KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, March 23, 2021

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 20 MARET 2021


 
IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 20 MARET 2021
 
STUDY YUSUF
(Seri: 227)
 
Subtema: GUNUNG SION; MEMPELAI WANITA TUHAN
 
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita. Segala puji dan hormat, selayaknya kita naikkan hanya kepada Dia; Pribadi di dalam kekekalan.
Saya juga tidak lupa mengapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang senantiasa memberikan dirinya untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook baik di dalam maupun di luar negeri.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya kiranya firman yang dibukakan itu meneguhkan kehidupan kita malam ini; firman itu sungguh-sungguh berkuasa menerangi hati dan pikiran, membentuk, mengubahkan setiap kehidupan kita, memimpin hidup rohani kita sampai pada puncak ibadah (doa penyembahan), bagaikan gunung Sion, menjulang permai, menjadi kegirangan bagi bangsa-bangsa; itu yang menjadi kerinduan kita masing-masing tentunya.
 
Oleh sebab itu, segera saja kita memperhatikan STUDY YUSUF sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja, dari Kejadian 41.
Kejadian 41:37-40
(41:37) Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. (41:38) Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" (41:39) Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. (41:40) Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."
 
Firaun dengan sangat yakin, bahwasanya Yusuf layak untuk menjadi;
-          Kuasa atas istana Firaun.
-          Dan seluruh rakyat akan taat terhadap perintah Yusuf.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Sebab Yusuf adalah...
-          Seorang yang penuh dengan Roh Allah.
-          Seorang yang berakal budi dan bijaksana.
 
Berarti, untuk kita sekarang, untuk menjadi imamat rajani atau yang memerintah sebagai raja di bumi, maka tentu saja kita, sebagai seorang pelayan, harus:
-          Penuh dengan Roh Allah yang suci.
-          Penuh dengan Firman Allah = Berakal budi dan bijaksana.
 
Kejadian 41:41
(41:41) Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
           
Selanjutnya, Yusuf dilantik untuk menjadi kuasa atau dilantik untuk menjadi Perdana Menteri atas seluruh tanah Mesir.
 
Sebenarnya, apabila seorang hamba TUHAN datang menghadap Allah dalam tahbisan yang suci, menunjukkan bahwa; TUHAN sudah melantik dia sebagai imamat rajani di bumi ini.
 
Tentang kata MELANTIK, kita hubungkan langsung dengan Mazmur 2.
Mazmur 2:6
(2:6) "Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!"
 
Allah telah memilih seorang raja, serta melantiknya di Sion, yakni gunung Allah yang kudus. Dengan melantik raja-Nya di gunung Sion, menunjukkan bahwasanya; Allah itu Maha besar dan sangat terpuji.
Sebab, kalau kita perhatikan dalam Wahyu 21:3-5, di situ terdapat 7 (tujuh) perkara, namun dari 7 (tujuh) perkara itu ada 2 (dua) kegiatan;
-          Yang pertama; beribadah kepada TUHAN.
-          Yang kedua; memerintah atau melayani TUHAN.
 
Jadi, sudah sangat jelas, bahwa; dengan melantik raja-Nya di gunung Sion, menunjukkan bahwasanya Allah itu Maha besar dan sangat terpuji.
 
Mazmur 48:2
(48:2) Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita!
 
Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita, yakni Gunung Sion, sebab Allah telah melantik raja-Nya di gunung Sion.
 
Mazmur 48:3
(48:3) Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.
 
Bukti bahwasanya gunung Sion adalah kota Raja besar ialah:
-          Gunung Sion menjulang permai (menjulang tinggi).
-          Gunung Sion menjadi kegirangan bagi seluruh bumi.
Dan itu dapat kita rasakan; setiap kali kita menghadap TUHAN lewat pertemuan-pertemuan yang TUHAN percayakan di atas muka bumi ini.
 
Selanjutnya, kita akan melihat PERSAMAANNYA di dalam Yesaya 2:2-3, dengan perikop: “Sion sebagai pusat Kerajaan Damai”.
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Di hari-hari yang terakhir, terhadap gunung Sion, akan terjadi, YANG PERTAMA:
-          Gunung Sion akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung.
-          Gunung Sion akan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Kalimat ini menunjukkan bahwasanya; gunung Sion itu menjulang permai. Hal ini sesuai dengan Mazmur 48:2-3.
 
Di hari-hari yang terakhir, terhadap gunung Sion, akan terjadi, YANG KEDUA: Segala bangsa akan berduyun-duyun ke gunung Sion, dan banyak suku bangsa akan naik ke gunung Sion.
Kalimat ini menunjukkan, bahwasanya; gunung Sion menjadi kegirangan bagi seluruh bangsa-bangsa. Hal ini sesuai dengan Mazmur 48:2-3.
 
Dengan demikian, terlihatlah kesamaan antara Yesaya 2:2-3 dengan Mazmur 48:2-3. Jadi, Yesaya 2:2-3 sama dengan Mazmur 48:2-3.
 
Penggenapan dari nubuatan nabi Yesaya tentang gunung Sion di hari-hari terakhir, hal itu dapat kita lihat (temukan) dengan jelas sesuai dengan penglihatan Rasul Paulus di Pulau Patmos yang dituliskan di dalam Wahyu 7. Mengapa demikian? Sebab Wahyu 7:1-17, secara khusus ayat 1-8, jelas hal itu menceritakan tentang orang-orang yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israel. Kiranya TUHAN menerangi hati kita tentang gunung Sion.
 
Wahyu 7:1-3
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon. (7:2) Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, (7:3) katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
 
Sebelum bumi, laut, dan pohon-pohonan dirusak, atau sebelum segala sesuatu yang ada ini dirusakkan, maka terlebih dahulu hamba-hamba Allah yang menjadi milik kepunyaan Allah itu dimeteraikan pada dahi mereka. Setelah menerima pemeteraian dari Allah, selanjutnya pohon-pohonan, bumi, laut dan segala isinya dirusakkan.
Itu adalah tanda besar dari kasih Allah, sebab pada ayat 2 dikatakan; satu malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit, dialah yang ditugaskan oleh Allah untuk memeteraikan hamba-hamba Allah. Seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit, jelas itu adalah malaikat yang berasal dari kasih Allah.
 
Betapa besarnya perhatian TUHAN kepada milik kepunyaan-Nya. Berarti, dengan sadar atau pun tanpa sadar; kita mendapat perhatian khusus dari TUHAN.
 
Wahyu 7:4-8
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, (7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, (7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.
 
Jumlah mereka yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israel adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan, antara lain; suku Yehuda, suku Ruben, suku Gad, suku Asyer, suku Naftali, suku Manasye, suku Simeon, suku Lewi, suku Isakhar, suku Zebulon, suku Yusuf, suku Benyamin, masing-masing ada 12.000 (dua belas ribu) orang yang dimeteraikan.
Jadi, 12 (dua belas) suku Israel x 12.000 orang yang dimeteraikan, hasilnya adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israel.
 
Lebih rinci tentang 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israel.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.

Singkatnya, di sini kita melihat; Anak Domba berdiri di bukit Sion bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan.
Kemudian, pada dahi mereka terdapat meterai Allah, mengapa? Sebab pada dahi mereka tertulis nama-Nya (nama Anak Allah) dan nama Bapa-Nya. Hal itu menunjukkan bahwa mereka (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan, itulah hamba-hamba Allah yang menjadi milik kepunyaan Allah sendiri atau buah sulung dari mempelai wanita TUHAN.
 
Tanpa ragu saya mengatakan, bahwasanya; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan tersebut, jelas itu menunjuk; gunung Sion. Itulah pengertian secara rohani dari gunung Sion.
Jadi, saudara tidak perlu bingung tentang gunung Sion, supaya saudara jangan sibuk mencari di mana letak gunung Sion yang dahulu disebut gunung Sion.
 
Bukti lain sebagai bukti yang kuat yang menunjukkan bahwa dia adalah gunung Sion, yang juga merupakan PRAKTEK MENJADI GUNUNG SION.
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
Di sini kita perhatikan: Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru dan tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu, kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut.
Jelas, hal berbicara tentang adanya suatu persekutuan yang baik, adanya suatu persekutuan yang indah antara 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) dengan Anak Domba itu sendiri.
 
Persekutuan semacam ini disebut juga dengan hubungan intim, atau disebut juga dengan hubungan nikah yang suci antara Kristus -- sebagai Mempelai Pria Sorgawi -- dengan sidang jemaat -- sebagai mempelai wanita-Nya -- berdasarkan kasih. Sehingga, ketika hubungan intim itu berlangsung, memang tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu, atau tidak ada orang yang mengetahuinya, kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut dan Kristus sebagai Kepala Gereja.
Ketika hubungan itu intim, tidak ada orang yang tahu, tidak ada orang yang dapat mempelajari nyanyian baru, kecuali orang itu dengan TUHAN, orang yang sedang melangsungkan hubungan intim dengan TUHAN.
 
Singkatnya: Puncak dari hubungan intim antara sidang mempelai wanita TUHAN dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga adalah doa penyembahan, yang disertai dengan bahasa Roh atau bahasa lidah -- bahasa asing, disebut juga logat ganjil --.
 
Kita lihat satu pribadi yang luar biasa, yang juga melangsungkan hubungan yang intim dengan TUHAN, itulah pribadi Rasul Paulus, dan itu diceritakan secara pribadi dan langsung kepada jemaat di Korintus, di dalam 2 Korintus 12, dengan perikop: “Paulus menerima penglihatan dan penyataan. Penglihatan dan penyataan diterima oleh Rasul Paulus, pada saat kapan hal itu terjadi?
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
 
Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya ... Tidak ada faedahnya untuk kita bermegah sekalipun kita memiliki kelebihan, sekalipun kita memiliki harta, kekayaan, kedudukan, jabatan yang tinggi, gelar yang tinggi, atau bahkan sekalipun menjadi seorang bangsawan. Tetapi biarlah kita bermegah karena salib Krists; sebab, kalau kita bermegah dalam kelemahan (salib Kristus), maka di situ kita kuat.
Ketika kita bermegah dalam kelebihan (merasa diri hebat), maka kita lemah. Oleh sebab itu, biarlah kita bermegah oleh karena salib Kristus saja.
 
Tetapi, pokok pemberitaan (pokok cerita) dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus adalah dia ingin memberi tahu suatu perkara yang ajaib, yang dialaminya langsung.
Kita patut bersyukur kalau seorang hamba TUHAN memiliki pengalaman yang hebat bersama dengan TUHAN, lalu pengalaman itu menjadi contoh teladan bagi sidang jemaat; itu adalah suatu contoh yang luar biasa. Dan kita berdoa, biarlah kita memiliki kerinduan yang seperti itu supaya kita bisa mengikuti contoh teladan yang sempurna semacam itu.
 
Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- ... Itulah penglihatan; TUHAN yang melakukan itu terhadap Rasul Paulus.
 
Dari pembacaan 2 Korintus 12:1-4 ... Hal yang ajaib yang dialami oleh Rasul Paulus ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, di mana ia menerima penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan dari TUHAN, lalu peristiwa itu diceritakan kepada sidang jemaat di Korintus setelah 14 (empat belas) tahun ia melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Tetapi singkatnya, ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga, di situlah ia mendapatkan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan dari TUHAN.
 
Penyataan-penyataan itu, jelas itu adalah kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan oleh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa Rasul Paulus berada dalam suatu persekutuan yang baik, ada dalam suatu persekutuan yang indah bersama dengan TUHAN. Persekutuan semacam ini disebut juga dengan hubungan intim, disebut juga dengan hubungan dalam nikah yang suci antara sidang jemaat -- sebagai mempelai wanita TUHAN -- dengan Kristus -- sebagai Mempelai Pria Sorga -- berdasarkan kasih, antara tubuh dan Kepala menyatu.
Ketika hubungan itu berlangsung tidak ada yang tahu, kecuali orang itu dengan TUHAN. Sebagaimana dengan Rasul Paulus mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan oleh manusia. Hal itu terjadi ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga.
Kalau dikaitkan dengan pola Tabernakel, “tingkat yang ketiga” à Ruangan Maha Suci, suatu kedudukan yang sangat tinggi, yang merupakan puncak dari ibadah.
-          Tingkatan yang pertama, itulah daerah halaman.
-          Tingkatan yang kedua, itulah daerah Ruangan Suci.
-          Puncak dari tingkatan, itulah Ruangan Maha Suci.
Pendeknya: Rasul Paulus hidup di dalam hubungan yang intim dengan Kristus sebagai Kepala.
 
Kemudian, Rasul Paulus juga menerima penglihatan-penglihatan. Kalau kita kaitkan dengan Ibrani 9, penglihatan yang dimaksud di sini, diceritakan juga oleh Rasul Paulus kepada jemaat atau kepada orang Ibrani.
 
Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
 
Di belakang tirai yang kedua, itulah Ruangan Maha Kudus (Ruangan Maha Suci), ternyata Mezbah Pembakaran Ukupan dari emas itu sudah ada di dalam Ruangan Maha Suci. Inilah penglihatan-penglihatan Rasul Paulus.
 
Sementara ...
1.      Meja Roti Sajian = Penuh dengan Firman Allah yang benar dan murni.
2.      Kaki dian atau pelita emas = Penuh dengan Roh Kudus.
Keduanya ada di bumi. Sebaliknya, Rasul Paulus melihat Mezbah Pembakaran Ukupan emas itu ternyata sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci.
Hal ini menunjukkan bahwa; doa penyembahan membawa kita untuk berada pada tingkatan yang tertinggi atau puncak ibadah.
 
Jadi, dalam 2 Korintus 12, Rasul Paulus menerima penglihatan-penglihatan, dan apa yang dia lihat, itu ditulis dalam Ibrani 9. Ternyata, ukupan emas atau cawan emas pembakaran ukupan sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci. Pendeknya, doa penyembahan, itulah yang membawa kita sampai kepada tingkatan yang tertinggi, atau disebut puncak ibadah.
 
Singkatnya: Ketika Rasul Paulus hidup dalam doa penyembahan, menunjukkan bahwa Rasul Paulus berada di atas gunung Sion, atau sama dengan gunung Sion.
 
Itu sebabnya, kita tidak perlu bingung di mana letak gunung Sion yang sering disebutkan oleh raja Daud, bahkan yang direbut dan dipertahankan oleh raja Daud. Jadi, gunung Sion yang kita rebut sekarang adalah doa penyembahan, itulah tingkatan yang tertinggi, puncak dari ibadah. Sekali lagi saya sampaikan; saudara tidak perlu bingung di mana letak gunung Sion yang sekarang, tetapi yang terpenting adalah gunung Sion rohani, berarti kita berada dalam puncak ibadah, itulah doa penyembahan.
 
Jadi, sudah sangat jelas bahwa; Wahyu 7 jelas itu berbicara tentang gunung Sion. Saya tidak ragu untuk mengatakan hal itu.
Itulah hamba-hamba Allah yang telah dimeteraikan, di mana jumlah mereka yang dimeteraikan adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang dari 12 (dua belas) suku Israel.
 
Setelah kita menemukan letak kedudukan dari gunung Sion yang memuncak sampai doa penyembahan, setelah kita melihat kedudukan yang tertinggi itu, selanjutnya kita akan melihat DI SISI LAIN pada saat berada pada puncak kedudukan yang tertingi.
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.

Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat ... Bagaimana itu bisa terjadi? Pada saat kapan itu akan terdengar? Pertanyaan ini akan terjawab setelah kita membaca ayat 3.
 
Wahyu 14:3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

Doa penyembahan disertai dengan bahasa lidah, itulah persekutuan yang baik, persekutuan yang indah antara tubuh dengan Kepala, yang disebut juga dengan hubungan intim, dan hal itu berlangsung ternyata disertai dengan bunyi guruh.
 
Hal ini harus kita pahami lebih dalam mengenai BUNYI GURUH di dalam Wahyu 8:1-5, supaya ibadah ini betul-betul ibadah yang mengandung janji. Kita harus mengerti Firman Allah yang dibukakan dan yang dinyatakan kepada kita secara langsung malam ini supaya betul-betul kita menjadi gunung Sion. Ibadah ini tidak kerjakan sia-sia, kedatangan kita pun tidak dengan hawa nafsu, tetapi betul-betul supaya kita menjadi gunung Sion.
 
Kita akan memperhatikan Wahyu 8, dengan perikop: “Meterai yang ketujuh Berarti, meterai yang terakhir yang dibukakan oleh Anak Domba Allah, itulah gulungan kitab dan ketujuh meterainya.
Wahyu 8:1
(8:1) Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya.
 
Ketika meterai yang terakhir dibukakan, maka sunyi senyaplah di sorga. Ini adalah suatu kenyataan yang terjadi dalam suatu keadaan yang begitu tenang disertai dengan damai yang luar biasa yang tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata, selain dirasakan oleh orang itu sendiri bersama dengan TUHAN yang melangsungkan hubungan intim itu sendiri.
Tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata; rasa damai, rasa ketenangan yang tinggi itu tidak bisa dilukiskan, diucapkan dengan kata-kata, tak terkatakan, hanya bisa dirasakan oleh orang yang melangsungkan hubungan intim itu dengan TUHAN.
 
Wahyu 8:2
(8:2) Lalu aku melihat ketujuh malaikat, yang berdiri di hadapan Allah, dan kepada mereka diberikan tujuh sangkakala.
 
Setelah pembukaan ketujuh meterai, lanjut dengan 7 (tujuh) sangkakala diserahkan kepada 7 (tujuh) malaikat untuk selanjutnya ditiup oleh ketujuh malaikat Allah tersebut.  7 (tujuh) sangkakala yang ditiup oleh 7 (tujuh) malaikat, itu merupakan hukuman yang berlangsung kepada mereka-mereka yang tidak menghargai pembukaan Firman TUHAN.
 
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.
 
Seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas ... Tidak lain, tidak bukan, ini jelas merupakan Pribadi Yesus Kristus, Dia adalah Imam Besar Agung yang memimpin ibadah kita sampai puncaknya, itulah doa penyembahan.
Kita berdoa, supaya dalam pertemuan-pertemuan ibadah kita, Dia tampil di tengah ibadah ini sebagai Imam Besar untuk melayani, berdoa, dan memperdamaikan dosa kita, yang berkuasa untuk membawa dan memimpin ibadah ini sampai kepada puncaknya, itulah gunung Sion, itulah doa penyembahan.
 
Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah. Jadi, sudah jelas; doa penyembahan yang membawa kita naik dari bumi sampai menembusi takhta Allah.
Semua perkara kalau dilemparkan ke atas, pada akhirnya akan jatuh ke bawah. Hanya satu perkara yang lepas dari daya tarik bumi, itulah asap dupa kemenyan, itulah doa penyembahan yang membawa kita, merampas kita dari bumi, lalu menembusi takhta Allah. Maka, di situlah terjadi suatu kenyataan yang luar biasa, yaitu ada hubungan intim; dalam suatu keadaan yang begitu tenang disertai dengan damai sejahtera yang tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata, tak terkatakan, hanya bisa dialami dan dirasakan oleh orang yang mengadakan hubungan intim itu sendiri dengan TUHAN.
 
Wahyu 8:5
(8:5) Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
 
Kemudian, malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Lihat, sesudah cawan berisi api itu dilemparkan ke bumi, maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
 
Ada 2 (dua) kegiatan yang sangat kontras atau berbanding terbalik:

1.      Kehidupan yang hidup dalam doa penyembahan -- jelas itu menunjuk; gunung Sion -- mengalami suatu ketenangan yang luar biasa di tengah-tengah segala guncangan yang terjadi menimpa bumi.

2.      Sedangkan manusia duniawi akan mengalami suatu guncangan yang hebat di dalam segala bidang.

 
Singkatnya; manusia duniawi menghadapi goncangan di mana akan terjadi goncangan yang hebat. Ekonomi akan digoncang, politik digoncang, pemerintahan digoncang, sampai nikah-nikah digoncang¸ sehingga banyak nikah-nikah yang hancur, terjadi perceraian yang luar biasa, itu akan dialami oleh manusia duniawi.
Itu sebabnya, biarlah kiranya lewat ibadah ini merupakan sarana yang menguntungkan kita untuk membawa kita sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan; menjadi gunung Sion, lepas dari guncangan yang terjadi atas muka bumi ini.
 
Sebab, kalau kita perhatikan di sini;
-          Pada ayat 1, di sorga terjadi suatu ketenangan disertai damai yang luar biasa.
-          Sedangkan pada ayat 5, di bumi terjadi halilintar, guruh dan gempa bumi.
Pendeknya: Terjadi suatu guncangan dan keributan-keributan dan guruh-guruh yang hebat, yang akan dialami oleh manusia duniawi. Tetapi bagi kehidupan yang ibadahnya sudah memuncak sampai kepada doa penyembahan, bahkan ia disebut menjadi gunung Sion, lepas dari guncangan yang akan terjadi di bumi, sebaliknya merasakan suatu kedamaian, ketenangan yang tinggi sekali, tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata, kecuali dialami oleh orang itu dengan TUHAN.
 
Pendeknya: Doa penyembahan disertai dengan guruh, jelas itu berbicara; pengangkatan terhadap gereja atau kelepasan yang dialami oleh gereja, sampai kelak dipermuliakan.
Jadi, saudara jangan bingung kapan terjadi pengangkatan, sebab pengangkatan itu terjadi saat ibadah kita sudah memuncak sampai doa penyembahan, saat itulah kita mengalami kelepasan-kelepasan dari bumi ini, dari segala ikatan-ikatan, bagaikan kita mengalami penyingkiran yang hebat.
 
Kita lihat suatu peristiwa yang merupakan gambaran secara rohani bagi kita. Peristiwa itu memang sudah terjadi, tetapi itu merupakan gambaran, lukisan yang begitu indah, lukisan yang begitu mempesona hati kita masing-masing. Bahkan, begitu saya menerimanya dari TUHAN, saya berterimakasih kepada TUHAN, sebab ibadah yang memuncak sampai doa penyembahan Engkau lukiskan bagi kami, lukisan itu begitu nyata di depan mata kami.
 
Kejadian 15:12
(15:12) Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak. Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan.
 
Menjelang matahari terbenam, tertidurlah Abram dengan nyenyak... Ini jelas berbicara tentang kelemahan yang dialami oleh gereja TUHAN.
Lalu turunlah meliputinya gelap gulita yang mengerikan ... Suatu kali nanti, akan turun gelap gulita meliputi seantero dunia ini, di mana dunia ini suatu kelak nanti akan menjadi gua singa, puncak kegelapan akan terjadi.
 
Tetapi lihat, suatu lukisan yang abstrak oleh mata jasmani, tetapi begitu nyata di pemandangan mata rohani kita, begitu indah dan mempesona hati kita.
Kejadian 15:13
(15:13) Firman TUHAN kepada Abram: "Ketahuilah dengan sesungguhnya bahwa keturunanmu akan menjadi orang asing dalam suatu negeri, yang bukan kepunyaan mereka, dan bahwa mereka akan diperbudak dan dianiaya, empat ratus tahun lamanya.
 
Israel diperbudak selama 400 (empat ratus) tahun di Mesir. Sepertinya Israel diasingkan, sepertinya Israel disingkirkan dari hadapan TUHAN, tetapi ingat baik-baik; 400 (empat ratus) tahun jika dikalikan dengan 360 (tiga ratus enam puluh) hari, maka hasilnya adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, itulah jumlah yang dimeteraikan, itulah jumlah yang disingkirkan dari bumi ini, sehingga lepas dari guncangan-guncangan yang terjadi dari atas muka bumi ini.
 
Inilah lukisan yang abstrak oleh mata jasmani yang saya maksud tadi, tetapi merupakan lukisan yang begitu indah, lukisan yang sangat mempesona hati kita, yang terlihat dengan jelas oleh mata rohani kita masing-masing, dan itulah yang menyegarkan hati kita malam ini, bukan?
Kita bersykur kepada TUHAN; Dia adalah Pribadi yang betul-betul sangat memperhatikan, peduli kepada kita masing-masing. Memang, kita bukan siapa-siapa di bumi ini, kita ini bukan orang yang terpandang, bukan pesohor, kita adalah orang papah, kita ini adalah sampah dunia yang tidak masuk dalam hitungan mereka, kita ini mungkin kehidupan yang dikecilkan, tidak diperhitungkan, yang sepertinya diasingkan, yang sepertinya disingkirkan oleh karena salib, tetapi rupanya TUHAN sedang membawa kita kepada doa penyembahan, sehingga lepas dari daya tarik bumi, lepas dari segala guncangan-guncangan yang terjadi menimpa bumi ini.
 
Lukisan itu sangat abstrak bagi mata jasmani kita, tetapi begitu nyata dan sungguh indah bagi mata rohani kita, tidak bisa dibayar dengan uang yang banyak. Jadi, ketika kita datang dengan segala korban, pikiran, uang, waktu, dan materi, itu tidaklah sebanding dengan lukisan ini. Itu sebabnya, saudara jangan suka hitung-hitungan dalam hal berkorban tenaga, pikiran dan waktu; untuk pekerjaan TUHAN tidak perlu hitung-hitungan. TUHAN sudah perlihatkan suatu keindahan yang tidak bisa diukur oleh uang yang banyak.
Saya mau tanya; untuk keselamatan jiwa, berapa triliun yang bisa dibayar? Keselamatan jiwa tidak bisa dibayar dengan uang.
 
Singkatnya: Wahyu 7:1-8 jelas itu menunjuk gunung Sion yang berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Kalimat ini menunjukkan bahwasanya gunung Sion menjulang permai.
 
Jadi, kita sudah menemukan benar adanya bahwasanya Wahyu 7:1-17 jelas menunjuk gunung Sion; kita tidak perlu ragu. Tetapi, Wahyu 7 ini dibagi dalam 2 (dua) bagian:
Bagian YANG PERTAMA adalah Wahyu 7:1-8, itulah jumlah dari 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari antara manusia di atas muka bumi yang menjadi buah sulung atau inti dari mempelai wanita TUHAN, itulah gunung Sion itu sendiri secara kasat mata.
Setelah kita melihat bahwa gunung Sion menjulang tinggi, selanjutnya bagian YANG KEDUA adalah Wahyu 7:9-17. Namun, yang mau kita baca dari bagian yang kedua adalah Wahyu 7:9 saja.
 
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
 
Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya ... Suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, inilah segala suku bangsa dan bahasa yang berduyun-duyun naik ke gunung Sion tadi, di mana jumlah mereka tidak terhitung banyaknya, di mana mereka datang dari segala bangsa, datang dari segala suku, datang dari segala kaum, datang dari segala bahasa.
 
Selanjutnya, dalam kumpulan yang besar dengan jumlah yang banyak tak terhitung itu, kita lihat apa yang terjadi? Suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba.
Ternyata, mereka berdiri di hadapan takhta Allah, mereka menghadap takhta Allah sebagaimana malam ini kita datang menghadap TUHAN, sebagaimana malam ini kita datang menghadap takhta Allah dan di hadapan Anak Domba.
Kita bersyukur, sebab ternyata ibadah ini merupakan sarana yang heran, sebab ibadah ini merupakan kesempatan bagi kita untuk menghadap takhta Allah. Jangan menganggap kecil ibadah.
 
Sedikit kesaksian: Setiap kali kita kebaktian, saya selalu mendapatkan laporan dari yang bertugas untuk live streaming; berapa ratus pun jumlah komentar, saya harus dengar komentar itu. Salah satu komentar yang mengikuti pemberitaan firman dari live streaming berkata bahwa ibadah itu tidak perlu. Karena, menurut dia; ibadah itu ada di luar kita beribadah, bukan saat menghadap takhta lewat ibadah, di situ kita megimplementasikan, memperaktekkan kasih kepada TUHAN dan sesama.
Itu betul, tetapi kita harus menghadap Allah, menghadap takhta Allah dan menghadap takhta Anak Domba setiap kali kita beribadah kepada TUHAN. Kalau kita menghadap Allah, sama dengan; hidup di dalam kasih Allah. Ketika kita menerima kasih Allah, barulah kita dapat mempraktekkan kasih Allah itu di luar ibadah.
Jadi, kepada saudara yang salah mengerti tentang ibadah, mari kita sekarang diterangi oleh TUHAN.
 
Kembali kita perhatikan kalimat: Suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba. Kalimat ini menunjukkan bahwa gunung Sion menjadi kegirangan bagi seluruh bangsa.
Singkatnya; himpunan besar orang banyak yang tak terhitung banyaknya datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bangsa itu merupakan bayangan dari inti mempelai -- yaitu gunung Sion, yakni 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan dair bumi tersebut --.
 
Bukti bahwa mereka merupakan bayangan dari inti mempelai dapat dilihat dari keadaan himpunan besar orang banyak itu saat menghadap takhta Allah:

1.      Mereka memakai jubah putih.

2.      Mereka memegang daun-daun palem di tangan mereka à Hari perhentian kekal (Yerusalem baru), itulah hari raya yang ketujuh, yaitu hari raya pondok daun. 

Jadi, jelas; mereka adalah bayangan dari inti mempelai yang naik ke gunung Sion, sebab gunung Sion menjadi kegirangan bagi segala suku, kaum, bahasa dan bangsa.
 
Saya merindu, dalam setiap perkataan, dalam setiap perbuatan kita menjadi kegirangan bagi banyak orang. Dan itu adalah tanda bahwa kehidupan rohani kita sudah berada pada puncak rohani; menjadi gunung Sion bagi bangsa-bangsa.
Saya berharap sedemikian rupa nyata dalam kehidupan kita masing-masing. Baik juga anak-anak TUHAN, umat TUHAN, saudara yang terus mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming dalam penggembalaan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon, berikan dirimu untuk dipimpin sampai kepada puncak ibadah, itulah doa penyembahan, supaya menjadi gunung Sion, sehingga kehidupan kita betul-betul menjadi kegirangan bagi segala suku, kaum, bahasa dan bangsa, baik dalam perkataan menjadi kegirangan, kesukaan bagi orang lain, teramat lebih perbuatan kita, solah tingkah, gerak-gerik kita menjadi suatu kegirangan sukacita bagi setiap orang yang melihat kita, bagi setiap orang yang di sekitar kita, supaya di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan bahwasanya nubuatan Yesaya sudah tergenapi dalam kehidupan kita, dan sudah dituliskan oleh Rasul Yohanes sesuai dengan penglihatannya di pulau Patmos di dalam Wahyu 7.
 
Wahyu 7:10
(7:10) Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"

Saat menghadap takhta Allah berseru dengan suara nyaring. Adapun seruan yang nyaring itu ialah “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!
 
Ketika Yesus tiba di Yerusalem banyak orang menyongsong dan menyanbut sambil memegang daun-daun palem, dan berkata: “Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!”, dan Dia menunggangi keledai muda. Biarlah kehidupan kita ditunggangi oleh TUHAN untuk selanjutnya dibawa masuk ke dalam Yerusalem baru (Yerusalem samawi).
Tetapi dalam kisah yang lain, ketika TUHAN Yesus menunggangi keledai muda, ada tindangan dari 3 (tiga) golongan:
Golongan YANG PERTAMA: Ada orang yang menghamparkan ranting-ranting; ini adalah gambaran gereja TUHAN yang pada awalnya hijau, luar biasa mengikuti TUHAN, namun pada akhirnya ranting-ranting tersebut menjadi kering karena persekutuannya tidak baik, tidak intim dengan TUHAN. Persekutuan yang baik adalah persekutuan yang disebut “hubungan intim”, hubungan dalam nikah suci = melekat pada pokok.
Kemudian, golongan YANG KEDUA: Ada juga yang menghamparkan pakaian mereka di jalan-jalan. Pakain à Perbuatan. Tetapi sesudah dilewati, pakaian itu diambil kembali; hidup sesuai kebenaran diri sendiri.
Tetapi yang TUHAN mau pada golongan YANG KETIGA: Ada orang yang menaruh pakaiannya, lalu dijadikan alas di atas punggung dari keledai tersebut untuk menjadi tempat duduk bagi Pribadi Yesus Kristus, Raja di atas segala raja, lalu dibawa masuk sampai ke Yerusalem yang baru. Biarlah tabiat kita menjadi alas untuk ditunggangi dan selanjutnya dibawa masuk sampai Yerusalem yang baru.
Jangan sampai ibadah dan pelayanan ini ditunggangi oleh perempaun Babel (pelacur besar), supaya lepas dari roh percabulan. Jangan kita datang beribadah untuk mencari kelimpahan; jangan kita datang beribadah hanya untuk mencari berkat dan keberkatan; jangan kita datang beribadah hanya untuk mencari berhasil dan keberhasilan, sekalipun tanda-tanda mujizat ada di situ.
Tetapi yang TUHAN mau;  hubungan itu harus dibawa sampai puncaknya (doa penyembahan). Maka, ibadah ini harus ditunggangi oleh TUHAN Yesus Kristus; tabiat kita dialaskan dan dibawa sampai Yerusalem yang baru.
 
Itulah suara nyaring mereka yang berseru: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!”, bagaikan ketika Yesus disambut oleh orang banyak yang memegang daun-daun palem, sambil berseru-seru: "Hosana! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel!"
 
Kita lihat seruan yang sama ternyata sudah dinubuatkan oleh nabi Yoel.
Yoel 2:31
(2:31) Matahari akan berubah menjadi gelap gulita dan bulan menjadi darah sebelum datangnya hari TUHAN yang hebat dan dahsyat itu.
 
Guncangan itu memang akan terjadi, tetapi ...

-          Doa penyembahan yang disertai dengan guruh, itu berbicara tentang kelepasan yang dialami oleh mempelai TUHAN.

-          Sementara manusia duniawi mengalami segala guncangan yang akan menimpa dunia. 

 
Yoel 2:32
(2:32) Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas."
 
Barangsiapa yang berseru kepada TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan.
Singkatnya:
-          Gunung Sion adalah pembawa kabar baik.
-          Yerusalem juga adalah pembawa kabar baik.
Mereka berseru dengan suara nyaring: Keselamatan ada di atas gunung Sion.
Jadi, gunung Sion dan Yerusalem adalah pembawa kabar baik, kabar keselamatan, sehingga setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas dari bumi ini.
Kita bersyukur kepada TUHAN, sebab TUHAN Yesus baik kepada kita, bukan?
 
Kita kembali untuk membaca Wahyu 7, untuk melihat mengenai gunung Sion yang datang dari segala suku, kaum bahasa dan bangsa tadi.
Wahyu 7:11-12
(7:11) Dan semua malaikat berdiri mengelilingi takhta dan tua-tua dan keempat makhluk itu; mereka tersungkur di hadapan takhta itu dan menyembah Allah, (7:12) sambil berkata: "Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!"
 
Ibadah yang sudah memuncak sampai doa penyembahan, berarti; segala kemuliaan, segala puji-pujian, segala hikmat, segala syukur, segala hormat, segala kekuasaan, segala kekuatan hanya bagi Allah kita sampai selama-lamanya.  Itu akan terjadi manakala kita berada pada puncak ibadah, yaitu doa penyembahan.
 
Wahyu 7:13-14
(7:13) Dan seorang dari antara tua-tua itu berkata kepadaku: "Siapakah mereka yang memakai jubah putih itu dan dari manakah mereka datang?" (7:14) Maka kataku kepadanya: "Tuanku, tuan mengetahuinya." Lalu ia berkata kepadaku: "Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar; dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.
 
Mereka ini adalah orang-orang yang keluar dari kesusahan yang besar ... Kehidupan yang diasingkan selama 400 (empat ratus) tahun, sepertinya disingkirkan. Tetapi, ingat dengan baik; 400 (empat ratus) tahun x 360 (tiga ratus enam puluh) hari = 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang disingkirkan, yang mengalami kelepasan dari bumi ini. Jadi, saling terkait.
 
Dan mereka telah mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba. Berarti, sengsara besar saat kita memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan adalah suatu kesempatan emas untuk kita di dalam hal mencuci jubah dan membuatnya putih bersih berkilau-kilauan.
 
Jadi, sepertinya “disingkirkan”, tetapi itu adalah kesempatan untuk mencuci jubah sampai putih bersih. Dari mana jubah putih itu? Ternyata, jubah putih itu diperoleh dari pengorbanan Yesus Kristus. Biarlah kita mencuci jubah dan membuatnya putih lewat sengsara salib.
 
Jadi ...

-          Daun-daun palem, berarti itu berbicara tentang hari ketujuh = hari perhentian.

-          Sementara jubah putih, menunjukkan bahwa mereka layak di hadapan TUHAN oleh karena darah Anak Domba.

 
Wahyu 7:15
(7:15) Karena itu mereka berdiri di hadapan takhta Allah dan melayani Dia siang malam di Bait Suci-Nya. Dan Ia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka.
Darah salib adalah kekuatan kita. Darah salib adalah dasar kita untuk beridiri di hadapan takhta Allah, juga dasar kita untuk melayani Dia, TUHAN kita, Raja di atas segala raja siang dan malam .
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Dasar kita melayani TUHAN adalah darah salib Kristus. Kasih Allah adalah dasar kita untuk beribadah dan melayani TUHAN.
Tetapi ingat; dalam kesempatan yang lain, Dia yang duduk di atas takhta itu akan membentangkan kemah-Nya di atas mereka. TUHAN diam di antara kita memberikan tudung perlindungan bagi kita sampai selama-lamanya; ingat itu. Sion adalah kota Raja Besar.
 
Wahyu 7:16-17
(7:16) Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi, dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi. (7:17) Sebab Anak Domba yang di tengah-tengah takhta itu, akan menggembalakan mereka dan akan menuntun mereka ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapus segala air mata dari mata mereka."
 

-          Mereka tidak akan menderita lapar dan dahaga lagi ... Tidak ada lagi derita lapar dan haus.

-          Dan matahari atau panas terik tidak akan menimpa mereka lagi ... Tidak ada lagi ujian atas seizin TUHAN.

Sebab TUHAN tampil sebagai Gembala dan menuntun ke mata air kehidupan. Dan Allah akan menghapuskan segala air mata dari mata mereka, berarti TUHAN sudah jadikan segala sesuatu baru sebab segala yang lama sudah berlalu.
 
Kita harus bersyukur malam ini kepada TUHAN. Kita harus menangis disertai rasa syukur kepada TUHAN. Sarana untuk kita menghadap TUHAN adalah ibadah; jadi, jangan ada yang mengecilkan ibadah. Hanya orang bodoh yang mengecilkan ibadah, hanya orang bodoh yang menganggap enteng ibadah, padahal itu adalah sarana untuk membawa kita pada puncak gunung Sion, gunung yang tertinggi. Haleluya. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment