IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 08 OKTOBER 2024
SURAT YUDAS
YUDAS 1:4
(Seri 5)
Subtema: KEFASIKAN MALAIKAT-MALAIKAT
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN yang telah membawa kita dan menghimpunkan kita untuk berada di atas gunung TUHAN yang kudus, beribadah dan melayani TUHAN lewat Ibadah Doa Penyembahan.
Saya juga tidak lupa menyapa saudara-saudari, bapak/ibu yang terkasih yang turut bergabung dengan penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon lewat live streaming/online/video internet; Youtube, Facebook dan media sosial lainnya, dimanapun saudara berada.
Jangan lupa, tetaplah berdoa dalam Roh, mohonlah kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut SURAT YUDAS sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.
Yudas 1:4
(1:4) Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.
Di antara orang-orang yang terpanggil, ternyata ada orang tertentu telah masuk menyelusup dan mereka itu adalah orang-orang fasik. Orang-orang fasik disebut juga dengan orang-orang yang sombong, angkuh, tinggi hati, melupakan TUHAN dan tidak tahu mengucap syukur.
Tetapi lebih tepatnya, di sini kita akan melihat…
Bukti kefasikan orang-orang: menyalahgunakan kasih karunia Allah atau kemurahan Allah, dengan lain kata menyalahgunakan apa yang telah dipercayakan Allah.
Siapa saja yang menyalahgunakan kasih karunia Allah atau kemurahan Allah? Antara lain:
Malaikat-malaikat yang berbuat dosa.
Binatang yang keluar dari dalam laut.
Binatang yang keluar dari dalam bumi.
Pertanyaannya: mengapa mereka menyalahgunakan kasih karunia Allah?
Jawabnya ialah; untuk melampiaskan hawa nafsu mereka atau ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tetapi di dorong oleh karena hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
Pertama-tama kita akan melihat: KEFASIKAN MALAIKAT-MALAIKAT
Itu berarti; satu kali malaikat bisa saja berbuat dosa.
Kita akan buktikan hal itu di dalam…
1 Petrus 1:10
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.
Nabi-nabi bernubuat tentang kasih karunia atau kemurahan TUHAN yang diuntukkan bagi umat TUHAN (jemaat TUHAN).
Bernubuat berarti; menyampaikan hal-hal yang akan datang, sehingga di masa yang akan datang jemaat tetap dalam keadaan baik dan terpelihara oleh kasih karunia TUHAN.
Saudara, adapun kasih karunia yang diuntukkan bagi jemaat ialah; keselamatan yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib di Bukit Golgota. Inilah yang dinubuatkan oleh para nabi, bukan soal yang lahiriah.
Jadi saudara, keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi sehingga mereka dilayakkan untuk bernubuat.
Jadi ukuran kelayakan itu adalah kasih karunia, bukan karena dia punya potensi, wibawa, kelebihan secara lahiriah.
1 Petrus 1:11
(1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Nabi-nabi meneliti dan menyelidiki keselamatan itu sesuai dengan pimpinan dan tuntunan dari Roh El Kudus.
Hal ini menunjukkan bahwasanya nabi-nabi hidup di dalam pengurapan yang penuh dengan kata lain; berada dalam pengaruh yang besar dari Roh El Kudus di dalam hal memberitakan tentang pribadi Yesus Kristus, yaitu;
Menderita sengsara bahkan mati di atas kayu salib.
Dibangkitkan pada hari yang ketiga.
Sampai pada akhirnya Yesus dipermuliakan.
Jadi, kalau hamba TUHAN (pemimpin sidang jemaat) sibuk berbicara di luar keselamatan, hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak layak dan tidak pantas dihadapan TUHAN.
Pendeknya, nabi-nabi melayani TUHAN, namun bukan untuk melampiaskan hawa nafsu (bukan karena didorong oleh keinginan-keinginan daging yang jahat).
1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Nabi-nabi tidak melayani diri mereka sendiri tetapi betul-betul memperhatikan sidang jemaat (melayani TUHAN), dengan bukti kuat: mereka memberitahukan kepada sidang jemaat segala sesuatu yang mereka peroleh dari TUHAN, karena hidup mereka betul-betul dicengkram oleh Roh El Kudus. Pendeknya, nabi-nabi bernubuat tentang keselamatan = menyampaikan berita Injil kepada sidang jemaat.
Singkat kata, ketika Yesus menderita sengsara dan mati di kayu salib, kemudian dibangkitkan pada hari yang ketiga dan akhirnya dimuliakan Allah, itu yang disebut dengan berita Injil.
Saudara, berita semacam ini ingin sekali diketahui oleh malaikat-malaikat. Kalau malaikat-malaikat mendambakan berita Injil, menunjukkan bahwa di dalam diri malaikat-malaikat tersebut ada satu keinginan seperti layaknya manusia.
Kita berpikir malaikat sempurna, memang, tetapi kenyataannya di dalam diri malaikat ada satu keinginan, kalau tidak ada keinginan di dalam dirinya, ia tidak akan pernah membutuhkan berita Injil. Tetapi, karena ada keinginan yang begitu hebat menggelora di dalam diri malaikat itu seperti layaknya manusia, maka ia pun menginginkan berita Injil.
Pendeknya, malaikat-malaikat tidak akan pernah mengalami penebusan apabila ia melampiaskan keinginan itu di tengah pelayanan (melayani karena hawa nafsu keinginan).
Jadi, sekali lagi saya sampaikan; apabila malaikat berbuat dosa, secara otomatis ia akan berubah menjadi setan. Dan hal itu diketahui oleh malaikat-malaikat dengan pasti sebagaimana dalam 2 Petrus 2:4 -- Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.
Kita ini membutuhkan berita Injil, berita keselamatan karena kita masih daging. Sementara di dalam daging banyak keinginan-keinginan. Hanya perbedaannya, malaikat tidak mempunyai darah dan daging, dengan lain kata; tidak mempunyai wadah untuk menampung darah salib.
Yesaya 14:10
(14:10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: 'Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!'
Di sini dikatakan: “Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!”
Pendeknya, malaikat-malaikat sama seperti layaknya manusia; mempunyai keinginan.
Yesaya 14:11
(14:11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu."
Ketika malaikat-malaikat melampiaskan keinginan-keinginannya itu seperti layaknya manusia dan keinginan dagingnya, maka pada saat itu juga ia diturunkan ke dunia orang mati.
Hal ini menunjukkan bahwasanya berita Injil tidak berlaku bagi malaikat-malaikat.
Yesaya 14:12
(14:12) "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!
Setelah melampiaskan keinginannya yang kuat itu, akhirnya malaikat dipecahkan dan jatuh ke bumi, mengalahkan bangsa-bangsa.
Itu berarti, malaikat sudah berubah menjadi iblis setan.
Untuk apa dia mengalahkan bangsa-bangsa? Dari situ kita bisa melihat bahwa malaikat ketika terlanjur-lanjur dengan keinginan, dengan lain kata; keinginan yang kuat itu tidak direm, akhirnya dia berbuat dosa dan berubah menjadi setan.
Setan pekerjaannya hanya untuk menguasai bangsa-bangsa.
Yesaya 14:13-14
(14:13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14:14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Di sini kita lihat, 5 kali kata “aku” sebagai tanda keinginan yang kuat di dalam diri malaikat yang berbuat dosa.
Aku hendak naik ke langit.
Langit adalah gambaran dari takhta Allah atau kerajaan Sorga.
Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah.
Bintang-bintang Allah 🡪 orang yang bijaksana, itulah hamba-hamba TUHAN yang ditinggikan / diurapi seperti bintang-bintang di langit.
Aku hendak duduk di atas bukit pertemua, jauh di sebelah utara.
Artinya; ia mempunyai keinginan yang kuat untuk disembah.
Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.
Awan-awan berbicara soal yang rohani, sebab sama seperti ketika Yesus naik ke Sorga di dalam awan-awan, nanti juga kembali ke dalam dunia ini dalam awan-awan, sebagaimana dalam Kisah Para Rasul 1:9 -- Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Dan juga di dalam Wahyu 1:7 -- Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
Pendeknya, malaikat yang berbuat dosa menganggap sebagai pribadi yang rohani -- lebih rohani dari yang rohani.
Jangan diantara kita seperti itu ya saudaraku. Kita ini anggota-anggota tubuh, tempatkanlah diri ini sesuai dengan kehendak TUHAN saja, supaya pemakaian TUHAN semakin nyata.
Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Kita tahu bahwa Allah mendambakan untuk dipuji dan disembah.
Berarti, malaikat yang berbuat dosa yang berubah menjadi setan ini menginginkan untuk dipuji, dipuja dan disembah, sebagaimana dalam 2 Tesalonika 2:4 -- yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.
Itu sebabnya, di dalam 1 Petrus 1:12 dikatakan bahwa mereka itu mendambakan berita Injil.
Dari sini saya selidiki, berarti; malaikat mempunyai keinginan yang kuat sesuai dengan apa yang ditulis oleh nabi Yesaya dalam Yesaya 14:10-14.
Pendeknya, 5 kali kata “aku” sebagai tanda keinginan dari malaikat yang berbuat dosa, bertentangan dengan 5 luka utama Yesus yaitu;
2 (dua) di tangan,
2 (dua) di kaki,
1 (satu) tusukan pada lambung.
Jadi saudara, 5 luka utama Yesus itu adalah “kehendak Allah”, bertentangan sekali dengan keinginan-keinginan dari malaikat-malaikat yang berbuat dosa.
Oleh sebab itu, jangan kita datang menghadap Allah, beribadah dan melayani tetapi hanya untuk melampiaskan hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Keinginan daging itu harus direm, jangan terlanjur-lanjur.
Sebelum kita dicengkram oleh Roh TUHAN, mungkin kita berada di bawah pengaruh-pengaruh dari keinginan daging. Tetapi sekarang, kehidupan kita yang sudah dipanggil oleh TUHAN, selayaknya kita semua ada dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus, supaya jangan terlanjur-lanjur dalam hal menuruti keinginan-keinginan daging.
Sekarang kita melihat, titisan dari malaikat yang berbuat dosa, itu ada dalam diri orang Farisi yang disebut juga orang fasik.
Lukas 18:9-12 dengan perikop: “Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai”
(18:9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (18:10) "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (18:11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (18:12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Di sini kita melihat, ada 2 (dua) orang datang menghadap Allah di Bait Allah untuk berdoa:
YANG PERTAMA: Orang Farisi (orang fasik).
Di dalam doanya, orang Farisi mengucapkan 5 kali kata “aku”
Aku mengucap syukur kepada-Mu.
Memang mengucap syukur itu bagus dan baik adanya dan memang kita perlu untuk mengucap syukur, serta berterima kasih kepada kebaikkan dan kemurahan hati TUHAN, akan tetapi, jangan ada kebanggan diri.
Hati-hati ya, yang berpuasa; hati-hati dalam menyatakan diri sedang berpuasa. Begitu juga dalam hal bersaksi, hati-hati, walaupun ada ucapan terimakasih dan rasa syukur atas pemeliharaan TUHAN, tetapi hal itu jangan didorong oleh kebanggaan diri. Kalau mungkin di waktu-waktu yang lalu itu pernah terjadi, jangan lagi, kita harus semakin dewasa.
Aku tidak sama seperti semua orang lain.
Dengan rincian: bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.
Jadi benar sekali, kalau seseorang menganggap dirinya benar, maka orang seperti ini suka merendahkan orang lain.
Saudara, ada jemaat yang tua, ada jemaat yang muda. Barangkali jemaat yang muda akan dengan lebih cepat mengakui gembalanya kepada orang lain (tidak malu). Tetapi bagaimana dengan usia yang lebih tua dari saya? Apakah dalam setiap pernyataan kita akan tetap mengakui keberadaan dari gembala? Contoh; saat berbicara kepada orang lain, lalu menunjuk gembalanya dengan berkata: “dia, dia, dia!” -- tidak ada rasa hormat.
Saya ini bukan gila hormat, tetapi kalau memang menjadi anggota tubuh, bawalah dirimu sebagai anggota tubuh sesuai dengan kehendak TUHAN, entah sebagai mata atau sebagai kaki. Jangan menganggap diri benar supaya orang lain jangan kita rendahkan.
Aku berpuasa dua kali seminggu.
Saudara, hal berpuasa ini penting. Apa kegunaan dari berpuasa?
Puasa = tidak makan dan tidak minum. Kalau tidak makan dan tidak minum maka yang dihukum adalah daging.
Jadi, berpuasa itu perlu supaya daging dan keinginannya itu dijatuhi hukuman sejadi-jadinya, kalau bisa, oleh hukuman itu daging hancur remuk supaya kita datang menghadap TUHAN tidak untuk melampiaskan keinginan di hati (di dorong oleh hawa nafsu dan keinginan daging).
Aku memberikan sepersepuluh (mengembalikan milik TUHAN).
Mengembalikan sepersepuluh itu bagus, tetapi ada hal yang tidak boleh diabaikan yaitu dalam Matius 23:23 -- Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Pendeknya, mengembalikan persepuluhan itu harus, tetapi yang lain jangan diabaikan yaitu; keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Dari segala penghasilanku.
Inilah 5 kali kata “aku” yang sangat bertentangan dengan 5 luka utama Yesus, karena 5 luka utama Yesus adalah kehendak Allah.
Oleh sebab itu, kalau kita terlanjur-lanjur dengan keinginan manusia yang kuat, bertentangan sekali dengan kehendak Allah.
Perlu untuk diketahui:
5 kali kata “aku” yang diucapkan oleh orang Farisi ini, dasarnya adalah karena ia menganggap diri benar sebagaimana dalam Lukas 18:9 -- Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
Dampak negatif menganggap diri benar: maka ia akan memandang rendah orang lain, bukan hanya ibadah dan pelayanan, termasuk Allah yang Dia sembah. Jadi, jangan pernah menganggap diri benar. Apapun yang sudah saudara lakukan, baik itu kebajikan atau perbuatan baik yang saudara tunjukkan, jangan pernah merasa diri benar dengan perbuatan itu semua, supaya kita jangan menganggap rendah ibadah dan pelayanan, menganggap rendah orang lain, gembala dan Allah yang menciptakan kita.
Di sini kita melihat, ada 2 (dua) orang datang menghadap Allah di Bait Allah untuk berdoa:
YANG KEDUA: Pemungut cukai.
Kita lihat sikap doa dari pemungut cukai ketika datang menghadap TUHAN di Bait Allah.
Berdiri jauh-jauh = menganggap diri kotor, bau yang menjijikan. Kalau merasa diri wangi pasti percaya diri dan mendekat.
Tidak berani menengadah ke langit = ada rasa takut kepada TUHAN dan juga ada rasa malu karena dosa.
Sudah banyak kejahatan dan kenajisan tetapi masih tebal muka, itu namanya muka tembok.
Memukul diri (memukul dada) sambil berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Saudara, pemungut cukai hanya mengucapkan satu kali kata “aku” dalam doanya. Dan kedudukan kata “aku” ini berada pada tempat sebagai orang yang berdosa yaitu: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Dalam ejaan lama: Akan tetapi orang pemungut cukai itu berdiri dari jauh, tiada berani ia menengadah ke langit, melainkan menepuk dadanya sahaja, serta berkata: Ya Allah, kasihankanlah hamba, orang berdosa ini!
Kehidupan yang mendambakan belas kasihan mempunyai kerinduan untuk disucikan dan menjadi hamba kebenaran.
Perlu untuk diketahui:
Kita dibenarkan Allah bukan karena hasil usaha, perbuatan-perbuatan baik kita, jerih paya kita, seperti lima kali kata “aku” yang diucapkan oleh orang Farisi. Akan tetapi, kita dibenarkan oleh karena belas kasihan TUHAN, sebagaimana doa dari pemungut cukai tadi: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, kita dibenarkan bukan karena perbuatan baik kita, amal soleh, jerih payah, tetapi dibenarkan menjadi hamba kebenaran oleh karena belas kasihan TUHAN saja.
Jadi, kalaupun ada perbuatan baik mu, jangan bermegah. Kalau engkau berjerih payah, jangan bermegah di situ, tidak ada artinya. Kalau kita bercerita tentang kebaikan kita dengan kata-kata yang diumbar-umbar, hati-hati; berkatnya dari telinga yang mendengar dan mata yang melihat saja, berkat tidak datang dari TUHAN.
Mazmur 51:3 dengan perikop: “Pengakuan dosa”
(51:3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Doa Daud ketika ia berbuat dosa dihadapan Allah:
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu
Hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar
Jadi, orang berdosa dibenarkan oleh karena belas kasihan / kasih karunia / kemurahan dan rahmat, itulah yang diharapkan oleh orang berdosa seperti Daud.
Mazmur 51:4-5
(51:4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku (51:5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
Menyadari diri sebagai orang berdosa = meninggikan korban Kristus lebih dari segala-galanya.
Perlu untuk diketahui: ibadah dan pelayanan ini seharga dengan setetes darah salib.
Jadi, menghargai ibadah dan pelayanan lebih dari segala-galanya, itulah orang yang menyadari diri sebagai orang yang berdosa.
Kalau kita menyadari diri sebagai orang berdosa pasti kita tidak berani tinggalkan jam-jam ibadah.
Mazmur 51:6
(51:6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa Daud dengan berterus terang mengakui dosa kenajisan percabulannya, sebab ia telah berzinah dengan istri Uria orang Het, itulah Betsyeba.
Kita semua tahu cerita itu, setiap bulan baru berarti awal tahun, setiap tentara-tentara harus berjuang di medan perang, sedangkan Daud tinggal di istana berada di atas sotoh, di situlah ia melihat isteri Uria sedang mandi. Daud melihat Batsyeba sedang mandi dan mengambilnya, rakyat tidak berani menghalangi keinginan raja. Pendeknya, Daud berdosa kepada TUHAN, itu sebabnya Daud berkata: terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa
Demikian juga ketika anak-anak imam Eli berzinah dengan perempuan-perempuan di Tabernakel dalam 1 Samuel 2:25 -- Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" --- Berarti, ini adalah dosa karena jatuh dalam perzinahan.
Oleh sebab itu, Daud mengaku dengan tuntas terhadap segala sesuatu yang dia perbuat dan berkata: terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa.
Kalau kita menyadari orang berdosa, hidup dalam puncaknya dosa itulah kenajisan percabulan, yang kita butuhkan adalah belas kasihan TUHAN saja. Mungkin kita tidak jatuh dalam perzinahan, tetapi menganggap diri benar, maka kebenaran semacam ini tidak akan membuat dia suci dan sempurna. Jadi, saudara jangan beranggap tidak perlu beribadah, yang penting jangan ganggu orang.
Kita butuh belas kasihan TUHAN, menyadari diri sebagai orang yang paling berdosa, berarti; menjunjung tinggi korban Kristus. Ibadah dan pelayanan seharga dengan setetes darah salib.
Mazmur 51:7, 9
(51:7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. (51:9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!
Pendeknya, hanya saliblah yang..
Dapat memutuskan (mengalahkan) kutuk
Mentahirkan manusia dengan segala kenajisan dan segala dosa apapun
Kemudian Daud juga berkata: Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop.
Hisop adalah sebuah rumput yang lembut sekali, sanggup menyerap darah sebanyak-banyaknya.
Jadi, Yesus tampil sebagai hisop (Pengantara) untuk mengerjakan penebusan dan pendamaian atas dosa manusia termasuk dosa kenajisan percabulan (puncak dosa).
Mazmur 51:8
(51:8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Kebenaran dalam hati = tidak menganggap diri benar, tidak menganggap diri bersih, tidak menganggap diri suci apalagi sempurna, tetapi menyadari diri sebagai kehidupan yang berdosa, yang membutuhkan belas kasihan TUHAN.
Kemudian, kepada orang yang menyadari diri sebagai orang yang berdosa, kepada orang semacam ini Firman TUHAN berkata: dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Jadi, kebenaran dalam hati (batin) itu perlu, kebenaran tidak perlu dipamer. Sebaliknya, orang yang menganggap diri paling benar, ia tidak punya hikmat.
Kita ini pada dasarnya orang bodoh, banyak kesalahan, waktu kita dipanggil oleh TUHAN, tetapi sekalipun demikian, oleh karena belas kasihan TUHAN kita menjadi satu pribadi yang bijaksana, kenapa? Karena dengan diam-diam TUHAN memberitahukan hikmat kepada orang yang semacam itu.
Jadi, kebenaran dalam hati (batin) itu perlu, kebenaran tidak perlu dipamer, orang semacam ini adalah orang yang berhikmat dan bijaksana dalam mengambil keputusannya. Itulah sebabnya Daud menuntaskan semua dosanya.
Saudaraku, waktu Daud jatuh dalam puncaknya dosa itu, Natan menceritakan dosanya itu dengan bentuk perumpamaan sebagaimana dalam…
2 Samuel 12:1-4
(12:1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (12:2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (12:3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (12:4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu."
Natan menegur dosa Daud lewat perumpamaan, tetapi Daud tidak paham. Apa buktinya?
2 Samuel 12:5
(12:5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
"Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
Dia tidak sadar kalau hukuman mati itu kepada dirinya.
Memang, kebanyakan manusia seperti ini, melihat kesalahan orang begitu cepat menghakimi lalu mempersalahkan, biasanya begitu. Daud tidak suka kesalahan, padahal dia sendiri yang melakukan salah.
Karena Natan melihat Daud belum menyadari bahwa yang dimaksud adalah dia dalam perumpamaan itu, akhirnya…
2 Samuel 12:7-9
(12:7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (12:8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (12:9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
Jadi, dosa Daud ini luar biasa, selain membunuh Uria orang Het, ia juga berzinah dengan Batsyeba.
Singkat kata, barulah Daud menyadari dan menangis serta mengakui dengan tuntas dosanya di dalam Mazmur 51:3-9.
Jadi, kalau kita menyadari diri sebagai orang yang paling berdosa, paling hina, maka yang kita butuhkan hanyalah belas kasihan TUHAN. Mulai sekarang; jangan merasa diri paling benar sekalipun banyak jerih payah dan banyak berbuat baik di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Jadi, pemungut cukai hanya satu kali mengucapkan kata “aku” kepada TUHAN bukan didorong oleh keinginan daging, tetapi didorong oleh Roh Kudus. Biarlah kita semua ada dalam cengkraman yang kuat dari Allah Roh Kudus. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 10 OKTOBER 2024
SURAT YUDAS
YUDAS 1:4
(Seri 5)
Subtema: KEFASIKAN MALAIKAT-MALAIKAT
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN yang telah membawa kita dan menghimpunkan kita untuk berada di atas gunung TUHAN yang kudus, beribadah dan melayani TUHAN lewat Ibadah Doa Penyembahan.
Saya juga tidak lupa menyapa saudara-saudari, bapak/ibu yang terkasih yang turut bergabung dengan penggembalaan GPT “Betania” Serang & Cilegon lewat live streaming/online/video internet; Youtube, Facebook dan media sosial lainnya, dimanapun saudara berada.
Jangan lupa, tetaplah berdoa dalam Roh, mohonlah kemurahan TUHAN, supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas pribadi.
Mari kita sambut SURAT YUDAS sebagai Firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan.
Yudas 1:4
(1:4) Sebab ternyata ada orang tertentu yang telah masuk menyelusup di tengah-tengah kamu, yaitu orang-orang yang telah lama ditentukan untuk dihukum. Mereka adalah orang-orang yang fasik, yang menyalahgunakan kasih karunia Allah kita untuk melampiaskan hawa nafsu mereka, dan yang menyangkal satu-satunya Penguasa dan Tuhan kita, Yesus Kristus.
Di antara orang-orang yang terpanggil, ternyata ada orang tertentu telah masuk menyelusup dan mereka itu adalah orang-orang fasik. Orang-orang fasik disebut juga dengan orang-orang yang sombong, angkuh, tinggi hati, melupakan TUHAN dan tidak tahu mengucap syukur.
Tetapi lebih tepatnya, di sini kita akan melihat…
Bukti kefasikan orang-orang: menyalahgunakan kasih karunia Allah atau kemurahan Allah, dengan lain kata menyalahgunakan apa yang telah dipercayakan Allah.
Siapa saja yang menyalahgunakan kasih karunia Allah atau kemurahan Allah? Antara lain:
Malaikat-malaikat yang berbuat dosa.
Binatang yang keluar dari dalam laut.
Binatang yang keluar dari dalam bumi.
Pertanyaannya: mengapa mereka menyalahgunakan kasih karunia Allah?
Jawabnya ialah; untuk melampiaskan hawa nafsu mereka atau ada di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, tetapi di dorong oleh karena hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat.
Pertama-tama kita akan melihat: KEFASIKAN MALAIKAT-MALAIKAT
Itu berarti; satu kali malaikat bisa saja berbuat dosa.
Kita akan buktikan hal itu di dalam…
1 Petrus 1:10
(1:10) Keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi, yang telah bernubuat tentang kasih karunia yang diuntukkan bagimu.
Nabi-nabi bernubuat tentang kasih karunia atau kemurahan TUHAN yang diuntukkan bagi umat TUHAN (jemaat TUHAN).
Bernubuat berarti; menyampaikan hal-hal yang akan datang, sehingga di masa yang akan datang jemaat tetap dalam keadaan baik dan terpelihara oleh kasih karunia TUHAN.
Saudara, adapun kasih karunia yang diuntukkan bagi jemaat ialah; keselamatan yang telah dikerjakan oleh Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu di atas kayu salib di Bukit Golgota. Inilah yang dinubuatkan oleh para nabi, bukan soal yang lahiriah.
Jadi saudara, keselamatan itulah yang diselidiki dan diteliti oleh nabi-nabi sehingga mereka dilayakkan untuk bernubuat.
Jadi ukuran kelayakan itu adalah kasih karunia, bukan karena dia punya potensi, wibawa, kelebihan secara lahiriah.
1 Petrus 1:11
(1:11) Dan mereka meneliti saat yang mana dan yang bagaimana yang dimaksudkan oleh Roh Kristus, yang ada di dalam mereka, yaitu Roh yang sebelumnya memberi kesaksian tentang segala penderitaan yang akan menimpa Kristus dan tentang segala kemuliaan yang menyusul sesudah itu.
Nabi-nabi meneliti dan menyelidiki keselamatan itu sesuai dengan pimpinan dan tuntunan dari Roh El Kudus.
Hal ini menunjukkan bahwasanya nabi-nabi hidup di dalam pengurapan yang penuh dengan kata lain; berada dalam pengaruh yang besar dari Roh El Kudus di dalam hal memberitakan tentang pribadi Yesus Kristus, yaitu;
Menderita sengsara bahkan mati di atas kayu salib.
Dibangkitkan pada hari yang ketiga.
Sampai pada akhirnya Yesus dipermuliakan.
Jadi, kalau hamba TUHAN (pemimpin sidang jemaat) sibuk berbicara di luar keselamatan, hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak layak dan tidak pantas dihadapan TUHAN.
Pendeknya, nabi-nabi melayani TUHAN, namun bukan untuk melampiaskan hawa nafsu (bukan karena didorong oleh keinginan-keinginan daging yang jahat).
1 Petrus 1:12
(1:12) Kepada mereka telah dinyatakan, bahwa mereka bukan melayani diri mereka sendiri, tetapi melayani kamu dengan segala sesuatu yang telah diberitakan sekarang kepada kamu dengan perantaraan mereka, yang oleh Roh Kudus, yang diutus dari sorga, menyampaikan berita Injil kepada kamu, yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh malaikat-malaikat.
Nabi-nabi tidak melayani diri mereka sendiri tetapi betul-betul memperhatikan sidang jemaat (melayani TUHAN), dengan bukti kuat: mereka memberitahukan kepada sidang jemaat segala sesuatu yang mereka peroleh dari TUHAN, karena hidup mereka betul-betul dicengkram oleh Roh El Kudus. Pendeknya, nabi-nabi bernubuat tentang keselamatan = menyampaikan berita Injil kepada sidang jemaat.
Singkat kata, ketika Yesus menderita sengsara dan mati di kayu salib, kemudian dibangkitkan pada hari yang ketiga dan akhirnya dimuliakan Allah, itu yang disebut dengan berita Injil.
Saudara, berita semacam ini ingin sekali diketahui oleh malaikat-malaikat. Kalau malaikat-malaikat mendambakan berita Injil, menunjukkan bahwa di dalam diri malaikat-malaikat tersebut ada satu keinginan seperti layaknya manusia.
Kita berpikir malaikat sempurna, memang, tetapi kenyataannya di dalam diri malaikat ada satu keinginan, kalau tidak ada keinginan di dalam dirinya, ia tidak akan pernah membutuhkan berita Injil. Tetapi, karena ada keinginan yang begitu hebat menggelora di dalam diri malaikat itu seperti layaknya manusia, maka ia pun menginginkan berita Injil.
Pendeknya, malaikat-malaikat tidak akan pernah mengalami penebusan apabila ia melampiaskan keinginan itu di tengah pelayanan (melayani karena hawa nafsu keinginan).
Jadi, sekali lagi saya sampaikan; apabila malaikat berbuat dosa, secara otomatis ia akan berubah menjadi setan. Dan hal itu diketahui oleh malaikat-malaikat dengan pasti sebagaimana dalam 2 Petrus 2:4 -- Sebab jikalau Allah tidak menyayangkan malaikat-malaikat yang berbuat dosa tetapi melemparkan mereka ke dalam neraka dan dengan demikian menyerahkannya ke dalam gua-gua yang gelap untuk menyimpan mereka sampai hari penghakiman.
Kita ini membutuhkan berita Injil, berita keselamatan karena kita masih daging. Sementara di dalam daging banyak keinginan-keinginan. Hanya perbedaannya, malaikat tidak mempunyai darah dan daging, dengan lain kata; tidak mempunyai wadah untuk menampung darah salib.
Yesaya 14:10
(14:10) Sekaliannya mereka mulai berbicara dan berkata kepadamu: 'Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!'
Di sini dikatakan: “Engkau juga telah menjadi lemah seperti kami, sudah menjadi sama seperti kami!”
Pendeknya, malaikat-malaikat sama seperti layaknya manusia; mempunyai keinginan.
Yesaya 14:11
(14:11) Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu."
Ketika malaikat-malaikat melampiaskan keinginan-keinginannya itu seperti layaknya manusia dan keinginan dagingnya, maka pada saat itu juga ia diturunkan ke dunia orang mati.
Hal ini menunjukkan bahwasanya berita Injil tidak berlaku bagi malaikat-malaikat.
Yesaya 14:12
(14:12) "Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!
Setelah melampiaskan keinginannya yang kuat itu, akhirnya malaikat dipecahkan dan jatuh ke bumi, mengalahkan bangsa-bangsa.
Itu berarti, malaikat sudah berubah menjadi iblis setan.
Untuk apa dia mengalahkan bangsa-bangsa? Dari situ kita bisa melihat bahwa malaikat ketika terlanjur-lanjur dengan keinginan, dengan lain kata; keinginan yang kuat itu tidak direm, akhirnya dia berbuat dosa dan berubah menjadi setan.
Setan pekerjaannya hanya untuk menguasai bangsa-bangsa.
Yesaya 14:13-14
(14:13) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. (14:14) Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Di sini kita lihat, 5 kali kata “aku” sebagai tanda keinginan yang kuat di dalam diri malaikat yang berbuat dosa.
Aku hendak naik ke langit.
Langit adalah gambaran dari takhta Allah atau kerajaan Sorga.
Aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah.
Bintang-bintang Allah 🡪 orang yang bijaksana, itulah hamba-hamba TUHAN yang ditinggikan / diurapi seperti bintang-bintang di langit.
Aku hendak duduk di atas bukit pertemua, jauh di sebelah utara.
Artinya; ia mempunyai keinginan yang kuat untuk disembah.
Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan.
Awan-awan berbicara soal yang rohani, sebab sama seperti ketika Yesus naik ke Sorga di dalam awan-awan, nanti juga kembali ke dalam dunia ini dalam awan-awan, sebagaimana dalam Kisah Para Rasul 1:9 -- Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka.
Dan juga di dalam Wahyu 1:7 -- Lihatlah, Ia datang dengan awan-awan dan setiap mata akan melihat Dia, juga mereka yang telah menikam Dia. Dan semua bangsa di bumi akan meratapi Dia. Ya, amin.
Pendeknya, malaikat yang berbuat dosa menganggap sebagai pribadi yang rohani -- lebih rohani dari yang rohani.
Jangan diantara kita seperti itu ya saudaraku. Kita ini anggota-anggota tubuh, tempatkanlah diri ini sesuai dengan kehendak TUHAN saja, supaya pemakaian TUHAN semakin nyata.
Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!
Kita tahu bahwa Allah mendambakan untuk dipuji dan disembah.
Berarti, malaikat yang berbuat dosa yang berubah menjadi setan ini menginginkan untuk dipuji, dipuja dan disembah, sebagaimana dalam 2 Tesalonika 2:4 -- yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.
Itu sebabnya, di dalam 1 Petrus 1:12 dikatakan bahwa mereka itu mendambakan berita Injil.
Dari sini saya selidiki, berarti; malaikat mempunyai keinginan yang kuat sesuai dengan apa yang ditulis oleh nabi Yesaya dalam Yesaya 14:10-14.
Pendeknya, 5 kali kata “aku” sebagai tanda keinginan dari malaikat yang berbuat dosa, bertentangan dengan 5 luka utama Yesus yaitu;
2 (dua) di tangan,
2 (dua) di kaki,
1 (satu) tusukan pada lambung.
Jadi saudara, 5 luka utama Yesus itu adalah “kehendak Allah”, bertentangan sekali dengan keinginan-keinginan dari malaikat-malaikat yang berbuat dosa.
Oleh sebab itu, jangan kita datang menghadap Allah, beribadah dan melayani tetapi hanya untuk melampiaskan hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang jahat. Keinginan daging itu harus direm, jangan terlanjur-lanjur.
Sebelum kita dicengkram oleh Roh TUHAN, mungkin kita berada di bawah pengaruh-pengaruh dari keinginan daging. Tetapi sekarang, kehidupan kita yang sudah dipanggil oleh TUHAN, selayaknya kita semua ada dalam pengaruh yang besar dari Roh Kudus, supaya jangan terlanjur-lanjur dalam hal menuruti keinginan-keinginan daging.
Sekarang kita melihat, titisan dari malaikat yang berbuat dosa, itu ada dalam diri orang Farisi yang disebut juga orang fasik.
Lukas 18:9-12 dengan perikop: “Perumpamaan tentang orang Farisi dengan pemungut cukai”
(18:9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (18:10) "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. (18:11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; (18:12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Di sini kita melihat, ada 2 (dua) orang datang menghadap Allah di Bait Allah untuk berdoa:
YANG PERTAMA: Orang Farisi (orang fasik).
Di dalam doanya, orang Farisi mengucapkan 5 kali kata “aku”
Aku mengucap syukur kepada-Mu.
Memang mengucap syukur itu bagus dan baik adanya dan memang kita perlu untuk mengucap syukur, serta berterima kasih kepada kebaikkan dan kemurahan hati TUHAN, akan tetapi, jangan ada kebanggan diri.
Hati-hati ya, yang berpuasa; hati-hati dalam menyatakan diri sedang berpuasa. Begitu juga dalam hal bersaksi, hati-hati, walaupun ada ucapan terimakasih dan rasa syukur atas pemeliharaan TUHAN, tetapi hal itu jangan didorong oleh kebanggaan diri. Kalau mungkin di waktu-waktu yang lalu itu pernah terjadi, jangan lagi, kita harus semakin dewasa.
Aku tidak sama seperti semua orang lain.
Dengan rincian: bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini.
Jadi benar sekali, kalau seseorang menganggap dirinya benar, maka orang seperti ini suka merendahkan orang lain.
Saudara, ada jemaat yang tua, ada jemaat yang muda. Barangkali jemaat yang muda akan dengan lebih cepat mengakui gembalanya kepada orang lain (tidak malu). Tetapi bagaimana dengan usia yang lebih tua dari saya? Apakah dalam setiap pernyataan kita akan tetap mengakui keberadaan dari gembala? Contoh; saat berbicara kepada orang lain, lalu menunjuk gembalanya dengan berkata: “dia, dia, dia!” -- tidak ada rasa hormat.
Saya ini bukan gila hormat, tetapi kalau memang menjadi anggota tubuh, bawalah dirimu sebagai anggota tubuh sesuai dengan kehendak TUHAN, entah sebagai mata atau sebagai kaki. Jangan menganggap diri benar supaya orang lain jangan kita rendahkan.
Aku berpuasa dua kali seminggu.
Saudara, hal berpuasa ini penting. Apa kegunaan dari berpuasa?
Puasa = tidak makan dan tidak minum. Kalau tidak makan dan tidak minum maka yang dihukum adalah daging.
Jadi, berpuasa itu perlu supaya daging dan keinginannya itu dijatuhi hukuman sejadi-jadinya, kalau bisa, oleh hukuman itu daging hancur remuk supaya kita datang menghadap TUHAN tidak untuk melampiaskan keinginan di hati (di dorong oleh hawa nafsu dan keinginan daging).
Aku memberikan sepersepuluh (mengembalikan milik TUHAN).
Mengembalikan sepersepuluh itu bagus, tetapi ada hal yang tidak boleh diabaikan yaitu dalam Matius 23:23 -- Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
Pendeknya, mengembalikan persepuluhan itu harus, tetapi yang lain jangan diabaikan yaitu; keadilan, belas kasihan dan kesetiaan.
Dari segala penghasilanku.
Inilah 5 kali kata “aku” yang sangat bertentangan dengan 5 luka utama Yesus, karena 5 luka utama Yesus adalah kehendak Allah.
Oleh sebab itu, kalau kita terlanjur-lanjur dengan keinginan manusia yang kuat, bertentangan sekali dengan kehendak Allah.
Perlu untuk diketahui:
5 kali kata “aku” yang diucapkan oleh orang Farisi ini, dasarnya adalah karena ia menganggap diri benar sebagaimana dalam Lukas 18:9 -- Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:
Dampak negatif menganggap diri benar: maka ia akan memandang rendah orang lain, bukan hanya ibadah dan pelayanan, termasuk Allah yang Dia sembah. Jadi, jangan pernah menganggap diri benar. Apapun yang sudah saudara lakukan, baik itu kebajikan atau perbuatan baik yang saudara tunjukkan, jangan pernah merasa diri benar dengan perbuatan itu semua, supaya kita jangan menganggap rendah ibadah dan pelayanan, menganggap rendah orang lain, gembala dan Allah yang menciptakan kita.
Di sini kita melihat, ada 2 (dua) orang datang menghadap Allah di Bait Allah untuk berdoa:
YANG KEDUA: Pemungut cukai.
Kita lihat sikap doa dari pemungut cukai ketika datang menghadap TUHAN di Bait Allah.
Berdiri jauh-jauh = menganggap diri kotor, bau yang menjijikan. Kalau merasa diri wangi pasti percaya diri dan mendekat.
Tidak berani menengadah ke langit = ada rasa takut kepada TUHAN dan juga ada rasa malu karena dosa.
Sudah banyak kejahatan dan kenajisan tetapi masih tebal muka, itu namanya muka tembok.
Memukul diri (memukul dada) sambil berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Saudara, pemungut cukai hanya mengucapkan satu kali kata “aku” dalam doanya. Dan kedudukan kata “aku” ini berada pada tempat sebagai orang yang berdosa yaitu: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Dalam ejaan lama: Akan tetapi orang pemungut cukai itu berdiri dari jauh, tiada berani ia menengadah ke langit, melainkan menepuk dadanya sahaja, serta berkata: Ya Allah, kasihankanlah hamba, orang berdosa ini!
Kehidupan yang mendambakan belas kasihan mempunyai kerinduan untuk disucikan dan menjadi hamba kebenaran.
Perlu untuk diketahui:
Kita dibenarkan Allah bukan karena hasil usaha, perbuatan-perbuatan baik kita, jerih paya kita, seperti lima kali kata “aku” yang diucapkan oleh orang Farisi. Akan tetapi, kita dibenarkan oleh karena belas kasihan TUHAN, sebagaimana doa dari pemungut cukai tadi: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.
Sekali lagi saya sampaikan dengan tandas, kita dibenarkan bukan karena perbuatan baik kita, amal soleh, jerih payah, tetapi dibenarkan menjadi hamba kebenaran oleh karena belas kasihan TUHAN saja.
Jadi, kalaupun ada perbuatan baik mu, jangan bermegah. Kalau engkau berjerih payah, jangan bermegah di situ, tidak ada artinya. Kalau kita bercerita tentang kebaikan kita dengan kata-kata yang diumbar-umbar, hati-hati; berkatnya dari telinga yang mendengar dan mata yang melihat saja, berkat tidak datang dari TUHAN.
Mazmur 51:3 dengan perikop: “Pengakuan dosa”
(51:3) Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar!
Doa Daud ketika ia berbuat dosa dihadapan Allah:
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu
Hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar
Jadi, orang berdosa dibenarkan oleh karena belas kasihan / kasih karunia / kemurahan dan rahmat, itulah yang diharapkan oleh orang berdosa seperti Daud.
Mazmur 51:4-5
(51:4) Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku (51:5) Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku.
Menyadari diri sebagai orang berdosa = meninggikan korban Kristus lebih dari segala-galanya.
Perlu untuk diketahui: ibadah dan pelayanan ini seharga dengan setetes darah salib.
Jadi, menghargai ibadah dan pelayanan lebih dari segala-galanya, itulah orang yang menyadari diri sebagai orang yang berdosa.
Kalau kita menyadari diri sebagai orang berdosa pasti kita tidak berani tinggalkan jam-jam ibadah.
Mazmur 51:6
(51:6) Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.
Dari ayat ini kita dapat melihat bahwa Daud dengan berterus terang mengakui dosa kenajisan percabulannya, sebab ia telah berzinah dengan istri Uria orang Het, itulah Betsyeba.
Kita semua tahu cerita itu, setiap bulan baru berarti awal tahun, setiap tentara-tentara harus berjuang di medan perang, sedangkan Daud tinggal di istana berada di atas sotoh, di situlah ia melihat isteri Uria sedang mandi. Daud melihat Batsyeba sedang mandi dan mengambilnya, rakyat tidak berani menghalangi keinginan raja. Pendeknya, Daud berdosa kepada TUHAN, itu sebabnya Daud berkata: terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa
Demikian juga ketika anak-anak imam Eli berzinah dengan perempuan-perempuan di Tabernakel dalam 1 Samuel 2:25 -- Jika seseorang berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili; tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi perantara baginya?" --- Berarti, ini adalah dosa karena jatuh dalam perzinahan.
Oleh sebab itu, Daud mengaku dengan tuntas terhadap segala sesuatu yang dia perbuat dan berkata: terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa.
Kalau kita menyadari orang berdosa, hidup dalam puncaknya dosa itulah kenajisan percabulan, yang kita butuhkan adalah belas kasihan TUHAN saja. Mungkin kita tidak jatuh dalam perzinahan, tetapi menganggap diri benar, maka kebenaran semacam ini tidak akan membuat dia suci dan sempurna. Jadi, saudara jangan beranggap tidak perlu beribadah, yang penting jangan ganggu orang.
Kita butuh belas kasihan TUHAN, menyadari diri sebagai orang yang paling berdosa, berarti; menjunjung tinggi korban Kristus. Ibadah dan pelayanan seharga dengan setetes darah salib.
Mazmur 51:7, 9
(51:7) Sesungguhnya, dalam kesalahan aku diperanakkan, dalam dosa aku dikandung ibuku. (51:9) Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!
Pendeknya, hanya saliblah yang..
Dapat memutuskan (mengalahkan) kutuk
Mentahirkan manusia dengan segala kenajisan dan segala dosa apapun
Kemudian Daud juga berkata: Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop.
Hisop adalah sebuah rumput yang lembut sekali, sanggup menyerap darah sebanyak-banyaknya.
Jadi, Yesus tampil sebagai hisop (Pengantara) untuk mengerjakan penebusan dan pendamaian atas dosa manusia termasuk dosa kenajisan percabulan (puncak dosa).
Mazmur 51:8
(51:8) Sesungguhnya, Engkau berkenan akan kebenaran dalam batin, dan dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Kebenaran dalam hati = tidak menganggap diri benar, tidak menganggap diri bersih, tidak menganggap diri suci apalagi sempurna, tetapi menyadari diri sebagai kehidupan yang berdosa, yang membutuhkan belas kasihan TUHAN.
Kemudian, kepada orang yang menyadari diri sebagai orang yang berdosa, kepada orang semacam ini Firman TUHAN berkata: dengan diam-diam Engkau memberitahukan hikmat kepadaku.
Jadi, kebenaran dalam hati (batin) itu perlu, kebenaran tidak perlu dipamer. Sebaliknya, orang yang menganggap diri paling benar, ia tidak punya hikmat.
Kita ini pada dasarnya orang bodoh, banyak kesalahan, waktu kita dipanggil oleh TUHAN, tetapi sekalipun demikian, oleh karena belas kasihan TUHAN kita menjadi satu pribadi yang bijaksana, kenapa? Karena dengan diam-diam TUHAN memberitahukan hikmat kepada orang yang semacam itu.
Jadi, kebenaran dalam hati (batin) itu perlu, kebenaran tidak perlu dipamer, orang semacam ini adalah orang yang berhikmat dan bijaksana dalam mengambil keputusannya. Itulah sebabnya Daud menuntaskan semua dosanya.
Saudaraku, waktu Daud jatuh dalam puncaknya dosa itu, Natan menceritakan dosanya itu dengan bentuk perumpamaan sebagaimana dalam…
2 Samuel 12:1-4
(12:1) TUHAN mengutus Natan kepada Daud. Ia datang kepada Daud dan berkata kepadanya: "Ada dua orang dalam suatu kota: yang seorang kaya, yang lain miskin. (12:2) Si kaya mempunyai sangat banyak kambing domba dan lembu sapi; (12:3) si miskin tidak mempunyai apa-apa, selain dari seekor anak domba betina yang kecil, yang dibeli dan dipeliharanya. Anak domba itu menjadi besar padanya bersama-sama dengan anak-anaknya, makan dari suapnya dan minum dari pialanya dan tidur di pangkuannya, seperti seorang anak perempuan baginya. (12:4) Pada suatu waktu orang kaya itu mendapat tamu; dan ia merasa sayang mengambil seekor dari kambing dombanya atau lembunya untuk memasaknya bagi pengembara yang datang kepadanya itu. Jadi ia mengambil anak domba betina kepunyaan si miskin itu, dan memasaknya bagi orang yang datang kepadanya itu."
Natan menegur dosa Daud lewat perumpamaan, tetapi Daud tidak paham. Apa buktinya?
2 Samuel 12:5
(12:5) Lalu Daud menjadi sangat marah karena orang itu dan ia berkata kepada Natan: "Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
"Demi TUHAN yang hidup: orang yang melakukan itu harus dihukum mati.
Dia tidak sadar kalau hukuman mati itu kepada dirinya.
Memang, kebanyakan manusia seperti ini, melihat kesalahan orang begitu cepat menghakimi lalu mempersalahkan, biasanya begitu. Daud tidak suka kesalahan, padahal dia sendiri yang melakukan salah.
Karena Natan melihat Daud belum menyadari bahwa yang dimaksud adalah dia dalam perumpamaan itu, akhirnya…
2 Samuel 12:7-9
(12:7) Kemudian berkatalah Natan kepada Daud: "Engkaulah orang itu! Beginilah firman TUHAN, Allah Israel: Akulah yang mengurapi engkau menjadi raja atas Israel dan Akulah yang melepaskan engkau dari tangan Saul. (12:8) Telah Kuberikan isi rumah tuanmu kepadamu, dan isteri-isteri tuanmu ke dalam pangkuanmu. Aku telah memberikan kepadamu kaum Israel dan Yehuda; dan seandainya itu belum cukup, tentu Kutambah lagi ini dan itu kepadamu. (12:9) Mengapa engkau menghina TUHAN dengan melakukan apa yang jahat di mata-Nya? Uria, orang Het itu, kaubiarkan ditewaskan dengan pedang; isterinya kauambil menjadi isterimu, dan dia sendiri telah kaubiarkan dibunuh oleh pedang bani Amon.
Jadi, dosa Daud ini luar biasa, selain membunuh Uria orang Het, ia juga berzinah dengan Batsyeba.
Singkat kata, barulah Daud menyadari dan menangis serta mengakui dengan tuntas dosanya di dalam Mazmur 51:3-9.
Jadi, kalau kita menyadari diri sebagai orang yang paling berdosa, paling hina, maka yang kita butuhkan hanyalah belas kasihan TUHAN. Mulai sekarang; jangan merasa diri paling benar sekalipun banyak jerih payah dan banyak berbuat baik di tengah ibadah dan pelayanan ini.
Jadi, pemungut cukai hanya satu kali mengucapkan kata “aku” kepada TUHAN bukan didorong oleh keinginan daging, tetapi didorong oleh Roh Kudus. Biarlah kita semua ada dalam cengkraman yang kuat dari Allah Roh Kudus. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment