KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, September 21, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 27 JUNI 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 27 JUNI 2019


KITAB RUT
(Seri: 54)

Subtema: TANPA NUBUAT.

Shalom.
Selamat malam, salam bahagia dan sejahtera memenuhi setiap kehidupan kita sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, kiranya Tuhan memberkati kita sekaliannya.
Kita berdoa dan memohon dengan rendah hati, supaya kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Kita akan memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan bekal dan jaminan dari Boas.

Sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah adalah tanda:
1. Ketundukan Rut.
2. Kedewasaan Rut.

Tentang: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa, artinya; telah meninggalkan sikap kanak-kanak atau telah akil balig.

Berkaitan dengan itu, kita membaca Galatia 4.
Galatia 4: 1-2
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (4:2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

Selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba.
Hamba di sini menunjuk; budak dosa, maksudnya; belum terlepas dari kelemahan-kelemahan dan pelanggaran-pelanggarannya.
Maka, seorang yang belum akil balig, ia berada di bawah perwalian dan berada di bawah pengawasan, berarti; belum dipercaya untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, sama artinya; kepadanya belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Ciri-ciri belum akil balig:
1.     “Takluk kepada roh-roh dunia” (Galatia 4: 3).
Roh-roh dunia adalah roh antikris, berarti; lebih mencintai Mamon dari pada Tuhan.
Tandanya: Menyangkal Bapa maupun Anak, sama dengan; menyangkal salib, tidak mengindahkan ibadah dan pelayanan.
2.     “Takluk kepada Hukum Taurat” (Galatia 4: 4-5).
Hukum Taurat, menunjuk; perjanjian yang pertama, berarti; menjalankan ibadahnya secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani kepada Tuhan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
3.     Ia memperhambakan dirinya kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah” (Galatia 4: 8).
Ini sama artinya; menyembah berhala. Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan adalah berhala, contohnya:
-       Keras hati.
-       Kebenaran diri sendiri.
-       Meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena pekerjaan, usaha, bisnis, kesibukan-kesibukan atau perkara-perkara lahiriah lainnya.
Itulah ciri-ciri kehidupan yang belum akil balig, berarti; belum meninggalkan sifat kanak-kanak, belum dewasa secara rohani.

Berkaitan dengan kedewasaan Rut, kita akan membaca 1 Korintus 13.
1 Korintus 13: 11
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Rasul Paulus berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu
Sifat kanak-kanak yang dimaksud ialah:
1.     Berkata-kata seperti kanak-kanak.
2.     Merasa seperti kanak-kanak.
3.     Berpikir seperti kanak-kanak.

Contoh berkata-kata seperti kanak-kanak (Seri 3).
1 Korintus 13: 1
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Seorang hamba Tuhan dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika ia tidak mempunyai kasih, sama dengan; gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.
Kalau gong dan canang dipukul, dia akan mengeluarkan bunyi atau suara. Kalau dipukul kembali, akan tetap mengeluarkan bunyi atau suara yang sama, ia tidak akan mengeluarkan bunyi atau suara yang berbeda-beda.
Mengapa demikian? Karena gong maupun canang, kedua-duanya adalah alat musik yang tidak berjiwa.

Lebih jauh kita melihat tentang; ALAT MUSIK YANG TIDAK BERJIWA.
1 Korintus 14: 6-7
(14:6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (14:7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi -- bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda?

Orang lain tidak dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan oleh seruling dan kecapi, kalau kedua alat musik ini tidak mengeluarkan bunyi atau suara yang berbeda-beda.
Sama halnya dengan seorang hamba Tuhan yang sedang menyampaikan Firman Tuhan dengan menggunakan semua bahasa manusia dan menggunakan bahasa malaikat, atau menggunakan bahasa yang tinggi-tinggi dan bahasa yang intelektual, tetapi ia sama sekali tidak mempunyai kasih.
Tidak mempunyai kasih, artinya; menyampaikan Firman Tuhan kepada sidang jemaat namun;
-       tanpa penyataan Allah atau
-       tanpa pengetahuan atau
-       tanpa nubuat atau
-       tanpa pengajaran.

Kesimpulannya: Seorang hamba Tuhan yang menyampaikan Firman Tuhan kepada sidang jemaat tanpa kasih atau tanpa empat hal di atas, sama dengan; alat-alat musik yang tidak berjiwa.
Tidak berjiwa, artinya; tidak peduli dengan jiwa-jiwa orang lain atau tidak peduli dengan jiwa sidang jemaat yang dilayani, baik di dalam kelemahannya, di dalam kesusahannya, di dalam penderitaannya, di dalam penyakitnya, termasuk tidak peduli dengan dosa yang diperbuat oleh sidang jemaat.
Itulah hamba Tuhan yang berkata-kata seperti kanak-kanak. Mengapa berkata-kata seperti kanak-kanak? Karena hidup rohaninya masih seperti kanak-kanak, maka pastilah ia berkata-kata seperti kanak-kanak.

Kita sudah memperhatikan dua perkara, yaitu “tanpa penyataan Allah” dan “tanpa pengetahuan.” Sekarang kita akan memperhatikan tentang “tanpa nubuat.”
Kita berdoa, kita mohon dengan rendah hati, kiranya Tuhan memberkati kita tentang tanpa nubuat ini, sebagaimana dua perkara terdahulu.

Tentang: TANPA NUBUAT.
Nubuat adalah Firman Allah yang disampaikan oleh seorang nabi, sebab memang tugas dari seorang nabi adalah bernubuat.

Bernubuat, artinya;
YANG PERTAMA: Menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati atau menyingkapkan segala yang terselubung, dengan kata lain; dosa dibongkar dengan tuntas.

1 Korintus 14: 24-25
(14:24) Tetapi kalau semua bernubuat, lalu masuk orang yang tidak beriman atau orang baru, ia akan diyakinkan oleh semua dan diselidiki oleh semua; (14:25) segala rahasia yang terkandung di dalam hatinya akan menjadi nyata, sehingga ia akan sujud menyembah Allah dan mengaku: "Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu."

Ketika dosa dibongkar dengan tuntas, dua hal yang terjadi adalah:
1.     ia akan sujud menyembah Allah”, berarti; menyerahkan diri atau menaklukkan diri kepada Allah di dalam Kristus, Yesus, Dialah Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Orang yang menyerahkan diri atau menaklukkan diri kepada Allah, menunjuk kepada; orang yang terlepas dari penyembahan berhala, terlepas dari berhala-berhala di dunia ini.
2.     ia akan mengaku” atau berkata dengan jujur.
Sebaliknya, kalau dosa belum dibongkar dengan tuntas, orang semacam ini akan berkata-kata dengan dusta, tidak jujur.
Tetapi di sini kita melihat: Setelah dosa dibongkar dengan tuntas, ia akan mengaku atau berkata-kata dengan jujur. Kemudian, di dalam pengakuan itu, ia akan berkata: “Sungguh, Allah ada di tengah-tengah kamu”, menunjuk kepada orang yang cemburu Ilahi. Cemburu Ilahi, maksudnya; ada suatu kerinduan yang mendalam untuk menjadi sama dengan orang lain, misalnya; di dalam hal kesucian nikah, di dalam hal memikul salib atau berkorban di tengah ibadah dan pelayanan, di dalam hal penyerahan diri untuk sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan seterusnya.

Maka kita terus berdoa, supaya kita dapat terus menikmati firman nubuatan. Jangan sampai di tengah ibadah pelayanan tanpa nubuatan, ini adalah suatu resiko yang sangat tinggi dan sangat berbahaya di dalam hal menjalankan ibadah dan pelayanan.

Bernubuat, artinya;
YANG KEDUA: Memberitahukan hal-hal yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Oleh sebab itu, gereja Tuhan sangat membutuhkan nubuat dari seorang nabi, supaya gereja Tuhan memiliki pandangan nubuatan atau memandang jauh ke depan, dengan kata lain; menjadi gereja yang visioner, paham apa yang harus dia perbuat dan apa yang harus dia kerjakan hari ini, karena apa yang dia kerjakan hari ini, itu yang akan menentukan masa depannya kelak.

2 Korintus 4: 16
(4:16) Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.

Ketika manusia batiniah dibaharui dari sehari ke sehari, maka manusia lahiriahnya semakin merosot, namun Rasul Paulus berkata: “kami tidak tawar hati”. Sekalipun manusia lahiriah Rasul Paulus merosot, tetapi dia tidak tawar hati.
Tidak tawar hati, menunjuk; orang yang tidak mudah putus asa dan tidak mudah kecewa dan tidak mudah patah semangat, bahkan tidak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan di tengah ibadah pelayanan.

Itu sebabnya dalam Amsal 24:10, raja Salomo berkata: Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.
Orang yang mudah ngambek itu adalah orang yang tidak memiliki kekuatan apa-apa di dalam dirinya, itulah orang yang memiliki sifat kanak-kanak.

2 Korintus 4: 1-2
(4:1) Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati. (4:2) Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

Rasul Paulus tidak tawar hati di dalam melayani Tuhan, sebab:
1.     Ia menolak segala perbuatan yang tersembunyi.
2.     Tidak berlaku licik dan tidak memalsukan Firman Allah.

Kesimpulannya: Orang tidak tersandung dan tidak menjadi batu sandungan di dalam memikul salib-Nya.

Pertanyaannya: MENGAPA RASUL PAULUS TIDAK TAWAR HATI?
2 Korintus 4: 17-18
(4:17) Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. (4:18) Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.

Rasul Paulus memiliki pandangan nubuatan, ia memandang jauh ke depan, itu bisa dilihat dari perkataannya:
-       Pada ayat 17: “Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya
-       Pada ayat 18: “kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal

yang tak kelihatan adalah kekal”, menunjuk; Kerajaan Sorga, itulah “kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya”.

Pendeknya: Rasul Paulus adalah seorang yang visioner, tandanya;
-       Rasul Paulus tidak peduli dengan penderitaan ringan yang dialaminya. Selama ia dipercayakan pelayanan, yaitu pemberitaan Injil, ia tidak peduli dengan segala bentuk kesulitan atau segala bentuk penderitaan, karena bagi Rasul Paulus hal-hal tersebut merupakan ringan dan sifatnya sementara.
-       Perhatian Rasul Paulus tidak tertuju pada perkara lahiriah atau yang kelihatan, melainkan perhatiannya tertuju kepada yang tidak kelihatan, itulah Kerajaan Sorga.
Itulah yang disebut pandangan nubutan, memandang jauh ke depan.
Tetapi kalau gereja Tuhan tidak visioner, tidak memiliki pandangan nubuatan, berarti; cara berpikirnya pendek, cara berpikirnya sempit, mudah goyah, mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tidak suci.

Bagaimana dengan sidang jemaat GPT “BETANIA”?
Inilah kebanggaan kita dari Tuhan, yaitu mendapatkan firman nubuatan. Kita diajar untuk memiliki pandangan nubuatan, menjadi gereja yang visioner, tandanya;
-       tidak peduli dengan penderitaan ringan dalam melayani Tuhan. Mau digunjing, mau dihina, dikecilkan, tidak peduli.
-       Pandangannya terus tertuju kepada yang tidak kelihatan, itulah perkara di atas, perkara di sorgawi, yakni: ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.

2 Korintus 5: 1
(5:1) Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Rasul Paulus menyadari, bahwa; kemah, yaitu tubuh kita ini, suatu kali nanti akan dibongkar, sehingga kita pun akan beralih ke suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
Jadi, sudah sangat jelas, bahwa Rasul Paulus betul-betul seorang yang visioner, memiliki pandangan nubuatan, memandang jauh ke depan.

Mari kita belajar untuk senantiasa memiliki pandangan nubuatan, menjadi gereja Tuhan yang visioner. Jangan mudah putus asa. Jangan tawar hati dikala menghadapi kesulitan yang menekan.

2 Korintus 5: 2-3
(5:2) Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena kita rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (5:3) sebab dengan demikian kita berpakaian dan tidak kedapatan telanjang.

Selama kita mendiami kemah, yaitu tubuh kita ini, kita banyak mengeluh karena begitu beratnya pergumulan-pergumulan yang menekan, pergumulan-pergumulan yang tidak ada akhirnya, sebab itu; Rasul Paulus rindu ke suatu tempat kediaman yang tidak dibuat oleh tangan manusia.

Rasul Paulus rindu tempat kediaman sorgawi, sama artinya; “berpakaian”, berarti; tidak telanjang, menunjukkan bahwa; Rasul Paulus betul-betul hidup menurut ketetapan, perintah dan peraturan-peraturan Tuhan, ia tidak melanggarnya. Dia betul-betul seorang rasul yang dengar-dengaran kepada Tuhan; taat, setia, dengar-dengaran.
Beda dengan Adam dan Hawa, ketika mereka melanggar hukum Allah; mereka menjadi telanjang, kelihatanlah dosa yang sangat memalukan itu.

2 Korintus 5: 4
(5:4) Sebab selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup.

Rasul Paulus berkata: “mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana itu ditelan oleh hidup”, ini jelas-jelas berbicara tentang pengalaman Yesus di dalam tanda kematian dan kebangkitan-Nya.

1 Korintus 15: 35-36
(15:35) Tetapi mungkin ada orang yang bertanya: "Bagaimanakah orang mati dibangkitkan? Dan dengan tubuh apakah mereka akan datang kembali?" (15:36) Hai orang bodoh! Apa yang engkau sendiri taburkan, tidak akan tumbuh dan hidup, kalau ia tidak mati dahulu.

Seseorang tidak akan bangkit dan hidup, jika ia tidak mati dahulu.
Kalau pengalaman kematiannya benar, maka pengalaman kebangkitannya juga benar, sebab ada kebangkitan yang palsu, yaitu pelayanan terus berjalan, tetapi dosa terus dia kerjakan.

1 Korintus 15: 42-44
(15:42) Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. (15:43) Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan. (15:44) Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah. Jika ada tubuh alamiah, maka ada pula tubuh rohaniah.

Kebangkitan dan hidup Yesus Kristus menelan empat perkara.
1. Menelan kebinasaan, sehingga dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.
2. Menelan kehinaan, sehingga dibangkitkan dalam kemuliaan.
3. Menelan kelemahan, sehingga dibangkitkan dalam kekuatan.
4. Menelam tubuh alamiah, sehingga dibangkitkan menjadi tubuh rohani.
Pendeknya: Yang fana ditelan oleh hidup, oleh kuasa kebangkitan Yesus Kristus...Puji Tuhan..Haleluya..

Ketika Adam dan Hawa melanggar hukum Allah, mereka jatuh dalam dosa dan menjadi telanjang, oleh karena itulah Tuhan, Allah, membuat pakaian dari kulit binatang. Binatang yang dikuliti, menunjuk kepada; korban Kristus.
Ketika Yesus dikorbankan di atas kayu salib; dosa kita tertutupi, itu sebabnya Rasul Paulus berkata dalam 2 Korintus 5 tadi: “selama masih diam di dalam kemah ini, kita mengeluh oleh beratnya tekanan, karena kita mau mengenakan pakaian yang baru itu tanpa menanggalkan yang lama”, maksudnya; supaya yang fana itu ditelan oleh hidup, dengan kata lain; maut telah ditelan oleh kuasa kebangkitan dan hidup Yesus.

Jadi, yang ditaburkan itu bukan tubuh tanaman, tetapi benih yang sudah dikuliti, ini berbicara soal pengalaman kematian, supaya yang fana itu ditelan oleh yang hidup, itulah kuasa kebangkitan Yesus.
Kalau kita tidak satu dalam kematian-Nya, tentu kita tidak satu dalam kebangkitan-Nya, maka biarlah kita terlebih dahulu berada dalam tanda pengalaman kematian Yesus Kristus, supaya akhirnya kita berada dalam tanda pengalaman kebangkitan Yesus Kristus.

1 Korintus 15: 51-53
(15:51) Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, (15:52) dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. (15:53) Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati.

“Yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati”, ini menunjuk kepada; kuasa kebangkitan Yesus Kristus.
Pada waktu nafiri terakhir berbunyi, orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak binasa, dan kita semua akan diubah.

1 Korintus 15: 53-54
(15:53) Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati. (15:54) Dan sesudah yang dapat binasa ini mengenakan yang tidak dapat binasa dan yang dapat mati ini mengenakan yang tidak dapat mati, maka akan genaplah firman Tuhan yang tertulis: "Maut telah ditelan dalam kemenangan.

Sesudah yang dapat binasa mengenakan yang tidak dapat binasa, maka genaplah firman Tuhan yang tertulis: “Maut telah ditelan dalam kemenangan
Jadi, persis seperti kerinduan dari Rasul Paulus, yaitu merindukan suatu tempat kediaman yang abadi, sama artinya  mengenakan pakaian yang baru. Oleh sebab itu, dia mengenakan pakaian yang baru tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang fana ditelan oleh hidup, itulah kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Ini menunjukkan bahwa betul-betul Rasul Paulus adalah seorang rasul yang taat, setia, dengar-dengaran, betul-betul satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, sehingga yang fana itu ditelan oleh hidup.
Jadi, mengenakan pakaian yang baru tanpa menanggalkan yang lama, maksudnya adalah; yang fana telah ditelan oleh hidup yakni; oleh kuasa kebangkitan Yesus Kristus.

Kalau kita satu dalam kebangkitan Yesus Kristus, berarti yang fana itu ditelan oleh hidup, itulah orang-orang yang merindukan suatu tempat kediaman yang kekal, sama seperti mengenakan pakaian yang baru, tanpa menanggalkan yang lama, supaya yang lama ditelan oleh hidup, itulah kuasa kebangkitan Yesus Kristus. Kalau kematiannya benar, maka kebangkitannya benar.

1 Korintus 15: 55-56
(15:55) Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?" (15:56) Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat.

Dalam suasana kebangkitan itu, kita dapat berkata: “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?
-       Sengat maut ialah dosa.
-       Kuasa dosa ialah hukum Taurat.
Berarti, dosa dan kuasa dosa tidak berkuasa lagi, sebab yang fana ditelan oleh hidup.

Kita patut bersyukur, karena malam hari ini kita diajar dan memperoleh pengertian dari firman nubuatan, itulah firman para nabi. Oleh firman nubuatan ini, gereja Tuhan memiliki pandangan nubuatan, sebagaimana Rasul Paulus menjadi seorang rasul yang visioner;
-       Dia tidak peduli dengan penderitaan ringan, dengan kata lain; rela menderita.
-       Kemudian perhatiannya tidak tertuju kepada yang kelihatan, melainkan kepada yang tidak kelihatan -> perkara yang di atas yakni; ibadah dan pelayanan.
Rasul Paulus merindukan suatu tempat kediaman yang kekal, suatu tempat yang tidak dibuat oleh tangan manusia, sebab itu dia mau mengenakan pakaian yang baru tanpa menanggalkan pakaian yang lama, supaya yang lama itu ditelan oleh hidup (kuasa kebangkitan Yesus Kristus).
Sekali lagi saya tegaskan, bahwa; betul-betul Rasul Paulus adalah seorang rasul yang taat, setia dan dengar-dengaran, dan dia betul-betul satu di dalam tanda kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Kuasa kematian dan kebangkitan Yesus;
-       Menelan kebinasaan, sehingga kita dibangkitkan dalam ketidakbinasaan.
-       Menelan kehinaan, sehingga kita dibangkitkan dalam kemuliaan.
-       Menelan kelemahan, sehingga kita dibangkitkan dalam kekuatan.
-       Menelan tubuh alamiah, sehingga kita dibangkitkan menjadi tubuh rohani.
Inilah tanda kehidupan yang memiliki pandangan nubuatan.

Kita perhatikan lebih jauh dengan NUBUAT, dalam 1 Korintus 14.
1 Korintus 14: 1-3
(14:1) Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. (14:2) Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorang pun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. (14:3) Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur.

Nubuat itu; “membangun, menasihati, menghibur orang lain.”
Maka, jelas bahwa; kita sangat membutuhkan nubuatan firman atau firman nubuatan, itulah firman yang disampaikan oleh para nabi.

Yeremia 23: 28
(23:28) Nabi yang beroleh mimpi, biarlah menceritakan mimpinya itu, dan nabi yang beroleh firman-Ku, biarlah menceritakan firman-Ku itu dengan benar! Apakah sangkut-paut jerami dengan gandum? demikianlah firman TUHAN.

Tugas nabi: Menceritakan mimpi dan Firman Allah yang dia terima dari Tuhan dengan benar.
Oleh sebab itu, seorang nabi harus jujur; kalau dia beroleh mimpi dan beroleh firman, itu harus disampaikan kepada sidang jemaat, tidak boleh ditahan-tahan, walaupun memang sepertinya menyakitkan.

1 Tesalonika 5: 20
(5:20) dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.

Jangan ada yang menganggap enteng, jangan memandang rendah dan jangan menganggap kecil firman nubuatan, firman yang rahasianya dibukakan, karena firman para nabi, firman nubuatan berkuasa untuk;
-       Menyingkapkan segala rahasia yang terkandung dalam hati, menyingkapkan segala yang terselubung, dengan kata lain dosa dibongkar dengan tuntas.
-       Juga dapat menceritakan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Tetapi kenyataannya, ada hamba Tuhan yang menganggap rendah nubuat, yaitu hamba-hamba Tuhan yang menyampaikan firman Allah tanpa kasih, sama dengan; tanpa nubuat.

Yesaya 28: 9-10
(28:9) Dan orang berkata: "Kepada siapakah dia ini mau mengajarkan pengetahuannya dan kepada siapakah ia mau menjelaskan nubuat-nubuatnya? Seolah-olah kepada anak yang baru disapih, dan yang baru cerai susu! (28:10) Sebab harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini, tambah itu!"

Kalau tidak ada firman nubuat di tengah ibadah pelayanan dalam satu penggembalaan, maka peraturan-peraturan di dalam gereja Tuhan akan bertambah-tambah; harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu.
Demikian juga kalau organisasi bertambah-tambah peraturannya, maka gereja akan terikat dengan organisasi, tetapi terlepas dari kesatuan tubuh.
Kita ini organisme, tidak terikat dengan organisasi. Dan Yesus adalah firman menjadi daging, Dialah Kristus adalah Kepala.

Hari-hari ini adalah hari-hari terakhir, di mana kedatangan Tuhan sudah tidak lama lagi, maka kalau gereja Tuhan di hari-hari ini mengecilkan dan merendahkan nubuat, itu adalah tindakan yang keliru.
Jangan kita beribadah hanya untuk mencari hamba Tuhan yang pandai guyon-guyon, pandai bercerita dunia alam semesta, tanpa nubuat, sehingga peraturan-peraturan bertambah-tambah; “mesti begini mesti begitu, harus begini harus begitu.”
Apakah peraturan yang ditambah-tambah itu, bisa membuat kehidupan kita menjadi suci? Tentu tidak.
Kalau di dalam gereja aturan-aturan bertambah-tambah karena tanpa nubuat, maka yang terjadi adalah;
-       Gereja Tuhan menjadi liangnya serigala yang akan melahirkan binatang buas. 
-       Gereja Tuhan menjadi sarangnya burung. Dan kalau burung membuat sarang, bukan hanya sebagai tempat berteduh atau sebagai tempat kediamannya saja, tetapi juga sebagai tempat bertelur, yang akhirnya menelurkan banyak kenajisan.
Memang tidak bisa dipungkiri: setan begitu hebat memutar balik fakta dengan kelicikannya, sehingga gereja merendahkan dan mengecilkan nubuat, dan membesarkan perkara-perkara lahiriah, berkat-berkat secara jasmani.

Saya bahagia mendapatkan firman nubuatan sekaligus menyampaikannya kepada saudara malam ini, supaya pikiran kita terbuka. Mengikut Tuhan tidak boleh berpikir pendek dan berpikir sempit, sebab Kerajaan Sorga itu luas, tidak sesempit pikiran manusia.
Oleh sebab itu, biarlah kita datang kepada Tuhan karena kita merindukan firman para nabi, firman nubuatan. Jangan menganggap rendah nubuatan.

Yesaya 28: 11-13
(28:11) Sungguh, oleh orang-orang yang berlogat ganjil dan oleh orang-orang yang berbahasa asing akan berbicara kepada bangsa ini (28:12) Dia yang telah berfirman kepada mereka: "Inilah tempat perhentian, berilah perhentian kepada orang yang lelah; inilah tempat peristirahatan!" Tetapi mereka tidak mau mendengarkan. (28:13) Maka mereka akan mendengarkan firman TUHAN yang begini: "Harus ini harus itu, mesti begini mesti begitu, tambah ini tambah itu!" supaya dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan.

Firman para nabi, firman nubuatan itu bagaikan logat ganjil, memberi rasa damai, memberi jalan keluar dari setiap persoalan (masalah) yang kita hadapi, itulah hari perhentian kepada yang lelah.
Tetapi di sini kita melihat: Mereka menolaknya, mereka tidak suka dengan nubuatan firman atau firman para nabi,  mereka lebih suka dengan firman yang ditambah-tambahkan, lebih menyukai aturan yang ditambahkan yang dibuat manusia, sampai akhirnya; “dalam berjalan mereka jatuh telentang, sehingga luka, tertangkap dan tertawan”
Pada saat mereka berjalan, mereka jatuh telentang, dan dalam keadaan jatuh telentang;
-       mereka luka, sama artinya; menderita.
-       tertangkap dan tertawan, sama artinya; dibelenggu oleh dosa kejahatan dan kenajisan, tidak dilepaskan.
Persis seperti apa yang sudah saya sampaikan tadi: Kalau di dalam suatu penggembalaan tanpa nubuat, hanya ada aturan-aturan yang ditambahkan, maka keadaan gereja Tuhan:
-       Menjadi liangnya serigala, berarti; gereja menjadi binatang buas.
-       Menjadi sarangnya burung yang terus melahirkan kenajisan.

Kita patut bersyukur, karena perhatian Tuhan sangat besar kepada kita, lewat pengertian yang kita terima malam hari ini.
Jangan ada seorang pun di antara kita menganggap rendah nubuat-nubuat. Jangan beralih kepada berita firman yang ditambahkan dan dikurangkan, supaya jangan bertambah aturan-aturan, supaya jangan semakin mempersulit kehidupan kita. Hanya salib yang jelas membuat kita lebih efisien dan efektif untuk menyelesaikan sebuah masalah.

Yesaya 28: 7-8
(28:7) Tetapi orang-orang di sini pun pening karena anggur dan pusing karena arak. Baik imam maupun nabi pening karena arak, kacau oleh anggur; mereka pusing oleh arak, pening pada waktu melihat penglihatan, goyang pada waktu memberi keputusan. (28:8) Sungguh, segala meja penuh dengan muntah, kotoran, sehingga tidak ada tempat yang bersih lagi.

Baik nabi, baik para imam, mereka hidup di dalam hawa nafsu daging, sehingga hati mereka penuh dengan muntah, kotoran (dalam ejaan lama: tahi), sehingga tidak ada tempat yang bersih dan tidak ada tempat yang layak untuk nubuat seorang nabi (hati mereka tidak layak menjadi tempatnya Firman Allah).
Memang, kalau hati ini sudah penuh dengan segala muntah (kenajisan) dan kotoran (tahi), maka tidak ada tempat yang bersih lagi untuk firman nubuat, dan akhirnya dia akan mencari kepuasan tersendiri atau mencari ibadah yang dapat memuaskan hawa nafsunya.

Kalau hati seseorang penuh dengan kejahatan, maka dia akan mencari kesenangan ke sana ke mari, sebab dia tidak kuat terhadap firman nubuat, dia merendahkan firman nubuat, tidak ada tempat untuk firman nubuat di hatinya. Padahal sesungguhnya, firman nubuat itu bagaikan hari perhentian yang dapat menyelesaikan segala masalah.
Tetapi karena firman nubuat tidak memperoleh tempat di hatinya, dia lebih suka dengan aturan-aturan yang ditambahkan (buatan) manusia, maka masalah akan semakin bertambah-tambah di dalam hidupnya.

Kita berdoa, supaya pemberitaan firman dalam kandang penggembalaan ini semakin dewasa, sehingga saya pun tidak berkata-kata seperti anak kecil yang menyampaikan firman dengan bahasa intelektual tetapi tidak ada kasih, dengan lain kata; tanpa nubuat.
Kita belajar seperti Rasul Paulus; taat, setia, dengar-dengaran, serta satu dalam pengalaman kematian dan kebangkitan. Kalau kita sudah berada dalam suasana kebangkitan, maka maut ditelan oleh kemenangan, itulah kebangkitan dan hidup.
Kita bersyukur karena kemurahan Tuhan besar bagi, oleh sebab itu kita sekaliannya, biarlah kita junjung tinggi korban-Nya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment