KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Tuesday, October 22, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 22 SEPTEMBER 2019




IBADAH RAYA MINGGU, 22 SEPTEMBER 2019

WAHYU PASAL 11
(Seri: 06)

Subtema: MEZBAH (PELAYANAN) YANG DIUKUR

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan; oleh karena rahmat dan kasih karunia-Nya, memperkenankan kehidupan kita pribadi lepas pribadi untuk beribadah dan melayani Tuhan lewat Ibadah Raya Minggu pada sore hari ini.
Dan saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan dan umat Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, kiranya Tuhan memberkati di manapun anda berada.
Mari kita mohon kemurahan Tuhan dengan rendah hati, supaya kiranya Tuhan membukakan firman-Nya bagi kita, memberkati kehidupan kita; ibadah, pelayanan, nikah, rumah tangga, segala sesuatu dipulihkan oleh Tuhan, berkat berkelimpahan menjadi bagian kehidupan kita.

Kita segera memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Wahyu 11:1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Perhatikan kata-kata berikut ini: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya
Adapun alat pengukur yang digunakan ialah sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada; firman Allah. Sebab perasaan dan pikiran hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat pengukur untuk mengukur tiga perkara di atas, termasuk untuk mengukur hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi. Hanya firman Allah yang kekal, sebagai alat pengukur yang sejati.

Adapun tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur:
1.     Bait Suci Allah.
2.     Mezbah.
3.     Mereka yang beribadah di dalamnya.

Hal pertama yang diukur oleh Tuhan ialah Bait Suci Allah, telah diterangkan dalam tiga seri pemberitaan firman.
Tentu kita diberkati oleh Tuhan, dan masih jelas dalam ingatan kita tentunya. Biarlah kiranya firman yang sudah kita terima jangan berlalu begitu saja, sehingga kita benar-benar menjadi Bait Suci Allah yang sudah masuk dalam ukuran Tuhan.

Kemudian, hal kedua yang diukur oleh Tuhan ialah “mezbah”. Untuk hal yang kedua ini, kiranya Tuhan kembali memberkati kita sekaliannya, seperti Tuhan memberkati kita ketika Tuhan mengukur Bait Suci Allah.
Oleh sebab itu, dengan segala kerendahan hati, mari kita memohon kepada Tuhan supaya kiranya Tuhan kembali menyatakan kasih dan kemurahan-Nya lewat pembukaan firman malam hari ini.

II. MEZBAH
Hal kedua yang diukur oleh Tuhan adalah mezbah.
Dari apa yang sudah kita baca dalam Wahyu 11:1, di sini hanya ada penyebutan: “ukurlah mezbah”, tidak disebut MEZBAH KORBAN BAKARAN, dan juga tidak disebut dengan MEZBAH DUPA.

Di dalam Tabernakel, secara khusus di HALAMAN (Pelataran bagian luar) Bait Allah, di situ terdapat MEZBAH KORBAN BAKARAN.
Fungsinya: Untuk mempersembahkan korban atau potongan-potongan daging binatang, juga membakar roti yang tidak beragi.
Ada tiga korban binatang dan tiga korban sajian yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran, sesuai dengan apa yang dituntut dan ditentukan Allah pada saat imam-imam ditahbiskan.

Keluaran 29:1-3
(29:1) "Inilah yang harus kaulakukan kepada mereka, untuk menguduskan mereka, supaya mereka memegang jabatan imam bagi-Ku: Ambillah seekor lembu jantan muda dan dua ekor domba jantan yang tidak bercela, (29:2) roti yang tidak beragi dan roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak, dan roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak; dari tepung gandum yang terbaik haruslah kaubuat semuanya itu. (29:3) Kautaruhlah semuanya dalam sebuah bakul dan kaupersembahkanlah semuanya dalam bakul itu, demikian juga lembu jantan dan kedua domba jantan itu.

Untuk tahbisan imam-imam, Allah menentukan dan menuntut korban-korban persembahan sebagai berikut:
1.     Tiga korban binatang, antara lain;
-       seekor lembu jantan muda.
-       dua ekor domba jantan yang tidak bercela.
Tujuan tiga korban binatang ini dipersembahkan adalah sebagai korban penghapus dosa dan korban penghapus kesalahan.
2.     Tiga korban makanan (sajian) dengan tiga ketul roti, antara lain;
-       roti yang tidak beragi.
-       roti bundar yang tidak beragi, yang diolah dengan minyak.
-       roti tipis yang tidak beragi, yang diolesi dengan minyak.
Tiga ketul roti sajian ini berbicara mengenai persekutuan dengan Kristus, sebab tiga ketul roti tersebut, semuanya adalah roti yang tidak beragi. Yesus mempersembahkan tubuh-Nya (memecah-mecahkan segenap hidup-Nya) di atas kayu salib sebagai roti yang tidak beragi, sebab Yesus disalib bukan karena dosa, bukan karena ragi kejahatan dan ragi keburukan.
Itulah yang dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran yang ada di pelataran Bait Suci sebelah luar atau HALAMAN.

Selain di halaman, pada RUANGAN SUCI juga terdapat satu “mezbah”, tetapi fungsinya tidak sama dengan mezbah yang ada di pelataran sebelah luar (halaman).
Mezbah yang terdapat di dalam Ruangan Suci disebutlah MEZBAH DUPA.
Fungsinya: Untuk membakar ukupan sebagai dupa yang berbau harum.

Sejenak kita periksa Wahyu 8.
Wahyu 8:3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Di sini dikatakan; “seorang malaikat lain” Kalau malaikat, tidak disebut “seorang”, tetapi karena Dia adalah Yesus Kristus, Dia Imam Besar, maka disebut “seorang malaikat lain.

Di sini kita melihat: kepada seorang malaikat lain itu diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. Lalu asap kemenyan itu naik di hadapan Tuhan (naik ke hadirat Tuhan), itulah yang disebut dupa yang berbau harum.

Kesimpulannya: sebagai Imam Besar, Yesus hidup di dalam doa penyembahan yang besar untuk memimpin orang-orang kudus di dalam doa penyembahan dan membawa mereka sampai kepada hadirat Tuhan.

Sekali lagi saya tandaskan:
-       Mezbah yang ada di Halaman disebut Mezbah Korban Bakaran, berfungsi untuk mempersembahkan tiga jenis korban binatang dan tiga ketul roti.
-       Mezbah yang ada di Ruangan Suci disebut Mezbah Dupa, berfungsi untuk membakar kemenyan, sehingga asap yang naik disebutlah dupa yang berbau harum, itulah doa penyembahan dari orang-orang kudus, membawa kehidupan kita sampai kepada hadirat Tuhan.
Jadi hal yang kedua yang diukur oleh sebatang buluh, tidak disebut Mezbah Korban Bakaran dan tidak disebut Mezbah Dupa. Hanya ada pernyataan: “ukurlah mezbah.

Kesimpulannya: MEZBAH yang diukur oleh sebatang buluh berbicara tentang PELAYANAN.

Mari kita lihat tentang; PELAYANAN.
Ibrani 13:10-13
(13:10) Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya.  (13:11) Karena tubuh binatang-binatang yang darahnya dibawa masuk ke tempat kudus oleh Imam Besar sebagai korban penghapus dosa, dibakar di luar perkemahan. (13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. (13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.

Di dalam Perjanjian Lama ada sebutan mezbah, tetapi di dalam Perjanjian Baru, mezbah yang paling nyata adalah salibnya Kristus, di mana Tuhan menyempurnakan pelayanan-Nya di atas kayu salib.
Jadi, tidak lagi berbicara soal tiga jenis korban binatang dan tiga ketul roti yang tidak beragi, yang ditentukan dan yang dituntut untuk dipersembahkannya kepada Allah pada saat imam-imam ditahbiskan, tetapi mezbah di sini berbicara soal pelayanan, di mana pelayanan itu telah disempurnakan oleh Yesus di atas kayu salib. Pendeknya, dengan salib, maka pelayanan menjadi sempurna.

Ibrani 13:12
(13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.

Yesus harus menderita di luar pintu gerbang, tujuannya: untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri.
Yesus tidak disalibkan di Yerusalem. Tetapi Yesus harus menderita di luar Pintu Gerbang, salib kasar itu telah ditancapkan di atas bukit Golgota.

Ibrani 13:13
(13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.

Terkhusus imam-imam (orang-orang yang melayani pekerjaan Tuhan), perhatikanlah kalimat ini: “marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya” Berarti tidak lagi mempertahankan harga diri dan kebenaran diri sendiri termasuk, kepentingan diri kita masing-masing dan menanggung kehinaan-Nya.

Itulah orang yang melayani Tuhan, sehingga terlihat pelayanan yang sempurna;
-       Tidak lagi mempertahankan harga diri,
-       Tidak lagi mempertahankan egosentris (kepentingan diri),
-       Tidak ada lagi motivasi lain dalam pelayanan,
-       Dan melayani bukan untuk mencari pujian dan hormat dari manusia.
Tetapi sebaliknya: “marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya”, berarti untuk melayani Tuhan, harus menanggalkan harga diri, melepaskan egosentris, tidak mempertahankan kepentingan diri, sampai rela menderita, supaya pelayanan ini menjadi berkenan kepada Tuhan.

Terkhusus imam-imam yang melayani pekerjaan Tuhan: Jangan pertahankan harga diri. Marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya, turut menderita bersama dengan Kristus.

Matius 5:17
(5:17) "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Yesus mati di atas kayu salib, tujuannya; untuk menyempurnakan pelayanan.
Itu sebabnya Yesus berkata; “Aku datang bukan untuk meniadakan (membinasakan manusia berdosa), melainkan untuk menggenapinya, berarti; menguduskannya dan menyempurnakannya.”
Jadi, salib atau darah salib telah menyempurnakan pelayanan.

Matius 5:18
(5:18) Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.

Yesus sendiri berkata: “selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat.
Jadi betul-betul, Yesus menggenapi pelayanan-Nya di atas kayu salib, sehingga pada saat pelayanan itu menjadi sempurna di atas kayu salib; maka satu iota dan satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat.
-       Iota adalah kumpulan dari huruf yang terkecil, yakni; dimulai dari huruf a sampai huruf i.
-       Titik adalah tanda baca yang paling kecil, yang digunakan untuk menandai akhir dari sebuah kalimat.
Pengertian rohani iota dan titik.
-       Iota berbicara tentang kerendahan hati.
-       Titik berbicara tentang mau menjadi kecil dan mengecilkan diri, sama dengan; merendahkan diri dan rela direndahkan.
Tuhan sangat memperhatikan orang-orang yang rendah hati dan orang-orang yang mau dikecilkan. Siapa mereka yang rendah hati? Adalah orang yang senantiasa menyangkal diri dan memikul salib-Nya, sebab Yesus sendiri berkata: “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.
Jadi, Tuhan sangat memperhatikan sekali orang yang hina, orang yang kecil, yaitu orang yang menyangkal diri dan memikul salibnya. Itulah yang diperhatikan oleh Tuhan, sangat berbeda dengan cara pelayanan dari nabi-nabi palsu.

Matius 7:15
(7:15) "Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas.

Nabi-nabi palsu disebut juga serigala berbulu domba, binatang buas yang siap untuk menerkam.
Seperti apa model pelayanan dari nabi-nabi palsu ini?

Matius 7:22-23
(7:22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? (7:23) Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Di hari-hari terakhir ini, nabi-nabi palsu mengadakan tiga perkara ajaib:
1.     Bernubuat demi nama Tuhan.
2.     Mengusir Setan demi nama Tuhan.
3.     Mengadakan banyak mujizat demi nama Tuhan.
Tiga perkara yang mereka lakukan itu, semuanya dilakukan demi nama Tuhan, bukan demi siapa-siapa.
Jika dilihat sekilas pandang mata, bukankah apa yang mereka lakukan adalah hal yang luar biasa? Tetapi pada hari Tuhan, Yesus akan berterus terang kepada mereka dan berkata: “Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"

Pertanyaannya: DI MANA LETAK KEJAHATAN MEREKA?
Matius 7:21
(7:21) Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.

Bukan karena menyebut: Tuhan, Tuhan!, dan bukan karena perbuatan-perbuatan ajaib yang mereka lakukan di tengah ibadah pelayanan, lalu mereka masuk ke dalam Kerajaan Sorga, bukan, melainkan “dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga”.

Kesimpulannya:
-       Mezbah dari nabi-nabi palsu tidak masuk dalam ukuran Tuhan termasuk Mezbah dalam hukum taurat.
-       Mezbah yang masuk ukuran Tuhan adalah dia yang melakukan kehendak Bapa di sorga.

Sekarang pertanyaanya: SEPERTI APA RUPA, MODEL, BENTUK DARI KEHENDAK ALLAH BAPA?
Matius 26:42
(26:42) Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!"

“Yesus harus meminum cawan Allah”, arti rohaninya; Yesus menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, sebab Yesus disalibkan bukan karena dosa-Nya, melainkan karena dosa manusia, sehingga dengan demikian kehendak Allah terlaksana (“Jadilah kehendak-Mu”)
Inilah mezbah yang masuk dalam ukuran Tuhan, dan Yesus sudah menyempurnakan pelayanan itu di atas kayu salib, di mana Yesus datang bukan untuk melenyapkan hukum Taurat, bahkan satu iota dan satu titik pun, tidak dilenyapkan selama langit dan bumi masih ada.

Kehidupan yang masih hidup di bawah hukum Taurat adalah kehidupan yang tidak terlepas dari hukum dan kuasa dosa, itu sebabnya hal ini harus disempurnakan lewat pelayanan salib. Yesus sangat memperhatikan kehidupan yang rendah hati (satu iota), dan sangat memperhatikan kehidupan yang hina dan kecil (satu titik), sehingga dengan demikian terlaksanalah kehendak Allah. Inilah mezbah yang masuk dalam ukuran Tuhan.

Jadi, jangan saudara berpikir: Adalah sesuatu yang luar biasa, kalau seorang hamba Tuhan bernubuat, mengadakan banyak mujizat, kemudian dalam pelayanan itu terjadi pengusiran Setan. Perlu saudara ketahui: Sesungguhnya, hal itu sudah benar dan tidak salah, tetapi pelayanan yang demikian belum masuk dalam ukuran Tuhan.
Saudara jangan terkecoh dengan banyaknya mujizat yang terjadi dalam sebuah pelayanan, biarpun sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, itu tidak ada artinya, kalau salib tidak ditegakkan dalam sebuah pelayanan.

SAYA JUGA PESANKAN KEPADA PEMIRSA, UMAT TUHAN, BAHKAN HAMBA-HAMBA TUHAN YANG SEDANG MENGIKUTI PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN LEWAT LIVE STREAMING, VIDEO INTERNET: MEZBAH YANG MASUK DALAM UKURAN TUHAN BUKAN SOAL MUJIZAT, BUKAN SOAL PENGUSIRAN SETAN, TETAPI MEZBAH YANG MASUK DALAM UKURAN TUHAN ADALAH MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH BAPA, DENGAN LAIN KATA, MENANGGUNG PENDERITAAN YANG TIDAK HARUS IA TANGGUNG, SEPERTI YESUS HARUS MINUM CAWAN ALLAH.
Cawan itu tidak mungkin lalu, maka mau tidak mau, Yesus harus menanggung penderitaan di atas kayu salib.
Inilah mezbah yang masuk dalam ukuran, inilah bentuk atau jenis pelayanan yang diukur oleh Tuhan.
Sebab itu, dalam Wahyu 11:1, hanya disebutkan: “ukurlah mezbah”, tidak disebut Mezbah Korban Bakaran dan tidak disebut Mezbah Dupa.

Kemudian, pada saat Yesus, Anak Allah, melakukan kehendak Allah Bapa, diawali dengan kata: “Ya Bapa-Ku.
Artinya; seorang hamba Tuhan harus dengar-dengaran di dalam hal melayani pekerjaan Tuhan.
Yesus datang ke dunia dan mati di atas kayu salib, untuk menyempurnakan pelayanan di atas kayu salib, semua itu Dia kerjakan bukan karena kehendak-Nya, tetapi karena kehendak Bapa. Dan untuk kehendak Bapa itulah, Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku
Maka sudah selayaknya, seorang imam (seorang pelayan Tuhan/seorang hamba Tuhan) berkata: “Ya Bapa-Ku”, supaya kehendak Allah terlaksana, sampai akhirnya mezbah, itulah pelayanannya, masuk dalam ukuran Tuhan.

Sekalipun seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan mengerjakan banyak pelayanan, tetapi jika ia tidak dengar-dengaran, tetap tidak masuk dalam ukuran Tuhan, tidak berkenan.

Hosea 8:1-2
(8:1) Tiuplah sangkakala! Serangan laksana rajawali atas rumah TUHAN! Oleh karena mereka telah melangkahi perjanjian-Ku dan telah mendurhaka terhadap pengajaran-Ku. (8:2) Kepada-Ku mereka berseru-seru: "Ya Allahku, kami, Israel mengenal Engkau!"

Bangsa Israel berseru kepada Tuhan dan berkata: “Ya Allahku, kami, Israel mengenal Engkau!”, tetapi di sisi lain;
-       Mereka melangkahi perjanjian Tuhan.
-       Mereka mendurhaka terhadap perjanjian Firman.
Bayangkan, bangsa Israel, milik kepunyaan Allah, yang disebut bangsa yang terpilih, imamat rajani, bangsa yang kudus, milik kepunyaan Allah sendiri, mereka melayani, tetapi menolak pengajaran firman, tetapi satu sisi mereka berseru dan menyebut nama Tuhan.

Hosea 8:4
(8:4) Mereka telah mengangkat raja, tetapi tanpa persetujuan-Ku; mereka mengangkat pemuka, tetapi dengan tidak setahu-Ku. Dari emas dan peraknya mereka membuat berhala-berhala bagi dirinya sendiri, sehingga mereka dilenyapkan.

Bangsa Israel, yang disebut juga dengan milik kepunyaan Allah, tidak lain tidak bukan imamat rajani (hamba Allah), tetapi di sini kita melihat perbuatan mereka:
-       Mereka mengangkat raja, tanpa persetujuan Tuhan.
-       Mereka mengangkat pemuka, tetapi tidak setahu Tuhan.
Artinya; kalau hamba Tuhan, pelayan Tuhan tidak dengar-dengaran kepada pengajaran firman Allah, tidak dengar-dengaran kepada kehendak Allah, berarti; ia suka mendahului kehendak Tuhan.

Pelayan-pelayan Tuhan, imam-imam, perhatikan: Ketika saudara melakukan pekerjaan yang banyak dan saudara melakukan itu karena kehendak sendiri, tanpa dengar-dengaran, sesungguhnya itu semua tidak berkenan di hadapan Tuhan, ini bukan pelayanan yang masuk dalam ukuran Tuhan, justru itu sama dengan penyembahan berhala.
Sekalipun banyak melayani Tuhan, sekalipun banyak bekerja untuk mengerjakan pelayanan Tuhan, tetapi kalau tidak dengar-dengaran, menolak pengajaran firman; tidak masuk dalam ukuran, inilah mezbah yang tidak diukur oleh Tuhan.

Maka sebaiknya dan selekasnya seorang imam/seorang hamba Tuhan yang melayani Tuhan harus dengar-dengaran, sehingga pelayanannya masuk dalam ukuran Tuhan.
Itu sebabnya, di atas tadi sudah saya sampaikan: Segala sesuatu yang diukur (perkara rohani) tidak boleh menggunakan pengertian manusia daging, perasaan manusia daging, sudut pandang manusia daging, itu bukan ukuran yang berkenan, tidak layak digunakan sebagai alat pengukur untuk mengukur perkara-perkara rohani, perkara Ilahi, apalagi tiga perkara di atas tadi. Tetapi tiga perkara itu diukur oleh firman Tuhan, buluh pengukur, bukan pengertian dan perasaan manusia.
Mari belajar dari apa yang sudah kita terima petang sore ini, supaya pelayanan kita masuk dalam ukurannya Tuhan.

Hosea 8:11
(8:11) Sungguh, Efraim telah memperbanyak mezbah; mezbah-mezbah itu menjadikan mereka berdosa.

Kalau seorang hamba Tuhan melayani pekerjaan Tuhan tetapi ia tidak dengar-dengaran dan menolak (memberontak) kepada pengajaran firman Allah; ketika mereka memperbanyak mezbah, justru semakin memperbanyak dosa.
Kalau tidak dengar-dengaran, pelayanan yang banyak itu akan memperbanyak dosanya. Semakin banyak melayani, tetapi jikalau seorang hamba Tuhan tidak dengar-dengaran, maka akan semakin menambah dosanya.

Maka jangan terkecoh, jangan mengira kalau sudah melayani, berarti sudah masuk ukuran Tuhan, tidak.  Jangan saudara berpikir, bahwa; pelayanan yang banyak membuat kita menjadi layak dan berkenan kepada Tuhan, dan apa yang kita kerjakan merupakan persembahan yang berbau harum, tidak.
Justru sebaliknya; kalau tidak dengar-dengaran dalam melayani Tuhan, pelayanan itu akan membuat seorang hamba Tuhan berdosa. Tambah pelayanan, tambah dosa. Tambah pelayanan, tambah dosa.

Ayo, mulai sore ini, kita belajar untuk dengar-dengaran. Kita bersyukur, Tuhan sudah memberkati kehidupan kita pribadi lepas pribadi. Kita diajar supaya mezbah pelayanan kita diukur dan diperhitungkan oleh Tuhan

Sekarang, kita memperhatikan Matius 7.
Matius 7:1
(7:1) "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi.

Seorang hamba Tuhan, seorang pelayan Tuhan tidak pantas untuk menghakimi orang lain, karena penghakiman itu adalah milik Tuhan. Jadi, jangan mengambil apa yang menjadi bagiannya Tuhan, sebab kita ini sesama manusia, tidak pantas untuk saling menghakimi.

Matius 7:2-4
(7:2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. (7:3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (7:4) Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu.

Kalau kita melayani pekerjaan Tuhan dengan menggunakan ukuran sendiri, maka tidak ada kuasa untuk menyempurnakan orang lain.

Yang menjadi ukuran di dalam melayani pekerjaan Tuhan adalah minum cawan Allah sama artinya; menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, dengan lain kata; melakukan kehendak Allah Bapa. Dan seorang hamba Tuhan (pelayan Tuhan) harus juga dengar-dengaran, supaya mezbah pelayanan itu tidak membuat dia berdosa. Kalau tidak demikian, maka pelayanan seorang hamba Tuhan tidak berkuasa.
Kalau seseorang melayani dengan ukuran sendiri, maka pelayanannya tidak akan berkuasa. Biar sebagaimana pandainya kita menyusun atau merangkai kata-kata (kalimat), itu hanya sesuatu yang terlihat menarik, tetapi tidak sampai merasuk ke dalam jiwa.

Sebaliknya, walaupun pelayanan itu terlihat sederhana, tetapi kalau pelayanan tersebut sesuai dengan ukuran Tuhan, itu adalah pelayanan yang berkuasa dan dahsyat...Puji Tuhan..Haleluya..
Maka jangan kita mengecilkan pelayanan dan berkata: “kuno”, karena tidak menggunakan cara-cara dunia, tidak menggunakan cara-cara yang baru, bukankah itu adalah ukuran manusia? Tetapi ukuran Tuhan tidak demikian.
Biarlah pelayanan kita diukur oleh Tuhan, sebagaimana Yesus minum cawan Allah, menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, dengan demikian kehendak Allah terlaksana. Dan biarlah juga kita, sebagai seorang hamba Tuhan (pelayan Tuhan/imam-imam) harus dengar-dengaran, jangan menolak pengajaran firman, supaya mezbah pelayanan itu tidak membuat dia berdosa.

Matius 7:5
(7:5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."

Terlebih dahulu mengeluarkan balok di mata sendiri sehingga berkuasa untuk mengeluarkan selumbar di mata orang lain. Pelayanan yang berkuasa: meninggalkan perkemahan, menanggalkan harga diri, dan rela menangung penderitaan, sehingga orang lain tertolong. “Marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.”
Inilah pelayanan yang berkuasa untuk menolong kehidupan orang lain. Orang lain tertolong, itu dimulai dari kehidupan kita, dimulai dari pelayanan kita, di mana yang menjadi ukuran pelayanan itu adalah kehendak Allah, yakni; “minum cawan Allah”, menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung, itulah sengsara salib, aniaya karena firman, sangkal diri dan pikul salibnya.

Kita kembali membaca Ibrani 13.
Ibrani 13:10-13
(13:10) Kita mempunyai suatu mezbah dan orang-orang yang melayani kemah tidak boleh makan dari apa yang di dalamnya.

Mezbah di sini bukan Mezbah Korban bakaran yang ada di halaman dan bukan Mezbah Dupa yang ada di Ruangan Suci, tetapi mezbah di sini adalah dalam bentuk pelayanan kepada Tuhan.

Pertanyaannya: PELAYANAN YANG SEPERTI APA?
Ibrani 13:11-13
(13:12) Itu jugalah sebabnya Yesus telah menderita di luar pintu gerbang untuk menguduskan umat-Nya dengan darah-Nya sendiri. (13:13) Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan dan menanggung kehinaan-Nya.

menderita di luar pintu gerbang”, itulah salib yang ditancapkan di bukit Golgota.
Yesus meninggalkan Yerusalem, sama artinya meninggalkan sorga dengan segala keindahannya, turun ke dunia untuk menanggung kehinaan di atas kayu salib, menanggung penderitaan di bukit Golgota, dengan satu tujuan: untuk menguduskan umat-Nya.

untuk menguduskan umat-Nya”, yaitu; untuk menguduskan satu iota, dan menguduskan satu titik, orang yang rendah hati, orang yang mau merendahkan diri, itulah orang yang hina karena salib.
Bagi orang Mesir, penggembalaan kambing domba itu hina. Di tengah penggembalaan ini kita banyak menanggung penderitaan, itu hina bagi orang dunia. Tetapi kita sudah memperhatikan di atas tadi: Harus menanggalkan segala harga diri, menanggalkan kepentingan diri, menanggalkan egosentris, tidak mempertahankan harga diri, tidak mempertahankan keakuan, semuanya dilepaskan.

Yesus telah meninggalkan sorga-Nya yang indah itu, turun ke dunia, Dia rela disalibkan, di mana salib ditancapkan di atas bukit Golgota, di situlah Dia menderita. Dia tinggalkan segala kepunyaan-Nya, harga diri-Nya Dia tinggalkan.
Inilah model pelayanan atau mezbah yang diukur oleh Tuhan, maka marilah kita belajar dangan model pelayanan semacam ini. Jangan belajar dengan model pelayanan yang kelihatannya baru, tetapi tidak berkenan kepada Tuhan. Jika semua hal yang baru dari dunia masuk dalam pelayanan, namun tidak berkenan kepada Tuhan, di situ pasti banyak harga diri dipertahankan.

Karena itu marilah kita pergi kepada-Nya di luar perkemahan.”
Marilah kita pergi kepada-Nya, mengikuti teladan-Nya, tanggalkan harga diri, keakuan, egosentris, kepentingan diri, yang mungkin juga melayani hanya untuk mencari pujian dan hormat, melayani supaya dilihat orang lain, tanggalkan itu semua.

“dan menanggung kehinaan-Nya.” Berarti; yang benar adalah minum cawan Allah, menanggung penderitaan yang tidak harus ditanggung, dengan demikian; kehendak Allah terlaksana. Inilah mezbah yang diukur oleh Tuhan.

Ayo, jangan lagi gunakan perasaan, pengertian, sudut pandang manusia untuk mengukur pelayanan masing-masing. Tidak ada artinya kita melayani tetapi tidak dengar-dengaran, memberontak kepada pengajaran firman, tidak mau mendengar suara gembala. Semakin nanti banyak melayani, semakin banyak dosa di situ, Alkitab yang mengatakannya, bukan saya, sebab saya tidak berhak untuk menghakimi.
Yang masih terikat dengan harga diri, silahkan turun dari pelayanan, asalkan itu menyukakan hati Tuhan. Dari pada kelihatan indah tetapi keropos di dalamnya, itu kemunafikan, ini adalah pelayanan yang tidak masuk dalam ukuran Tuhan. Tetapi biarlah kita melayani dalam ukuran Tuhan

Ibrani 13:14-15
(13:14) Sebab di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap; kita mencari kota yang akan datang. (13:15) Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.

Ciri-ciri mezbah yang masuk dalam ukuran Tuhan:
YANG PERTAMA: “mencari kota yang akan datang
Kota di sini, tidak lain tidak bukan adalah Yerusalem baru, itulah mempelai wanita Tuhan, berarti; ada kerinduan untuk menjadi mempelai wanita Tuhan, masuk dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari pelayanan kita di atas muka bumi ini, sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini...Wahyu 19:6-8 dan Wahyu 21:1-3, 9-11.

YANG KEDUA: “senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah.
Susah senang selalu mengucap syukur. Sekalipun ada korban, ada kesusahan tetap mengucap syukur kepada Tuhan dengan bibir yang memuliakan nama-Nya. Apa bibir yang memuliakan nama-Nya? Tidak bersungut-sungut, tidak ngomel, tidak menggerutu, tidak ngedumel, tidak mempersalahkan Tuhan, tidak mempersalahkan pelayanan, tidak mempersalahkan situasi kondisi, tidak mempersalahkan sesama, itulah orang yang mengucap syukur dengan bibir yang memuliakan Tuhan.
mempersembahkan korban syukur”, berarti; bersyukur walaupun korban, walaupun susah. Jangan kita bersyukur hanya saat pangkat naik, gaji naik, bisnis naik, proyek naik, mendapat keberhasilan dalam hal apapun. Ucapan syukur yang demikian tidak salah, tetapi ada lagi tingkatan ucapan syukur yang lebih menyukakan hati Tuhan, itulah korban syukur dengan bibir yang memuliakan Tuhan.
-       Korban, berarti; menderita, tetapi mengucap syukur.
-       Korban, berarti; susah hati, tetapi mengucap syukur.
-       Korban, berarti; banyak pergumulan silih berganti, tetapi tetap mengucap syukur.

Mengucap syukur dengan bibir yang memuliakan Tuhan, jangan dengan bibir yang bersungut-sungut. Inilah tingkat syukur yang Tuhan tunggu-tunggu supaya pelayanan ini menjadi bagian dari pelayanan yang berkenan dan yang masuk dalam ukuran Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Amin. 

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment