KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, September 25, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 07 JULI 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 07 JULI 2019


KITAB WAHYU
(Seri: 101)

Subtema: MAKAN GULUNGAN KITAB (PERJANJIAN BARU) BERARTI MENYELESAIKAN PEKERJAAN-NYA.

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera bagi kita sekaliannya, dan bahagia kiranya memenuhi perhimpunan ibadah ini dan memenuhi setiap kita yang hadir, seberapa yang hadir, besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet, Youtube, Facebook, di mana pun anda berada. Oleh sebab itu, lewat doa dengan segala kerendahan hati, kita mohon kemurahan Tuhan untuk membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya, sehingga kehidupan kita dilawat oleh Tuhan, tidak ada satupun yang tidak akan dilawat, sehingga ibadah dan pelayanan kita, nikah dan rumah tangga kita sekaliannya dipulihkan oleh Tuhan, Sehingga hari demi hari pengikutan kita semakin sungguh-sungguh dan kita taat, setia, dengar-dengaran, sampi kelak Dia datang pada kali yang kedua sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.

Kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 10:9-10
(10:9) Lalu aku pergi kepada malaikat itu dan meminta kepadanya, supaya ia memberikan gulungan kitab itu kepadaku. Katanya kepadaku: "Ambillah dan makanlah dia; ia akan membuat perutmu terasa pahit, tetapi di dalam mulutmu ia akan terasa manis seperti madu." (10:10) Lalu aku mengambil kitab itu dari tangan malaikat itu, dan memakannya: di dalam mulutku ia terasa manis seperti madu, tetapi sesudah aku memakannya, perutku menjadi pahit rasanya.

Perintah yang harus dilaksanakan oleh Rasul Yohanes ialah;
a.   Mengambil gulungan kitab.
b.   Makan gulungan kitab.
Perintah ini juga yang harus dilaksanakan oleh gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini, yaitu; mengambil dan selanjutnya makan gulungan kitab itu.

Makanan yang sehat yang kita makan akan memberi pertumbuhan rohani yang sehat, serta memberi sistem imun yang baik atau kekebalan tubuh yang baik. Oleh sebab itu, jangan kita mengabaikan apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan kepada Rasul Yohanes; mengambil dan makan gulungan kitab itu sendiri.
Kalau kita memiliki sistem imun yang baik, memiliki kekebalan tubuh yang baik, maka segala jenis penyakit tidak sanggup menyerang tubuh kita ini. Demikian juga kalau kita memiliki pertumbuhan rohani yang sehat, maka kita juga memiliki sistem imun yang kuat, sehingga penyakit rohani, yaitu segala dosa kejahatan dan segala dosa kenajisan tidak akan sanggup menyerang setiap kehidupan kita ini.

Pada minggu-minggu yang lalu kita sudah melihat bersama-sama contoh makanan dalam Perjanjian Lama. Sekarang kita masih melihat contoh makanan dalam Perjanjian Baru:

Tentang: MAKANAN DALAM PERJANJIAN BARU (Seri 2).
Yohanes 4:34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Yesus berkata kepada murid-murid atau dua belas rasul: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Pernyataan Yesus ini kepada murid-murid dibagi atas;
a.   Melakukan kehendak Dia.
b.   Menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Pada minggu lalu kita telah melihat atau telah menerima penjelasan tentang contoh makanan dalam Perjanjian Baru, secara khusus mengenai “melakukan kehendak Dia.”
Semoga itu menjadi rhema dalam kehidupan kita dan memberi pertumbuhan rohani yang sehat, serta memberi sistem imun (kekebalan tubuh) yang baik, sehingga tidak mudah diserang oleh penyakit, yaitu dosa kejahatan dan dosa kenajisan, termasuk hal-hal yang tak suci yang lain, supaya hidup rohani kita tidak korosif, tidak dikikis oleh hal-hal yang tak suci tadi.

Keterangan: MENYELESAIKAN PEKERJAAN-NYA.
Sebelum kita memperhatikan hal ini lebih jauh, saya mau sampaikan: Pada hari yang ketujuh, Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya, tentu sesudah Dia menyelesaikan pekerjaan-Nya. Demikian juga kita akan berada pada hari perhentian, sesudah kita menyelesaikan pekerjaan kita di bumi ini, tidak ada lagi dosa dan kita hanya terus mengikuti contoh teladan dari Allah.

Berkaitan dengan itu kita perhatikan dengan Kisah Para Rasul 20.
Kisah Para Rasul 20:24
(20:24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Rasul Paulus tidak menghiraukan nyawanya sedikit pun, asal saja dia dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan Yesus Kristus kepadanya.
Ini sikap yang luar biasa, sikap yang hebat, ditunjukkan oleh Rasul Paulus kepada sidang jemaat yang dilayaninya baik terhadap bangsa kafir maupun terhadap orang-orang Yahudi sendiri.

Bukti tidak menghiraukan diri di dalam melayani pekerjaan Tuhan
Kisah Para Rasul 20:19
(20:19) dengan segala rendah hati aku melayani Tuhan. Dalam pelayanan itu aku banyak mencucurkan air mata dan banyak mengalami pencobaan dari pihak orang Yahudi yang mau membunuh aku.

Rasul Paulus melayani Tuhan dengan segala kerendahan hati.
Jadi, pelayanan itu dimulai dengan kerendahan hati, tidak dimulai dengan kesombongan, tidak dimulai dengan kemampuan daging, tidak dimulai dengan kemampuan manusia.

Kerendahan hati seorang hamba Tuhan ditandai dengan dua hal;
1.   “Di dalam pelayanan itu banyak mencucurkan air mata.”
Air mata adalah saksi bisu di dalam kerendahan hati seorang hamba Tuhan.
Semua air selalu mencari dataran rendah tidak pernah mencari dataran tinggi, seperti sungai yang berliku-liku, tanda bahwa air itu mencari dataran rendah.
2.   “Banyak mengalami pencobaan.”
-       Ujian demi ujian yang dilalui oleh seorang hamba Tuhan,
-       ujian demi ujian yang dialami oleh seorang imam,
-       ujian demi ujian yang dialami oleh seorang anak Tuhan,
menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang rendah hati. 
Kalau hamba Tuhan itu tidak rendah hati, dengan kata lain; dia sombong, maka dia tidak akan pernah melalui ujian demi ujian sebagai pencobaan yang datang atas seijin Tuhan.

Kisah Para Rasul 20:20-21
(20:20) Sungguhpun demikian aku tidak pernah melalaikan apa yang berguna bagi kamu. Semua kuberitakan dan kuajarkan kepada kamu, baik di muka umum maupun dalam perkumpulan-perkumpulan di rumah kamu; (20:21) aku senantiasa bersaksi kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani, supaya mereka bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.

Sekalipun ditandai dengan dua hal di atas tadi, namun Rasul Paulus tidak lalai di dalam hal;
a.   Memberitakan firman Allah.
b.   Mengajarkan firman Allah.
c.   Bersaksi dari hal firman Allah.

Tidak sedikit orang Kristen ketika menghadapi (mengalami) pencobaan, ia segera putus asa dan segera tawar hati, dan akhirnya bersungut-sungut, ngomel, tersandung, bahkan menjadi batu sandungan.
Tetapi Rasul Paulus; sekalipun banyak mencucurkan air mata, sekalipun mengalami banyak pencobaan dari pihak Yunani maupun orang-orang Yahudi, dia tidak lalai di dalam hal menunaikan tugas yang dipercayakan oleh Tuhan. Ini adalah suatu contoh yang luar biasa, yang pantas untuk kita ikuti.

Mengapa Rasul Pasul tidak lalai menunaikan tugasnya? Sebab Rasul Paulus sangat peduli dengan sidang jemaat yang dilayani, peduli dengan orang lain, serta merindu supaya jiwa-jiwa yang dilayani itu;
-  Bertobat kepada Allah.
-  Percaya kepada Tuhan kita, Yesus Kristus.
Dia tidak mau melihat orang lain tidak mengalami pertobatan, dia tidak mau melihat orang lain mempercayakan hidupnya kepada berhala-berhala, itu sebabnya Rasul Paulus sangat peduli dengan sidang jemaat yang dilayani, peduli kepada orang lain, serta merindu jiwa-jiwa yang dilayani itu bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Bertobat kepada Allah dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus adalah;
-       hal yang paling mendasar di dalam hal mengikuti Tuhan.
-       hal yang paling mendasar di dalam hal melayani Tuhan.
Terlebih bagi seorang imam, percaya dan bertobat merupakakan landasannya untuk melayani Tuhan, sehinggga dia kuat dan teguh hati dan sungguh-sungguh di dalam melayani Tuhan disertai dengan kesucian hati.

Lanjut kita membaca ayat 22-23.
Kisah Para Rasul 20:22-23
(20:22) Tetapi sekarang sebagai tawanan Roh aku pergi ke Yerusalem dan aku tidak tahu apa yang akan terjadi atas diriku di situ (20:23) selain dari pada yang dinyatakan Roh Kudus dari kota ke kota kepadaku, bahwa penjara dan sengsara menunggu aku.

Sebagai tawanan Roh atau terikat dengan pelayanan, Rasul Paulus dengar-dengaran terhadap Roh Tuhan; ke mana saja dia diutus, dia tetap dengar-dengaran.
Imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan harus dengar-dengaran kepada Tuannya, Kristus adalah Tuan dari hamba-hamba Tuhan, seperti Rasul Paulus; dengar-dengaran kepada Roh Tuhan, karena dia sudah terikat dengan pelayanan.

Jadi;
-       ke mana pun dia diutus oleh Roh Tuhan; dia tetap dengar-dengaran,
-       apa pun yang Tuhan mau; dia harus dengar-dengaran,
Itulah kehidupan dari pelayan-pelayan Tuhan, terikat dengan pelayanan atau disebut menjadi tawanan Roh, berarti; tidak dengar-dengaran kepada maunya keinginan daging, tidak menuruti keinginan hatinya sendiri.

Bekerja banyak, berkorban banyak, tetapi tidak dengar-dengaran, itu tidak ada artinya.
Raja Saul bekerja banyak menumpas Amalek, tetapi membiarkan Agag raja Amalek hidup, menumpas habis binatangnya tetapi mengambil jarahan yang tambun-tambun, tidak berkenan kepada Tuhan. Sekalipun dia melakukan itu dengan segala jerih payah, tetapi tidak berkenan kepada Tuhan.

Praktek dengar-dengaran terhadap Roh Tuhan: Tidak peduli dengan dirinya, sekalipun penjara dan sengsara menunggu Rasul Paulus.
Roh Tuhan mengutus Rasul Paulus dari kota yang satu ke kota yang lain di seluruh Asia Kecil, sampai Eropa Timur, bahkan pada akhirnya penjara dan sengsara juga sudah menunggu Rasul Paulus, namun dia tidak peduli dengan dirinya, dia tidak menghiraukan dirinya.

Kalau seandainya Rasul Paulus meninabobokan dirinya, merasa sayang terhadap dagingnya, tidak mungkin dia dengar-dengaran terhadap Roh Tuhan.
Demikian juga imam-imam; Kalau masih malas menyembah, masih meninabobokan daging, itu adalah tanda bahwa dia belum dengar-dengaran. Dengar-dengaran itu bukan karena kita mampu begini dan begitu, tetapi praktek dengar-dengaran itu; tidak menghiraukan dirinya, tidak menghiraukan keinginan dagingnya, tidak menghiraukan nafsunya yang jahat itu.

Kisah Paral Rasul 20:24
(20:24) Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah.

Rasul Paulus tidak menghiraukan nyawanya, berarti; rela mempertaruhkan nyawanya, asal saja dia dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanannya, itu yang terutama.
Mengapa dia tidak menghiraukan nyawanya? Sebab yang terpenting bagi dia adalah;
-       dapat mencapai garis akhir.
-       menyelesaikan pelayanannya.
Inilah makanan kita di hari-hari terakhir ini.
Kiranya makanan semacam ini kita nikmati sampai Tuhan datang, itulah makanan yang sehat, makanan yang memberi pertumbuhan yang sehat dan yang akan memberikan sistem imun (kekebalan tubuh) yang baik dan kuat, sehingga tidak terpengaruh dengan penyakit, yaitu dosa kejahatan dan dosa kenajisan, percayalah.

Saya sudah mengalaminya, sebab itu saya berani mengutarakannya; Tuhan sendiri yang menyembuhkan perut saya yang sakit ini selama bertahun-tahun. Dan kalau saya bisa berdiri melayani Tuhan saat ini menghadap takhta kasih karunia, itu semua karena kemurahan Tuhan, yang memberi sistem imun yang baik, Tuhan yang memberi kekebalan tubuh.
Nikmati saja makanan rohani semacam ini, yaitu makanan rohani dalam Perjanjian Baru; menyelesaikan pelayanan-Nya.

2 Timotius 4:6-7
(4:6) Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. (4:7) Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

Rasul Paulus telah mengakhiri pertandingan yang baik, ia telah mencapai garis akhir, dengan kata lain; ia telah menyelesaikan pelayanan yang dipercayakan Tuhan Yesus kepadanya.
Mengapa ia dapat mencapai garis akhir, menyelesaikan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan? Sebab ia tidak menghiraukan nyawanya, seperti pengakuannya kepada Timotius, anak rohaninya: “darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat”

Rasul Paulus melayani pekerjaan Tuhan dengan tulus hati, sebab ia sendiri pernah mengatakan hal yang sama kepada jemaat di Filipi: “sekalipun darahku dicurahkan pada korban dan ibadah imanmu, aku bersukacita dan aku bersukacita dengan kamu sekalian” ... Filipi 2: 17.
Jelas bahwa; Rasul Paulus melakukan itu semua dengan tulus hati, tanpa pamrih. Darahnya tercurah sebagai korban dan persembahan, kemudian dia rela mempertaruhkan hidupnya, asal dia dapat mengakhiri pertandingan itu dengan baik dan mencapai garis akhir, menyelesaikan pekerjaan Tuhan yang dipercayakan oleh Tuhan, itu yang terpenting.

Mari kita sibuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan, menyelesaikan pelayanan yang dipercayakan oleh Tuhan, jangan sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, yang tidak memberi jaminan, baik dalam sistem imun (kekebalan tubuh), maupun untuk jaminan di masa yang akan datang. Tetapi biarlah kita sibuk memperhatikan apa yang Tuhan nyatakan, yaitu menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan baik, dikerjakan dengan tulus hati, itu yang terpenting.

Jangan sibuk memikirkan bagaimana kalau begini, bagaimana kalau begitu, jangan berhitung-hitung, capek. Sekali melangkah bersama dengan Tuhan, jangan mundur lagi.
Saya berdoa supaya kita juga dapat menyelesaikan pekerjaan Tuhan dengan baik, kita kerjakan dengan tulus ikhlas, tidak bersungut-sungut sekalipun banyak pengorbanan, itu yang terpenting bagi kita.
Biarlah kita sibuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan saja, itu jauh lebih penting dari perkara-perkara lahiriah di dunia ini, apa pun bentuknya. Kalau seseorang masih mengutamakan perkara lahiriah di bumi ini berarti dia masih kuat dengan dagingnya, tidak peduli dengan pekerjaan Tuhan.

Tidak lama lagi kita akan diutus oleh Tuhan untuk melayani pekerjaan Tuhan di Karimun dalam rangka persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) tanggal 24-25 Juli 2019, dengan tiga sesi. Biarlah nanti pelayanan itu selesai dengan baik, kita kerjakan dengan tulus. Segala yang terlibat di dalamnya, baik tenaga, pikiran, waktu, uang, hartanya, materinya, kerjakanlah dengan baik tanpa bersungut-sungut. Kita kerjakan dengan tulus ikhlas, tidak perlu hitung-hitungan, sebab yang terpenting adalah kita dapat menyelesaikan pekerjaan Tuhan dengan baik.
Kita berdoa supaya Tuhan tolong, Tuhan kuatkan kita untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan nanti di Karimun, biar kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya dan Tuhan memberkati pelayanan di sana, memberkati setiap hamba-hamba Tuhan, umat Tuhan yang hadir di sana. Dan kita berdoa juga untuk panitia penyelenggara bapak Pdt. Martua Sihombing dari GSJPDI, Tuhan sediakan segala dana biaya yang dibutuhkan dan tidak sedikit pengorbanan yang dihadapi baik dari materi, keuangan, termasuk dari orang-orang atau pengejek-pengejek.
Kita berdoa supaya Tuhan kuatkan kita, supaya kehidupan kita sama seperti Rasul Paulus tidak menghiraukan hidupnya, tidak mempedulikan nyawanya, asal saja dia dapat mengakhiri pertandingan dengan baik, mencapai garis akhir, dengan kata lain dapat menyelesaikan pekerjaan Tuhan dengan baik.

Sekarang kita akan melihat; KETIKA YESUS MENGAKHIRI PERTANDINGAN YANG BAIK atau ketika Ia mencapai garis akhir.
Yohanes 19:31-34
(19:31) Karena hari itu hari persiapan dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib -- sebab Sabat itu adalah hari yang besar -- maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan dan mayat-mayatnya diturunkan. (19:32) Maka datanglah prajurit-prajurit lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus; (19:33) tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, (19:34) tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air.

Karena Yesus telah mati di atas kayu salib, maka tidak ada satu pun tulang-tulang-Nya yang dipatahkan.
Inilah akhir dari pertandingan yang baik, garis akhir yang dikerjakan oleh Yesus, yaitu supaya terwujudnya kesatuan dari anggota tubuh yang berbeda-beda, inilah yang disebut tubuh Kristus yang sempurna.

Garis akhir dalam pengikutan kita kepada Tuhan;
-       bukan soal berkat-berkat,
-       bukan soal mujizat yang tidak ada menjadi ada,
-       bukan soal yang mati dihidupkan kembali
-       atau yang miskin menjadi kaya,
bukan itu akhir dari pengikutan kita kepada Tuhan.
Tetapi akhir dari pengikutan kita dengan Tuhan adalah terwujudnya kesatuan tubuh Kristus, anggota tubuh yang berbeda menjadi satu kesatuan, dimulai dari;
-       nikah yang terkecil, itulah nikah rumah tangga, harus ada kesatuan,
-       nikah yang lebih besar dalam penggembalaan ini, satu dengan yang lain harus ada kesatuan, tidak boleh ada gap karena kejahatan dan kenajisan dan hasrat yang jahat.
Itu garis akhir, tidak ada satu pun tulang-tulang Yesus yang dipatahkan, anggota-anggota tubuh Kristus itu tidak terpisah. Berarti kematian Yesus atau akhir pertandingan yang dikerjakan Yesus adalah terwujudnya kesatuan tubuh Kristus, anggota tubuh yang berbeda-beda menjadi satu, itulah yang disebut tubuh Kristus.

Ketika prajurit itu melihat bahwa Yesus telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya, “tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air”, ini tanda kelahiran.  Darah dan air ketuban itu tanda kelahiran baru, gereja Tuhan dilahirkan kembali.
Sama seperti ketika Allah membuat Adam tidur nyenyak, dalam kesempatan itulah Allah mengadakan operasi besar-besaran dan mengambil tulang rusuknya, dan dari tulang rusuk itulah dibangunkan seorang perempuan lalu diberikan kepada Adam. Ini rencana Allah yang besar untuk membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna atau berada dalam pesta nikah Anak Domba, inilah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, supaya kita dibangunkan menjadi satu kesatuan tubuh Kristus yang sempurna menjadi tubuh Mempelai, dan kelak bersanding dengan Mempelai Pria Sorga.

Kita bersyukur, Tuhan sudah mencapai garis akhir, Dia sudah mengakhiri pertandingan yang baik untuk membawa kita masuk dalam kesempurnaan, itulah kesatuan tubuh Kristus yang sempurna.
Jadi, gereja Tuhan tidak boleh keliru. Sasaran akhir dari perjalanan rohani gereja Tuhan bukan berkat-berkat, bukan mujizat-mujizat, tetapi pesta nikah Anak Domba, kesatuan tubuh yang sempurna, itulah tubuh Mempelai.

Yohanes 17:4
(17:4) Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.

Yesus Anak Allah telah menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan baik, Dia mati di atas kayu salib, itu garis akhir pertandingan yang baik, tidak ada satu pun tulang-Nya yang dipatah-patahkan, berarti; terwujudnya kesatuan tubuh yang sempurna, itulah yang disebut tubuh mempelai. Dan oleh karena pekerjaan-Nya sudah selesai dengan baik; Allah Bapa dipermuliakan.

Yohanes 17:21-22
(17:21) supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. (17:22) Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu:

Inilah misi dan visi Yesus, Anak Allah, menyelesaikan pekerjaan-Nya dengan baik di atas kayu salib, supaya terwujudnya kesatuan tubuh yang berbeda-beda, seperti Anak dengan Bapa adalah satu, dan kita satu dengan Bapa dan Anak.

Dua hati yang berbeda memang sangat sulit dipersatukan, tetapi Yesus sudah mati di atas kayu salib untuk mempersatukan anggota tubuh yang berbeda-beda, kita patut bersyukur kepada Tuhan.
Biarlah nikah kita bawa kepada Tuhan, di tengah-tengahnya ada salib. Nikah suci itu, berarti; hubungan kita dengan Tuhan adalah hubungan yang suci.
-       Baik nikah jasmani; suami isteri, harus dibawa kepada Tuhan dan di tengah-tengahnya harus ada salib untuk mempersatukannya.
-       Baik juga nikah rohani; pribadi lepas pribadi hubungannya dengan Tuhan ditengah-tengahnya juga harus ada salib, sehingga ada terwujud kesatuan tubuh; kita di dalam Dia dan Dia di dalam kita, di atas segalanya Allah dipermuliakan.

Inilah makanan yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini; menyelesaikan pekerjaan yang dipercayakan oleh Tuhan. Kalau kita ada kerinduan untuk menyelesaikan pekerjaan Tuhan, pasti kita mengabaikan hal yang lain, termasuk keinginan di hati, mengabaikan hal yang tidak suci, termasuk keinginan di hati ini. Banyak keinginan-keinginan di hati manusia, tetapi Tuhan yang menentukan segala sesuatu di dalam kehidupan kita.

Allah berhenti pada hari ketujuh sesudah Ia menyelesaikan pekerjaan-Nya. Kalau terwujud kesatuan tubuh yang sempurna ini, maka di atas segalanya Allah dipermuliakan.
Kalau kita sudah dipermuliakan bersama dengan Dia, maka;
-       kita tidak akan lagi merasakan susah,
-       tidak akan lagi merasakan sakit penyakit,
-       tidak akan lagi menderita sengsara,
-       tidak ada lagi air mata dan lain sebagainya,
karena kita sudah berada pada hari perhentian, bahagia sampai selama-lamanya bersama dengan Dia di dalam kemuliaan-Nya yang kekal.
Oleh sebab itu, selama kita di bumi, kita harus menikmati makanan ini, yaitu menyelesaikan pekerjaan-Nya. Hal ini jangan diabaikan.

Sekarang kita perhatikan Kolose 3.
Kolose 3:12-14
(3:12) Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. (3:13) Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian. (3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Kenakanlah kasih yang berfungsi sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Kita tidak akan mencapai kesempurnaan kalau satu dengan yang lain belum bersatu, belum terwujud kesatuan tubuh yang sempurna.

Bawalah nikah ini kepada Tuhan di tengah-tengahnya salib ditegakkan, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.
-       Nikah yang terkecil dalam nikah rumah tangga harus bersatu,
-       nikah yang lebih besar dalam penggembalaan harus bersatu, 
-       nanti antar penggembalaan, antar organisasi, denominasi, harus bersatu,
-       kemudian antar negara, sampai akhirnya bangsa kafir bersatu dengan bangsa Israel.
Tetapi harus dimulai dari diri kita sendiri: Kenakanlah belas kasihan sebagai pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan.
Tidak mungkin kita sempurna kalau kita tidak satu, kalau tercerai berai, kalau terpisah dan terlihat cacat cela. Tetapi kalau kita bersatu; terlihatlah kesempurnaan, terwujudlah kesempurnaan.

Biarlah kita bawa hubungan nikah kita kepada Tuhan ditengah-tengahnya ada salib, kenakanlah belas kasihan itu sebagai pengikat. Kalau sudah diikat satu, kalau sudah satu sempurna. Tidak mungkin sempurna kalau tidak satu, sebab itu kenakanlah belas kasihan.

Kolose 3:15
(3:15) Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.

Kita dipanggil untuk menjadi satu tubuh, bersyukurlah.
Kepada siapa kita bersyukur? Kepada kasih Allah, kepada salib Kristus.

Kalau salib ditegakkan di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, jangan bersungut-sungut, tetapi bersyukurlah. Kalau saudara harus terlibat di tengah ibadah dan pelayanan ini, terlibat dalam pengorbanan tenaga, pikiran, waktu, uang, materi dan lain sebagainya, bersyukurlah, jangan bersungut-sungut, sebab korban Kristus yang mempersatukan kita menjadi satu tubuh, itulah yang disebut tubuh Mempelai.
Jadi kalau ada salib, kita bersyukur, jangan bersungut-sungut. Tanpa salib nikah kita tidak mungkin bersatu sampai kapan pun, tetapi bersyukurlah kepada salib Kristus yang mempersatukan kita menjadi satu tubuh, itulah yang disebut tubuh yang sempurna, tubuh Mempelai.

Wahyu 19:6-7
(19:6) Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. (19:7) Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. (19:8) Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!" [Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.]

Himpunan besar orang banyak, bagaikan desai air bah, datang dari empat penjuru bumi; Timur, Barat, Utara, Selatan, dipersatukan menjadi satu tubuh oleh kasih mempelai.
Inilah persekutuan yang membawa kepada kesempurnaan, yaitu tubuh Mempelai, kelak masuk dalam pesta nikah Anak Domba, berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.

Menyelesaikan pekerjaan Tuhan, mengabaikan hal-hal yang tidak baik, yang tidak suci, termasuk keinginan di hati, supaya terwujudnya kesatuan tubuh, inilah makanan yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini supaya kita menjadi satu tubuh.
Apakah makanan ini hanya untuk dinikmati oleh sebagian orang? Apakah makanan samacam ini hanya dinikmati oleh seorang gembala sidang? Makanan ini harus dinikmati oleh semua pihak, oleh semua anggota-anggota tubuh di hari-hari terakhir ini, tanpa memandang gereja, tanpa memandang organisasi, denominasi gereja, tidak memandang latar belakang datang dari mana saja.

Apakah saudara terbeban? Atau ini hanya beban saya? Inilah beban yang Tuhan sudah taruh di atas pundak kita masing-masing untuk mari kita sama-sama memikulnya. Itu sebabnya saya katakan; makanan ini bukan hanya dimakan, bukan hanya dinikmati oleh hamba Tuhan, gembala sidang, tetapi harus dinikmati semua pihak, harus dinikmati anggota-anggota tubuh Kristus, supaya menjadi satu tubuh. Kita harus terbeban. 
Sebentar lagi kita akan ke Karimun, tujuanya tidak lain tidak bukan supaya terwujud kesatuan tubuh, kita datang ke sana bukan untuk pamer-pamer.

Saya mendengar baru-baru ini kesaksian seorang pendeta, hamba Tuhan dari Amerika Serikat, dengan gelar doktor: dia sudah mengakui bahwa Penginjilan datang dari Barat ke Timur, sehingga orang Batak dilanda oleh kemurahan Tuhan, oleh datangnya Nomensen penginjil hebat yang dipakai Tuhan. Lalu hamba Tuhan itu mengaku bahwa Pengajaran Mempelai datangnya dari Indonesia, di situ saya merinding mendengar pengakuan itu, tidak datang dari negara mana pun, tetapi datang dari Indonesia.
Billy Graham mengatakan bahwa Timur itu adalah dari Papua, dimulai dari Timur Indonesia, kita bawa Pengajaran Mempelai supaya terwujud kesatuan tubuh, semua pihak harus terbeban.

Kalau ditinjau dari kerugian finansial keuangan, lebih rugi kita ke Karimun, tetapi tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan Tuhan berikan kepada kita sekaliannya, yaitu bersanding dengan Mempelai Laki-Laki Sorga, tidak sebanding dengan penderitaan ringan sekarang ini.
Biarlah hari demi hari kita mengalami pembaharuan manusia batiniah, manusia lahiriah semakin merosot kalau manusia batiniah dibaharui, apa tandanya?
-       Tidak peduli dengan penderitaan ringan saat ini,
-       dan tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan memperhatikan yang tidak kelihatan.
Itulah pengakuan Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus, sebab dia seorang rasul, yang juga pekabar mempelai, persis dengan pernyataanya dalam 2 Korintus 12:2, “aku cemburu kepada engkau karena aku telah mempertunangkan engkau kepada satu laki-laki dan membawa engkau sebagai perawan suci kepada Kristus.”

Kita tidak mungkin sempurna kalau tidak bersatu. Itu sebabnya saya katakan di atas tadi: Saya merindu kepada Tuhan supaya penggembalaan ini bersatu, tidak ada gap, tidak ada jarak, tidak ada batas karena hal yang tak suci dan keinginan daging yang jahat, dan kita semua menjadi keluarga Allah yang dipancangkan oleh Tuhan di dalam rumah Tuhan, menjadi tiang penopang di dalam rumah Tuhan. Itu kerinduan saya, dan semoga kerinduan ini di dengar oleh Tuhan.

Setelah kita dengar firman, berarti beban ini sudah Tuhan taruh di atas pundak kita masing-masing. Kecuali kalau Tuhan tidak menyatakannya, kelak kita tidak bisa persalahkan Tuhan kalau kita berada di luar rencana Tuhan, tapi sekarang Tuhan sudah menyatakannya maka beban ini sudah Tuhan taruh di atas pundak kita masing-masing, dan mari kita memikulnya sampai terwujud kesatuan tubuh, itulah tubuh Mempelai bersanding dengan Dia.
Sebab di dalam Wahyu 19 ini ada juga pesta yang lain, yaitu pesta burung-burung, itulah yang disebut tubuh Babel, kesatuan tubuh tetapi dikuasai roh najis, itulah Wahyu 19:17-20.
Tetapi Wahyu 19:6-8, itulah pesta nikah Anak Domba, perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan kita di atas muka bumi ini. Di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment