IBADAH RAYA MINGGU, 8 JUNI 2025
WAHYU PASAL 19
(Seri 8)
Subtema: MELAYANI DENGAN SISTEM KERAJAAN SORGA
Mula pertama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN yang telah menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus, sehingga kita boleh datang menghadap TUHAN lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian Roh, juga dirangkai dengan Hari Raya Pentakosta (hari pencurahan Roh El-Kudus). Kiranya malam ini, sesudah diteguhkan oleh Firman, secepatnya kita menundukkan kepala, tersungkur di hadapan takhta Allah, sujud menyembah di ujung kaki salib TUHAN. Jika TUHAN menyatakan kemurahan, beberapa diantara kita akan dipenuhkan oleh Roh Kudus, asal saja fokus mendengarkan Firman TUHAN, Orang yang tulus adalah orang yang diurapi.
Jadi, dalam mendengar Firman TUHAN harus dengan tulus, jangan ada trik-trik, jangan ada kemunafikan, jangan ada suara daging, jangan pura-pura mendengar tetapi pikiran melayang-layang; tidak ada kepenuhan di situ. Begitu tulus mendengar Firman TUHAN, secepatnya kita akan menangis di ujung kaki salib TUHAN. Sebab itu, kesempatan demi kesempatan jangan disia-siakan.
Dari tempat ini, dalam doa yang penuh harap kepada TUHAN, kiranya damai sejahtera memerintah di tengah-tengah perhimpunan Ibadah Raya Minggu malam ini untuk memberi damai sejahtera, serta sukacita dan bahagia saat kita duduk diam dekat kaki TUHAN, mendengarkan Sabda Allah.
Saya juga tidak lupa menyapa anak anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN, saudara/I, bapa/ibu yang terkasih, yang turut bergabung lewat online / live streaming / video internet, baik dari Youtube, maupun dari Facebook, atau media sosial lainnya yang dapat diakses. Kiranya TUHAN juga memberi damai sejahtera-Nya.
Marilah kita sambut Roh Kudus yang akan dicurahkan dengan ketulusan saat kita mendengarkan Firman TUHAN, manfaatkan kesempatan ini. Dua tahun kita gunakan dengan sebaik-baiknya. Namun, tetap berdoa dalam Roh, mohonlah kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing. Satu dengan yang lain saling membangun, jangan menghambat penyerahan orang lain, supaya Roh Kudus dipenuhkan. Gunakan kesempatan ini supaya ke depan imam-imam boleh melayani TUHAN dengan satu kegerakan yang luar biasa, mengingat kedatangan TUHAN sudah tidak lama lagi.
Selanjutnya, marilah kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman Penggembalaan Ibadah Raya Minggu dari…
Wahyu 19:6 Perikop: “Perjamuan kawin Anak Domba”
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.
Terdengar suara dari himpunan besar orang banyak, katanya: HALELUYA!
Haleluya adalah suara penyembahan. Penyembahan tersebut dikatakan;
Seperti desau air bah.
Seperti deru guruh yang hebat.
Pendeknya, penyembahan yang datang dari suara himpunan besar orang banyak adalah suatu penyembahan yang sangat besar, disebut juga dengan penyembahan akbar. Maka, di akhir zaman ini disebut juga petang hari, menjelang gelap malam, sudah seharusnya gereja TUHAN menjadi mezbah dupa yang besar. Sebab, bilamana gelap malam tiba, kita tidak akan bisa lagi menantikan pencurahan Roh Kudus, tidak ada lagi ksempatan mendapatkan meterai (huruf T) di dahi. Karena, pada saat puncak gelap malam tiba, di situ raja kegelapan / setan tritunggal itulah naga, antikris dan nabi-nabi palsu berkuasa. Jadi di situ tidak ada lagi pencurahan Roh Kudus, tidak ada lagi kesempatan dipenuhkan oleh kasih Allah, Roh Allah dan Firman Allah, karena korban sehari-hari telah disingkirkan pada masa itu.
Jadi, sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, di hari-hari terakhir ini disebut juga petang hari menjelang gelap malam, sudah seharusnya gereja TUHAN menjadi mezbah dupa yang besar sebagaimana dengan ayat referensi yang tertulis dalam Wahyu 8:3-4. Di situ dikatakan; “… Kepadanya diberikan banyak kemenyan..” banyak kemenyan berarti; mezbah dupa besar dari gereja TUHAN / himpunan orang banyak.
Kembali kita membaca..
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Ketika gereja TUHAN menjadi mezbah dupa besar (hidup dalam doa penyembahan yang besar), maka gereja TUHAN akan berada pada satu situasi yaitu; melihat TUHAN, sebagai Raja dan Mempelai Laki-Laki Sorga pada saat Ia datang kembali untuk yang kedua kalinya. Jadi, kalau ibadah kita tidak sampai kepada puncaknya itulah doa penyembahan, tidak akan melihat TUHAN datang kembali sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga -- kalau kita mengacu pada pola kerajaan Sorga, pola Tabernakel yang kita imani (yakini). Karena memang Yesus adalah Tabernakel sejati, kita juga Tabernakel kecil.
Singkat kata, melihat Yesus sebagai Imamat Rajani, sebab Mempelai Laki-Laki Sorga = suami = imam.
Imamat rajani artinya; melayani TUHAN dengan sistem kerajaan Sorga. Berarti, melayani bukan dengan sistem atau suasana dunia. Melayani dengan suasana dunia adalah pelayanan antikris.
Pelayanan dengan sistem dunia adalah; yang kuat menjadi raja atau pemimpin, sebagaiamna yang tertulis dalam Matius 20:25 -- Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka.
Tetapi, suasana dalam kerajaan Sorga tidaklah demikian,
Mari kita lihat pelayanan dalam suasana Sorga dalam…
Wahyu 5:10
(5:10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah sebagai raja di bumi."
Melayani dengan sistem kerajaan Sorga berarti; “memerintah sebagai raja di bumi”, berarti; ia tidak diperintah oleh dosa (bukan hamba dosa) = bebas / lepas dari daya tarik bumi (magnet bumi); tidak tertarik lagi dengan perkara di bawah, perkara-perkara lahiriah. Sebagaimana Kidung PPT yang diciptakaan oleh isteri saya (ibu gembala)…
Tiada yang kuingini di bumi ini, selain kasih Yesusku
Sungguh ku rasa damai di hati ku, s’bab kasih-Mu TUHANku
Inilah melayani dengan suasana Sorga, tidak diperintah dosa, bukan hamba dosa / lepas dari magnet bumi.
Roma 9:11-12
(9:11) Sebab waktu anak-anak itu belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat, -- supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan, bukan berdasarkan perbuatan, tetapi berdasarkan panggilan-Nya – (9:12) dikatakan kepada Ribka: "Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda,"
“Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda.”
Singkat kata...
ESAU adalah hamba dosa, tidak lepas dari daya tarik bumi (magnet bumi).
Itu sebabnya, kalau kita perhatikan Kejadian 25:27, setelah besar, Esau adalah…
Seorang yang pandai berburu daging.
Kemudian, seorang yang suka tinggal di padang.
Padang adalah gambaran dari dunia, antara lain;
Keinginan mata
Keinginan daging
Keangkuhan hidup
Dan segala sesuatu yang berasa dari dunia bukan berasal dari Bapa (1 Yohanes 2:16)
YAKUB adalah imamat rajani, tuan dari hamba = melayani dengan sistem / suasana kerajaan Sorga.
Saya rindu, roh gereja Yakub memenuhi (turun) atas setiap kehidupan kita malam ini, supaya kita datang menghadap TUHAN / beribadah kepada TUHAN dalam suasana Sorga.
Ciri-ciri pelayanan dengan sistem kerajaan Sorga (Kejadian 25:27);
YANG PERTAMA: Seorang yang tenang
Hal ini menunjukkan ibadah sudah berada pada tingkat yang tertinggi / puncak ibadah itulah doa penyembahan
Saya rindu supaya kita semua berada pada puncak ibadah (doa penyembahan), supaya kita dalam keadaan tenang. Kalau tenang, berpikir pun jernih, bertindak pun baik, hati juga tidak panas. Sekalipun ada ujian, cobaan, gelombang badai menerpa, kesulitan yang menghimpit, bila ibadah sudah memuncak sampai doa penyembahan; tidak bisa berubah, artinya tetap tenang.
Itulah sebabnya saya selalu menghimbau bapa/ibu, saudara/i supaya sungguh-sungguh tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sebab itu adalah satu syarat untuk membawa kita pada tingkat ibadah tertinggi (puncak ibadah) itulah doa penyembahan, tidak ada cara lain / sarana lain, percayalah dengan Pengajaran Mempelai.
Wahyu 8:1 – Perikop: “Meterai yang ketujuh”
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
Singkat kata, di sini dikatakan sunyi senyaplah di Sorga.
Hal ini berbicara soal penyembahan yang memberi satu ketenangan, disertai damai sejahtera serta bahagia tiada taranya.
Wahyu 8:2
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
Tugas dari malaikat sidang jemaat (gembala sidang); meniup sangkakala = menyampaikan Firman yang diurapi itulah Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan, ayat menjelaskan ayat sampai rahasianya dibukakan.
Malaikat sidang jemaat 🡪 gembala sidang / pemimpin sidang jemaat.
Sangkakala yang ditiup 🡪 Firman Allah yang disampaikan dengan benar dan murni, itulah Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
Ayat ini berbicara tentang puncak ibadah itulah doa penyembahan yang dipimpin oleh Imam Besar Agung, Ibadah tidak akan sampai kepada puncak ibadah kalau tidak dipimpin oleh Imam Besar Agung lewat ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok.
Inilah doa penyembahan; ada dalam suasana yang memberi satu ketenangan, damai sejahtera, serta bahagia yang tiada taranya. Tetapi, sekalipun kita ada di bumi, manakala ibadah sudah sampai pada puncaknya, kita juga akan mengalami suasana Sorga lewat doa penyembahan. Dalam doa penyembahan kita tenang, berpikir jernih, hati tidak panas, bertindak tidak dengan serampangan. Walaupun ada badai gelombang menerpa, ada ujian pencobaan itulah pergumulan yang sedang kita hadapi, bahkan kesulitan yang menghimpit pun kita tetap tenang bila ibadah kita sudah sampai kepada puncaknya itulah doa penyembahan. Ini yang TUHAN rindukan dari gereja Yakub di hari-hari terakhir ini.
Sesaat kita bandingkan suasana (sistem) dunia.
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
Sedangkan di bumi, satu kali akan terjadi suatu ledakan yang sangat dahsyat yaitu; bunyi guruh disertai dengan halilintar, berbicara soal keributan-keributan dan kekacauan-kekacauan.
Lihatlah sekarang ini banyak bunyi guruh disertai dengan halilintar, itulah keributan-keributan dan kekacauan-kekacauan. Bayangkan, yang asli saja bisa dikatakan palsu dan yang palsu dikatakan asli. Kebenaran dikatakan salah, yang salah dikatakan kebenaran, ini kan sudah dalam kacau balau saudara. Kalau yang salah jadi benar dan yang benar jadi salah maka yang terjadi adalah keributan, kekacauan dan hal itu sudah terjadi sekarang ini.
Zaman dahulu kala, ketika saya masih kecil, kekacauan sekarang ini jarang terjadi. Tetapi sekarang ini, yang asli menjadi palsu dan yang palsu menjadi asli, sehingga terjadi keributan dan kekacauan. Kenapa semua itu terjadi? Karena gereja melayani dengan sistem dunia; yang hebat dan yang kuat menjadi pemimpin. Akhirnya satu kali terjadi pelemparan api ke atas bumi sehingga ledakan-ledakan terjadi, keributan dan kekacauan terjadi, yang lebih heran lagi terjadi juga gempa bumi.
Pada tahun 2020 gempa bumi mengguncang seantero dunia, sehingga;
Politik dalam satu pemerintahan diguncang
Ekonomi dalam satu negara diguncang
Nikah-nikah juga diguncang hebat, sehingga tidak sedikit orang bercerai atas keputusan yang sesadar-sadarnya di KUA pada waktu itu.
Dan sekarang ini Covid-19 sudah masuk di Hongkong, Malaysia, Thailand dan sekarang sudah masuk ke Indonesia.
Saudara, sel-sel tubuh itulah anggota tubuh, semuanya harus dilumuri dengan darah Kristus supaya terlindungi dari Covid-19. Biarpun menggunakan obat ini dan itu, tidak bisa, kalau mati ya mati saja. Kita hidup oleh darah salib. Jadi kita perlu untuk ditutup bungkus / dilumuri dengan darah salib. Jadi, kita tidak boleh jauh dari tiga macam ibadah pokok sebab di situ ada korban yang harus kita persembahkan di atas mezbah termasuk korban berdarah-darah.
Di sini nampak suatu keadaan yang sangat kontradiksi.
Di Sorga penuh dengan ketenangan / damai sejahtera, itu dialami oleh mereka yang sudah berada pada puncak ibadah itulah doa penyembahan.
Tetapi pada akhirnya, gereja yang tidak sampai pada puncak ibadah; mengalami pelemparan api, mengalami suatu penderitaan yang hebat karena dunia ini akan mengalami kegoncangan, kekacauan, keributan-keributan. Siapa yang bisa menghadapi suasana seperti ini?
Itulah sebabnya kita harus datang beribadah dalam sistem atau suasana kerajaan Sorga, kemudian imam-imam melayani di tengahnya dalam suasana kerajaan Sorga, sama sekali tidak ada kaitannya dengan perkara daging / perkara lahiriah di bawah ini.
Mari kita lihat; gempa bumi mengacaubalaukan seantero dunia….
Yesaya 9:13-15
(9:13) Maka TUHAN mengerat dari Israel kepala dan ekor, batang dan ranting pada satu hari juga. (9:14) Tua-tua dan orang yang terpandang, itulah kepala, dan nabi yang mengajarkan dusta, itulah ekor. (9:15) Sebab orang-orang yang mengendalikan bangsa ini adalah penyesat, dan orang-orang yang dikendalikan mereka menjadi kacau.
Satu kali setan tritunggal menjadi raja atas seluruh dunia, sehingga dunia menjadi kacau balau, sebab setan tritunggal adalah penyesat -- pemimpin tetapi untuk menyesatkan -- mengendalikan dunia tetapi untuk menyesatkan. Ini adalah muara bila ibadah dan pelayanan dengan sistem kerajaan dunia dan ini akan terjadi.
Setan tritunggal adalah;
Naga, disebut juga dengan penghulu di udara yang gelap.
Antikris = kepala naga, itulah tua-tua dan orang-orang terpandang, pembesar-pembesar dunia ini.
Nabi-nabi palsu = ekor naga, menyeret sepertiga bintang di langit
Pendeknya, di bumi ada ledakan besar, terjadi keributan dan kekacauan tetapi di Sorga ada ketenangan dan damai sejahtera, satu keadaan yang sangat kontras sekali.
Ciri pelayanan dengan sistem kerajaan Sorga;
YANG KEDUA: Suka tinggal di kemah
Kemah = rumah TUHAN = Bait Roh Allah yang suci.
Minggu lalu sudah disinggung pembahasan ini tetapi tidak salah kita ulang lagi untuk melihat perkara yang lain.
Mazmur 84:11
(84:11) Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.
Lebih baik 1 hari di rumah TUHAN, dari pada 1000 hari di tempat lain
Tempat lain 🡪 kemah-kemah orang fasik
Mazmur 9:18
(9:18) Orang-orang fasik akan kembali ke dunia orang mati, ya, segala bangsa yang melupakan Allah.
Jadi, tanda orang berada di dunia orang mati; lupa TUHAN, lupa untuk tekun dalam tiga macam ibadah pokok, lupa menjadi satu kehidupan domba yang tergembala dalam satu kandang penggembalaan. Kenapa dia lupa? Karena berada di kemah-kemah orang fasik. Itu sebabnya Yakub berkata; lebih baik satu hari di rumah TUHAN dari pada seribu hari di tempat lain.
Saya berharap kiranya doa Imam Besar Agung tertuju langsung kepada keluarga GPT Betania; besar-kecil, tua-muda, laki-laki perempuan. Sehingga tidak ada satupun diantara kita berada di dunia orang mati, tidak satupun yang melupakan Allahnya, tidak lupa kepada Sang Khalik, Sang Pencipta, Allah semesta alam, Dia yang sudah mengerjakan penebusan dan pendamaian atas dosa. Dan oleh karena setetes darah salib, tiga macam ibadah pokok diserahkan kepada kita sebagai sarana untuk berada pada puncak ibadah itulah doa penyembahan -- untuk melihat TUHAN datang kali kedua sebagai raja dan Mempelai Laki-Laki Sorga, dengan lain kata melihat TUHAN sebagai Imamat Rajani.
Jadi, jangan kita ada di tempat lain, kemah orang fasik, lupa TUHAN, lupa kalau TUHAN sudah mengasihi dan selamatkan dia, lupa kalau TUHAN sudah memberikan kepada dia nafas hidup dan memberikan pekerjaan yang baik. Itulah yang dimaksud tempat lain, kemah orang fasik, dunia orang mati
Mazmur 10:3
(10:3) Karena orang fasik memuji-muji keinginan hatinya, dan orang yang loba mengutuki dan menista TUHAN.
Orang-orang fasik adalah;
Orang-orang yang memuji-muji keinginan hatinya
Artinya; bangga dengan keberhasilannya, kesuksesan, kejayaan di dunia ini meskipun dia jauh dari TUHAN.
Itu sebabnya saya, sebagai orangtua, bagaimanapun anak kami nanti, entah dia mau lanjut kuliah atau bekerja, itu urusannya. Yang pasti, saya harus tekankan, baik anak jasmani maupun anak rohani yang sudah saya lahirkan sendiri lewat baptisan; jangan jauh dari TUHAN, jangan bangga dengan keberhasilan tetapi jauh dari TUHAN, sebab itu adalah orang fasik yang memuji-muji keinginan hatinya. Saya tidak bermaksud menunjuk siapa-siapa, tetapi pengertian ini harus kita perhatikan.
Loba = serakah = tamak = tidak ada rasa cukup 🡪 orang yang selalu mengatakan "untukku dan untukku" tidak pernah berkata "untukku dan untukmu." Tetapi kalau domba yang diletakkan sebelah kanan dia tahu soal untukku dan untukmu dan dia juga memperhatikan salah seorang dari antara yang paling hina. Ketika domba yang di sebelah kanan itu melakukan sesuatu untuk salah seorang yang paling hina, TUHAN berkata; sama dengan melakukan untuk-Ku. Jadi, kalau kita domba yang tergembala tahu berkata; untukku dan untukMu TUHAN. Itu sebabnya, kita harus menjadi satu kehidupan yang tergembala.
Amsal 30:15-16
(30:15) Si lintah mempunyai dua anak perempuan: "Untukku!" dan "Untukku!" Ada tiga hal yang tak akan kenyang, ada empat hal yang tak pernah berkata: "Cukup!" (30:16) Dunia orang mati, dan rahim yang mandul, dan bumi yang tidak pernah puas dengan air, dan api yang tidak pernah berkata: "Cukup!"
Si lintah mempunyai dua anak perempuan, diberi nama; Untukku dan Untukku.
Jadi anak sulung bernama; “untukku” dan anak yang kedua juga sama; “untukku”.
Artinya; tidak mengerti untuk berbagi, disebutlah itu...
Dunia orang mati
Rahim yang mandul
Bumi yang tidak pernah puas dengan air
Api yang tidak pernah berkata cukup
Kita kembali lagi memperhatikan…
Mazmur 84:11
(84:11) Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik.
Kemah Yakub kaitannya dengan angka 1 dan angka 1000
Bila dikaitkan dengan peta zaman jelas menunjuk kepada hari ketujuh.
TUHAN bekerja selama 6 hari, hari ke-7 adalah hari perhentian. Dari zaman Adam sampai zaman sekarang = 6 hari, dengan rincian sebagai berikut…
Zaman Allah Bapa; dari Adam sampai Abraham = 2000 tahun pertama
Zaman Allah Anak; dari Abraham sampai Yesus menderita sengsara dan mati di atas kayus salib, hari ketiga bangkit, lalu naik ke Sorga = 2000 tahun kedua
Sesudah Yesus naik ke Sorga, Roh Kudus turun, itulah zaman Allah Roh Kudus = 2000 tahun ketiga
Hari ketujuh itulah kerajaan 1000 tahun damai -- inilah angka 1 dan angka 1000. Inilah yang menjadi muara tinggal di kemah.
Mari kita kaitkan kerajaan 1000 tahun damai…
Wahyu 20:4
(20:4) Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.
Saudara, orang-orang yang mati martir akan masuk pada kebangkitan yang pertama yaitu; kerajaan 1000 tahun damai. Oleh sebab itu, mari gunakan leher ini untuk menundukkan kepala, itu berbicara soal doa penyembahan, sebagai puncak ibadah, tidak ada cara lain.
Kemudian, kemah Allah Yakub bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada RUANGAN SUCI + RUANGAN MAHA SUCI. Di atas tadi saya sudah katakan…
2000 tahun pertama itu zaman Allah Bapa, dari zaman Adam sampai Abraham.
2000 tahun yang kedua itu zaman Anak Allah, dari zaman Abraham sampai Yesus menderita sengsara dan mati di kayu salib dan bangkit pada hari ketiga, 40 hari kemudian Dia naik ke Sorga
Sesudah itu, 10 hari kemudian murid-murid Yesus bersama dengan yang lainnya, jumlah mereka ada 120 orang, naik di loteng Yerusalem untuk menantikan pencurahan Roh Kudus, itulah 2000 tahun yang ketiga
Jadi, sudah seharusnya kita sekarang ini berada dalam kegerakan Roh Kudus.
2000 tahun yang ketiga bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada Ruangan Suci.
Ukuran Ruangan Suci, panjangnya 20 hasta, tingginya 10 hasta, lebarnya 10 hasta, seluruhnya 2000 hasta. Ini 2000 tahun yang ketiga, inilah kemah Allah Yakub. Tetapi kemah Allah Yakub masih lanjut sampai kepada hari ke-7, itulah hari perhentian = kerajaan 1000 tahun damai. Bila dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel terkena kepada Ruangan Maha Suci, karena ukuran Ruangan Maha Suci panjangnya 10 hasta, lebarnya 10 hasta, tingginya 10 hasta -- 10 x 10 x 10 = 1000 hasta. Inilah kemah Allah Yakub, darimana kita tahu ini kalau tidak menggunakan pola Tabernakel? Bagaimana mungkin dengan pengertian seperti ini kita berubah pikiran dan tinggalkan Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel?
Jadi, sekali lagi saya tandaskan, kemah Allah Yakub dimulai dari 2000 tahun yang ketiga itulah…
Ruangan Suci berarti tekun dalam tiga macam ibadah pokok.
Sampai kepada Ruangan Maha Suci, kerajaan 1000 tahun damai.
Selanjutnya, pada Ruangan Maha Suci, terdapat 1 alat yang terutama dari semua alat yang ada di dalam Tabernakel, itulah TABUT PERJANJIAN, inilah sasaran dari tiga macam ibadah pokok.
Tabut perjanjian terdiri dari;
Tabut / peti 🡪 gereja TUHAN yang sempurna / sidang mempelai wanita TUHAN / milik kepunyaan Allah sendiri
Tutupan grafirat dengan 2 kerub di atasnya 🡪 Allah Trinitas yaitu; TUHAN Yesus, Kristus, Mempelai Pria Sorga.
Kemudian, keduanya yakni; tabut dan tutup sudah menjadi satu, disebutlah itu nikah suci, sebab kualitas rohani dari mempelai perempuan sudah sederajat dengan kualitas rohani dari Mempelai Laki-laki Sorga
Saya buktikan hal itu dalam…
Keluaran 25:10-11 --- Perikop: “Mengenai Tabut Perjanjian”
(25:10) "Haruslah mereka membuat tabut dari kayu penaga, dua setengah hasta panjangnya, satu setengah hasta lebarnya dan satu setengah hasta tingginya. (25:11) Haruslah engkau menyalutnya dengan emas murni; dari dalam dan dari luar engkau harus menyalutnya dan di atasnya harus kaubuat bingkai emas sekelilingnya.
Tabut perjanjian terbuat dari kayu penaga 🡪 sifat manusia daging, tetapi sifat manusia daging ini sudah disalut / dilapisi / ditutup bungkus dengan emas murni dari dalam dan bagian luar.
Emas murni 🡪 kemuliaan, kesucian Roh Kudus.
Singkat kata, tabiat Ilahi sudah membungkus tabiat daging, sehingga tabiat daging tidak nampak lagi. Itu berarti; kualitas rohani dari mempelai perempuan sudah sederajat dengan kualitas rohani dari Mempelai Laki-Laki Sorga -- tidak ada yang mustahil bagi yang percaya.
Jangan berkata; Pengajaran Mempelai terlalu dalam, terlalu menyentuh hati, terlalu mengusik hubungan nikah, memang harus seperti itu, supaya kualitas rohani sederajat dengan kualitas Mempelai Laki-Laki Sorga, karena tidak ada yang mustahil, yang tidak ada menjadi ada.
Jangan berkata juga; aku ini orang berdosa TUHAN, bagaimana mungkin orang berdosa seperti aku ini menjadi orang yang benar, apalagi suci dan sempurna, itu adalah perkataan dari manusia dan penghakiman dari setan. Tetapi, kalau TUHAN berkata, maka perkataan-Nya itu jadi dan berkuasa mengubahkan, selanjutnya membawa kita masuk dalam kegerakan yang besar lewat Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, itulah pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, disebutlah itu mempelai TUHAN. Tidak ada yang mustahil, asal kita mau dengan rendah hati menerima Firman Pengajaran Mempelai dalam terang Tabernakel, supaya kita dimempelaikan oleh TUHAN. Kita lihat persamaan dari ayat ini dalam Wahyu 21:10-11.
Izinkah pembacaan dari…
Wahyu 21:9 -- Perikop: “Yerusalem yang baru”
(21:9) Maka datanglah seorang dari ketujuh malaikat yang memegang ketujuh cawan, yang penuh dengan ketujuh malapetaka terakhir itu, lalu ia berkata kepadaku, katanya: "Marilah ke sini, aku akan menunjukkan kepadamu pengantin perempuan, mempelai Anak Domba."
Ayat ini berbicara soal pengantin perempuan Mempelai Anak Domba, milik kepunyaan Allah.
Wahyu 21:10-11
(21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. (21:11) Kota itu penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal.
Di sini kita melihat, mempelai perempuan bercahaya kemuliaan Allah, berarti kualitas rohaninya sama (sederajat) dengan kualitas rohani dari Mempelai Pria Sorga. Jadi Keluaran 25:10-11 = Wahyu 21:10-11.
Cahaya dari mempelai perempuan TUHAN disebutkan permata yang paling indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Kristal = transparan = tidak ada yang ditutupi, dengan lain kata bagian luar sama dengan bagian dalam.
Inilah yang dimaksud dengan imamat rajani, melayani dengan sistem kerajaan Sorga, persis seperti Yakub. Yakub bukan hamba, tetapi tuan dari hamba dengan ciri;
Tenang
Suka tinggal di kemah
Dan hal itu sudah kita bahas bersama-sama.
Kita kembali membaca…
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Kalau sudah menjadi mezbah dupa besar, kita akan melihat Dia sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga, singkatnya melihat Dia sebagai Imamat Rajani. Kalau kita melihat Dia sebagai Imamat Rajani, itu berarti; pengantin-Nya (kita) telah siap sedia.
Pendeknya, untuk menanti-nantikan TUHAN sebagai Imamat Rajani kita juga harus menjadi imamat rajani -- kualitas rohani sama disebutlah itu pasangan seimbang.
Terkait dengan menanti-nantikan TUHAN sebagai imamat rajani…
Filipi 3:20-21 – Perikop: “Nasihat-nasihat kepada jemaat”
(3:20) Karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamat, (3:21) yang akan mengubah tubuh kita yang hina ini, sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia, menurut kuasa-Nya yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada diri-Nya.
Inti dari ayat ini adalah untuk menantikan TUHAN sebagai Imamat Rajani, maka kita juga harus sama seperti Dia yaitu; menjadi imamat rajani -- karena kewargaan kita adalah di dalam sorga, dan dari situ juga kita menantikan Tuhan Yesus Kristus. TUHAN datang sebagai imamat rajani, maka kita datang juga sebagai imamat rajani.
Jadi, kalau hari ini TUHAN menyatakan nasihat Firman kepada sidang jemaat GPT Betania Serang & Cilegon dan juga anda yang mengikuti secara online, kita semua harus meningkat / diubahkan menjadi imamat rajani. Jadi semua kita harus menjadi imamat rajani, tidak bisa tidak. Mungkin tidak bisa menjadi pemimpin pujian atau menjadi pemain musik, tetapi penerima tamu atau bagian dari zangkoor, itu juga imamat rajani, dari situ kita menanti-nantikan TUHAN.
Jangan lagi ikuti metode / cara-cara lain untuk menantikan TUHAN. Hati saya diteguhkan oleh TUHAN untuk menyampaikan hal ini dan semoga kiranya hati semua diteguhkan oleh nasihat Firman pada malam ini. Dari tekun tiga macam atau disebut dengan domba yang tergembala, kemudian meningkat / diubahkan menjadi imamat rajani = dari manusia daging yang dahulu terikat dengan perkara daging sekarang lepas menjadi manusia rohani, di situlah kita menantikan TUHAN, bukan di tempat lain.
Saya sampaikan lebih tandas lagi dalam…
Yesaya 25:9 – Perikop: “Keselamatan bagi bangsa-bangsa di Sion” -- Pada waktu itu orang akan berkata: "Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan. Inilah TUHAN yang kita nanti-nantikan; marilah kita bersorak-sorak dan bersukacita oleh karena keselamatan yang diadakan-Nya!"
Himpunan besar orang besar juga berkata demikian dalam Wahyu 19:7 -- Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
Itulah arti dari pengantin-Nya telah siap sedia, dia menanti-nantikan TUHAN sebagai imamat rajani dalam keadaan sebagai imamat rajani.
Sekali lagi saya tandaskan, untuk menantikan imamat rajani, kita harus menjadi imamat rajani, di situ kita menantikannya.
Oleh sebab itu, yang sudah menjadi imam harus bersyukur dan berterimakasih kepada TUHAN. Yang belum jadi imam tetapi sudah tekun tiga macam ibadah; lanjutkan, sebab di situ kita menantikan TUHAN sebagai Imamat Rajani, tidak ada cara lain (tidak ditempat lain).
Sebagai tambahan (suplemen)…
Roma 14:17
(14:17) Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.
Melayani dengan sistem kerajaan Sorga, sama sekali tidak ada kaitannya dengan apa yang dimakan dan diminum, Jadi, kalau seorang hamba TUHAN melayani untuk mencari nafkah, itu pelayanan yang keliru. Kalau melayani untuk mencari kantung kolekte / persembahan, itu keliru. Kumpulin orang banyak supaya banyak terima perpuluhan dan persembahan, itu bukan melayani sesuai dengan sistem kerajaan Sorga. Ada lagi ruginya kalau hanya mengumpulkan orang kaya; tidak berani menyampaikan Firman Allah yang benar dan murni itulah Pengajaran salib.
Pelayanan dengan sistem kerajaan Sorga, terkait dengan 3 (tiga) hal;
Kebenaran 🡪 pribadi Yesus sebagai Anak Allah juga Firman Allah
Damai sejahtera 🡪 penyembahan, terkait dengan kasih Allah Bapa
Sukacita oleh Roh Kudus
Jadi, melayani dengan sistem kerajaan Sorga sama sekali tidak ada kaitannya dengan makan, minum, mencari nafkah dan penghidupan, serta perkara lahiriah lainnya.
Roma 14:18
(14:18) Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.
Melayani dengan sistem kerajaan Allah;
Berkenan dihadapan Allah
Dihormati manusia
Walaupun kita tidak mencari penghormatan dan pujian dari manusia (mata yang melihat), tetapi itu otomatis akan dihormati manusia. Justru, kalau kita mencari puji-pujian dari mata manusia yang terjadi adalah kebalikannya; diukur / dijengkali oleh orang itu.
Jadi, kalau melayani, layanilah TUHAN dengan sungguh-sungguh, jadilah hamba TUHAN yang takut kepada TUHAN.
Kalau bekerja baik di rumah, di tengah ibadah dan pelayanan jangan untuk dilihat, selesaikan kerjaan walau tidak dilihat orang. Kalau sudah selesai kerja duduk, jangan malu, karena kerjaan sudah selesai. Jangan sibuk-sibuk saat mata manusia melihat. Kalau pernah ada yang seperti itu, jangan ulangi lagi. Hamba TUHAN takut akan TUHAN, tidak berani berbuat sesuatu di tempat yang tersembunyi.
Roma 14:19
(14:19) Sebab itu marilah kita mengejar apa yang mendatangkan damai sejahtera dan yang berguna untuk saling membangun.
Pekerjaan dari imamat rajani adalah membangun, artinya; membawa gereja TUHAN masuk dalam kegerakan yang besar itulah pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, yakni; menjadi mempelai TUHAN. Inilah adalah mega proyek Allah dan kita harus tahu dan ada di dalam mega proyek Allah yang besar ini.
Rumah yang dibangun tentu harus dibangun di atas batu penjuru, sehingga sanggup menghadapi 3 (tiga) jenis ujian;
Turunlah hujan, ujian yang datang dari atas itulah tipu daya muslihat dari naga merah padam.
Datanglah banjir, ujian yang datang dari antikris (kenajisan percabulan).
Angin melanda rumah itu 🡪 angin-angin pengajaran palsu yang datang dari nabi-nabi palsu.
Tetapi rumah itu tidak rubuh karena dibangun di atas korban Kristus.
Jadi, tugas dari imamat rajani adalah membangun, lalu rumah itu dibangun di atas batu (korban Kristus).
Kita lihat dalam wujud yang lain dalam…
Efesus 2:20-21
(2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.
Rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus.
Melayani TUHAN rapih tersusun, beribadah rapih tersusun, bahkan cara duduk diam mendengarkan Firman TUHAN pun rapih tersusun; kakinya tidak diangkat-angkat atau dipersilangkan, tidak main handphone. Kalau bicara juga harus rapih tersusun, jangan seenaknya. Supaya nanti, di dalam ketulusan, kebenaran, kemurnian, di situ Roh Kudus nanti dicurahkan. Biarlah kita semua menjadi bangunan (rumah TUHAN) yang dipenuhkan Roh Kudus, dimulai dari rapih tersusun. Melayani rapih tersusun, tekun tiga macam ibadah pokok rapih tersusun, berbicara, bertindak juga rapih tersusun, berpakaian juga rapih tersusun.
Mari kita lihat kelanjutannya…
Efesus 2:22
(2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.
Bangunan itu menjadi rumah Allah / kediaman Allah di dalam Roh Kudus, dengan lain kata; tempat Roh Allah beraktifitas.
Malam ini kita sedang menantikan pencurahan Roh Kudus, biarlah kita menjadi bangunan yang rapih tersusun. di situ Roh TUHAN dicurahkan, karena kita tulus melayani TUHAN dan hidup kita ini menjadi tempatnya Roh Allah berdiam dan beraktifitas.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment