KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 8, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 08 AGUSTUS 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 08 AGUSTUS 2019


KITAB RUT
(Seri: 60)

Subtema: DEWASA DALAM BERPIKIR, KANAK-KANAK DALAM KEJAHATAN

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita dan perhimpunan tempat ibadah ini.
Kita bersyukur kepada Tuhan, oleh karena kemurahan Tuhan; kita diijinkan menjalankan, mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, dan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita.
Dan selanjutnya, mari kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, sehingga ibadah ini betul-betul mengandung janji dan kuasa, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Di atas segalanya nama Tuhan dipermuliakan.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Kalimat yang harus kita perhatikan ialah: “Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas.
-       Jaminan dari Boas kepada Rut ialah dia diijinkan berada di ladang Boas untuk bekerja di ladang Boas.
-       Bekal yang disediakan Boas kepada Rut ialah apabila Rut haus, ia boleh minum dari air yang dicedok oleh pengerja-pengerja itu.
Boas, menunjuk; pribadi Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus.

Sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah tanda:
1.     Ketundukan Rut.
2.     Kedewasaan Rut.

Kita masih memperhatikan Rut di dalam hal kedewasaannya.
Tentang: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa, artinya; telah meninggalkan sikap kanak-kanak atau telah akil balig.

1 Korintus 13: 10-11
(13:10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.
Banyak hal yang membuat kita tidak sempurna, banyak hal yang membuat kita tidak dewasa rohani.

Seperti pengakuan dari Rasul Paulus: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu
Adapun sifat kanak-kanak yang dimaksud ialah:
1.     Berkata-kata seperti kanak-kanak.
2.     Merasa seperti kanak-kanak.
3.     Bersifat seperti kanak-kanak.

Contoh BERPIKIR SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13: 3
(13:3) Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Sekalipun seorang hamba Tuhan di dalam dua tanda, yaitu:
1.     Membagi-bagikan segala sesuatu yang ada dalam dirinya.
2.     Menyerahkan dirinya untuk dibakar.
Dengan kata lain; penuh dengan pengorbanan di dalam melayani Tuhan, tetapi jika hamba Tuhan itu tidak mempunyai kasih; tidak ada faedahnya.

Hal itu harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, imam-imam atau pelayan-pelayan Tuhan, jangan kita datang beribadah dan melayani kepada Tuhan hanya karena aturan tentang suatu kewajiban, atau hanya karena  kepentingan pribadi.
Kalau beribadah dan melayani tanpa kasih, sekalipun ia memberi segala sesuatu miliknya, sekalipun ia penuh dengan pengorbanan, sama sekali tidak ada faedahnya. Hasil dari pelayanan tanpa kasih adalah nol.

Kesimpulannya: Kalau kebenaran sorgawi diukur dari pemberian dan pengorbanan seseorang, sama artinya; berpikir seperti kanak-kanak.

1 Korintus 14: 20
(14:20) Saudara-saudara, janganlah sama seperti anak-anak dalam pemikiranmu. Jadilah anak-anak dalam kejahatan, tetapi orang dewasa dalam pemikiranmu!

Rasul Paulus berkata sekaligus menghimbau sidang jemaat di Korintus, juga menghimbau kita sekalian pada malam hari ini, yaitu supaya jangan sama seperti anak-anak dalam pemikiran, tetapi jadilah anak-anak di dalam hal kejahatan.
Jangan kita berpikir seperti kanak-kanak, tetapi jadilah kanak-kanak di dalam hal kejahatan, berarti; kalau pun ada kesalahan, itu terjadi di luar pengertiannya, tetapi “biarlah kita dewasa di dalam hal berpikir.”

Matius 6: 2
(6:2) Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Orang-orang munafik suka memberi suatu pemberian di rumah-rumah ibadat dan di jalan-jalan, di mana maksud dan tujuan hati mereka ialah supaya mereka dipuji orang atau mencari pujian dari orang lain.
Orang yang memberi untuk mencari pujian, menunjukkan bahwa; ia berpikir seperti kanak-kanak, belum dewasa secara rohani.
Jangan berpikir seperti kanak-kanak, seperti orang munafik; memberi sedekah dengan tujuan dipuji oleh orang lain. Biarlah kita menjadi anak-anak dalam kejahatan, tetapi menjadi orang dewasa di dalam hal berpikir.

Matius 9: 1-3
(9:1) Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang. Kemudian sampailah Ia ke kota-Nya sendiri. (9:2) Maka dibawa oranglah kepada-Nya seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya. Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: "Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni." (9:3) Maka berkatalah beberapa orang ahli Taurat dalam hatinya: "Ia menghujat Allah."

Yesus menyembuhkan orang lumpuh, dan berkata: “Percayalah, hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni
Tetapi di sisi lain, beberapa orang ahli Taurat berkata dalam hatinya: “Ia menghujat Allah”, karena di dalam pemikiran mereka; yang berhak mengampuni dosa ialah Allah di sorga, ini menunjukkan bahwa; mereka tidak mengenal Yesus, Anak Allah, dengan segala pengorbanan-Nya.

Matius 9: 4-5
(9:4) Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata: "Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu? (9:5) Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?

Karena Yesus mengetahui pikiran mereka, berkatalah Ia: “Mengapa kamu memikirkan hal-hal yang jahat di dalam hatimu?”
Tuhan melakukan suatu perkara yang ajaib, yang benar, yang mulia, tetapi beberapa orang ahli Taurat memikirkan hal yang jahat di dalam hatinya.

Coba bayangkan; sementara kita beribadah kepada Tuhan, tetapi di sisi lain masih memikirkan hal-hal yang jahat dan yang najis, bukankah itu suatu hal yang sangat memilukan hati Tuhan?
Tuhan menyoroti ibadah kita, sebab Tuhan tahu pikiran hati yang jahat. Kita datang dengan motivasi apa, Tuhan tahu. Sebab itu di atas tadi sudah dinyatakan: Jangan berpikir seperti kanak-kanak.

Yesus kembali berkata kepada mereka: “Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah dan berjalanlah?
Perlu untuk diketahui: Kita akan lebih mudah berjalan dan melangkah dalam Tuhan, jika dosa sudah diampuni. Sebaliknya, akan terasa sulit untuk berjalan dan melangkah, terasa sulit untuk beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, jika dosa-dosa itu belum diampuni Tuhan; (kejahatan masih berakar, kenajisan masih berakar).
Malam ini, pikiran dan hati kita sedang disoroti oleh Tuhan, supaya dengan mudah kita melangkah dan berjalan dalam Tuhan, supaya dengan mudah kita beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.

Galatia 4: 1-2
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (4:2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

Selama seorang ahli waris belum akil balig atau belum dewasa rohani -- masih mempertahankan sikap kanak-kanak (kanak-kanak rohani) --, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba.
Hamba di sini, menunjuk; budak dosa, maksudnya; belum lepas dari kelemahan-kelemahannya, dosa-dosanya, kejahatan dan kenajisan yang masih berakar di dalam hidupnya.
Maka, seseorang yang masih kanak-kanak rohani, belum akil balig; ia berada di bawah perwalian dan pengawasan, berarti; belum dipercaya untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, sama artinya; kepadanya belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Jangan kita sakit hati kalau Tuhan tidak percayakan pelayanan kepada kita, justru sebaliknya kita harus mengoreksi diri; mengapa masih mempertahankan sifat kanak-kanak, mengapa masih kanak-kanak rohani, artinya; berpikir seperti kanak-kanak, itu yang harus kita koreksi, jangan kita marah ketika diberhentikan dari pelayanan.  Jangan kita salahkan situasi, kondisi, keadaan, tetapi salahkan diri sendiri.

Praktek lumpuh rohani atau belum akil balig (kanak-kanak rohani).
YANG PERTAMA.
Galatia 4: 3
(4:3) Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.

“Takluk kepada roh-roh dunia.” Roh-roh dunia adalah roh antikris.

1 Yohanes 4: 2-3, 5
(4:2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (4:3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. (4:5) Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.

Roh antikristus adalah roh duniawi, yang hanya berbicara soal perkara-perkara duniawi atau perkara-perkara di bawah atau perkara-perkara lahiriah, bukan perkara-perkara di atas, bukan perkara rohani, bukan perkara di sorga.
Dan manusia duniawi mendengarkan roh duniawi. Kalau dia berasal dari dunia, pasti dia suka dengan roh antikris, roh-roh duniawi, dia tidak suka mendengarkan pemberitaan firman tentang salib.

Kita patut bersyukur kalau sampai saat ini kita berada di tengah-tengah takhta kasih karunia, menunjukkan bahwa; kita masih memikirkan perkara rohani, perkara di atas.

Praktek lumpuh rohani atau belum akil balig (kanak-kanak rohani).
YANG KEDUA.
Galatia 4: 4-5
(4:4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (4:5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

“Takluk kepada hukum Taurat.” Hukum Taurat disebut juga dengan perjanjian yang pertama, berarti; bersifat lahiriah, dengan lain kata; menjalankan ibadah pelayanan secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya; tubuh jasmaninya dipersembahkan kepada Tuhan di tengah ibadah ini, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.

Kelemahan dari hukum Taurat:
1.     Menunjuk-nunjuk dosa, artinya; suka mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, dosa masa lalu orang selalu diungkit.
2.     Tidak dapat mengampuni dosa, itu menunjuk kepada; orang yang masih dikuasai oleh roh akar pahit. Kalau kepahitan itu sudah berakar, orang semacam ini sukar sekali untuk mengampuni dosa orang lain, menunjukkan bahwa; dia masih menjalankan ibadah Taurat, ibadah lahiriah.

Inilah yang menyebabkan atau menimbulkan terjadinya kelumpuhan; tidak dapat berjalan melangkah atau beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.

Praktek lumpuh rohani atau belum akil balig (kanak-kanak rohani).
YANG KETIGA.
Galatia 4: 8
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.

“Memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah”, pendeknya: Hidup dalam penyembahan berhala.
Berhala, artinya;
1.     Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya; meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, karena kesibukan-kesibukan, dan karena perkara lahiriah lainnya.
2.     Kekerasan di hati, yang digambarkan seperti tanah yang berbatu-batu.
Tanah yang berbatu-batu, berarti; tanahnya sedikit. Orang yang semacam ini senang sekali mendengar firman, menangis terharu saat mendengar firman, tetapi firman itu tidak berakar di hatinya, dia hanya bertumbuh sebentar, sehingga ketika ada ujian, dia segera murtad, cepat sekali berubah.
Walaupun kita tidak mendirikan patung dan arca di rumah kita masing-masing sebagai sesembahan, tetapi kekerasan hati itu disebut juga dengan penyembahan berhala.
3.     Kebenaran diri sendiri, berarti; mengesampingkan kebenaran dari Allah.

Pendeknya, oleh karena:
-       takluk kepada roh-roh dunia,
-       takluk kepada hukum Taurat,
-       menyembah berhala,
seseorang tidak dapat berjalan melangkah atau beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan, sama artinya; lumpuh rohani.
Kiranya kita memperhatikan hal ini, memperhatikan apa yang menyebabkan seseorang menjadi lumpuh rohani.

Jalan keluarnya.
Matius 9: 6-7
(9:6) Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" -- lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu --: "Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!" (9:7) Dan orang itu pun bangun lalu pulang.

Supaya lepas dari pikiran jahat atau supaya tidak lagi bepikir seperti kanak-kanak, maka kita harus selekasnya mengetahui dengan pasti, bahwa; Anak Manusia berhak dan berkuasa mengampuni dosa.
Berarti, yang lain tidak berkuasa untuk mengampuni dosanya, bahkan diri kita sendiri tidak berkuasa untuk melepaskan diri dari dosa, selain kuasa dari Anak Manusia itu sendiri. Seseorang tidak bisa melepaskan dirinya dari dosa apa saja -- baik itu dosa kejahatan maupun dosa kenajisan -- tanpa pengampunan dari Anak Manusia, Dia yang berhak untuk mengampuni dosa manusia di atas muka bumi ini, di dalam dunia ini. Hal ini harus kita mengerti.

Dulu, saya banyak mendapat pengertian dari pemikiran yang salah, yang mengatakan: “Untuk apa beribadah apalagi melayani, kalau masih berdosa?”, sesungguhnya itu adalah pemikiran kanak-kanak, pemikiran jahat.
Tidak mungkin kita lepas dari dosa, kalau tidak diampuni oleh Anak Manusia, sebab itu; saat kita beribadah dan melayani kepada Tuhan disebut berdiri di atas takhta kasih karunia. Ibadah dan pelayanan ini merupakan sarana yang efektif untuk kita boleh mendapat pengampunan dari Tuhan.

Praktek dosa sudah diampuni atau disembuhkan dari kelumpuhan, Yesus berkata kepada orang lumpuh itu: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” Dan orang itu pun bangun, lalu pulang.

Matius 16: 21-23
(16:21) Sejak waktu itu Yesus mulai menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. (16:22) Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia, katanya: "Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau." (16:23) Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus: "Enyahlah Iblis. Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia."

Simon Petrus menolak pengalaman salib, sengsara salib. Mengapa? Karena Simon Petrus memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia, bukan memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah.
Memikirkan apa yang dipikirkan oleh manusia, sama artinya; berpikir seperti kanak-kanak.

Padahal, sengsara salib adalah sarana yang paling efektif untuk selanjutnya membawa kita masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan, itu sebabnya Yesus berkata: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa
Kalau dosa sudah diampuni lewat salib, berarti; ada pengalaman kematian – dibunuh, lalu mati di atas kayu salib --, dan ada pengalaman kebangkitan -- bangkit pada hari yang ketiga --.
Yesus, Anak Allah, Dia harus mati terbunuh di atas kayu salib, dan bangkit pada hari ketiga, mengapa? Karena;
-       Kematian Yesus adalah kematian terhadap dosa.
-       Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan untuk hidup benar di hadapan Tuhan, berarti; melayani Tuhan di dalam kesucian oleh karena kuasa Roh suci.

Jadi, sudah jelas sekali dari Matius 9: 6-7 dengan Matius 16: 21-23, sudah cukup membuktikan pernyataan Yesus yang mengatakan: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa
Sesudah Ia memberitahukan hal itu kepada beberapa orang ahli Taurat, Yesus berkata kepada orang lumpuh: “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!
Tanpa pengalaman kematian dan kebangkitan, tidak mungkin kita bisa berjalan dan melangkah, beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.

Sejenak kita adakan PERBANDINGAN.
Yesaya 14: 16-17
(14:16) Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau, katanya: Inikah dia yang telah membuat bumi gemetar, dan yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang, (14:17) yang telah membuat dunia seperti padang gurun, dan menghancurkan kota-kotanya, yang tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah?

“Orang-orang yang melihat engkau akan memperhatikan dan mengamat-amati engkau”
Yang dimaksud “engkau” di sini adalah Lucifer.

Pekerjaan dari Iblis Setan:
1.     yang telah membuat bumi gemetar”, artinya; anak-anak Tuhan penuh dengan ketakutan, penuh dengan kecemasan dan kekuatiran di dalam mengikuti Tuhan.
2.     yang telah membuat kerajaan-kerajaan bergoncang”, artinya; hamba-hamba Tuhan melayani di dalam kebimbangan dan keraguan oleh karena ketidakpercayaan.
3.     yang telah membuat dunia seperti padang gurun”, artinya; tandus, kering-kering rohani, menunjuk; orang yang hidup tanpa persekutuan yang indah dengan Tuhan, sama seperti ranting-ranting yang kering tidak melekat pada pokoknya dan tidak menghasilkan buah.
4.     menghancurkan kota-kotanya”, artinya; tidak ada lagi keramaian kota, tidak ada lagi ibadah dan pelayanan. Kalau seseorang jauh dari ibadah dan pelayanan, tidak berada dalam keramaian kota, sesungguhnya hidupnya sudah hancur.
5.     tidak melepaskan orang-orangnya yang terkurung pulang ke rumah”, artinya; terikat dan terbelenggu dosa, sehingga ibadah dan pelayanannya lumpuh total.

Kita bersyukur, kalau kita sekarang bebas dari dosa, baik dosa karena pengaruh dunia, baik dosa karena keinginan daging, baik dosa karena pekerjaan Iblis atau Setan, maka tentu kita akan terikat dengan Tuhan, terikat dengan Roh Tuhan. Sebab itu; jangan menginginkan diri untuk bebas dari pelayanan Roh ini, jangan melepaskan diri dari ikatan Roh, untuk menginginkan kebebasan dosa karena dunia, Setan dan daging. Tetapi biarlah kita lepas dari sana, supaya kita terikat dengan Roh Tuhan, pelayanan Roh.
Kalau tidak, akibatnya; lumpuh total, hanya berada di tempat tidur saja, menunjuk kepada; dosa kawin dan mengawinkan -> Dosa kenajisan.

Lihatlah pekerjaan Setan; betul-betul berusaha untuk membuat pekerjaan Tuhan lumpuh total, dia tidak mau melepaskan seseorang dari ikatan dosa kejahatan dan dosa kenajisan. Coba saudara pikirkan; waktu masih terikat dengan dosa, kita tidak bebas melayani Tuhan, pelayanan menjadi lumpuh total, bahkan menjadi batu sandungan.
Tetapi puji Tuhan, Ia sendiri berkata kepada ahli Taurat: “Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” Dia yang telah mati, hari ketiga bangkit. Dengan sengsara salib inilah, orang lumpuh diampuni.

Kita kembali memperhatikan Matius 9.
Matius 9: 7-8
(9:7) Dan orang itu pun bangun lalu pulang. (9:8) Maka orang banyak yang melihat hal itu takut lalu memuliakan Allah yang telah memberikan kuasa sedemikian itu kepada manusia.

“Akhirnya, orang lumpuh itu pun bangun lalu pulang.”
Berbeda, saat ia terikat dengan dosa; ia tidak dibiarkan pulang ke rumahnya, sehingga pekerjaan Tuhan lumpuh total, tetapi karena Anak Manusia berkuasa untuk mengampuni dosa manusia di dunia ini, maka orang itu pun bangun lalu pulang ke rumahnya, kembali berada di tengah-tengah kegiatan Roh, ibadah dan pelayanan.

Lalu, reaksi orang banyak yang melihat hal itu adalah:
1.     “Takut.” Takut akan Tuhan ialah membenci kejahatan; aku benci kepada kesombongan, kecongkakan, tingkah laku yang jahat, dan mulut penuh tipu muslihat.
2.     “Memuliakan Allah.” Kita bersyukur, kita hadir, datang beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan adalah untuk memuliakan kemuliaan Allah, tidak memuliakan yang lain-lain.

Filipi 4: 2-4
(4:2) Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan. (4:3) Bahkan, kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab kehidupan. (4:4) Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Ada empat pribadi yang sudah tertulis dalam kitab kehidupan Anak Domba: “Euodia, Sintikhe, Sunsugos, Klemens.” Mereka setia di dalam melayani pekerjaan Tuhan, bergandengan tangan bersama-sama dengan Rasul Paulus, secara khusus di dalam melayani sidang jemaat di Filipi.
Mengapa mereka bisa melayani pekerjaan Tuhan? Karena mereka tidak berpikir seperti kanak-kanak, mereka memikirkan apa yang dipikirkan oleh Allah, memikirkan perkara-perkara rohani, perkara di atas, perkara di sorga.

Tetapi yang harus kita perhatikan di sini adalah ayat 5-8.
Filipi 4: 5-8
(4:5) Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! (4:6) Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (4:7) Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus. (4:8) Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.

Semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.
Jangan berpikir di luar itu semua lagi, supaya ibadah pelayanan ini tidak lumpuh total, dan terlepas dari dosa tempat tidur, itulah kawin mengawinkan, dosa kenajisan.

Jadilah anak-anak dalam pemikiran, artinya kalau pun ada kesalahan, itu di luar pengertiannya.
Jadilah orang dewasa dalam berpikir, supaya hidup kita semua tidak sembrono, tidak urakan, melainkan berlaku bijaksana dihadapan Tuhan.
Biarlah kita memikirkan hal ini, jangan memikirkan yang lain-lain lagi. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment