KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, September 17, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 JUNI 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 13 JUNI 2019


KITAB RUT
(Seri: 52)

Subtema: TANPA PENYATAAN ALLAH

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera bagi kita sekaliannya. Dan kiranya bahagia sorga memenuhi ruangan ini dan ruangan hati kita masing-masing.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak-anak Tuhan dan juga hamba Tuhan, yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet, Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci, persekutuan dengan tubuh dan dan darah Yesus Kristus, dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik, setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas.
Sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah, menyembah dalam Roh dan kebenaran, adalah tanda:
1.     Ketundukan Rut.
2.     Kedewasaan Rut.

Tentang ketundukan Rut telah disampaikan dengan jelas, dan saya berdoa, kiranya Tuhan memberi pertumbuhan rohani yang sehat. Sekarang kita memeriksa tentang kedewasaan Rut.

TENTANG: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa, artinya; telah meninggalkan sifat kanak-kanak atau telah akil balig.

Sejenak kita perhatikan sedikit tentang; AKIL BALIG.
Galatia 4: 1-2
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (4:2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

“Selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba.”
Hamba di sini, menunjuk; budak dosa, tidak terlepas dari dosa kejahatan dan dosa kenajisannya.
Kehidupan semacam ini masih berada di bawah perwalian dan di bawah pengawasan, berarti; belum dipercaya untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, sama artinya kepadanya belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan Tuhan.
Sebab di dalam Wahyu 22: 2-5, terdapat 7 (tujuh) perkara di dalam Kerajaan Sorga, tetapi di antara 7 (tujuh) perkara tersebut ada 2 (dua) kegiatan, yaitu:
1. Beribadah kepada-Nya (ayat 3).
2. Memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya atau melayani sampai selama-lamanya (ayat 5).

Sesuai (Galatia 4: 1-8), Bukti seseorang belum akil balig (hamba dosa).
YANG PERTAMA: Takluk kepada roh-roh dunia (Galatia 4: 3).
Roh-roh dunia adalah roh antikris, artinya; lebih mencintai Mamon dari pada Tuhan, tandanya; menyangkal baik Bapa maupun Anak, sama dengan; menyangkal salib.

Sesuai (Galatia 4: 1-8), Bukti seseorang belum akil balig (hamba dosa).
YANG KEDUA: Takluk kepada hukum Taurat (Galatia 4: 4-5).
Hukum Taurat, menunjuk; perjanjian yang pertama, berarti; menjalankan ibadahnya dalam bentuk Taurat atau lahiriah. Misalnya; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani, tetapi batinnya  (manusia dalamnya) tidak dipersembahkan kepada Tuhan.

Ibrani 10: 8
(10:8) Di atas Ia berkata: "Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya" -- meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat --.

Korban dan persembahan dari binatang, (korban bakaran dan korban penghapus dosa), tidak Allah kehendaki dan tidak berkenan kepada-Nya, meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat.
Jadi, ibadah Taurat itu tidak mengandung janji, baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang, sebab tidak dikehendaki dan tidak dikenan di hadapan Tuhan.

Ibrani 10: 1-2
(10:1) Di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayangan saja dari keselamatan yang akan datang, dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri. Karena itu dengan korban yang sama, yang setiap tahun terus-menerus dipersembahkan, hukum Taurat tidak mungkin menyempurnakan mereka yang datang mengambil bagian di dalamnya. (10:2) Sebab jika hal itu mungkin, pasti orang tidak mempersembahkan korban lagi, sebab mereka yang melakukan ibadah itu tidak sadar lagi akan dosa setelah disucikan sekali untuk selama-lamanya.

Mereka yang melakukan ibadah Taurat tidak sadar lagi akan dosa.
Maksudnya; mereka yang berada di bawah hukum Taurat, tidak sadar bahwa mereka telah dikuasai oleh dosa, sekalipun mereka membawa korban dan persembahan, yakni: korban bakaran dan korban penghapus dosa.

Ibrani 10: 3
(10:3) Tetapi justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa.

Singkatnya, hukum Taurat itu merangsang dosa, demikian juga dengan mereka yang menjalankan ibadah lahiriah, terlalu pandai menimbulkan dosa terhadap orang lain.

Ibrani 10: 9
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.

Ibadah yang dijalankan menurut hukum Taurat itu tidak mengandung janji, oleh sebab itu, Yesus, Anak Allah, datang untuk melakukan kehendak Allah Bapa.
Dengan tujuan: “Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua.”
-       “Yang pertama dihapuskan” -> hukum Taurat dengan segala ketentuan-ketentuannya.
-       “Menegakkan yang kedua” -> kehendak Allah, yaitu sengsara salib.
Itu sebabnya, sengsara salib, aniaya karena firman memang harus terjadi di tengah ibadah pelayanan ini, sebab ibadah yang yang pertama tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kita tidak bisa lari dari sengsara salib. Jangan sampai kita bersungut-sungut ketika dikoreksi oleh firman.

Ibrani 10: 10
(10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Oleh karena kehendak Allah, yaitu sengsara salib, kita dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya.
Kita tidak mungkin dikuduskan oleh darah binatang, tetapi kita kita dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh sengsara salib, darah salib Kristus.

Sesuai (Galatia 4: 1-8), Bukti seseorang belum akil balig (hamba dosa).
YANG KETIGA: Hidup dalam penyembahan berhala (Galatia 4: 8)
Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan.
Contoh berhala:
1.     Meninggalkan ibadah pelayanan karena usaha, pekerjaan, usaha, bisnis, perkara lahiriah lainnya.
2.     Kebenaran diri sendiri.
3.     Keras hati.

Jadi, dewasa, artinya; telah meninggalkan sifat kanak-kanak atau telah akil balig.
Tetapi kalau belum akil balig; menjadi hamba dosa, diperbudak oleh dosa. Apa buktinya?
1.     Takluk kepada roh-roh dunia.
2.     Takluk kepada hukum Taurat.
3.     Takluk kepada penyembahan berhala.

1 Korintus 13: 11
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Rasul Paulus berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu
Biarlah kiranya betul-betul kita meninggalkan sifat kanak-kanak. Jangan bertahan dengan sifat manusiawi.

Sifat kanak-kanak yang dimaksud di sini:
1. Berkata-kata seperti kanak-kanak.
2. Merasa seperti kanak-kanak.
3. Berpikir seperti kanak-kanak.

Contoh berkata-kata seperti kanak-kanak:
1 Korintus 13: 1
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Seorang hamba Tuhan (seorang gembala sidang) “dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat”, tetapi jika ia tidak mempunyai kasih, sama dengan; gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Kalau gong dipukul, dia akan mengeluarkan bunyi/suara. Kalau dipukul sekali lagi, akan tetap mengeluarkan suara yang sama, tidak akan mengeluarkan bunyi (suara) yang berbeda-beda. Demikian halnya dengan canang yang gemerincing, karena kedua-duanya adalah alat musik yang tidak berjiwa.

1 Korintus 14: 6-7
(14:6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (14:7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi -- bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda?

Orang lain tidak dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau kedua-duanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda.
Sama halnya dengan seorang hamba Tuhan di dalam hal menyampaikan firman Tuhan dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat atau bahasa yang tinggi-tinggi, bahasa yang intelektual, jika ia tidak mempunyai kasih, sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Tidak mempunyai kasih, artinya; hamba Tuhan menyampaikan firman kepada sidang jemaat tanpa penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran.

Kepada rekan-rekan hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, saya tandaskan: Kalau seorang hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan dengan bahasa intelektual, bukan berarti kerohaniannya sudah dewasa. Sekalipun seorang hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan dengan bahasa yang tinggi-tinggi dan intelektual, tetapi jika tidak mempunyai kasih, maksudnya; tanpa penyataan Allah, tanpa pengetahuan, tanpa nubuat, tanpa pengajaran, hamba Tuhan semacam ini sama dengan alat musik yang tidak berjiwa.
Tidak berjiwa, artinya; tidak peduli dengan jiwa orang lain, sidang jemaat, teramat lebih orang yang kecil, miskin dan hina, tidak mampu mengangkat orang yang terjatuh.
Itulah hamba Tuhan yang tidak peduli dengan jiwa-jiwa, persis seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing, tidak mengeluarkan bunyi atau suara yang berbeda-beda, sehingga orang tidak tahu lagu apa yang sedang dimainkannya.

Tentang: TANPA PENYATAAN ALLAH.
Penyataan Allah memang harus disampaikan oleh seorang hamba Tuhan atau gembala sidang kepada sidang jemaat yang dilayaninya, supaya sidang jemaat menjadi dewasa rohani.
Jika sidang jemaat dewasa rohani, sebetulnya gembala sidang sangat diuntungkan sebab sidang jemaat akan  mengerti berkorban, baik tenaga, pikiran, waktu, uang, materi, segala sesuatu. Kalau hamba Tuhan menyadari itu, maka seorang hamba Tuhan, seorang gembala sidang harus menyampaikan penyataan-penyataan Allah.

2 Korintus 12: 1-2
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

Rasul Paulus memberitahukan kepada jemaat di Korintus tentang penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang dia terima dari Tuhan, ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.
Dalam pelajaran Tabernakel, tingkat ke tiga dari sorga terkena pada Ruangan Maha Suci, di dalamnya terdapat satu alat yang terutama dan yang terpenting dari semua perabot-perabot dalam Tabernakel, yaitu Tabut Perjanjian.

Tabut Perjanjian terdiri dari:
1. Peti dari Tabut.
2. Tutup pendamaian dengan kedua kerub di atasnya.
Sedangkan arti rohani dari Tabut Perjanjian ialah:
1. Takhta Allah, menunjuk; ibadah dan pelayanan.
2. Hubungan nikah antara Kristus, sebagai Mempelai Pria Sorga, dengan gereja Tuhan sebagai mempelai wanita-Nya berdasarkan kasih. Hubungan nikah, sama dengan; hubungan intim antara tubuh dengan Kepala, gereja dengan Kristus, mempelai wanita dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.

2 Korintus 12: 4
(12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Pada saat Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, di situ “ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia”, inilah yang disebut logat ganjil atau bahasa roh atau bahasa lidah.
Singkatnya: Hubungan intim antara tubuh dengan kepala, yang disebut dengan nikah suci, akan menghasilkan nyanyian baru, yaitu logat ganjil atau bahasa roh.
Sekilas kita melihat di sini, yang dihasilkan itu hanyalah logat ganjil atau bahasa roh, tetapi nanti kalau kita perhatikan, ini adalah sesuatu yang dahsyat sekali.
Gereja Tuhan harus dengan tegas mempertahankan nikah sucinya. Kenajisan dan hal-hal yang tidak suci, jangan sampai tersirat di dalam hati dan pikiran. Ini yang sedang kita perjuangkan, sebab hasil dari nikah suci adalah nyanyian baru (logat ganjil, bahasa roh), dan ini bukanlah perkara kecil, bukan perkara biasa.

Dapat kita simpulkan: Penyataan-penyataan Allah adalah Firman Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel yang membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna atau terwujudnya kesatuan tubuh, dan kelak kita akan berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sesuai Wahyu 19: 6-8.
Inilah penyataan Allah yang harus disampaikan kepada gereja Tuhan (sidang jemaat Tuhan) di hari-hari ini, karena Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel dengan sistematis dan sangat efektif membawa gereja Tuhan masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi suatu kesatuan tubuh Kristus yang sempurna, itulah yang disebut tubuh mempelai, kelak berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.

Maka saudara harus bahagia dan bangga kepada Tuhan Yesus, sebab di tengah ibadah pelayanan GPT “BETANIA” Serang dan Cilegon ada penyataan-penyataan Allah yang kita peroleh dari Tuhan, sebagaimana yang diterima oleh Rasul Paulus, diberitakan kepada jemaat di Korintus.

2 Korintus 11: 2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Rasul Paulus mempertunangkan sidang jemaat di Korintus kepada satu laki-laki untuk membawa mereka sebagai perawan suci kepada Kristus.
Itulah kuasa dari Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel; membawa gereja Tuhan masuk di dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, menjadi tubuh mempelai bagi Kristus, Dialah Kepala, Mempelai Laki-Laki Sorga.

Jadi, Pengajaran Mempelai sangat efektif dan sistematis sekali membawa kita sebagai perawan suci kepada Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Laki-Laki Sorga. Inilah satu-satunya ajaran yang membawa gereja Tuhan untuk masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna. Ajaran lain tidak membawa kepada pembentukan tubuh Kristus yang sempurna. Apakah Tuhan masih kurang baik kepada kita semua?
Jangan hitung-hitungan dengan tenagamu, pikiranmu, waktumu, materimu (segala pengorbanan) sebab itu semua dari pada-Nya.

Lebin rinci tentang: PERAWAN SUCI.
Wahyu 14: 1, 3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut menyanyikan suatu nyanyian baru, menunjuk; logat ganjil atau bahasa roh, yang merupakan hasil dari hubungan intim atau hubungan nikah yang suci antara sidang jemaat dengan Tuhan.
Kalau hubungan intim atau nikah yang suci ini kita pertahankan dengan cara menyangkal diri dan memikul salibnya, untuk ukuran dunia; kita disebut orang bodoh, bahkan kita disebut orang gila, dan kita menjadi manusia asing bagi mereka.

Itu sebabnya tadi saya katakan: Logat ganjil, bahasa lidah bukanlah suatu perkara ringan, itu adalah sesuatu hal yang sangat dahsyat sekali.
Lihat manusia daging; sebentar begini, sebentar begitu. Sebentar hidup benar, sebentar kebenaran dilepaskan demi dosa kejahatan dan dosa kenajisannya, sehingga tidak menjadi suatu kehidupan yang dahsyat di mata Tuhan.

Wahyu 12: 1-2
(12:1) Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. (12:2) Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.

Perempuan itu sedang mengandung, berarti; ada hubungan intim, yaitu nikah yang suci. Tidak mungkin perempuan ini mengandung kalau tidak ada hubungan intim, yaitu nikah suci.
Itu sebabnya, di sini dikatakan: “tampaklah suatu tanda besar di langit” Jadi, penampilan dari mempelai perempuan itu adalah suatu tanda besar di langit, dahsyat dan luar biasa. Mengapa? Karena perempuan itu sedang mengandung, berarti ada hubungan intim, menghormati nikah suci.

Setiap individu, harus menghormati nikahnya (hubungan intim dengan Tuhan). Jangan permainkan perasaan Tuhan. Jangan buat susah hati Tuhan. Hormatilah nikah suci, sebab lewat hubungan intim inilah, mempelai perempuan akan mengandung.

Wahyu 12: 4-5
(12:4) Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi. Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. (12:5) Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.

Singkatnya; perempuan itu melahirkan Anak laki-laki.
Anak laki-laki, menunjuk; manusia asing yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.
Manusia asing itu sama seperti logat ganjil, bahasa roh, tidak sama dengan manusia duniawi. Maka kalau kita pertahankan hubungan intim dengan Tuhan, mempertahankan nikah suci dengan cara menyangkal diri dan memikul salibnya, maka di mata manusia duniawi; kita ini orang bodoh, kita ini adalah orang gila, kita dianggap asing oleh mereka.
Itu sebabnya, Anak yang dilahirkan oleh mempelai perempuan adalah manusia asing, tidak sama dengan manusia duniawi.

Kalimat berikutnya; “Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya
Nya” di sini, itu menunjuk; pribadi dengan tabiat Tuhan, tidak sama dengan manusia duniawi, itulah yang dilahirkan oleh mempelai perempuan. Mengapa? Karena kandungan itu adalah hasil dari hubungan intim dengan Tuhan, hasil dari nikah suci.

Selanjutnya, Anak yang dilahirkan itu akan “menggembalakan semua bangsa dengan gada besi.”
Gada besi, menujuk kepada; pengajaran firman yang keras.
Inilah yang kita butuhkan di hari-hari terakhir ini, jangan lari dari kenyataan. Kalau ada tegoran, ada koreksi Firman, jangan bersungut-sungut. Memang pada akhirnya, Anak yang dilahirkan ini akan menggembalakan semua bangsa. Pendeknya, Anak yang dilahirkan itu adalah: Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel.
Bukankah tadi kita sudah melihat, bahwa; Pengajaran Mempelai akan membawa kita dengan sistematis masuk dalam kesatuan tubuh? Maka Anak yang dilahirkan ini pun akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi, itulah Pengajaran Firman yang begitu keras, yang mengoreksi kesalahan.

Tidak berhenti sampai di situ: “tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya.”
Berarti; pemerintahan atas bumi, pemerintahan atas dunia ini telah dipegang oleh Allah. Puji Tuhan...Haleluya, Hosana bagi sang Raja, diberkati Dia yang datang dalam nama Tuhan.

Wahyu 11: 15
(11:15) Lalu malaikat yang ketujuh meniup sangkakalanya, dan terdengarlah suara-suara nyaring di dalam sorga, katanya: "Pemerintahan atas dunia dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya."

Ketika malaikat yang ketujuh meniup sangkakala yang ketujuh, maka pada saat itulah pemerintahan atas dunia ini dipegang oleh Tuhan kita dan Dia yang diurapi-Nya, dan Ia akan memerintah sebagai raja sampai selama-lamanya. Puji Tuhan...Haleluya.

Hari-hari ini nikah suci sedang diperhatikan oleh Tuhan. Jadi, jangan marah ketika nikah kita dikoreksi dan disorot oleh Tuhan, sebab hasil dari nikah suci itu melahirkan manusia dengan tabiat Tuhan.

Lebih jauh kita akan melihat; NIKAH SUCI, hubungan intim antara tubuh dengan Kepala.
Wahyu 14: 4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Mereka (144.000 orang) “murni sama seperti perawan”, bukankah ini adalah usaha dari Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus untuk mempertunangkan mereka kepada satu laki-laki, dengan jalan membawa jemaat di Korintus sebagai perawan suci kepada Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.

Kemudian, 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
Perempuan-perempuan yang dimaksud di sini adalah perempuan-perempuan yang terdapat dalam kitab Wahyu, antara lain;
1.     Perempuan Izebel.
2.     Perempuan Babel.

Sekarang kita akan melihat tentang: Tidak mencemarkan diri dengan PEREMPUAN IZEBEL.
Artinya; menolak ajaran Izebel, tidak menerima ajaran Izebel, sekalipun Izebel mengaku dirinya sebagai nabiah.
Jika tidak mencemarkan diri dengan perempuan Izebel: berarti, senantiasa menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dengan demikian; kedudukan gereja Tuhan ada dalam tanda ketundukannya kepada Kristus.
Tunduk, berarti; pasrah dengan kepatuhan, terhadap keputusan-keputusan yang dari Tuhan, dengan kata lain; taat, setia, dengar-dengaran. Itulah kedudukan dari gereja Tuhan (perempuan).

Bandingkan dengan mereka yang mencemarkan diri dengan ajaran Izebel.
Wahyu 2: 20
(2:20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala. 

Izebel mengajar sehingga menyesatkan hamba-hamba Tuhan, tujuannya;
1. Berbuat zinah.
2. Makan persembahan-persembahan berhala.
Dengan kata lain; tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala.

Seringkali kita ingin menyatakan kebenaran diri sendiri, tetapi tanpa sadar kita sedang mengajari, menggurui suami. Sidang jemaat juga seringkali ingin memberikan yang terbaik, memberi tahu yang benar, tetapi tanpa sadar dia sedang mengajar gembalanya, dia tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dan kalau semua sidang jemaat seperti itu, maka susahlah penggembalaan.
Hati-hati, kita harus semakin terbuka dengan firman, supaya kita tahu kondisi nikah yang suci di hadapan Tuhan, supaya betul-betul kita menempatkan Kristus, sebagai Kepala.

Kita akan melihat; SURAT TAHBISAN.
1 Timotius 2: 11
(2:11) Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh.

“Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh”, tetapi Izebel; justru mengajar dan menyesatkan hamba-hamba Tuhan, karena mengaku dirinya adalah seorang nabiah.
Apa artinya mengaku diri nabiah? Mengaku diri lebih baik, lebih benar, lebih suci, sehingga ketika melihat sang suami salah, dia menggunakan kebenaran diri untuk mengajar suami.
Ketika melihat kekurangan gembala sidang, maka jemaat mengajar gembala sidang, itulah praktek yang terjadi apabila mengaku diri sebagai nabiah; karena yang dilakukan kepala salah, maka sang istri koreksi, tetapi sebetulnya tubuh sedang mengajar kepala.

Banyak anak Tuhan yang belum memahami hal semacam ini. Itu sebabnya, kedudukan dari seorang mempelai perempuan sudah seharusnya berada dalam tanda ketundukannya, yaitu rambut yang panjang, tidak perlu dikepang-kepang, yaitu sebentar begini, sebentar begitu. Kemudian, perhiasan tidak datang dari cincin emas, bukan dari pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasan yang Tuhan mau adalah ketundukan, patuh pada ajaran/taat kepada firman.
Maka seharusnyalah perempuan berdiam diri dan menerima ajaran dengan patuh sebab Kristus adalah Kepala.

1 Timotius 2: 12
(2:12) Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri.

Dengan jelas Tuhan berkata:
-       tidak mengizinkan perempuan mengajar,
-       tidak mengizinkannya memerintah laki-laki,
dan jangan gunakan alasan bahwa dia seorang nabiah, jangan gunakan alasan bahwa dia tahu yang benar, sehingga ketika sang kepala (suami) salah, dia langsung mengajar dan mengoreksi dan lain sebagainya.
Tidak sedikit suami, terkhusus hamba-hamba Tuhan (gembala-gembala), mati stress karena kelakuan isterinya; di mana suami menghendaki isteri menjadi panutan bagi sidang jemaat, serta menopang di dalam pelayanan, tetapi suami tidak mendapatkannya.

Tuhan tidak mengizinkan perempuan mengajar dan memerintah laki-laki, sebaliknya; “hendaklah ia berdiam diri”.
Jangan ada roh merasa seorang nabiah. Jangan miliki roh merasa diri benar, sehingga ketika sang suami salah, dia langsung cepat-cepat koreksi dengan cara mengajar, hal itu akan menimbulkan huru hara, dan berbagai polemik.
Perhatikanlah hal ini dengan baik. Ini adalah firman Tuhan, benar-benar firman Tuhan. Jangan saudara anggap saya memalsukan firman.

1 Korintus 14: 34
(14:34) Sama seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara. Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat.

Perempuan-perempuan harus berdiam diri dalam setiap pertemuan-pertemuan ibadah.
Perempuan tidak boleh mengajar laki-laki dalam nikah.
-       Nikah terkecil adalah rumah tangga.
-       Nikah yang lebih besar adalah penggembalaan.
Syaratnya: Jangan mengaku diri nabiah, jangan merasa diri lebih benar dan lebih suci.

Kedudukan seorang perempuan sudah harus berada dalam tanda ketundukan; “taat, setia, dengar-dengaran”, patuh pada semua keputusan-keputusan Tuhan. Hal ini bukan saja berlaku dalam hukum Taurat, tetapi di dalam penggenapan hukum Taurat itu terlebihm Taurat, tanda ketundukan; taat, setia, dengar-dengaran, patuh pada semua keputusan-keputusan  utama.
Bukalah hati lebar-lebar terhadap pemberitaan ini, jangan menutup hati untuk pemberitaan firman, jangan membatu, sadari diri, jangan mengeraskan hati.

Di dalam nikah; perempuan harus berdiam diri seperti Yakub seorang yang tenang, tinggal diam di dalam kemah (rumah Tuhan), namun bukan berarti Tuhan tidak mengasihi kita. Walaupun berdiam diri, Tuhan tetap mengasihi. Justru di situlah timbul kasih itu, kasih yang luar biasa mulai kita rasakan, maka tidak boleh ada kepalsuan dalam nikah.

Berdiam diri, berarti; menundukkan diri, sama dengan; menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dan sesungguhnya “mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara”, apalagi memiliki pemikiran seorang nabiah.

1 Korintus 14: 35
(14:35) Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat.

Perempuan itu tidak mengajar, tetapi menerima ajaran dengan patuh. “Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam perkumpulan ibadah.”
Perempuan semacam ini menjadi perempuan yang;
-       tidak mempermalukan Tuhan,
-       tidak mempermalukan Kristus, sebagai Kepala (Suami),
-       dan tidak mempermalukan martabatnya sebagai perempuan (sebagai gereja Tuhan).

1 Korintus 11: 3
(11:3) Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan Kepala dari Kristus ialah Allah.

Gereja Tuhan harus mengetahui hal ini, yaitu:
1.     Kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus,
2.     kepala dari perempuan ialah laki-laki,
3.     Kepala dari Kristus ialah Allah.
Artinya; kita harus tahu kedudukan kita sebagai gereja Tuhan, berarti tunduk kepada Kristus sebagai Kepala. 
Kalau gereja Tuhan mengetahui kedudukannya, maka dia tahu siapa yang menjadi kepala. Tetapi banyak orang Kristen, umat Tuhan tidak mengerti siapa yang menjadi kepala.

1 Korintus 11: 4-5
(11:4) Tiap-tiap laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang bertudung, menghina kepalanya. (11:5) Tetapi tiap-tiap perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab ia sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.

Baik laki-laki maupun perempuan harus tahu kepala.
-      Laki-laki yang berdoa atau bernubuat dengan kepala bertudung (berambut panjang), ia menghina kepala, sama dengan; tidak tunduk. Sebab itu laki-laki tidak boleh berambut panjang, laki-laki harus tetap tunduk kepada Kristus, sebagai Kepala.
-     Perempuan yang berdoa atau bernubuat dengan kepala yang tidak bertudung, menghina kepalanya, sebab itu perempuan tidak boleh pakai kerudung, sama dengan perempuan yang dicukur rambutnya.
Artinya; harus terlihat ketundukan isteri kepada suami, bukan serta merta mengaku diri sebagai nabiah, lalu mengoreksi, memimpin, dan mengajar sang suami.

Baik saat berdoa baik  terlihat ketundukan isteri kepada suami, bukan serta merta mengaku diri sebagai nabiah, lalu mengoreksi mengoreksi mengoremaupun bernubuat, harus tetap berada dalam tanda ketundukan.
Dengan berkata: “Kalau bukan saya yang mengoreksi kamu, siapa lagi yang mengoreksi kamu?”, isteri semacam ini adalah neraka dalam rumah tangga, tetapi berbahagialah kalau suami-suami bertahan dengan bahasa seperti ini. Baik juga kepada pemirsa, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti live streaming, bertahanlah dalam kebenaran walaupun mungkin dalam keadaan susah hati.

-       Suami (laki-laki) dalam hal “berdoa” dan “bernubuat”, tetap berada dalam ketundukan kepada Kristus, sebagai kepala.
-       Isteri (perempuan) dalam hal “berdoa” dan “bernubuat”, tetap berada dalam ketundukan kepada suami (kepala).
Apapun tugas kita, baik sebagai suami maupun sebagai isteri, sudah seharusnya dalam keadaan tunduk, tidak mengaku diri sebagai orang benar (nabi), lalu hal itu dijadikan sebagai alasan mempersalahkan dan mengoreksi orang lain.
Itu sebabnya, kita harus mengetahui; siapa yang menjadi laki-laki, siapa yang menjadi kepala.

Wahyu 2: 20
(2:20) Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.

Jika gereja Tuhan tidak menempatkan Kristus, sebagai Kepala, maka kedudukannya tidak berada dalam tanda ketundukan. Pendeknya, akan berzinah dan makan persembahan berhala.
-       Berzinah, sama dengan; menduakan Tuhan dalam segala perkara, mengutamakan (menomor satukan) perkara-perkara lahiriah dari pada Tuhan.
-       Makan persembahan berhala, artinya;
1.  Hidup menurut kebenaran diri sendiri.
2.  Keras hati (tidak mau berubah).
3.  Kebenaran yang dihasilkan oleh dusta.
Itulah mengenai ajaran Izebel, seorang perempuan yang mengaku sebagai seorang nabiah.

Sekarang kita akan melihat tentang: Tidak mencemarkan diri dengan PEREMPUAN BABEL.
Artinya; tidak mencemarkan dirinya dengan percabulan-percabulan dari perempuan Babel.

Wahyu 17: 4
(17:4) Dan perempuan itu memakai kain ungu dan kain kirmizi yang dihiasi dengan emas, permata dan mutiara, dan di tangannya ada suatu cawan emas penuh dengan segala kekejian dan kenajisan percabulannya.

Di tangan perempuan Babel itu ada suatu cawan emas berisi penuh dengan:
-       segala kekejian,
-       dan kenajisan oleh percabulannya.
Jadi, akan terjadi nanti kekejian dan kenajisan karena percabulan dari perempuan Babel.

Wahyu 17: 5
(17:5) Dan pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia: "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi."

pada dahinya tertulis suatu nama, suatu rahasia”, berarti; tidak bisa dilihat mata jasmani (mata telanjang), hanya dapat dilihat oleh mata batin.
Maka kalau saat ini Tuhan melihat di dalam pemikiran ada sesuatu yang tidak beres, tidak perlu harus berontak, karena itulah kekuatan dari Pengajaran Mempelai dalam Terang Tabernakel. Jadi, jangan saudara pikir saya mengada-ada.

Apa nama itu? Nama itu adalah “Babel besar”, menunjukkan bahwa dia adalah:
1.     ibu dari wanita-wanita pelacur.
2.     ibu dari kekejian bumi.

Wanita-wanita pelacur, menunjuk; kehidupan yang betul-betul dikuasai dengan roh kenajisan, baik tubuh, jiwa dan rohnya. Kemudian, perempuan Babel disebut juga ibu dari kekejian bumi. Kekejian di bumi ini kelak akan terjadi, akan tergenapi, dan itu tidak lama lagi.

Kita lihat; KEKEJIAN.
Daniel 12: 11
(12:11) Sejak dihentikan korban sehari-hari dan ditegakkan dewa-dewa kekejian yang membinasakan itu ada seribu dua ratus dan sembilan puluh hari.

Pada saat korban sehari-hari dihentikan, lalu ditegakkanlah dewa-dewa kekejian, tujuannya adalah: untuk membinasakan dan hal itu berlangsung selama 3.5 (tiga setengah) tahun, berarti saat antikris berkuasa.

Daniel 9: 27
(9:27) Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu."

Pada pertengahan tujuh masa, yaitu 3.5 (tiga setengah) tahun yang kedua, pembinasa keji menghentikan korban sehari-hari, yaitu korban santapan dan korban sembelihan.
-       “Korban santapan”, menunjuk; firman Allah, sebagai makanan rohani.
Dan itu akan tergenapi sesuai Amos 8: 11-12, demikianlah firman Tuhan Allah, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan”. Dan oleh karenanya; Mereka akan mengembara dari laut ke laut dan menjelajah dari utara ke timur untuk mencari firman Tuhan, tetapi tidak mendapatnya.
Akhirnya, manusia menjadi salah kaprah di dalam hal mencari firman Tuhan.
Ø  mengembara dari laut ke laut, ujung-ujungnya bertemu dengan antikris.
Ø  menjelajah dari utara ke timur, ujung-ujungnya bertemu dengan nabi palsu dan guru-guru palsu dengan ajaran palsu.
Inilah kekejian yang dimaksud. Maksudnya; anak-anak Tuhan akan berbuat cabul dengan dia (nafsu rendah).
Nafsu rendah, seperti Esau; hanya demi semangkok kacang merah, dia menjual hak kesulungan, meninggalkan dan melepaskan ibadah pelayanan hanya demi perut, hanya demi perkara-perkara lahiriah, terhadap orang seperti inilah kekejian itu berlaku.

-       Korban sembelihan”, menunjuk; ibadah dan pelayanan.
Saat kita mengusahakan dan memelihara ibadah pelayanan ini, tentu kita akan mempersembahkan korban sembelihan kepada Tuhan, yaitu; “jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk”, itu akan kita alami untuk dipersembahkan kepada Tuhan.
Tetapi saat pembinasa keji berdiri di tempat kudus; ibadah pelayanan yang disertai dengan sangkal diri dan pikul salib, juga tidak ada lagi. Maka suatu kesempatan bagi kita untuk menyangkal diri dan memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan pada saat ini, dan itu merupakan perpanjangan kemurahan hati Tuhan. Jangan sampai kita keliru dalam melayani Tuhan.
Yang Tuhan mau dari diri kita masing-masing dalam melayani pekerjaan Tuhan adalah “jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk.” Berarti jika tanpa korban sembelihan di tengah-tengah ibadah dan pelayanan, Tuhan tidak melihat jiwa yang hancur, juga tidak melihat hati yang patah dan remuk, dengan lain kata, tidak ada yang indah, tidak ada yang elok yang Tuhan lihat dari diri kita.
Maka jika korban sembelihan ini kelak dihentikan, dan kita mencarinya, itu sudah tidak ada artinya, sudah habis kesempatan.
Orang yang mau hidup beribadah; sangkal diri, pikul salib, jiwa hancur, hati patah dan remuk. Kesempatan yang luas ini harus kita manfaatkan dengan baik, jangan lari dari kenyataan, itu yang Tuhan mau, yang Tuhan tuntut dari diri kita masing-masing.

Saya tahu, jika saya menyampaikan hal ini, saya tidak akan dibela oleh manusia yang dikuasai oleh roh najis, pasti dia menjadi musuh saya, setan tidak akan menyukainya, tetapi itu tidak mengapa, itu sudah resiko, sebab saya peduli dengan jiwa saudara.
Kita bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhan Yesus baik. Tuhan peduli dengan jiwa-jiwa kita masing-masing. Sesungguhnya, tiada yang pantas untuk kita persembahkan, dan tidak ada yang elok dari diri kita, “selain mempersembahkan jiwa yang hancur, hati yang patah dan remuk.”

Wahyu 17: 6
(17:6) Dan aku melihat perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus. Dan ketika aku melihatnya, aku sangat heran.

perempuan itu mabuk oleh darah orang-orang kudus dan darah saksi-saksi Yesus”, demikianlah kalau orang-orang itu mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan Babel, sehingga ketika itu terjadi, Rasul Yohanes betul-betul terheran-heran dalam penglihatan tersebut.

Lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci ini, kita mendapat suatu pelajaran yang indah, dan sungguh menarik, lewat seorang pribadi Rut, yang kepadanya diberi jaminan, serta dibekali oleh Boas, dan oleh karena itulah “dia sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah”, sebagai tanda ketundukan dan tanda kedewasaan Rut di hadapan Tuhan.
Dewasa, berarti; telah meninggalkan sifat kanak-kanak dan telah akil balig. Jangan seperti kanak-kanak lagi, segera tinggalkanlah sifat kanak-kanak.

Salah satu sifat kanak-kanak adalah berkata-kata seperti kanak-kanak, itulah hamba Tuhan (gembala sidang) di dalam hal menyampaikan firman dengan menggunakan semua bahasa manusia sampai kepada bahasa malaikat (bahasa intelektual, bahasa tinggi-tinggi), tetapi tidak memiliki kasih = “gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing”, yang adalah alat musik yang tidak berjiwa.
Kalau hanya menggunakan bahasa intelektual, namun tanpa penyataan Allah (tanpa firman Pengajaran Mempelai), dia adalah hamba Tuhan yang tidak berjiwa, dia tidak peduli dengan orang yang papah, orang yang susah, orang yang hina karena dosanya.

Seharusnya kita patut bersyukur kalau penyataan Allah disampaikan di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, supaya kita semakin mengerti rencana Tuhan dalam setiap kehidupan kita, dalam ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga. Kita tahu siapa yang menjadi kepala dalam kehidupan kita masing-masing.
144.000 (seratus empat puluh empat ribu) sangat menghormati nikan suci, “mereka betul-betul murni sama seperti perawan suci”, karena mereka “TIDAK MENCEMARKAN DIRI TERHADAP PEREMPUAN-PEREMPUAN”, itulah Izebel dan Babel.
-       Jangan cemarkan diri dengan perempuan Izebel, supaya Kristus tetap menjadi Kepala, berarti kedudukan gereja Tuhan harus tetap berada dalam tanda ketundukannya, berarti; taat, setia, dengar-dengaran. Izebel mengaku diri sebagai nabiah; merasa diri benar, maka dengan mudah melihat kesalahan dan mengoreksi orang lain, sehingga nikah itu seperti neraka di bumi.
-       Jangan juga mencemarkan diri dengan perempuan Babel, supaya tidak “berzinah” dan “tidak makan persembahan berhala.”

Tuhan sangat, bahkan terlalu memperhatikan kehidupan kita semua. Dia mengerti keadaan kita, Dia tahu seperti apa hidup, nikah, dan rumah tangga kita. Dia tahu seperti apa ibadah dan pelayanan kita.
Tuhan sedang memperbaiki, Tuhan tidak memandang muka dan Tuhan tidak melihat masa lalu kita semua. Yang Tuhan mau: supaya kita melihat hari ini dan hari esok.
Berjanjilah kepada Tuhan untuk tidak mencemarkan diri dengan perempuan Izebel, maupun perempuan Babel, melainkan mau hidup seperti 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang yang ditebus dari bumi berdiri di atas bukit Sion, berarti mereka itulah menjadi inti dari mempelai wanita Tuhan.
Tidak tertutup kemungkinan kita juga menjadi bagian dari mempelai wanita, sekalipun kita bukan bangsa Israel, namun kita adalah Israel rohani, bangsa kafir yang mendapat kemurahan dari getah akar pohon zaitun. Sebetulnya, kita (bangsa Kafir) adalah tunas liar yang dicangkokkan pada pohon zaitun. Kita ada dalam Tuhan, hanya oleh karena kemurahan Tuhan saja.

Hargailah kemurahan Tuhan yang besar ini. Pikullah salib. 
Seperti pernyataan Paulus kepada Filemon: aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan tanganku sendiri: Aku akan membayarnya -- agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah semuanya itu kepadamu!" -- karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri.
Paulus memenangkan jiwa Filemon, dia mengambil dia dari maut, seperti puntung ditarik api. Siapa yang bisa membayar harga sebuah nyawa? Oleh sebab itu, Rasul Paulus berkata; Pikul saja salibmu.

Menerima Pengajaran Mempelai, berarti kita sekarang diajar untuk pikul salib, tujuannya: untuk mempertahankan nikah yang suci. Hormatilah nikah untuk menghasilkan nyanyian baru (logat ganjil, bahasa roh), menunjuk manusia asing, yakni; manusia dengan tabiat Tuhan.
Betapa jelasnya Tuhan menceritakan Anak yang dilahirkan; pada saat Anak itu dilahirkan, di situlah Tuhan memegang pemerintahan atas bumi.

Wahyu 14: 4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Sekali lagi saya katakan: 144.000 (seratus empat puluh empat ribu) orang tersebut murni sama seperti perawan, karena “mereka tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan”, (Izebel dan Babel), sehingga;
-       Selalu menempatkan Kristus sebagai Kepala.
-       Tidak hidup dalam perzinahan, tidak menduakan hati Tuhan.
-       Senantiasa berkobar-kobar dalam melayani Tuhan.

Mereka juga adalah “orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi
Berarti; menyangkal diri, memikul salib, mengikut Tuhan.
-    Menyangkal diri, sama dengan; tidak mengakui kelebihan-kelebihan, termasuk korban persembahan yang dipersembahkan, tidak bermegah atas dirinya, selain bermegah dengan salib Kristus.
-       Memikul salibnya, berarti; memikul tanggung jawab di atas bahu. Setiap orang dipercaya untuk memikul sebuah tanggung jawab. Yesus, Anak Allah, pernah memikul salib di atas bahunya, Dia melakukan kehendak Allah Bapa, menjadi kehidupan yang taat, setia, dengar-dengaran.
Ø  Seorang suami memiliki tanggung jawab sebagai suami. Berarti; mengasihi istrinya, seperti Kristus.   
Ø  Seorang isteri memiliki tanggung jawab sebagai isteri, bagaikan sidang jemaat yang dipancangkan dalam rumah Tuhan menjadi tiang penopang dalam rumah Tuhan.
Ø  Seorang anak memiliki tanggung jawab sebagai anak untuk hormat kepada orang tua.
Ø  Seorang hamba memiliki tanggung jawab sebagai hamba yang hormat kepada tuannya masing-masing. Yesus Kristus adalah Tuan dari hamba-hamba Tuhan.
Ø  Seorang tuan memiliki tanggung jawab sebagai tuan yang memperhatikan hamba-hambanya.
Jadi, setiap orang memiliki tanggung jawab masing-masing yang harus dipikul di atas bahunya. Jangan bermain-main lagi di dalam hal memikul salibnya.
-       Mengikut Tuhan. Hal ini penting untuk diperhatikan; banyak anak Tuhan sepertinya beribadah dan melayani Tuhan tetapi dia mengikuti jejak-jejak yang tidak pasti, sebab abel.ahan langsung koreksi koreksi koreksiitu ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut.
Tetapi biarlah kita mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan oleh Tuhan. Tuhan sudah meninggalkan contoh teladan bagi kita, dan untuk itulah kita dipanggil; supaya kita mengikuti tapak-tapak kaki Yesus (yang berdarah) dengan tepat dan benar, maka semua dosa rontok seketika juga.

Selanjutnya, “mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba.”
Tentang korban sulung, saya teringat dengan Kain dan Habel. Sesudah besar;
-       Habel menjadi gembala kambing domba,
-       Kain menjadi petani.
Setelah beberapa waktu lamanya, maka;
-       Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada Tuhan sebagai korban persembahan;
-       Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya.
Tanggapan Tuhan terhadap persembahan yang dipersembahkan Kain dan Habel?
-       Tuhan mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,
-       tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya.
Mengapa Tuhan tidak mengindahkan Kain dan korban persembahannya? Sebab Kain hanya mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya; sebagian hatinya kepada Tuhan, sebagian hati lagi kepada yang lain.
Sedangkan Habel; mempersembahkan anak sulung dari kambing dombanya.

“Yesus adalah roti tanpa ragi, disebut juga roti sulung”, itu yang membuat kita menjadi hidup. Ibadah dan pelayanan ini adalah hak kesulungan, inilah yang menjadi jaminan bagi kita untuk memperoleh hidup kekal.
Yakub bagian Tuhan, tetapi ibadah dan pelayanan ini adalah bagian kita, itulah hak kesulungan bagi Lewi, itu jaminan hidup atas kita masing-masing. Puji Tuhan...Haleluya..

Mari, kita belajar dari pribadi Rut; “sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah”, yang merupakan tanda ketundukan dan tanda kedewasaannya.
Bukankah Tuhan sedang mendewasakan kita saat ini? Untuk menerima pertumbuhan rohani yang sehat, oleh penyataan-penyataan dari Tuhan, itulah Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment