KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, March 17, 2021

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 13 MARET 2021



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 13 MARET 2021
 
STUDY YUSUF
(Seri: 226)
 
Subtema: GUNUNG SION MENJULANG PERMAI & MENJADI KEGIRANGAN
 
Segala puji, segala hormat hanya bagi Dia yang sudah mengizinkan kita untuk berada di tengah Ibadah Pemuda Remaja, semua karena kemurahan hati TUHAN bagi kita.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook baik di dalam maupun di luar negeri, di mana pun anda berada.
Selanjutnya, mari kita mohonkan kemurahan TUHAN, supaya firman yang dibukakan itu betul-betul mencapai kehidupan kita masing-masing, dengan lain kata; firman itu meneguhkan setiap kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
 
Secepatnya kita sambut STUDY YUSUF sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja, dari Kejadian 41, dengan perikop: “Yusuf di Mesir sebagai penguasa”.
Kejadian 41:37-40
(41:37) Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. (41:38) Lalu berkatalah Firaun kepada para pegawainya: "Mungkinkah kita mendapat orang seperti ini, seorang yang penuh dengan Roh Allah?" (41:39) Kata Firaun kepada Yusuf: "Oleh karena Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu, tidaklah ada orang yang demikian berakal budi dan bijaksana seperti engkau. (41:40) Engkaulah menjadi kuasa atas istanaku, dan kepada perintahmu seluruh rakyatku akan taat; hanya takhta inilah kelebihanku dari padamu."
 
Firaun dengan sangat yakin, bahwasanya Yusuf layak untuk menjadi;
-          Kuasa atas istana Firaun.
-          Dan seluruh rakyat akan taat terhadap perintah Yusuf.
Mengapa demikian? Sebab Yusuf adalah ...
-          Seorang yang penuh dengan Roh Allah.
-          Seorang yang berakal budi dan bijaksana.
 
Berarti, untuk menjadi imamat rajani atau pelayan-pelayan yang memerintah sebagai raja yang berkuasa di bumi, maka tentu saja kita, sebagai seorang pelayan, harus:
-          Penuh dengan Roh Allah yang suci.
-          Penuh dengan Firman Allah = Berakal budi dan bijaksana.
 
Kejadian 41:41
(41:41) Selanjutnya Firaun berkata kepada Yusuf: "Dengan ini aku melantik engkau menjadi kuasa atas seluruh tanah Mesir."
           
Selanjutnya, Yusuf pun dilantik untuk menjadi kuasa atau Perdana Menteri atas seluruh tanah Mesir.
 
Sebenarnya, apabila seorang hamba TUHAN datang menghadap Allah dalam tahbisan yang suci, artinya; tidak ada lagi tanda kenajisan yang melekat di dalam dirinya, itu menunjukkan bahwa TUHAN sudah melantik dia sebagai imamat rajani, sebagai seorang hamba TUHAN yang layak melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN di bumi ini.
 
Tentang PELANTIKAN ini, kita hubungkan dengan Mazmur 2.
Mazmur 2:6
(2:6) "Akulah yang telah melantik raja-Ku di Sion, gunung-Ku yang kudus!"
 
Allah telah memilih seorang raja, serta melantiknya di Sion, yakni gunung Allah yang kudus. Dengan melantik raja-Nya di gunung Sion, menunjukkan bahwasanya; Allah itu Mahabesar dan sangat terpuji.
 
Mazmur 48:2
(48:2) Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita!
 
Besarlah TUHAN dan sangat terpuji di kota Allah kita, yakni Gunung Sion, sebab Allah telah melantik raja-Nya di gunung Sion.
 
Mazmur 48:3
(48:3) Gunung-Nya yang kudus, yang menjulang permai, adalah kegirangan bagi seluruh bumi; gunung Sion itu, jauh di sebelah utara, kota Raja Besar.
 
Gunung Sion atau gunung Allah yang kudus adalah kota Raja besar. Mengapa demikian? Sebab, gunung Sion;
-          Menjulang permai.
-          Kegirangan bagi seluruh bumi.
 
Selanjutnya, kita melihat PERSAMAAN Mazmur 48:2-3 di dalam Yesaya 2:2-3, dengan perikop: “Sion sebagai pusat Kerajaan Damai”.
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Di hari-hari yang terakhir, terhadap gunung Sion, akan terjadi, YANG PERTAMA:
-          Gunung Sion akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung.
-          Gunung Sion akan menjulang tinggi di atas bukit-bukit.
Kalimat ini menunjukkan kepada kita, bahwasanya; gunung Sion itu menjulang permai.
 
Di hari-hari yang terakhir, terhadap gunung Sion, akan terjadi, YANG KEDUA: Segala bangsa akan berduyun-duyun ke gunung Sion, dan banyak suku bangsa akan naik ke gunung Sion.
Kalimat ini menunjukkan, bahwasanya; gunung Sion menjadi kegirangan bagi seluruh bangsa-bangsa.
 
Dengan demikian, terjadilah suatu kesamaan antara Yesaya 2:2-3 dengan Mazmur 48:2-3. Jadi, Yesaya 2:2-3 sama dengan Mazmur 48:2-3, gunung Sion itu menjulang permai dan gunung Sion itu menjadi kegirangan.
 
Segera saja saya akan mengajak saudara untuk memperhatikan PENGGENAPAN DARI NUBUATAN YESAYA ini tentang gunung Sion di hari-hari terakhir. Dan nubuatan nabi Yesaya ini dinyatakan dengan jelas di dalam Wahyu 7. Penggenapan nabi Yesaya ini dinyatakan di hari-hari terakhir, dan hal itu akan terjadi di hari-hari terakhir yang tertulis di dalam Wahyu 7.
Singkatnya, Wahyu 7 ini berbicara tentang gunung Sion, sebab Wahyu 7:1-8 berbicara tentang orang-orang yang dimeteraikan dari bangsa Israel.
 
Mari kita lihat Wahyu 7:1-8, namun terlebih dahulu kita akan membaca ayat 1-3.
Wahyu 7:1-3
(7:1) Kemudian dari pada itu aku melihat empat malaikat berdiri pada keempat penjuru bumi dan mereka menahan keempat angin bumi, supaya jangan ada angin bertiup di darat, atau di laut atau di pohon-pohon. (7:2) Dan aku melihat seorang malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit. Ia membawa meterai Allah yang hidup; dan ia berseru dengan suara nyaring kepada keempat malaikat yang ditugaskan untuk merusakkan bumi dan laut, (7:3) katanya: "Janganlah merusakkan bumi atau laut atau pohon-pohon sebelum kami memeteraikan hamba-hamba Allah kami pada dahi mereka!"
 
Sebelum bumi, laut, dan pohon-pohonan dirusak, maka hamba-hamba Allah atau orang-orang yang menjadi milik kepunyaan Allah sudah harus terlebih dahulu dimeteraikan.
Itu adalah tanda besar dari kasih Allah, sebab pada ayat 2 dikatakan; satu malaikat lain muncul dari tempat matahari terbit, dialah yang ditugaskan oleh Allah untuk memeteraikan hamba-hamba Allah. Jelas, itu berbicara tentang kasih Allah.
 
Wahyu 7:4-8
(7:4) Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku keturunan Israel. (7:5) Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan, dari suku Ruben dua belas ribu, dari suku Gad dua belas ribu, (7:6) dari suku Asyer dua belas ribu, dari suku Naftali dua belas ribu, dari suku Manasye dua belas ribu, (7:7) dari suku Simeon dua belas ribu, dari suku Lewi dua belas ribu, dari suku Isakhar dua belas ribu, (7:8) dari suku Zebulon dua belas ribu, dari suku Yusuf dua belas ribu, dari suku Benyamin dua belas ribu.
 
Jumlah mereka yang dimeteraikan dari 12 (dua belas) suku Israel adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang.
Dari suku Yehuda, Ruben, Gad, Asyer, Naftali, Manasye, Simeon, Lewi, Isakhar, Zebulon, Yusuf, Benyamin, masing-masing ada 12.000 (dua belas ribu) orang yang dimeteraikan.
Jadi, 12 (dua belas) suku Israel x 12.000 orang yang dimeteraikan, hasilnya adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan.
 
Terkait tentang hamba-hamba Allah yang dimeteraikan itu, kita bisa lihat lebih dalam, lebih jauh, lebih rinci di dalam Wahyu 14:1, dengan perikop: “Anak Domba dan pengikut-Nya yang ditebus-Nya”.
Wahyu 14:1
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
Anak Domba berdiri di bukit Sion, bersama dengan 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi ini. Kemudian, pada dahi 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus itu terdapat meterai Allah, sebab pada dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.
 
Singkatnya, tanpa ragu saya mengatakan kepada saudara malam ini juga, termasuk kepada saudara yang memberikan dirinya untuk digembalakan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada, bahwasanya; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan tersebut adalah gunung Sion¸atau inti dari mempelai wanita TUHAN. Dengan kata lain; buah sulung dari mempelai wanita TUHAN adalah 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan.
 
BUKTI LAIN bahwa 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus itu adalah gunung Sion atau inti mempelai. Hal ini dapat kita ketahui dari kegiatan mereka, di dalam Wahyu 14.
Wahyu 14:2-3
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus itu, mereka menyanyikan suatu nyanyian baru dan tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu, kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut.
Jelas, hal ini menunjukkan bahwa; adanya suatu persekutuan yang baik, adanya suatu persekutuan yang indah antara 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi tersebut dengan Anak Domba.
Persekutuan ini disebut juga dengan hubungan intim atau hubungan nikah antara Kristus -- sebagai Mempelai Pria Sorga -- dengan sidang jemaat -- sebagai mempelai wanita-Nya -- berdasarkan kasih.
 
Jadi, nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari, itu berbicara tentang persekutuan yang baik, itu berbicara tentang persekutuan yang indah.  Persekutuan semacam ini disebut juga dengan hubungan intim. Persekutuan semacam ini disebut juga dengan hubungan nikah antara Kristus -- sebagai Kepala, Mempelai Pria Sorga -- dengan sidang jemaat -- sebagai tubuh dan mempelai wanita-Nya -- berdasarkan kasih. Sehingga, ketika hubungan intim berlangsung, tidak ada seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu kecuali 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut.
 
Singkatnya: Puncak dari hubungan intim antara sidang mempelai wanita TUHAN dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga adalah doa penyembahan, disertai dengan bahasa Roh. Puncak hubungan intim antara tubuh dengan Kepala, antara gereja dengan Kristus adalah doa penyembahan disertai dengan bahasa Roh atau bahasa lidah, disebut juga bahasa asing atau logat ganjil.
 
Penyembahan yang disertai dengan bahasa Roh atau bahasa lidah -- disebut juga bahasa asing atau logat ganjil --, itu merupakan puncak dari hubungan nikah, itu merupakan puncak dari hubungan intim antara gereja dengan Kristus, antara tubuh dengan Kepala. Itulah puncak ibadah dari gereja TUHAN di bumi ini.
 
Seharusnya, kita terpukau dan takjub manakala Pengajaran Mempelai ini membawa hubungan kita dengan Kristus begitu intim. Kalau kesembuhan, itu hanya karunia, tetapi yang terbesar adalah nubuatan firman, pembukaan rahasia firman; di situlah dibentangkan rencana Allah yang besar, termasuk membawa hubungan gereja kepada suatu hubungan yang begitu intim, itulah yang seharusnya membuat kita heran. Sedangkan karunia, termasuk kesembuhan, itu hanyalah pelengkap yang akan disertakan oleh TUHAN di tengah-tengah ibadah tersebut.
 
Jadi, penyembahan disertai bahasa Roh, itu merupakan hubungan intim antara tubuh dengan Kepala, dan tidak ada orang yang dapat mempelajari nyanyian baru, tidak ada orang yang dapat mengetahui apa yang diucapkannya, karena dia sedang membangun hubungan intim, membangun hubungan yang begitu erat -- itulah yang disebut nikah suci -- antara tubuh dengan Kepala.
 
Hal itu diceritakan oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat di Korintus, di dalam 2 Korintus 12, dengan perikop: “Paulus menerima penglihatan dan penyataan”.
2 Korintus 12:1-4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga. (12:3) Aku juga tahu tentang orang itu, -- entah di dalam tubuh entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
 
Rasul Paulus memberitahukan 2 (dua) perkara ajaib yang dialaminya kepada sidang jemaat di Korintus, ketika ia diangkat ketiga yang dari Sorga -- disebut juga Firdaus --. Adapun 2 (dua) perkara ajaib itu:
1.      Penglihatan-penglihatan yang dia terima dari TUHAN
2.      Penyataan-penyataan yang dia terima dari TUHAN.
Hal itu diceritakan kepada sidang jemaat di Korintus dengan jelas, dengan tandas. Rasul Paulus menceritakan apa yang ia terima dari TUHAN kepada sidang jemaat di Korintus, setelah ia melayani TUHAN selama 14 (empas belas) tahun.
 
Angka 14 ini pun bukan suatu kebetulan. Sebab angka 14 ini kalau kita kaitkan dengan Wahyu 14:1-4, jelas itu berbicara tentang gunung Sion, gereja TUHAN, mempelai wanita TUHAN yang dimeteraikan oleh TUHAN.
 
Kemudian, Rasul Paulus menceritakan pengalaman yang ajaib itu kepada sidang jemaat di Korintus, setelah 14 (empat belas) tahun ia melayani TUHAN. Dan itu terjadi ketika ia diangkat ke tingkat yang ketiga dari Sorga.
Kalau dihubungkan dengan Pengajaran Tabernakel, tingkat yang ketiga dari sorga, terkena pada Ruangan Maha Suci.
 
Marilah kita ikuti penjelasan-penjelasan dari 2 (dua) hal di atas:
Yang pertama, tentang: PENGLIHATAN-PENGLIHATAN.
Ibrani 9:2-4
(9:2) Sebab ada dipersiapkan suatu kemah, yaitu bagian yang paling depan dan di situ terdapat kaki dian dan meja dengan roti sajian. Bagian ini disebut tempat yang kudus. (9:3) Di belakang tirai yang kedua terdapat suatu kemah lagi yang disebut tempat yang maha kudus. (9:4) Di situ terdapat mezbah pembakaran ukupan dari emas, dan tabut perjanjian, yang seluruhnya disalut dengan emas; di dalam tabut perjanjian itu tersimpan buli-buli emas berisi manna, tongkat Harun yang pernah bertunas dan loh-loh batu yang bertuliskan perjanjian,
 
Di sini kita melihat, Rasul Paulus menuliskan kepada orang Ibrani tentang:
Kemah yang paling depan disebut tempat yang kudus atau Ruangan Suci, di mana di dalamnya terdapat 2 (dua) alat:
1.      Kaki dian atau pelita emas = Penuh dengan Roh Kudus.
2.      Meja Roti Sajian = Penuh dengan Firman Allah yang benar dan murni.
Sedangkan kemah pada bagian belakang (tirai yang kedua), disebut Ruangan Maha Suci, di mana di dalamnya terdapat Tabut Perjanjian. Namun ternyata, selain Tabut Perjanjian, di dalamnya juga terdapat Mezbah Pembakaran Ukupan emas, jelas itu menunjuk kepada; doa penyembahan.
 
Yang kedua, tentang: PENYATAAN-PENYATAAN.
2 Korintus 12:1,4
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan.  (12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
 
Penyataan-penyataan yang diterima oleh Rasul Paulus dari TUHAN ialah mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.
Ini jelas berbicara soal; doa penyembahan yang disertai dengan bahasa Roh, bahasa lidah, bahasa asing atau disebut juga dengan logat ganjil.
 
Dengan demikian, kita bisa melihat; hubungan intim atau hubungan nikah antara Kristus -- sebagai Mempelai Pria Sorga -- dengan sidang jemaat -- sebagai mempelai wanita-Nya -- berdasarkan kasih sedang berlangsung.
Hubungan intim dengan Rasul Paulus dengan Kristus -- sebagai Kepala Gereja atau Mempelai Pria Sorga -- sedang berlangsung, sebab di sini dikatakan: Rasul Paulus menerima penyataan-penyataan, itulah mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia, menunjukkan bahwa hubungan intim sedang berlangsung antara Rasul Paulus dengan Kristus sebagai Mempelai Laki-Laki Sorga.
 
Wahyu 14:3
(14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.
 
Perhatikan penggalan kalimat pada ayat 3: ... Dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi.
Pendeknya: Penyembahan yang disertai dengan bahasa Roh = Hubungan intim, hubungan nikah antara Kristus -- sebagai Mempelai Pria Sorga -- dengan sidang jemaat -- sebagai mempelai wanita-Nya -- berdasarkan kasih.
 
Jadi, antara 2 Korintus 12:1,4 sama dengan Wahyu 14:3.
 
Sejenak kita melihat soal doa penyembahan yang disertai bahasa Roh, yang juga disebut dengan hubungan intim antara tubuh dengan Kepala, di dalam Yesaya 28.
sidang jemaat terlalu rugi rasanya kalau mendengar kotbah dari hamba TUHAN yang sibuk bicara berkat, mujizat-mujizat.
 
Yesaya 28:11-12
(28:11) Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini (28:12) Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan.
 
Penyembahan disertai dengan bahasa Roh atau logat ganjil, itu adalah tempat perhentian, menunjuk hubungan intim (hubungan nikah yang suci antara tubuh dengan Kepala).
 
Kemudian, kita kembali membaca Wahyu 14:2.
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
 
Nyanyian baru yang tidak dapat dipelajari siapapun, ternyata ditopang atau diiringi oleh petikan kecapi.
 
Kita lihat perkara ini lebih jauh, soal PETIKAN KECAPI, di dalam Wahyu 5.
Wahyu 5:8
(5:8) Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus.
 
Penyembahan dari 4 (empat) makhluk dan penyembahan dari 24 (dua puluh empat) tua-tua di sorga, ternyata juga disertai dengan petikan kecapi. Hal ini sama dengan Wahyu 14:2 tadi.
 
Penyembahan itu diiringi dengan petikan kecapi, artinya; kita dapat mengikuti irama sorgawi selama kita masih berada di bumi ini.
Apa itu irama sorgawi? Irama sorgawi à Pengalaman kematian dan kebangkitan TUHAN Yesus Kristus = turun dan naiknya sebuah nada.

-          Kuasa kematian Yesus Kristus adalah mengubur hidup lama.

-          Kuasa kebangkitan Yesus Kristus adalah hidup dalam hidup yang baru, sebab yang lama sudah berlalu.

 
Singkatnya, Wahyu 7:1-8 à Gunung Sion yang berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Kalimat ini menunjukkan bahwasanya gunung Sion menjulang permai.
Jadi, sudah sangat jelas; kalau ibadah itu memuncak sampai kepada doa penyembahan yang disertai dengan bahasa lidah, itulah yang disebut gunung Sion menjulang permai. Jadi, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan itu, jelas itu adalah gunung Sion yang menjulang permai.
 
Kemudian, mari kita lihat bagian berikutnya dari Wahyu 7.
Wahyu 7 ini dibagi menjadi 2 (dua) bagian, yang pertama: Ayat 1-8, itulah inti mempelai, yang sudah kita perhatikan di atas tadi; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan, itulah gunung Sion yang menjulang permai, sesuai dengan nubuatan Yesaya 2:2-3 tadi.
Sesudah kita menemukan hal itu, selanjutnya kita akan membaca Wahyu 7:9, sebagai bagian yang kedua dari Wahyu 7, dengan perikop: “Orang banyak yang tidak terhitung banyaknya”.
 
Wahyu 7:9
(7:9) Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka.
 
Di sini kita melihat: Nampak suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya dari segala bangsa, dari segala suku, dari segala kaum, dari segala bahasa. Kemudian, mereka itu juga berdiri di hadapan takhta Anak Domba. 
Kalimat ini menunjukkan bahwasanya; gunung Sion menjadi kegirangan bagi seluruh bangsa-bangsa.
 
Berarti, sudah tergenapi nubuatan dari nabi Yesaya 2:2-3 ...
-          Gunung Sion itu menjulang permai.
-          Kemudian, gunung Sion itu menjadi kegirangan bagi bangsa-bangsa.
Maka, itu sebabnya, saya tidak ragu mengatakan bahwasanya nubuatan Yesaya 2:2-3 digenapi di dalam Wahyu 7:1-17.
 
Kita sudah melihat tadi; gunung Sion itu menjulang permai, yang diwujudkan dengan puncak ibadah, itulah doa penyembahan yang disertai dengan bahasa Roh, berarti; betul-betul menjulang permai.
Kemudian pada Wahyu 7:9, nampak dengan jelas, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya dari segala bangsa, suku, kaum dan bahasa. Lalu, mereka itu berdiri di hadapan takhta Anak Domba. Jelas, kalimat ini menunjukkan; bahwa gunung Sion menjadi kegirangan bagi seluruh bangsa.
Pendeknya: Meraka adalah bayangan dari inti mempelai, bayangan dari gunung Sion, yakni 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan dari bumi tersebut. Jadi, himpunan besar yang sudah mengalami kegirangan besar itu adalah bayangan dari inti mempelai, bayangan dari gunung Sion, bayangan dari 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang telah dimeteraikan dari bumi ini.
 
Apa buktinya bahwa mereka adalah bayangan dari 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, atau bayangan dari inti mempelai wanita TUHAN, atau bayangan dari gunung Sion?

-          Mereka memakai jubah putih. Kalau kita bandingkan dengan Wahyu 19:6-9, kepada mempelai wanita TUHAN dikaruniakan lenan halus atau pakaian putih bersih berkilau-kilauan. Lenan halus, itulah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.

-          Mereka memegang daun-daun palem di tangan mereka. Menunjukkan bahwa mereka berada pada hari perhentian. Daun-daun palem atau hari raya pondok daun, itu adalah hari perhentian kekal. Pesta nikah Anak Domba, itu adalah hari perhentian kekal.

 
Jadi, dengan 2 (dua) bukti ini, sudah jelas bahwa; segala suku, segala kaum, bahasa dan bangsa ini benar-benar berada di dalam kegirangan yang besar, dan mereka merupakan bayangan dari inti mempelai, bayangan dari gunung Sion, buktinya;

1.      Kepada mereka dikaruniakan jubah putih, seperti kepada inti mempelai dalam Wahyu 19:6-9.

2.      Mereka memegang daun-daun palem di tangan mereka. Jelas, itu berbicara tentang hari perhentian, pesta nikah Anak Domba.

 
Wahyu 7:10
(7:10) Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"
 
Dengan suara nyaring, himpunan besar orang banyak dari berbagai suku kaum bahasa dan bangsa berseru. Dan seruan mereka adalah: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!
Seruan ini menunjukkan bahwasanya mereka adalah bagian atau bayangan dari mempelai wanita TUHAN.
 
Berkaitan dengan itu kita perhatikan Yoel 2.
Yoel 2:32
(2:32) Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem akan ada keselamatan, seperti yang telah difirmankan TUHAN; dan setiap orang yang dipanggil TUHAN akan termasuk orang-orang yang terlepas."
 
Barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem ada keselamatan.
 
Kita sudah melihat kumpulan besar orang banyak yang datang dari berbagai suku, kaum, bahasa dan bansga, mereka berseru dan seruan mereka adalah: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!
Dan barangsiapa yang berseru kepada nama TUHAN akan diselamatkan, sebab di gunung Sion dan di Yerusalem ada keselamatan. Berarti, di gunung-gunung lain tidak memberi jaminan tentang keselamatan.
 
Yesaya 40:9
(40:9) Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"
 
Pada Yesaya 40:9 ini dengan jelas dikatakan, bahwa:
-          Gunung Sion adalah pembawa kabar baik.
-          Demikian juga Yerusalem adalah pembawa kabar baik.
 
Jadi, jelas; gunung Sion dan Yerusalem adalah pembawa kabar baik, yang juga turut menyaringkan suaranya tentang keselamatan, sesuai dengan Wahyu 7:9-10.
-          Gunung Sion adalah pembawa kabar baik.
-          Yerusalem adalah pembawa kabar baik.
Oleh sebab itu, biarlah kiranya kita juga naik ke atas gunung Sion, gunung yang tinggi itu, sebab keselamatan datang dari gunung Sion.
Gunung Sion-lah si pembawa kabar baik. Gunung Sion dan Yerusalem-lah yang menyaringkan suaranya dengan kuat-kuat, sebab keselamatan datang dari gunung Sion.
 
Apa buktinya bahwa keselamatan datang dari gunung Sion?
Yesaya 2:2-3
(2:2) Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit; segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, (2:3) dan banyak suku bangsa akan pergi serta berkata: "Mari, kita naik ke gunung TUHAN, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman TUHAN dari Yerusalem."
 
Akan terjadi pada hari-hari yang terakhir: gunung tempat rumah TUHAN akan berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit  = Menjulang permai. Wujudnya adalah doa penyembahan disertai dengan bahasa lidah.
Kemudian, segala bangsa akan berduyun-duyun ke sana, dan banyak suku bangsa akan naik ke gunung Sion = Gunung Sion menjadi kegirangan bagi bangsa-bangsa.
 
Bukti bahwa gunung Sion adalah pembawa kabar baik ialah:
1.      Dari Sion keluar pengajaran.
2.      Firman TUHAN dari Yerusalem.
 
Tentang: Dari Sion keluar pengajaran.
Adapun manfaat dari pengajaran adalah mengajar kita tentang jalan-jalan TUHAN.
 
Mari kita lihat jalan-jalan TUHAN, di dalam Amsal 30.
Amsal 30:18-19
(30:18) Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti: (30:19) jalan rajawali di udara, jalan ular di atas cadas, jalan kapal di tengah-tengah laut, dan jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
 
Ada tiga hal yang mengherankan aku, bahkan, ada empat hal yang tidak kumengerti ... Apa yang dikatakan oleh raja Salomo itu benar; ada 4 (empat) hal yang tidak dia pahami, tetapi lewat pembukaan rahasia Firman TUHAN, kepada kita akan dinyaringkan dengan keras, dengan kuat tentang jalan-jalan TUHAN.
 
Adapaun jalan-jalan TUHAN dapat kita perhatikan dalam Amsal 30.
Yang Pertama: Jalan rajawali di udara.
Dari atas, dari sorga, Yesus tampil sebagai Raja, dan akhirnya turun ke dunia ini. Namun, oleh karena pengurapan dari Allah Roh Kudus, kita juga dijadikan sebagai imamat rajani.
Yang Kedua: Jalan ular di atas cadas.
Ini berbicara tentang sengsara Yesus di atas kayu salib. Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, ini adalah jalan yang kedua, yang juga harus kita alami sebagai manusia. Di tengah ibadah dan pelayanan ini kita banyak menanggung pederitaan, sama artinya; menyangkal diri dan memikul salibnya.
Yang Ketiga: Jalan yang ketiga adalah jalan kapal di tengah-tengah laut.
Ini menunjuk; kebangkitan Yesus sebagai hamba, yang digambarkan seperti kapal yang berlayar di tengah lautan, yang mencari pelabuhan hati kita masing-masing.
Mengapa TUHAN mencari pelabuhan hati kita masing-masing? Sebab, Yesus yang digambarkan seperti kapal dalam suasana kebangkitan-Nya di tengah pelayanan-Nya; sementara kapal itu sedang membawa segala harta yang berharga untuk dibawa masuk ke dalam pelabuhan hati kita masing-masing. Itulah tugas Yesus sebagai hamba.
Yang Keempat: Jalan seorang laki-laki dengan seorang gadis.
Jelas itu berbicara tentang perjalanan gereja TUHAN yang terakhir dibawa masuk dalam pesta nikah Anak Domba, masuk dalam perjamuan malam kawin Anak Domba.
 
Terkait dengan pesta nikah Anak Domba ini, kita kembali membaca Wahyu 14:2.
Wahyu 14:2
(14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya.
 
Suara deru guruh, desau air bah itu à Suatu kelepasan akan terjadi terhadap tubuh Kristus, dan suatu tanda bahwa gereja akan dipermuliakan menjadi pengantin perempuan.
 
Di Wahyu 8:5 juga ada guncangan, ada bunyi guruh, dan itu juga berbicara tentang kelepasan, tetapi tandanya adalah ada doa penyembahan.
Lalu malaikat itu mengambil pedupaan itu, mengisinya dengan api dari mezbah, dan melemparkannya ke bumi. Maka meledaklah bunyi guruh, disertai halilintar dan gempa bumi.
-          Satu sisi itu merupakan penghukuman bagi Dunia.
-          Tetapi pada sisi yang lain, itu adalah tanda kelepasan bagi mempelai wanita TUHAN.
Namun tandanya adalah ada doa penyembahan.
 
Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia.
 
Jadi, sudah sangat jelas, bahwa; di ayat 6, Rasul Yohanes mendengar suara himpunan orang banyak seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat. Itu adalah tanda kelepasan terhadap tubuh Kristus, dan suatu tanda bahwa gereja TUHAN sudah dipermuliakan lewat perjamuan malam kawin Anak Domba.
 
Jadi, sudah sangat jelas, nubuatan Yesaya 2:2-3, di hari-hari terakhir dituliskan oleh Rasul Yohanes di dalam Wahyu 7, karena Wahyu 7 jelas berbicara tentang; kehidupan hamba-hamba Allah yang dimeteraikan, itulah gunung Sion.

-          Jadi, Wahyu 7:1-8, itu adalah gunung Sion; 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang dimeteraikan itu adalah gunung Sion à Gunung Sion menjulang permai.

-           Sedangkan Wahyu 7:9 dst, itu adalah bayangan dari gunung Sion, yang juga merasakan kegirangan à Bangsa-bangsa juga turut dalam kegirangan yang besar di atas gunung Sion

Jadi, jelas, gunung Sion adalah pembawa kabar baik, menyaringkan suaranya dengan kuat, supaya bangsa-bangsa juga turut merasakan kegirangan.
 
Bukankah sudah sangat jelas sekali, bahwasanya; gunung Sion adalah kota Raja Besar, karena Allah telah memilih dan melantik raja-Nya di atas gunung Sion, sehingga kelak gunung Sion menjulang permai, sehingga kelak gunung Sion menjadi kegirangan bagi bangsa-bangsa. Apa buktinya? Bangsa-bangsa berduyun-duyun naik ke atas gunung Sion.
Ayo, kita sudah mengenali gunung Sion. Kita patut bersyukur kepada TUHAN, sebab bunyi guruh itu adalah tanda kelepasan kita dari bumi ini, dan juga tanda bahwa kita kelak akan dipermuliakan. Haleluya.. Amin..
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
 

No comments:

Post a Comment