IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 7 OKTOBER
2025
SURAT YUDAS
PASAL 1:8
(Seri: 1)
Subtema: ORANG YANG
BERMIMPI-MIMPIAN
Mula
pertama saya mengucapkan puji syukur kepada TUHAN, yang oleh karena rahmat-Nya
kita menghimpunkan di atas gunung TUHAN yang kudus, kita boleh beribadah
menurut pola kerajaan Sorga semua karena kemurahan dari pada hati TUHAN bagi
kita sekaliannya.
Saya
juga tidak lupa menyapa anak-anak TUHAN, umat ketebusan TUHAN yang turut
bergabung lewat online / live streaming / video internet baik
Youtube maupun Facebook atau dari media sosial apa saja yang dapat digunakan (diakses).
Kiranya damai sejahtera dari sorga memerintah di hidup kita, hati kita, dan di tengah-tengah
ruangan ini, maupun memerintah di kehidupan saudara yang sedang bergabung lewat
online dimanapun berada. Sehingga, oleh damai sejahtera dari TUHAN ada
sukacita dan bahagia saat kita duduk diam mendengarkan sabda ALLAH.
Selanjutnya
marilah kita sambut SURAT YUDAS sebagai Firman Penggembalaan untuk Ibadah Doa
Penyembahan. Namun, tetaplah berdoa dalam Roh, mohon kemurahan dari pada hati TUHAN
supaya Firman yang dibukakan itu meneguhkan setiap hati kita pribadi lepas
pribadi.
Yudas
1:8
(1:8) Namun demikian orang-orang yang bermimpi-mimpian ini
juga mencemarkan tubuh mereka dan menghina kekuasaan ALLAH serta menghujat
semua yang mulia di sorga.
Singkat
kata, orang-orang yang bermimpi-mimpian (berkhayal-khayalan);
- Mencemarkan
tubuh mereka.
- Menghina
kekuasaan ALLAH.
- Menghujat
semua yang mulia di Sorga.
Orang
yang bermimpi-mimpian (berkhayal-khayalan) -> nabi-nabi palsu, mereka
hidup di dalam hawa nafsu daging.
2
Petrus 2:1-2 --- Perikop: "Nabi-nabi
dan guru-guru palsu"
(2:1) Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah
umat ALLAH, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan
memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal
Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera
mendatangkan kebinasaan atas diri mereka. (2:2)
Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka yang dikuasai hawa nafsu,
dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat.
Di
sini kita melihat, nabi-nabi palsu / guru-guru palsu, hidup (dikuasai) hawa
nafsu / keinginan-keinginan daging yang jahat.
Tandanya;
mereka menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka = menyangkal salib Kristus.
Andaikata
daging sudah tersalib, pasti mereka tidak menyangkal salib Kristus.
Soal
penyangkalan kita akan menyelidikinya dari penyangkalan Petrus kepada Yesus sebanyak
3 (tiga) kali.
Hal
itu ditulis dengan jelas dalam Matius
26:69-75
Petrus
menyangkal Yesus sebanyak 3 kali.
PENYANGKALAN
PERTAMA (Matius 26:69-70)
Di
situ Petrus berkata: "Aku tidak tahu apa yang engkau maksud."
Artinya;
sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu -> orang yang menutup matanya
terhadap pekerjaan TUHAN di tengah-tengah ibadah pelayanan yang TUHAN
percayakan.
Terkait
dengan hal itu..
Roma
8:5
(8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan
hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan
hal-hal yang dari Roh.
Manusia
daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, ia tidak memikirkan hal-hal yang
dari Roh (tidak memikirkan pekerjaan TUHAN). Contoh: ESAU.
Kejadian
25:27
(25:27) Lalu bertambah besarlah kedua anak itu: Esau menjadi
seorang yang pandai berburu, seorang yang suka tinggal di padang, tetapi
Yakub adalah seorang yang tenang, yang suka tinggal di kemah.
Esau
menjadi seorang yang pandai berburu daging binatang = sibuk berburu
daging -> Esau hidup di dalam hawa nafsu dan keinginan-keinginan daging yang
jahat.
Kejadian
25:32-34
(25:32) Sahut Esau: "Sebentar lagi aku akan mati; apakah
gunanya bagiku hak kesulungan itu?" (25:33)
Kata Yakub: "Bersumpahlah dahulu kepadaku." Maka bersumpahlah ia
kepada Yakub dan dijualnyalah hak kesulungannya kepadanya. (25:34) Lalu Yakub memberikan roti dan
masakan kacang merah itu kepada Esau; ia makan dan minum, lalu
berdiri dan pergi. Demikianlah Esau memandang ringan hak kesulungan itu.
Di
sini kita melihat, Esau menjual hak kesulungannya kepada Yakub (adiknya), demi
semangkuk sop kacang merah.
Hal
ini menunjukkan bahwa Esau adalah manusia daging, yang hanya memikirkan hal-hal
yang dari daging, tidak memikirkan kegiatan Roh (pekerjaan TUHAN), itulah ibadah
dan pelayanan = menutup mata terhadap pekerjaan TUHAN.
Jadi
orang yang tidak menghargai hak kesulungan (ibadah dan pelayanan) = menutup
mata terhadap pekerjaan TUHAN, tetapi belum dikatakan buta.
Saudara,
jangan kita hidup di dalam hawa nafsu daging, supaya kita jangan menutup mata
terhadap pekerjaan TUHAN. Pikirkanlah pekerjaan TUHAN / perkara di atas, supaya
dengan demikian kita memperoleh hidup yang kekal, karena sebentar lagi dunia
ini akan berlalu, kalau bisa seisi rumah kita masuk Sorga.
Memandang
ringan hak kesulungan, sebab yang terpenting bagi Esau adalah MAKAN dan MINUM (Kejadian
25:34) – “... ia makan dan
minum…”
Lucu
sekali kalau hidup hanya untuk makan dan minum. Mengapa saya katakan lucu? Karena
kita adalah ciptaan dua tangan TUHAN, dibentuk dari seonggok tanah liat, lalu dihembuskan
nafas hidup ke lobang hidung, maka manusia itu menjadi hidup. Hembusan nafas mulut
ALLAH, itulah Firman yang diurapi. Tetapi kenyataannya, gereja Esau, orang
Kristen yang hidup seperti Esau, yang terpenting bagi dia adalah soal makan dan
minum, itu sebabnya ia tidak segan-segan menjual hak kesulungannya / menganggap
ringan hak kesulungan demi semangkuk sop kacang merah karena yang terpenting
bagi hidupnya hanyalah soal makan dan minum.
1
Korintus 15:32
(15:32) Kalau hanya
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan manusia saja aku telah berjuang melawan
binatang buas di Efesus, apakah gunanya hal itu bagiku? Jika orang mati
tidak dibangkitkan, maka "marilah kita makan dan minum, sebab besok
kita mati".
Kalau
hidup hanyalah soal makan dan minum maka orang semacam ini tidak menghargai
kebangkitan TUHAN Yesus Kristus seperti pernyataan rasul Paulus kepada jemaat
di Korintus ini.
Yesus
dibangkitkan dari antara orang mati oleh Roh ALLAH.
Jadi
suasana kebangkitan itu ada dalam kegiatan Roh (ibadah dan pelayanan).
Sebaliknya...
1
Korintus 15:30-31
(15:30) Dan kami juga -- mengapakah kami setiap saat membawa diri
kami ke dalam bahaya? (15:31) Saudara-saudara,
tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu
dalam Kristus Yesus, TUHAN kita, aku katakan, bahwa hal ini benar.
Oleh
kuasa kebangkitan Yesus Kristus, rasul Paulus berjuang menghadapi / melawan
binatang buas di Efesus.
Pendeknya,
rasul Paulus hidup di dalam suasana kebangkitan, memperhatikan pekerjaan TUHAN.
Tandanya:
a. Tidak
takut bahaya.
b. Siap
berhadapan dengan maut, atau rela mati demi umat ketebusan TUHAN, dalam hal
ini jemaat-jemaat yang ada di Asia kecil secara khusus jemaat di Efesus dan juga
jemaat di Korintus.
Inilah gambaran dari suasana
kebangkitan itu.
Jadi,
hendaklah kehidupan anak-anak TUHAN, orang Kristen di hari-hari terakhir ini
teristimewa imam-imam / pelayan-pelayan TUHAN, dimulai dari saya sebagai
gembala sidang (hamba TUHAN) harus berada dalam suasana kebangkitan. Memikirkan
pekerjaan TUHAN / ibadah dan pelayanan berarti memikirkan sidang jemaat, tidak
egois, tidak hidup hanya untuk kepentingan dirinya sendiri dan tidak sibuk
hanya soal makan dan minum.
Ciri-ciri menutup mata terhadap pekerjaan TUHAN (Kejadian 27:15):
Esau
menyimpan jubah yang maha indah di rumah.
Jubah
yang maha indah / harta yang indah -> karunia-karunia dan jabatan-jabatan
Roh Kudus.
1
Timotius 4:14 --- Perikop: "Tugas
Timotius dalam menghadapi pengajar sesat."
(4:14) Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh
nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.
Nasihat
rasul Paulus kepada Timotius: “Jangan lalai dalam mempergunakan
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus.” Itulah harta yang indah
atau jubah yang maha indah.
Karena
itu diberikan / diperoleh lewat:
1.
Nubuat.
Tugas nabi:
bernubuat, menyampaikan hal-hal yang akan terjadi di depan.
Jadi, kita
melayani TUHAN sesuai karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus terkait
dengan hal-hal di masa yang akan datang.
2.
Penumpangan tangan sidang penatua.
Diangkat
oleh kepercayaan seorang gembala kepada seorang imam lalu ditumpangkanlah
tangan.
1
Timotius 4:15
(4:15) Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya
supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.
Perhatikanlah semuanya itu hai imam-imam dan seluruh
sidang jemaat GPT Betania, hiduplah di dalamnya, hargai ibadah dan pelayanan,
hargai karunia jabatan Roh El-Kudus, tujuannya adalah: supaya kemajuan mu
nyata kepada semua orang.
Kalau kerohanian kita maju, pasti dapat dilihat
oleh orang lain, dapat disaksikan, dapat dirasakan, dan orang lain pasti
merasakan kebahagiaan dari Sorga karena imam-imam ternyata adalah kaki
tangan-Nya TUHAN (pengantara) sehingga sidang jemaat boleh merasakannya /
menyaksikannya.
Jadi,
kita datang beribadah, tidak boleh "sekedar" beribadah. Imam-imam
yang melayani di tengah ibadah juga bukan "sekedar" karena aturan
saja. Tetapi betul-betul semua yang kita kerjakan ini, dirasakan oleh sesama
(sidang jemaat) dan dirasakan oleh TUHAN.
Jadi
ibadah pelayanan dan segala sesuatu yang kita perbuat bukan bersifat normatif,
walaupun hal itu tidak salah bagi dunia, tetapi kalau melayani bukan didorong
oleh kasih itu namanya bersifat normatif (aturan) saja, disebutlah ibadah
taurat / ibadah lahiriah, tidak mengandung janji dan kuasa.
2
Timotius 1:14
(1:14) Peliharalah harta yang indah, yang telah
dipercayakan-Nya kepada kita, oleh Roh Kudus yang diam di dalam kita.
Peliharalah harta yang indah
(jubah yang maha indah) itulah karunia-karunia Roh Kudus dan jabatan-jabatan
Roh El-Kudus yang telah dipercayakan TUHAN oleh nubuat dan penumpangan tangan
sidang penatua.
Jangan
ibadah normatif, harus didorong oleh kasih, didorong oleh Roh TUHAN. Kalau
ibadah saja kita bersifat lahiriah, bagaimana kesudahan di luar ibadah? Saya
tidak tahu, lebih pura-pura lagi menjalankan hidup, senyumnya pura-pura,
baiknya juga pura-pura, nunduk-nunduk nya juga pura-pura. Yang TUHAN mau dari seorang
gembala sidang supaya mengasihi TUHAN dengan kasih Agape. Apapun yang kita kerjakan
harus didorong oleh kasih Agape.
Saya
jadi teringat dengan kisah waktu TUHAN hendak mempercayakan Petrus untuk
menggembalakan kawanan domba-Nya, lalu TUHAN bertanya sebanyak 3 (tiga) kali.
Yang
pertama dalam Yohanes 21:15 “Sesudah
sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah
engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus
kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau."
Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
Jadi pertanyaan pertama Yesus kepada
Petrus terkait dengan kasih Agape, tetapi ternyata Simon Petrus masih mengasihi
TUHAN dengan sifat Fileo (daging). Itu sebabnya timbul pertanyaan yang kedua,
tetapi sayang sekali TUHAN tidak percaya. Itulah sebabnya TUHAN kembali
bertanya dengan pertanyaan yang sama untuk yang ketiga kalinya. “…Maka
sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya" Apakah engkau
mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu
segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus
kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.”
Intinya; Petrus masih hidup dengan
kasih Fileo, mengasihi TUHAN hanya karena ada kepentingan daging. Sehingga pada
pertanyaan Yesus untuk yang ketiga kalinya, ia menangis sejadi-jadinya lalu dia
pun mengakui, bahwa Petrus belum mampu mengasihi TUHAN dengan kasih Agape,
masih bersifat Fileo, itu sebabnya dia menangis.
Sebab itu, kembali saya sampaikan; kalau
ibadah, ibadahlah sungguh-sungguh, kalau melayani, layanilah TUHAN dengan
sungguh-sungguh, jangan bersifat taurat (lahiriah) / pura-pura baik-baik dan
berkata; iya om, tetapi hati mu tidak diserahkan kepada TUHAN. Persis seperti
Simon Petrus, sehingga TUHAN berulang kali bertanya sebanyak 3x karena yang
dituntut dari seorang gembala ialah; menggembalakan kawanan domba di dalam
kasih Agape.
Saya kira imam-imam juga dituntut
oleh TUHAN untuk melayani TUHAN dengan kasih Agape bukan Fileo apalagi Eros.
Semuanya ini bercerita tentang Simon Petrus karena dialah orang yang
menyangkali TUHAN itu.
2 Timotius 1:14; berbicara
tentang nasihat Rasul Paulus kepada Timotius, hal yang sama untuk yang kedua
kali Rasul Paulus menyampaikan; peliharalah harta yang indah (jubah yang
maha indah) itulah karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus, yang
dipercayakan oleh nubuat dan penumpangan tangan sidang penatua.
Jadi
jubah yang maha indah harus dipelihara bukan disimpan di rumah, harus digunakan
di tengah ibadah dan pelayanan, melayani TUHAN dengan sungguh-sungguh sesuai dengan
karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh El-Kudus.
Perlu
untuk diketahui, penyangkalan Simon Petrus yang pertama terjadi ketika Simon
Petrus berada di HALAMAN.
Halaman
berarti di luar Bait ALLAH (Rumah TUHAN). Hal ini menunjukkan bahwa kerohanian
Petrus masih kanak-kanak, belum dewasa.
Gambar Halaman.
Dampak
negatifnya; diserahkan pada bangsa-bangsa lain itulah antikris.
Sebagaimana
dalam Wahyu 11:2 ---Tetapi kecualikan pelataran Bait Suci yang
di sebelah luar, janganlah engkau mengukurnya, karena ia telah diberikan
kepada bangsa-bangsa lain dan mereka akan menginjak-injak Kota Suci
empat puluh dua bulan lamanya."
Nanti
hal ini akan nyata, sekarang karena belum nyata banyak orang Kristen sesuka
hati beribadah. Datang kalau lagi mood, kemudian tidak datang karena
lebih utama yang lahiriah. Tetapi nanti engkau akan tahu bahwa Firman ALLAH “ya”
dan “amin.”
Inilah
soal penyangkalan yang pertama; menutup mata terhadap pekerjaan TUHAN.
Petrus
menyangkal Yesus sebanyak 3 (tiga) kali.
PENYANGKALAN
KEDUA: (Matius 26:71-72)
Petrus
berkata: "Aku tidak kenal orang itu"
Hal
ini menunjukkan bahwa Simon Petrus buta rohani / tidak dapat melihat,
sehingga tidak dapat mengenali Yesus.
Andai
saja dia tidak buta rohani pasti dia mengenali Yesus, tidak perlu diajar oleh
orang lain, dia pasti mengenal Yesus. Tetapi karena dia buta rohani, dia tidak
mengenali TUHAN dan apapun yang diperbuat oleh TUHAN.
Kalau
tadi Petrus sengaja tutup mata terhadap pekerjaan TUHAN, tetapi sekarang Petrus
buta rohani sehingga Petrus berkata, aku tidak kenal orang itu.
Hati-hati
kalau orang tidak cepat-cepat bertobat dari penyangkalan yang pertama, kalau penyangkalan
yang pertama dibiarkan akan meningkat kepada penyangkalan yang kedua (buta
rohani), tidak mengenali TUHAN dan tidak mengenali pekerjaan yang telah
dikerjakan oleh TUHAN.
Pendeknya,
Simon Petrus buta rohani gambaran dari gereja TUHAN yang tidak dapat mengenali
Yesus yang adalah TUHAN dan Kristus.
- TUHAN
berarti; pribadi yang harus disembah dan kepada-Nya kita harus berbakti /
beribadah.
- KRISTUS
berarti; pemimpin / sosok yang dapat memberi teladan yang baik untuk diteladani
oleh pengikut-pengikut yang di belakang. Kita semua adalah pengikut-pengikut
Kristus untuk mengikuti teladan TUHAN.
Dalam
penyangkalan yang kedua, Petrus berkata; aku tidak kenal orang itu -> Petrus
buta rohani, tidak dapat melihat bahwa Yesus yang adalah TUHAN dan Kristus.
Semuanya
telah dilupakan oleh Petrus sekalipun ia telah hidup bersama-sama dengan Yesus
selama 3,5 (tiga setengah) tahun. Banyak orang Kristen buta rohani dan oleh
karena buta rohani dia tidak lagi mengenali TUHAN, dia melupakan TUHAN dan
pekerjaan TUHAN.
Satu
kali tetangga bunda (orang tua kami) datang lalu memohon supaya didoakan karena
mengalami rasa takut yang hebat, tidak ada yang nenakut-nakuti, tetapi dia
mengalami rasa takut yang hebat, dikejar bayang-bayang.
Biasanya
kalau orang ada masalah, mengalami trauma yang hebat, dan timbul bayang-bayang
rasa takut yang hebat. Dan oleh karena rasa takut yang hebat itu, dia hendak
bunuh diri, dengan berbagai cara dia lakukan, tetapi dia tidak mati-mati. Dia
coba mau bunuh diri dengan minum racun, racunnya tidak mempan, dia coba mau bunuh
diri dengan cara setrum listrik, setrumnya tidak mempan, dia terpental,
kemudian dia coba menggunakan sepeda motor, di jalan raya menuju ke Jakarta,
dia katakan jalanan sepi, tidak ada angkutan sama sekali, tidak ada truk atau
bis. Kemudian dia datang berjumpa di rumah bunda (orang tua kami) minta untuk didoakan.
Kemudian
saya katakan; “Saya doakan, tetapi bukan soal doanya, saya minta datanglah
beribadah, tergembalalah sungguh-sungguh, saya tunggu hari minggu, nanti
setelah selesai ibadah kita akan bersama-sama ke rumah Bapak, lalu kita berdoa
di sana, siapa tahu ada kuasa kegelapan, ternyata memang ada.” Kemudian
kami tunggu-tunggu, ternyata dia tidak mau datang. Tetapi saya kembali teringat
waktu pertemuan malam itu, dia memberikan uang kepada saya sebesar Rp 100.000;
(seratus ribu rupiah). Karena merasa sudah sharing, lalu dia memberikan
uang terima kasih. Hanya itu saja, padahal yang terpenting bukan uangnya,
tetapi jiwa nya. Dia tidak mengenal saya sehingga dia memberikan uangnya,
seandainya dia mengenal saya, dia tidak akan berani memberikan uang karena yang
terpenting jiwa nya diselamatkan, tetapi dia tidak mau.
Jadi
hati-hati saudara, banyak orang Kristen tidak kenal TUHAN, tetapi mengaku diri
orang Kristen.
Contoh: tidak
mengenal...
Kejadian
27:16-19
(27:16) Dan kulit
anak kambing itu dipalutkannya pada kedua tangan Yakub dan pada lehernya yang
licin itu. (27:17) Lalu ia memberikan makanan yang enak dan roti yang
telah diolahnya itu kepada Yakub, anaknya. (27:18) Demikianlah Yakub
masuk ke tempat ayahnya serta berkata: "Bapa!" Sahut ayahnya:
"Ya, anakku; siapakah engkau?" (27:19) Kata Yakub kepada
ayahnya: "Akulah Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang
bapa katakan kepadaku. Bangunlah, duduklah dan makanlah daging buruan masakanku
ini, agar bapa memberkati aku."
Singkat
kata, Yakub membawa makanan yang enak dan roti yang diolah itu kepada Ishak
(ayahnya).
Kemudian
Yakub berkata kepada Ishak:
- "Akulah
Esau, anak sulungmu. Telah kulakukan, seperti yang bapa katakan kepadaku. “
Sebab yang dikatakan Ishak kepada Esau sebelumnya adalah: "..
olahlah
bagiku makanan yang enak, seperti yang kugemari, sesudah itu bawalah kepadaku,
supaya kumakan, agar aku memberkati engkau, sebelum aku mati."
- "Bangunlah,
duduklah dan makanlah daging buruan masakanku ini, agar bapa memberkati
aku."
Dari sini kita bisa melihat, orang yang tidak mengenal,
pekerjaannya adalah; duduk, makan dan tidur. Andaikata Ishak bisa melihat,
pasti ia bisa mengenali Yakub, tidak perlu bertanya siapa dia.
Kejadian
27:20
(27:20) Lalu Ishak
berkata kepada anaknya itu: "Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!"
Jawabnya: "Karena TUHAN, ALLAHmu, membuat aku mencapai tujuanku."
Tujuan kita adalah Kerajaan Sorga (Hidup kekal).
Jadi,
kita harus cekatan dengan pekerjaan TUHAN, taat, setia, dengar-dengaran kepada
ibu (Ribka) itulah gambaran gembala sidang, tidak usah gengsi karena mungkin
saudara lebih tua dari saya. Tetapi saya ini gembala, TUHAN yang menetapkan,
meterainya apa? Domba-domba yang dipercayakan TUHAN.
Ishak
berkata kepada Yakub; "Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!”
Saudara,
jarak antara kemah (rumah) Ishak dengan Padang belantara, tempat dia berburu
daging, jaraknya jauh karena bukan di sekitar rumahnya.
Tetapi
dia justru berkata; “"Lekas juga engkau mendapatnya, anakku!”
Perkataan ini menunjukkan kepada kita bahwa Ishak ini telah kehilangan akal
sehat. Inilah kehidupan yang tidak mengenali TUHAN, buta rohani, tidak memiliki
akal sehat.
Kejadian
27:21
(27:21) Lalu kata
Ishak kepada Yakub: "Datanglah mendekat, anakku, supaya aku meraba
engkau, apakah engkau ini anakku Esau atau bukan."
Orang
yang tidak mengenali TUHAN, dengan lain kata; buta rohani, di dalam dirinya
hanya bisa "meraba-raba" artinya; di dalam dirinya tidak
ada kepastian.
Kejadian
27:22-23
(27:22) Maka Yakub mendekati Ishak, ayahnya, dan ayahnya itu
merabanya serta berkata: "Kalau suara, suara Yakub; kalau tangan,
tangan Esau." (27:23) Jadi Ishak tidak mengenal dia, karena tangannya
berbulu seperti tangan Esau, kakaknya. Ishak hendak memberkati dia,
Di
sini kita melihat, Ishak meraba dan berkata kepada Yakub:
- Kalau
suara, suara Yakub.
- Kalau
tangan, tangan Esau.
Intinya,
Ishak sama sekali tidak mengenal anaknya, apakah itu Esau atau Yakub.
Tidak
ada kepastian di dalam diri orang yang tidak mengenal TUHAN, di dalam diri
orang yang buta rohani.
Keterangan: “Kalau suara, suara Yakub.”
Suara
Yakub adalah suara yang dengar-dengaran.
Kejadian
27:8-9
(27:8) Maka
sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku seperti yang kuperintahkan kepadamu.
(27:9) Pergilah ke tempat kambing domba kita, ambillah dari sana
dua anak kambing yang baik, maka aku akan mengolahnya menjadi makanan yang enak
bagi ayahmu, seperti yang digemarinya.
Jadi,
suara Yakub adalah suara yang dengar-dengaran.
Tanda
dengar-dengaran: berada dalam kandang kambing domba, artinya; tergembala
dengan sungguh-sungguh, itulah dengar-dengaran.
Tidak
mungkin orang Kristen memiliki roh dengar-dengaran, tetapi tidak tergembala.
Dengar-dengaran itu terwujud ketika ia menjadi satu kehidupan yang tergembala.
Jadi,
kalau orang Kristen tidak tergembala, tidak mungkin mengerti soal dengar-dengaran,
yang dia tahu kebenaran diri sendiri, dia tidak taat kepada TUHAN.
Kejadian
27:10-13
(27:10) Bawalah itu
kepada ayahmu, supaya dimakannya, agar dia memberkati engkau, sebelum ia
mati." (27:11) Lalu kata Yakub kepada Ribka, ibunya: "Tetapi
Esau, kakakku, adalah seorang yang berbulu badannya, sedang aku ini kulitku
licin. (27:12) Mungkin ayahku akan meraba aku; maka nanti ia akan
menyangka bahwa aku mau memperolok-olokkan dia; dengan demikian aku akan
mendatangkan kutuk atas diriku dan bukan berkat." (27:13) Tetapi
ibunya berkata kepadanya: "Akulah yang menanggung kutuk itu,
anakku; dengarkan saja perkataanku, pergilah ambil kambing-kambing itu."
Keuntungan bila kehidupan dengar-dengaran:
TUHAN
telah mengambil (memutuskan) kutuk dari kehidupan kita masing-masing.
Kita
putus dari kutuk nenek moyang, kita putus dari dosa warisan, kita putus dari
dosa turunan (ayah ibu / orang tua), semuanya sudah TUHAN tanggung di atas kayu
salib.
Jadi
yang terpenting adalah dengar-dengaran, itulah suara Yakub. Ishak tahu kalau
suara, suara Yakub, suara yang dengar-dengaran.
Jadi
berbahagialah orang tua bila dia hidup dengan benar di mata TUHAN, kutuk nenek
moyang terputus, tidak turun ke anaknya lagi. Berbahagia juga seorang anak yang
senantiasa mengarahkan dirinya pada salib di Golgota, ia kehidupan domba yang
tergembala dan oleh karena tergembala dia memiliki Roh dengar-dengaran, maka
secara otomatis TUHAN putuskan kutuk nenek moyang dari seorang anak yang
dengar-dengaran karena dia seorang domba yang tergembala.
Jadi
anak-anak tidak boleh beribadah hanya sekedar beribadah, gelisah, tidak jelas,
tidak fokus mendengarkan Firman.
Keterangan: "Kalau tangan, tangan
esau."
Adapun
tangan Esau; jubah berbulu, berarti;
a. Pandai
berburu daging binatang = hidup dalam hawa nafsu dan keinginan daging yang
jahat.
b. Suka
tinggal di padang.
Padang -> dunia dengan segala sesuatu
yang ada di dalamnya, antara lain;
1. Keinginan
daging.
2. Keinginan
mata.
3. Keangkuhan
hidup.
Sombong,
angkuh, congkak, itulah orang fasik senantiasa membawa dirinya ke dunia orang
mati dan semuanya itu bukan berasal dari sorga (Bapa), tetapi berasal dari
dunia. Itulah tangan Esau, jubah berbulu.
Kejadian
27:24
(27:24) tetapi ia
masih bertanya: "Benarkah engkau ini anakku Esau?" Jawabnya: "Ya!"
Untuk
hidup kekal kita harus berkata; "YA."
Jadi,
Yakub ini tidak berdusta. Banyak hamba TUHAN mengira Yakub ini pendusta, tidak.
Mana ada orang yang dipenuhkan Roh Kudus berdusta. Yakub itu gambaran dari
kehidupan yang dipenuhkan Roh Kudus.
ALLAH
trinitas adalah TUHAN Yesus Kristus.
-
Abraham
gambaran dari Bapa (TUHAN), tabiatnya kasih.
-
Ishak gambaran
dari Yesus (Anak tunggal Bapa).
-
Yakub,
anaknya 12 (dua belas) suku Israel, artinya berbuah Roh kudus.
Kalau seseorang hidup di dalam Roh
Kudus tidak mungkin berdusta, tetapi untuk tujuan hidup kekal (Kerajaan Sorga)
kita harus berkata; “ya” itu bukan dusta.
Demi
Kerajaan Sorga kita harus berkata; “Ya.”
Cerdiklah
seperti ular, tulus seperti Merpati.
Tetapi
orang yang tidak mengenal TUHAN atau buta rohani, tidak memiliki kepercayaan
diri, tidak memiliki kepastian dalam hidup dan tidak bisa membedakan antara Yakub
dan Esau. Padahal di dalam TUHAN semuanya pasti.
Maka
di dalam mengikuti TUHAN tidak boleh serampangan. Satu kali “ya”, di
kesempatan yang lain berkata; “tidak.” Itu namanya serampangan, bertolak
belakang dengan apa yang diajarkan oleh Rasul Paulus di dalam 2 Korintus
1:17 – “Jadi, adakah
aku bertindak serampangan dalam merencanakan hal ini? Atau adakah aku membuat
rencanaku itu menurut keinginanku sendiri, sehingga padaku serentak terdapat
"ya" dan "tidak"?” Demi Allah yang setia, janji kami kepada
kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak". Karena Yesus
Kristus, Anak Allah, yang telah kami beritakan di tengah-tengah kamu, yaitu
olehku dan oleh Silwanus dan Timotius, bukanlah "ya" dan
"tidak", tetapi sebaliknya di dalam Dia hanya ada "ya". Sebab
Kristus adalah "ya" bagi semua janji Allah. Itulah sebabnya
oleh Dia kita mengatakan "Amin" untuk memuliakan Allah.”
Amin
berarti pasti, benar. Amin itu bukan bahasa Arab, itu bahasa Ibrani.
Kalau
ada kepastian di dalam diri tentu saja kita mampu memuliakan TUHAN.
Jadi,
kehidupan yang memuliakan TUHAN adalah kehidupan yang memiliki kepastian.
Amin:
berarti Pasti, benar, terjadi.
Perlu
untuk diketahui:
Penyangkalan
yang kedua ini diawali dengan kata; "bersumpah."
Soal
"sumpah" kita lihat di dalam ...
Matius
5:33
(5:33) Kamu telah
mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah
palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan TUHAN.
Menurut
hukum Taurat: "Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di
depan TUHAN."
Artinya;
boleh bersumpah demi "ini dan itu."
Bandingkan
dalam hukum kasih karunia...
Matius
5:34-36
(5:34) Tetapi Aku
berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena
langit adalah takhta ALLAH, (5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah
tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja
Besar; (5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena
engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.
Di
dalam Kristus: “Jangan sekali-kali bersumpah, baik demi:”
- Langit,
karena langit adalah takhta ALLAH.
Kita
percaya selama kita menyerahkan hati kita kepada TUHAN maka hati kita adalah
takhta ALLAH.
- Bumi,
karena bumi adalah tumpuan kaki TUHAN -> doa penyembahan.
Jadi kita tidak boleh berdusta, supaya ibadah kita sampai pada
puncaknya itulah doa penyembahan (tumpuan kaki TUHAN).
- Yerusalem,
karena Yerusalem adalah kota Raja Besar.
- Kepala,
karena kita tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambutpun.
Matius
5:37
(5:37) Jika ya,
hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa
yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
“Ya”
di atas “ya”, “tidak” di atas “tidak”. Kalau “ya” katakan “ya” apapun
resikonya, kemudian kalau “tidak” katakan “tidak” apapun resikonya. Kalau
"ya" jangan katakan "tidak" apapun resikonya, tanggung
saja. Kalau “tidak” jangan katakan “ya” apapun resikonya, tanggung saja. Mengapa
demikian? Sebab apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat / setan. Jadi
tidak boleh bersumpah, tidak boleh berdusta.
Adapun
penyangkalan kedua ini terjadi pada saat Petrus berada pada PINTU GERBANG.
Arti
rohaninya; percaya kepada Yesus atau menerima Yesus sebagai TUHAN dan
Juruselamat, sebagaimana yang tertulis di dalam Injil 1 Yohanes 1:12 – “Tetapi
semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak ALLAH,
yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya;”
Menerima
Yesus sebagai TUHAN = percaya.
Jadi
kerohaniannya masih sebatas percaya saja. Maka kalau hanya percaya saja
kepada Yesus, maka di situ akan terjadi penyangkalan yang kedua = buta rohani,
hidupnya hanya sekedar meraba-raba saja, tidak ada kepastian, sebab tidak tahu
mana suara Yakub dan mana tangan Esau.
Petrus
menyangkal sebanyak 3 (tiga) kali.
PENYANGKALAN
KETIGA: (Matius 26:73-74)
Petrus
berkata: "Aku tidak kenal orang itu", hal ini sama dengan
penyangkalan kedua.
Tetapi
di sini Petrus terlebih dahulu mengutuk dan bersumpah.
Terkait
dengan bersumpah sudah diterangkan di atas. Kemudian terkait dengan “Aku
tidak kenal orang itu” juga sudah diterangkan artinya buta rohani. Sekarang
kita akan memperhatikan hal,
"Mengutuk"
-> Berada di bawah hukum kutuk / hukum dosa / hukum maut, itulah hukum
Taurat.
"Bersumpah"
-> Simon Petrus berada di bawah pengaruh Iblis/Setan.
Pendeknya,
mengutuk dan bersumpah adalah gambaran dari manusia daging dan dikuasai oleh
Iblis/Setan.
Jadi
kehidupan yang terkutuk adalah kehidupan yang betul-betul tidak pernah mengenal
Yesus dan pekerjaan Yesus yaitu menderita sengsara dan mati di atas kayu salib.
Jadi
kalau orang tidak mau bertobat dari penyangkalan yang pertama lanjut pada
penyangkalan yang kedua menjadi buta rohani, kemudian kalau tidak mau bertobat
dengan penyangkalan yang kedua akan lanjut dengan penyangkalan yang ketiga,
dikuasai oleh bayang-bayang hukum taurat dan dikuasai oleh Iblis/Setan.
Bagaimana
kehidupan orang yang berada di bawah hukum taurat? Jauh dari kasih.
Bagaimana
kehidupan orang yang berada di bawah pengaruh Iblis/Setan? Banyak dusta dan
tipu daya dalam dirinya, sudah dekat dengan kebinasaan.
Matius
26:74-75
(26:74) Maka
mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu."
Dan pada saat itu berkokoklah ayam. (26:75) Maka teringatlah Petrus akan
apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau
telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu ia pergi ke luar dan menangis dengan
sedihnya.
Sebelum
ayam berkokok Petrus akan menyangkal Yesus sebanyak 3 (tiga) kali, Yesus memberitahukan
hal itu kepada Petrus.
Lalu
pada saat ayam berkokok, teringatlah Petrus dengan peringatan TUHAN.
Saudara,
seringkali orang Kristen mendapat teguran dengan cara yang unik karena TUHAN
punya satu dua tiga cara, bermacam cara, pelbagai cara untuk menegur /
mengingatkan anak-anak TUHAN, kehidupan yang suka menyangkal TUHAN. Dalam hal
ini TUHAN menggunakan ayam sehingga pada saat ayam berkokok, barulah Petrus
teringat.
Itulah
cara TUHAN untuk mengajar Petrus dengan suara ayam berkokok, mengajar Bileam
menggunakan keledai, mengajar kita sebagai kawanan domba dengan tongkat dan
gada besi. Dan kalau kita mau diajar dan diingatkan, di situ akan timbul rasa
penyesalan. Seperti apa rasa penyesalan kita? Ada penyembahan disertai dengan
tetesan air mata seperti Petrus. Malam ini kita akan bawa hidup kita rendah di
kaki salib TUHAN, tanda bahwa hati kita hancur. Amin.
TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA
MEMBERKATI
Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang
No comments:
Post a Comment