk kebenaran
bagi Allah), tidak mungkin terjadi kalau tidak terlebih dahulu masuk dan
menyatu dalam pengalaman kematian TUHAN Yesus Kristus. Tidak mungkin ada
kebangkitan tanpa kematian, sebab itu mereka harus satu dalam pengalaman
kematian TUHAN Yesus Kristus. Kalau seseorang menolak pengalaman kematian dan
kebangkitan TUHAN Yesus Kristus, disebutlah itu orang bodoh. Tetapi, terlepas
dari kekurangan-kekurangan, saya sedang berjuang untuk menyampaikan Firman
Allah dengan tulus, supaya kita tahu pengalaman kematian dan kebangkitan.
Jadi, sekali lagi saya tandaskan,
kalau tidak satu dengan pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus adalah
orang bodoh. Dengan lain kata, datang beribadah hanya untuk mencari berkat
adalah orang bodoh, jikalau ia menolak gandum dari langit.
1 Korintus 15:37
(15:37) Dan yang engkau taburkan bukanlah
tubuh tanaman yang akan tumbuh, tetapi biji yang tidak berkulit,
umpamanya biji gandum atau biji lain.
Ciri pengalaman kematian / daging
tidak bersuara lagi adalah rela dikuliti
Kalau berita Firman saja menegur
lalu tersinggung, bagaimana dia mau
dikuliti? Diajar baik tidak mau, mau
jadi apa hidup ini? Akan tetap bodoh.
Mari kita lihat soal dikuliti…
2 Korintus 5:21
(5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah
dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh
Allah.
Di sini kita melihat, Yesus rela
dikuliti untuk membenarkan orang lain.
Kalau kita tidak rela dikuliti, orang lain tidak mungkin dibenarkan. Dikuliti
maksudnya; rela ditelanjangi, rela dipermalukan supaya orang lain dibenarkan,
ketelanjangan orang lain tertutupi.
Saya banyak kali mengalami hal
seperti itu dan berulang-ulang kali mengalami seperti itu. Bayangkan saja,
setiap kali kita mengadakan Paskah atau natal PPT atau fellowship-fellowship
lainnya, ada saja hamba TUHAN yang menghalang-halangi hamba TUHAN lain untuk
datang berfellowship kepada kita. Lalu, dia menceritakan semua
kesalahan-kesalahan di masa lalu yang tidak ada kaitannya dengan nikah saya
sekarang. Saya biarkan saja, saya rela dikuliti, rela ditelanjangi, rela
dipermalukan. Karena saya tahu, semua dosa yang saya lakukan sudah saya akui
dengan tuntas. Dosa tidak bisa hilang karena ditelan waktu, dosa masa lalu
hanya bisa diampuni / dihapuskan oleh darah salib, dengan syarat; mengakui
sedetail-detailnya, tidak boleh dicicil. Saya mengalami hal ini berkali-kali.
Tetapi, kalau TUHAN sudah mengangkat, tidak ada yang bisa menjatuhkan saudara,
tetapi, selesaikan dulu. Kalau sudah selesai, silahkan saja dikuliti, tidak
jadi soal.
Yesus dalam 2 Korintus 5:21 dalam kondisi seperti itu; tidak mengenal dosa,
tetapi dibuatnya berdosa, ditelanjangi, dikuliti, supaya kulit-Nya dipakai
untuk menutupi ketelanjagan orang lain. Itu bukan hanya pada saat ini, itu
sudah terjadi dari sejak semula dari Kejadian
3:6-7 -- Adam dan Hawa melanggar hukum Allah. Pelanggaran terhadap hukum
Allah adalah dosa. Singkat kata, Adam dan Hawa jatuh dalam dosa. Dan oleh
karena dosa mereka telanjang. Saat mereka sadar bahwa mereka telanjang, mereka
menutupi ketelanjangan itu dengan cara; menyemat daun pohon ara. Daun pohon ara
ini dibuatlah cawat (kolor) untuk menutupi ketelanjanga. Tetapi, sampai kapan daun pohon ara ini sanggup
menutupi ketelanjangan? Tidak akan selama-lamanya, pasti ada waktunya.
Cepat atau lambat, seiring berjalannya waktu, daun pohon ara menjadi kering.
Lalu, bagaimana caranya supaya
ketelanjangan ini tertutup? Mari kita lihat cara TUHAN…
Kejadian 3:21
(3:21) Dan TUHAN Allah membuat pakaian
dari kulit binatang untuk manusia dan untuk isterinya itu, lalu
mengenakannya kepada mereka.
TUHAN membuat pakaian dari kulit
binatang untuk manusia dan isterinya, lalu mengenakan kepada mereka.
Proses pakaian dari kulit binatang
itu terjadi: terlebih dahulu seekor binatang disembelih. Tidak mungkin kulit
dari seekor binatang dapat diambil, sebelum binatang itu disembelih. Dan TUHAN
Yesus Kristus adalah Anak Domba Allah yang disembelih di atas kayu salib, Ia
telah dikuliti, ditelanjangi, pakaian-Nya telah diambil dan dibagi menjadi 4
bagian, lalu jubahNya diterima sesuai dengan undian. Inilah ciri pengalaman
kematian.
Inilah gandum yang turun dari Sorga
untuk kita nikmat. Jangan kita muak terhadap manna, terhadap gandum yang turun
dari langit (Sorga), itu harus kita nikmati. Oleh sebab itu, tidak boleh kita
suka-suka menjalankan ibadah. Imam-imam juga tidak boleh suka-sukanya dalam
melayani TUHAN, harus merendahkan diri supaya jangan menjadi sandungan. Kita
harus proaktif tidak boleh pasif, dengan lain kata satu dengan yang lain harus
merendahkan diri. Hanya orang yang merendahkan diri dapat memperhatikan
pekerjaan TUHAN, orang yang sontoloyo tidak bisa.
Yohanes 12:24-25
(12:24) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji
saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah. (12:25) Barangsiapa mencintai
nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai
nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal.
Barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan
memeliharanya untuk hidup yang kekal. Oleh sebab itu, lepaskan diri dari
kebodohan supaya kita memperoleh hidup kekal.
Yohanes 12:26
(12:26) Barangsiapa melayani Aku, ia
harus mengikut Aku dan di mana Aku berada, di situ pun pelayan-Ku
akan berada. Barangsiapa melayani Aku, ia akan dihormati Bapa.
Melayani TUHAN dengan pengalaman
kematian dan kebangkitan, maka dihormati
oleh Bapa di Sorga.
Kalau TUHAN saja menghormati
kehidupan semacam ini, apalagi manusia, tetapi tunggu waktunya, jangan
kelahiran itu dipaksa-paksa; tidak bisa.
Saya pun mengalaminya, saya selalu
berdoa; sampai kapan TUHAN PPT seperti
ini? Tetapi, kalau sudah waktunya, TUHAN memberkati dan kalau TUHAN
memberkati, berkat yang dicurahkan itu tidak tanggung tanggung-tanggung.
TUHAN
YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita
Firman:
Gembala
Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment