KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, October 6, 2019

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 06 AGUSTUS 2019



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 06 AGUSTUS 2019


KITAB KOLOSE
(Seri: 60)

Subtema: PENGURAPAN ALLAH YANG KUDUS MELEPASKAN KITA DARI PINTU GERBANG MAUT

Shalom.
Selamat malam. Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita. Dan kita mohon kemurahan Tuhan supaya kiranya Tuhan membukakan rahasia firman-Nya bagi kita sekaliannya.
Saya juga tidak lupa menyapa umat Tuhan, anak Tuhan, dan hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di mana pun anda berada.

Segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan, yaitu surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3: 9-10
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Kita akan memperhatikan kalimat: “Jangan lagi kamu saling mendustai.
Berarti, antara satu dengan yang lain; jangan saling mendustai.

Dusta adalah dosa yang sangat mengerikan dan berbahaya, sebab dusta dapat digunakan oleh orang-orang sebagai alat untuk membungkus segala jenis dosa.

Matius 5: 34-37
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, (5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; (5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. (5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Jangan bersumpah demi apa pun. “Jika ya, hendaklah kita berkata: ya, jika tidak, hendaklah kita berkata: tidak”, dengan lain kata; ya di atas ya, tidak di atas tidak, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
Pendeknya: Perkataan dusta berasal dari Setan.

Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Satu dari tiga tabiat Setan yang paling mendasar ialah dusta, sebab “Setan adalah bapa segala dusta.”
Jadi, sudah sangat jelas, bahwa; dusta adalah dosa yang membawa sampai pintu gerbang maut, itulah kematian.

Jangan pertahankan dusta. Jangan saling mendustai satu dengan yang lain.
-       Baik dalam nikah rumah tangga, suami isteri, jangan saling mendustai.
-       Juga dalam nikah yang lebih besar, yaitu penggembalaan, jangan saling mendustai di antara kita.

1 Yohanes 1: 7
(1:7) Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.

Jika kita hidup di dalam terang, maksudnya; ada di dalam keterbukaan, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi antara yang satu dengan yang lain, maka dengan demikian; kita akan beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, artinya; tidak saling mendustai antara satu dengan yang lain.
Sebaliknya; kalau tidak hidup dalam terang, tidak ada keterbukaan, dengan kata lain; saling mendustai, maka tidak akan ada persekutuan antara seorang dengan yang lain.

Oleh sebab itu; jangan saling mendustai, apalagi dalam nikah. Harus ada keterbukaan, hidup dalam terang, tidak ada lagi yang ditutup-tutupi, tujuannya; supaya ada persekutuan antara seorang dengan yang lain.

1 Yohanes 1: 8-9
(1:8) Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. (1:9) Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

Kalau kita tidak mengaku dosa, konsekuensinya adalah:
1.     Menipu diri kita sendiri, sama dengan; mendustai hati nurani.
2.     Kebenaran tidak ada di dalam kita.

Sebaliknya, jika kita selekasnya mengaku dosa, konsekuensinya ialah Tuhan akan mengampuni segala dosa kita, serta menyucikan kita dari segala kejahatan, sebab itu; jangan saling mendustai satu dengan yang lain.

1 Yohanes 1: 10
(1:10) Jika kita berkata, bahwa kita tidak ada berbuat dosa, maka kita membuat Dia menjadi pendusta dan firman-Nya tidak ada di dalam kita.

Jika kita tidak selekasnya mengakui dosa-dosa kita, maka tanpa kita sadari dua hal terjadi:
1.     Membuat Allah menjadi pendusta.
2.     Firman-Nya tidak ada di dalam kita, dengan lain kata; tidak hidup dalam kebenaran.

Maka malam ini adalah waktu yang tepat sekali untuk selekasnya mengakui segala kekurangan-kekurangan, kejahatan-kejahatan, bahkan kenajisan yang tersirat di dalam hati.
Kalau tidak selekasnya mengakui dosa, itu berarti kita jadikan Tuhan pendusta, maka sampai kapan pun firman Allah tidak ada di dalam diri kita dan kita tidak hidup dalam kebenaran. Jika demikian terjadi, lalu apa gunanya kita melayani pekerjaan Tuhan yang besar ini?
Sebab itu, di atas sudah dikatakan: Jangan saling mendustai antara satu dengan yang lain;
-       dimulai dari nikah yang terkecil, itulah rumah tangga, suami isteri, jangan saling mendustai.
-       nikah yang terbesar, itulah kandang penggembalaan, satu dengan yang lain, jangan saling mendustai.
Hati-hati, biarlah selekasnya kita mengaku dosa.

1 Timotius 1: 9-10
(1:9) yakni dengan keinsafan bahwa hukum Taurat itu bukanlah bagi orang yang benar, melainkan bagi orang durhaka dan orang lalim, bagi orang fasik dan orang berdosa, bagi orang duniawi dan yang tak beragama, bagi pembunuh bapa dan pembunuh ibu, bagi pembunuh pada umumnya, (1:10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat

Hukum Taurat itu tidak berlaku bagi orang benar. Hukum Taurat itu berlaku bagi pendusta, maka pendusta-pendusta berada di bawah hukum Taurat, berarti; menjalankan ibadahnya secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama artinya; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan.

Kelemahan dari hukum Taurat:
1.     Menunjuk-nunjuk dosa.
2.     Tidak ada pengampunan terhadap orang berdosa.

1 Timotius 1: 10
(1:10) bagi orang cabul dan pemburit, bagi penculik, bagi pendusta, bagi orang makan sumpah dan seterusnya segala sesuatu yang bertentangan dengan ajaran sehat

Dosa dusta ini setara dengan dua hal:
1.     Makan sumpah.
2.     Bertentangan dengan ajaran sehat.

SEBAGAI BUbagai jaran sehat.gan dua hal:KTI;
1 Yohanes 2: 22
(2:22) Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.

Timbul suatu pertanyaan: Siapakah pendusta itu? Jawabnya: Dia itu adalah antikristus.
Praktek antikristus: Menyangkal Bapa dan Anak, sama dengan; menyangkal salib Kristus, menyangkali hati nuraninya.

Pendeknya: Dusta bertentangan dengan ajaran sehat.

Matius 26: 70-74
(26:70) Tetapi ia menyangkalnya di depan semua orang, katanya: "Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud." (26:71) Ketika ia pergi ke pintu gerbang, seorang hamba lain melihat dia dan berkata kepada orang-orang yang ada di situ: "Orang ini bersama-sama dengan Yesus, orang Nazaret itu." (26:72) Dan ia menyangkalnya pula dengan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." (26:73) Tidak lama kemudian orang-orang yang ada di situ datang kepada Petrus dan berkata: "Pasti engkau juga salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu." (26:74) Maka mulailah Petrus mengutuk dan bersumpah: "Aku tidak kenal orang itu." Dan pada saat itu berkokoklah ayam.

Petrus menyangkal salib Kristus sebanyak tiga kali.
-       Penyangkalan pertama, Petrus berkata: “Aku tidak tahu, apa yang engkau maksud”, berarti; sudah tahu, tetapi pura-pura tidak tahu, sama artinya; menyangkali hati nurani.
-       Penyangkalan kedua, Petrus berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, ini lebih parah lagi.
-       Penyangkalan ketiga, Petrus kembali berkata: “Aku tidak kenal orang itu”, tetapi diawali dengan mengutuk dan bersumpah.

Jelas sekali, bahwa; dusta itu setara dengan makan sumpah dan bertentangan dengan ajaran sehat (menyangkal diri dan memikul salib di tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan).

Sungguh, betapa dosa dusta ini membahayakan diri seseorang, karena dosa dusta membawa seseorang sampai kepada pintu gerbang maut. Selain membahayakan dirinya, juga merugikan orang lain. Banyak kerugian yang terjadi oleh karena dusta, oleh sebab itu; mari kita saling menghormati nikah, menghormati hubungan kita dengan Tuhan.

1 Timotius 4: 1-2
(4:1) Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan (4:2) oleh tipu daya pendusta-pendusta yang hati nuraninya memakai cap mereka.

Pendusta-pendusta menyangkali hati nurani mereka, akibatnya; orang-orang akan murtad lalu mengikuti ajaran setan-setan.
Siapakah pendusta-pendusta? Pendusta-pendusta di sini tidak lain tidak bukan, itulah antikris dan nabi-nabi palsu, di mana mereka menyangkali hati nurani mereka, sehingga banyak orang akan murtad lalu mengikuti ajaran setan-setan.

Kita sungguh-sungguh berdoa, supaya pemberitaan firman di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan ini terus murni dan benar, tidak ada dusta. Sebab ketika pendusta-pendusta ini menyangkali hati nurani mereka, banyak orang menjadi murtad, sehingga mengikuti ajaran setan-setan, bukankah ini sangat disayangkan sekali?

1 Timotius 4: 3
(4:3) Mereka itu melarang orang kawin, melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah supaya dengan pengucapan syukur dimakan oleh orang yang percaya dan yang telah mengenal kebenaran.

Praktek ajaran dari pendusta-pendusta:
1.     Melarang orang kawin.
2.     Melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah.

Tentang: Pendusta-pendusta melarang orang kawin.
Ajaran ini bertentangan dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.
66 (enam puluh enam) kitab diawali dengan kitab Kejadian dan diakhiri dengan kitab Wahyu, di mana intinya hanyalah satu.
-       Dalam kitab Kejadian, berbicara tentang nikah yang pertama, itulah nikah Adam.
-       Dalam kitab Wahyu, berbicara tentang nikah yang terakhir, itulah pesta nikah Anak Domba.
Jadi, dari awal sampai akhir, intinya hanyalah soal nikah, itulah hubungan nikah yang suci dengan Tuhan.

Maka saya berani mengatakan: Kalau pendusta-pendusta melarang orang kawin, berarti bertentangan dengan Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, dengan kata lain; bertentangan dengan Alkitab.
Sementara perjalanan rohani kita, ibadah dan pelayanan yang kita jalankan, berakhir dalam sebuah pesta nikah Anak Domba.

Tentang: Pendusta-pendusta melarang orang makan makanan yang diciptakan Allah.
Mari kita lihat makanan yang diciptakan oleh Allah sendiri untuk kita nikmati dengan baik.
Yohanes 4: 34
(4:34) Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.

Yesus, Anak Allah, berkata kepada murid-murid: “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.
Ini juga yang menjadi makanan kita yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini, yaitu:
1. Melakukan kehendak Dia.
2. Menyeles Dia.aikan pekerjaan-Nya.

Itulah makanan atau santapan yang harus kita nikmati di hari-hari terakhir ini, maka;
-       Kalau kita datang beribadah; beribadahlah sungguh-sungguh.
-       Demikian juga seorang imam; layanilah Tuhan dengan sungguh-sungguh.

Jadi, betul bahwa; pendusta-pendusta ini menyangkali hati nurani mereka, sehingga oleh karena pendusta-pendusta ini, banyak orang menjadi murtad dan mengikuti ajaran Setan, tidak lagi mengikuti Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, tidak lagi menikmati makanan yang sudah Tuhan sediakan di hari-hari terakhir ini, sebab itu; jangan lagi kita saling mendustai satu dengan yang lain dimulai dari nikah, itu kuncinya.
Dalam nikah rumah tangga; suami dan isteri, anak dan orangtua, juga antara sesama saudara, jangan saling mendustai.

Dan juga tetap saya himbau kepada seluruh sidang jemaat untuk tetap mendoakan saya, supaya saya tidak mendustai sidang jemaat dalam segala perkara di tengah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan ini. Doakan terus, supaya kita jangan saling mendustai satu dengan yang lain.
Lihat, begitu parahnya antikris dan nabi-nabi palsu, mereka betul-betul menyangkali hati nurani mereka, dan oleh karena itu banyak orang murtad, sehingga mengikuti ajaran setan-setan.

Maka kita dapat mengambil suatu kesimpulan:
Dosa dusta adalah dosa yang sangat berbahaya.
Dosa dusta adalah dosa yang sangat mengerikan sekali.
Dosa dusta mengakibatkan seseorang menyangkali hati nurani.
Dan akhirnya, dosa dusta membawa kehidupan seseorang sampai kepada pintu gerbang maut.
Jadi, tidak boleh main-main dengan dusta. Jangan anggap enteng dosa dusta.

Jalan keluar supaya tidak dibawa kepada pintu gerbang maut.
1 Yohanes 2: 20-22
(2:20) Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan dengan demikian kamu semua mengetahuinya. (2:21) Aku menulis kepadamu, bukan karena kamu tidak mengetahui kebenaran, tetapi justru karena kamu mengetahuinya dan karena kamu juga mengetahui, bahwa tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. (2:22) Siapakah pendusta itu? Bukankah dia yang menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus? Dia itu adalah antikristus, yaitu dia yang menyangkal baik Bapa maupun Anak.

Pertama-tama saya sampaikan: “tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran”, oleh sebab itu; kita harus beroleh pengurapan dari Yang Kudus, itulah pengurapan dari Allah Roh Kudus, dengan kata lain; menempatkan Kristus, sebagai Kepala, sebab Kristus, menunjuk; Yang Diurapi.
Inilah jalan keluar supaya terlepas dari dusta yang membawa kepada maut.

1 Yohanes 2: 27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu -- dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta -- dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.

Kalau kita hidup di dalam pengurapan Allah Yang Kudus, pengurapan Yang Suci, maka pengurapan-Nya itu yang akan mengajar kita tentang segala sesuatu, dan ajaran dari pengurapan itu semuanya benar, tidak ada yang dusta.

Hamba Tuhan sekali waktu bisa dusta, tetapi kalau kita hidup dalam pengurapan, maka pengurapan dari Allah Roh Kudus akan mengajar kita tentang segala sesuatu; mengajar mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang suci dan mana yang najis, mana yang benar dan mana yang tidak benar, dan pengajaran-Nya itu tidak ada dusta. Itu sebabnya; tidak ada dusta berasal dari kebenaran.
Maka, kita butuh pengurapan dari Allah yang suci, sehingga dalam hal ini dan itu, kita tidak perlu diajari oleh orang lain. Juga dalam melayani pekerjaan Tuhan, tidak boleh asal bekerja, melainkan harus dalam pengurapan, itu sebabnya pertahankanlah kesucian itu. Bukan kesucian yang terlihat oleh mata manusia, tetapi kesucian lahir batin.
Jangan buat Roh Kudus berduka karena hati yang tidak suci menjelang hari pemeteraian.

Ada dua cara untuk mempertahankan pengurapan.
YANG PERTAMA.
Imamat 21: 12
(21:12) Janganlah ia keluar dari tempat kudus, supaya jangan dilanggarnya kekudusan tempat kudus Allahnya, karena minyak urapan Allahnya, yang menandakan bahwa ia telah dikhususkan, ada di atas kepalanya; Akulah TUHAN.

Seorang imam tidak boleh keluar dari tempat kudus Allahnya, supaya dia jangan melanggar kekudusan tempat kudus Allahnya, supaya kita jangan jatuh dalam dosa kejahatan dan jangan jatuh dalam dosa kenajisan, sehingga dengan demikian; minyak urapan Allah ada di atas kepala.

Ketika terjadi pengurapan itu dimulai dari kepala turun ke janggut, lalu ke leher jubah, sampai ke bawah, artinya; ada suatu persekutuan yang indah karena tidak saling mendustai satu dengan yang lain.
Biarlah tidak ada satu pun di antara kita yang berani mendustai nikah kita, mendustai hubungan kita dengan Tuhan, berarti; tetap menghormati nikah, tetap berada dalam nikah yang suci. Kalau kita pertahankan nikah suci, itulah persekutuan yang indah, maka menghasilkan nyanyian baru, logat ganjil, bahasa roh, bahasa lidah.

Biarlah minyak urapan ada di atas kepala, seperti minyak urapan di atas kepala Harun, turun ke janggut, turun ke leher jubah, turun sampai ke ujung jubah, ada suatu persekutuan yang indah antara satu dengan yang lain, tidak lagi saling mendustai satu dengan yang lain.

Ada dua cara untuk mempertahankan pengurapan.
YANG KEDUA.
Keluaran 27: 20
(27:20) "Haruslah kauperintahkan kepada orang Israel, supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu, supaya orang dapat memasang lampu agar tetap menyala.

Musa memerintahkan bangsa Israel: “supaya mereka membawa kepadamu minyak zaitun tumbuk yang murni untuk lampu.
Berarti, supaya tetap di dalam pengurapan Roh Allah yang menyala-nyala itu, maka di sini diperintahkan untuk membawa minyak zaitun tumbuk.

Yesus telah mengalami penumbukan itu di atas kayu salib, berarti; untuk menghasilkan pengurapan tidak lepas dari menyangkal diri dan memikul salibnya, itulah minyak zaitun tumbuk, sebagaimana Yesus telah mengalami penumbukan itu, Dia remuk di atas kayu salib untuk menghasilkan minyak urapan.
Kalau melayani Tuhan tanpa penumbukan, melayani Tuhan tanpa menyangkal diri dan memikul salibnya, pelayanan yang seperti ini hanyalah berupa pelayanan yang bersifat Taurat, tidak akan menghasilkan pengurapan.
Tetapi jika di dalam melayani Tuhan kita penuh dengan sangkal diri dan pikul salib, berarti; tidak ada lagi kepentingan diri, tidak untuk bermegah kepada orang lain, maka di situ akan terjadi, akan menghasilkan minyak urapan zaitun murni, itulah pengurapan yang murni. Dan oleh karena pengurapan inilah, kita menjadi terang di dunia ini, menjadi kesaksian, sebab pelita harus terus menyala di tempat yang kudus, Ruangan Suci.
Itulah dua cara untuk mempertahankan minyak urapan.

Jadi, jangan merasa rugi kalau menyangkal diri dan memikul salib di dalam melayani pekerjaan Tuhan, justru itu adalah sarana yang paling efektif dan efisien untuk menghasilkan minyak urapan.
Walaupun banyak mengerjakan pekerjaan Tuhan, tetapi jika tidak mau sangkal diri dan pikul salib, tidak akan menghasilkan minyak urapan.

Jangan kita saling mendustai satu dengan yang lain. Jangan menjadi penipu ulung, di mana terlihat baik tetapi hatinya penuh dengan dusta.
Supaya pengurapan itu tetap ada di atas kepala, perhatikan dua cara ini, pertahankan dua cara ini, jangan keluar dari tempat kudus. Kalau sudah melayani, jangan tinggalkan ibadah dan pelayanan, supaya jangan melanggar kekudusan tempat kudus Allah, dengan kata lain; supaya jangan jatuh dalam dosa kejahatan, jangan jatuh dalam dosa kenajisan, melainkan kita tetap mempertahankan minyak urapan itu ada di atas kepala, menandakan bahwa dia dikhususkan oleh Tuhan.

Kalau kita beralasan ini dan itu untuk meninggalkan ibadah, engkau bukanlah kehidupan yang diurapi, bukan kehidupan yang dikhususkan oleh Tuhan. Tidak boleh mencari alasan untuk meninggalkan ibadah dan pelayanan. Dan saya, sebagai gembala, tidak suka melihat seseorang meninggalkan ibadah karena perkara lahiriah, engkau bukan yang dikhususkan.

Pertahankan minyak urapan itu ada di atas kepala, jangan keluar dari tempat kudus, supaya jangan melanggar kekudusan Allah, tidak jatuh dalam dosa kejahatan dan kenajisan, sebab minyak urapan ada di atas kepala, dan dengan demikian ada persekutuan yang indah, satu dengan yang lain tidak saling mendustai.
Pengurapan yang murni itu diperoleh lewat pengorbanan, sengsara salib, tidak dengan minyak goreng yang digunakan seorang ibu untuk memasak di dapur. Sidang jemaat jangan terkecoh, baik juga yang sedang mengikuti live streaming perhatikanlah hal ini dengan baik, jangan sampai terkecoh.

Jika merindu supaya terjadi persekutuan yang indah dalam kandang penggembalaan ini, maka jangan saling mendustai, pertahankan minyak urapan di atas kepala, dan lewat sengsara salib, kita memperoleh pengurapan yang murni. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment