KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, September 27, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 14 JULI 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 14 JULI 2019


KITAB WAHYU
(Seri: 102)

Subtema: GULUNGAN KITAB YANG TERBUKA; PAHIT DI PERUT, MANIS DI MULUT

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita masing-masing pribadi lepas pribadi.
Kita berdoa memohon kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati, supaya kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Kita berdoa supaya Tuhan nyatakan kemurahan-Nya bagi kita sekaliannya, Tuhan menolong pemberitaan firman sore ini.

Segera kita perhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 10: 9-10
(10:9) Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu." (10:10) Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.

Perintah yang harus dilaksanakan oleh Rasul Yohanes ialah:
1.     Mengambil gulungan kitab itu.
2.     Makan gulungan kitab itu.
Perintah ini juga yang harus dilaksanakan gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini, yaitu mengambil dan selanjutnya makan gulungan kitab itu.
Makanan sehat yang kita makan tentu akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat serta memberi sistem imun yang baik sehingga tidak mudah diserang oleh penyakit, yaitu segala dosa kejahatan dan dosa kenajisan.

Pada minggu-minggu yang lalu, telah dijelaskan makanan yang harus kita makan, baik makanan yang terdapat di dalam Perjanjian Lama maupun makanan di dalam Perjanjian Baru.
-       Makanan sehat yang mewakili Perjanjian Lama itulah binatang yang berkaki empat, yakni; “memamah biak” dan “berkuku belah dua, bersela panjang.”
-       Kemudian makanan sehat yang mewakili Perjanjian Baru sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Yesus kepada murid-murid dalam injil Yohanes 4: 34, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya
Semuanya itu telah diterangkan pada minggu-minggu yang lalu. Kiranya makanan itu memberi pertumbuhan rohani yang sehat dan memberi sistem imun (kekebalan) yang baik, sehingga tidak mudah dipengaruhi (diserang) oleh hal-hal yang tidak suci, kerohanian kita tidak korosif atau karatan.
Apa yang telah disampaikan itu bagaikan menanam dan menyiram, selanjutnya Tuhanlah yang memberi pertumbuhan rohani bagi kita sekaliannya, itulah doa dan harapan saya kepada Tuhan sehingga ibadah kita ini tidak menjadi sia-sia. Baik segala pengorbanan, tenaga, pikiran dan waktu, semuanya tidak menjadi sia-sia, dan di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan.

Sekarang kita akan memperhatikan …
Gejala yang ditimbulkan apabila makan gulungan kitab.
Wahyu 10: 9-10
(10:9) Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu." (10:10) Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.

Setelah gulungan kitab itu dimakan, Rasul Yohanes berkata: “di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya
Ini adalah proses (gejala) yang akan terjadi dan yang akan dialami oleh setiap orang saat ia dikoreksi oleh firman Allah: membuat perut kita terasa pahit, tetapi di dalam mulut kita ia akan terasa manis seperti madu.

Wahyu 5: 9
(5:9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: "Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.

Saat terjadi pembukaan rahasia firman, maka: segala rahasia yang terkandung di dalam hati tersingkap sehingga kehidupan kita menjadi sama seperti anak domba yang disembelih, dengan lain kata; jiwa hancur, hati patah, dan remuk = pahit rasanya.
Selanjutnya domba sebelihan itu dikuliti seperti yang tertulis dalam Kejadian 3: 21, “Tuhan Allah membuat pakaian dari kulit binatang”.
Dikuliti, berarti; disingkapkan, tidak ada lagi dosa yang terselubung, semuanya terbuka, semuanya diperlihatkan.

Sekali lagi saya tandaskan, dikuliti, artinya; dosa diperlihatkan, dan itu pahit rasanya. Tetapi rasa pahit oleh karena koreksi firman terhadap dosa jauh lebih baik kita alami sekarang dari pada merasa pahit oleh karena hari Tuhan (penghukuman).

Zefanya 1: 14
(1:14) Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali! Dengar, hari TUHAN pahit, pahlawan pun akan menangis.

Sudah dekat hari Tuhan yang hebat itu. “Hari Tuhan pahit, pahlawan pun akan menangis.”
Seharusnya, pahlawan akan mendapat penghargaan dan penghormatan sebagai tanda jasa, tetapi pada hari Tuhan, pahlawan pun akan menangis, karena hari itu sangat pahit rasanya.
Itu sebabnya tadi saya katakan; jauh lebih baik hari ini kita mengalami rasa pahit oleh karena koreksi Firman dari pada kita mengalami rasa pahit karena hari Tuhan tiba-tiba mendatangi kehidupan kita masing-masing.

Imam-imam (pelayan-pelayan Tuhan), setia sangkal diri dan pikul salib dalam melayani Tuhan. Memang rasanya pahit, tetapi itu jauh lebih baik kita alami sekarang dari pada pahit pada hari Tuhan.
Jangan lupa, Tuhan akan datang kembali untuk yang kedua kali, tidak ada penundaan, itu harus kita perhatikan. Lebih baik kita memperhatikan yang tidak kelihatan sekarang dari pada kita sibuk dengan apa yang kelihatan di muka bumi ini, dengan kata lain menolak rasa pahit tetapi tidak mengalami rasa manis pada hari Tuhan. Kalau kita mengalami rasa pahit sekarang, maka rasa manis kita alami pada hari Tuhan.

Zefanya 1: 15-16
(1:15) Hari kegemasan hari itu, hari kesusahan dan kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan, hari kegelapan dan kesuraman, hari berawan dan kelam, (1:16) hari peniupan sangkakala dan pekik tempur terhadap kota-kota yang berkubu dan terhadap menara penjuru yang tinggi.

Bukti bahwa hari Tuhan pahit:
1.     Hari itu adalah hari kegemasan.
2.     Hari itu adalah hari kesusahan.
3.     Hari itu adalah hari kesulitan.
4.     Hari itu adalah hari kemusnahan.
5.     Hari itu adalah hari kegelapan.
6.     Hari itu adalah hari kesuraman.
7.     Hari itu adalah hari yang berawan dan kelam.
Itulah persamaan dari hari Tuhan, begitu pahit.

Kemudian, hari itu adalah hari peniupan sangkakala atau penghukuman karena menolak firman Allah dan pekik tempur terhadap:
1. “Kota-kota yang berkubu” -> orang yang masih mempertahankan sifat manusiawi.
2. “Menara penjuru yang tinggi” -> orang yang sombong dan tinggi hati.

Lebih jauh kita melihat tentang HARI TUHAN.
Zefanya 1: 17-18
(1:17) Aku akan menyusahkan manusia, sehingga mereka berjalan seperti orang buta, sebab mereka telah berdosa kepada TUHAN. Darah mereka akan tercurah seperti debu dan usus mereka seperti tahi. (1:18) Mereka tidak dapat diselamatkan oleh perak atau emas mereka pada hari kegemasan TUHAN, dan seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya; sebab kebinasaan, malah kebinasaan dahsyat diadakan-Nya terhadap segenap penduduk bumi.

Hari itu akan menyusahkan manusia, dengan bukti:
1.     Orang-orang berdosa berjalan seperti orang buta, artinya; tidak melihat terang lagi.
2.     Darah akan tercurah seperti debu, artinya; nyawa manusia tidak berharga lagi.
3.     Usus mereka seperti tahi, artinya; persekutuan mereka dengan Tuhan penuh dengan kotaran.

Sampai pada akhirnya, mereka tidak dapat diselamatkan dengan perak atau emas.
-       Tidak dapat diselamatkan oleh perak, artinya; ketebusan darah Yesus tidak berlaku atas mereka -> orang-orang yang tidak menghargai ibadah dan pelayanan.
-       Tidak dapat diselamatkan oleh emas, artinya; kekudusan dan kemuliaan Roh-El Kudus tidak berlaku atas mereka.

Kita berada di tengah perhimpunan ini menunjukkan bahwa kita berada di dalam kegiatan Roh, berarti masih mendapatkan kesempatan untuk dikuduskan oleh kemuliaan dan kekudusan, serta kemurnian dari Roh-El Kudus itu. Sejauh mana kita mau menghargai kegiatan Roh (ibadah dan pelayanan), sejauh itulah Tuhan akan menguduskan kita oleh kemuliaan dan kesucian, kemurnian Roh-El Kudus.
Tetapi pada hari Tuhan, bagi orang-orang berdosa; kekudusan dan kemuliaan Roh Kudus tidak lagi berlaku atas mereka.

Saya menyampaikan hal ini kepada saudara di tengah ibadah dan pelayanan sore hari ini, semata-mata bukan karena saya sakit hati atau benci kepada saudara, saya menyampaikan hal ini bukan karena emosi atau luapan hati atau karena amarah saya, tetapi betul-betul saya menyampaikan apa yang Tuhan mau supaya kita tidak binasa pada hari Tuhan.
Lebih baik rasa pahit oleh karena koreksi Firman itu kita terima, dari pada kita tolak rasa pahit sekarang tetapi kelak kita menerima rasa pahit karena hari Tuhan.

Kesimpulannya, seluruh bumi akan dimakan habis oleh api cemburu-Nya, pendeknya; binasa selama-lamanya di dalam api yang tidak terpadamkan.
Oleh sebab itu, jauh lebih baik untuk kita sekarang makan Gulungan Kitab yang Terbuka dari pada pahit oleh karena hari Tuhan. Gulungan Kitab yang Terbuka, itulah yang disebut Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan. Kalau terjadi pembukaan rahasia firman, maka segala rahasia yang terkandung dalam hati akan tersingkap = segala yang terselubung akan tersingkap = dosa dibongkar dengan tuntas, dikuliti, diperlihatkan semua dosa itu, sakit, pahit rasanya, itu proses saat dikoreksi oleh firman, tetapi itu jauh lebih baik.

Kalau beribadah tanpa koreksi (ibadah hanya cerita-cerita), saya rasa itu bukan ibadah yang berkenan kepada Tuhan, itu hanya kata-kata seorang anak kecil (berkata-kata seperti kanak-kanak), menyampaikan firman tanpa kasih = gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Jadi, jauh lebih baik untuk kita sekarang makan Gulungan Kitab yang Terbuka itu dari pada kita merasa pahit pada hari Tuhan.

Yehezkiel 2: 8-10
(2:8) Dan engkau, anak manusia, dengarlah apa yang Kufirmankan kepadamu; janganlah memberontak seperti kaum pemberontak ini. Ngangakanlah mulutmu dan makanlah apa yang Kuberikan kepadamu." (2:9) Aku melihat, sesungguhnya ada tangan yang terulur kepadaku, dan sungguh, dipegang-Nya sebuah gulungan kitab, (2:10) lalu dibentangkan-Nya di hadapanku. Gulungan kitab itu ditulisi timbal balik dan di sana tertulis nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan.
Yehezkiel 3: 1-2
(3:1) Firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, makanlah apa yang engkau lihat di sini; makanlah gulungan kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel." (3:2) Maka kubukalah mulutku dan diberikan-Nya gulungan kitab itu kumakan.

Yehezkiel makan dari gulungan kitab itu, sementara gulungan kitab itu ditulisi timbal balik dengan nyanyian ratapan, ditulisi dengan keluh kesah, kemudian tulisan rintihan, artinya; rasanya pahit ketika diproses lewat koreksi firman Allah.
Rasa pahit itu memang akan terjadi dan kita alami saat kita menikmati Gulungan Kitab yang Terbuka, itulah Firman Pengajaran yang rahasianya dibukakan. Apa buktinya pahit? Ada nyanyian-nyanyian ratapan, ada keluh kesah dan rintihan-rintihan tertulis dalam gulungan kitab itu.
Tetapi hati kita tidak menjadi surut, hati kita tidak menjadi tawar dan tidak menjadi ciut saat mendengar pembukaan rahasia firman dibentangkan tentunya. Singkatnya, jangan tolak pengajaran demi masa depan.

Ibrani 10: 5-7
(10:5) Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: "Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku --. (10:6) Kepada korban bakaran dan korban penghapus dosa Engkau tidak berkenan. (10:7) Lalu Aku berkata: Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku."

Di dalam Gulungan Kitab yang Terbuka ada tertulis tentang hal ihwal Yesus Kristus, yaitu dari sorga turun ke bumi untuk melakukan kehendak Allah Bapa, yaitu menyangkal diri-Nya, memikul salib-Nya di atas kayu salib. Maka pada Yehezkiel tadi dinyatakan, di dalam Gulungan Kitab itu tertulis rintihan-rintihan, tertulis ratapan-ratapan, dan memang itu akan dialami.

Oleh sebab itu, sampai sejauh ini hati saya tidak akan pernah berubah untuk terus maju dalam hal menyampaikan Gulungan Kitab yang Terbuka. Memang tidak banyak orang untuk sanggup dan bertahan menikmatinya, tetapi hati saya tidak surut. Saya tahu resikonya besar, tetapi saya tidak akan berhenti, saya akan terus maju untuk menyampaikan Gulungan Kitab yang Terbuka ini. Saya melayani Tuhan, bukan melayani manusia. Saya hamba Tuhan, bukan hamba uang, Tuhan pasti pelihara saya, dan tentu kita semua pasti dipelihara oleh Tuhan.
Saya tahu, firman Allah yang disampaikan hanya dalam bentuk dongeng, cerita isapan jempol, filsafat kosong akan banyak jiwa datang berduyun-duyun. Sebaliknya, kalau salib ditegakkan dalam ibadah pelayanan, terlalu sedikit orang mau memikulnya, tetapi hati saya tidak surut dan semoga hati saudara juga tidak surut, karena kita beribadah untuk menyenangkan hati Tuhan, bukan menyenangkan hati hamba Tuhan (manusia).
Jangan kita memuji dan memuliakan Tuhan tetapi sebetulnya (prakteknya) hati kita tidak memuliakan hati Tuhan. Jangan seperti itu, sebab itu adalah orang munafik; mulut memuliakan Tuhan tetapi hati jauh dari Tuhan, itulah yang disebut ragi Farisi.

Kembali saya mengingatkan; di dalam Gulungan Kitab yang Terbuka ada tertulis tentang hal ihwal Yesus Kristus, yaitu dari sorga turun ke bumi untuk melakukan kehendak Allah Bapa, sama artinya; menyangkal diri-Nya dan memikul salib-Nya.

Matius 26: 42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

Yesus harus minum cawan Allah, artinya; Yesus harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib, sama artinya menyangkal diri-Nya dan memikul salib-Nya, dengan demikian kehendak Allah terlaksana.
Tidak akan mungkin kehendak Allah terlaksana kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah dan pelayanan ini. Tetapi puji Tuhan, hal ihwal Yesus dituliskan dengan jelas dalam gulungan kitab, dan itu harus kita alami, supaya apa? Supaya kehendak Allah terlaksana.

Contoh orang-orang yang pernah makan Gulungan Kitab.
YANG PERTAMA: Naomi.
Rut 1: 20-21
(1:20) Tetapi ia berkata kepada mereka: "Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara, sebab Yang Mahakuasa telah melakukan banyak yang pahit kepadaku. (1:21) Dengan tangan yang penuh aku pergi, tetapi dengan tangan yang kosong TUHAN memulangkan aku. Mengapakah kamu menyebutkan aku Naomi, karena TUHAN telah naik saksi menentang aku dan Yang Mahakuasa telah mendatangkan malapetaka kepadaku."

Naomi pernah makan Gulungan Kitab itu, Tuhan didik dia sampai habis, termasuk orang yang dicintainya; suaminya, Elimelekh, serta kedua anaknya meninggal dunia, termasuk harta bendanya raib (lenyap) saat mereka meninggalkan Betlehem, sampai betul-betul pahit rasanya. Itu proses yang dia alami atas seijin Tuhan.
Naomi dikoreksi, kesalahannya dikoreksi karena dia sempat meninggalkan Betlehem, Efrata. Dia dikoreksi seperti kita dikoreksi oleh Tuhan dari semua kesalahan-kesalahan kita, betul-betul mengalami rasa pahit oleh koreksi firman. Tidak ada orang yang tidak mengalami rasa pahit saat dikoreksi oleh firman Tuhan. Naomi juga dikoreksi hidupnya, nikahnya dikoreksi, ibadahnya dikoreksi, pelayanannya dikoreksi oleh Tuhan sampai pahit rasanya, dan dia menyadarinya, itu sebabnya Naomi berkata: “Janganlah sebutkan aku Naomi; sebutkanlah aku Mara”, karena dia sudah mengalami kepahitan, inilah orang yang menyadari diri.
Mari, saat kita dikoreksi oleh firman, sadari diri bahwa masih terdapat banyak kekurangan-kekurangan di sana sini.

Rut 1: 22
(1:22) Demikianlah Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu, menantunya, yang turut pulang dari daerah Moab. Dan sampailah mereka ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai.

Saat Naomi dan Rut kembali ke Betlehem pada permulaan musim menuai jelai (awal mula musim menuai jelai gandum). Jadi, Tuhan masih memperhatikan pribadi Naomi dan Rut.
Kalau kita mengalami rasa pahit oleh pembukaan rahasia firman, itu bukan berarti Tuhan mau tindas kita, bukan berarti Tuhan mau singkirkan kita di hadapan-Nya, tidak. Tetapi itu merupakan permulaan dari perhatian Tuhan, buktinya apa? Pada saat Naomi dan Rut kembali ke Betlehem, itu pada permulaan musim menuai jelai gandum, itulah perhatian Tuhan, dan kita juga dijadikan Tuhan sebagai ladang tuaian.

Perempuan Samaria juga dijadikan sebagai ladang tuaian, buktinya apa? Yesus tidak melihat kesalahan perempuan Samaria. Kepada perempuan Samaria, Tuhan memberikan air kehidupan karena Tuhan memandang dia sebagai ladang tuaian.
Mari kita semua memandang seorang dengan yang lain sebagai ladang tuaian. Jangan lihat kekurangannya, jangan nikmati kekurangannya, tetapi perhatikanlah dia sebagai ladang tuaian, itulah tanda perhatian Tuhan kepada kita semua.

Contoh orang-orang yang pernah makan Gulungan Kitab.
YANG KEDUA: Ayub.
Ayub 13: 26
(13:26) Sebab Engkau menulis hal-hal yang pahit terhadap aku dan menghukum aku karena kesalahan pada masa mudaku;

Oleh karena kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh Ayub, maka ia berkata: “Engkau menulis hal-hal yang pahit terhadap aku”, persis seperti Gulungan Kitab dalam Yehezkiel 2: 8-10, “ditulisi timbal balik dan di sana tertulis nyanyian-nyanyian ratapan, keluh kesah dan rintihan”, itu juga yang tertulis dalam diri Ayub sampai dia betul-betul merasakan kepahitan.
Inilah adalah koreksi yang dialami oleh Ayub karena ada kesalahan yang diperbuatnya. Memang kita melihat pada Ayub 1, Ayub adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur, dia memiliki harta benda kekayaan yang banyak, mempunyai tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan, tetapi;
-       segala sesuatu yang dia miliki akhirnya lenyap,
-       semua anak laki-laki dan perempuannya juga mati,
-       tidak berhenti sampai di situ, dia juga mendapatkan hukuman yaitu barah yang berbau busuk dari batu kepala sampai ujung kakinya penuh dengan barah busuk.
Itu semua terjadi atas seijin Tuhan, sampai dia mengalami rasa pahit, sebuah koreksi yang luar biasa.

Kalau kita perhatikan pada pasal 1, Ayub ini seringkali membiarkan anak-anaknya berpesta. Ayub tidak menegur manakala semua anak-anaknya berpesta pora, selalu begitu dan selalu bergiliran mulai dari anak pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya, terus bergiliran masing-masing rumah bergantian berpesta pora. Dia tidak menegur, tetapi keesokan harinya dia harus mempersembahkan korban karena dia tahu anaknya sudah berbuat salah. Korban memang baik, tetapi jauh lebih baik teguran yang nyata.
Kesalahan semacam ini tidak boleh dibiarkan. Memang, Ayub adalah seorang yang saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan, tetapi dari orang semacam ini terus dituntut untuk jauh lebih sempurna lagi sampai Ayub betul-betul mengalami rasa pahit oleh koreksi yang dialami.

Bukan berarti Tuhan tidak memperhatikan orang-orang yang di luaran sana, tetapi kepada anak-anak Tuhan semakin dituntut kesucian untuk sampai kepada kesempurnaan. Jadi jangan kita berkata: “Tuhan tidak adil. Mengapa orang di luaran sana bebas berbuat jahat tidak ada teguran?”, karena memang mereka itu adalah orang-orang yang di luar Tuhan. Justru seharusnya dari anak-anak Tuhan semakin dituntut untuk hidup suci. Memang pahit rasanya, tetapi itu adalah perhatian Tuhan dan demi kebaikan kita di kemudian hari.

Dan akhirnya, Tuhan memulihkan keadaan Ayub, dan Tuhan memberikan kepada Ayub dua kali lipat dari segala kepunyaannya dahulu. Tuhan memberkati Ayub dalam hidupnya yang selanjutnya lebih dari pada dalam hidupnya yang dahulu. Ayub juga mendapat tujuh orang anak laki-laki dan tiga orang anak perempuan; dan anak perempuan yang pertama diberinya nama Yemima, yang kedua Kezia dan yang ketiga Kerenhapukh. Di seluruh negeri tidak terdapat perempuan yang secantik anak-anak Ayub.

Orang dunia saja tahu: berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian, yang artinya: bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Tetapi banyak di antara kita yang tidak mau hidup di dalamnya, mau langsung enak saja, tetapi ujungnya pahit, hari Tuhan pahit.

Kuasa dari koreksi Gulungan Kitab yang Terbuka.
Wahyu 10: 9
(10:9) Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu."

Inilah kuasa dari koreksi Gulungan Kitab yang terbuka: Di perut terasa pahit, tetapi di dalam mulut kita ia akan terasa manis seperti madu, artinya; dibalik salib, Tuhan nyatakan kemuliaan.

Yehezkiel 3: 3
(3:3) Lalu firman-Nya kepadaku: "Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan isilah perutmu dengan itu." Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti madu dalam mulutku.

Biarlah kita isi perut kita dengan Gulungan Kitab yang Terbuka, dipuaskan, dikenyangkan oleh pembukaan rahasia firman walaupun pahit rasanya, tetapi di dalam mulut akan terasa manis, hasilnya nanti akan indah dan manis di kemudian hari.

Kalau ikut Setan; awalnya manis, belakangnya pahit, tetapi jika ikut Tuhan; awalnya pahit karena sangkal diri pikul salib, tetapi akhirnya manis.
Yang suka pergi ke roh tenung (dukun) untuk mencari petunjuk, jangan lakukan itu lagi, sebab awalnya manis tetapi akhirnya pahit (dituntut darah). Tetapi kalau ikut Tuhan, darah-Nya sudah tercurah untuk melepaskan kita dari tuntutan dosa (maut).
Dibalik salib Tuhan nyatakan kemuliaan-Nya. Saudara mau pilih yang mana? Kalau saudara berakal budi, saudara pasti memilih sangkal diri pikul salib hari ini, tetapi di kemudian hari hidup indah dan manis, bahkan lebih manis dari madu.

Kepada orang-orang yang diakui sebagai anak Tuhan, diberikan pengertian, walaupun sakit dan pahit rasanya.
Apa jaminan dari ibadah kalau tidak memiliki pengertian, kalau tidak ada pembukaan rahasia firman? Bukankah pengertian itu kita terima hanya dari pembukaan rahasia firman yang dibentangkan?
Hosea berkata: Umat-Ku binasa karena mereka menolak pengenalan akan Tuhan, menolak pengajaran firman.

Mazmur 119: 103-104
(119:103) Betapa manisnya janji-Mu itu bagi langit-langitku, lebih dari pada madu bagi mulutku. (119:104) Aku beroleh pengertian dari titah-titah-Mu, itulah sebabnya aku benci segala jalan dusta.

Gulungan Kitab yang Terbuka itu manis di mulut. Sebagai bukti, kita mendapat pengertian yang jelas dari gulungan kitab itu sendiri.
Setelah kita memperoleh pengertian yang baik dari sorga, kita tentu benci kepada dosa, tidak suka dosa lagi.
Mengapa orang menyukai dosa? Karena dia belum mendapat pengertian, dia belum menikmati manisnya Gulungan Kitab.

Mari kita melihat; bagaimana manisnya gulungan kitab di dalam mulut.
Mazmur 119: 98-102
(119:98) Perintah-Mu membuat aku lebih bijaksana dari pada musuh-musuhku, sebab selama-lamanya itu ada padaku. (119:99) Aku lebih berakal budi dari pada semua pengajarku, sebab peringatan-peringatan-Mu kurenungkan. (119:100) Aku lebih mengerti dari pada orang-orang tua, sebab aku memegang titah-titah-Mu. (119:101) Terhadap segala jalan kejahatan aku menahan kakiku, supaya aku berpegang pada firman-Mu. (119:102) Aku tidak menyimpang dari hukum-hukum-Mu, sebab Engkaulah yang mengajar aku.

Inilah kuasa dari gulungan kitab, dia betul-betul manis di langit-langit mulut, sebab apa? Gulungan kitab itu berkuasa:
1.    Membuat kita lebih bijaksana.
Orang yang bijaksana lebih berharga dibanding orang yang berhikmat di dunia. Orang yang bijaksana akan bertindak bijaksana, berkata-kata bijaksana. Kalau perkataan itu penuh kebijaksanaan, maka kata-kata itu akan membangun. Kalau kita bertindak dengan bijaksana, maka tindakan (perbuatan) itu akan menyenangkan hati Tuhan dan sesama.
2.    Kita lebih berakal budi dari semua pengajar di bumi.
Akal budi, berarti akal yang sehat. Kalau akalnya sehat, pasti juga berbudi luhur.
3.    Lebih mengerti dari pada orang-orang tua.
4.    Menahan diri terhadap segala jalan kejahatan.
5.    Tidak menyimpang dari hukum-hukum Tuhan.

Mazmur 19: 8-11
(19:8) Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. (19:9) Titah TUHAN itu tepat, menyukakan hati; perintah TUHAN itu murni, membuat mata bercahaya. (19:10) Takut akan TUHAN itu suci, tetap ada untuk selamanya; hukum-hukum TUHAN itu benar, adil semuanya, (19:11) lebih indah dari pada emas, bahkan dari pada banyak emas tua; dan lebih manis dari pada madu, bahkan dari pada madu tetesan dari sarang lebah.

Kalau firman Tuhan berkuasa dalam hidup kita, jauh lebih indah dari emas tua dan lebih manis dari madu, bahkan dari madu tetesan sarang lebah.
Manisnya madu itu sesaat, tetapi manisnya kuasa gulungan kitab itu akan terus kekal sampai selama-lamanya, rasa manis itu tidak pernah berhenti.

Ibrani 10: 9-10
(10:9) Dan kemudian kata-Nya: "Sungguh, Aku datang untuk melakukan kehendak-Mu." Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua. (10:10) Dan karena kehendak-Nya inilah kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.

Tadi dikatakan; hal ihwal Yesus ditulis dalam gulungan kitab, yaitu: untuk melakukan kehendak Allah (menyangkal diri di atas kayu salib).
Tujuannya: “Yang pertama Ia hapuskan, supaya menegakkan yang kedua
Yang pertama -> hukum Taurat. Sementara “menegakkan yang kedua” -> kasih karunia yang dilimpahkan dalam kehidupan kita, sampai kita dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya.

Amsal 27: 7
(27:7) Orang yang kenyang menginjak-injak madu, tetapi bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.

Kalau kita datang beribadah kepada Tuhan, menghadap takhta kasih karunia karena kita merasa lapar terhadap Gulungan Kitab yang Terbuka, maka  bagi orang yang lapar segala yang pahit dirasakan manis.” Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment