KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, March 20, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 16 MARET 2021


 
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 16 MARET 2021
 
KITAB KOLOSE
(Seri: 135)
 
Subtema: TURUN DARI YERUSALEM KE YERIKHO
 
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita malam ini.
Saya tidak lupa saya menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, baik di dalam negeri (di tanah air), maupun di luar negeri (mancanegara) di tiap-tiap negara.
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya firman TUHAN yang dibukakan rahasianya betul-betul berkuasa dalam kehidupan kita; firman itu dimeteraikan dalam loh daging, ditukik dalam hati kita, tanda bahwa kita senantiasa menikmati pelayanan Roh, pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, bukan pelayanan tubuh atau pelayan-pelayan dari suatu perjanjian yang lama, bagaikan huruf yang ditulis pada loh-loh batu, tetapi itu mematikan, namun biarlah kiranya kita menikmati pelayanan Roh, pelayan-pelayan dari suatu perjanjian baru, untuk selanjutnya betul-betul membawa hidup kita rendah di kaki salib TUHAN, tersungkur di hadapan takhta TUHAN, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham Ishak Yakub, Allah Israel yang berdaulat atas kehidupan kita, Dia Pribadi di dalam kekekalan.
 
Segera kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus Kepada jemaat di Kolose 3, dan kita masih berada pada ayat 19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang benar dan suci ini harus diterima sepenuhnya oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hati, sekalipun memang seorang suami adalah kepala atau pun pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya.
 
Kemudian, kita akan melihat lebih rinci tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, pada suratan yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 5, dengan perikop: “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri”.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana: Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Ddi dalam hal mengasihi isterinya, seorang suami ditandai dengan dua hal:
YANG PERTAMA pada ayat 25-27: Seorang suami mengasihi isterinya, sama seperti Kristus mengasihi jemaat, dan telah menyerahkan diri-Nya bagi jemaat. Ini jelas berbicara tentang pengorbanan.
Tujuannya adalah untuk menguduskan sidang jemaat, sesudah disucikan atau dimandikan dengan air dan firman. Jadi, pengorbanan TUHAN Yesus Kristus, bertujuan untuk menguduskan sidang jemaat, sesudah disucikan atau dimandikan dengan air dan firman yang limpah, sehingga dengan demikian; Kristus menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, pendeknya; supaya jemaat kudus dan tidak bercela. Hal yang pertama ini sudah kita bahas pada waktu yang lampau.
 
YANG KEDUA, pada ayat 28-29: Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri.
Mulai dari sejak sekarang, sebelum masuk dalam nikah, pemuda-pemudi hendaknya belajar untuk mengasihi dirinya sendiri, sehingga dengan demikian, ketika seorang pemuda atau pemudi masuk dalam nikah, dia dimampukan oleh TUHAN untuk mengasihi isterinya, karena barangsiapa mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Hal ini harus diingat; jangan lupa.
 
Jadi, siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri. Mengapa demikian? Untuk mengetahui jawabannya akan kita temukan pada ayat 31.
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota. Sebab, pada ayat 31 ini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Jelas hal ini berbicara tentang salib di Golgota.
Sebab, Yesus Kristus, Anak Allah, telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya sendiri, antara lain:
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
-          Ia juga telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya. 
Hal itu dituliskan dengan jelas di dalam Filipi 2:5-7, dengan satu tujuan yang mulia; supaya Kristus, yang adalah Kepala, secepatnya menyatu dengan sidang jemaat, yang adalah tubuh-Nya sendiri.
 
Jadi, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya, lalu bersatu dengan isterinya; itu berbicara tentang salib di Golgota. Sebab, Yesus Kristus sendiri telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, lalu turun ke dunia, mati di kayu salib, supaya secepatnya menyatu dengan sidang jemaat sebagai tubuh-Nya. Kristus -- yang adalah Kepala – dipersatukan dengan sidang jemaat -- yang adalah tubuh-Nya -- oleh karena salib di Golgota.
Jadi, kesatuan itu hanya dikerjakan oleh darah salib Kristus. Tidak mungkin terjalin kesatuan antara tubuh dengan Kepala, kalau Yesus Kristus tidak mengerjakan Penebusan itu di atas kayu salib.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya ialah mengasuh dan merawati isterinya, sama seperti Kristus terhadap sidang jemaat-Nya.
 
Hal yang senada tentang mengasuh dan merawati, dapat kita temukan kembali di dalam surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Tesalonika.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika, sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
Ibu à Gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN. Adapun tugas dari seorang gembala sidang adalah:
1.      Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.      Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Jadi, seorang gembala yang bertanggung jawab di hadapan TUHAN adalah seorang gembala sidang yang mau mengasuh dan merawati sidang jemaat yang TUHAN percayakan.
 
Malam ini kita kembali untuk memperhatikan penjelasan tentang: MERAWATI.
Pendeknya: Selain mengasuh, seorang ibu (gembala sidang) juga harus bertanggung jawab di dalam hal merawati sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya.
 
SEBAGAI CONTOH.
Lukas 10:30-34
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (10:31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (10:32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
 
Dari pembacaan Lukas 10:30-34, di sini kita melihat: Ada seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho. Namun akhirnya, ia pun jatuh ke tangan penyamun-penyamun, sehingga;
-          Ia dirampok habis-habisan.
-          Lalu dipukuli dan ditinggalkan dalam keadaan setengah mati.
Tetapi oleh karena kemurahan hati TUHAN, akhirnya orang itu pun ditemukan oleh seorang Samaria yang murah hati, lalu dibawa ke penginapan dan di situ ia dirawat dengan baik.
 
Pertama-tama yang harus kita soroti dari peristiwa ini ialah “turun dari Yerusalem ke Yerikho”.
Jelas, ini berbicara tentang; orang yang meninggalkan ibadah dan pelayanannya hanya karena perkara lahiriah.
Sebenarnya, banyak umat TUHAN, bahkan hamba TUHAN sekalipun, telah meninggalkan Yerusalem atau turun dari ibadah pelayanan hanya karena perkara lahiriah, sekalipun ia masih berada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan itu sendiri. Jadi, sebenarnya kerohaniannya sudah menurun.
Sekalipun umat TUHAN atau hamba TUHAN berada di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi kalau lebih mengutamakan perkara lahiriah dari pada ibadah dan pelayanan, mengutamakan perkara lahiriah dari pada TUHAN, itu sama dengan; kerohaniannya sedang turun, sama seperti seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho.
 
Jadi, kalau meninggalkan ibadah hanya karena perkara lahiriah, itu sama dengan seperti seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; kerohaniannya sedang menurun, bahkan merosot.
 
Untuk mengetahui KEBENARANNYA, mari kita lihat referensi ayat-ayat Firman TUHAN, yang diawali dari Galatia 4:1, dengan perikop: “Tak ada lagi perhambaan”.
Galatia 4:1
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu;
 
Selama seorang ahli waris belum akil balig, belum dewasa dan belum meninggalkan sifat kanak-kanak, maka ia sama dengan  seorang hamba.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan Galatia 4:21,26 dengan perikop: “Hagar dan Sara”.
Galatia 4:21,26
(4:21) Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? (4:26) Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.
 
Yerusalem sorgawi adalah perempuan atau gereja TUHAN yang merdeka, sebab ia tidak hidup di dalam perhambaan, dengan lain kata; ia bukan budak (hamba) dosa. Kemudian, ia tidak hidup di bawah hukum Taurat, berarti; tidak menjalankan ibadahnya secara Taurat, tidak menjalankan ibadahnya secara lahiriah.
 
Ibadah Taurat atau ibadah lahiriah itu, misalnya; tubuhnya ada di tengah ibadah, tetapi hatinya jauh dari pemberitaan firman. Misalnya; mulutnya memuliakan TUHAN, tetapi hatinya menolak firman TUHAN, itu adalah ibadah Taurat.
Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan atau gereja TUHAN yang merdeka, sebab ia tidak hidup dalam perhambaan, ia bukan budak dosa, baik dosa kejahatan maupun dosa kenajisan. Dia bukan hamba dosa, dia adalah perempuan merdeka, itulah Yerusalem. Kemudian, ia tidak hidup di bawah hukum Taurat, tidak menjalankan ibadahnya secara Taurat, secara lahiriah; itulah Yerusalem sorgawi.
 
Selanjutnya, mari kita lihat ayat berikutnya, lebih rinci di dalam Wahyu 21.
Wahyu 21:2,10
(21:2) Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya. (21:10) Lalu, di dalam roh ia membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah.
 
Yerusalem yang baru disebut juga dengan Yerusalem sorgawi, adalah gambaran dari pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, itulah kota kudus, kota Allah yang hidup, gunung yang besar lagi tinggi.
 
Lebih dirincikan lagi dalam Ibrani 12.
Ibrani 12:22
(12:22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,
 
Singkatnya: Kota kudus, kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi, itulah Bukit Sion, gunung yang besar lagi tinggi.
 
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
Anak Domba berdiri di bukit Sion bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan sebagai inti dari mempelai TUHAN, buah sulung dari mempelai TUHAN.
Jadi, mempelai TUHAN itu adalah gunung Sion, gunung yang besar dan tinggi.
 
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
Kemudian, di sini kita perhatikan: Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu, selain dari pada 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah ditebus itu.
Nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari oleh orang lain à Doa penyembahan yang disertai dengan bahasa lidah -- atau bahasa Roh, disebut juga logat ganjil --.
Berarti, di sini kita melihat; ada suatu persekutuan yang baik dan indah dengan TUHAN. Persekutuan yang indah itu disebut juga dengan hubungan intim atau hubungan dalam nikah yang suci antara Kristus -- sebagai Mempelai Laki-Laki -- dengan jemaat -- sebagai mempelai perempuan -- berdasarkan kasih.
 
Pendeknya: Doa penyembahan adalah gunung Sion, Yerusalem baru, gunung yang besar lagi tinggi, itulah puncak ibadah.
Jadi, kalau TUHAN menuntun kita dengan tongkat kebenaran (tongkat kerajaan) sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, tentu saja kita patut bersyukur kepada TUHAN. Karena, kalau kerohanian kita dibawa sampai kepada gunung Sion, hidup di dalam doa penyembahan, berarti kita sudah berada pada suatu kedudukan yang sangat tinggi. 
Maka, kalau seseorang menyadari betul bahwa dia berada di atas gunung Sion, hidup di dalam doa penyembahan, berada pada puncak ibadah, suatu kedudukan yang sangat tinggi, lalu pada akhirnya dia harus tinggalkan gunung Sion, dia tinggalkan Yerusalem, dia adalah orang yang paling bodoh. Sebab ketika dia tinggalkan gunung Sion, dia tinggalkan kota Yerusalem Baru, tentu saja dia akan jatuh ke tangan penyamun-penyamun.
 
Berlakulah bijaksana. Jangan bodoh seperti seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; dia tidak menyadari bahwa TUHAN dengan tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) sudah menuntun ibadahnya sampai kepada puncaknya, itulah doa penyembahan, suatu kedudukan yang sangat tinggi.
Kalau ia menyadari akan hal itu, tentu ucapan syukur akan keluar dari mulut yang didorong dari hati yang tulus akan kita ucapkan kepada TUHAN, “Terima kasih TUHAN, terima kasih TUHAN. Syukur, syukur.” Pasti limpah syukur dari mulut ini, kalau menyadari bahwasanya ia ada di atas gunung Sion.
Tetapi, karena dia menganggap enteng Yerusalem, dia menganggap enteng gunung Sion, dia menganggap enteng doa penyembahan, dia menganggap enteng hubungan intim, dia menganggap enteng nikah yang suci, akhirnya dia turun dari ibadah pelayanan hanya karena segala sesuatu keindahan-keindahan yang ada di Yerikho. Tetapi kita tidaklah sama seperti itu, karena kita mau berlaku bijaksana.
 
Ayub 39:30-31
(39:30) Atas perintahmukah rajawali terbang membubung, dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi? (39:31) Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
 
Atas perintahmukah rajawali terbang membubung ... Kalau kita berada di tempat yang tinggi, itu bukan karena kekuatan kita, melainkan karena kemurahan hati TUHAN; sebab tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) yang memimpin (menuntun) kita sampai kepada Kekekalan, tempat yang tinggi, dan itu adalah kemurahan.
Tiada seorang pun yang berada pada puncak ibadah, kalau bukan karena tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) yang menuntun dia.
 
Kemudian, di sini kita perhatikan: ... Dan membuat sarangnya di tempat yang tinggi?
Rajawali membuat sarangnya di tempat yang tinggi. Jelas, ini berbicara tentang; doa penyembahan.
 
Ia diam dan bersarang di bukit batu, di puncak bukit batu dan di gunung yang sulit didatangi.
Singkatnya: Gunung yang besar lagi tinggi, gunung Sion, doa penyembahan adalah tempat yang tinggi, atau puncak bukit batu yang sangat sulit didatangi oleh Setan Tri Tunggalnya, termasuk antikris, yaitu penyamun-penyamun.
Jadi, jangan anggap enteng, kalau saudara sudah dituntun oleh tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) untuk dibawa sampai kepada gunung Sion, Yerusalem yang baru, Yerusalem sorgawi, kota kudus, kota Allah yang hidup. Jangan anggap enteng.
 
Sekarang, kita akan memperhatikan Mazmur 124, dengan perikop: “Terpujilah Penolong Israel” Tentu, pemazmur ini mempunyai alasan, mempunyai dasar untuk mengatakan itu. Berarti, dia sudah merasakan pertolongan TUHAN tentunya.
Mazmur 124:6
(124:6) Terpujilah TUHAN yang tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka!
 
Terpujilah TUHAN, karena TUHAN telah menuntun kita dengan tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, sehingga kita tidak jatuh ke tangan penyamun-penyamun, tidak jatuh ke tangan antikris, yang digambarkan seperti binatang buas dengan gigi besar dari besi yang sanggup meremukkan dan melahap. Terpujilah Allah Israel.
 
Mazmur 124:7
(124:7) Jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung; jerat itu telah putus, dan kita pun terluput!
 
Kehidupan yang sudah berada pada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, sudah berada di atas gunung Sion -- Yerusalem Baru, itulah mempelai perempuan TUHAN --, maka kepadanya diberikan sayap burung nasar yang besar, sehingga terlepas dari masa aniaya antikris, maka disebutlah itu jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung.
Tetapi orang bijaksana sangat menghargai dan menghormati segala kemurahan dan pertolongan TUHAN. Tentu saja kita menolak untuk jatuh ke tangan penyamun-penyamun, bukan?
 
Ibrani 12:22
(12:22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah,
 
Kamu sudah datang ke Bukit Sion, disebut juga kota kudus, kota Allah yang hidup, disebut juga Yerusalem sorgawi.
 
Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat.
Dan kepada beribu-ribu malaikat, artinya; di atas gunung Sion ada perlindungan, di atas gunung Sion ada pembelaan TUHAN, ada pertolongan dari TUHAN, kalau kita mengacu pada Ibrani 1:7, yang berkata: tentang malaikat-malaikat Ia berkata: "Yang membuat malaikat-malaikat-Nya menjadi badai dan pelayan-pelayan-Nya menjadi nyala api."
Kalau ibadah kita sudah memuncak sampai doa penyembahan, berada di atas gunung yang besar lagi tinggi, maka segera saja TUHAN perintahkan para malaikat-malaikat-Nya untuk menjaga, melindungi, menolong, membela kehidupan kita masing-masing. Berdoa kepada TUHAN dan memohon, supaya TUHAN kirimkan Roh TUHAN, dan supaya TUHAN perintahkan malaikat-Nya untuk menjaga tahbisan kita masing-masing.
 
Kiranya hal ini bisa kita tangkap dan pahami betul. Sadarilah, TUHAN sedang menyatakan kemurahan yang heran kepada kita masing-masing. Ibadah ini bukan ibadah ecek-ecek segampang ibadah Taurat; tidak.
 
Sekarang, kita bandingkan kembali dengan Injil Lukas 10.
Lukas 10:30
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
 
Ketika kerohanian umat TUHAN dan juga hamba TUHAN turun hanya karena perkara lahiriah, dapat dipastikan, ia akan jatuh ke tangan penyamun-penyamun, dia jatuh ke tangan antikris. Saya yakin mengatakan itu.
Oleh sebab itu, tidak boleh bermain-main lagi. Jangan menganggap enteng ibadah ini, supaya hidup kita ke depan tidak dientengkan oleh TUHAN.
 
Ada 3 (tiga) hal yang terjadi apabila jatuh ke tangan penyamun-penyamun (antikris), YANG PERTAMA: Hartanya dirampok habis-habisan.
Banyak harta yang telah kita terima dari TUHAN;

-          Ada harta dalam bejana tanah liat, artinya; membawa kematian dalam tubuh ini, sehingga kita memperoleh kekuatan yang berlimpah-limpah dari Allah. Sekalipun dihempaskan, namun tidak terjepit; habis akal, namun tidak putus asa. Itu juga adalah harta rohani.

-          Ada juga harta yang lain, itulah karunia-karunia dari Roh Kudus.

-          Lalu, jabatan-jabatan yang TUHAN percayakan. Itu semua adalah harta rohani.

-          Anting-anting di telinga à Kehidupan yang dengar-dengaran. Itu adalah harta rohani.

-          Jubah yang maha indah.

-          Firman Allah, Roh Allah, Kasih Allah, itu juga merupakan harta rohani.

Semua itu merupakan harta rohani yang sangat berarti dan berharga.
 
Tetapi, kalau kerohanian itu turun, meninggalkan ibadah dan pelayanan, turun rohani hanya karena perkara lahiriah, maka sudah pasti ia jatuh ke dalam tangan penyamun-penyamun, sehingga segala harta yang dia miliki akan dirampas habis oleh penyamun.
Kalau seorang hamba TUHAN melayani tanpa tahbisan, maka jelas pemakaian TUHAN tidak nyata dalam hidupnya. Kalau seorang hamba TUHAN mendukakan Roh Kudus, sampai akhirnya menghujat Roh Kudus, sudah pasti pemakaian TUHAN tidak nyata terhadap hamba TUHAN semacam ini. Maka, apa artinya melayani tanpa harta rohani?
 
TUHAN Yesus Kristus adalah hamba TUHAN yang diurapi dan diutus untuk merawat orang yang remuk hati; dari sorga Dia turun ke bumi, bagaikan kapal di tengah lautan yang sedang berlayar mengarungi lautan bebas, menghadapi ombak, badai, angin besar, Dia sedang mencari pelabuhan hati kita masing-masing. Sebab, Ia bagaikan kapal yang di dalamnya bermuatan harta yang berharga dari sorga untuk selanjutnya dipindahkan ke dalam hati kita masing-masing.
Tetapi kalau kita menganggap kecil gunung Sion, tidak menghargai kemurahan TUHAN hanya karena perkara lahiriah, maka ia akan kehilangan harta yang paling berharga.
 
Tetapi lihatlah Daniel; sekalipun ada peraturan di mana tiada satu orangpun yang dapat menyampaikan permohonan kepada siapapun, baik kepada dewa, maupun kepada Allahnya dalam satu bulan, kecuali kepada raja Darius, maka dia akan secepatnya dilemparkan ke dalam gua singa. Tetapi sekalipun Daniel telah mendengarkan peraturan itu dikeluarkan, dia segera kembali ke rumahnya; dia naik ke loteng dan masuk ke dalam kamar, di situlah dia menyembah Allah yang hidup, seperti yang biasa dia lakukan. Di dalam kamar-kamar hatinya, dia mengisi harta yang berharga dan menarik, itulah doa penyembahan.
Tetapi kalau meninggalkan TUHAN hanya karena perkara lahiriah, sama seperti seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, dia akan jatuh ke tangan penyamun dan harta yang berharga akan dirampok habis-habisan; lupa menyembah TUHAN.
 
Tetapi lihatlah pembelaan TUHAN kepada Daniel saat ia dilemparkan ke gua singa; TUHAN kirimkan malaikat-Nya bagaikan badai, pelayan-pelayan-Nya bagaikan nyala api, mengatupkan mulut dari singa-singa itu. Lalu di pagi hari, Raja Darius bertanya: “Daniel, hamba Allah yang hidup, Allahmu yang kausembah dengan tekun, telah sanggupkah Ia melepaskan engkau dari singa-singa itu?” Daniel menjawab: “Ya raja, kekallah hidupmu! ... ternyata aku tak bersalah di hadapan-Nya; tetapi juga terhadap tuanku, ya raja, aku tidak melakukan kejahatan.
 
Ingat: Suatu kali nanti, dunia ini akan menjadi gua singa atas seizin TUHAN, antikris akan berkuasa selama 3.5 (tiga setengah) tahun.  Tetapi kalau kamar-kamar hati ini diisi dengan harta yang berharga dan menarik, itulah doa penyembahan, maka sekalipun dunia ini kelak sama seperti gua singa, tetapi TUHAN tolong kita, sehingga;
-          Tidak berdosa kepada pemerintah.
-          Juga tidak berdosa kepada TUHAN.
Itulah hebatnya kalau kita ada di atas gunung Sion; nyata pembelaan TUHAN.
 
Ada 3 (tiga) hal yang terjadi apabila jatuh ke tangan penyamun-penyamun (antikris), YANG KEDUA: Dipukul sampai setengah mati.
Kalau kita mengacu kepada 1 Petrus 2:18-19, menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, itu adalah kasih karunia. Tetapi kalau kita menderita karena pukulan, jelas itu karena dosa.
Banyak kali kita menerima teguran, hajaran, pukulan karena kesalahan, pelanggaran, keteledoran, baik yang disengaja atau pun yang tidak disengaja; itu akan terjadi. Saya pernah mengalami, kita juga pernah mengalami, baru-baru ini satu di antara saudara kita juga mengalami, akhirnya kita bersama-sama menanggungnya.
 
Ada 3 (tiga) hal yang terjadi apabila jatuh ke tangan penyamun-penyamun (antikris), YANG KETIGA: Ditinggalkan menderita.
Bagaimana kalau kita menderita, dalam  keadaan setengah mati, lalu tidak ada seorang pun yang tidak mau mengerti, ditinggalkan menderita? Misalnya;
-          Suami menderita tetapi isteri tidak mau mengerti, anak tidak mengerti.
-          Sebaliknya, isteri menderita tetapi suami tidak mengerti, anak tidak mengeri.
Bagaimana kalau dalam keadaan menderita, dalam keadaan setengah mati, lalu ditinggalkan begitu saja? Betapa sakitnya hidup ini. Itulah yang akan terjadi kalau kita meninggalkan gunung Sion, Yerusalem sorgawi, yaitu akan jatuh ke tangan penyamun, akhirnya ditinggalkan menderita.
 
Tetapi kalau ibadah kita dituntun oleh tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) sampai kepada Kekekalan, maka tentu saja kita akan berada dalam gendongan dua tangan TUHAN, tidak jauh ke tangan penyamun-penyamun.
 
Yesaya 46:3
(46:3) "Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim.
 
Dengarkanlah Aku, hai kaum keturunan Yakub, hai semua orang yang masih tinggal dari keturunan Israel, berarti tidak ikut dalam perbudakan 70 (tujuh puluh) tahun di Babel. Kemudian, hai orang-orang yang Kudukung sejak dari kandungan, berarti; mendapat dukungan dari sejak kandungan. Lalu, hai orang-orang yang Kujunjung sejak dari rahim.
 
Ayat 3 ini jelas berbicara tentang kesatuan tubuh, itulah kehidupan yang sudah dibawa masuk dalam pembentukan tubuh, berarti; berada di atas gunung TUHAN, gunung Sion, Yerusalem baru. Masuk dalam kesatuan tubuh yang sempurna, menjadi tubuh Mempelai, itulah gunung Sion, Yerusalem baru yang turun dari sorga, bagaikan pengantin perempuan yang berhias (berdandan) untuk suaminya.
 
Bagaimana keadaan dari pengantin perempuan mempelai Anak Domba, gunung Sion, Yerusalem baru yang turun dari sorga, yang berhias (berdandan) untuk suaminya?
Yesaya 46:3-4
(46:4) Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.
 
Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu = Ada dalam gendongan dua tangan TUHAN. Aku telah melakukannya ... TUHAN sudah melakukan itu di atas kayu salib 2.000 (dua ribu) tahun yang lalu di bukit Golgota.
 
Ini keadaan dari gunung Sion: Sampai masa tua, rambut putih, tetap ada dalam gendongan dua tangan TUHAN, berarti;
-          TUHAN menanggung kita terus.
-          TUHAN memikul kita terus.
-          TUHAN mau menyelamatkan kita semua.
Itulah keadaan dari kehidupan yang sudah dibentuk, masuk dalam kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh Mempelai, itulah Yerusalem sorgawi, gunung Sion, pengantin perempuan, mempelai Anak Domba, gunung yang besar lagi tinggi, pada akhirnya berada dalam gendongan dua tangan TUHAN sampai masa tua, rambut putih, berarti; TUHAN yang menanggung, memikul dan menyelamatkan kita semua.
Malam ini, TUHAN sudah melakukannya. TUHAN sudah menuntun kita semua dengan tongkat kerajaan (tongkat kebenaran) sampai kepada Kekekalan.
 
Kekekalan; Penyembahan.
Kekekalan; Penyerahan diri.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment