KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Thursday, October 24, 2019

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 OKTOBER 2019



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 01 OKTOBER 2019

KITAB KOLOSE
(Seri:65)

Subtema: TIGA TABIAT SETAN BERTOLAK BELAKANG DENGAN TIGA TABIAT ALLAH TRINITAS

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan karena rahmat-Nya dan kasih karunia-Nya nyata dalam kehidupan kita, sehingga kita dimungkinkan untuk mengusahakan Ibadah Doa Penyembahan, dan sebentar kita akan tersungkur di kaki salib-Nya.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, juga hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita.
Sebab itu; kita berdoa, dalam doa kita mohon dengan segala kerendahan hati supaya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya, Tuhan memulihkan hidup, ibadah dan pelayanan, nikah dan rumah tangga, nama Tuhan dipermuliakan, berkat berkelimpahan menjadi bagian kita.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3: 9-10
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Jangan lagi kamu saling mendustai.” Berarti; antara satu dengan yang lain jangan lagi saling mendustai, tetapi sebaliknya; marilah kita menampilkan hati kita yang sebenarnya di hadapan Tuhan dan sesama dengan cara berkata jujur, sebab perkataan-perkataan yang keluar dari mulut itu berasal dari hati.

Singkatnya: Dengan berkata jujur, menunjukkan bahwa; seseorang tidak hidup dalam kepalsuan di dalam mengiringi dan mengikuti Tuhan.

Mazmur 12: 3
(12:3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.

Yang dimaksud dengan berkata dusta ialah berkata-kata dengan bibir yang manis, tetapi hatinya bercabang.
Berarti; hatinya tidak semanis mulutnya. 

Contohnya.
Wahyu 13: 11
(13:11) Dan aku melihat seekor binatang lain keluar dari dalam bumi dan bertanduk dua sama seperti anak domba dan ia berbicara seperti seekor naga.

“Seekor binatang lain keluar dari dalam bumi.” Sedangkan binatang yang pertama itu ada di dalam Wahyu 13:1.
Adapun wujud dari binatang yang keluar dari dalam bumi tersebut ialah “bertanduk dua sama seperti anak domba”, ini menunjuk; hamba Tuhan atau imam-imam atau orang-orang yang melayani Tuhan. Tetapi yang membingungkan, sekaligus yang membuat hati kita heran adalah ketika binatang itu berbicara, persis seekor naga, berarti; perkataannya penuh dengan perkataan dusta.
Pendeknya, wujudnya seperti hamba Tuhan, tetapi hatinya tidak semanis mulutnya, penuh dengan perkataan dusta.
Kesimpulannya: Binatang yang keluar dari dalam bumi ini tidak lain tidak bukan adalah nabi-nabi palsu.

Ditegaskan kembali dalam injil Matius 7.
Matius 7: 15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Sesungguhnya, nabi-nabi palsu itu adalah serigala yang buas, tetapi mereka datang menyamar seperti anak domba bertanduk dua, dan yang pasti apabila nabi-nabi palsu berbicara persis seperti seekor naga, dalam Perjanjian Lama disebut ular.
Hati-hati dengan perkataan palsu yang persis seperti naga, yang akhirnya menyebabkan manusia jatuh dalam dosa.

Mari kita melihat sejenak dalam Kejadian 3.
Kejadian 3: 1
(3:1) Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: "Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?"

Adapun ular itu ialah binatang yang paling cerdik dari segala binatang di darat.
Cerdik, tetapi tidak tulus, sama dengan; licik. Licik, berarti; perkataannya penuh dengan perkataan dusta.

Sebagai bukti: 
Ular itu berkata kepada Hawa: “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?” Sebetulnya ini adalah perkataan dusta dengan segala kelicikan dari pada ular itu. Tetapi untuk mengetahui bahwa perkataan ular ini betul-betul perkataan dusta, kita akan bandingkan dengan Keluaran 2: 16.

Kejadian 2: 16
(2:16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,

Tuhan Allah memberi perintah kepada manusia: “Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas

Intinya: Apa yang telah diperintahkan oleh Tuhan Allah kepada manusia itu dilarang oleh ular. 
Jadi, sudah sangat jelas; perkataan ular kepada Hawa dalam Kejadian 3: 1 adalah perkataan dusta.

Tanggapan perempuan itu terhadap perkataan ular.
YANG PERTAMA.
Kejadian 3: 2
(3:2) Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: "Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan,

Sahut perempuan itu kepada ular: “Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan
Di sini kita melihat: Perempuan itu menghilangkan atau mengurangkan kata bebas.

Kita kembali memperhatikan Kejadian 2: 16
Kejadian 2: 16
(2:16) Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas,

Dalam Kejadian 3: 2, perkataan perempuan itu berhenti sampai: “boleh kami makan”, tetapi sebetulnya di dalam perintah Allah, masih lanjut: “dengan bebas
Jadi, sekali lagi saya tandaskan: Perempuan itu menghilangkan atau mengurangkan kata “bebas

Respon perempuan itu terhadap perkataan ular.
YANG KEDUA.
Kejadian 3: 3
(3:3) tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati."

Selanjutnya Hawa berkata kepada ular: “tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati

Sekarang kita bandingkan dengan Kejadian 2: 17.
Kejadian 2: 17
(2:17) tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati."

Larangan Tuhan kepada manusia: “tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati

Pada Kejadian 2: 17, dalam larangan Tuhan kepada manusia, tidak ada kata “raba”, berarti; perempuan itu telah menambahkan kata “raba”, seperti yang tertulis dalam Kejadian 3: 3.

Kesimpulannya: tanggapan dari perempuan itu terhadap perkataan ular dalam Kejadian 3: 1 adalah;
- Menghilangkan atau mengurangkan kata “bebas” pada Kejadian 3: 2.
- Menambahkan kata raba pada Kejadian 3: 3.
Singkatnya, tanggapan dari perempuan itu justru tidak baik, sebab ular berkata-kata dengan kelicikannya, sehingga memancing perempuan itu untuk mengurangkan kata “bebas” dan menambahkan kata “raba”.

Ada kalanya perkataan itu seperti baik terdengar, tetapi sebetulnya sedang memancing orang lain untuk mengurangkan dan menambahkan suatu perkara di hadapan Tuhan dan sesama. Oleh sebab itu, jangan saling mendustai antara yang satu dengan yang lain. 

Sebetulnya, perkataan ular dalam Kejadian 3: 1 merupakan pancingan, sebab ular itu berkata; “Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?
Setelah mendengar perkataan itu, perempuan itu terpancing, dia terjebak dengan perkataan ular itu.
Sekali lagi: Hati-hati kalau berbicara, apalagi imam-imam; jangan terlihat perkataannya bagus, tetapi tersirat sesuatu yang tidak baik di dalam hati dan pikiran, sebab dari perkataan kita, itu bisa membuat respon orang untuk menambahkan dan mengurangkan kata-kata.

Kejadian 3: 4
(3:4) Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: "Sekali-kali kamu tidak akan mati,

Selanjutnya, ular itu berkata kepada Hawa: “Sekali-kali kamu tidak akan mati
Maksud dari perkataan ular tersebut ialah supaya perempuan itu makan buah pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat, dengan lain kata; supaya Hawa melanggar apa yang telah dilarang oleh Tuhan Allah.

Kesimpulannya:
- Apa yang diperintahkan oleh Tuhan Allah (Kejadian 2:16) kepada Adam dan Hawa, justru dilarang oleh ular.
- Apa yang dilarang oleh Tuhan Allah (Kejadian 2:17) kepada Adam dan Hawa, justru diperintahkan oleh ular.

Pendeknya: Iblis atau Setan bertolak belakang dengan cara kerja Allah di dalam penyelamatan manusia.
Terkait dengan bertolak belakang ini, pada minggu yang lalu telah saya sampaikan; di mana Rasul Paulus membuka hati lebar-lebar kepada sidang jemaat di Korintus, tetapi sebaliknya, jemaat di Korintus menutup pintu hati mereka terhadap pemberitaan Injil. 
Sebetulnya Tuhan bermaksud untuk menunjukkan kebaikan kepada jemaat di Korintus, tetapi jemaat di Korintus menutup pintu hati terhadap pemberitaan Injil, jemaat di Korintus bertolak belakang dengan cara kerja Allah di dalam rangka penyelamatan manusia. Kiranya hal ini dipahami dengan baik dan masih jelas dalam ingatan kita masing-masing, jangan dilupakan begitu saja.

Sekali lagi saya sampaikan: Iblis atau Setan bertolak belakang dengan cara kerja Allah di dalam penyelamatan manusia.
3. Ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
2. Tidak hidup dalam kebenaran.
Tabiat Iblis atau Setan yang paling mendasar ada tiga, yaitu: 
1. Pembunuh manusia dari sejak semula.
2. Tidak hidup dalam kebenaran.
3. Ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Adapun tiga tabiat dari Iblis atau Setan ini bertolak belakang dengan tabiat Allah Trinitas, yakni Tuhan Yesus Kristus.
- Tuhan, sama dengan; Bapa, tabiat-Nya; KASIH.
- Yesus, sama dengan; Anak, tabiat-Nya; KEBENARAN SALIB
- Kristus, sama dengan; ROH EL-KUDUS.

Tabiat dari Iblis Setan.
Yang Pertama: PEMBUNUH MANUSIA.
1 Yohanes 3: 15
(3:15) Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.

Membenci sesama setara dengan dosa membunuh.

Jangan sampai kita terkecoh; kita merasa selalu benar, sementara kita suka menghakimi seorang pembunuh, kita seringkali mempersalahkan seorang pembunuh, padahal dengan membenci sesama, setara dengan dosa membunuh. Sebab itu, jangan sampai kita tidak mengerti akan hal ini. 

Hati-hati dengan dosa membenci, sebab dosa ini setara dengan dosa membunuh. Jangan saudara berpikir bahwa seorang pembunuh lebih besar dosanya dari seorang yang membenci, tidak. 
Sekali lagi saya tandaskan: Kebencian itu setara dengan dosa membunuh. Hal ini tidak boleh dilupakan, tidak boleh diabaikan.

Tabiat dari Iblis Setan yang pertama ini, yaitu pembunuh manusia, bertolak belakang belakang dengan tabiat Allah Bapa, yaitu kasih. 

Mari kita melihat TABIAT ALLAH BAPA.
Yohanes 3: 16
(3:16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

“Begitu besar kasih Allah.” Berarti; Tabiat Allah itu adalah kasih, dan kasih Allah itu begitu besar akan dunia dan seisi dunia. 
Apa bukti kasih Allah itu besar? Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, Anak satu-satunya, Ia korbankan untuk dunia.
Tujuannya: Supaya setiap orang yang percaya kepada korban Kristus; beroleh hidup kekal, tidak binasa.

Praktek kasih Allah.
1 Petrus 4: 8
(4:8) Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa.

Yang terutama adalah kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, bukan mengasihi dengan setengah hati.

Pertanyaannya: Mengapa harus mengasihi sesama dengan sungguh-sungguh?
Jawabnya: Karena kasih itu menutupi banyak sekali dosa.
Dengan kasih kita bisa mengampuni orang lain.
Dengan kasih kita menutupi kesalahan orang lain.
- Dengan kasih kita menutupi segala kekurangan-kekurangan, kelemahan-kelemahan, dan pelanggaran-pelanggaran orang lain.
Sebab itu, di dalam hal mengasihi harus dengan sungguh-sunguh, bukan pura-pura, karena kasih itu betul-betul berkuasa menutupi dosa, mengampuni kesalahan, tidak melihat kekurangan pelanggaran orang lain.

Kolose 3: 14
(3:14) Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Orang-orang pilihan harus mengenakan pakaian, yaitu kasih.
Kasih merupakan pakaian dari orang-orang pilihan Tuhan yang telah dikuduskan dan dikasihi-Nya, sebab kegunaan dari kasih adalah sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.

Biarlah kita satu dengan yang lain diikat oleh tali kasih yang mempersatukan dan menyempurnakan.
Kita tidak bisa menjadi satu apalagi sempurna -- seperti Tuhan sempurna --, kalau diikat dengan tali marga, kalau diikat dengan tali uang, kalau diikat dengan tali Mamon, bahkan tali apa saja. Kita hanya bisa diikat oleh tali kasih Allah yang besar itu supaya kita menjadi satu dan sempurna di hadapan Tuhan.
Perlu untuk diketahui; kalau gereja Tuhan tidak satu, tidak akan sempurna, maka supaya kita satu, maka kita harus diikat oleh tali kasih dan akhirnya sempurna.

Sekali lagi saya tandaskan: Kasih sudah harus menjadi jubah atau tabiat kita, terkhusus orang-orang pilihan Tuhan (orang-orang yang melayani Tuhan), itulah orang-orang yang dikuduskan dan dikasihi-Nya.
Kalau tidak mengenakan pakaian kasih, maka terlihatlah kekurangan ketelanjangan yang memalukan. Kita semua harus memakai pakaian, itulah pakaian kasih, supaya tidak terlihat kekurangan.

Tabiat dari Iblis Setan.
Yang Kedua: TIDAK HIDUP DALAM KEBENARAN.
Hal ini bertolak belakang dengan tabiat dari Allah Anak.

Yohanes 17: 17
(17:17) Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.

Firman Allah adalah kebenaran.

Yohanes 1: 1
(1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

Kalimat yang pertama: “Pada mulanya adalah Firman.”
Kalimat yang kedua: “Firman itu bersama-sama dengan Allah.”
Kalimat yang ketiga: “Firman itu adalah Allah.”
Firman Allah dalam Yohanes 1: 1 masih dalam bentuk Logos, artinya; masih dalam bentuk tulisan, itulah huruf-huruf yang pernah tertulis di dalam setiap lembaran-lembaran gulungan kitab, juga yang pernah tertulis dalam dua loh batu. 

Yohanes 1: 14
(1:14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

“Firman itu telah menjadi manusia”, sama artinya; firman menjadi daging.
Firman Allah dalam Yohanes 1: 14 sudah menjadi Rhema, artinya; firman itu sudah menjadi praktek dalam daging, firman telah menjadi praktek dalam hidup sehari-hari.

Yohanes 8: 37
(8:37) "Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu.

Di sini kita melihat: Firman itu masih dalam bentuk Logos, belum menjadi praktek. Apa tandanya? Orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh Yesus Kristus. Membenci, setara dengan dosa membunuh.
Yohanes 8: 37 sama dengan Yohanes 1: 1. Orang Yahudi tahu firman, tetapi belum menjadi praktek firman, sama dengan huruf-huruf yang tertulis dalam setiap lembaran gulungan kitab dan dua loh batu, dengan lain kata masih dalam bentuk Logos.

Yohanes 8: 38, 42
(8:38) Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu." (8:42) Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.

Yesus adalah firman yang menjadi daging atau firman sudah menjadi praktek, dengan lain kata sudah menjadi “Rhema”, sebab Yesus datang ke dunia ini untuk melakukan kehendak Allah Bapa, berarti; apa yang Dia lihat dan apa yang Dia dengar dari Allah Bapa, itulah yang Dia lakukan.
Ketika firman itu sudah menjadi daging, sama artinya hidup di dalam kebenaran karena sudah menjadi praktek firman. Mengerti firman tetapi tidak praktek firman sama artinya tidak hidup di dalam kebenaran. 

Yesus melakukan kehendak Allah Bapa, Ia harus menanggung penderitaan yang tidak harus Ia tanggung di atas kayu salib, Ia melakukan itu sesuai dengan apa yang Dia dengar dari Allah Bapa dan sesuai dengan apa yang Dia lihat dari Bapa, itu yang Dia lakukan, itulah kebenaran.
Kalau kita melakukan sesuatu perkara atas dasar kehendak sendiri, itu bukan kebenaran. Tetapi kebenaran adalah melakukan kehendak Allah Bapa, yaitu melakukan sesuai dengan apa yang dilihat dan didengar dari Allah. Dalam Yohanes 17: 17, Yesus dengan tandas berkata: Kuduskanlah mereka dalam kebenaran; firman-Mu adalah kebenaran.
Yang masih terlanjur-lanjur melakukan sesuatu perkara atas dasar keinginannya (kehendaknya); jangan lagi lanjutkan itu, sebab itu bukanlah kebenaran.

Saya tidak mengecilkan imam-imam yang melayani dengan segala jerih lelah, saya hargai itu. Tetapi kalau saudara berjerih lelah atas dasar keinginan sendiri, itu bukan kebenaran, jangan lanjutkan. 
Jangan kita bodoh, mengapa? Karena kalau kita melakukan sesuatu perkara besar atau kecil atas kehendak sendiri, itu bukanlah kebenaran, itu adalah perbuatan bodoh yang merugikan seseorang.

Apa yang telah kita terima pada saat ini, kiranya betul-betul menjadi Rhema, berarti firman telah menjadi daging dalam setiap kehidupan kita masing-masing...Puji Tuhan..Haleluya..

Yohanes 18: 37
(18:37) Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."

Yesus adalah Raja, untuk itulah Dia lahir dan datang ke dunia ini. Dia harus melakukan apa yang Dia dengar dan apa yang Dia lihat dari Bapa, supaya Ia memberi kesaksian tentang kebenaran itu.

Matius 27: 37
(27:37) Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi."

Di atas kayu salib tertulis INRI, artinya; Inilah Yesus, Raja orang Yahudi, dan oleh karena itulah Ia disalibkan.

Dalam Yohanes 18: 37, Yesus sendiri berkata: “Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini”, dan sebagai Raja, Dia akan memberi kesaksian tentang kebenaran itu. Maka, sudah terlihat kesaksian tentang kebenaran itu, di mana Yesus sebagai Raja, dan oleh karena itulah Dia disalibkan. Dan ketika Yesus disalibkan, itulah kebenaran yang disaksikan kepada dunia. Jadi, Dia melakukan itu atas dasar apa yang Dia lihat dan apa yang Dia dengar dari Bapa.
Maka, jelaslah bahwa ternyata, kita tidak bisa bergantung, tidak bisa berharap kepada pengertian dan kebenaran manusia.  

Tabiat dari Iblis Setan.
Yang Ketiga: BAPA SEGALA DUSTA.
Hal ini bertolak belakang dengan tabiat Allah Roh-El Kudus.

1 Yohanes 2: 20
(2:20) Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya.

kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus”, puji Tuhan ... Haleluya.
Karena Tuhan, kita hidup dalam pengurapan. Karena ibadah dan pelayanan ini, kita hidup dalam pengurapan. Tidak ada pengurapan kalau kita tidak di dalam Tuhan. Pengurapan tidak berlaku atas seseorang; kalau tidak beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan. Pengurapan itu tidak datang dari lain-lain, tidak bisa dibuat-buat.

1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.

Kehidupan yang diurapi Roh Kudus tidak perlu diajar manusia, sebab Roh Kudus itu mengajar tentang segala sesuatu, dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta. Sedangkan tabiat dari Iblis Setan yang ketiga adalah; bapa segala dusta. 

Kehidupan yang diurapi oleh Roh Kudus sangat sukar sekali untuk berdusta, sama seperti orang yang mau bunuh diri. Tidak ada orang yang dengan gampang bisa bunuh diri. Tetapi kalau kehidupan yang diurapi berdusta, berarti sama saja dia bunuh diri.

Banyak orang Kristen berpikir, bahwa; berbohong (berdusta) demi kebaikan itu diperbolehkan. Tidak ada namanya berbohong demi kebaikan, sebab bohong (dusta) itu bertolak belakang dengan kebaikan. 
Dusta kecil, dusta besar, itu sama-sama  berdusta. Jadi, jangan pelihara dosa dusta, dan jangan anggap enteng dusta kecil. 

Dusta sangat bermanfaat bagi orang-orang yang suka berdusta, bermanfaat bagi orang-orang yang masih mempertahankan dosanya. Dusta adalah dosa terakhir. Mengapa saya katakan dosa terakhir? Karena dusta bisa digunakan atau dimanfaatkan sebagai alat kemas untuk membungkus semua dosa. Dusta adalah alat kemas yang paling efektif untuk mengemas, untuk membungkus dosa. Maka, jangan anggap enteng soal dosa dusta, apalagi yang sudah melayani Tuhan Yesus tidak boleh lagi berdusta.

Amsal 30: 24-28
(30:24) Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan

Biar kita hina, tidak dianggap orang, dikecilkan orang, tidak apa-apa, asal kita cekatan melayani pekerjaan Tuhan, itu nomor satu. Sebab itu, hal yang kecil dan cekatan ini perlu dituliskan oleh raja Salomo, sebagai seorang yang penuh hikmat, bagi dia hal ini penting sekali; Dianggap kecil dan hina oleh dunia, tetapi cekatan dalam melayani Tuhan, tentu sesuai karunia-karunia dan jabatan Roh Kudus yang dipercayakan oleh Tuhan.

Mari kita lihat empat binatang yang terkecil itu.
Amsal 30: 24-28
(30:25) semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, (30:26) pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, (30:27) belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur, (30:28) cicak yang dapat kautangkap dengan tangan, tetapi yang juga ada di istana-istana raja.

Empat binatang yang terkecil, tetapi cekatan, yaitu:
1. Semut.  
Sebetulnya masih ada yang lebih kecil dari semut, tetapi mengapa semut disebut binatang yang terkecil? Karena semut adalah “bangsa yang tidak kuat.”
Letak cekatannya semut: Menyediakan makanan di musim panas, berarti selagi ada kemurahan kasih Allah, semut berusaha menghargainya.
2. Pelanduk. 
Pelanduk itu lebih besar dari tikus, tetapi mengapa pelanduk disebut binatang yang terkecil? Karena pelanduk adalah “binatang yang lemah.”
Letak cekatannya pelanduk: Mendirikan rumah di atas batu penjuru, itulah korban Kristus.
3. Belalang. 
Sebetulnya belalang bukanlah binatang terkecil, tetapi mengapa belalang disebut binatang yang terkecil? “Karena dia tidak mempunyai raja.”
Letak cekatan belalang: “Berbaris dengan teratur.”
4. Cicak.
Cicak juga bukan binatang yang paling kecil, tetapi mengapa cicak disebut binatang yang terkecil? “Karena dia mudah ditangkap dengan tangan.”
Letak cekatannya cicak: Ada di istana-istana raja. Lemah tetapi ada di istana kerajaan, bukankah itu cekatan? 

Suatu kali kelak kita akan berada dalam kerajaan Allah, berada dalam kemuliaan Allah selama-lamanya, karena kita cekatan di dalam melayani pekerjaan Tuhan, dengan lain kata; menjadi mempelai wanita Tuhan, kelak bersanding dengan Mempelai Pria Sorgawi.

Kita kembali fokus memperhatikan tentang; KEHIDUPAN YANG DIURAPI.
Satu dari empat binatang terkecil tersebut ialah belalang, yang tidak mempunyai raja, tidak mempunyai pemimpin, namun semuanya “berbaris dengan teratur”, inilah gambaran dari kehidupan yang diurapi. Tidak perlu ada raja, tidak perlu ada pemimpin, tidak perlu manusia mengajar, tetapi Roh Tuhan itu mengajar dia tentang segala sesuatu, dan ajaran-Nya itu benar, tidak dusta. Singkat kata, jikalau Roh Tuhan yang memimpin, maka belalang akan berbaris dengan teratur (cekatan).

Kalau berbaris dengan teratur, maka terlihat rapi tersusun; perkataan rapi tersusun, setiap gerakan, solah tingkah, tindakan-tindakannya terlihat dengan rapi tersusun, semuanya teratur.
Inilah kerinduan dari seorang pemimpin. Kalau semua berbaris dengan teratur, maka seorang pemimpin sangat bahagia tentunya, dan Roh Kudus juga berbahagia kalau kita berbaris dengan teratur, kalau kita melayani Tuhan dengan rapi tersusun.
Untuk sekarang dan selamanya, biarlah kita semua betul-betul membuat Roh Kudus bahagia, tidak lagi membuat daging bahagia. Allah Roh Kudus berbahagia kalau kita berbaris dengan teratur di dalam melayani pekerjaan Tuhan, Kristus Kepala, Dialah Pemimpin, Dia penyelamat, maka belajarlah untuk menyukakan Pemimpin.

Jadi, Iblis atau Setan bertolak belakang dengan cara kerja Allah di dalam penyelamatan umat manusia. 
Kita sudah melihat tadi tiga tabiat Setan bertolak belakang dengan tabiat dari Allah Trinitas, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

-    Tabiat Iblis Setan pertama: “Pembunuh manusia sejak semula”, bertolak belakang  dengan tabiat dari Allah Bapa, yaitu “KASIH”, karena kasih itu menutupi banyak sekali dosa. 
Perlu untuk diketahui: Orang yang melayani Tuhan harus mengenakan pakaian kasih. Kalau tidak mengenakan pakaian kasih, maka akan terlihat ketelanjangan, kekurangan, dan itu memalukan.

-    Tabiat Iblis Setan kedua: “Tidak hidup dalam kebenaran”, bertolak belakang dengan tabiat dari Yesus, Anak Allah, hidup di dalam KEBENARAN.
Dia melakukan kehendak Allah Bapa, berarti; melakukan sesuai dengan apa yang Dia lihat, sesuai dengan apa yang Dia dengar dari Bapa, itulah salib. Kalau Dia disalib, itu karena Dia Raja, untuk itulah Dia lahir dan untuk itulah Dia datang, yaitu untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Kalau kita datang melayani atas kehendak sendiri, itu bukanlah kebenaran. Dan sangat disayangkan sekali; pekerjaan yang banyak, pengorbanan yang banyak, tetapi dikerjakan atas kehendak sendiri, itu adalah perbuatan bodoh, yang sia-sia, tidak ada artinya. 
Kita harus semakin dewasa tentang hal kebenaran ini. Jangan bertahan dengan sifat manusiawi, itu tidak ada artinya. Terlihat benar di mata manusia, tetapi tidak benar di mata Tuhan, itu tidak ada artinya. Biarlah kita melakukan sesuai dengan kehendak Allah Bapa, sesuai dengan apa yang kita dengar dan sesuai dengan apa yang kita lihat dari Dia yang mengutus kita. 

-     Tabiat Iblis Setan ketiga: “Bapa pendusta”, bertolak belakang dengan tabiat dari ALLAH ROH KUDUS.
Ajaran dari Roh Kudus itu benar, tidak dusta. Kita sudah melihat belalang berbaris dengan teratur walaupun tidak ada raja, tidak ada pemimpin, tetapi karena hidup dalam pengurapan, maka dengan berbaris teratur, sehingga seperti belalang-belalang. Inilah yang pada akhirnya menjadi tentara-tentara Tuhan yang menyukakan Allah Roh Kudus. Inilah yang dirindu-rindukan oleh seorang pemimpin.

Biarlah kita berbaris dengan teratur, datang di kaki salib Tuhan, sujud menyembah Allah yang hidup, Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Israel. Singkat kata, cekatan di dalam penyembahan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


TIDAK ADA namanya BERBOHONG DEMI KEBAIKAN
Bohong (dusta) bertolak belakang dengan kebaikan

Dusta kecil atau dusta besar tetap saja dosa dusta
Jangan pelihara dusta. Jangan anggap enteng dusta.

No comments:

Post a Comment