KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, March 15, 2021

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 11 MARET 2021


 
IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 11 MARET 2021
 
KITAB RUT
(Seri: 129)
 
Subtema: HINDARI NAFSU ORANG MUDA
 
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur, serta hormat, kebesaran, kemuliaan hanya bagi Dia yang duduk di takhta kerajaan-Nya, yang sekarang berada di dalam kekekalan, yang sedang menyoroti ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini.
Saya tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat TUHAN, sidang jemaat TUHAN yang sedang mengikuti pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming video internet Youtube, Facebook baik di dalam maupun di luar negeri, di tanah air maupun di mancanegara di tiap-tiap negara.
Saya berdoa dan memohon untuk belas kasihan TUHAN dinyatakan kepada kita pribadi lepas pribadi, supaya kelak nanti ada suatu persekutuan yang baik, ada suatu persekutuan yang indah di antara kita, di atas segalanya nama TUHAN dipermuliakan. Selanjutnya, kita mohon kemurahan TUHAN, supaya kiranya lewat pembukaan firman yang akan kita terima malam ini, kehidupan kita diteguhkan pribadi lepas pribadi.
 
Segera kita sambut STUDY RUT sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci. Kita masih memperhatikan Rut 3:10.
Rut 3:10
(3:10) Lalu katanya: "Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
Dari pembacaan Rut 3:10, singkatnya ialah Boas mengenal pribadi Rut secara lengkap dan melihat segala sesuatu yang telah diperbuat oleh Rut dengan baik. Selanjutnya, berkatalah Boas kepada Rut: “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya”.
 
Perkataan Boas kepada Rut dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, YANG PERTAMA: “Diberkatilah kiranya engkau oleh TUHAN, ya anakku!
Anak-anak TUHAN yang diberkati adalah anak-anak TUHAN yang senantiasa menyangkal diri, memikul salibnya, mengikut TUHAN.
 
Perkataan Boas kepada Rut dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, YANG KEDUA: “Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu
Rut menunjukkan kasihnya “untuk pertama kali” saat Rut berada di ladang Boas (Rut 2).

-          Rut memohon restu kepada Naomi, mertuanya itu, supaya dia direstui untuk pergi ke ladang orang yang murah hati.

-          Sesudah direstui, selanjutnya Rut berada di ladang Boas rohani, dan dia melakukan tepat seperti apa yang dia mohonkan kepada Naomi.

-          Dan ketika dia melakukan itu, pengawas penyabit-penyabit ladang Boas juga melihat, sekaligus menceritakan apa yang dia lihat kepada Boas, pemilik ladang itu. 

Itulah “yang pertama kali”.
Barulah “yang kedua kali”, yang lebih nyata lagi adalah pada Rut 3:9, yaitu ketika Rut berada berbaring di bawah kaki Boas. Biarlah kiranya kita semua betul-betul mencari tempat untuk berbaring, berarti; menjadi suatu kehidupan yang tergembala, tidak mengembara, tidak liar, tetapi menjadi suatu kawanan domba Allah yang tergembala, berarti; taat, setia, dengar-dengaran, tidak liar. Itulah “yang kedua kali”.
 
Kalimat atau pernyataan Boas kepada Rut pada bagian yang pertama dan bagian yang kedua ini telah saya sampaikan pada minggu yang lalu; jelas, itu oleh karena kemurahan TUHAN bagi kita. Sekarang, tiba saatnya bagi kita untuk memperhatikan berkat atau penjelasan pada bagian yang ketiga.
 
Perkataan Boas kepada Rut dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, YANG KETIGA: Karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya
Intinya di sini adalah Rut tidak mengejar-ngejar orang-orang muda.
Pemudi-pemudi, perempuan-perempuan yang masih muda, kaum muda remaja, jangan mengejar yang sifatnya sementara. Tetapi berdoalah kepada TUHAN, supaya engkau diberikan seorang suami yang betul-betul dewasa secara rohani, supaya ia layak menjadi kepala (pemimpin) di dalam nikah dan rumah tanggamu kelak.
 
Pernyataan atau kalimat yang ketiga dari Boas ini, langsung saja kita hubungkan dengan Amsal 22.
Amsal 22:15A
(22:15) Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
 
Di sini kita perhatikan: Kebodohan melekat pada hati orang muda.
Orang muda = orang yang belum dewasa rohani = orang yang belum berpengalaman (belum mempunyai pengalaman).
 
Terkati dengan ORANG MUDA segera saja kita memperhatikan 2 Timotius 2.
2 Timotius 2:19-21
(2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan." (2:20) Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia. (2:21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
 
Dalam rumah yang besar bukan hanya terdapat perabot dari emas dan perak, melainkan juga dari kayu dan tanah; yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia dan yang terakhir untuk maksud yang kurang mulia.
Yang pertama dipakai untuk maksud yang mulia, itulah emas dan perak. Jelas, itu dimulai dari Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci.
-          Semua yang ada di dalam Ruangan Suci terbuat dari emas.
-          Sementara yang terbuat dari perak, itulah dasar dari tiang-tiang pada papan-papan jenang.
 
Bait Suci Allah, itulah dimulai dari Ruangan Suci sampai dengan Ruangan Maha Suci.
-          Ruangan Suci itu 20 (dua puluh) hasta.
-          Ruangan Maha Suci itu 10 (sepuluh) hasta.
Jadi, seluruhnya antara Ruangan Suci sampai dengan Ruangan Maha Suci terdiri dari 30 (tiga puluh) hasta.
Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci itu seluruhnya dilapisi dengan emas, baik juga perabotan-perabotan yang ada di dalam Ruangan Suci, semuanya terbuat dari emas.
Sementara peraknya adalah alas dari papan-papan jenang, antara Ruangan Suci sampai dengan Ruangan Maha Suci. Jadi, alasnya terbuat dari perak, untuk tujuan yang mulia, “maksud yang mulia”.
 
Tetapi, perabotan yang kedua terbuat dari kayu dan tanah; jelas, itu berbicara soal halaman. Dan di halaman, terdapat 2 (dua) alat:

1.      Mezbah Korban Bakaran à Pertobatan. Sedangkan Mezbah Korban Bakaran ini terbuat dari kayu penaga yang dilapisi dengan tembaga. Binatang yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran adalah gambaran pribadi Yesus yang disalibkan, sedangkan Mezbah Korban Bakaran itu gambaran dari salib Kristus.

2.      Sesudah bertobat, barulah lanjut pada alat kedua yang ada di halaman, yaitu Kolam Pembasuhan Tembaga à Baptisan Kristus, atau pengalaman Yesus dalam tanda kematian -- mengubur hidup yang lama -- dan tanda kebangkitan -- hidup dalam hidup yang baru.

Itulah “maksud yang kurang mulia”.
 
Dari pembacaan 2 Timotius 2:19-21, ada 2 (dua) hal yang harus kita perhatikan, YANG PERTAMA, adalah pada ayat 19, yaitu: Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh .. Korban Kristus atau darah salib Kristus adalah dasar yang kuat, sehingga kita menjadi suatu kehidupan yang fundamental, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak suci.
Sedangkan meterai dari suatu kehidupan yang kuat, meterai dari suatu kehidupan yang fundamental ialah Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya. TUHAN mengenal siapa yang menjadi milik kepunyaan-Nya, itulah kehidupan yang dimeterai, kehidupan yang kuat, kehidupan yang fundamental, yang dibangun di atas dasar korban Kristus, darah salib Kristus.
 
Kemudian, setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan. Kita ini adalah pribadi-pribadi yang senantiasa menyebut nama TUHAN. Tidak mungkin yang keluar dari mulut ini hanya soal perkara lahiriah, perkara daging, perkara duniawi, perkara yang jahat, perkara yang najis; tetapi yang keluar dari mulut ini, hanyalah pujian untuk kemuliaan nama TUHAN.
 
Pendeknya: Orang yang meninggalkan kejahatan adalah orang yang berdiri di atas korban Kristus, orang yang fundamental, orang yang kuat karena hidupnya dibangun di atas dasar korban Kristus.
Kalau kita membangun hidup di atas dasar “daging”, maka pastilah rapuh; tidak kuat menghadapi ujian, sehingga ketika melihat kesalahan orang lain, kita langsung terpancing oleh amarah dan lain sebagainya. Tetapi kalau kehidupan rohani kita dibangun di atas korban Kristus, darah salib Kristus, maka kita menjadi kehidupan yang kuat, kita semua menjadi kehidupan yang fundamental, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang najis, tidak mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang cemar, dan lain sebagainya.
 
Dari pembacaan 2 Timotius 2:19-21, ada 2 (dua) hal yang harus kita perhatikan, YANG KEDUA, adalah pada ayat 20-21, yaitu: Tentang perabot rumah TUHAN yang dipandang layak untuk dipakai dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, itu adalah pekerjaan yang mulia. Biarlah kita dipandang layak untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN.
Kita semua tentu saja rindu untuk dipakai oleh TUHAN, bukan? Maka, jadilah perabot yang mulia, berarti; bersedia untuk mengerjakan setiap pekerjaan yang mulia.
 
Pertanyaannya: Siapakah mereka yang menjadi perabot rumah TUHAN? Siapakah mereka yang menjadi hamba TUHAN, pelayan TUHAN yang dipakai untuk setiap pekerjaan yang mulia? Siapa yang dipandang layak untuk menjadi perabot rumah TUHAN? Siapa yang layak dipakai untuk mengerjakan pekerjaan yang mulia?
Jawabnya adalah seorang yang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat. Sebab, pada ayat 21 dikatakan: Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
Biarlah kita semua rela menjadi suatu kehidupan yang dikuduskan, supaya dipandang layak untuk dipakai oleh TUHAN Yesus Kristus, supaya dipandang layak untuk dipakai Allah dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
 
Tiadalah mungkin kita layak untuk melayani pekerjaan TUHAN, kalau orang itu belum mau dikuduskan. Maka, setiap orang yang mau dikuduskan, ia harus dengan rela menerima penyucian Firman Allah; kalau tidak, maka sampai di situ saja kerohanian saudara dan juga kerohanian saya.
 
Siapa yang rindu menjadi perabot yang mulia untuk pekerjaan TUHAN ini? Biarlah kita memohon belas kasih TUHAN, supaya kita betul-betul dikuduskan, berarti; harus rela menerima penyucian Firman Allah supaya kita dipandang layak untuk menjadi hamba TUHAN, itulah “perabot yang mulia”.
 
Sejenak kita baca Efesus 5.
Efesus 5:26-27
(5:26) untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya dengan memandikannya dengan air dan firman, (5:27) supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu, tetapi supaya jemaat kudus dan tidak bercela.
 
Untuk menguduskannya, sesudah Ia menyucikannya ... Jadi, kehidupan yang dikuduskan itu, berarti harus menyerahkan dirinya untuk menerima penyucian, dengan memandikannya dengan air dan firman.
 
Kembali saya sampaikan dengan tandas:  Kehidupan seorang yang dikuduskan adalah kehidupan yang mau menerima penyucian lewat air dan firman yang limpah, tidak mungkin dengan air firman yang sedikit. Semakin limpah pembukaan firman, maka kita semakin mengalami penyucian. Jadi, kehidupan yang dikuduskan adalah kehidupan yang dengan rela mengalami penyucian dengan air firman yang limpah.
Biar sudah berlalu “satu jam” mendengar firman, terus dengar firman; sudah berlalu “dua jam”, terus dengar firman, sampai limpah, sehingga kita betul-betul mengalami penyucian oleh air dan firman TUHAN.
 
Tujuan dari penyucian ialah supaya kita ditempatkan di hadapan diri-Nya, ditempatkan di hadapan Allah dengan cemerlang, tanpa cacat atau kerut atau yang serupa itu.
 
Kalau kita dikuduskan setelah menerima (mengalami) penyucian oleh air firman yang limpah, maka 2 (dua) hal yang terjadi, Yang Pertama: CEMERLANG = Bercahaya kemuliaan, bagaikan pakaian lenan halus yang putih berkilau-kilauan.
Jelas, ini menunjuk kepada; orang yang jujur, orang yang tidak lagi menyembunyikan dosanya, sehingga bagian luar dan bagian dalamnya sama, itulah yang disebut bercahaya kemuliaan Allah. Sebaliknya, apabila masih ada sesuatu yang disembunyikan, maka tidak mungkin memancarkan cahaya kemuliaan Allah.
Oleh sebab itu, biarlah kehidupan kita disucikan untuk menjadi cemerlang, berarti bercahaya kemuliaan Allah à Orang yang tidak lagi menyembunyikan dosanya, tidak lagi menyembunyikan kenajisan di dalam hatinya = Orang yang jujur = Orang yang tampil luar dan dalamnya sama; memancarkan cahaya kemuliaan Allah.
Kalau jujur, tampil apa adanya, luar dan dalam sama, maka pasti memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Saudara pasti bisa mengenal seorang hamba TUHAN yang memancarkan cahaya kemuliaan Allah.
 
Kalau kita dikuduskan setelah menerima (mengalami) penyucian oleh air firman yang limpah, maka 2 (dua) hal yang terjadi, Yang Kedua: TANPA CACAT.
Tentang tanpa cacat ini, kita akan perhatikan 1 Timotius 3, dengan perikop: “Syarat-syarat bagi penilik jemaat”, itulah syarat-syarat untuk menjadi gembala sidang, syarat-syarat untuk menjadi pemimpin sidang jemaat. Perhatikanlah hal ini baik-baik, supaya saudara jangan sembarang menerima hamba TUHAN dan berkata bahwa dia hebat; oleh sebab itu, lihat dulu ayat Firman TUHAN ini.
1 Timotius 3:1-4
(3:1) Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." (3:2) Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, (3:3) bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, (3:4) seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
 
Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. Menjadi penilik jemaat, gembala sidang, pemimpin sidang jemaat, jelas itu merupakan pekerjaan yang indah. Menjadi perabot rumah TUHAN, perabot yang mulia (pekerjaan yang indah). Melayani TUHAN, itu adalah pekerjaan yang indah.
Kalau saudara bekerja di luaran sana, lalu dengan pekerjaan itu saudara langsung meroket, berprestasi dalam pekerjaan, itu tidak salah, tetapi itu belum tentu indah bagi TUHAN. Tetapi di sini dengan jelas dikatakan: Orang yang melayani TUHAN adalah pekerjaan yang indah.
 
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas: Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat atau pemimpin sidang jemaat atau disebut juga gembala sidang, itu merupakan pekerjaan yang indah. Tetapi, berdasarkan suratan Timotius ini -- yang berbicara soal tahbisan seorang hamba TUHAN --, syarat untuk menjadi seorang hamba TUHAN, haruslah seorang yang ...
Yang Pertama: Tak bercacat. Berarti, secara rohani;
a.       Tidak buta.
b.      Tidak tuli.
c.       Tidak tangan kudung.
d.      Tidak timpang atau lumpuh, dan seterusnya.
Yang Kedua: Suami dari satu isteri = Setia. Kalau suami dari satu isteri, berarti dia adalah kepala, dia adalah suami.
Tidak untuk menjelekkan, tetapi saya sedikit lucu melihat di media sosial; ada seseorang yang bertanya kepada seorang hamba TUHAN (mungkin cukup terkenal) mengenai kitab Timotius yang mengatakan “perempuan dilarang untuk mengajar.” Lalu, jawaban hamba TUHAN ini: Kita harus paham betul bahwa firman itu pertama-tama ditujukan kepada bangsa Israel, seperti yang dikatakan oleh Rasul Paulus; maka, oleh sebab itu, aturan ini berlaku pada bangsa Israel, dan perintah itu diturunkan pada waktu itu karena sesuai dengan situasi kondisi yang ada. 
Jadi, dia berbicara “TUHAN (Theo)”, tetapi logikanya terlalu kuat. Kalau ia menjawab seperti itu, berarti;
1.      Firman itu berlaku hanya kepada bangsa Israel.
2.      Firman ini tidak relevan, tidak berlaku untuk sekarang bagi bangsa-bangsa lain.
Jadi, yang pasti, pemimpin sidang jemaat atau gembala sidang, haruslah suami dari satu isteri. Alkitab jelas mengatakan hal ini.
Mempelai Laki-Laki Sorga, Dia adalah Kepala, Dia adalah Gembala Agung dan kepala rumah Tuhan; maka, janganlah kita dibodoh-bodohi dengan hamba TUHAN yang bciara “TUHAN (Theo)”, tetapi logikanya terlalu kuat. Itulah kaitan dengan “yang tidak bercacat” tadi, yaitu suami dari satu isteri = setia.
Jadi, perempuan tidak boleh mengajar. Melayani dengan mengajar itu berbeda. Silahkan perempuan melayani, tetapi yang mengajar hanyalah kepala, suami dari satu isteri.
Yang Ketiga: Dapat menahan diri atau menguasai diri = Tidak hidup di dalam hawa nafsu daging.
Yang Keempat: Bijaksana = Penuh dengan Firman Allah.
Yang Kelima: Sopan.
Yang Keenam: Suka memberi tumpangan.
Yang Ketujuh: Cakap mengajar orang = Penuh dengan Roh Kudus.
Yang Kedelapan: Bukan peminum.
Yang Kesembilan: Bukan pemarah melainkan peramah.
Yang Kesepuluh: Pendamai.
Yang Kesebelas: Bukan hamba uang. Ini menggambarkan hamba TUHAN yang tidak hidup di dalam hawa nafsu daging.
Yang Keduabelas: Seorang kepala keluarga yang baik. Jadi, bukan ibu rumah tangga yang baik, karena memang Alkitab mengajarkan bahwa seorang perempuan tidak boleh mengajar, tidak boleh menjadi gembala. Gembala itu adalah pengajar; gembala itu adalah guru dalam 5 (lima) jabatan.
Yang Ketigabelas: Disegani dan dihormati oleh anak-anaknya.
 
Ayat 4, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya, menunjukkan bahwa; dia memiliki hati hamba. Sebab, rumus untuk menjadi seorang pemimpin, seorang kepala rumah TUHAN di dalam rumah TUHAN ialah:
-          Yang terbesar hendaklah menjadi sebagai yang paling muda (mau belajar).
-          Pemimpin, berarti pelayan = Memiliki hati hamba.
Inilah kehidupan yang tidak bercacat itu.
 
Jadi, kehidupan yang dikuduskan harus rela mengalami penyucian air firman dengan limpah. Tidak boleh bersungut-sungut dan berkata dalam hati: “Lama sekali firmannya”. Loh, kalau mau dikuduskan dan mengalami penyucian, harus dengan air firman yang limpah. Kalau hanya dengan satu atau dua gayung, tidak akan bersih, tetapi harus dengan bergayung-gayung air, barulah kita bersih.
Inilah kehidupan yang disucikan; mengalami penyucian air dan firman, sehingga kudus dan tidak bercela dalam 2 (dua) hal:
1.      Cemerlang.
2.      Tidak bercacat.
Inilah kaitannya tentang “tidak bercacat”, itulah hamba TUHAN (perabot) yang mulia. Biarlah hamba-hamba TUHAN, pelayan TUHAN memperhatikan hal ini dengan sungguh-sungguh; jangan banyak melamun.
 
Biarlah kita merindu untuk menjadi hamba TUHAN, itulah gambaran dari pribadi Rut yang tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya.
 
1 Petrus 1:22
(1:22) Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
 
Tanda apabila seseorang hidup di dalam penyucian adalah taat kepada kebenaran yang sejati, taat kepada salib Kristus.
Manfaatnya ialah dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas = Melayani TUHAN dan melayani sesama dengan tulus ikhlas. Oleh sebab itu, biarlah kita sungguh-sungguh di dalam hal; melayani TUHAN dan sesama dengan segenap hati.
 
Bantu doa, supaya saya tetap mengasihi TUHAN dan sesama, melayani TUHAN dan sesama dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati, tidak boleh dengan pura-pura. Jujur, saya tidak suka dengan imam-imam, pelayan-pelayan yang pura-pura.
Oleh sebab itu, biarlah kita sungguh-sungguh di dalam hal melayani TUHAN dan melayani sesama dengan segenap hati, full heart.
 
Jadi, kesimpulan dari 2 Timotius 2:19-21 tadi ialah berbicara tentang rumah yang dibangun di atas korban Kristus, yang disebut juga milik kepunyaan Allah = kehidupan yang dimeteraikan -> hamba Tuhan.
Siapa yang menjadi milik kepunyaan Allah? Jelas, itu menunjuk kepada; perabot rumah TUHAN, itulah hamba TUHAN, itulah pelayan-pelayan TUHAN yang dipakai dan disediakan untuk pekerjaan yang mulia, yakni melayani TUHAN dan melayani sesama dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati, bukan setengah hati.
Yesus mati di atas kayu salib, apakah dengan setengah hati atau dengan sepenuh hati? Tentu dengan sepenuh hati, supaya kita dipenuhkan dengan banyak perkara, termasuk jabatan yang saudara terima dalam melayani TUHAN.
Jadi, jangan setengah hati, sebab TUHAN tidak suka. Pura-pura dalam melayani, itu sama dengan setengah hati, dan TUHAN tidak suka itu. Beribadah harus dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati.
 
Mari kita perhatikan tentang; SETENGAH HATI.
Kejadian 4:1-2
(4:1) Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya, dan mengandunglah perempuan itu, lalu melahirkan Kain; maka kata perempuan itu: "Aku telah mendapat seorang anak laki-laki dengan pertolongan TUHAN." (4:2) Selanjutnya dilahirkannyalah Habel, adik Kain; dan Habel menjadi gembala kambing domba, Kain menjadi petani.
 
Kemudian manusia itu bersetubuh dengan Hawa, isterinya ... Adam dan isterinya telah dipersatukan oleh salib Kristus, dan mengandunglah perempuan itu. Biarlah kita cepat-cepat menyatu dengan TUHAN, dipersatukan oleh salib, supaya kita mengandung dari benih Ilahi; firman, Roh dan kasih-Nya.
Kalau tidak bersatu oleh salib, maka susah kita untuk mengandung benih Ilahi. Tetapi kalau kita mengandung benih Ilahi -- firman, Roh dan kasih --, maka lahirlah anak-anak Ilahi.
 
Adam dan Hawa mempunyai 2 (dua) anak laki-laki:
-          Yang Pertama, bernama Kain. Pekerjaannya adalah seorang petani = bekerja di ladang.
-          Yang Kedua, bernama Habel. Pekerjaannya adalah gembala kambing domba.
 
Pekerjaan dari Habel adalah gembala kambing domba; ini adalah pekerjaan yang indah. Menjadi gembala sidang, pemimpin rumah TUHAN, itu merupakan pekerjaan yang indah.
Tetapi gembala kambing domba, dia harus menuntun kambing dombanya, berarti dia harus berada di depan; mengajari dan juga melakoninya, supaya domba-dombanya taat, setia, dengar-dengaran.
 
Kejadian 4:3-5
(4:3) Setelah beberapa waktu lamanya, maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan; (4:4) Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya; maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu, (4:5) tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
 
Selanjutnya, kita akan memperhatikan pelayanan Kain dan Habel.
Pelayanan Kain: Ia mempersembahkan sebagian dari hasil tanah, ia mempersembahkan sebagai dari hasil ladangnya kepada TUHAN sebagai korban persembahan.
Berarti, membawa korban persembahan hanya sebagian dari hatinya;
-          Sebagian dari hatinya dipersembahkan sebagai korban persembahan kepada TUHAN.
-          Tetapi sebagian hatinya lagi tidak dipersembahkan kepada TUHAN.
Jangan sampai kita melayani TUHAN hanya dengan setengah hati;
-          Separuh hati untuk TUHAN.
-          Separuh hati untuk yang lain.
Hati-hati jika separuh hati untuk yang lain;
-          mungkin untuk daging dengan kepentingannya,
-          mungkin untuk roh jahat, roh najis, dan lain sebagainya.
TUHAN tidak suka dengan hal semacam itu.
 
Sedangkan pelayanan Habel: Ia mempersembahkan lemak-lemak atau kambing domba yang tambun-tambun dari anak sulung kambing dombanya. Jadi, bukan anak kedua dari kambing dombanya, tetapi yang tambun-tambun dari anak sulung kambing dombanya.
Jelas, Habel memberikan yang terbaik untuk TUHAN. Jelas, itu adalah korban persembahan yang terbaik untuk TUHAN.
 
Kita sudah perhatikan mimpi dari pada Firaun:

-          Mimpi yang pertama: Dari sungai Nil, muncul 7 (tujuh) lembu yang gemuk, tetapi sesudah itu muncul 7 (tujuh) lembu yang kurus. Lalu, 7 (tujuh) lembu yang kurus itu menghabisi 7 (tujuh) lembu yang tambun, yang gemuk.

-          Mimpi yang kedua: Nampaklah 7 (tujuh) bulir gandum yang berisi dan bernas, tetapi sesudah itu muncullah 7 (tujuh) bulir gandum yang tidak berisi atau bernas, yang selanjutnya menelam habis 7 (tujuh) bulir gandum yang berisi dan bernas tadi.

Jadi, kehidupan rohani yang kurus-kurus itu tidak baik, sebab ia hanya bisa menghabisi saja.
Tetapi di sini kita melihat; apa yang dipersembahkan oleh Habel adalah lemak-lemak dari anak kambing domba yang sulung, bukan anak yang kedua. Janganlah kita menyusahkan hati TUHAN karena sikap dan perbuatan kita di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini, seperti 7 (tujuh) lembu yang kurus dan 7 (tujuh) bulir gandum yang tidak berisi.
 
Singkatnya: Habel mempersembahkan korban persembahan kepada TUHAN dengan persembahan yang terbaik kepada TUHAN, yaitu dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati. Persembahan yang terbaik, itulah anak kambing domba yang tambun-tambun, anak kambing domba yang sulung, berarti; tulus ikhlas dan dengan segenap hati.
Persembahkanlah lemak-lemak atau kambing domba yang tambun-tambun dari anak sulung kambing dombamu, berarti; tulus ikhlas dan dengan segenap hati di dalam melayani TUHAN dan sesama.
 
Kemudian, di sini kita melihat: Kain dan korban persembahannya itu tidak diindahkan oleh TUHAN. Jadi, sangatlah rugi rasanya, kalau kita datang menghadap TUHAN dalam setiap ibadah-ibadha yang TUHAN percayakan ini hanya dengan setengah hati; sebab TUHAN tidak indahkan.
Datang beribadah, duduk diam dengar firman, lalu hatinya dipersembahkan kepada TUHAN hanya “setengah” dan setengahnya lagi tidak, maka TUHAN tidak indahkan.
Tetapi TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya, karena Habel mempersembahkan lemak-lemak atau kambing domba yang tambun-tambun dari anak sulung kambing dombanya. Biarlah kita mempersembahkan yang terbaik kepada TUHAN, berarti; melayani TUHAN dan melayani sesama dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati.
 
Tetapi sekali lagi saya sampaikan: Kain dan korban persembahannya itu tidak diindahkan oleh TUHAN. Jadi, rugi sekali rasanya kalau kita setengah hati dalam beribadah; datang beribadah tetapi pikirannya melayang-layang kepada kejahatan dan kenajisan, itu tidak ada artinya.
Sungguh habis waktumu jika hanya begitu saja. Rugi engkau menghabisi waktumu; sampai tua engkau begitu-begitu saja. Apakah saya marah mengatakan hal ini? Tidak. Saya hanya mau mengatakan dengan tandas; kalau engkau melakukan ibadah pelayananmu hanya dengan setengah hati, maka engkau menghabiskan waktumu saja. Apa engkau mau menghabiskan waktumu dengan begitu saja sia-sia? Sungguh rugi rasanya. Oleh sebab itu, perhatikanlah apa yang baik dari TUHAN, dari sorga, supaya baik keadaanmu ke depan.
 
Karena TUHAN tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya, mari kita lihat CIRI-CIRINYA.
Kejadian 4:5
(4:5) tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram.
 
Ciri-ciri kehidupan yang tidak diindahkan oleh TUHAN ialah hati panas dan muka muram. Itulah orang yang korban dan persembahannya tidak diindahkan oleh TUHAN, itulah ciri-ciri orang yang tidak diindahkan oleh TUHAN di tengah ibadah dan pelayanan.
 
Ketika ada datang teguran, langsung panas hati, dan berkata di dalam hatinya: “Kamu tidak kenal saya siapa? Kamu tidak tahu, saya siapa? Kamu tahu tidak siapa saya?” Dia saja tidak tahu siapa dirinya. Kemudian, sesudah panas hati mukanya muram. Tidak ada orang yang panas hati, mukanya berseri-seri; itu tidak benar. Setelah panas hati, pasti mukanya muram.
Inilah orang yang setengah hati dalam melayani TUHAN dan melayani sesama; panas hatinya dan mukanya muram = tidak bercahaya kemuliaan Allah.
 
Tetapi sekalipun demikian ...
Kejadian 4:6-7
(4:6) Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? (4:7) Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik? Tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya."
 
Sekalipun TUHAN melihat keadaan dari pada Kain yang melayani TUHAN dan melayani sesama dengan separuh hati, tetapi TUHAN tetap menyatakan nasihat firman-Nya kepada Kain. Itu adalah kemurahan.
Sekalipun kita ditandai dengan banyak dosa, kesalahan, panas hati, muka muram, namun TUHAN tetap memperhatikan kita. Apa bukti TUHAN memperhatikan kita? Apabila kita masih mendapat kesempatan untuk mendengarkan nasihat Firman TUHAN.
Teguran-teguran nasihat firman, itu adalah kemurahan TUHAN. Demikian juga Kain menerima teguran-teguran nasihat firman soal panas hati dan muka muram, itu adalah kemurahan, supaya kita berubah, supaya kita bertobat, supaya kita betul-betul mengasihi TUHAN dan sesama dengan tulus ikhlas, dengan segenap hati.
 
Tetapi di sini kita melihat nasihat firman yang ditujukan kepada Kain: “Mengapa hatimu panas dan mukamu muram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau berbuat baik?” Artinya, apabila kita berbuat baik, pasti muka berseri.
Kemudian, “tetapi jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda engkau, tetapi engkau harus berkuasa atasnya”.
Bayangkan, nasihat Firman TUHAN ditujukan kepada Kain, kemudian teguran yang keras untuk berhati-hati terhadap panas hati dan muka muram juga diterima oleh Kain. Kalau seseorang masih mempertahankan dosa panas hati dan muka muram, ingat; dosa sudah mengintip di depan pintu, dan dia sangat berkuasa untuk menggoda, sangat berkuasa untuk merayu.
Maka, kalau ada nasihat firman dalam bentuk teguran-teguran, itu merupakan kemurahan TUHAN, karena dosa sudah mengintip di depan pintu dan sangat menggoda sekali. Malam ini, marilah kita bersama-sama membuktikan diri ke depan.
 
Namun, mari kita lihat apakah dia mau menghargai nasihat firman, apakah dia mau menghargai teguran firman?
Kejadian 4:8
(4:8) Kata Kain kepada Habel, adiknya: "Marilah kita pergi ke padang." Ketika mereka ada di padang, tiba-tiba Kain memukul Habel, adiknya itu, lalu membunuh dia.
 
Di sini kita melihat: Kain tetap mempertahankan panas hati dan muka muram; dia tidak mau menerima nasihat firman, dia tidak mau menghargai teguran-teguran firman, dan akhirnya dia membunuh Habel, adiknya.
Kebencian setara dengan dosa membunuh. Mungkin kita tidak membunuh dengan pedang, dengan pisau atau dengan racun, sehingga orang lain mati; tetapi membenci sesama setara dengan dosa membunuh, sesuai dengan 1 Yohanes 3:15.
-          Orang yang membenci sesamanya adalah orang yang tidak mau menghargai teguran firman.
-          Orang yang membenci sesamanya adalah orang yang tidak mau menghargai nasihat firman.
Ingatlah itu.
 
Kejadian 4:9
(4:9) Firman TUHAN kepada Kain: "Di mana Habel, adikmu itu?" Jawabnya: "Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?"
 
TUHAN bertanya kepada Kain: “Di mana Habel, adikmu itu? Dengan pertanyaan ini, apakah TUHAN benar-benar tidak tahu bahwa Habel sudah mati? Bukan TUHAN tidak tahu bahwa Habel sudah mati, tetapi TUHAN mau melihat isi hati dari pada Kain. Artinya, sekalipun Kain sudah terlanjur-lanjur melakukan dosa lebih parah dari yang pertama, melakukan dosa karena akibat tidak bertobat dari panas hati dan muka muram, tetapi TUHAN masih menunggu hati dari pada Kain supaya ia segera berpaling dari  panas hati dan muka muram. Tetapi rupanya, Kain menjawab: “Aku tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?
 
Jawaban Kain kepada TUHAN dibagi menjadi 2 (dua) bagian:
Yang Pertama: “Aku tidak tahu!” = Sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu = Penyangkalan yang pertama terhadap salib Kristus. Kalau sudah tahu, tetapi menjawab “tidak tahu”, itu adalah penyangkalan yang pertama terhadap salib Kristus.
Yang Kedua: “Apakah aku penjaga adikku?” Jadi, sudah sangat jelas; dia tidak pantas menjadi hamba TUHAN, dia tidak pantas menjadi pelayan TUHAN, dia tidak pantas menjadi perabot rumah TUHAN yang mulia, dia tidak pantas menjadi penjaga-penjaga adik-adik rohaninya.
 
Gembala sidang disebut juga penjaga kawanan domba, sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh TUHAN kepada nabi Yehezkiel. Yehezkiel itu disebut sebagai penjaga kawanan kambing domba.
Jadi, tugas gembala adalah penjaga. Maka, kalau melayani TUHAN dan melayani sesama hanya separuh hati, lalu separuh lagi kepada uang, dia bukanlah gembala sidang, dia bukan penjaga kawanan domba, tetapi dia adalah pembunuh.
 
Kalau saya mau melayani TUHAN dengan “motif uang”, itu bisa saya lakukan. Mohon maaf, saya tidak bermaksud sombong; saya kira cukup dikenal juga oleh beberapa hamba TUHAN di Jabodetabek. Satu kali kotbah, saya bisa mendapat satu juta atau dua juta. Bukankah itu enak? Padahal, itu hanya satu kali kotbah dalam seminggu. Tetapi kalau saya kotbah dua atau tiga kali atau empat kali dalam sebulan, maka minimal empat juta bisa saya peroleh.
Tetapi jika itu saya lakukan, maka TUHAN akan berkata: “Engkau tidak layak menjadi penjaga kawanan kambing domba”. Itu sebabnya, saya mau membuktikan diri sebagai penjaga kawanan kambing domba yang baik dengan tetap bertahan dalam penggembalaan ini, kecuali TUHAN yang suruh “ke luar”. Sesuai dengan injil Yohanes 10, domba-domba itu juga dituntun ke luar, karena masih ada domba-domba yang lain, supaya ada persekutuan kafir dan Israel.
Kalau TUHAN utus kita untuk melayani TUHAN dalam bentuk “persekutuan”, itu tidak jadi soal, itu pun bukan untuk mencari uang, sebab ada kalanya kita harus membayar hotel sendiri, ada kalanya kita harus membayar ongkos pulang pergi sendiri, ada kalanya kita juga harus sumbang pekerjaan TUHAN di tempat yang kita tuju. Padahal, bukan karena kita banyak uang, tetapi kita belajar untuk mempraktekkan firman, yaitu memberi dari kekurangan, bukan memberi dari kelebihan. Itulah penjaga kawanan kambing domba yang pantas bagi TUHAN.
 
Ada lagi; berapa banyak orang yang datang ke pastori untuk minta diberkati nikahnya. Lalu saya berkata: “Saya mau, tetapi kamu harus menjadi kawanan kambing domba yang harus saya jaga dan rawat. Kalau tidak, saya tidak mau sekalipun engkau membayar saya berjuta-juta.” Isteri saya yang menjadi saksinya; berapa banyak orang yang datang ke pastori untuk membayar petikan nikah, tetapi saya tidak mau.
Saya mau menjadi penjaga kawanan kambing domba yang baik, maka maukah saudara menjadi kawanan kambing domba yang baik? Kalau saudara mau, maka akan saya jaga; tetapi kalau hanya untuk uangmu engkau berikan, saya tidak mau. Berapa banyak orang yang pulang dengan kecewa, bahkan mempersalahkan saya, tetapi itu tidak jadi soal bagi saya, sebab yang penting hati TUHAN senang.
Untuk apa menyenangkan hati manusia, tetapi hati TUHAN tidak senang? Bukankah Musa pernah melakukan hal itu? Dia pukul bukit batu itu dua kali dengan amarahnya; setelah dipukul, lalu air keluar membual-bual dan hati umat Israel pun senang dan dipuaskan, tetapi hati TUHAN tidak. Kita harus semakin peka di dalam hal kebenaran ini.
 
Jadi, Kain ini tidak pantas untuk menjadi penjaga kambing domba yang baik. Kalau separuh hati untuk TUHAN, separuh hati untuk yang lain, maka tidak pantas untuk melayani pekerjaan TUHAN dan melayani sesama, karena orang seperti ini hanya suka panas hati dan muka muram saja, bersungut-sungut dalam melayani TUHAN.
 
Kejadian 4:10
(4:10) Firman-Nya: "Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.
 
Karena Kain tidak jujur, lalu TUHAN berkata: “Apakah yang telah kauperbuat ini? Darah adikmu itu berteriak kepada-Ku dari tanah.
Jadi, sebelum TUHAN bertanya kepada Kain, darah Habel sudah terlebih dahulu berteriak, memberitahukan tentang segala sesuatu yang diperbuat oleh Kain, kakaknya itu.
 
Persis seperti Wahyu 6:9-11, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang kelima, aku melihat di bawah mezbah jiwa-jiwa mereka yang telah dibunuh oleh karena firman Allah dan oleh karena kesaksian yang mereka miliki.
Orang-orang kudus yang mati terbunuh (mati martir), lehernya digorok, dipenggal oleh pedang antikris; mereka mati karena nama TUHAN.
Kemudian, mereka berseru dengan suara nyaring, katanya: "Berapa lamakah lagi, ya Penguasa yang kudus dan benar, Engkau tidak menghakimi dan tidak membalaskan darah kami kepada mereka yang diam di bumi?" Jadi, dari tanah itu, darah itu bisa berteriak kepada TUHAN.
Dan kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi hingga genap jumlah kawan-kawan pelayan, mulai dari pada Habel, dan saudara-saudara mereka, yang akan dibunuh sama seperti mereka.
 
Jadi, darah yang mati martir itu sangat berharga bagi TUHAN. Apa buktinya? Darah itu bisa berteriak kepada TUHAN, dan menceritakan segala sesuatu yang terjadi, termasuk keluh kesah yang dialaminya.
Darah saudara, nyawa saudara berharga di mata TUHAN. Tidak sia-sia kita mengasihi TUHAN, tidak sia-sia kita mempersembahkan korban persembahan yang terbaik, yang tambun-tambun kepada TUHAN. Kalau pun kita mati, tetapi darah itu bisa menaikkan doa kepada TUHAN. Orang yang mati martir itu tidak mati konyol; tetapi kalau kita mati di luar TUHAN, itu namanya mati konyol.
 
Kejadian 4:11
(4:11) Maka sekarang, terkutuklah engkau, terbuang jauh dari tanah yang mengangakan mulutnya untuk menerima darah adikmu itu dari tanganmu.
 
Singkatnya: Orang yang melayani tanpa segenap hati, melayani tanpa tulus ikhlas adalah orang yang terkutuk, orang yang jauh dari TUHAN.
Oleh sebab itu, biarlah kiranya Roh takut akan TUHAN itu memenuhi kehidupan kita, supaya kita boleh mengasihi TUHAN dan sesama dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati. Jangan menjadi orang yang terkutuk.
 
Kita sudah melihat perbandingan antara “tulus ikhlas dan segenap hati” dengan “setengah hati” yang diwakili oleh Kain.
 
Sekarang kita akan melihat: SYARAT untuk menjadi perabot rumah TUHAN (hamba TUHAN) yang melayani dengan tulus ikhlas, melayani dengan segenap hati.
2 Timotius 2:21
(2:21) Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
 
Kehidupan yang dikuduskan, kehidupan yang rela mengalami penyucian air firman walaupun sakit bagi daging, tetapi kehidupan yang semacam ini layak untuk dipakai TUHAN dan layak disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.
 
2 Timotius 2:22-23
(2:22) Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. (2:23) Hindarilah soal-soal yang dicari-cari, yang bodoh dan tidak layak. Engkau tahu bahwa soal-soal itu menimbulkan pertengkaran,
 
Syarat untuk menjadi perabot rumah TUHAN untuk pekerjaan yang mulia atau melayani TUHAN dengan tulus ikhlas dan segenap hati:
Yang Pertama: JAUHILAH nafsu orang muda, sebab di dalam hati orang muda terdapat kebodohan.
Yang Kedua: KEJARLAH ...

a.       Keadilan bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Janganlah persaudaraan saudara lebih kuat dengan manusia duniawi di sana -- sementara saudara sudah melihat kejahatan kenajisan mereka --, dari pada dengan saudara di dalam TUHAN ini; itu tidak benar.

b.      Kesetiaan bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.

c.       Kasih bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.

d.      Damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.

Jangan kita mengejar sesuatu yang tidak baik bersama dengan manusia duniawi. Jangan kita mengejar sesuatu di dunia ini bersama dengan kejahatan dan kenajisan.
Tidak sedikit hamba TUHAN, yang hanya untuk mengejar uang (Mamon), lalu dia harus bersahabat dengan manusia duniawi, dia harus rela bersahabat dengan kejahatan, dia rela bersahabat dengan kenajisan; saya tahu persis, banyak yang seperti itu, tetapi tidak mau diluruskan.
Yang TUHAN mau untuk menjadi hamba TUHAN yang layak untuk melayani TUHAN dan sesama, melayani pekerjaan yang mulia, ialah kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih, damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni.
Yang Ketiga: HINDARILAH...
a.        Soal-soal yang dicari-cari.
b.       Soal-soal yang bodoh.
c.        Soal-soal yang tidak layak.
Mengapa 3 (tiga) perkara itu harus dihindari? Karena 3 (tiga) perkara tersebut menimbulkan pertengkaran dan perpecahan antara yang satu dengan yang lain.
 
Tetapi, ada hal yang lebih dalam lagi dari 3 (tiga) perkara di atas yang harus kita perhatikan, supaya kita layak untuk menjadi perabot rumah TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN dan melayani sesama. Ada yang paling penting yang harus dihindari, mari kita perhatikan ayat 15 dan seterusnya.
 
2 Timotius 2:15
(2:15) Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu.
 
Usahakanlah supaya engkau layak di hadapan Allah sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu ... Usahakan sedapat mungkin supaya kita layak untuk melayani TUHAN dan melayani pekerjaan TUHAN. Sedapat mungkin usahakan kita layak menjadi hamba TUHAN. Jadi, tidak perlu malu jika harga dirimu diinjak-injak, karena yang terpenting adalah upayakan untuk kita layak menjadi pelayan TUHAN, imam-imam, hamba TUHAN, pendeta, gembala sidang. Tidak usah malu dalam memikul salib, sekalipun dirimu sampai direndahkan dan diinjak-injak.
Belajarlah untuk berubah. Dalam hal melayani TUHAN, apakah kita layak di mata manusia atau layak di mata TUHAN?
 
... Yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran itu. Kemudian, seorang hamba TUHAN harus jujur di dalam hal memberitakan firman. Kalau memang ada teguran, jangan kurang-kurangi teguran itu, lalu ditambah-tambahkan yang tidak baik. Biarlah kita jujur dan berterus terang. Jangan kita lembut-lembut tetapi hanya untuk mencari uang.
Ada hamba TUHAN yang seperti itu; melayani hanya untuk mencari uang, akhirnya tidak berani menegur yang salah.
 
2 Timotius 2:16
(2:16) Tetapi hindarilah omongan yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan.
 
“Hindarilah” ... Berarti ada yang harus dihindari:
-          Omongan yang kosong.
-          Omongan yang tak suci.
-          Omongan yang hanya menambah kefasikan.
Itulah yang harus dihindari supaya kita layak menjadi perabot rumah TUHAN untuk pekerjaan yang mulia, layak menjadi hamba TUHAN.
 
2 Timotius 2:17-19
(2:17) Perkataan mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan Filetus, (2:18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman sebagian orang. (2:19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: "Tuhan mengenal siapa kepunyaan-Nya" dan "Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan."
 
Perlu untuk diketahui; omongan yang kosong, omongan yang tak suci, omongan yang hanya menambah kefasikan sama dengan perkataan yang menjalar seperti penyakit kanker.
Contohnya; seperti Himeneus dan Filetus yang mengajarkan kepada sidang jemaat bahwa kebangkitan itu sedang berlangsung, tetapi tanpa dasar yang teguh. Himeneus dan Filetus bicara soal kebangkitan TUHAN Yesus, tetapi dia tidak bicara soal dasar yang teguh, dia tidak bicara soal sengsara, penderitaan dan kematian TUHAN Yesus Kristus.
 
Tiadalah mungkin kebangkitan berlangsung di dalam sidang jemaat, di dalam kehidupan dari ibadah pelayanan atau kepada sidang jemaat, kalau tidak satu dalam kematian. Kematian Yesus Kristus di atas kayu salib, itu adalah dasar yang kuat, sehingga kita layak untuk menjadi hamba TUHAN. Maka ...
1.      Jauhilah nafsu orang muda.
2.      Kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih, damai.
3.      Hindarilah soal-soal yang dicari, yang bodoh dan yang tidak layak, karena menimbulkan pertengkaran.
Bahkan, yang lebih dalam lagi ...
-          Hindarilah omongan yang kosong.
-          Hindarilah omongan yang tak suci.
-          Hindarilah omongan yang hanya menambah kefasikan.
Seperti Himeneus dan Filetus, hamba TUHAN yang tidak suci, yang mengajarkan kebangkitan sedang berlangsung “diberkati, diberkati, diberkati”, tetapi salib tidak ditegakkan sebagai dasar yang teguh, yaitu;  sengsara dan kematian Yesus Kristus di atas kayu salib tidak diajarkan; dia bukan hamba TUHAN, dia bukan milik kepunyaan yang dimeteraikan oleh Allah.
Tiadalah mungkin seseorang mengalami kebangkitan, jika tanpa kematian. Sebaliknya jikalau kita satu dengan kematian, otomatis pada hari ketiga, Yesus bangkit. Jadi, kematian dengan kebangkitan, itu satu paket. Jangan bicara “kebangkitan” tanpa “kematian.”
 
Jauhilah nafsu orang muda, itulah Rut yang tidak mengejar-ngejar orang muda, tetapi dia mengejar Boas, sekalipun usianya sudah tua. Boas rohani, itulah TUHAN Yesus Kristus. Jika kita mengerti akan hal ini, itu semua karena kemurahan TUHAN.
Jauhilah nafsu orang muda, supaya kita menghindari omongan yang kosong seperti ini. Itulah gereja Rut yang TUHAN tuntut di akhir zaman ini.
 
Biarlah kita semua menjadi suatu kehidupan yang dikuduskan, berarti rela mengalami penyucian oleh air firman yang limpah, supaya kita layak untuk menjadi perabot yang mulia, melayani TUHAN, melayani pekerjaan TUHAN, melayani sesama dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati. Itulah gambaran dari kambing domba yang tambun, anak sulung yang dipersembahkan oleh Habel.
 
JALAN KELUARNYA.
Amsal 22:15
(22:15) Kebodohan melekat pada hati orang muda, tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya.
 
Kebodohan melekat pada hati orang muda ... Oleh sebab itu, jauhi nafsu orang muda.
 
... Tetapi tongkat didikan akan mengusir itu dari padanya. Jadi, untuk menghindari, untuk menjauhkan diri dari nafsu orang muda, maka kita butuh tongkat didikan.
Tongkat didikan, itu berbicara tentang tongkat penggembalaan. Di dalam penggembalaan ini, kita banyak menerima didikan TUHAN, nasihat Firman TUHAN supaya kita secepatnya memperoleh hikmat Allah.
 
Mari kita lihat pribadi yang sudah menerima TONGKAT DIDIKAN, di dalam Yohanes 21, dengan perikop: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”, Tongkat didikan adalah tongkat penggembalaan. TUHAN mau supaya domba-domba tergembala, sehingga dalam penggembalaan ini, kita menerima didikan, supaya kita semua memperoleh hikmat, pengetahuan dan pengertian. Oleh sebab itu, lihat; TUHAN serius berbicara kepada Simon Petrus.
 
Yohanes 21:15-17
(21:15) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:16) Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." (21:17) Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.
 
Yesus bertanya untuk yang pertama kalinya kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." Kalau memang mengasihi Aku, gembalakanlah domba-domba-Ku.
 
Untuk yang kedua kali, Yesus kembali bertanya kepada Petrus dengan pertanyaan yang sama: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
 
Sampai dua kali Yesus bertanya dan menyatakan hal ini; sebetulnya, dua saksi sudah sah, tetapi mengapa TUHAN masih bertanya untuk yang ketiga kali dengan pertanyaan yang sama? Lihatlah, untuk yang ketiga kalinya, Yesus kembali berkata: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka Simon Petrus pun akhirnya menangis, dan berkata: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu ...
 
TUHAN tahu segala sesuatu. Sekalipun Simon Petrus menjawab: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” untuk yang pertama kali. Karena TUHAN melihat dia tidak jujur, pertanyaan yang sama diulang kembali untuk yang kedua kali, lalu jawaban yang samapun tetap dipertakankan: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau” Tetapi TUHAN tidak bisa didustai, tidak bisa dibohongi.
Akhirnya, TUHAN kembali bertanya untuk yang ketiga kali dengan pertanyaan yang sama: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Sesudah pertanyaan yang ketiga, barulah Simon Petrus menangis, karena TUHAN tahu segala sesuatu.
 
Sesungguhnnya ...

-          Pertanyaan yang pertama, menunjukkan bahwa Simon Petrus masih hidup di dalam kasih fileo; hubungan antara daging.

-          Pertanyaan yang kedua, menunjukkan bahwa Simon Petrus masih hidup di dalam kasih eros; hubungan antara laki-laki dan perempuan.

Tetapi yang TUHAN tuntut adalah kasih Agape. Karena itu belum ada di dalam diri Simon Petrus, maka menangislah dia.
 
Bukankah ini adalah tongkat didikan, tongkat penggembalaan? Di dalam penggembalaan ini, kita dididik; oleh sebab itu, Yesus berkata: “Gembalakanlah domba-domba-Ku”. TUHAN didik kita supaya kita memiliki kasih Agape, sebab tidak cukup hanya kasih fileo, tidak cukup hanya kasih eros, tetapi harus memuncak sampai kepada kasih Agape; tulus ikhlas dan segenap hati.
 
Sesudah jawaban yang ketiga dari Simon Petrus: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kemudian, kata Yesus kepada Simon Petrus: "Gembalakanlah domba-domba-Ku." TUHAN mau, supaya domba-domba tergembala dengan baik, maka dari pihak hamba TUHAN; harus menggembalakan kambing domba itu dengan tulus ikhlas dan segenap hati.
Inilah tongkat didikan, yaitu mengasihi dengan tulus ikhlas dan dengan segenap hati; inilah cara mengusir nafsu orang muda.
 
Yohanes 21:18
(21:18) Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
 
Lihatlah nafsu orang muda:
-          Engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri à Kebenaran diri sendiri.
-          Engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki à Nafsu orang muda.
Untuk mengusir itu, maka dibutuhkan tongkat didikan.
 
Tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki à Rela mati di atas kayu salib, itulah tongkat didikan. Itulah yang harus kita cari. Itulah Boas rohani, TUHAN Yesus Kristus.
 
Jika engkau sudah menjadi tua ...
-          engkau akan mengulurkan tanganmu,
-          dan orang lain akan mengikat engkau,
-          dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.
Menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung di atas kayu salib.
Tongkat didikan ini membawa hidup gereja TUHAN menjadi tua atau dewasa rohani. Maka, TUHAN sangat penting sekali berbicara kepada Simon Petrus: “Apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” TUHAN tuntut; kalau memang engkau mengasihi Aku, “Gembalakanlah domba-domba-Ku”.
 
Tongkat didikan, tongkat penggembalaan, itu yang sedang kita cari sekarang ini. Kita tidak mengejar-ngejar orang muda, tetapi kita mengejar yang tua, dewasa rohani. Mengulurkan tangan, diikat, lalu dibawa ke tempat yang tidak dikehendaki, itulah salib Kristus. Inilah tongkat diidkan yang sedang kita cari dan kita kejar itu. Sekali lagi saya sampaikan: Hindari nafsu orang muda. Amin.
 
 
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
 
Pemberita Firman
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment