KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 8, 2019

IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 10 AGUSTUS 2019



IBADAH KAUM MUDA REMAJA, 10 AGUSTUS 2019

STUDY YUSUF
(Seri: 163)

Subtema: UPAH TERBESAR IALAH DIPERCAYA MELAYANI TUHAN DISERTAI KERENDAHAN HATI

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, khususnya pemuda remaja, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Kiranya Tuhan melawat bahkan memulihkan keadaan kita pribadi lepas pribadi di hari-hari terakhir ini.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Kaum Muda Remaja dari STUDY YUSUF.
Kejadian 41: 50-52
 (41:50) Sebelum datang tahun kelaparan itu, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki, yang dilahirkan oleh Asnat, anak Potifera, imam di On. (41:51) Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, sebab katanya: "Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku." (41:52) Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, sebab katanya: "Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku."

Sebelum datang tujuh tahun kelaparan, lahirlah bagi Yusuf dua orang anak laki-laki.
-        Yang sulung bernama Manasye.
-        Anak kedua bernama Efraim.

Selanjutnya kita akan memperhatikan arti rohani kedua nama anak laki-laki Yusuf tersebut, dimulai dari yang sulung.
MANASYE, artinya; Allah telah membuat Yusuf lupa sama sekali terhadap dua perkara, yaitu:
1.     Yusuf lupa kepada kesukarannya.
2.     Yusuf lupa kepada rumah bapanya.

Kembali kita memperhatikan,
Tentang: YUSUF LUPA KEPADA KESUKARANNYA.
Adapun kesukaran Yusuf dibagi menjadi tiga fase:
-        Fase yang pertama: “Ketika Yusuf tinggal bersama saudara-saudaranya” (Kejadian 31).
-        Fase yang kedua: “Pada saat Yusuf tinggal di rumah Potifar” (Kejadian 39).
-        Fase yang ketiga: “Ketika Yusuf berada di dalam penjara” (Kejadian 41).

Sekarang kita kita masih memperhatikan:
Fase yang kedua: PADA SAAT YUSUF TINGGAL DI RUMAH POTIFAR.
Kita akan memperhatikan Kejadian 39.
Kejadian 39: 2
(39:2) Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.

Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa; “Tuhan menyertai Yusuf.”
Tanda penyertaan Tuhan: Yusuf menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya.
Berarti, kehidupan muda remaja sangat membutuhkan penyertaan dari Tuhan supaya berhasil dari segala sesuatu yang kita kerjakan di atas muka bumi ini. Yang mengikuti study (pendidikan) sampai perkuliahan berhasil, dalam pekerjaannya juga berhasil, dalam segala sesuatu berhasil, karena Tuhan yang menyertai kita.

Jadi, kita sangat membutuhkan penyertaan Tuhan. Jangan sampai kita meniadakan ibadah, jangan sampai kita meniadakan penyertaan dari Tuhan.

Tanda penyertaan Tuhan pernah juga dinyatakan kepada Saul.
1 Samuel 10: 1B
(10:1) Lalu Samuel mengambil buli-buli berisi minyak, dituangnyalah ke atas kepala Saul, diciumnyalah dia sambil berkata: "Bukankah TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas umat-Nya Israel? Engkau akan memegang tampuk pemerintahan atas umat TUHAN, dan engkau akan menyelamatkannya dari tangan musuh-musuh di sekitarnya. Inilah tandanya bagimu, bahwa TUHAN telah mengurapi engkau menjadi raja atas milik-Nya sendiri:

Tuhan memberikan tanda bagi Saul bahwa Tuhan telah mengurapi Saul menjadi raja atas Israel.

1 Samuel 10: 2-6
(10:2) Apabila engkau pada hari ini pergi meninggalkan aku, maka engkau akan bertemu dengan dua orang laki-laki di dekat kubur Rahel, di daerah Benyamin, di Zelzah. Mereka akan berkata kepadamu: Keledai-keledai yang engkau cari itu telah diketemukan; dan ayahmu tidak memikirkan keledai-keledai itu lagi, tetapi ia kuatir mengenai kamu, katanya: Apakah yang akan kuperbuat untuk anakku itu? (10:3) Dari sana engkau akan berjalan terus lagi dan sampai ke pohon tarbantin Tabor, maka di sana engkau akan ditemui oleh tiga orang laki-laki yang naik menghadap Allah di Betel; seorang membawa tiga ekor anak kambing, seorang membawa tiga ketul roti dan yang lain lagi sebuyung anggur. (10:4) Mereka akan memberi salam kepadamu dan memberikan kepadamu dua ketul roti yang akan kauterima dari mereka. (10:5) Sesudah itu engkau akan sampai ke Gibea Allah, tempat kedudukan pasukan orang Filistin. Dan apabila engkau masuk kota, engkau akan berjumpa di sana dengan serombongan nabi, yang turun dari bukit pengorbanan dengan gambus, rebana, suling dan kecapi di depan mereka; mereka sendiri akan kepenuhan seperti nabi. (10:6) Maka Roh TUHAN akan berkuasa atasmu; engkau akan kepenuhan bersama-sama dengan mereka dan berubah menjadi manusia lain.

Tuhan menunjukkan tiga tanda kepada Saul:
Tanda yang pertama.
Pada ayat 2, dikatakan: Ayah Saul tidak lagi memikirkan keledai-keledai itu tetapi ayahnya kuatir mengenai Saul. Hal ini disebut dengan tanda KASIH sebagai tabiat dari Allah Bapa. Kegunaan kasih:
-        Menutupi atau mengampuni banyak dosa.
Kalau pemuda remaja dapat mengampuni kesalahan orang lain, berarti tanda kasih dari Allah Bapa sudah memenuhi kehidupan kita.
-        Sebagai pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan.
Kalau kita sudah menjadi satu kesatuan dalam kandang penggembalaan ini menunjukkan tanda kasih Allah Bapa sudah memenuhi setiap kehidupan kita.

Tuhan menunjukkan tiga tanda kepada Saul:
Tanda kedua.
Pada ayat 3-4, dikatakan: Saul menerima dua ketul roti dari tiga orang laki-laki. Hal ini disebut dengan tanda KEBENARAN sebagai tabiat dari Allah Anak, yaitu Yesus.
Dua ketul roti menunjuk pemecahan roti sebanyak dua kali di dalam Perjanjian Baru.
-      Pemecahan roti yang pertama: Lima roti dan dua ikan untuk lima ribu orang laki-laki, sisa dua belas bakul.
-      Pemecahan roti yang kedua: Tujuh roti dan beberapa ikan untuk empat ribu orang laki-laki, sisa tujuh bakul potongan-potongan roti.

Wujud dari pemecahan roti yang pertama dan yang kedua:
-        Wujud pemecahan roti yang pertama: Yesus, Anak Allah, menderita sengsara di atas kayu salib.
Ketika Yesus datang pada kali yang pertama, Dia rela menderita sengsara di atas kayu salib, berarti; setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, memikul salib di tengah ibadah dan pelayanan, sesuai dengan 2 Timotius 3: 12.
Rela menderita sengsara karena salib di tengah-tengah ibadah pelayanan, itu merupakan wujud dari pemecahan roti yang pertama.

Tujuan dari sengsara salib:
a.    Menanggung dosa manusia (orang lain).
b.    Kuasa Iblis atau Setan dipatahkan, sebab Yesus telah meremukkan kepala ular dengan tumit-Nya dua ribu tahun yang lalu di atas kayu salib.
c.     Musuh yang terakhir telah dikalahkan, yaitu maut.
Itulah tujuan dari sengsara salib; supaya kita semua tidak hidup dalam dosa, Setan dikalahkan, dan lepas dari maut.

Angka lima menunjuk lima luka utama; dua di tangan, dua di kaki, satu di lambung, itulah korban Kristus.

-        Wujud dari pemecahan roti yang kedua menunjuk pada: Kedatangan Yesus untuk yang kedua kalinya, Ia akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam kesempurnaan dan kemuliaan yang kekal.
Angka tujuh menunjuk kesempurnaan.
Pada saat Yesus datang pada kali yang kedua, Dia akan tampil sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga di dalam kemuliaan-Nya, sesuai dengan Wahyu 19: 6-8.

Itulah dua ketul roti yang diterima oleh Saul dari tiga orang laki-laki sebagai tanda kebenaran (firman Allah), tabiat dari Yesus, Anak Allah.

Tuhan menunjukkan tiga tanda kepada Saul:
Tanda ketiga.
Pada ayat 5-6, dikatakan: Roh Tuhan berkuasa atas Saul bersama dengan rombongan nabi. Hal ini disebut dengan tanda PENGURAPAN sebagai tabiat dari Allah Roh Kudus.
Kemudian, oleh karena pengurapan dari Allah Roh Kudus itu, Saul berubah menjadi manusia lain, menunjuk; manusia dengan tabiat Ilahi, atau disebut dengan; manusia rohani, yaitu dalam keadaan hidup baru, bukan lagi manusia daging yang memikirkan hal-hal yang lahiriah.

Selanjutnya kita akan memperhatikan 1 Samuel 10: 7
1 Samuel 10: 7
(10:7) Apabila tanda-tanda ini terjadi kepadamu, lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau.



Ketiga tanda tersebut merupakan jaminan bagi kita, bagi pelayan-pelayan Tuhan, sehingga apabila ketiga tanda itu terjadi (nyata) dalam setiap kehidupan hamba-hamba Tuhan, pelayan Tuhan, umat Tuhan, juga kaum muda remaja, maka Samuel berkata: “lakukanlah apa saja yang didapat oleh tanganmu, sebab Allah menyertai engkau” Artinya, apa saja yang dapat kita kerjakan, lakukan saja, sebab Allah menyertai pelayan-pelayan Tuhan secara ajaib.

Kita kembali memperhatikan Kejadian 39.
Kejadian 39: 2
(39:2) Tetapi TUHAN menyertai Yusuf, sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya; maka tinggallah ia di rumah tuannya, orang Mesir itu.

Kembali saya tandaskan, pada ayat 2 ini kita melihat bahwa; Tuhan menyertai Yusuf sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya.

Kita butuh penyertaan Tuhan, supaya kita selalu berhasil di dalam pekerjaan, apa saja yang kita kerjakan, apa saja yang kita lakukan pasti berhasil karena Tuhan menyertainya.

Saya berdoa kepada anak-anakku pemuda remaja, laki-laki perempuan, seberapa yang hadir malam ini, kiranya anak-anakku selalu berhasil dalam setiap apapun yang engkau kerjakan, seperti Yusuf berhasil dari apa saja yang ia kerjakan, saya berdoa: Tuhan menyertaimu.

Sesudah kita melihat keberhasilan Yusuf dari apa dikerjakan oleh dua tangannya oleh karena penyertaan Tuhan,
mari kita akan melihat ayat 3-4.
Kejadian 39: 3-4
(39:3) Setelah dilihat oleh tuannya, bahwa Yusuf disertai TUHAN dan bahwa TUHAN membuat berhasil segala sesuatu yang dikerjakannya, (39:4) maka Yusuf mendapat kasih tuannya, dan ia boleh melayani dia; kepada Yusuf diberikannya kuasa atas rumahnya dan segala miliknya diserahkannya pada kekuasaan Yusuf.

Potifar melihat Yusuf dalam dua hal:
1.   Potifar melihat bahwa Tuhan menyertai Yusuf.
2.   Potifar melihat bahwa Tuhan membuat Yusuf berhasil atas segala sesuatu yang dikerjakannya.
Oleh karena itu, Yusuf mendapat kasih tuannya, dengan kata lain; Potifar mengasihi Yusuf oleh karena dua hal di atas.

Wujud kasih Potifar kepada Yusuf: “IA BOLEH MELAYANI DIA”
Yusuf boleh melayani Potifar, artinya; kepada Yusuf dipercayakan tugas-tugas dan pelayanan.

Kalau Yusuf boleh melayani Potifar, itu karena Potifar melihat dua hal di dalam diri Yusuf, yaitu “bahwa Tuhan menyertai Yusuf dan Tuhan membuat Yusuf berhasil atas segala sesuatu yang dikerjakan.” Orang yang tidak disiplin, orang yang gagal dalam segala perkara, orang yang menjadi sandungan, tidak mungkin kepadanya dipercayakan suatu tugas pelayanan.
Kiranya kita semua menjadi orang-orang yang dapat dipercaya oleh Tuhan, baik dalam pekerjaan, baik dalam suatu komunitas, dalam hal-hal apa saja selama kita ada di atas muka bumi ini.

1 Korintus 9: 17
(9:17) Kalau andaikata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak menerima upah. Tetapi karena aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, pemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku.

Mengapa Potifar mengijinkan Yusuf melayani dia? Karena Potifar melihat dua hal di dalam diri Yusuf. Demikian juga Rasul Paulus berkata dan mengaku kepada jemaat di Korintus bahwa pemberitaan Injil itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadanya, artinya; Rasul Paulus memikul sebuah tanggung jawab, itulah pemberitaan Injil, yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya.

Kalau kita dipercaya untuk memikul sebuah tanggung jawab, berarti bekerja dan melayani Tuhan karena kepercayaan dari Tuhan. Tidak semua hamba-hamba Tuhan, tidak semua pelayan-pelayan Tuhan melayani karena kepercayaan Tuhan. Banyak pelayan-pelayan Tuhan melayani karena kehendak sendiri, bukan karena kepercayaan Tuhan.
Kita harus bisa membedakan mana pelayan-pelayan Tuhan karena kepercayaan Tuhan, mana pelayan-pelayan Tuhan yang melayani karena kehendak sendiri. Biasanya kalau melayani karena kehendak sendiri (bukan kepercayaan Tuhan), dia akan melayani dengan banyak motivasinya, ada kepentingan di dalamnya. Itu perbedaan antara kepercayaan Tuhan dan melayani karena kehendak sendiri.

1 Korintus 9: 18
(9:18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.

Selanjutnya Rasul Paulus berkata: “Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah”, artinya; Rasul Paulus dipercaya, sama seperti Yusuf dipercaya sebab ia boleh melayani Potifar.
Jadi, pelayanan Rasul Paulus atau tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepada Rasul Paulus, itu merupakan kepercayaan Tuhan kepadanya, karena Tuhan melihat bahwa Rasul Paulus adalah seorang hamba Tuhan yang dapat dipercaya.

Upah kita adalah dipercaya melayani Tuhan, berarti; kepercayaan Tuhan kepada seorang hamba Tuhan di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, itu merupakan upah yang jauh lebih besar, dari pada seorang hamba Tuhan melayani (bekerja) karena berharap kepada sebuah upah.
Kalau hamba Tuhan melayani Tuhan, itu karena Tuhan percaya kepada hamba Tuhan tersebut, dan kepercayaan Tuhan itu jauh lebih besar dari pada melayani supaya dipuji orang, melayani karena kepentingan diri sendiri, melayani karena motivasi lain, melayani karena ini dan itu.
Perhatikan juga, kalau kita boleh menikmati pembukaan rahasia firman, itu juga upah kita, karena Tuhan melihat kita dapat dipercaya untuk menghargai pembukaan rahasia firman.

1 Korintus 9: 19
(9:19) Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.

Selanjutnya, di dalam melayani Tuhan, Rasul Paulus menjadikan dirinya hamba dari semua orang.
Kalau kita menjadikan diri kita hamba dari semua orang, berarti melayani Tuhan di dalam kerendahan hati.

Biarlah kita melayani Tuhan di dalam kerendahan hati dan di dalam ketulusan, menjadi hamba dari semua orang tanpa terkecuali. Jangan kita mau menjadi hamba karena orang itu kaya, karena ada sesuatu yang diharapkan dari orang itu.

1 Korintus 9: 20-22
(9:20) Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orang-orang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. (9:21) Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. (9:22) Bagi orang-orang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka.

BUKTI KERENDAHAN HATI RASUL PAULUS: ia mau mengerti dan menyelami hati setiap orang, antara lain:
1.   Orang Yahudi.
2.   Orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat.
3.   Orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
4.   Orang-orang yang lemah.
Bagi semua orang, Rasul Paulus telah menjadi segala-galanya.

Yang sudah melayani Tuhan (imam-imam atau pelayan-pelayan Tuhan), mulai malam hari ini, belajarlah untuk mengerti orang lain, belajar untuk menyelami hati setiap orang. Jangan hidup hanya untuk kepentingan diri sendiri, tidak boleh egois, itu tanda kerendahan hati.

Mari kita simak satu per satu.
BUKTI KERENDAHAN HATI RASUL PAULUS: Rasul Paulus mengerti dan menyelami hati orang Yahudi.
Orang-orang Yahudi mempunyai kelebihan, antara lain:
1.   Disebut orang-orang bersunat.
2.   Pertama-tama kepada mereka dipercayakan firman Tuhan.
Itulah kelebihan-kelebihan dari pada orang-orang Yahudi dari antara semua bangsa di bumi ini, itu sebabnya mereka disebut anak sulung, bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Alalh.

Namun dibalik kelebihan-kelebihan itu, kita lihat lebih jauh dalam Efesus 2.
Efesus 2: 11
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, --

Orang-orang bukan Yahudi disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya sunat (orang Yahudi).
Pendeknya: Orang-orang Yahudi ini suka bermegah dengan kelebihan-kelebihan yang ada di dalam diri mereka, berarti; orang-orang Yahudi ini dikuasai oleh roh kesombongan.

Dari ayat ini mereka sudah menyatakan diri sebagai orang yang bersunat, dan oleh karena sunat ini mereka menjadi sombong.
Memang wajar, orang yang memiliki kelebihan pasti sombong, seperti orang-orang Yahudi yang sombong, tetapi sekalipun demikian, Rasul Paulus mau mengerti orang-orang yang tinggi hati, mau mengerti orang-orang yang sombong.

Banyak orang sombong di muka bumi ini karena dia memiliki kelebihan; harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, pendidikan yang tinggi, itu semua bisa menjadi pemicu sehingga seseorang menjadi sombong, tetapi marilah kita belajar untuk memahami dan menyelami hati mereka supaya mereka mengenal pribadi Yesus Kristus, mengenal Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Jangan lekas-lekas kita marah melihat orang yang sombong, jangan lekas-lekas kita geram melihat orang yang dikuasai roh tinggi hati, tetapi kita harus tetap bertahan dan sabar menyelami hati mereka, terus belajar dan mengerti mereka di dalam kesombongan mereka, tujuannya: untuk memenangkan orang-orang yang sombong.

BUKTI KERENDAHAN HATI RASUL PAULUS: Rasul Paulus mengerti dan menyelami hati orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat.
Dahulu untuk mengadakan pendamaian terhadap dosa, imam-imam harus mempersembahkan korban persembahan berupa lembu jantan dan domba jantan, tetapi setelah Yesus datang, perjanjian yang pertama tidak lagi berlaku.
Jadi kesimpulannya, Hukum Taurat menunjuk perjanjian yang pertama, berarti menjalankan ibadah secara lahiriah, misalnya: mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan, dengan lain kata mempersembahkan tubuh jasmaninya kepada Tuhan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan, itu ibadah Taurat, perjanjian yang pertama.

Kelemahan dari hukum Taurat:
1.   Menunjuk-nunjuk dosa atau mengungkit dosa dan masa lalu orang lain.
2.   Tidak mengampuni kesalahan orang lain.

Praktek hukum Taurat: Membalas kejahatan dengan kejahatan, misalnya; mengasihi sesama tetapi membenci musuh, dengan lain kata, “mengasihi orang yang mengasihi, tetapi membenci orang yang membenci.”

Namun sekalipun demikian, Rasul Paulus mau mengerti, mau menyelami hati orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat, itu artinya Rasul Paulus tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, ia betul-betul hidup di bawah hukum Kristus, hukum kasih karunia, mau mengampuni orang yang bersalah.
Rasul Paulus tidak menjalankan ibadah secara lahiriah supaya terlihat baik di mata manusia, tetapi ia sungguh-sungguh mau mengasihi, ia mau mengerti dan menyelami hati orang yang masih berada di bawah hukum Taurat, yaitu mereka yang menjalankan ibadah Taurat.

BUKTI KERENDAHAN HATI RASUL PAULUS: Rasul Paulus mengerti dan menyelami hati orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat.
Orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat menunjuk bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah atau hidup jauh dari Allah.

Efesus 2: 11-13
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. (2:13) Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus.

Bangsa kafir disebut juga bangsa yang tidak bersunat.
Keadaan dari bangsa kafir:
1.  Tanpa Kristus.
2.  Tidak termasuk kewargaan Israel.
3.  Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
4.  Tanpa pengharapan.
5.  Tanpa Allah di dalam dunia.
Bayangkan, keadaan bangsa kafir sangat ironis dan tragis sekali.

Lebih rinci kita melihat tentang bangsa kafir dalam 1 Korintus 12.
1 Korintus 12: 2
(12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.

Orang-orang yang tidak mengenal Allah, tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu, menunjukkan bahwa bangsa kafir adalah bangsa yang lemah dan tak berdaya.
Kalau kita bisa bertahan hidup, bisa beribadah dan melayani di tengah-tengah ibadah pelayanan ini, itu karena Kristus adalah Kepala, dan Dia adalah pengharapan kita.

Jadi, wajar saja mereka (bangsa Kafir) menjadi suatu kehidupan yang lemah dan tak berdaya, sebab kita sudah melihat dalam Efesus 2: 12, bangsa kafir itu bangsa yang tidak mengenal Allah, yang jauh dari Allah, dengan keadaan mereka adalah: (1) tanpa Kristus, (2) tidak termasuk kewargaan Israel, (3) tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, (4) tanpa pengharapan, dan (5) tanpa Allah di dalam dunia.
Demikianlah keadaan kita dahulu sebelum kita hidup di dalam Tuhan, begitu lemahnya dan tidak berdaya, begitu rapuhnya, mudah sekali dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci. Dan orang yang lemah, tak berdaya, orang yang mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci, itu sangat menyebalkan sekali. Orang yang hidupnya selalu bergelimpangan dosa, hidup dalam kejahatan, hidup dalam kenajisan, itu menyebalkan. Kalau kita melihat kelemahan orang lain, pasti menjengkelkan sekali, itulah kondisi dari bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, yakni; yang dahulu hidup jauh dari Allah.

Lebih jauh kita melihat …
Galatia 4: 9
(4:9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik, sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?

Bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah dikuasai oleh roh-roh dunia.
Pendeknya; bangsa kafir itu lemah dan miskin.
-   Lemah, sama dengan; tidak kuat, tidak berdaya, berarti; mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang tak suci.
-      Miskin, sama dengan; tidak punya harta dan kekayaan.

Tetapi yang Tuhan mau, biarlah kita kaya dalam kebajikan, kaya dalam kemurahan, memiliki harta kekayaan rohani. Lewat ibadah ini, kita memperoleh pengetahuan yang benar tentang Anak Allah sampai akhirnya kita yang miskin menjadi kaya, karena Dia rela menjadi miskin, sehingga dengan kemiskinan-Nya kita menjadi kaya dalam kebenaran, kaya dalam kemurahan, kaya dalam kebajikan, kaya dalam perbuatan baik.

Berbeda dengan orang dunia: biar mereka punya harta, kedudukan, jabatan, pendidikan yang tinggi namun mereka lemah dan miskin rohani, itulah orang yang tidak mengenal Allah, dan itu menjengkelkan sekali.
Tetapi sekalipun demikian, Rasul Paulus mau mengerti, mau menyelami hati mereka. Tujuannya tidak lain, tidak bukan, untuk memenangkan bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, yang hidup jauh dari Allah.
Dahulu kita jauh dari Allah, walaupun mengaku diri sebagai anak Tuhan, walaupun mengaku diri sebagai orang Kristen, tetapi sesungguhnya kita tidak mengerti kebenaran. Sekarang, semua menjadi jelas, semua menjadi terang oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, suasana sorga tersingkap sehingga kita menjadi kuat dan kaya oleh karena kemiskinan-Nya. Dari sorga Dia membawa kekayaan-Nya turun ke bumi dan rela menjadi miskin, supaya kita yang miskin menjadi kaya.

Inilah pekerjaan Rasul Paulus. Jadi, wajar saja dia dipercaya untuk menunaikan tugas penyelenggaraan yang dipercayakan kepadanya, karena tugas penyelenggaraan ini adalah suatu tugas yang begitu luar biasa, bukan suatu tugas biasa.
Tuhan mempercayakan kepada kita Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT). Dalam setiap kunjungan kita ke depan, kita akan berada dalam Kebaktian Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel. Saya yakin, Tuhan mempercayakan hal yang besar ini kepada kita karena kita dapat dipercaya oleh Tuhan untuk tugas-tugas penyelenggaraan yang luar biasa ini.

Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati. Di atas tadi dikatakan: “ia boleh melayani dia”, Yusuf boleh melayani Potifar, berarti; kepercayaan. Tanggung jawab yang dipercayakan merupakan upah, sebab pekerjaan ini besar, bukan pekerjaan kecil.
Untuk menyelami hati orang Yahudi, bukan perkara kecil. Untuk menyelami hati bangsa kafir, bukan perkara kecil. Untuk menyelami hati orang yang berada di bawah hukum Taurat, itu bukan perkara kecil. Untuk menyelami hati orang yang tidak berada di bawah hukum Taurat itu bukan perkara kecil. Untuk menyelami hati orang yang lemah, itu juga bukan perkara kecil. Itu adalah perkara besar.
Jadi, Rasul Paulus ini pilihan Tuhan, supaya semua pihak, mulai dari pihak orang Yahudi, orang kafir, orang yang berada di bawah hukum Taurat, orang yang tidak berada di bawah hukum Taurat, sampai kepada orang yang lemah, bisa dijangkau dan dimenangkan sedapat mungkin.
Dan biarlah lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini, kita diutus oleh Tuhan dengan Roh tanpa batas untuk memenangkan jiwa-jiwa, sampai dibawa masuk dalam kesatuan tubuh.

BUKTI KERENDAHAN HATI RASUL PAULUS: Rasul Paulus mengerti dan menyelami hati orang-orang yang lemah.
Orang-orang lemah yang menunjuk kepada orang-orang yang sarat dengan dosa.

Ibrani 5: 1-2
(5:1) Sebab setiap imam besar, yang dipilih dari antara manusia, ditetapkan bagi manusia dalam hubungan mereka dengan Allah, supaya ia mempersembahkan persembahan dan korban karena dosa. (5:2) Ia harus dapat mengerti orang-orang yang jahil dan orang-orang yang sesat, karena ia sendiri penuh dengan kelemahan,

Seorang imam besar ditetapkan sebagai pengantara antara Allah dengan manusia, maka seorang imam besar harus “mengerti orang-orang jahil dan orang-orang yang sesat.”
Tugas imam besar adalah menjadi penghubung (pengantara). Imam-imam, pelayan-pelayan, antara lain; zangkoor, pemimpin pujian, pemain musik, singer, kolektan, bahkan semua yang mengambil bagian dalam melayani pekerjaan Tuhan, kedudukan mereka adalah antara Allah dengan manusia untuk memperdamaikan manusia berdosa dengan Allah, itulah kedudukan dari seorang pelayan. Jadi, jangan kita melayani hanya untuk menonjolkan diri, jangan kita melayani karena kepentingan diri.
Maka dengan demikian, kita harus menjadi korban. Seorang pelayan Tuhan harus mengerti orang jahil, seorang pelayan Tuhan harus mengerti orang sesat. Belajarlah untuk menerima kekurangan mereka.

Mengapa harus mengerti orang “jahil” dan orang “sesat”?
Karena Tuhan sendiri sudah mengampuni setiap kelemahan-kelemahan kita. Kalau Tuhan mengampuni kelemahan kita, maka kita juga harus mengampuni orang yang lemah, orang yang sesat, orang jahil.

Itulah keberadaan dari Rasul Paulus untuk memenangkan jiwa-jiwa. Jadi, tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan, itu merupakan kepercayaan. Dipercaya melayani Tuhan, itulah upah yang besar bagi kita. Kepercayaan ini harus kita pertahankan, Tuhan sudah percayakan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT).
Saya berharap, semua belajar untuk menjadi pelayan-pelayan yang dipercaya, supaya diberkati. Belajar dengar-dengaran, jangan pura-pura tidak tahu. Sudah tahu tetapi pura-pura tidak tahu, ini adalah kehidupan yang tidak dipercaya dan susah berhasil.

Pendeknya: Bagi semua orang, Rasul Paulus telah menjadi segala-galanya ... Puji Tuhan ... Haleluya ...

1 Korintus 9: 23
(9:23) Segala sesuatu ini aku lakukan karena Injil, supaya aku mendapat bagian dalamnya.

Rasul Paulus melakukan semua ini karena Injil.
Injil, menunjuk; MATIUS, MARKUS, LUKAS, YOHANES. Isi pokok Injil ialah memberitakan pribadi Yesus seutuhnya;
-      Mulai dari meninggalkan sorga-Nya.
-      Turun ke dunia orang mati.
-      Hari ketiga bangkit.
-      Kemudian sesudah empat puluh hari di bumi, Dia naik dan dipermuliakan.
Semuanya itu diceritakan dengan jelas di dalam Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes).

Kalau Yesus melakukan semua yang tertulis di dalam Injil, tujuannya adalah supaya kita mendapat bagian di dalamnya.
-          Kalau Yesus mati, kita juga satu dalam kematian-Nya.
-          Hari ketiga Dia bangkit, kita juga satu dalam kebangkitan-Nya.
-          Sampai kelak Dia naik dan dipermuliakan, kita juga turut dalam kemuliaan-Nya.

Dari apa yang sudah kita dengar malam ini, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa; Yusuf adalah pribadi yang luar biasa, dia mau mengerti dan mau menyelami isi hati orang lain, sehingga “ia boleh melayani dia
Demikian juga Tuhan mempercayakan tugas penyelenggaraan kepada Rasul Paulus, karena Rasul Paulus mau mengerti, mau menyelami isi hati semua orang (semua pihak), sehingga bagi semua orang Rasul Paulus telah menjadi segala-galanya.

Biarlah kita semua (pemuda remaja) menjadi segala-galanya bagi semua orang, karena mau mengerti dan mau menyelami isi hati mereka. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment