KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 29, 2024

IBADAH RAYA MINGGU, 27 OKTOBER 2024




IBADAH RAYA MINGGU, 27 OKTOBER 2024


Wahyu pasal 18

(Seri 4)


Subtema: ALLAH MENGUKUR BAIT SUCI


Pertama-tama saya ucapkan puji syukur kepada TUHAN, oleh karena rahmat-Nya TUHAN menghimpunkan kita di atas gunung TUHAN yang kudus datang kepada Dia lewat Ibadah Raya Minggu disertai dengan kesaksian dan koor pemuda/pemudi. Biarlah kiranya TUHAN mengindahkan hidup kita, korban persembahan yang kita persembahkan di atas mezbah TUHAN malam ini. Baik juga dari cara kita mendengar Firman TUHAN, menjadi korban persembahan yang menyenangkan hati TUHAN.


Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, bapa/ibu, saudara/saudari dalam kasih TUHAN Yesus Kristus dimanapun saudara mengikuti ibadah, pemberitaan Firman TUHAN lewat live streaming, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Biarlah kiranya damai sejahtera dari Sorga turun di tengah-tengah kita dan saudara di sana dimanapun berada, sekaligus membawa damai sejahtera-Nya dan oleh damai sejahtera itu kita dalam suasana sukacita, bahagia saat duduk diam kaki TUHAN dan terus mendengar Firman TUHAN, itu yang terpenting bagi TUHAN.


Namun, tetaplah berdoa dalam Roh supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita masing-masing, ibadah ini tidak menjadi sia-sia; baik tenaga, waktu yang sudah kita luangkan kepada TUHAN. Oleh sebab itu, perhatikanlah sungguh-sungguh Firman TUHAN.


Selanjutnya, mari kita sambut KITAB WAHYU sebagai Firman Penggembalaan Ibadah Raya Minggu.

Wahyu 18:1

(18:1) Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya.


Rasul Yohanes melihat malaikat lain turun dari Sorga.

Sebenernya, malaikat ini adalah pribadi TUHAN Yesus Kristus yang juga disebut dalam Wahyu 10:1 -- Dan aku melihat seorang malaikat lain yang kuat turun dari sorga, berselubungkan awan, dan pelangi ada di atas kepalanya dan mukanya sama seperti matahari, dan kakinya bagaikan tiang api.
Kemudian, malaikat ini mempunyai kekuasaan besar sehingga bumi menjadi terang oleh kemuliaannya.


Berbicara tentang terang, jelas saja itu menunjuk kepada orang-orang yang melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN. 

Tugas dari terang (orang-orang yang melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN): memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Allah itulah berita keselamatan yang dikerjakan oleh Yesus Anak Allah 2000 tahun lalu di atas kayu salib.


Perlu untuk diketahui:

Berita salib (Pengajaran salib) bukanlah teologi penderitaan.

Jikalau seorang pemimpin jemaat mengatakan bahwa berita salib (Pengajaran salib) adalah theologi penderitaan, seolah-olah mempersalahkan orang yang menyampaikan Pengajaran salib. Lalu, ketika dia katakan itu sebagai penderitaan, selanjutnya ia mengklaim dirinya sebagai pemimpin jemaat yang bukan menganut theologi kejayaan, kemakmuran (teori prosperity). Sementara ia sendiri..

  1.  Sibuk berbicara tentang hal-hal yang lahiriah.

Saudara, bagi rasul Paulus hal-hal lahiriah adalah sampah

Jadi, kalau hamba TUHAN (pemimpin sidang jemaat) sibuk bicara soal kemakmuran, kejayaan dan lain sebagainya = sibuk bicara soal sampah.


Filipi 3:4-6

(3:4) Sekalipun aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (3:5) disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (3:6) tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat.


Kelebihan rasul Paulus secara lahiriah; melebihi orang lain. Adapun kelebihan tersebut adalah:

  1. Di sunat pada hari ke delapan.

  2. Bangsa Israel.

  3. Dari suku Benyamin.

  4. Orang Ibrani asli.

  5. Tentang pendirian terhadap hukum Taurat ia orang Farisi, berarti; seorang ilmuwan, cendikiawan.

  6. Tentang kegiatan, ia penganiaya jemaat, berarti; berkuasa penuh.

  7. Tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat tidak bercacat, berarti; disiplin dan tegas.

Inilah kelebihan yang dimiliki oleh rasul Paulus yang tidak dimiliki oleh hamba TUHAN dimanapun di bumi ini pada masanya bahkan sampai masa sekarang. Jadi, kalau ada orang yang bermegah soal hal-hal lahiriah, rasul Paulus “lebih lagi.”


Filipi 3:7-8

(3:7) Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. (3:8) Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus,


7 perkara di atas (hal-hal lahiriah) dahulu dianggap keuntungan bagi rasul Paulus, namun pada akhirnya dianggap rugi karena pengenalan terhadap Yesus Kristus.


Jadi, orang yang mengenal Yesus secara pribadi, maka, hal-hal lahiriah yang dahulu dianggap menjadi keuntungan sampai ia bermegah dengan hal yang lahiriah itu; dianggap rugi, bahkan dianggap menjadi sampah (kotoran).

Memang betul juga, kalau secara rasio, terkadang, justru hal yang lahiriah ini yang menghambat atau membatasi langkah-langkah rohani kita untuk datang menghadap kepada TUHAN. Jadi, sebelum seseorang mengenal TUHAN secara pribadi, maka hal lahiriah menjadi satu keuntungan bagi dia. Namun sebaliknya, bilamana seseorang sudah mengenal Kristus secara pribadi, maka, hal lahiriah bukan lagi keuntungan, tetapi sudah menjadi sampah dan yang merugikan yang rohani.

Jadi, “buanglah sampah pada tempatnya” kalau berbicara jangan menyampaikan hal-hal yang buruk kepada orang lain.


Filipi 3:9

(3:9) dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.


Singkat kata, setelah mengenal Yesus Kristus secara pribadi, akhirnya rasul Paulus hidup di dalam kebenaran Allah oleh karena percaya (iman) kepada Yesus Kristus yang telah menderita sengsara di atas kayu salib.

Iman kepada salib adalah kebenaran Allah, kalau iman kepada hal yang lahiriah itu bisa karena hukum Taurat.


Kelebihan Paulus secara lahiriah:

  • Hal 1-4 yaitu; disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli adalah kelebihan yang dibawa dari sejak lahir, tidak bisa dipisahkan lagi dari dalam dirinya.

  • Hal 5-7 adalah kebenaran sendiri karena mentaati hukum Taurat yaitu; tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat aku tidak bercacat -- 


Filipi 3:10-11

(3:10) Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, (3:11) supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati.


Yang dikehendaki oleh rasul Paulus adalah: mengenal Yesus Kristus secara pribadi dan mengenal kuasa kebangkitan-Nya. Bagaimana dengan kehendak kita dalam pengikutan kita kepada TUHAN? Apakah kehendak kita sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh rasul Paulus?

Supaya pengenalan ini terwujud, maka tentu saja berawal dari; bersekutu dalam penderitaan sampai menyatu dengan Kristus dalam kematian-Nya. Kita tidak mungkin menyatu dalam kematian Yesus kalau tidak belajar untuk memandang salib di Golgota.


Jadi, supaya pengenal ini terwujud, mulailah bersekutu dengan salib di Golgota di tengah ibadah dan pelayanan, nanti, seiring waktu berjalan TUHAN akan menyatukan kita dengan kematian Yesus Kristus.

Belajar pandang salib, belajar tekun dalam tiga macam ibadah dan di tengah-tengahnya memikul beban, nanti, seiring waktu berjalan kita akan satu dengan Yesus di dalam kematian. Kalau kita sudah satu dalam kematian-Nya, otomatis hari ketiga bangkit, tidak mungkin kematian terpisah dengan kebangkitan. Jadi, kematian dan kebangkitan Yesus itu satu paket.


Sekali lagi saya tandaskan; supaya pengenal ini terwujud, dimulai dengan satu dengan sengsara-Nya. Ayo, di tengah ibadah ambil bagian, apa saja yang kita persembahkan, nanti, seiring waktu berjalan, TUHAN akan terus membawa kita menyatu dengan Dia dalam kematian-Nya; tinggal tunggu waktunya TUHAN saja. Yang ada ini semu saudara, kamuflase saja semua itu.


  1. Sibuk dengan guyon

Saya sedikit bersaksi tentang mimpi saya berapa tahun yang lalu (entah tahun lalu, saya lupa), sebelum saya mengenal hamba TUHAN ini di media sosial, saya diberi TUHAN mimpi bahwa hamba TUHAN ini ada di dalam kamar mandi, dengan telanjang dada sambil menari-nari ke kiri dan ke kanan. 

Saya bertanya kepada TUHAN, apa itu artinya untuk saya TUHAN? Kenapa TUHAN perlihatkan hamba TUHAN ini kepada saya, dia bukan jemaat GPT “Betania” Serang & Cilegon. Dia tidak mengenal saya, saya pun tidak mengenal dia secara pribadi.

Lalu, seiring waktu berjalan barulah saya paham bahwa dia adalah tukang guyon. Hamba TUHAN ini berasal dari timur, rambutnya pendek agak gemuk (gempal), hitam manis. Setiap kali dia berkhotbah isinya guyon untuk menarik perhatian jemaat, bahkan yang tidak mengenal Yesus pun tertarik mendengar khotbahnya, walaupun ia tidak tahu arah dari khotbah itu kemana, yang penting senang-senang saja karena guyon.


Saya tidak sedang menjelekan hamba TUHAN ini, saya sedang menceritakan soal guyon saudara. Seiring waktu berjalan, saya lihat hamba TUHAN ini suka guyon sampai dia mengatakan; untuk menghadap TUHAN itu sama seperti masuk ke WC. Apakah tidak ada lagi kalimat yang baik terkait dengan menghadap TUHAN?

Dari kitab Kejadian sampai Wahyu tersedia ribuan ayat di situ yang harus diselidiki / diteliti. Tetapi syaratnya; harus menyerah dengan “Roh kasih karunia” supaya ia dapat meneliti.


Saudara, TUHAN Yesus mengerjakan keselamatan di atas kayu salib tidak dengan guyon-guyon tetapi serius. Saya suka sedih melihat hamba TUHAN semacam ini. Tetapi kadang, orang Kristen sendiripun tidak mau berubah, senang kalau yang lahiriah disampaikan, senang kalau pemimpin sidang jemaat sibuk dengan guyon-guyon. Ingat, kalau pemimpin sidang jemaat suka guyon, hati manusia senang, tetapi hati TUHAN tidak senang.

Demikian juga kita, datang beribadah dan melayani TUHAN, jangan bercanda-canda, bermain-main dan guyon-guyon. Kalau yang lahiriah saja kita bisa serius karena menyangkut perut, tetapi untuk keselamatan jiwa tidak bisa serius, ini tidak masuk akal, supaya saudara semakin terbuka mata rohaninya, itu doa saya.


Hakim-hakim 16:23-25 dengan perikop: Simson mati

(16:23) Sesudah itu berkumpullah raja-raja kota orang Filistin untuk mengadakan perayaan korban sembelihan yang besar kepada Dagon, allah mereka, dan untuk bersukaria; kata mereka: "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita Simson, musuh kita." (16:24) Dan ketika orang banyak melihat Simson, mereka memuji allah mereka, sambil berseru: "Telah diserahkan oleh allah kita ke dalam tangan kita musuh kita, perusak tanah kita, dan yang membunuh banyak teman kita." (16:25) Ketika hati mereka riang gembira, berkatalah mereka: "Panggillah Simson untuk melawak bagi kita." Simson dipanggil dari penjara, lalu ia melawak di depan mereka, kemudian mereka menyuruh dia berdiri di antara tiang-tiang.


Di sini kita melihat, Simson melawak (guyon) di kuil Dagon, sementara orang-orang Filistin sedang bersukaria.

Ini gambaran dari “hamba TUHAN guyon", suka melawak, menyukakan hati jemaat tetapi hati TUHAN tidak senang sedikitpun dan perhatian TUHAN tidak bertambah-tambah di dalam hidupnya.


Saya akan buktikan kepada saudara bahwa TUHAN tidak senang.

Hakim-hakim 16:21

(16:21) Orang Filistin itu menangkap dia, mencungkil kedua matanya dan membawanya ke Gaza. Di situ ia dibelenggu dengan dua rantai tembaga dan pekerjaannya di penjara ialah menggiling.


Simson menjadi hamba TUHAN pelawak karena; matanya sudah dicungkil.

Andaikata dia punya mata, tidak mungkin ia menjadi hamba TUHAN pelawak. Coba kalau mata rohaninya tercelik, dia pasti melihat TUHAN Allah dalam kemuliaan yang besar di takhta Allah yang penuh kemuliaan itu, ia tidak mungkin melihat Allah dalam sikap bercanda-canda, sikap murahan, sikap recehan. Tidak mungkin ia melihat TUHAN seperti orang-orang di lapo tuak; angkat kaki. Saudara, saya sedih kalau TUHAN kita disamakan dengan seorang pelawak.


Mohon maaf kepada hamba-hamba TUHAN, jangan tersinggung, memang ini Firman TUHAN (fakta kebenaran). Dan sidang jemaat juga harus semakin dewasa, jangan lagi memiliki sikap recehan dalam mendengar Firman TUHAN, harus dalam kemuliaan TUHAN yang besar turun di tengah-tengah ibadah dan pelayanan ini.


Bicara soal mata dicungkil, mari kita lihat…

Matius 6:22-23

(6:22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; (6:23) jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.


Mata adalah pelita tubuh, ini harus kita ketahui terlebih dahulu.

Jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu, termasuk seluruh sidang jemaat (anggota tubuh Kristus).

Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu¸ itulah lobang jurang maut.


Saudara, kalau suka mendengar guyon-guyon pasti ujung-ujungnya menjadi lobang jurang maut -- menjadi bagian dari antikris. Jadi saudara, jangan tunggu khotbah guyon-guyon yang hanya menyenangkan hati manusia tetapi tidak menyenangkan hati TUHAN.


Saya tambahkan sedikit lagi dalam…

Wahyu 1:11-12

(1:11) katanya: "Apa yang engkau lihat, tuliskanlah di dalam sebuah kitab dan kirimkanlah kepada ketujuh jemaat ini: ke Efesus, ke Smirna, ke Pergamus, ke Tiatira, ke Sardis, ke Filadelfia dan ke Laodikia." (1:12) Lalu aku berpaling untuk melihat suara yang berbicara kepadaku. Dan setelah aku berpaling, tampaklah kepadaku tujuh kaki dian dari emas.


Mata dicungkil = kaki dian diambil.

Kalau jemaat suka dengan hamba TUHAN guyon berarti; kaki dian diambil, dia tidak lagi menjadi bagian dari tubuh Kristus, walaupun nampaknya jemaatnya ribuan. Percayalah akan datang waktunya itu terjadi. Kita harus lebih percaya kepada Firman bukan kepada perasaan daging. 


Mungkin hari ini Firman Pengajaran Mempelai tidak digandungri oleh manusia-manusia di akhir zaman, tetapi satu kali, mereka akan meringis mencari Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, sebab itu sudah dinubuatkan dalam Yesaya 2:2-3.


Saudara, inilah sedikit pembahasan tentang “terang”, sebagaimana dalam Wahyu 18:1 Kemudian dari pada itu aku melihat seorang malaikat lain turun dari sorga. Ia mempunyai kekuasaan besar dan bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. 

Terang itu berbicara tentang orang-orang yang melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN. Kalau belum terang kemuliaan TUHAN, pasti tidak mau melayani TUHAN.


Hal yang senada juga dituliskan atau diceritakan oleh nabi Yehezkiel berapa ribu tahun sebelumnya.

Yehezkiel 43:1-2 dengan perikop: TUHAN kembali ke Bait Suci dalam kemuliaan

(43:1) Lalu dibawanya aku ke pintu gerbang, yaitu pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur. (43:2) Sungguh, kemuliaan Allah Israel datang dari sebelah timur dan terdengarlah suara seperti suara air terjun yang menderu dan bumi bersinar karena kemuliaan-Nya.


Rasul Yohanes melihat: bumi menjadi terang oleh kemuliaannya. Sementara nabi Yehezkiel menuliskan: bumi bersinar karena kemuliaannya.


Proses supaya bumi bersinar karena kemuliaannya:

Yehezkiel 43:3-5

(43:3) Yang kelihatan kepadaku itu adalah seperti yang kelihatan kepadaku ketika Ia datang untuk memusnahkan kota itu dan seperti yang kelihatan kepadaku di tepi sungai Kebar, maka aku sembah sujud. (43:4) Sedang kemuliaan TUHAN masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang menghadap ke sebelah timur, (43:5) Roh itu mengangkat aku dan membawa aku ke pelataran dalam, sungguh, Bait Suci itu penuh kemuliaan TUHAN.


Kemuliaan Allah masuk di dalam Bait Suci melalui pintu gerbang yang di sebelah timur.

Saudara, Yesus adalah Pintu Gerbang kerajaan Sorga sebagaimana dalam Yohanes 14:6 -- Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwasanya Yesus adalah Pintu Gerbang kerajaan Sorga. Hal ini sudah diterangkan pada minggu yang lalu, kiranya masih jelas dalam ingatan dan menjadi berkat bagi kita semua.


Malam ini saya minta dengan sangat kepada sidang jemaat, imam-imam, tolong penjelasan Firman malam ini ditulis dengan rapih, karena ini sangat penting.


Kemudian, ketika kemuliaan Allah masuk dalam Bait Suci; sungguh bait suci itu penuh kemuliaan TUHAN.

Sebab itu, biarlah oleh karena kemuliaan TUHAN kita semua menjadi terang yang ajaib. 


Sekali lagi saya sampaikan; oleh karena kemuliaan Allah, bumi menjadi terang, kita melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN. Terang yang ajaib itu ada dalam Matius 5:14-15 -- Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.

Kebenaran itu tidak diukur menurut kebenaran diri sendiri.


Sekarang kita maju…

Yehezkiel 43:6-7

(43:6) Lalu aku mendengar Dia berfirman kepadaku dari dalam Bait Suci itu -- orang yang mengukur Bait Suci itu berdiri di sampingku -- (43:7) dan Ia berfirman kepadaku: "Hai anak manusia, inilah tempat takhta-Ku dan inilah tempat tapak kaki-Ku; di sinilah Aku akan diam di tengah-tengah orang Israel untuk selama-lamanya dan kaum Israel tidak lagi akan menajiskan nama-Ku yang kudus, baik mereka maupun raja-raja mereka, dengan persundalan mereka atau dengan mayat raja-raja mereka yang sudah mati;


Di atas tadi kita sudah melihat, ketika kemuliaan Allah masuk dalam Bait Suci; sungguh bait suci itu penuh kemuliaan TUHAN. Pada ayat 6-7 ini kita melihat, kalau Bait Suci penuh kemuliaan Allah, maka Bait Suci layak untuk menjadi kediaman Allah, berarti menjadi takhta Allah dan menjadi tumpuan kaki TUHAN.


Singkat kata, Bait Suci penuh kemuliaan Allah, sebab Allahlah yang mengukur Bait Suci Allah.

Jadi, untuk menjadi Bait Suci tidak boleh diukur dari kebenaran diri sendiri seperti yang dikatakan rasul Paulus tadi. Kebenaran diri sendiri itu menurut hukum Taurat, tetapi setelah mengenal Yesus secara pribadi, akhirnya, dia memiliki kebenaran Allah, itulah kebenaran karena iman kepada salib Kristus.


Sekali lagi saya tandaskan, layak atau tidak layak untuk menjadi Bait Suci; TUHAN yang mengukur, bukan menurut kebenaran diri sendiri. Demikian juga jika ingin melihat diri ini, jangan melihat dengan cara sendiri, tetapi lihatlah diri ini dengan cara TUHAN; berkaca pada Firman. Kalau kita penuh dengan kebenaran diri sendiri, di situ seringkali terjadi perselisihan antara satu dengan yang lain. 


Mari kita lihat ukuran Allah…

Wahyu 11:1 dengan perikop: “Dua saksi Allah”

Dua saksi Allah 🡪 Musa dan Elia, akhirnya mereka turun kembali.

Musa dan Elia mempersiapkan jalan untuk kedatangan-Nya yang kedua kalinya.

Pada waktu Yesus datang pada kali pertama, yang mempersiapkan jalan adalah Yohanes pembaptis. Selanjutnya, TUHAN membaptis dengan Roh Kudus -- sesudah dibaptis darah, baptis air, selanjutnya dibaptis Roh Kudus, berarti, Yohanes sudah mempersiapkan jalan bagi TUHAN.


Wahyu 11:1 

(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.


Kepada dua saksi Allah (Musa dan Elia), Allah berfirman:

Perintah pertama: BANGKITLAH.

Artinya; melayani dalam suasana kebangkitan, dimana Roh Allah berperan penting dalam diri kita.

Kalau melayani tetapi Roh Allah tidak ada di dalam dirinya = melampiaskan hawa nafsu daging di tengah ibadah dan pelayanan, bukan itu yang TUHAN mau. Yang membangkitkan Anak Allah adalah Roh Allah.


Perintah berikutnya…

  1. UKURLAH BAIT SUCI ALLAH

Bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci, dengan rincian...

  • Ruangan Suci 

Panjang 20 hasta, lebar 10 hasta, tinggi 10 hasta, hasilnya 2000 hasta.

  • Ruangan Maha Suci

Panjang 10 hasta, lebar 10 hasta, tinggi 10 hasta, hasilnya 1000 hasta.

Lalu kita masuk pada penjumlahan; 2000 hasta + 1000 hasta = 3000 hasta 🡪 zaman Roh Kudus sampai kerajaan 1000 tahun damai.

  • 2000 hasta yang pertama (Adam sampai Abraham) itu zaman Allah Bapa.

  • 2000 hasta yang kedua (Abraham sampai Yesus) dari Sorga turun ke bumi.

  • 2000 hasta yang ketiga; zaman Yesus sampai sekarang itulah zaman Roh Kudus

  • 1000 hasta itulah kerajaan 1000 tahun damai,

Inilah yang dimaksud tiga ribu hasta, ini yang diukur oleh TUHAN yaitu; dari zaman Allah Roh Kudus + kerajaan 1000 tahun damai.


Kenapa itu bisa diukur oleh TUHAN?

Wahyu 20:1-3 dengan perikop: “Kerajaan seribu tahun damai”

(20:1) Lalu aku melihat seorang malaikat turun dari sorga memegang anak kunci jurang maut dan suatu rantai besar di tangannya; (20:2) ia menangkap naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan Satan. Dan ia mengikatnya seribu tahun lamanya, (20:3) lalu melemparkannya ke dalam jurang maut, dan menutup jurang maut itu dan memeteraikannya di atasnya, supaya ia jangan lagi menyesatkan bangsa-bangsa, sebelum berakhir masa seribu tahun itu; kemudian dari pada itu ia akan dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya.


TUHAN menangkap naga si ular tua; mengikatnya dan melemparnya ke dalam lobang jurang maut, kemudian lobang jurang maut itu dimeterai supaya tidak ada yang bisa membukanya. Pada saat itulah tampilnya kerajaan 1000 tahun damai di bumi ini. Jadi, kerajaan 1000 tahun damai bukan di Sorga tetapi di bumi.


Kita lihat, siapa yang menjadi raja dalam kerajaan 1000 tahun damai…

Wahyu 20:4

(20:4) Lalu aku melihat takhta-takhta dan orang-orang yang duduk di atasnya; kepada mereka diserahkan kuasa untuk menghakimi. Aku juga melihat jiwa-jiwa mereka, yang telah dipenggal kepalanya karena kesaksian tentang Yesus dan karena firman Allah; yang tidak menyembah binatang itu dan patungnya dan yang tidak juga menerima tandanya pada dahi dan tangan mereka; dan mereka hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Kristus untuk masa seribu tahun.


Itulah yang menyangkali dirinya, siap mati martir hanya untuk TUHAN, buktinya;

  • Mereka tidak menyembah binatang dan patungnya.

  • Tidak menerima cap meterai dari antikris (666) di dahi atau tangan kanan.

Jadi, sikap yang tegas ini memang perlu dimiliki oleh raja-raja dari timur, perlu dimiliki oleh imam-imam yang melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, tidak hanya sekedar datang beribadah. Tidak boleh sebentar senang, sebentar tidak suka, pengaruh seperti ini besar kepada keluarga. Senang kepada TUHAN, ya senang saja, apapun rintangannya.


Sekali lagi saya sampaikan; harus punya sikap yang tegas seperti mereka yang akhirnya memerintah sebagai raja duduk di atas takhta bersama dengan Kristus selama 1000 tahun damai; rela kepalanya dipenggal (digorok) oleh pedang antikris karena mempertahankan Firman Allah, tidak menyembah kepada binatang dan patungnya dan tidak menerima cap meterai dari antikris. Inilah yang masuk dalam ukuran TUHAN, mulai dari kegiatan Roh / zaman Roh Kudus (2000 tahun yang ketiga), sampai masuk dalam kerajaan 1000 tahun damai = 3000 hasta. 


Saudara, pengertian ini bukan sekedar pengetahuan, tetapi harus kita praktekan supaya kerja kuasa Allah nyata dalam diri kita masing-masing. Kita rindu menjadi raja yang duduk di atas takhta-takhta itu bersama dengan Kristus, tetapi, ada harga yang harus dibayar; rela leher digorok antikris. Kenapa leher digorok? Karena mempertahankan kesaksian Roh dan Firman Allah, tetapi ibadahnya belum memuncak sampai kepada penyembahan, namun mereka tidak mau menyembah antikris dan patungnya serta tidak menerima tanda binatang itu.

Nanti, mereka yang mati tetapi ibadahnya sudah memuncak sampai doa penyembahan belum dibangkitkan, misalnya; Abraham, Daud, mereka belum dibangkitkan, sedangkan 1000 tahun damai adalah untuk kebangkitan yang pertama.

Jadi, kebangkitan yang pertama berlaku bagi mereka yang menyangkali dirinya. Itu sebabnya, betapa pentingnya kita tekun dalam tiga macam ibadah pokok. Ini bukan kalimat isapan jempol, ini yang harus kita antisipasi supaya masuk dalam ukuran Allah, layak disebut sebagai Bait Suci Allah (Ruangan Suci sampai Ruangan Maha Suci) -- zaman Roh Kudus sampai kerajaan 1000 tahun damai.


Kita lanjut lagi terkait dengan Bait Suci Allah…

1 Korintus 3:16

(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?


Namanya Bait Suci Allah tentu saja Roh Allah diam di dalam dirinya, itu sebabnya dikatakan: tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah, tandanya; Roh Allah diam dan manunggal (berkarya), punya peran penting di dalam dirinya.

Jadi, dia bukan manusia daging (tidak hidup menurut hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging).


1 Korintus 6:18-19

(6:18) Jauhkanlah dirimu dari percabulan! Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri. (6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?


Setiap dosa lain yang dilakukan manusia, terjadi di luar dirinya. Tetapi orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap dirinya sendiri.

Jadi untuk dosa lain; darah Yesus masih berlaku, tetapi, sengaja tinggalkan jam-jam ibadah (ketekunan dalam tiga macam ibadah pokok) hanya karena sepiring nasi atau karena perkara lain, itu disebut kenajisan percabulan; darah Yesus tidak berlaku atas kehidupan semacam ini.


Bait Suci Allah menurut ukuran Allah: Menyangkali dirinya sendiri.

Seringkali kita merasa bahwa tubuh ini adalah milik kita, tetapi yang benar jika disebut Bait Suci Allah menurut ukuran Allah, tentu saja harus menyangkali diri sendiri, dengan kata lain; tidak sesuka hati membawa diri menurut kehendak diri sendiri. Saudara, kita tidak berhak terhadap diri ini, sebab pada 1 Korintus 6:20; kita sudah dibeli dan harganya sudah lunas dibayar oleh darah salib (darah tebusan).


Sekali lagi saya tandaskan; harus menyangkali diri. 

Siapa yang duduk di atas takhta menghakimi bersama dengan Kristus dalam kerajaan 1000 tahun damai? Itulah mereka yang menyangkali dirinya, lehernya digorok oleh pedang antikris, karena mereka menyadari bahwa mereka adalah Bait Suci Allah, mereka tidak mempunyai wewenang untuk mempertahankan nyawanya. Untuk apa kita mempertahankan nyawa untuk dunia ini, tetapi kehilangan nyawa? Berarti dia belum paham soal Bait Suci Allah dan kehidupan seperti ini tidak masuk dalam ukuran Allah.


  1. UKURLAH MEZBAH

Mezbah artinya; 

  1. Tempat penyembelihan, dalam bahasa Ibrani mizbeach

Ayat referensi: Yesaya 53:7

  1. Tempat yang tinggi, dalam bahasa Yunani Altare.

Ayat referensi: Yohanes 3:14-15, Yohanes 12:32-33.

  1. Tempat perapian

Ayat referensi: Yohanes 2:17

Singkat kata, mezbah (tempat korban dipersembahkan) jelas terhubung langsung dengan seorang imam (pelayan TUHAN), bukan seorang rakyat jelata. 


Mari kita lihat kelanjutannya…

Keluaran 29:1-2 dengan perikop: “Mengenai Harun dan pentahbisan anak-anaknya”

(29:1) "Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela,

(29:2) roti yang tidak beragi dan roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, dan roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak; dari tepung gandum yang terbaik haruslah kaubuat semuanya itu.


Syarat untuk memegang jabatan imam, harus mempersembahkan:

Yang pertama: 3 korban binatang, yaitu:

  1. Lembu jantan muda 🡪 korban pendamaian sepenuh.

Jadi, tugas dari seorang imam adalah menjadi seorang pendamaian sepenuh.

Dimanapun seorang imam diutus, harus membawa pelayanan pendamaian dan berita pendamaian.

  1. Domba jantan pertama 🡪 penyerahan diri sepenuhnya untuk taat kepada kehendak Allah (kasih).

Penyerahan diri harus ada, kalau melayani tanpa penyerahan berarti belum memenuhi syarat untuk memegang jabatan imam, itu namanya sesuka hati, mau tampil-tampil di altar.

  1. Domba jantan kedua 🡪 berbicara tahbisan, berarti; khususkan diri kepada TUHAN (dedikasi dan loyalitas).


Yang kedua: 3 ketul roti, yaitu:

  1. Roti tanpa ragi, berarti; hidup tanpa ragi di tengah ibadah dan pelayanannya kepada TUHAN

  2. Roti bundar, artinya; melayani TUHAN dengan kasih yang tidak berkesudahan.

Kalau melayani tanpa kasih, melihat orang lain yang tidak baik perangainya, kelakuannya, solah tingkahnya, bisa saja nanti mengamuk-ngamuk, marah dan marah terus, akhirnya terjadi percekcokan. Tetapi yang TUHAN mau, seorang imam harus melayani dengan kasih, melayani orang lain dalam kekurangannya dan dalam banyak kesalahannya. Memang dibutuhkan kesabaran, kesabaran itu datang dari kash

Memang, kalau melihat kesalah orang lain sakit rasanya. Banyak perilaku yang tidak enak dihadapan kita, tetapi seorang imam harus mempersembahkan roti bundar dihadapan TUHAN; kebenaran disertai dengan kasih, besar.

  1. Roti tipis, berarti; melayani dalam tanda kerendahan di hati.

Memang perlu juga seorang hamba TUHAN melayani dalam tanda kerendahan di hati, supaya tidak ada kesempatan bagi musuh untuk menyerang kita balik, supaya jangan ada kesempatan bagi musuh untuk menjatuhkan kita di tempat rendah. Seorang imam sangat riskan, sedikit saja kesalahan bisa menjadi buah bibir ke sana ke mari, sebab itu seorang imam harus mempersembahkan roti tipis; melayani dalam tanda kerendahan di hati.


Itulah mezbah yang diukur oleh TUHAN dengan pemaparannya.

Jadi, sekali lagi saya tandaskan, mezbah terhubung langsung dengan seorang imam (pelayan TUHAN), ini yang diukur. Jadi tidak bisa seenaknya sendiri melayani TUHAN, tiba-tiba berbahasa yang tidak dimengerti. Kalau lidah bergoyang karena keinginan sendiri itu pendusta namanya. Padahal tidak perlu kecil hati, sebut saja “haleluyah” itu jauh lebih baik. Kalau memang Roh Kudus memutarbalik (menggoyang lidah ini) kita tidak bisa menahan. Seorang imam yang tidak berbahasa lidah, tidak usah kecil hati. 


  1. MEREKA YANG BERIBADAH DI DALAMNYA

Ibadah pelayanan bila dikaitkan dengan pola Tabernakel terkena kepada 3 macam alat yang ada pada Ruangan Suci yaitu:

  1. Meja Roti Sajian 🡪 ketekunan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci = iman.

  2. Pelita Emas 🡪 ketekunan Ibadah Raya Minggu disertai kesaksian Roh = pengharapan.

Saudara, orang-orang yang dipenggal lehernya oleh pedang antikris; ibadahnya hanya sebatas Meja Roti dan Pelita Emas, masih kurang satu lagi yaitu:

  1. Mezbah Dupa 🡪 ketekunan dalam Ibadah Doa Penyembahan sebagai puncak ibadah = kasih

Sedangkan penyembahan sama artinya; penyerahan diri sepenunya untuk taat hanya kepada kehendak Allah.

Inilah yang diukur oleh TUHAN; tekun dalam tiga macam ibadah pokok sampai berada pada tingkat ibadah tertinggi itulah doa penyembahan.


Jadi, yang diukur bukan satu atau dua saja dari pribadi Allah Trinitas, kalau dua saja leher masih digorok oleh pedang antikris. Tetapi yang masuk dalam ukuran TUHAN (selamat) harus tekun dalam tiga macam ibadah pokok, sampai kita dipimpin pada puncak ibadah itulah doa penyembahan.


Tidakkah kita bahagia dengan pengertian yang merupakan kasih Allah, yang dinyatakan kepada kita malam ini? Supaya kita mengerti bahwa kerajaan Sorga itu tidak sesempit pikiran manusia, kerajaan Sorga itu luas.


Barulah kita masuk kembali pada ayat yang kita baca pada minggu yang lalu…

1 Petrus 2:9

(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:


Terang Allah yang ajaib 🡪 orang-orang yang melayani TUHAN dan pekerjaan TUHAN, disebut juga sebagai:

  • Bangsa yang terpilih, itulah imamat rajani, terhubung langsung dengan mezbah.

  • Bangsa yang kudus, itulah umat kepunyaan Allah sendiri, terhubung langsung dengan orang-orang yang berada di dalamnya -- dipimpin sampai kepada gunung Sion dan doa penyembahan.


Dari pemaparan ini, maka tentu saja kita sudah melihat; Bait Suci Allah penuh kemuliaan Allah, karena kemuliaan Allah ada di dalam Bait Suci dan TUHANlah yang mengukur Bait Suci itu sendiri.

Jadi, tidak boleh pakai metode; kata pendeta A atau kata pendeta yang terkenal itu, sebab kecenderungan hamba-hamba TUHAN adalah mengungkapkan kata-kata yang pernah disampaikan oleh seorang pendeta. Kalau iya perkataan itu 100
% dari Alkitab, kalau dari pengertian itu dari pendeta itu sendiri, untuk apa? Kenapa selalu diagung-agungkan? Kenapa tidak mengagungkan perkataan TUHAN? 


Doa dan harapan saya sebagai pemimpin sidang jemaat GPT “Betania” Serang & Cilegon, Banten, Indonesia yang hadir maupun tidak, juga yang mengikuti live streaming secara online baik dari; Youtube, Facebook, kiranya kita semua penuh dengan kemuliaan Allah oleh karena kemuliaan Allah itu sendiri, dan Allah itu sendiri yang mengukur kemuliaan-Nya kepada Bait Suci itu sendiri. Maka, perhatikanlah apa yang sudah TUHAN nyatakan oleh kasih yang besar itu. Kita sudah melihat penampilan-Nya yang begitu menawan malam ini lewat pemaparan Firman Allah, menarik dan mempesona hati kita, itu yang membuat kita tidak tahan untuk bersyukur dan tersungkur di bawah kaki salib TUHAN.


TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI


Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment