KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, October 18, 2019

IBADAH RAYA MINGGU, 08 SEPTEMBER 2019



IBADAH RAYA MINGGU, 08 SEPTEMBER 2019


WAHYU PASAL 11
(Seri: 04)

Subtema: BAIT ALLAH YANG MATI & BAIT ALLAH YANG HIDUP.

Shalom.
Selamat sore, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Kita berbahagia dan kita bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, karena sore ini kita dikunjungi oleh hamba Tuhan, Bapak Pendeta Sipahutar bersama ibu yang datang dari Medan.

Segera saja memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Raya Minggu dari KITAB WAHYU.
Tentu kita bersyukur kepada Tuhan, karena Tuhan sudah memberkati kita dari Wahyu 10: 1-11, dan sekarang oleh karena kemurahan Tuhan, kita berada pada Wahyu 11: 1.
Wahyu 11: 1
(11:1) Kemudian diberikanlah kepadaku sebatang buluh, seperti tongkat pengukur rupanya, dengan kata-kata yang berikut: "Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya.

Perhatikanlah kata-kata berikut: “Bangunlah dan ukurlah Bait Suci Allah dan mezbah dan mereka yang beribadah di dalamnya
Adapun alat pengukur yang digunakan ialah sebatang bulung, seperti tongkat pengukur rupanya, jelas ini menunjuk kepada; firman Allah, sebab perasaan serta pikiran hati manusia, bahkan pandangan dan pengertian manusia tidak dapat digunakan sebagai alat ukur untuk hal-hal yang rohani atau perkara Ilahi, selain firman Allah yang kekal, sebagai alat pengukur yang sejati.

Ada 3 (tiga) hal yang diukur oleh buluh pengukur (firman Allah), yaitu:
1.     Bait Suci Allah.
2.     Mezbah.
3.     Mereka yang beribadah di dalamnya.

Mari kita berdoa dan memohon dengan segala kerendahan hati kita kepada Tuhan untuk dapat melihat tentang tiga hal yang diukur oleh tongkat atau buluh pengukur tersebut, dimulai dari Bait Suci Allah.

I. BAIT SUCI ALLAH (Seri 2)
Dalam hal ini, Tuhan terlebih dahulu mengukur Bait Suci Allah.
Pertanyaannya: Siapakah yang dimaksud dengan Bait Allah?
Jawaban yang sederhana akan kita temukan dalam 1 Korintus 3: 16-17.

1 Korintus 3: 16-17
(3:16) Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? (3:17) Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.

Yang dimaksud dengan bait Allah ialah kehidupan dari setiap umat Tuhan itu sendiri, kehidupan kita masing-masing, pribadi lepas pribadi. Adapun fungsi dari Bait Allah adalah sebagai tempat Roh Allah berdiam.
Maka supaya Roh Allah itu berdiam di dalam kehidupan kita, yang adalah Bait Allah, syaratnya; Bait Allah itu harus kudus (hidup kudus). Roh Allah tidak mungkin berdiam di tempat yang tidak kudus.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan Efesus 5: 26-27, Rasul Paulus menceritakan bagaimana Kristus, sebagai Kepala, menguduskan tubuh-Nya, sidang jemaat-Nya dengan air dan firman, dengan tujuan untuk membangun Bait Suci di hadapan-Nya yang tanpa cacat cela, atau kerut atau yang serupa dengan itu.

Roma 8: 6-9
(8:6) Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera. (8:7) Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya. (8:8) Mereka yang hidup dalam daging, tidak mungkin berkenan kepada Allah. (8:9) Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus, ia bukan milik Kristus.

Daging atau tubuh itu mati, tetapi Roh adalah hidup, bahkan memberi damai sejahtera.
Kita tidak hidup di dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah itu diam di dalam kita.
Maka kita harus merawat, kita harus menjaga Roh Allah yang tinggal di dalam kehidupan kita, sebagai Bait Allah, sebab Roh Allah itu begitu peka. Jangan sampai Roh Allah itu dipadamkan, jangan sampai Roh Allah itu berduka oleh karena perbuatan daging.

Roma 8: 13
(8:13) Sebab, jika kamu hidup menurut daging, kamu akan mati; tetapi jika oleh Roh kamu mematikan perbuatan-perbuatan tubuhmu, kamu akan hidup.

Hidup menurut daging, sama artinya; Bait Allah yang mati, berarti; tidak ada aktivitas di dalam Bait Allah itu sendiri.
Sebaliknya, jika kita hidup menurut Roh, sama artinya; Bait Allah yang hidup, sebab ada aktivitas, ada kegiatan-kegiatan Roh di dalamnya, yaitu hal-hal yang sifatnya memuliakan Tuhan, lewat ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.

Roma 8: 4-5
(8:4) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh. (8:5) Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh.

Perbedaan antara hidup menurut daging dan hidup menurut Roh:
-       Hidup menurut daging; memikirkan hal-hal yang dari daging, menunjuk; Bait Allah yang mati, tanpa aktivitas di hadapan Tuhan, tidak ada kegiatan-kegiatan Roh, tidak ada ibadah dan pelayanan, tanpa aksi dan akselerasi, sama saja dengan hidup menurut hukum Taurat.
-       Hidup menurut Roh; memikirkan hal-hal yang dari Roh, yaitu segala perkara di atas, perkara-perkara rohani, itulah ibadah dan pelayanan, ini menunjukkan; Bait Allah yang hidup, ada aktivitas dan kegiatan-kegiatan di dalamnya yang sifatnya memuliakan Tuhan di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan, dengan lain kata terlepas dari tuntutan hukum Taurat.

Sejenak kita melihat HIDUP MENURUT HUKUM TAURAT.
Kalau seseorang hidup menurut hukum Taurat, berarti; ia menjalankan ibadahnya secara Taurat, itulah ibadah yang dijalankan secara lahiriah, misalnya; mulut memuliakan Tuhan tetapi hatinya jauh dari Tuhan, jauh dari kebenaran firman, sama artinya; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah dan pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan. Ibadah semacam ini tidak berkenan kepada Tuhan, dan perlu diketahui; darah daging tidak mewarisi Kerajaan Sorga, sebab itu hati-hati dengan hukum Taurat.
Kelemahan dari hukum Taurat:
1.     Menunjuk-nunjuk dosa atau suka menghakimi orang yang berdosa.
2.     Tidak mengampuni orang yang berdosa.
Inilah bagian dari tuntutan-tuntutan hukum Taurat itu sendiri.
Praktek berada di bawah hukum Taurat: Mengasihi sesama atau mengasihi orang yang mengasihi, tetapi membenci musuh (orang yang berbuat salah).

Maka jelas sekali; yang diukur oleh buluh pengukur adalah Bait Suci Allah, itulah kehidupan dari umat Tuhan, yang berfungsi sebagai tempat Roh Allah berdiam, sehingga oleh Roh itu tubuh ini senantiasa memuliakan Tuhan di tengah-tengah kegiatan rohani.

Kita dapat mengambil suatu kesimpulan;
-       Hidup menurut daging adalah mati, inilah yang disebut Bait Allah yang mati atau tanpa aktivitas.
-       Hidup menurut Roh menjadi Bait Allah yang hidup, maksudnya; ada aktivitas, ada kegiatan-kegiatan di tengah-tengah ibadah pelayanan itu.

1 Korintus 6: 19-20
(6:19) Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, -- dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? (6:20) Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!

Hidup (tubuh) kita ini adalah Bait Roh Allah yang hidup, sebab tubuh kita ini digunakan untuk memuliakan Allah.
Bait Allah yang hidup itu senantiasa memuliakan Allah dengan tubuhnya, dengan hidupnya, sedangkan daging itu mati; tidak ada aktivitas, tidak ada kegiatan-kegiatan di dalamnya, dan berada di bawah tuntutan-tuntutan hukum Taurat.

2 Korintus 6: 14-17
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:  "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka  dan hidup di tengah-tengah mereka,  dan Aku akan menjadi Allah mereka,  dan mereka akan menjadi umat-Ku. (6:17) Sebab itu:  Keluarlah kamu dari antara mereka,  dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan,  dan janganlah menjamah apa yang najis,  maka Aku akan menerima kamu.

Dengan tegas Rasul Paulus berkata kepada sidang jemaat di Korintus, menurut kebenaran firman Allah, bahwa; hidup kita ini adalah Bait Allah yang hidup, berarti; ada aktivitas, ada kegiatan Roh, ada ibadah pelayanan, dengan lain kata; senantiasa memuliakan Tuhan dengan tubuh (dengan hidup) kita ini, sebab Roh Allah yang menjadi motor penggeraknya.
Kalau tidak ada Roh Allah, berarti hidup menurut daging, sama dengan Bait Allah yang mati.

Selanjutnya, Tuhan sendiri berkata:
-       “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka”
-       “dan hidup di tengah-tengah mereka,” 
-       “dan Aku akan menjadi Allah mereka,” 
-       “dan mereka akan menjadi umat-Ku.”
Dari empat pengakuan Tuhan kepada kita, jelas ini menunjukkan, bahwa; arah dari kegiatan-kegiatan Roh, arah dari ibadah pelayanan kita di bumi ini adalah Yerusalem baru, itulah kota mempelai.
Arah dari ibadah kita di atas muka bumi ini, bukan semata-mata hanya untuk diberkati dengan perkara lahiriah, bukan dicukupkan dengan segala keperluan kebutuhan ini dan itu, bukan kedudukan dan jabatan yang tinggi, atau pendidikan yang tinggi, bukan itu akhir dari ibadah dan pelayanan kita, melainkan Yerusalem baru. Itu jelas dari pengakuan Tuhan sendiri kepada kita. Tidak bisa dipungkiri.

Jadi, anak-anak Tuhan, juga para pemirsa, hamba Tuhan, umat Tuhan, jangan salah mengerti: “Akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini adalah Yerusalem baru”, berada dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, besanding dengan Dia sebagai Mempelai Pria Sorga.

Dalam susunan Tabernakel, empat perkataan Tuhan atau keempat kalimat di atas terkena pada TABUT PERJANJIAN, yang ada di dalam Ruangan Maha Suci.
Adapun Tabut Perjanjian terdiri dari dua bagian:
1.     PETI dari Tabut Perjanjian itu sendiri, menunjuk; gereja Tuhan atau mempelai wanita Tuhan.

2.     TUTUPAN GRAFIRAT (tutupan pendamaian) dengan dua kerubium di atasnya, menunjuk; Allah Trinitas, yakni Tuhan Yesus Kristus.
-       Tutupan grafirat, menunjuk; Yesus, Anak Allah.
-       Kerub (pertama), menunjuk; Allah Bapa.
-       Kerub (kedua), menunjuk; Allah Roh-El Kudus.


Persamaan 2 Korintus 6: 15 dengan TABUT PERJANJIAN:
-       “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka”, menunjuk; KERUB YANG KEDUA, yakni Allah Roh El-Kudus.
-       “hidup di tengah-tengah mereka”, menunjuk; TUTUPAN GRAFIRAT, yakni Yesus, Anak Allah, karena Yesus pernah turun ke dunia tinggal dan hidup bersama-sama dengan kita.
-       “Aku akan menjadi Allah mereka”, menunjuk; KERUB PERTAMA, yakni Allah Bapa.
-       “mereka akan menjadi umat-Ku”, menunjuk; TABUT dari peti perjanjian.
Jadi, kita tidak perlu ragu lagi, bahwa arah ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini jelas Yerusalem baru, kota Mempelai.
Itulah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini, bukan berkat-berkat semata, sebab yang ada ini akan berlalu.
Jangan ragu, tetap bertahan dalam Pengajaran Mempelai dan dalam Pengajaran Tabernakel, yang dipikul oleh para imam, yang memang suku Lewi, dan bangsa Israel harus terus mengikuti tabut itu, sebab jalan itu tidak pernah ditempuh oleh orang lain.
Kalau ada hamba Tuhan berkata ia pernah naik turun sorga, itu adalah hal yang keliru, salah kaprah.

Syarat supaya ibadah di bumi mengarah kepada Yerusalem yang baru: Keluar dan memisahkan diri dari noda kekafiran, dengan lain kata; jangan menjamah apa yang najis, antara lain;
1.     Kedurhakaan.
2.     Gelap.
3.     Belial.
4.     Orang-orang yang tidak percaya.
5.     Berhala.
Pisahkan diri dari noda kekafiran, keluarlah dari 5 (lima) perkara di atas, jangan menjamahnya supaya jangan menjadi najis.
Biarlah orang mati mengubur orang mati, tetapi biarlah kita senantiasa berada dalam kegiatan Roh, supaya kita hidup, supaya kita tidak menjadi najis, terlepas dari tuntutan hukum Taurat.

Persamaan dari 5 (lima) perkara di atas.
1.     Kedurhakaan, sama dengan; orang yang dikuasai oleh roh pemberontakan.
Mengapa ada pemberontakan? Pemberontakan terjadi karena seseorang merasa diri layak, merasa diri benar, merasa diri baik, merasa diri suci dari orang lain, seperti pemberontakan bani Korah, Abiram, Datan, dan On.
Mengapa mereka memberontak? Karena mereka merasa diri layak, mereka berkata: “Bukan hanya Musa saja yang dipakai Tuhan” Ini sifat orang yang merasa diri layak, merasa diri lebih benar, merasa diri lebih suci; suka memberontak.
Juga Meriam dan Harum pernah memberontak kepada Musa, mengapa? Karena merasa diri lebih baik, merasa diri lebih layak dari Musa, adiknya itu. Akhirnya Tuhan peringatkan mereka dengan sakit kusta. Sakit kusta itu tubuhnya putih kelihatan bersih, tetapi itu penyakit. Jadi, kebenaran diri sendiri itu adalah penyakit.
2.     Gelap, sama dengan malam, fungsinya; untuk menyembunyikan dosa dengan segala perbuatan-perbuatannya.
Orang-orang yang melayani Tuhan disebut anak-anak siang atau anak-anak terang, sedangkan anak-anak malam disebut orang-orang kegelapan dengan perbuatan-perbuatannya, antara lain;
-       Mabuk waktu malam, itulah hidup menurut hawa nafsu daging.
-       Tidur waktu malam, itulah malas.
3.     Belial, sama dengan; Setan yang senantiasa menyangkal salib Kristus, paling tidak suka mendengar korban Kristus di tengah ibadah pelayanan, tetapi suka mendengar cerita-cerita dunia ini, padahal yang menyelamatkan bukanlah harta, bukan kedudukan, bukan jabatan, bukan pendidikan yang tinggi, bukan apa yang kita punya ini. Yang menjembatani untuk kita boleh mendapat keselamatan yang kekal di dalam kerajaan tak tergoncangkan adalah salib.
4.     Orang-orang yang tidak percaya, menunjuk; orang-orang yang hidup menurut kebenaran diri sendiri.
Prakteknya; bergantung kepada manusia dan kekuatannya, tidak bergantung kepada Tuhan.
-       Persis seperti orang Mesir; untuk menyirami kebun sayur, mereka harus mengandalkan kekuatan, mengambil air dan menyirami kebun sayurnya.
-     Berbeda dengan tanah Kanaan; bergunung dan berlembah, bergantung sebanyak hujan turun dari langit, artinya; bergantung kepada kemurahan Tuhan.
5.     Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya;
-       Meninggalkan ibadah dan pelayanan karena pekerjaan, atau kesibukan-kesibukan, termasuk perkara-perkara lahiriah lainnya.
-       Meninggalkan ibadah dan pelayanan karena uang, harta, kekayaan, dan lain sebagainya.
-       Juga kekerasan hati.
Meninggalkan ibadah dan pelayanan karena ini dan itu, itulah yang disebut berhala. Pekerjaan bisa jadi berhala, uang bisa jadi berhala, kemudian, kekerasan hati juga disebut dengan berhala.

Inilah lima perkara yang tidak boleh dijamah supaya ibadah ini betul-betul mengarah sampai kepada Yerusalem baru.
Jangan menjamah apa yang najis. Biarlah orang mati mengubur orang mati. Tidak perlu menggunakan alasan ini dan itu.
Hal-hal inilah yang menyebabkan mati rohani (Bait Allah yang mati), Bait Allah yang tidak diukur oleh Tuhan; hidup menurut daging, senantiasa berada dalam tuntutan-tuntutan hukum Taurat itu sendiri.

Sejenak kita melihat Yehezkiel.
Yehezkiel 11: 18-20
(11:18) Maka sesudah mereka datang di sana, mereka akan menjauhkan segala dewa-dewanya yang menjijikkan dan segala perbuatan-perbuatan yang keji dari tanah itu. (11:19) Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras dan memberikan mereka hati yang taat, (11:20) supaya mereka hidup menurut segala ketetapan-Ku dan peraturan-peraturan-Ku dengan setia; maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.

Keubahan terjadi sampai akhirnya menjadi Bait Allah yang hidup, dan Tuhan berkata akan memberikan mereka:
-       Hati yang lain.
-       Roh yang baru di dalam batin mereka.
-       Menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras.
-       Hati yang taat kepada firman Allah.

Waktu saya sekolah Alkitab di Lempin-El, setiap guru yang mengajar hanya mengajarkan tentang: Taat, setia, dengar-dengaran, maka berhasil. Itu saja motto dari guru yang satu dan guru yang lain, dari pelajaran yang satu ke pelajaran yang lain.
Taat, setia, dengar-dengaran, inilah kehidupan yang baru (Bait Allah/rumah Tuhan) di dalamnya Roh Allah berdiam. Itulah Bait Allah yang hidup.

Bandingkan dengan BAIT ALLAH YANG MATI, pada ayat 21-22.
Yehezkiel 11: 21-22
(11:21) Mengenai mereka, yang hatinya berpaut pada dewa-dewanya yang menjijikkan dan pada perbuatan-perbuatannya yang keji, Aku akan menimpakan kelakuan mereka atas kepalanya sendiri, demikianlah firman Tuhan ALLAH." (11:22) Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka.

Kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, maka naiklah kemuliaan Allah dari tengah-tengah negeri itu, sama dengan; Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya dan dijauhkan dari tengah-tengah negeri itu. Ini adalah Bait Allah yang mati.
Penyebabnya ada dua:
1.     Mereka berpaut pada dewa-dewanya.
2.     Karena perbuatan mereka keji.
Oleh karena dua perkara inilah, Bait Allah kehilangan kemuliaan Allah seiring terangkatnya sayap kerub-kerub itu, sama dengan Bait Allah yang mati.
Kalau Bait Allah itu mati, maka tidak ada kemuliaan Allah di tengah-tengah kota itu.

Anak Tuhan, imam-imam, hamba-hamba Tuhan juga, kalau dia adalah Bait Allah yang hidup, pasti memancarkan cahaya kemuliaan, tidak bisa tidak. Dan kemuliaan itu tidak dibuat-buat, dengan pura-pura rendah hati, tidak. Itu terjadi begitu saja, karena Bait Allah itu adalah tempat Roh Allah berdiam, dan oleh Roh itu tubuh kita memuliakan Tuhan.

Penyebab Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya (Bait Allah mati).
YANG PERTAMA: Berpaut pada dewa-dewanya.
Bangsa Israel pernah berpasangan dengan Baal-Peor (dewa).
Bilangan 25: 1-3
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab. (25:2) Perempuan-perempuan ini mengajak bangsa itu ke korban sembelihan bagi allah mereka, lalu bangsa itu turut makan dari korban itu dan menyembah allah orang-orang itu. (25:3) Ketika Israel berpasangan dengan Baal-Peor, bangkitlah murka TUHAN terhadap Israel;

Yang terjadi ketika bangsa Israel berpasangan dengan Baal-Peor:
1.     Bangsa Israel berzinah dengan perempuan-perempuan Moab, sama artinya; satu tubuh dengan perempuan cabul, itulah roh najis, itulah roh Babel.
2.     Mempersembahkan korban sembelihan kepada Baal-Peor.
Menurut Mazmur 51: 19, “Korban sembelihan ialah jiwa yang hancur; hati yang patah dan remuk” Bayangkan, mereka mau melakukan hal ini kepada dewa-dewa, Baal-Peor, allah sesembahan dari bangsa Moab, bukankah ini suatu kebodohan?
Kalau kita mempersembahkan korban sembelihan kepada Tuhan; jiwa hancur, hati patah dan remuk, tidak dipandang hina, berarti dipermuliakan Tuhan. Tetapi kalau kita berkorban kepada berhala-berhala, itu adalah pengorbanan yang sia-sia, seringkali bahkan tidak sedikit orang Kristen berkorban untuk sesuatu yang tidak pasti, berkorban sampai jiwa hancur, hati patah dan remuk, namun pengorbanannya bukan untuk Tuhan, melainkan hanya karena hal-hal lahiriah, bahkan hanya karena dosa, itu merupakan kesia-siaan, korban sembelihan yang tidak berarti dan tidak berguna di hadapan Tuhan. Itu yang sangat disayangkan.
Untuk berhala berkorban setengah mati, tetapi untuk Tuhan, tidak. Pengorbanan semacam ini sia-sia. Jelas menjadi Bait Allah yang mati, karena Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya dari tengah-tengah kota itu.
3.     Bangsa Israel turut makan dari korban itu. Ini adalah perkara yang lebih parah lagi.
Makanan rohani kita adalah firman Allah. Firman Allah adalah kebenaran, dan kita dikuduskan oleh kebenaran.
Kalau mereka turut makan dari korban yang dipersembahkan kepada berhala, berarti sikap dan perbuatan mereka sama seperti sikap perbuatan yang ada di luaran sana, sama seperti bangsa Moab, kebenarannya seperti kebenaran bangsa Moab.
Saya mau tandaskan sore ini; Kalau kita menjadi Bait Allah yang hidup, biarlah kita hidup oleh Roh Tuhan. Jangan tergantung situasi kondisi yang ada. Harus punya pendirian. Jangan kita makan kebenaran seperti kebenaran di mana kita berdiri, tetapi berdirilah menurut kebenaran firman Allah, punya pendirian yang benar. Kalau pun ditolak, biarkan saja ditolak. Bukan kita yang ditolak, tetapi firman yang ia tolak.
Tetapi bangsa Israel; ketika berpaut dengan dewa-dewa, berhala bangsa Moab, yakni; Baal-Peor, mereka turut makan dari apa yang sudah dipersembahkan kepada berhala itu. Sangat disayangkan perbuatan bangsa Israel ini.

Itulah keberadaan dari bangsa Israel ketika berpaut dengan dewa-dewa, berhala dari bangsa Moab, itulah Baal-Peor.

Kemudian, bangsa Israel juga pernah menyembah berhala Baal pada masa raja Ahab.
1 Raja-Raja 18: 20-22
(18:20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (18:21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.

Bangsa Israel berlaku timpang dan bercabang hati, mereka berpaut dengan berhala Baal disertai dengan 450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal. Itu terjadi pada zaman raja Ahab menjadi raja atas Israel.
Padahal Elia dengan firman nabinya sudah menegur bangsa Israel, sudah disampaikan kepada bangsa Israel, tetapi mereka berdiam, tidak mau bergeming, tidak mau berubah. Sama artinya; dosa sudah dikoreksi, tetapi tidak mau berubah, tetap berpaut pada dewa-dewanya, itulah berhala Baal.

Mari kita lihat lebih dalam tentang berhala Baal ini.
1 Raja-Raja 18: 26-27
(18:26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (18:27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."

450 (empat ratus lima puluh) nabi-nabi Baal bersama dengan rakyat Israel menyembah berhala Baal pada masa raja Ahab.

Berhala Baal untuk masa sekarang:
1.     Merenung, menunjuk; orang yang tidak mau bertindak, sama dengan iman tanpa perbuatan adalah nol.
2.     Ada urusannya, sama dengan; sibuk dengan perkara-perkara lahiriah, tetapi tidak sibuk dengan perkara rohani, perkara di atas, itulah ibadah dan pelayanan dengan segala kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya.
3.     Suka bepergian, berarti; tidak berdiam di dalam rumah Tuhan, persis seperti Esau; kesukaannya adalah tinggal di padang, dia adalah seorang yang pandai berburu daging. Sebaliknya dengan Yakub; seorang yang tenang, ia suka tinggal di kemah, senantiasa memperhatikan pekerjaan di dalam rumah Tuhan.
4.     Suka tidur, menunjuk kepada; si pemalas. Kalau kita perhatikan ladang si pemalas, dalam Amsal, semuanya ditumbuhi onak dan duri, dan ini menyakiti juga menyusahkan diri sendiri. Orang yang malas seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring, itulah si pemalas hanya di seputar tempat tidur saja, sehingga ia tidak sadar datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata.

Inilah berhala Baal di zaman akhir, di masa modernisasi ini, supaya kita mengerti dengan sungguh-sungguh.
Itulah yang menyebabkan Bait Allah itu mati, sehingga Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya dan meninggalkannya. Bayangkan, kalau Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya, kalau Tuhan meninggalkan kita, maka kita berada dalam kehinaan, lalu apa yang bisa kita perbuat? Sudah hina, akan semakin hina.
Ketika Salomo menyelesaikan pembangunan Bait Allah (rumah Tuhan), selanjutnya membawa masuk Tabut Perjanjian ke dalamnya, sehingga Ruangan Maha Suci itu penuh dengan kemuliaan Allah, dan rebahlah semua imam-imam yang mendekat. Kalau kita kehilangan kemuliaan Allah, kita yang rebah karena tidak sanggup menghadapi dosa yang ditimbulkan oleh si Seteru (musuh), itulah;
-       Daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya.
-       Setan, itulah Iblis; roh jahat dan roh najis.
-       Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan kerohanian dari pada anak-anak Tuhan.
Kalau Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya, apa yang bisa kita perbuat? Kita rebah.

Ingat; kita adalah Bait Allah. Fungsinya; tempat Roh Allah berdiam, sehingga oleh Roh itu kita hidup, ada aktivitas, ada kegiatan Roh, ada ibadah dan pelayanan, inilah orang yang senantiasa memikirkan perkara-perkara di atas, bukan berkara di bawah.
Tetapi kalau Bait Allah itu mati; tidak ada aktivitas, Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya. Kalau kita kehilangan kemuliaan Allah; menjadi hina, tidak berdaya, rebah, kalah terhadap dosa yang ditimbulkan oleh si Seteru (daging, Setan, dan dunia).

Kita bersyukur, karena Tuhan Yesus baik. Sejauh ini kita sudah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, di mana arah dari ibadah itu adalah Yerusalem baru.
Dalam kesempatan Ibadah Pemuda Remaja, 07 September 2019, berbicara tentang: “Berkat orang jujur memperkembangkan kota”, dan sudah pasti itu adalah kota Yerusalem baru. Oleh sebab itu, jujurlah, supaya apa yang sudah Tuhan percayakan ini akan semakin Tuhan percayakan lebih lagi.
Hari-hari ini Tuhan percayakan kita kunjungan-kunjungan membawa Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT), apakah karena kita jemaat besar? Tidak, tetapi karena berkat orang jujur memperkembangkan kota.
Jujurlah dalam segala perkara. Jangan saling mendustai satu dengan yang lain;
-       dimulai dari nikah rumah tangga, itulah penggembalaan terkecil,
-       kemudian nikah yang lebih besar, itulah dalam kandang penggembalaan,
-       sampai kepada antar nikah, itulah antar kandang penggembalaan,
-       sampai bangsa kafir dengan Israel bersatu.
Itulah berkat orang jujur memperkembangkan kota.
Tuhan Yesus baik. Dia tidak berubah. Kalau yang lain ditolong, maka kita juga ditolong, tergantung penyerahan kita; apakah Bait Allah itu mau menjadi tempat Roh Allah atau bukan.
Sungguh enak dan nikmat digembalakan oleh Pengajaran Mempelai, di mana arah dan tujuannya jelas, kita tidak disesatkan, asal yang menggembalakan itu juga jujur.

Penyebab Tuhan mengangkat kemuliaan-Nya (Bait Allah mati).
YANG KEDUA: Perbuatan mereka keji.
Perbuatan keji, berarti; menghilangkan korban sehari-hari.
Suatu kali nanti, pembinasa keji, itulah antikris, akan berdiri di Bait Allah selama 3.5 (tiga setengah) tahun. Dan pada saat pembinasa keji berdiri di dalam rumah Tuhan, maka korban sehari-hari akan dilenyapkan, antara lain;
1.     Korban sembelihan, itulah ibadah dan pelayanan.
2.     Korban santapan, itulah firman Allah. Kalau korban santapan dilenyapkan, berarti; tidak ada lagi Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sesuai Amos 8: 11. Suatu kali nanti terjadi kelaparan atas negeri ini, bukan kelaparan akan makanan, bukan kehausan akan minuman, melainkan haus dan lapar akan mendengar Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Singkatnya, kalau korban sehari-hari ini dilenyapkan, itu merupakan perbuatan keji.
Kalau seseorang tidak menghargai ibadah dan pelayanan, tidak menghargai pembukaan firman, itu merupakan perbuatan keji, itulah yang disebut Bait Allah yang mati, sehingga kemuliaan Allah terangkat dari kota itu, kemuliaan Allah dijauhkan dari kota itu.

Tadi kita sudah melihat Bait Allah yang mati; sayap-sayap dari kerub-kerub itu terangkat, berarti kehilangan kemuliaan Allah, karena kemuliaan Allah terangkat, dijauhkan dari negeri itu.
Sekarang pertanyaannya: Ke mana kerub-kerub itu terangkat? Dan ke mana kemuliaan itu beralih?
Kita kembali memperhatikan Yehezkiel 11.
Yehezkiel 11: 22-23
(11:22) Maka kerub-kerub itu mengangkat sayap mereka, dan roda-rodanya bergerak bersama-sama dengan mereka, sedang kemuliaan Allah Israel berada di atas mereka. (11:23) Lalu kemuliaan TUHAN naik ke atas dari tengah-tengah kota dan hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.

Setelah kemuliaan Allah terangkat dan dijauhkan dari Bait Allah yang mati, lalu “kemuliaan Allah itu hinggap di atas gunung yang di sebelah timur kota.”
Pembangunan Bait Allah (pembangunan tubuh Kristus), dimulai dari Timur sampai ke Barat, sampai sempurna. Tetapi pembangunan itu harus ada dasarnya, itu sebabnya dia hinggap di atas gunung yang di sebelah timur.
Gunung, itu menunjuk kepada; Yesus Kristus sebab Dia adalah gunung batu, Yesus adalah batu penjuru, itulah korban Kristus.

1 Korintus 3: 10
(3:10) Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya.

Rasul Paulus adalah ahli bangunan yang cakap, dia sudah meletakkan dasar bangunan itu, itulah Yesus Kristus, yang adalah batu penjuru yang di sebelah timur tadi. Maka tiap-tiap orang harus memperhatikan bagaiamana ia harus membangun di atas batu penjuru.

Demikian halnya dengan kita; tidak boleh asal datang beribadah, kita tidak boleh asal datang melayani di dalam rumah Tuhan, masing-masing hidup kita harus memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atas batu penjuru itu dengan baik, supaya akhirnya ia menjadi Bait Allah yang hidup, bukan Bait Allah yang mati (vakum) karena perbuatan dagingnya dan tidak terlepas dari tuntutan hukum Taurat.
Yang beribadah tidak boleh asal beribadah kepada Tuhan dan yang melayani tidak boleh asal melayani Tuhan, sebab sungguh, itu adalah perbuatan keji, setara dengan melenyapkan korban sehari-hari; tidak menghargai ibadah dan tidak menghargai firman.

Kita lihat; orang-orang Yahudi tidak memperhatikan bagaimana cara membangun rumah di atas korban Kristus, ada kebanggaan yang salah dari mereka.

Yohanes 2: 18-22
(2:18) Orang-orang Yahudi menantang Yesus, katanya: "Tanda apakah dapat Engkau tunjukkan kepada kami, bahwa Engkau berhak bertindak demikian?" (2:19) Jawab Yesus kepada mereka: "Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (2:20) Lalu kata orang Yahudi kepada-Nya: "Empat puluh enam tahun orang mendirikan Bait Allah ini dan Engkau dapat membangunnya dalam tiga hari?" (2:21) Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah tubuh-Nya sendiri. (2:22) Kemudian, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, barulah teringat oleh murid-murid-Nya bahwa hal itu telah dikatakan-Nya, dan mereka pun percayalah akan Kitab Suci dan akan perkataan yang telah diucapkan Yesus.

Orang-orang Yahudi dan orang Farisi bangga dengan Bait Allah yang ada di Yerusalem itu, tetapi akhirnya Yesus berkata: “Rombak Bait Allah ini”, artinya; segala kebanggaan-kebanggaan daging harus dirombak. Selanjutnya Yesus berkata: “dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali
Tuhan mau merombak segala kebanggaan yang tidak benar, lalu dibangun selama 3 (tiga) hari, dibangun di atas korban Kristus, supaya Bait Allah itu penuh dengan kemuliaan.

Orang Yahudi bangga, orang Farisi bangga dengan Bait Allah yang di Yerusalem, sebab mereka membangunnya selama 46 (empat puluh enam) tahun.
46 (empat puluh enam) tahun, menunjuk kepada; hukum Taurat. Sepuluh hukum Allah tertulis dalam dua loh batu, di mana;
-       4 (empat) hukum ditulis pada loh batu pertama.
-       6 (enam) hukum ditulis pada loh batu kedua.
Jadi, mereka bangga dengan hukum Taurat, dan ini harus dirombak dan dibangun kembali di atas korban Kristus; mati dan bangkit.
Angka 3 (tiga), menunjuk; pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, itulah korban Kristus, itulah batu penjuru.

Jangan kita asal-asal menjalankan ibadah ini menurut daging, jangan kita asal melayani, tidak boleh. Harus ditandai dengan korban.
Rombak segala kebanggaan daging dengan 3 (tiga) hari, mati dan bangkit pada hari ketiga, dibangun di atas batu penjuru, dibangun di atas korban Kristus. Lenyapkan segala kebanggaan daging.

Suasana saat Yesus membangun Bait Allah.
Yohanes 2: 17
(2:17) Maka teringatlah murid-murid-Nya, bahwa ada tertulis: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."

Saat Yesus kembali membangun Bait Allah, Yesus berkata: "Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku."
Dalam hal membangun rumah ini, bagaikan mempersembahkan korban bakaran: potongan-potongan daging dari kepala sampai ekor dipersembahkan di atas Mezbah Korban Bakaran semalam-malaman sampai pagi, berarti sampai hangus.

Di dalam hal kita berkorban; tenaga, pikiran, waktu, uang, materi, itu harus sampai hangus. Jangan hitung-hitungan di dalam rangka pembangunan tubuh Kristus. Kita bekerja melayani pekerjaan Tuhan, sampai hangus, sampai raga ini habis. Hati ini habis hanya untuk melayani pekerjaan Tuhan, itulah tanda ketika Bait Allah sudah dirombak dan didirikan di atas batu penjuru, korban Kristus, tidak ada lagi kebanggaan daging.

Selanjutnya, mari kita lihat lebih jauh tentang BAIT ALLAH YANG HIDUP.
1 Petrus 2: 3-5
(2:3) jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan. (2:4) Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. (2:5) Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.

Kalau memang sudah benar-benar mengecap kebaikan Tuhan, kalau memang sudah merasakan bahwa Tuhan Yesus baik, datanglah kepada-Nya, datanglah kepada batu hidup itu.
Kalau kita datang kepada batu hidup, tujuannya “supaya kita dipergunakan sebagai batu hidup juga”, dalam rangka:
1.     Untuk pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, dari Timur sampai ke Barat.
2.     Untuk mempersembahkan persembahan yang rohani, tidak lagi mempersembahkan dalam bentuk lahiriah, itulah ibadah Taurat.
Datanglah kepada batu yang hidup, berarti mendirikan rumah di atas dasar batu penjuru, supaya selanjutnya dijadikan sebagai Bait Allah yang hidup.

1 Petrus 2: 6
(2:6) Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: "Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan."

Siapa yang membangun hidupnya di atas korban Kristus, di atas dasar batu penjuru yang mahal, batu yang terpilih, maka tidak akan dipermalukan oleh Tuhan.
Kalau kita diberkati oleh Tuhan, dengan rendah hati kita berani dan tidak minder, tidak malu dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Kalau sampai anak-anak Tuhan dipermalukan oleh banyak perkara, maka belajarlah kita dari firman yang kita terima sore ini. Ayo, berdiri di atas korban Kristus, maka ia tidak akan dipermalukan oleh Tuhan, karena; Tuhan akan memelihara dan memberkati, Tuhan melindungi, dan membela, Tuhan merawat.
Dengan berdiri di atas korban Kristus, maka tidak dipermalukan, baik oleh penyakit, baik oleh keuangan, ekonomi, baik oleh pekerjaan, baik apa saja, tidak dipermalukan. Berbeda dengan orang yang tidak mendapat pembelaan dari Tuhan; kalah dan kalah terhadap dosa membuat malu saja, kekurangan kekurangan dan kekurangan membuat malu saja, kesusahan kesusahan dan kesusahan hanya membuat malu saja.

Berdiri di atas korban Kristus tidak membuat kita dipermalukan, melainkan dipermuliakan, karena kemuliaan itu hinggap di atas gunung yang di sebelah timur.

1 Petrus 2: 7-8
(2:7) Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: "Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan." (2:8) Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.

Yesus Kristus, Dia adalah batu yang terpilih, batu penjuru, batu yang mahal di atas gunung Sion, sebagai dasar dari tiap-tiap bangunan. Kalau rumah dibangun di atas batu penjuru, maka kita boleh merasakan dua hal bahwa batu penjuru:
1.     Menjadi batu sentuhan.
2.     Menjadi batu sandungan.
Tergantung dari sudut mana kita memandang korban Kristus, tergantung dari sudut mana kita memandang batu penjuru yang adalah dasar dari tiap-tiap bangunan.

Bagi orang yang percaya; batu yang mahal, batu penjuru itu menjadi batu sentuhan. Korban Kristus itu dapat menyentuh hati kita. Korban Kristus itu dapat mengerti keberadaan kita, menjadi batu sentuhan.
Tetapi bagi ahli-ahli bangunan yang sudah membuang batu itu, itulah ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala, serta tua-tua, batu penjuru menjadi batu sandungan. Mengapa menjadi batu sandungan? Mengapa tersandung? Karena mereka tidak mendirikan rumah mereka di atas korban Kristus.
Itu sebabnya saya katakan tadi: Batu penjuru itu mahal, sekaligus batu sentuhan dan batu sandungan, tergantung dari sudut mana kita memandangnya.

Maka, manakala kita mengalami kesusahan, pandang saja salib-Nya. Jangan pandang suami yang arogan, jangan lihat isteri yang tidak tunduk, tetapi pandang saja salib-Nya. Jangan lihat dan gunakan uang, lalu berfoya-foya untuk merusak Bait Allah, mendukakan Roh Kudus, dan memadamkan api Roh Kudus.
Pandang salib-Nya, Dia akan menyentuh hati kita masing-masing. Tetapi di sisi lain; korban Kristus menjadi sandungan, karena tidak menghargai korban Kristus, seperti ahli-ahli bangunan.

1 Petrus 2: 9
(2:9) Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:

“Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri”, itu menunjuk kepada Bait Allah yang hidup.
Pekerjaan dari Bait Allah yang hidup adalah untuk memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib.
Perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia (karya Allah yang terbesar) adalah salib di Golgota. Di manapun kita berada, yang kita beritakan adalah salib yang kita pikul di atas pundak kita, yang kita beritakan adalah salib di Golgota, bukan memberitakan harta, kekayaan, kedudukan, jabatan, uang yang banyak yang kita punya.

Beberapa hari yang lalu saya mengikuti persekutuan di Malang, lalu bertemu dan mendengarkan cerita seorang rekan hamba Tuhan. Tanpa sadar, dia sudah menceritakan berkat-berkat yang dia terima. Saya menyimak dari kalimat demi kalimat, di dalam hati dan pikirannya, tersirat kebanggaan dengan berkat. Bukan itu yang kita beritakan, seharusnya Salib yang kita beritakan, itulah Bait Allah yang hidup.

Di tempat kita bekerja, di tempat kita kuliah, di tempat kita sekolah, di mana saja komunitas kita, yang kita beritakan adalah salib di Golgota, itulah batu yang hidup, rumah Tuhan yang hidup.
Tuhan Yesus baik; Tuhan bisa pakai kita, sampai akhirnya diukur oleh sebatang buluh pengukur.
Jadi, mengukur Bait Allah bukan dengan pikiran manusia, bukan sudut pandang manusia. Pikiran, perasaan, pandangan manusia bukanlah alat ukur yang baik. Firman Allah yang menjadi alat ukur, itulah sebatang buluh yang sejati.

Inilah yang masuk dalam ukuran. Yang pertama-tama diukur oleh sebatang buluh (tongkat pengukur) adalah Bait Allah. Dan inilah Bait Allah itu.
Saya berharap, kita semua dilawat oleh Tuhan, dan diberkati oleh Tuhan. Sehingga baik hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga, diberkati oleh Tuhan.

Kesimpulannya:
Mewakili PERJANJIAN BARU;
-       Wahyu 1: 1, Bait Allah diukur oleh tongkat pengukur.
-       Wahyu 21: 15, Yerusalem baru diukur oleh tongkat emas.
Mewakili PERJANJIAN LAMA;
-       Yehezkiel 40: 3, bait Allah diukur oleh Tuhan.
-       Zakharia 2: 1-2, Yerusalem diukur oleh Tuhan.
Jadi, jelas; arah dari ibadah pelayanan kita di atas muka bumi ini adalah Yerusalem baru.
“Sebab berkat orang jujur memperkembangkan kota”, jelas ini adalah kota Yerusalem baru, inilah kota segiempat yang diukur oleh Tuhan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment