KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, October 16, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 01 SEPTEMBER 2019




IBADAH RAYA MINGGU, 01 SEPTEMBER 2019

KITAB WAHYU
(Seri: 04)

Subtema: BAIT ALLAH YANG MATI & BAIT ALLAH YANG HIDUP.

Shalom.
Salam sejahtera kiranya memenuhi kehidupan kita.
Saya juga tidak lupa menyapa anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Perhatikanlah kata-kata berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya
Adapun alat pengukur yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada firman Allah. Berarti, perasaan serta pikiran hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi, selain firman Allah yang kekal, sebagai buluh pengukur yang sejati.

Ada 3 (tiga) hal yang diukur oleh buluh pengukur (firman Allah), yaitu:
1.     Bait Suci Allah.
2.     Mezbah.
3.     Mereka yang beribadah di dalamnya.

Mari kita berdoa dengan segala kerendahan hati, memohon kepada Tuhan supaya kita dapat melihat tentang tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur tersebut, dimulai dari Bait Suci Allah.

I. BAIT SUCI ALLAH (Seri 2)
Dalam hal ini, Tuhan terlebih dahulu mengukur Bait Suci Allah.
Pertanyaannya: Siapakah yang disebut dengan Bait Allah?
Segera kita memperhatikan jawabannya dalam 1 Korintus 3: 16-17.

1 Korintus 3: 16-17
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (3:17) Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Yang dimaksud dengan Bait Allah ialah kehidupan dari setiap umat Tuhan itu sendiri, kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi. Fungsi Bait Allah adalah sebagai tempat Roh Allah berdiam.
Maka supaya Roh Allah itu berdiam di dalam kehidupan kita sebagai Bait Allah, syaratnya; Bait Allah itu harus kudus, hidup kita harus kudus, menguduskan diri di hadapan Tuhan. Sebab tidak mungkin Roh Allah itu berdiam di tempat yang tidak kudus.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan Efesus 5: 26-27, Rasul Paulus menceritakan bagaimana Kristus, sebagai Kepala, menguduskan tubuh-Nya, sidang jemaat-Nya dengan air dan firman, dengan tujuan untuk membangun Bait Suci di hadapan-Nya yang tanpa cacat cela, atau kerut atau yang serupa dengan itu.

Roma 8: 6
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Daging itu mati, tetapi Roh adalah hidup.

Roma 8: 9
(8:9) Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Kita tidak hidup di dalam daging, melainkan dalam Roh, jika Roh Allah itu diam di dalam kita.
Maka kita harus merawat, kita harus menjaga Roh Allah yang tinggal di dalam kehidupan kita, sebagai Bait Allah, sebab Roh Allah itu begitu peka. Jangan sampai Roh Allah itu dipadamkan, jangan sampai Roh Allah itu berduka oleh karena perbuatan daging.

Roma 8: 13
(8:13) Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

-       Hidup menurut daging, sama artinya; Bait Allah yang mati.
-       Hidup menurut Roh disebut Bait Allah yang hidup.
Daging itu mati, Roh yang menghidupkan.
Oleh sebab itu, mari kita lebih rinci memperhatikan Roma 8: 4-5

Roma 8: 4-5
(8:4) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

-       Hidup menurut daging; memikirkan hal-hal yang dari daging, ini menunjukkan; Bait Allah yang mati, tanpa aktivitas di hadapan Tuhan, tanpa aksi dan akselerasi di tengah-tengah kegiatan Roh, sama saja dengan hidup menurut hukum Taurat.
-       Hidup menurut Roh; memikirkan hal-hal yang dari Roh, yaitu perkara-perkara di atas atau perkara-perkara rohani, ini menunjukkan; Bait Allah yang hidup, dengan lain kata terlepas dari tuntutan hukum Taurat.

Sejenak kita melihat IBADAH MENURUT HUKUM TAURAT.
Ibadah menurut hukum Taurat adalah ibadah yang dijalankan secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.
Kelemahan dari hukum Taurat:
1.     Menunjuk-nunjuk dosa atau menghakimi orang yang berdosa.
2.     Tidak mengampuni orang yang berdosa.
Inilah bagian dari tuntutan-tuntutan hukum Taurat itu sendiri.
Praktek hukum Taurat: Mengasihi sesama atau mengasihi orang yang mengasihi, tetapi membenci musuh (orang yang berbuat salah).

Pendeknya;
-       Hidup menurut daging adalah Bait Allah yang mati.
-       Hidup menurut Roh menjadi Bait Allah yang hidup.

1 Korintus 6: 19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Hidup kita ini adalah Bait Roh Allah yang hidup, berarti tubuh kita ini digunakan untuk memuliakan Allah.
Bait Allah yang hidup senantiasa memuliakan Allah dengan tubuhnya, dengan hidupnya, sedangkan daging itu mati; tidak ada aktivitas, tidak ada kegiatan-kegiatan di dalamnya, dan berada di bawah tuntutan-tuntutan hukum Taurat.

2 Korintus 6: 14-17
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:  "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka  dan hidup di tengah-tengah mereka,  dan Aku akan menjadi Allah mereka,  dan mereka akan menjadi umat-Ku. (6:17) Sebab itu:  Keluarlah kamu dari antara mereka,  dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan,  dan janganlah menjamah apa yang najis,  maka Aku akan menerima kamu.

Dengan tegas Rasul Paulus berkata kepada sidang jemaat di Korintus, bahwa; hidup kita ini adalah Bait Allah yang hidup, berarti; senantiasa memuliakan Tuhan dengan tubuh (dengan hidup kita ini), sebab Roh Allah yang menjadi motor penggeraknya.
Kalau tidak ada Roh Allah, berarti hidup menurut daging, sama dengan Bait Allah yang mati.

Syarat memuliakan Tuhan dengan tubuh: Keluar dan memisahkan diri dari noda kekafiran, dengan lain kata jangan menjamah apa yang najis, antara lain;
1.     Kedurhakaan.
2.     Gelap.
3.     Belial.
4.     Orang-orang yang tidak percaya.
5.     Berhala.
Pisahkan diri dari noda kekafiran, keluarlah dari 5 (lima) perkara di atas, jangan menjamahnya supaya jangan menjadi najis.

Persamaan dari 5 (lima) perkara di atas.
1.     Kedurhakaan, menunjuk; orang yang dikuasai oleh roh pemberontakan. Seseorang mendurhaka di hadapan Tuhan karena orang itu dikuasai oleh roh pemberontakan, sama seperti bani Korah memberontak karena dikuasai roh pendurhakaan.
Orang yang suka memberontak adalah orang yang tidak puas dengan kedudukan jabatan yang dipercayakan oleh Tuhan kepadanya, seperti bani Korah merasa diri layak di hadapan Tuhan.
Mengapa seseorang suka memberontak di hadapan Tuhan? Karena merasa dirinya lebih layak dari pada orang lain, dan orang semacam ini dengan mudah sekali dikuasai oleh roh pendurhakaan, sampai akhirnya suka memberontak.
2.     Gelap, sama dengan malam, fungsinya; untuk menyembunyikan dosa dengan segala perbuatan-perbuatannya.
Orang-orang yang melayani Tuhan disebut anak-anak siang atau anak-anak terang, sedangkan anak-anak malam disebut orang-orang kegelapan dengan perbuatan-perbuatannya, antara lain;
-       Mabuk waktu malam, itulah hidup menurut hawa nafsu daging.
-       Tidur waktu malam, itulah malas.
3.     Belial, menunjuk; Setan yang senantiasa menyangkal salib Kristus, tidak suka mendengar korban Kristus di tengah ibadah pelayanan, tetapi suka mendengar cerita-cerita dunia ini, padahal yang menyelamatkan bukanlah harta, bukan kedudukan, bukan jabatan, bukan pendidikan yang tinggi, bukan apa yang kita punya ini. Sebtulnya, yang menjembatani untuk kita boleh mendapat keselamatan yang kekal di dalam kerajaan tak tergoncangkan adalah salib.
4.     Orang-orang yang tidak percaya, menunjuk; orang-orang yang hidup menurut kebenaran diri sendiri.
Prakteknya; bergantung kepada manusia dan kekuatannya, tidak bergantung kepada Tuhan.
-       Persis seperti orang Mesir; untuk menyirami kebun sayur, mereka harus mengandalkan kekuatan, mengambil air dan menyirami kebun sayurnya.
-       Berbeda dengan tanah Kanaan; bergunung dan berlembah, bergantung sebanyak hujan turun dari langit, artinya; bergantung kepada kemurahan Tuhan.
5.     Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya; meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, karena kesibukan, karena perkara lahiriah, karena ini dan itu, itulah yang disebut berhala. Pekerjaan bisa jadi berhala, uang bisa jadi berhala. Kemudian, kekerasan hati juga disebut dengan berhala.

Hal-hal inilah yang menyebabkan sehingga kehidupan manusia menjadi Bait Allah yang mati, Bait Allah yang tidak diukur oleh Tuhan; hidup menurut daging, senantiasa berada dalam tuntutan-tuntutan hukum Taurat itu sendiri.

Sejenak kita melihat Yehezkiel.
Yehezkiel 11: 19-20
(11:19) Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, (11:20) supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.

Sudah jelas, ini adalah Bait Allah yang hidup.

Tetapi kita melihat dulu ayat 21-22.
Yehezkiel 11: 21-22
(11:21) Mengenai mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya sendiri, demikianlah firman Tuhan ALLAH." (11:22) Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka.

“Kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka”, maka naiklah kemuliaan Allah dari tengah-tengah negeri itu, sama artinya; Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya dan dijauhkan dari tengah-tengah negeri itu.
Penyebabnya ada dua:
1.     Mereka berpaut pada dewa-dewanya.
2.     karena perbuatan mereka keji.
Oleh karena dua perkara inilah, Bait Allah kehilangan kemuliaan Allah, sama dengan Bait Allah yang mati.

Penyebab Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya.
YANG PERTAMA: Berpaut pada dewa-dewanya.
Bangsa Israel pernah berpasangan dengan Baal-Peor.

Bilangan 25: 1-3
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. (25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;

Yang terjadi ketika bangsa Israel berpasangan dengan Baal-Peor:
1.     Bangsa Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, sama artinya; satu tubuh dengan perempuan cabul.
2.     Mempersembahkan korban sembelihan kepada Baal-Peor. Mengenai hal ini, seringkali anak-anak Tuhan berkorban sampai jiwa hancur, hati patah dan remuk, namun pengorbanannya bukan untuk Tuhan, melainkan hanya karena hal-hal lahiriah, bahkan hanya karena dosa, itu merupakan kesia-siaan, korban sembelihan yang tidak berarti dan tidak berguna di hadapan Tuhan.
Korban sembelihan yang benar adalah sesuai Mazmur 51: 19, “Korban sembelihan kepada Allah ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk tidak akan Kaupandang hina, ya Allah.”
Tetapi kalau jiwa hancur, hati patah dan remuk karena Baal-Peor itu adalah kesia-siaan, karena berhala itu adalah kesia-siaan, karena perkara lahiriah itu adalah kesia-siaan, tidak ada artinya.

Dahulu saya hidup di dalamnya, sebelum mengerti, sebelum mengenal dengan benar Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel; suka berkorban untuk sesuatu hal yang tidak penting, bahkan komproni dengan dosa sampai jiwa hancur, hati patah dan remuk, ini adalah kesia-siaan.

Inilah yang terjadi ketika bangsa Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bahkan satu lagi; mereka turut makan dari korban itu. Ini adalah perkara yang lebih parah lagi.
Turut makan, berarti; menikmati dosa kejahatan dan menikmati dosa kenajisannya.
Kalau Roh Tuhan ada di dalam Bait Allah, maka Bait Allah itu disebut dengan Bait Allah yang hidup, tidak mati, tidak vakum, tetapi kalau Bait Allah itu menjadi Bait Allah yang mati, di situ banyak kegiatan-kegiatan yang disebut dengan noda kekafiran tadi, itulah dosa kejahatan dan dosa kenajisan.
Inilah keberadaan dari bangsa Israel ketika berpaut dengan dewa-dewa, salah satunya adalah Baal-Peor.

Kemudian, bangsa Israel juga pernah menyembah berhala Baal pada masa raja Ahab.
1 Raja-Raja 18: 20-22
(18:20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (18:21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.

Bangsa Israel berlaku timpang dan bercabang hati, mereka berpaut dengan berhala Baal disertai dengan 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal. Itu terjadi pada zaman raja Ahab menjadi raja atas Israel.

Mari kita lihat lebih dalam tentang berhala Baal ini.
1 Raja-Raja 18: 26-27
(18:26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (18:27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."

Berhala Baal untuk masa sekarang:
1.     Merenung.
2.     Sibuk dengan urusannya.
3.     Suka bepergian.
4.     Suka tidur.

Mari kita lihat pengertian rohani dari 4 (empat) perkara ini.
1.     Merenung, menunjuk; orang yang tidak mau bertindak, sama dengan iman tanpa perbuatan adalah nol.
2.     Sibuk dengan urusannya, sama dengan; sibuk dengan perkara-perkara lahiriah, tetapi tidak sibuk dengan perkara rohani, perkara di atas, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
3.     Suka bepergian, berarti; tidak berdiam di dalam rumah Tuhan, persis seperti Esau; kesukaannya adalah tinggal di padang, dia adalah seorang yang pandai berburu daging. Sebaliknya dengan Yakub; seorang yang tenang, ia suka tinggal di kemah, senantiasa memperhatikan pekerjaan di dalam rumah Tuhan.
4.     Suka tidur, menunjuk kepada; si pemalas. Kalau kita perhatikan ladang si pemalas, dalam Amsal, semuanya ditumbuhi onak dan duri, dan ini menyakiti, juga menyusahkan diri sendiri. Orang yang malas seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring, itulah si pemalas hanya di seputar tempat tidur saja, sehingga ia tidak sadar datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.

Inilah berhala Baal di zaman akhir ini, supaya kita mengerti dengan sungguh-sungguh.

Penyebab Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya.
YANG KEDUA: Perbuatan mereka keji.
Suatu kali nanti, pembinasa keji, itulah antikris, akan berdiri di Bait Allah selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Dan pada saat pembinasa keji berdiri di dalam rumah Tuhan, maka korban sehari-hari akan dilenyapkan, antara lain;
1.     Korban santapan, itulah firman Allah. Suatu kali nanti terjadi kelaparan atas negeri ini, bukan kelaparan akan makanan, bukan kehausan akan minuman, melainkan akan firman Allah.
2.     Korban sembelihan, itulah ibadah dan pelayanan.
Kalau korban sehari-hari ini dilenyapkan, itu merupakan perbuatan keji.
Kalau seseorang tidak menghargai ibadah dan pelayanan, tidak menghargai pembukaan firman, itu merupakan perbuatan keji, itulah yang disebut Bait Allah yang mati, sehingga kemuliaan Allah terangkat dari kota itu, kemuliaan Allah dijauhkan dari kota itu.

Tadi kita sudah melihat Bait Allah yang mati sehingga; sayap-sayap dari kerub-kerub itu terangkat, berarti kehilangan kemuliaan Allah (kemuliaan Allah terangkat, dijauhkan dari negeri itu).
Sekarang mari kita melihat; BAIT ALLAH YANG HIDUP.
Yehezkiel 11: 22-23
(11:22) Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. (11:23) Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.

Kemuliaan Allah terangkat dari tengah-tengah kota (dijauhkan dari Bait Allah), lalu kemuliaan Allah itu hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.
Gunung yang di sebelah timur, menunjuk; pribadi Yesus, yang adalah batu penjuru sejati.

1 Korintus 3: 10
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.

Rasul Paulus adalah ahli bangunan yang cakap, dia sudah meletakkan dasar bangunan itu, itulah Yesus Kristus, yang adalah batu penjuru yang di sebelah timur tadi. Maka tiap-tiap orang harus memperhatikan bagaiamana ia harus membangun di atas batu penjuru.

Demikian halnya dengan kita; tidak boleh asal datang beribadah, kita tidak boleh asal datang melayani di dalam rumah Tuhan, masing-masing hidup kita harus memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atas batu penjuru itu dengan baik, supaya akhirnya ia menjadi Bait Allah yang hidup, bukan Bait Allah yang mati (vakum) karena perbuatan dagingnya dan tidak terlepas dari tuntutan hukum Taurat.
Yang beribadah tidak boleh asal beribadah kepada Tuhan dan yang melayani tidak boleh asal melayani Tuhan, sebab sungguh, itu adalah perbuatan keji, sama saja dengan melenyapkan korban sehari-hari; tidak menghargai ibadah dan tidak menghargai firman.

Yohanes 2: 18-22
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" (2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Orang-orang Yahudi dan orang Farisi bangga dengan Bait Allah yang ada di Yerusalem itu, tetapi akhirnya Yesus berkata: “Rombak Bait Allah ini”, artinya; segala kebanggaan-kebanggaan daging harus dirombak. Selanjutnya Yesus berkata: “dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali

Bangsa Israel bangga, orang Yahudi bangga, orang Farisi bangga dengan Bait Allah yang di Yerusalem, sebab mereka membangunnya selama 46 (empat puluh enam) tahun.
46 (empat puluh enam) tahun, menunjuk kepada; hukum Taurat, sebab dua loh batu berisikan sepuluh hukum Allah, di mana;
-       4 (empat) hukum ditulis pada loh batu pertama.
-       6 (enam) hukum ditulis pada loh batu kedua.
Jadi, Bait Allah yang di Yerusalem itu harus dirombak kembali menjadi Bait Allah yang baru karena dibangun di atas batu penjuru.
Angka 3 (tiga), menunjuk; pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, itulah korban Kristus, itulah batu penjuru.

Jangan kita asal-asal menjalankan ibadah ini menurut daging, apalagi menurut tuntutan hukum Taurat, itu salah. Kalau lagi senang, datang beribadah. Kalau lagi tidak senang, tidak datang beribadah, itu adalah kesalahan.
Rombak Bait Allah semacam ini, supaya dibangun di atas batu penjuru, korban Kristus. Lenyapkan segala kebanggaan daging.

Itu sebabnya kalau kita perhatikan pada ayat 17, "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku." Dalam hal membangun rumah ini, juga ternyata disertai dengan mempersembahkan korban bakaran.
Korban bakaran itu berarti mempersembahkan potongan-potongan daging dari kepala sampai ekor di atas Mezbah Korban Bakaran sampai pagi, sampai hangus.
Apa yang sudah kita persembahkan kepada Tuhan, jangan dihitung-hitung lagi, harus sampai hangus. Kita bekerja melayani pekerjaan Tuhan, sampai hangus, sampai raga ini habis.
Hati ini habis hanya untuk melayani pekerjaan Tuhan, itulah tanda ketika Bait Allah sudah dirombak dan didirikan di atas batu penjuru, korban Kristus, tidak ada lagi kebanggaan daging.

Efesus 2: 19-22
(2:19) Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, (2:20) yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. (2:21) Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. (2:22) Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh.

Yang dibangun di atas para rasul dan para nabi dengan Kristus Yesus, sebagai batu penjuru, maka di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, dengan tanda;
1.     Rapi tersusun.
Untuk yang kesekian kali saya berkata tentang rapi tersusun ini, berarti; tutur katanya rapi tersusun, perbuatannya, solah tingkahnya, tindakannya, gerak-geriknya rapi tersusun, teramat lebih saat beribadah mendengar firman Tuhan rapi tersusun, imam-imam melayani pekerjaan Tuhan juga rapi tersusun.
2.     Akhirnya menjadi Bait Allah yang kudus di dalam Tuhan.
Itulah tanda bahwa di dalam Dia, di atas batu penjuru itu, tumbuh seluruh bangunan, sehingga menjadi Bait Allah yang hidup, menjadi keluarga Allah.

Selanjutnya, mari kita lihat lebih jauh tentang BAIT ALLAH YANG HIDUP.
1 Petrus 2: 4-5
(2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

Datanglah kepada batu yang hidup, berarti mendirikan rumah di atas dasar batu penjuru, supaya selanjutnya dijadikan sebagai Bait Allah yang hidup.
Tanda Bait Allah yang hidup:
1.     Untuk pembangunan suatu rumah rohani bagi suatu imamat kudus.
2.     Untuk mempersembahkan persembahan rohani karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

1 Petrus 2: 6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Kalau rumah dibangun di atas dasar batu penjuru yang mahal, batu yang terpilih, maka tidak akan dipermalukan oleh Tuhan, berarti; Tuhan memelihara, Tuhan melindungi, Tuhan membela, Tuhan merawat.
Berbeda dengan orang yang tidak mendapat pembelaan dari Tuhan; kalah dan kalah terhadap dosa membuat malu saja, kekurangan, kekurangan, dan kekurangan, membuat malu saja, kesusahan, kesusahan, dan kesusahan hanya membuat malu saja.

Batu penjuru yang mahal, itulah batu yang terpilih, diletakkan di atas gunung Sion. Sekarang ini kita sedang berada di atas gunung Sion. Biarlah kehidupan kita dibangun di atas batu penjuru, berdiri di atas korban Kristus; tidak dipermalukan oleh Tuhan, tidak kekurangan, tidak kuatir. Sekalipun menghadapi keadaan susah, namun dapat kita lewati begitu saja, tidak akan dipermalukan, tidak akan pernah minta-minta.
Mulai sekarang, jika dalam keadaan susah, jangan persalahkan orang yang bersalah, kitalah yang intropeksi diri; apakah hidup kita sudah dibangun di atas batu penjuru atau hanya melihat kekurangan-kekurangan orang lain saja?
Datanglah kepada Bait Allah (batu) yang hidup supaya kita menjadi Bait Allah (batu) yang hidup untuk membawa korban dan persembahan (itulah pekerjaan imamat kudus), serta mempersembahkan persembahan rohani karena Kristus Yesus berkenan kepada Allah.

1 Petrus 2: 7
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan."

Yesus, Dia adalah batu penjuru. Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru, maka kita boleh merasakan dua hal:
1. Batu sentuhan.
2. Batu sandungan.
Tergantung dari sudut mana kita memandang korban Kristus, tergantung dari sudut mana kita memandang batu penjuru yang adalah dasar dari tiap-tiap bangunan.
-       Kalau kita memandang salib Kristus, mau menghargai korban Kristus, menjunjung tinggi korban Kristus, maka korban Kristus itu akan menjadi batu sentuhan. Dia menyentuh setiap perasaan kita, dia menyentuh setiap bagian hidup kita, Dia menyentuh hati kita, Dia menyentuh pikiran kita, Dia sangat mengerti keberadaan kita.
-       Tetapi kalau kita datang dengan mengecilkan korban Kristus, maka korban Kristus menjadi batu sandungan, tersandung dengan korban-korban, itulah ahli-ahli bangunan tadi, yaitu ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua orang Yahudi, mereka tersandung.

Banyak di antara kita awal datang, kaget-kaget setengah mati melihat model pelayanan di sini; salibnya terlalu ditegakkan sekali. Tetapi setelah semakin lama, semakin menyelami hal tentang korban Kristus itu, mulailah ia merasakan bahwa korban Kristus itu sanggup menyentuh hatinya, sanggup menyentuh perasaannya, sanggup menyentuh segala kesusahan-kesusahan di dalam dirinya, Dia tahu apa yang kita alami dan hadapi. Jangan langsung menyerah.
Biarlah kita junjung tinggi korban Kristus karena korban itu sanggup menyentuh kehidupan kita.

1 Petrus 2: 8-9
(2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan. (2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

Bait Allah yang mati tersandung kepada salib Kristus, sedangkan Bait Allah yang hidup, itu menunjuk kepada bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri.
Tugas dari Bait Allah yang hidup: Supaya memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluarr dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, karya Allah yang terbesar, adalah salib di Golgota. Di manapun kita berada, yang kita beritakan adalah salib yang kita pikul di atas pundak kita, bukan memberitakan harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, uang yang banyak yang kita punya.

Jadi, 1 Petrus 2: 4 sama dengan 1 Petrus 2: 9.
Inilah Bait Allah yang hidup; membawa salib dan memberitakannya, itulah imam-imam, raja-raja, orang-orang yang melayani Tuhan.

Ibrani 3: 3-6
(3:3) Sebab Ia dipandang layak mendapat kemuliaan lebih besar dari pada Musa, sama seperti ahli bangunan lebih dihormati dari pada rumah yang dibangunnya. (3:4) Sebab setiap rumah dibangun oleh seorang ahli bangunan, tetapi ahli bangunan segala sesuatu ialah Allah. (3:5) Dan Musa memang setia dalam segenap rumah Allah sebagai pelayan untuk memberi kesaksian tentang apa yang akan diberitakan kemudian, (3:6) tetapi Kristus setia sebagai Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.

Bait Allah dibangun oleh Allah. Oleh sebab itu, biarlah kita semua setia kepada Dia, setia beribadah kepada Tuhan, setia melayani pekerjaan Tuhan, dan memelihara karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh Kudus, dengan syarat; mempertahankan iman dan mempertahankan harap kepada Dia.

Dalam Perjanjian Lama;
-    Yehezkiel 40: 3 ->  Bait Allah diukur oleh Tuhan.
-    Zakharia 2: 1-2 ->  Yerusalem diukur oleh Tuhan.

Dalam Perjanjian Baru;
-    Wahyu 11: 1 ->  Bait Allah diukur oleh Tuhan.
-    Wahyu 21:15 ->  Yerusalem baru diukur oleh Tuhan.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment