KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Saturday, October 5, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 AGUSTUS 2019




IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 01 AGUSTUS 2019

KITAB RUT
(Seri: 59)

Subtema: KEMBALI KEPADA KASIH YANG SEMULA.

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera, bahagia memenuhi kehidupan kita sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada, kiranya Tuhan memberkati kita, melawat kehidupan kita, memulihkan hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga. Sebab itu mari kita berdoa memohon dengan rendah hati kepada Tuhan, supaya Tuhan membukakan firman-Nya kepada kita malam ini.

Kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab yang disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas.
Boas, menunjuk; pribadi Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus.

Sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah tanda:
1.     Ketundukan Rut.
2.     Kedewasaan Rut.

Kita masih menyimak Rut di dalam hal kedewasaannya.
Tentang: KEDEWASAAN RUT.
Dewasa, arti rohaninya; telah meninggalkan sifat kanak-kanak atau telah akil balig.

1 Korintus 13: 10-11
(13:10) Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap. (13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Jika yang sempurna itu tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap, dan itu sudah pasti.
Seperti pengakuan dari Rasul Paulus, yaitu: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu

Adapun sifat kanak-kanak yang dimaksud di sini ialah;
1.     Berkata-kata seperti kanak-kanak.
2.     Merasa seperti kanak-kanak.
3.     Berpikir seperti kanak-kanak.

Contoh MERASA SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13: 2
(13:2) Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Mempunyai kelebihan yang luar biasa dan dahsyat di dalam melayani Tuhan, antara lain;
1.     Mempunyai karunia untuk bernubuat.
2.     Mengetahui segala rahasia.
3.     Memiliki seluruh pengetahuan.
4.     Memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung.
Tetapi jika seorang hamba Tuhan, pelayan Tuhan, imam-imam tidak mempunyai kasih di dalam melayani Tuhan; ia sama sekali tidak berguna. Jadi, ukuran berkenan atau tidaknya seorang hamba Tuhan di hadapan Tuhan, bukan diukur dari pekerjaan yang banyak itu.

Matius 7: 15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Nabi-nabi palsu menyamar seperti domba, maka mereka disebut serigala berbulu domba.
Tetapi sesungguhnya, mereka itu adalah serigala yang buas, binatang yang buas.
Tentu Tuhan punya alasan mengatakan demikian.

Lebih jauh kita melihat; SERIGALA BERBULU DOMBA ata NABI-NABI PALSU.
Matius 7:  21-23
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. (7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Di hari-hari terakhir ini, nabi-nabi palsu atau serigala berbulu domba berseru kepada Tuhan, maksudnya:
1.     Mereka bernubuat demi nama Tuhan.
2.     Mereka mengusir setan demi nama Tuhan.
3.     Mereka mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan.
Tetapi pada waktu itu, Tuhan akan berterus terang dan berkata kepada mereka: “Aku tidak pernah mengenal kamu!”, selanjutnya Tuhan akan berkata: “Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!
Berarti, melayani pekerjaan Tuhan tanpa kasih, walaupun disertai dengan perbuatan-perbuatan ajaib dan dahsyat, sama sekali ia tidak berguna.

Itu sebabnya di atas tadi saya katakan: Ukuran berkenan atau tidak berkenannya sebuah pelayanan di hadapan Tuhan, bukan dilihat dari pekerjaan yang banyak disertai jerih lelah, bukan diukur dengan perbuatan-perbuatan ajaib -- tanda heran dan mujizat -- yang dikerjakan hamba Tuhan itu. Sekalipun ia melakukan pekerjaan yang banyak, sekalipun disertai dengan tanda heran, tanda ajaib, dan mujizat yang luar biasa dan dahsyat, tetapi jika ia melakukan tanpa kasih; sama sekali tidak berguna. Tuhan akan berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!

Sebab itu; jangan kita terkecoh dengan segala perbuatan ajaib, tanda-tanda heran yang terjadi, tidak perlu kita terkecoh dengan hal-hal yang lahiriah, yang dahsyat dalam suatu penggembalaan, bukan itu yang menjadi suatu ukuran berkenan atau tidaknya di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Banyak hamba-hamba Tuhan, pelayan-pelayan Tuhan atau imam-imam, merasa benar, merasa layak di hadapan Tuhan hanya karena pekerjaan yang banyak, sebetulnya itu adalah perasaan kanak-kanak. Ketika hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan disertai dengan tanda-tanda heran, mengusir setan demi nama Tuhan, mereka merasa bahwa mereka berkenan dan layak di hadapan Tuhan, sebetulnya itu adalah perasaan kanak-kanak, itu bukan perasaan dari kehidupan yang  dewasa rohani. Karena melayani Tuhan tanpa kasih, walaupun disertai dengan perbuatan ajaib; sama sekali tidak berguna.

Sekarang mari kita memeriksa; SIDANG JEMAAT DI EFESUS.
Wahyu 2: 1-3
(2:1) "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. (2:2) Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. (2:3) Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.

Tuhan memeriksa dan mengoreksi tujuh sidang jemaat, dimulai dari jemaat di Efesus.
Secara keseluruhan, bagian luar dari jemaat di Efesus tampak istimewa, sebab di dalam melayani pekerjaan Tuhan;
1.     Disertai dengan jerih payah.
2.     Disertai dengan ketekunan.
3.     Sabar terhadap orang jahat dan sabar terhadap pendusta-pendusta.
4.     Rela menderita karena nama Tuhan.
5.     Tidak mengenal lelah.

Lanjut kita periksa lebih dalam.
Wahyu 2: 4
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.

Tetapi sayangnya di sini kita perhatikan: Tuhan mencela sidang jemaat di Efesus, karena jemaat di Efesus telah meninggalkan kasih yang semula.
Sekali lagi saya tandaskan: Melayani pekerjaan Tuhan disertai dengan perbuatan yang ajaib, disertai dengan jerih payah, ketekunan, kesabaran, bahkan rela menderita karena nama Tuhan dan tidak mengenal lelah, tetapi jika tanpa kasih; sama sekali tidak berguna, sama dengan; nol, dengan kata lain; tidak ada hasilnya di pemandangan Tuhan.

Sidang jemaat di Efesus melakukan pekerjaan yang banyak dengan luar biasa, tetapi pada akhirnya Tuhan mencela mereka.
Pertanyaannya: Mengapa Tuhan mencela sidang jemaat di Efesus?
Jawabnya: Sebab ternyata mereka telah meninggalkan kasih yang semula.

Wahyu 2: 5
(2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Melayani pekerjaan Tuhan tanpa kasih adalah kejatuhan yang sangat dalam sekali.
Ini harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh.

Saudara juga beribadah dan melayani Tuhan tanpa kasih Agape, itu kejatuhan yang sangat dalam.
-       Sekalipun saudara berjerih lelah dalam mendengar firman.
-       Sekalipun saudara berjerih lelah di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Jika semua itu dilakukan tanpa kasih, sama sekali tidak berguna, tidak ada hasilnya = nol.
Kita memang merasa bahwa itu luar biasa, tetapi sebetulnya kalau itu dikerjakan tanpa kasih, hasilnya nol, sama sekali tidak berguna, berarti; perasaan kanak-kanak, belum dewasa.
Kesimpulannya: Merasa seperti kanak-kanak itu merupakan kejatuhan yang sangat dalam, itu bukan kejatuhan biasa.

Perjalanan bangsa Israel dari Mesir menuju tanah Kanaan dibagi menjadi dua bagian.
Perjalanan Yang Pertama: Dari Mesir sampai ke padang gurun, dituntun atau dipimpin oleh tongkat Musa, disertai dengan banyaknya mujizat;
-       Di mana tongkat Musa pernah berubah menjadi ular.
-       Kemudian tongkat yang sama pernah membelah Laut Teberau, sehingga bangsa Israel berjalan di tanah kering.
Tetapi pada akhirnya, mayat mereka bergelimpangan di padang gurun. Pendeknya, generasi pertama tidak ada yang sampai ke tanah Kanaan / tanah perjanjian kecuali Yosua dan Kaleb.
Pendeknya: Perjalanan yang disertai dengan mujizat, tanpa kasih, hasilnya nol, tidak berguna.
Perjalanan Yang Kedua: Dari padang gurun sampai ke Kanaan, dituntun oleh Tabut Perjanjian, dan akhirnya mereka tiba dengan selamat di tanah Kanaan (tanah perjanjian), walaupun perjalanan itu ditandai dengan sengsara salib selama 40 (empat puluh) tahun di padang gurun. 40 (empat puluh) tahun mereka harus berjalan di padang gurun, berliku-liku, itu adalah perjalanan salib.

Kesimpulannya: Merasa seperti kanak-kanak sama sekali tidak berguna. Apa buktinya? Mayat mereka bergelimpangan.
Untuk apa kita melakukan perkara yang ajaib tanpa kasih? Sama sekali tidak berguna. Mayat-mayat bergelimpangan, tidak masuk pada perjanjian Tuhan.

Pada injil Matius 7: 15-23, nabi-nabi palsu yang disebut serigala berbulu domba banyak mengadakan mujizat, mereka mengusir setan, dan bernubuat demi nama Tuhan, tetapi kenyataannya: Tuhan tidak mengenal mereka dan Tuhan mengusir mereka dari hadapan-Nya, dengan lain kata; sama sekali tidak berguna, sama artinya; hasilnya nol.
Tetapi setelah itu, memasuki Matius 8: 1-4, di situ kita bisa melihat: Tuhan mentahirkan seorang yang sakit kusta.

Matius 8: 4
(8:4) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka."

Setelah seorang penyakit kusta ditahirkan dari kustanya, selanjutnya Yesus berkata kepada dia: “Ingatlah, jangan engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan yang diperintahkan Musa, sebagai bukti bagi mereka
Artinya: Melayani pekerjaan Tuhan disertai dengan mujizat-mujizat dan tanda-tanda heran, bukanlah hal yang terpenting, tetapi yang terpenting ialah pergi dan memperlihatkan diri kepada imam untuk selanjutnya mempersembahkan persembahan kepada Tuhan. Mempersembahkan diri kepada Tuhan, itu jauh lebih penting.

Untuk apa kita mengadakan hal-hal yang lahiriah, tanda-tanda heran dan mujizat, tetapi kita tidak mempersembahkan diri kita kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, kudus dan berkenan, itu semua tidak ada artinya. Melayani tanpa kasih sama sekali tidak berguna, itu hanyalah perasaan kanak-kanak.
Yang terpenting bukan soal mujizat yang terjadi, bukan. Tetapi yang terpenting adalah sampai akhirnya kita akan mempersembahkan tubuh kita kepada Tuhan, itu yang terbaik, itu yang terpenting, itu yang berkenan kepada Tuhan.
-       Jangan sampai kita capek-capek melayani pekerjaan Tuhan, tetapi tanpa kasih, itu tidak ada artinya.
-       Duduk dengar firman berjam-jam, tetapi tanpa kasih, itu tidak ada artinya.
Bukan itu yang terpenting, tetapi yang terpenting, ialah; Tuhan berkata; “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam dan persembahkanlah persembahan kepada Tuhan” , itulah yang terpenting.

Roma 12: 1
(12:1) Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati.

Mempersembahkan tubuh kepada Tuhan sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan, itu adalah ibadah yang sejati.

Lebih jauh kita melihat tetang IBADAH YANG SEJATI.
Ibrani 12: 18-24
(12:18) Sebab kamu tidak datang kepada gunung yang dapat disentuh dan api yang menyala-nyala, kepada kekelaman, kegelapan dan angin badai, (12:19) kepada bunyi sangkakala dan bunyi suara yang membuat mereka yang mendengarnya memohon, supaya jangan lagi berbicara kepada mereka, (12:20) sebab mereka tidak tahan mendengar perintah ini: "Bahkan jika binatang pun yang menyentuh gunung, ia harus dilempari dengan batu." (12:21) Dan sangat mengerikan pemandangan itu, sehingga Musa berkata: "Aku sangat ketakutan dan sangat gemetar." (12:22) Tetapi kamu sudah datang ke Bukit Sion, ke kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi dan kepada beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah, (12:23) dan kepada jemaat anak-anak sulung, yang namanya terdaftar di sorga, dan kepada Allah, yang menghakimi semua orang, dan kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna, (12:24) dan kepada Yesus, Pengantara perjanjian baru, dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel.

Di sini terdapat dua jenis ibadah.
1.  Ayat 18-21 adalah ibadah yang bersifat lahiriah atau ibadah Taurat, disebut dengan; gunung yang dapat disentuh, sifatnya berubah-ubah, tidak kekal, menuju kepada kebinasaan.
2.  Ayat 22-24 adalah ibadah yang bersifat rohani, disebut dengan; bukit Sion, kota Allah yang hidup, Yerusalem sorgawi.

Kesimpulannya: Tanda ibadah yang sejati (ibadah yang bersifat rohani) ialah kita datang kepada:
1.     Beribu-ribu malaikat, suatu kumpulan yang meriah.
2.     Anak-anak sulung, berarti; namanya terdaftar di sorga.
3.     Kepada Allah, yang menghakimi semua orang.
4.     Kepada roh-roh orang-orang benar yang telah menjadi sempurna.
5.     Kepada Yesus, Dialah Pengantara perjanjian baru.
6.     Kepada darah pemercikan, yang lebih kuat dari darah Habel.
Enam perkara ini semuanya bersifat rohani, tidak dapat disentuh, tidak berubah-ubah, sifatnya kekal, inilah ibadah yang sejati itu.

Diakhiri dengan ayat 24, yaitu: “dan kepada darah pemercikan, yang berbicara lebih kuat dari pada darah Habel
Mari kita kaitkan pemercikan ini yang terjadi dalam Tabernakel, tepatnya pada Tabut Perjanjian, yaitu; terjadi tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian dan tujuh kali percikan darah di depan (di muka) peti perjanjian.
-   Tujuh kali percikan darah di atas tutup pendamaian ialah sengsara yang dialami Mempelai Pria Sorga bagi sidang mempelai-Nya.
-    Tujuh kali percikan darah di muka peti, itu berbicara tentang; sengsara sebagai penyucian yang dialami oleh gereja untuk mencapai kesempurnaannya sebagai mempelai wanita Tuhan.
Kesimpulannya; percikan darah, sengsara tanpa dosa, sebagai penyucian yang terakhir, untuk menyempurnakan gereja Tuhan.

Jadi, semua enam perkara di atas bersifat rohani, dan yang terakhir adalah terjadi pemercikan darah. Itulah ibadah yang sejati.

Ibrani 12: 25-26
(12:25) Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? (12:26) Waktu itu suara-Nya menggoncangkan bumi, tetapi sekarang Ia memberikan janji: "Satu kali lagi Aku akan menggoncangkan bukan hanya bumi saja, melainkan langit juga."

Beribadah di bukit Sion, itulah yang disebut ibadah yang sejati, bersifat rohani; memberikan janji.

Ibrani 12: 28
(12:28) Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut.

Janji yang dimaksudkan di sini ialah kerajaan yang tidak tergoncangkan. Oleh sebab itu, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya.
Janganlah kita lagi beribadah dan melayani dengan cara yang lama, yaitu kita merasa bahwa ketika kita beribadah disertai dengan tanda-tanda heran atau pun mujizat, beribadah dengan segala pengorbanan yang banyak, tetapi jika tanpa kasih; sama sekali tidak berguna. Ini adalah ibadah yang pertama (ibadah menurut hukum taurat).

Tetapi sekarang kita sudah berada di bukit Sion, di gunung Tuhan, ibadah yang bersifat rohani; memberikan janji.
Janji yang dimaksud itulah kerajaan yang tak tergoncangkan. Oleh sebab itu, jangan kita merasa seperti kanak-kanak, sebab bukan itu ukuran ibadah yang berkenan, itu bukan ibadah yang sejati, tetapi mari kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya.

Praktek ibadah yang berkenan.
Wahyu 2: 4-5
(2:4) Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. (2:5) Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Prakteknya ialah kembali kepada kasih yang semula, berarti; bertobat.
Wujud nyata dari kasih yang semula ialah korban Kristus, itulah kasih yang mula-mula, kasih Allah yang pertama kali ditunjukkan kepada manusia berdosa, yaitu kasih yang menyangkut pengampunan dosa lewat korban Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus, yang rela tersalib menebus dosa manusia.

Tanda yang sangat terlihat di dalam diri seseorang yang mau kembali kepada kasih yang semula adalah mau bertobat. Sebab pertama kali kasih itu dinyatakan kepada manusia berdosa adalah ketika Yesus Kristus disalibkan, ini menyangkut pengampunan terhadap dosa.

Mau bertobat, berarti mau bertobat dengan sungguh-sunguh, bukan bertobat sambal. Kalau bertobat sambal; hari ini menangis, tetapi firman yang dia dengar tidak ditindaklanjuti, tidak dilakukan.
Bertobat dengan sungguh-sungguh, berarti; betul-betul berhenti berbuat dosa, berhenti berbuat kejahatan, berhenti berbuat sesatu yang tidak menyenangkan hati Tuhan, tetapi biarlah kita melayani pekerjaan Tuhan disertai dengan kasih.
Kalau melayani pekerjaan Tuhan walaupun banyak, tetapi tanpa disertai dengan kasih; sama sekali tidak berguna, inilah perasaan kanak-kanak. Kita merasa itu hebat, tetapi sebetulnya sama sekali tidak berguna, itulah perasaan kanak-kanak.

Kalau seorang hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan dengan segala pengorbanan yang banyak, jangan sampai bermegah, tidak ada artinya.
Melayani pekerjaan yang banyak walaupun disertai mujizat, tanda heran, tetapi jika tanpa kasih, itu sama sekali tidak berguna. Maka Tuhan akan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”, sama sekali tidak berguna.

Kurang apa sidang jemaat di Efesus, kalau di lihat dari luarnya tampak istimewa, tetapi kenyatannya;
-    Pada ayat 4, Tuhan mencela sidang di Efesus karena ternyata mereka meninggalkan kasih yang semula.
-    Dan ayat 5, kejatuhan mereka sangat dalam sekali.
Jadi, melayani tanpa kasih bukanlah kejatuhan biasa, ini adalah kejatuhan yang sangat dalam sekali.
Maka saya melihat; orang yang sudah berjerih lelah, lalu dia merasa bahwa dia sudah berkenan, tidak, bukan itu yang menjadi ukurannya.

Mari kita berperkara kepada firman, kita bercermin kepada firman, jangan bercermin kepada perbuatan ajaib atau perbuatan yang banyak disertai dengan tanda heran. Bercerminlah kepada firman.
Ukuran berkenan atau tidaknya sebuah ibadah dan pelayanan adalah firman yang sudah kita terima malam ini, bukan pengertian kita.
Maka prakteknya; bertobatlah, berarti; kembali kepada kasih semula. Mula pertama kasih itu ditampilkan Allah kepada manusia berdosa adalah ketika Anak-Nya yang tunggal, Yesus Kristus menderita di atas kayu salib.
Jadi, orang yang kembali kepada kasih yang semula, wujudnya adalah bertobat; berhenti berbuat dosa, tidak lagi mengulangi secara lahir batin.

Pendeknya: Orang yang menerima pengampunan dosa adalah orang yang bertobat.
Kesimpulannya: Bertobat adalah praktek kasih mula-mula yang paling gampang dilihat oleh mata.

Kita sejenak melihat injil Lukas 7.
Lukas 7: 47
(7:47) Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."

Dosa yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih.

Mari kita melihat ayat 37-39.
Lukas 7: 37-39
(7:37) Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi. (7:38) Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu. (7:39) Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."

Di sini kita melihat ada dua pribadi.
Pribadi yang pertama ialah perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa.
Dia datang di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu melakukan tiga tindakan:
1.     Membasahi kaki-Nya dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya.
2.     Mencium kaki-Nya.
3.     Meminyaki kaki Yesus dengan minyak wangi.
Tetapi di sisi lain, yaitu pribadi Simon si kusta, berkata dalam hatinya: “Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa
Memang Simon si kusta telah menjamu Yesus, Anak Allah, bersama-sama dengan murid-murid, di dalam rumahnya, dia memberi makan dan minum, tetapi dia punya perasaan seperti kanak-kanak. Dia tidak melihat bahwa perempuan yang terkenal berbuat dosa ini telah bertobat, dia kembali kepada kasih yang semula. Pada saat dia kembali pada kasih yang semula, dia banyak berbuat kasih, karena dosa yang banyak itu telah diampuni, sehingga ia banyak berbuat kasih. Tetapi di sisi lain, Simon si kusta merasa seperti kanak-kanak, karena dia berpikir dengan perbuatan yang banyak itu dia berkenan kepada Tuhan.

Tuhan tegur perasaan kanak-kanak, Tuhan mau ubahkan kehidupan kita supaya kita meninggalkan sifat kanak-kanak dan tidak lagi merasa seperti kanak-kanak.

Kedewasaan Rut telah dipaparkan dengan demikian rupa, dan biarlah kiranya kita saat ini lewat pemaparan ini, kehidupan kita  betul-betul dibawa kepada tingkat kedewasaan. Biarlah kita datang kepada Tuhan, ke gunung Sion, ke kota yang kudus, dengan mengucap syukur dan disertai dengan ibadah yang berkenan.
Ibadah yang berkenan, ibadah yang bersifat rohani, di dalamnya semua perkara-perkara rohani, sampai yang terakhir tadi; terjadi tujuh kali percikan darah. Datanglah kita beribadah ke bukit Sion dengan ucapan syukur, dengan ibadah yang berkenan kepada Tuhan, bukan lagi ibadah dengan cara-cara manusiawi, merasa seperti kanak-kanak, sebab ibadah yang pertama tidak berkenan.
Sebab kalau kita perhatikan Ibrani 12, ibadah yang pertama itu apabila binatang datang menyentuh gunung itu, akan dilempari dengan batu. Sangat mengerikan pemandangan pada waktu itu.
Tetapi sekarang kita datang beribadah ke bukit Sion, ibadah yang bersifat rohani, semua bersifat rohani, itulah ibadah yang sejati, maka kita akan menerima janji, itulah kerajaan yang tak tergoncangkan itu, karena kita sudah meninggalkan sifat kanak-kanak, tidak lagi merasa seperti kanak-kanak.

Simon si kusta merasa seperti kanak-kanak, dia merasa lebih baik, lebih berkenan dari pada perempuan yang terkenal berbuat dosa, tetapi kenyataannya: Tuhan mengukur kehidupan kita lewat firman Allah yang sudah kita dengar malam ini.

Lukas 7: 40-46
(7:40) Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru." (7:41) "Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. (7:42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" (7:43) Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu." (7:44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. (7:45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku. (7:46) Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.

Perempuan yang terkenal berbuat dosa, banyak berbuat kasih karena dosanya yang banyak itu telah diampuni oleh Tuhan.

Mari kita kembali kepada kasih yang semula. Mula pertama Allah menampilkan kasih-Nya di atas kayu salib, dan Yesus, Anak Allah, rela memberikan pengampunan terhadap dosa itu.
Tuhan mau lihat kerelaan hati kita sekarang, seperti Yesus rela di dalam hal menampilkan kasih yang semula. Mari kita kembali kepada kasih yang semula dengan segala kerelaan hati. Jangan tanggung-tanggung dalam mengikuti Tuhan, jangan setengah hati dalam melakukan pekerjaan Tuhan, harus dengan segenap hati. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment