KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, March 29, 2021

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 MARET 2021




IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 23 MARET 2021

KITAB KOLOSE
(Seri: 136)
 
Subtema: BELAS KASIHAN TUHAN
 
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita malam ini.
Oleh kemurahan hati TUHAN, kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Doa Penyembahan, dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib TUHAN.
Saya juga tidak lupa saya menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, sidang jemaat di Malaysia dan di Bandung, umat TUHAN yang senantiasa memberikan dirinya digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, baik di dalam negeri (di tanah air), maupun di luar negeri (mancanegara) di mana pun anda berada.  
Selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan dari TUHAN, supaya TUHAN betul-betul meneguhkan setiap hati kita lewat firman yang dibukakan malam hari ini, yang membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh, sehati sepikir melayani TUHAN, tidak mengambil jalannya masing-masing, tidak ada yang merasa diri hebat, tidak ada yang merasa diri lebih baik, lebih suci, tidak ada yang merasa dibutuhkan di tempat ini, karena kita yang sesungguhnya butuh TUHAN. Dan gunakanlah kemurahan, kalau masih ada kesempatan.
 
Mari kita sambut Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Kolose 3:19.
Kolose 3:19
(3:19) Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia.
 
Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Nasihat Firman Allah ditujukan langsung kepada suami-suami, supaya setiap suami tahu untuk mengasihi isterinya dengan benar.
Oleh sebab itu, nasihat yang benar dan yang suci ini harus diterima sepenuhnya oleh seorang suami dengan hati yang terbuka lebar-lebar, disertai dengan kerendahan hati, sekalipun memang seorang suami adalah kepala atau pemimpin di dalam hubungan nikah dan rumah tangganya.
 
Selanjutnya, kita akan melihat lebih rinci tentang seorang suami di dalam hal mengasihi isterinya, pada suratan yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus 5, dengan perikop: “Kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri”.
Efesus 5:25-29
(5:25) Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana: Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya (5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela. (5:28) Demikian juga suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri: Siapa yang mengasihi isterinya mengasihi dirinya sendiri. (5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Ddi dalam hal mengasihi isterinya, seorang suami ditandai dengan dua hal:
YANG PERTAMA pada ayat 25-27: Seorang suami mengasihi isterinya, sama seperti Kristus menyerahkan diri-Nya bagi jemaat, dengan satu tujuan untuk menguduskan sidang jemaat, tentu saja sesudah disucikan atau dimandikan dengan air dan firman yang limpah. Ayat menerangkan ayat; ayat yang satu menjelaskan ayat yang lain, itu adalah air dan Firman yang limpah.
Dengan demikian, Kristus menempatkan sidang jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, singkatnya; jemaat kudus dan tidak bercela. Hal yang pertama ini sudah kita bahas pada waktu yang lampau.
 
YANG KEDUA, pada ayat 28-29: Seorang suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri.
Pendeknya: Siapa yang mengasihi isterinya = mengasihi dirinya sendiri.
Mengapa demikian? Untuk mengetahui jawabannya akan kita perthatikan pada ayat 31.
Efesus 5:31
(5:31) Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
 
Antara suami dengan isterinya sudah menjadi satu daging oleh salib di Golgota. Sebab, pada ayat 31 ini dikatakan: laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya. Jelas hal ini berbicara tentang salib di Golgota.
Sebab, Yesus sendiri telah meninggalkan segala milik kepunyaan-Nya, antara lain:
-          Ia telah meninggalkan Bapa-Nya.
-          Ia telah meninggalkan rumah-Nya di Sorga.
-          Ia juga telah meninggalkan segala kemuliaan-Nya. 
Hal itu ditulis dengan jelas di dalam Filipi 2:5-7, dengan satu tujuan yang mulia; supaya Kristus, yang adalah Kepala, menyatu dengan sidang jemaat, yang adalah tubuh-Nya sendiri.
 
Jadi, Kepala dan tubuh bersatu oleh karena salib di Golgota. Saya dan saudara bersatu oleh karena salib di Golgota. Kalau kita membawa perasaan masing-masing, pikiran masing-masing, kebenaran diri sendiri masing-masing, maka satu dengan yang lain di dalam penggembalaan ini tidak akan bersatu.
 
Efesus 5:29
(5:29) Sebab tidak pernah orang membenci tubuhnya sendiri, tetapi mengasuhnya dan merawatinya, sama seperti Kristus terhadap jemaat,
 
Bukti seorang suami mengasihi isterinya -- pada bagian yang kedua ini -- ialah mengasuh dan merawati isterinya, sama seperti Kristus terhadap sidang jemaat-Nya.
 
Hal yang senada tentang mengasuh dan merawati, dapat kita temukan kembali di dalam surat yang ditulis oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Tesalonika.
1 Tesalonika 2:7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
 
Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat, termasuk berlaku ramah di hadapan sidang jemaat di Tesalonika, sama seperti seorang ibu terhadap anaknya.
Semua ibu pastilah ramah terhadap anaknya. Tidak mungkin ibu tidak ramah kepada anak yang lahir dari rahimnya sendiri.
 
Ibu à Gembala sidang atau pemimpin rumah TUHAN. Jadi, seorang ibu, seorang gembala sidang, pasti berlaku ramah terhadap sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya. Tidak mungkin seorang ibu tidak berlaku ramah terhadap sidang jemaat sebagai anak-anak rohaninya. Biarpun anak ini berlaku lancang, tidak sopan, tidak hormat, bahkan suka mengambil jalannya masing-masing, suka menuruti perasaan pikirannya, namun ibu pasti berlaku ramah terhadap sidang jemaat, anak rohaninya.
Dan itu harus saya alami, saya rasakan dan harus saya praktekkan. Tidak mungkin tidak saya tahu kondisi rohani dari sidang jemaat, semua pasti saya tahu, tidak mungkin tidak tahu, walaupun ia tidak mengucapkan isi hatinya secara dalam, tetapi pasti saya tahu; itulah kelebihan dari seorang ibu, itulah kelebihan dari seorang gembala sidang. Tetapi sidang jemaat tidak akan pernah mengerti seorang gembala sidang, dan hukum itu pasti berlaku.
 
Oleh sebab itu, marilah kita semakin hari semakin dewasa, semakin bijaksana di hadapan TUHAN, karena kita diberi kesempatan untuk berada di tengah ibadah dan pelayanan dalam penggembalaan GPT “BETANIA” supaya kita betul-betul diasuh, supaya kita betul-betul dirawat oleh TUHAN; Dialah Gembala Agung yang menggembalakan, berarti: mengasuh dan merawat kehidupan rohani kita sampai hari ini.
 
Adapun tugas gembala sidang adalah:
1.       Mengasuh hidup rohani dari sidang jemaat.
2.       Merawati hidup rohani dari sidang jemaat.
 
Malam ini kita kembali untuk memperhatikan penjelasan tentang: MERAWATI.
Sesudah sekian lama kita mendapatkan penjelasan tentang hal mengasuh, malam ini kita akan kembali memperhatikan penjelasan tentang merawati.
 
CONTOH:
Lukas 10:30-34
(10:30) Jawab Yesus: "Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. (10:31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (10:32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. (10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
 
Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho, yang akhirnya ia pun jatuh ke tangan penyamun-penyamun, sehingga ia dirampok habis-habisan, dipukuli sampai babak belur, lalu ditinggalkan dalam keadaan setengah mati. Singkatnya, dalam keadaan demikian, ia ditemukan oleh seorang Samaria yang murah hatinya, lalu orang itu pun dibawa ke penginapan dan merawatnya.
 
Namun, perlu untuk diketahui: TUHAN sedang merawat hidup rohani kita masing-masing.
Kita ini banyak mengalami pengalaman yang luar biasa, pergumulan yang begitu hebat, sehingga oleh karena pergumulan itu, tidak sedikit dari antara kita mengalami sakit rohani, mengalami luka-luka di batin, sampai sakit seperti akar pahit pun bisa terjadi; maka dengan demikian, kita sangat membutuhkan yang namanya perawatan secara rohani. Tetapi, saat ini TUHAN sedang merawat hidup rohani kita masing-masing.
Tiada seorang pun yang tidak mengalami sakit hati. Seseorang pasti pernah mengalami sakit hati (luka-luka batin). Oleh sebab itu, kita butuh perawatan dari TUHAN, dan saat ini TUHAN sedang merawati hidup rohani kita masing-masing.
 
Berbicara tentang “dari Yerusalem ke Yerikho”, berbicara tentang; kerohanian yang sedang menurun. Jelas hal itu menunjuk; orang yang meninggalkan ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya, hanya karena perkara lahiriah atau hanya karena perkara-perkara di bumi ini.
Hal itu ditegaskan di dalam Mazmur 24:3-4, di mana orang yang berada di atas gunung TUHAN, orang berdiri di tempat kudus atau kota Yerusalem ialah orang yang ...
Bersih tangannya, bersih perbuatannya.
- Selain bersih tangannya, juga murni hatinya, artinya; tidak bercabang-cabang, tidak dicampuri oleh hal-hal yang tidak baik.
- Kemudian, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan. Siapa yang masih suka menipu, jangan dipertahankan.
    Mengapa? Karena Firman TUHAN akan terus menegur kita, sehingga kalau tidak kuat dengan penyucian, maka pasti dia akan tinggalkan Yerusalem, turun ke Yerikho; jangan pertahankan itu, karena Firman TUHAN tiadalah mungkin berhenti untuk mengadakan penyucian dosa. Tetapi kalau saudara tidak mau berubah dari penipuan, maka saudara akan turun dari dari Yerusalem ke Yerikho, itu sudah pasti. Jadi, yang membuat kita meninggalkan Yerusalem turun ke Yerikho bukan TUHAN, tetapi karena kita tidak mau berubah.
-  Dan tidak bersumpah palsu atau berdusta.
 
Jadi, sebenarnya, dengan melepaskan diri dari kebenaran, dari kesucian dan dari kemurahan kemuliaan-Nya, sama dengan; kerohanian sedang menurun.  Kemudian, ketika kerohanian seseorang sedang menurun, maka tentu saja ia akan jatuh ke tangan para penyamun-penyamun.
Resiko apabila jatuh ke tangan penyamun-penyamun:
1.       Ia dirampok sampai habis-habisan.
2.    Dipukuli sampai babak belur. Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itu adalah kasih karunia; tetapi kalau menderita pukulan, itu jelas karena dosa.
3.     Ditinggalkan dalam keadaan setengah mati, berarti; tidak sadar. Orang yang tidak sadar itu adalah orang yang tidak mati, tetapi tidak hidup, dan orang yang semacam ini suka bermegah, suka bergantung kepada manusia dan kekuatannya; merasa diri hebat, merasa diri lebih baik, itulah orang yang tidak sadar.
 
Pendeknya: Penyamun-penyamun à Gembala-gembala upahan atau hamba-hamba TUHAN yang tidak bertanggung jawab.
Yesus adalah Gembala Agung; Dia bertanggung jawab terhadap kawanan domba-Nya. Berbeda dengan gembala upahan, yang sama seperti penyamun-penyamun; hanya merampok dan menghabisi, memukuli sampai babak belur, lalu ditinggalkan sampai setengah mati, tidak bertanggung jawab.
 
Bantu doa, supaya saya benar-benar menjadi seorang hamba TUHAN yang sudah menerima jabatan gembala yang bertanggung jawab. Bantu doa. Tetapi, saya mau belajar; bilamana ada anak-anak yang dikirim dari daerah, saya selalu berdoa kepada TUHAN, angkat dua tangan, supaya semua kiranya dapat pekerjaan dari TUHAN, supaya kemudian akhirnya tergembala dalam penggembalaan ini untuk diasuh dan dirawati; itu doa saya. Dan itu terbukti, tidak ada satu pun yang tidak bekerja di sini.
Saya tidak mau menjadi hamba TUHAN yang hanya merampok dan menghabisi harta saudara, lalu dibiarkan dalam keadaan dipukuli, babak belur habis-habisan karena dosa (kejahatan dan kenajisan).
Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung (sangkal diri, pikul salib), itu adalah kasih karunia; tetapi kalau menderita karena pukulan, jelas itu karena dosa, karena kesalahan. Lalu dalam keadaan setengah mati dibiarkan begitu saja, itu adalah hamba TUHAN yang tidak bertanggung jawab.
 
Selanjutnya kita akan melihat gembala upahan, hamba TUHAN yang tidak bertanggung jawab, di dalam Yohanes 10.
Yohanes 10:12
(10:12) sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat serigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga serigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu.
 
Gembala upahan adalah gembala yang tidak bertanggung jawab, sebab ketika ia melihat serigala datang, ia akan segera lari dan meninggalkan domba-domba itu, lalu serigala itu pun menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba, sehingga domba-domba berada di setiap gunung-gunung, beribadah di sembarang tempat sesuka hatinya saja.
 
Sejenak kita melihat GEMBALA UPAHAN dalam Yeremia 23, supaya kita bisa belajar menghormati Yesus Kristus, Dialah Gembala Agung. Kalau kita tidak mengenal Yesus sebagai Gembala Agung, maka sampai kapan pun rasa hormat kita kepada gembala-gembala kecil tidak ada. Maka, kita harus mengenal Gembala Agung supaya kita belajar menghormati mereka yang memberi pengajaran dua kali lipa.
 
Yeremia 23:1-2
(23:1) "Celakalah para gembala yang membiarkan kambing domba gembalaan-Ku hilang dan terserak!" -- demikianlah firman TUHAN. (23:2) Sebab itu beginilah firman TUHAN, Allah Israel, terhadap para gembala yang menggembalakan bangsaku: "Kamu telah membiarkan kambing domba-Ku terserak dan tercerai-berai, dan kamu tidak menjaganya. Maka ketahuilah, Aku akan membalaskan kepadamu perbuatan-perbuatanmu yang jahat, demikianlah firman TUHAN.
 
Ciri-ciri penggembalaan yang salah ialah domba-domba dibiarkan berserak, tercerai-berai dan tidak menjaganya.
 
Kita akan perhatikan Yehezkiel 34, dengan perikop: “TUHAN Gembala Israel yang baik melawan gembala-gembala yang jahat”.
Yehezkiel 34:1-4
(34:1) Lalu datanglah firman TUHAN kepadaku: (34:2) "Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah gembala-gembala Israel, yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya digembalakan oleh gembala-gembala itu? (34:3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri tidak kamu gembalakan. (34:4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang, yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan kekerasan dan kekejaman.
 
Gembala upahan adalah gembala yang menggembalakan dirinya sendiri. Maksudnya di sini adalah dari domba-domba itu, ia (Gembala) akan;
Yang Pertama: Menikmati susunya.
Seharusnya, kita ini menikmati air susu yang murni, itulah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel atau Firman pengajaran yang rahasianya dibukakan dalam terangnya Roh-El Kudus. Pembukaan terjadi oleh karena ilham Roh Kudus, itu adalah air susu yang murni. Tetapi sebaliknya, gembala yang menggembalakan dirinya, justru ia menikmati susunya.
Yang Kedua: Membuat pakaian dari bulu domba tersebut = menikmati kemurahan dan kebaikan Tuhan tanpa memperdulikan domba-dombanya.
Yang Ketiga: Yang gemuk disembelih.
Ini jelas menunjuk hamba TUHAN yang menggemukkan dirinya. Kalau kita mengacu kepada imam Eli; seorang hamba TUHAN yang menggemukkan dirinya, akhirnya tidak lama kemudian batang lehernya patah, dengan kata lain: tidak ada persekutuan antara tubuh dengan kepala. Seharusnya, batang leher ini digunakan untuk menundukkan kepala, tersungkur di kaki salib, sujud menyembah Allah.
Kemudian, seorang hamba TUHAN yang menggemukkan diri tidak memperhatikan anak-anak rohaninya, sama seperti Hofni dan Pinehas;
-          Yang sudah melakukan kejahatan tetapi tidak ada teguran, tidak ada hukuman, justru membiarkan kedua anaknya itu merajalela, menganggap kecil, menganggap rendah korban Kristus,
-          Kemudian berbuat zinah, berbuat najis di dalam rumah TUHAN, tepatnya di depan pintu kemah Tabernakel.
Inilah hamba TUHAN yang menggemukkan diri, tidak peduli dengan anak-anak rohaninya.
Biarpun anak-anak rohaninya tidak menghargai daging korban yang dipersembahkan di atas mezbah, menganggap najis darah perjanjian, kemudian menajiskan diri dengan perempuan-perempuan di depan pintu kemah, namun tidak ada teguran. Mengapa? Karena imam Eli telah menggemukkan dirinya. Dan ujung-ujungnya, hamba TUHAN semacam ini batang lehernya akan patah; tidak ada persekutuan antara tubuh dengan Kepala.
Malam ini, lewat ibadah doa penyembahan, ibadah kita dituntun sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, supaya leher ini digunakan untuk menundukkan kepala, tersungkur di kaki salib TUHAN. Tetapi lihatlah, gembala yang menggembalakan dirinya, itulah gembala upahan, maka yang gemuk dari domba itu ia sembelih = menggemukkan diri.
Yang Keempat: Yang lemah tidak dikuatkan, karena tidak mengajarkan pengajaran salib; ibadah dan pelayanan itu tidak dihubungkan dengan salib. Kalau kita bermegah dalam kelemahan, maksudnya; bermegah dalam sengsara salib, maka kita kuat, tetapi kalau kita merasa kuat, maka kita lemah.
Yang kelima: Yang sakit tidak diobati. Domba-domba perlu perhatian dan perawatan khusus, karena mungkin saja ada luka-luka, ada borok yang harus diobati.
Yang Keenam: Yang luka tidak dibalut. Berarti, dipukuli, dipukuli, dipukuli, artinya sidang jemaat dipaksa untuk berkorban, tetapi pergumulan-pergumulan yang dialami oleh sidang jemaat sebagai kawanan domba Allah tidak terselesaikan. Dipaksa untuk berkorban, untuk memberi, untuk melayani, tetapi segala pergumulan yang menyebabkan luka itu tidak dibalut sehingga masalah tidak terselesaikan.
Yang Ketujuh: Yang tersesat tidak dibawa pulang.
Yang Kedelapan: Yang hilang tidak dicari.
 
Inilah gembala yang menggembalakan dirinya sendiri, itulah gembala upahan.
 
Yehezkiel 34:5-6
(34:5) Dengan demikian mereka berserak, oleh karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di hutan. Domba-domba-Ku berserak (34:6) dan tersesat di semua gunung dan di semua bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-domba-Ku berserak, tanpa seorang pun yang memperhatikan atau yang mencarinya.
 
Karena gembala-gembala tidak bertanggung jawab, akhirnya:
1.       Domba-domba berserak dan tersesat di semua gunung = Beribadah di sembarnag tempat.
2.       Menjadi makanan bagi segala binatang hutan, termasuk anjing hutan atau serigala. Kalau Kristus tidak menjadi Kepala atas tubuh, maka tubuh menjadi liangnya serigala dan sarangnya burung, singkatnya; dikuasai oleh roh jahat dan roh najis = makanan bagi binatang hutan atau anjing hutan.
 
Lukas 11:23
(11:23) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan."
 
Hamba TUHAN yang tidak menyangkal dirinya dan tidak memikul salibnya adalah hamba TUHAN upahan, dengan kata lain;
1.       Ia melawan TUHAN.
2.       Ia mencerai-beraikan domba-domba.
 
Siapa tidak bersama Aku = tidak menyangkal diri, tidak memikul salibnya.  Tidak menyangkal diri, tidak memikul salib, itu adalah hamba TUHAN atau gembala upahan. Kalau seorang hamba TUHAN menjadi gembala upahan, maka sudah pasti ia melawan TUHAN dan mencerai-beraikan domba-domba.
Jadi, sudah sangat jelas; yang mempersatukan tubuh dengan Kepala adalah salib di Golgota. Yang mempersatukan kawanan domba dalam satu penggembalaan adalah salib di Golgota. Kalau kita bisa bersatu sampai akhirnya menjadi sehati sepikir seiya sekata, satu visi satu misi dalam ibadah pelayanan, dalam penggembalaan ini, itu jelas karena salib di Golgota. Kalau kita datang menghadap TUHAN, berada di tengah ibadah pelayanan dengan menggunakan kepentingan manusiawi, maka tidak akan mungkin bisa bersatu.
 
Kalau hamba TUHAN tidak bersama dengan TUHAN, tidak menyangkal diri, memikul salib bersama dengan TUHAN, maka ia adalah gembala upahan. Dan kalau ia adalah gembala upahan, maka;
-          tanpa dia sadari, ia sedang melawan TUHAN,
-          tanpa dia sadari, ia sedang mencerai-beraikan kawanan domba.
 
Itulah tentang gembala upahan, penyamun-penyamun, yang tidak bertanggung jawab; hanya bisa merampok dan menghabisi harta, lalu dibiarkan dipukuli sampai babak belur, lalu ditinggalkan dalam keadaan setengah mati. Itulah gembala upahan yang tidak bertanggung jawab.
 
Sekarang, kita kembali untuk memperhatikan “seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho” di dalam Lukas 10.
Lukas 10:31-33
(10:31) Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. (10:32) Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. (10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
 
Dari apa yang sudah kita baca ini, pendeknya: Di dalam sebuah penggembalaan, yang diutamakan adalah belas kasihan, supaya domba-domba terawat dengan baik.
 
Demikian juga ketika TUHAN Yesus mengadakan 2 (dua) kali pemecahan roti, jelas itu karena belas kasihan.
Pemecahan roti Yang Pertama: 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan untuk 5.000 (lima ribu) orang laki-laki, sisa 12 (dua belas) bakul, jelas itu karena belas kasihan, sesuai dengan Injil Matius 14:14. Oleh karena belas kasihan, lalu terjadilah 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan untuk 5.000 (lima ribu) orang laki-laki, sisa 12 (dua belas) bakul.
Singkatnya: Pemecahan roti yang pertama à Kedatangan Yesus yang pertama, terkait dengan salib Kristus.
Sisa 12 (dua belas) bakul ... Angka 12 (dua belas) à Persekutuan.
Pemecahan roti Yang Kedua: Tertulis di dalam Injil Matius 15, di mana Yesus memberikan 7 (tujuh) roti dan beberapa ikan kepada 4.000 (empat ribu) orang laki-laki, sisanya adalah 7 (tujuh) bakul.
Singkatnya: Pemecahan roti yang kedua à Kedatangan Yesus yang kedua kali, terkait dengan Kerajaan Sorga dan kesempurnaan.
Sisa 7 (tujuh) bakul ... hari ketujuh, itu adalah Sabatnya TUHAN Yesus, berbicara tentang kerajaan Allah, kerajaan seribu tahun damai, juga berbicara tentang kesempurnaan. Kedatangan Yesus untuk yang kedua kali, kaitannya adalah sorga, sempurna.
 
Tetapi, kedua-duanya, baik pemecahan roti yang pertama maupun pemecahan roti yang kedua, itu semua terjadi karena belas kasihan.
-     Matius 14:14, Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. Ini adalah peristiwa 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan untuk 5.000 (lima ribu) orang laki-laki
-      Matius 15:32, Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." Ini adalah peristiwa 7 (tujuh) roti dan beberapa ikan kepada 4.000 (empat ribu) orang laki-laki.
 
Maka, jelas bahwa ...
-          Pemecahan roti yang pertama à Kedatangan Yesus yang pertama, kaitannya dengan salib, dan sisanya adalah 12 (dua belas) bakul, berbicara tentang persekutuan (penyatuan) tubuh dengan Kepala.
-          Pemecahan roti yang kedua à Kedatangan Yesus untuk yang kedua kalinya, sebab sisa 7 (tujuh) bakul, yang berbicara tentang hari Sabatnya TUHAN Yesus, bukan Sabatnya Yahudi.  Sabatnya Yahudi adalah hari Sabtu, tetapi Sabatnya TUHAN Yesus adalah hari perhentian kekal, berbicara tentang Kerajaan Sorga dan kesempurnaan.
 
Jadi, salib Kristus itu adalah belas kasihan bagi kita. Dan kalau akhirnya kita diselamatkan, berada dalam kerajaan kekal (sempurna), itu karena belas kasihan.
Yang dibutuhkan dalam penggembalaan adalah belas kasihan, bukan siapa yang lebih hebat, bukan siapa yang lebih pintar. Bukan berarti kalau gembala itu adalah seorang doktor, barulah ia layak menjadi gembala, tidak. Yang dibutuhkan dalam sebuah penggembalaan adalah belas kasihan. Kiranya hal ini dapat kita pahami dengan sungguh-sungguh.
 
Itu adalah tentang belas kasihan dari orang Samaria, tetapi sungguh menarik rasanya kalau kita juga memperhatikan 2 (dua) oknum yang lain, YANG PERTAMA: Seorang imam turun melalui jalan itu, ternyata ia hanya melihat saja. Melihat saja = menonton saja. Jangan menjadi Kristen penonton, tetapi harus mengerti untuk mengambil bagian dalam melayani pekerjaan TUHAN.
Tetapi karena hanya melihat, hanya menonton, lalu imam ini pun melewati dari seberang jalan. Umpama, dia di sebelah kiri, lalu dilewati dari sebelah kanan. Singkatnya; tidak terbeban dengan pekerjaan TUHAN, mengapa? Karena dia hanyalah seorang imam penonton, kerohaniannya adalah kerohanian penonton.
Jangan kita datang beribadah hanya sekedar dengan kerohanian penonton, supaya jangan kita lewati apa yang harus (bisa) kita kerjakan. Seharusnya, kalau kita terbeban, apa yang kita lihat segera (langsung) kita tindak-lanjuti, difollow-up.
 
Jadi, singkatnya ketika seorang imam turun melalui jalan itu, menunjukkan bahwa ia adalah seorang hamba TUHAN yang tidak mentahbiskan dirinya kepada TUHAN. Seorang imam yang tidak bertanggung jawab adalah seorang imam yang tidak mentahbiskan dirinya kepada TUHAN.
Sebenarnya, untuk tahbisan imam-imam, jelas itu ditulis di dalam Keluaran 29:1-3, di situ TUHAN menentukan dan menuntut 3 (tiga) korban binatang, yaitu seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan, supaya akhirnya seorang imam ditahbiskan kepada TUHAN.
-          Seekor lembu jantan muda à Korban pendamaian. Artinya, seorang hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN harus menjadi pendamaian (grafirat) terhadap dosa sesama. Jangan sampai hamba TUHAN menimbulkan dosa terhadap sesama. Sebaliknya, seorang hamba TUHAN harus menjadi pendamaian dosa terhadap sesama. Inilah yang dituntut dari seorang imam, seorang hamba TUHAN, seorang pelayan TUHAN, dia harus ditahbiskan demikian.
-          Domba jantan yang pertama, itu berbicara tentang; penyerahan diri seorang imam. Artinya, seorang hamba TUHAN, seorang imam, seorang pelayan TUHAN harus menyerahkan segala kepentingan diri untuk taat kepada Allah, untuk taat kepada kepentingan Allah. Jadi, kita datang melayani TUHAN bukan karena kepentingan kita lagi, tetapi karena kepentingan Allah.
-          Domba jantan yang kedua, jelas itu berbicara tentang; kekudusan dari seorang hamba TUHAN, seorang imam, seorang gembala sidang, untuk diteladani oleh sidang jemaat.
 
Jadi, tidak mudah untuk menjadi seorang imam. Seorang imam harus mentahbiskan dirinya dengan sungguh-sungguh kepada TUHAN, tetapi kita lihat di sini; ia justru tidak memiliki belas kasih. Mengapa? Dia hanya melihat (menonton), dia hanya melewati, sehingga tidak sedikit pun terbeban hatinya.
Padahal, untuk menjadi imam, syaratnya adalah ditahbiskan kepada TUHAN, maka dituntut 3 (tiga) korban binatang, yaitu:
1.  Harus menjadi pendamaian. Jangan sampai menimbulkan dosa dalam penggembalaan hanya karena pengaruh keluargamu, perasaan keluargamu.
2.       Penyerahan diri untuk taat kepada kepentingan Allah.
3.       Kekudusan seorang imam sehingga dapat diteladani oleh sidang jemaat.
Bantu doa, supaya saya ini tetap mempertahankan kesucian, supaya sidang jemaat bisa mengikuti teladan dalam kesucian itu juga.
 
Itu adalah tentang belas kasihan dari orang Samaria, tetapi sungguh menarik rasanya kalau kita juga memperhatikan 2 (dua) oknum yang lain, YANG KEDUA: Seorang Lewi datang ke tempat itu. Saat ini kita menghadap takhta kasih karunia lewat ibadah doa penyembahan, bukan? Saat kita datang ke tempat ini menghadap TUHAN lewat ibadah pelayanan dalam Ibadah Doa Penyembahan ini, apa yang harus kita perbuat? Sebagai makhluk yang paling mulia, kita ini memiliki akal.
Tetapi di sini kita melihat, di sini kita perhatikan; ketika orang Lewi melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan juga. Jadi, dia datang hanya untuk melihat, sehingga ia melewati dari seberang jalan sana = tidak terbeban, tidak tergerak belas kasihan.
 
Kemudian, ketika Lewi turun melalui jalan itu, menunjukkan bahwa ia adalah seorang hamba TUHAN yang tidak menghargai korban Kristus, tidak menghargai kemurahan hati TUHAN, yang sudah memberi kesempatan untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
 
Keluaran 32:25-29
(32:25) Ketika Musa melihat, bahwa bangsa itu seperti kuda terlepas dari kandang -- sebab Harun telah melepaskannya, sampai menjadi buah cemooh bagi lawan mereka -- (32:26) maka berdirilah Musa di pintu gerbang perkemahan itu serta berkata: "Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!" Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi. (32:27) Berkatalah ia kepada mereka: "Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya dan berjalanlah kian ke mari melalui perkemahan itu dari pintu gerbang ke pintu gerbang, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya." (32:28) Bani Lewi melakukan seperti yang dikatakan Musa dan pada hari itu tewaslah kira-kira tiga ribu orang dari bangsa itu. (32:29) Kemudian berkatalah Musa: "Baktikanlah dirimu mulai hari ini kepada TUHAN, masing-masing dengan membayarkan jiwa anaknya laki-laki dan saudaranya -- yakni supaya kamu diberi berkat pada hari ini."
 
Kalau bani Lewi diberi kesempatan sama seperti imam untuk melayani pekerjaan TUHAN, jelas itu karena kemurahan TUHAN. Tetapi kalau bani Lewi tidak tergerak dengan belas kasihan, tidak terbeban dengan pekerjaan TUHAN, maka ...
-          Sama artinya; tidak menghargai korban Kristus,
-          Artinya; tidak menghargai kemurahan yang TUHAN berikan,
-          Sama artinya; tidak menghormati kesempatan yang dipercayakan oleh TUHAN untuk memberi suatu tanggung jawab yang suci di hadapan TUHAN.
Jangan sampai memiliki nama “Lewi” tetapi tidak ada sedikit pun pengertiannya tentang pekerjaan TUHAN, tidak berpihak kepada kemurahan hati TUHAN.
 
Inilah kehidupan hamba TUHAN yang tidak memiliki belas kasih;
-          Tidak menghargai tahbisannya, seperti imam.
-          Tidak menghargai kemurahan, seperti Lewi.
Kalau diberi kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan TUHAN; tanggung-jawabi. Oleh sebab itu, apa yang menjadi penghalang bagimu, mulai sekarang, hai bani Lewi yang diberi kesempatan untuk melayani; sandang pedangmu! Gunakan pedang Roh, itulah Firman Allah, untuk membunuh orang-orang yang terdekat denganmu, membunuh tabiat daging yang terdekat denganmu. Jangan pakai perasaan karena ia adalah saudara, karena ia adalah tentangga, karena ia adalah teman; habisi tabiat dagingnya. Jangan sampai tabiat daging orang yang terdekat itu menghalangi engkau untuk datang beribadah kepada TUHAN. Gunakan pedang Roh, siapapun itu orang-orang yang terdekat denganmu, habisi tabiat dagingnya, jangan pakai perasaan.
Kalau kita diberi kesempatan untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN, gunakanlah kesempatan itu; kalau tidak, engkau habis sendiri nanti, karena penyucian akan terus berlangsung terhadap imam-imam, hamba TUHAN yang melayani di Yerusalem, gunung Sion. Kalau tidak mau berubah, maka pasti mundur sendiri.
 
Tetapi memang, orang yang mundur dari tempat ini kebanyakan karena tidak kuat terhadap penyucian. Oleh sebab itu, yang dibutuhkan adalah belas kasihan.
Kalau pun ada kekurangan, kenajisan, perzinahan yang terjadi, jangan menceritakan kepada orang lain. Bukankah kita harus menjadi pendamaian? Ingat; jadilah pendamaian, itulah lembu jantan muda. Kita diberi kesempatan untuk melayani, itu semua karena kemurahan. Jadi, yang dibutuhkan adalah belas kasihan.
-          Pemecahan roti yang pertama à Kedatangan Yesus yang pertama terkait dengan salib. Jika dosa ditanggung di atas kayu salib, itu karena belas kasihan.
-          Pemecahan roti yang kedua à Kedatangan Yesus yang kedua terkait dengan hari ketujuh, berbicara tentang Kerajaan Sorga, Sabatnya TUHAN Yesus, dan itu juga berbicara tentang kesempurnaan. Dan itu pun karena belas kasihan.
Miliki roh belas kasihan. Hiduplah di dalam belas kasihan TUHAN, karena kita juga ada sebagaimana ada karena belas kasihan. Kita ini adalah bangsa kafir, ingatlah dosa masa lalumu; kejahatan dan kenajisamu.
 
PRAKTEK BELAS KASIHAN.
Lukas 10:33
(10:33) Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
 
Yang dibutuhkan dalam sebuah penggembalaan adalah belas kasihan TUHAN. Biarlah kita hidup di dalam belas kasihan TUHAN, menghargai belas kasihan yang sudah kita terima dari TUHAN.
 
Lukas 10:34
(10:34) Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
 
Praktek belas kasihan ialah, Yang Pertama: Membalut luka-lukanya, tentu saja sesudah disiram dengan minyak dan anggur.
Beberapa waktu yang lalu saya sudah terangkan hal ini; kiranya hal itu masih jelas dalam ingatan kita. Jadi, dibalut, tentu saja sesudah disiram dengan minyak dan anggur.
-          Untuk menghasilkan minyak zaitun, maka terlebih dahulu mengalami penumbukan pohon zaitun. Yesus sudah mengalami penumbukan itu di atas kayu salib.
-          Untuk menghasilkan air anggur yang manis, maka terlebih dahulu harus terjadi pemerasan terhadap air anggur itu sendiri. Yesus sudah mengalami pemerasan itu di atas kayu salib, sehingga kita boleh menikmati air anggur yang manis.
Intinya: Dipukuli dulu di atas kayu salib, dilukai dulu di atas kayu salib, barulah dibalut. Jadi, dibalut itu sesudah disiram dengan air anggur dan disiram dengan minyak; dipukuli baru dibalut.
Tidak mungkin orang yang sehat dibalut, tetapi orang yang sakit, ia dioperasi barulah diambil sakitnya; jadi, dipukuli dulu barulah dibalut = terlebih dahulu disiram dengan minyak dan anggur. Itulah langkah pertama.
 
Praktek belas kasihan ialah, Yang Kedua: Dibawa ke penginapan dan merawatinya.
Penginapan à Penggembalaan = Tempat untuk berbaring. Penginapan bukanlah tempat untuk bermain-main, tetapi tempat untuk berbaring, itu berbicara tentang penggembalaan. Inilah cara TUHAN yang kedua, yaitu dibawa masuk ke dalam penggembalaan.
Bersyukurlah, kalau TUHAN membawa kita untuk berada dalam penggembalaan ini, dan itu adalah kemurahan. Dahulu kita tidak mengerti soal penggembalaan, yang kita tahu hanyalah setiap minggu ke gereja, setiap minggu ke gereja, tetapi itu hanyalah rutinitas; tidak paham soal tempat untuk berbaring, tidak paham soal penggembalaan. Orang yang beribadah, belum tentu tergembala; tetapi kehidupan yang tergembala pasti berbakti, pasti beribadah hanya kepada TUHAN.
 
Lihat kehidupan manakala domba-domba tergembala dengan baik dalam satu penggembalaan, dengan satu gembala (tidak banyak gembala).
Yohanes 10:2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.
 
Keadaan bila domba-domba tergembala dengan baik dalam satu penggembalaan dan satu gembala ialah:
Yang Pertama: Domba-domba mendengar suara gembala = Dengar-dengaran. Kalau mendengar suara gembala, berarti tidak mendengar suara asing, yaitu suara daging dan suara Setan = tidak menuruti keinginan daging, serta tidak menuruti roh jahat dan roh najis lagi, karena sudah mendengar suara gembala.
Yang Kedua: Domba-domba mengikuti gembala, mengikuti contoh teladan dari gembala. Banyak contoh di atas muka bumi ini, tetapi contoh teladan yang harus kita ikuti adalah contoh teladan yang ditinggalkan oleh Yesus Kristus; Dia telah mati, bangkit dan dipermuliakan. Itu adalah contoh yang harus kita ikuti; mati, bangkit, dipermuliakan (naik ke sorga).
 
Semua benda yang dilempar ke atas pasti jatuh ke bawah. Hanya satu perkara yang naik ke atas (lepas dari daya tarik bumi), itulah asap dupa kemenyan, doa penyembahan. Oleh sebab itu, ikuti teladan Yesus yang ditinggalkan-Nya, yaitu mati, bangkit, dipermuliakan, itu juga berbicara doa penyembahan.
Yang menembusi takhta Allah adalah asap dupa kemenyan (doa penyembahan). Semua perkara yang dilempar ke atas pasti jatuh ke bawah; hanya satu perkara yang merampas, yang membawa kita dari atas muka bumi ini adalah doa penyembahan, asap dupa kemenyan menembusi takhta Allah, merampas kita dari atas muka bumi ini. Haleluya.. amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment