KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, October 2, 2019

KEBAKTIAN PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB Bersama dengan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) di GPT FILADELFIA BATU-AJI BATAM, 26 JULI 2019



KEBAKTIAN PERSEKUTUAN PENDALAMAN ALKITAB

Bersama dengan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT)
di GPT FILADELFIA BATU-AJI BATAM, 26 JULI 2019

KITAB RUT
(Seri: 58)

Subtema: BAPA YANG BAIK MEMBERIKAN PENYATAAN ALLAH

Shalom.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, yang telah memungkinkan kami untuk boleh berdiri menghadap takhta kasih karunia di dalam hal menyampaikan firman Tuhan di tengah Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan Perjamuan Suci dalam penggembalaan GPT Filadelfia Batu Aji - Batam.
Terimakasih untuk kepercayaan yang Tuhan percayakan kepada kami, kepada bapak gembala; Bp. Pdt El Roy Manalu,  bersama ibu gembala. Juga tidak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada para imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan, tanpa terkecuali sampai kepada seluruh sidang jemaat yang ada di tempat ini, yang hadir pada saat malam hari ini.

Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook, di mana pun anda berada.
Dan selanjutnya, mari kita berdoa, kita mohonkan kemurahan Tuhan lewat kerendahan hati kita, supaya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya.

Sebelum kita memperhatikan firman Tuhan, ada baiknya saya memperkenalkan diri; nama saya Daniel Untung Sitohang, gembala sidang GPT “BETANIA” Serang & Cilegon, bersama di tengah saudara ada isteri saya (ibu Gembala), bersama dengan pemuda remaja, sebagai tim GPT “BETANIA” yang sedang diutus beberapa hari yang lalu untuk bersekutu dalam Kebaktian Persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) selama 2 (dua) hari dengan 3 (tiga) sesi, di Tanjung Balai, Karimun dengan panitia penyelenggara bapak Pdt. Martua Sihombing di GSJPdI Karimun.

Saya bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, Bp. Pdt. El Roy adalah rekan hamba Tuhan, sekaligus sahabat saya yang sudah menuntun perjalanan kami dari Batam sampai kepada Tanjung Balai, Karimun, sampai akhirnya Tuhan kembali mempercayakan kami untuk melayani di tempat ini, di dalam hal menyampaikan firman Tuhan, tentu karena kemurahan Tuhan, bukan karena gagah hebat kami.

Firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab di penggembalaan GPT “BETANIA”  Serang & Cilegon adalah dari KITAB RUT.
Maka itu juga yang akan saya sampaikan dalam kesempatan malam ini. Kita berdoa, kita berharap kiranya Tuhanlah yang memberkati kita malam ini. Terimalah keberadaan kami, terimalah karunia dan jabatan yang Tuhan percayakan kepada kami di dalam hal menyampaikan firman Tuhan. Tentu karunia dari setiap hamba Tuhan berbeda, tetapi saling melengkapi, tidak saling sikut menyikut tentunya, tidak saling menjatuhkan, maka terimalah keberadaan kami dan kekurangan kami. Terimakasih Bp. Pdt. El Roy sudah mempercayakan kami untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Rut 2:10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.
Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas pada ayat 8-9.
Boas rohani, menunjuk; pribadi Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga.

Sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah adalah tanda kedewasaan Rut.
Dewasa, artinya; telah meninggalkan sikap kanak-kanak atau telah akil balig.

Berkaitan dengan itu, segera kita perhatikan Galatia 4.
Galatia 4:1-2
(4:1) Yang dimaksud ialah: selama seorang ahli waris belum akil balig, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba, sungguhpun ia adalah tuan dari segala sesuatu; (4:2) tetapi ia berada di bawah perwalian dan pengawasan sampai pada saat yang telah ditentukan oleh bapanya.

Selama seorang ahli waris belum akli balig -- dengan kata lain masih kanak-kanak rohani --, sedikit pun ia tidak berbeda dengan seorang hamba.
Hamba di sini, menunjuk; hamba dosa atau budak dosa, maksudnya; belum lepas dari dosa dan kelemahan-kelemahannya. Kehidupan semacam ini berada di bawah perwalian dan berada di bawah pengawasan, maksudnya; belum dipercaya untuk menjadi ahli waris Kerajaan Sorga, sama artinya; kepadanya belum dipercayakan untuk melayani pekerjaan Tuhan.

Praktek belum akil balig.
YANG PERTAMA.
Galatia 4:3
(4:3) Demikian pula kita: selama kita belum akil balig, kita takluk juga kepada roh-roh dunia.

“Takluk juga kepada roh-roh dunia
Roh-roh dunia ialah roh antikris, berarti; lebih mencintai Mamon dari pada Tuhan.
Tandanya: Menyangkal baik Bapa maupun Anak, sama artinya; menyangkal salib Kristus di tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan kepada dia.

Kalau seseorang masih belum akil balig, masih kanak-kanak rohani; dia masih berada di bawah perwalian, dia masih berada di bawah pengawasan, artinya; belum dipercayakan kepada dia untuk melayani pekerjaan Tuhan, sebab kalau kita perhatikan praktek yang pertama; ia masih takluk kepada roh-roh dunia, itulah roh antikris, artinya; lebih cinta kepada uang dari pada Tuhan.

Praktek belum akil balig.
YANG KEDUA.
Galatia 4:5
(4:5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.

takluk kepada hukum Taurat
Hukum Taurat, menunjuk; perjanjian yang pertama, berarti; menjalankan ibadah maupun pelayanannya masih dalam bentuk lahiriah. Misalnya; mulut memuliakan Tuhan, tetapi hatinya jauh dari Tuhan, sama dengan; mempersembahkan tubuh jasmani di tengah ibadah pelayanan, tetapi manusia batiniahnya tidak dipersembahkan kepada Tuhan, itu ibadah lahiriah, itulah orang yang takluk kepada hukum Taurat.

Praktek belum akil balig.
YANG KETIGA.
Galatia 4:8
(4:8) Dahulu, ketika kamu tidak mengenal Allah, kamu memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah.

memperhambakan diri kepada allah-allah yang pada hakekatnya bukan Allah
Dengan lain kata; hidup di dalam penyembahan berhala. Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya;
-     Meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena; pekerjaan, usaha, bisnis, dan kesibukan-kesibukan yang lain, serta karena perkara-perkara lahiriah lainnya.
-       Kekerasan hati.
-       Kebenaran diri sendiri.

Setelah kita melihat tiga praktek kehidupan kanak-kanak rohani atau belum akil balig, maka sekarang kita bandingkan dengan; KEHIDUPAN YANG SUDAH DEWASA ROHANI atau TELAH AKIL BALIG.
Galatia 4:6-7
(4:6) Dan karena kamu adalah anak, maka Allah telah menyuruh Roh Anak-Nya ke dalam hati kita, yang berseru: "ya Abba, ya Bapa!" (4:7) Jadi kamu bukan lagi hamba, melainkan anak; jikalau kamu anak, maka kamu juga adalah ahli-ahli waris, oleh Allah.

Siapa yang ingin menjadi anak-anak Tuhan? Siapa yang rindu menjadi ahli waris Kerajan Sorga?
Ayo, berarti sudah harus akil balig, dengan lain kata; harus tinggalkan sifat kanak-kanak, harus meningkat dewasa rohani, hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan yang kita lalui, bahkan tahun berganti tahun, harus terjadi pertumbuhan rohani yang sehat sampai dewasa, puncaknya, menempatkan Kristus sebagai Kepala.

Di sini dikatakan: Bukan lagi hamba dosa, berarti sama dengan; dewasa rohani. Mengapa? Sebab Roh Tuhan berkuasa di dalam kehidupan kita. Anak Tuhan yang dewasa rohani, dia hidup dalam Roh, dan oleh Roh itu, akan mendorong hati kita untuk berseru kepada Tuhan: “Ya Abba, Ya Bapa”  dalam setiap perkara dan dalam segala sesuatu, tidak sedetik pun terpisah dari Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.

ABBA, artinya; Bapa yang baik, Bapa yang mengasihi anak-anaknya.

Bukti Bapa yang baik.
Matius 7:9-10
(7:9) Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, (7:10) atau memberi ular, jika ia meminta ikan?

-       Bapa yang baik tidak memberi “batu” apabila anaknya meminta “roti.”
-       Bapa yang baik tidak memberikan “ular” apabila anak-anaknya meminta “ikan.”
Pendeknya:
-       Bapa yang baik memberikan roti dan ikan kepada anak-anaknya.
-       Bapa yang baik tidak akan memberikan batu dan ular kepada anak-anaknya.
Tuhan Yesus baik, kita akui Dia Abba, Ya Bapa, Dia Bapa yang baik mengasihi anak-anak-Nya.

Mari kita memperhatikan satu per satu tentang kata: BATU, ULAR, ROTI, IKAN.
TENTANG: BATU.
Batu, menunjuk; Hukum Taurat dengan segala ketentuan-ketentuannya.
Kelemahan dari hukum Taurat ada dua, yaitu:
1.     Mengasihi sesama, tetapi membenci musuh, tahu yang baik, tetapi tahu berbuat yang jahat.
2.     Menunjuk-nunjuk dosa, artinya; tidak mengampuni orang yang bersalah, sama dengan; membalas kejahatan dengan kejahatan.
Sebagaimana kita melihat dalam peristiwa dalam Yohanes 8: Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian."

Itulah kelemahan dari hukum Taurat, maka Tuhan tidak memberi batu apabila anaknya meminta roti, sebab Dia adalah Abba, Ya Bapa, dengan lain kata; Bapa yang mengasihi anak-anak-Nya.

TENTANG: ULAR.
Ular, menunjuk; Iblis atau Setan.

Mari kita liat; TABIAT IBLIS ATAU SETAN.
Yohanes 8:44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.

Oleh Roh Tuhan, hati kita terdorong untuk berkata: “Ya Abba, Ya Bapa”, tetapi di sini dikatakan kepada orang-orang Yahudi: “Iblislah yang menjadi bapamu”, tentu hal ini tidak kita inginkan terjadi dalam kehidupan kita pribadi lepas pribadi.

Tabiat yang paling mendasar dari Iblis atau Setan ada tiga:
1. “Pembunuh manusia” dari sejak semula, bertentangan dengan tabiat Allah Bapa, yaitu; KASIH.
2. “Tidak hidup di dalam kebenaran”, bertolak belakang dengan tabiat Allah Anak, yaitu; menyangkal diri dan memikul salib. Kebenaran yang sejati teletak pada salib, di luar salib tidak ada lagi KEBENARAN.
3. “Bapa pendusta”, bertolak belakang dengan tabiat dari Allah ROH KUDUS.

TENTANG: ROTI.
Roti, menunjuk; Firman Allah.
Yesus adalah roti hidup, roti yang telah turun dari sorga. Ia telah menyerahkan, Ia telah memecah-mecahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib, sehingga dengan demikian kita boleh menikmati roti hidup, roti yang turun dari sorga.

TENTANG: IKAN.
Ikan, menunjuk; Roh Kudus.
Kegunaan Roh Kudus di dalam kehidupan gereja Tuhan ialah menolong kita dalam segala perkara.

1 Yohanes 2:27
(2:27) Sebab di dalam diri kamu tetap ada pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang segala sesuatu — dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta — dan sebagaimana Ia dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam Dia.

Kalau kita hidup di dalam Roh Tuhan, maka Roh Tuhan itu akan mengajar kita dalam segala perkara, dan ajaran-Nya itu benar, tidak dusta.

Kita bersyukur kepada Tuhan; Dia Abba Bapa yang baik, mengerti kehidupan anak-anak-Nya, sebagai ahli waris Kerajaan Sorga. Bukti Dia Bapa yang baik: Dia tidak memberi batu dan ular apabila anaknya meminta roti dan ikan. Itulah kehidupan dari anak-anak Tuhan yang sudah memuncak sampai kepada kedewasaan rohani.

Lebih jauh kita melihat; KEHIDUPAN YANG DEWASA ROHANI.
1 Korintus 13:11
(13:11) Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.

Rasul Paulus berkata: “Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu
Sifat kanak-kanak yang dimaksud adalah:
1.     Berkata-kata seperti kanak-kanak.
2.     Merasa seperti kanak-kanak.
3.     Berpikir seperti kanak-kanak.

Contoh BERKATA-KATA SEPERTI KANAK-KANAK.
1 Korintus 13:1
(13:1) Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia, kemudian dapat berkata-kata dengan bahasa malaikat, dengan bahasa yang tinggi-tinggi, dengan bahasa yang intelektual di dalam meyampaikan firman Tuhan, tetapi tidak mempunyai kasih, maka hamba Tuhan semacam ini, sama dengan; gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing.

Kalau gong dipukul, dia akan mengeluarkan bunyi atau suara. Kemudian dipukul kembali akan tetap mengeluarkan bunyi atau suara yang sama, dia tidak akan mengeluarkan bunyi atau suara yang berbeda-beda, demikian halnya dengan canang yang gemerincing, karena kedua-duanya adalah alat musik yang tidak berjiwa.

Mari kita melihat; ALAT MUSIK YANG TIDAK BERJIWA.
1 Korintus 14:6-7
(14:6) Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? (14:7) Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi — bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda?

Orang lain tidak dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan oleh seruling atau kecapi, kalau kedua alat ini tidak mengeluarkan bunyi atau suara yang berbeda. Mengapa alat musik ini tidak mengeluarkan suara yang berbeda? Karena dia (seruling dan kecapi) adalah alat musik yang tidak berjiwa.
Sama halnya dengan seorang hamba Tuhan; di saat menyampaikan firman Tuhan dengan semua bahasa manusia, dengan semua bahasa malaikat, dengan semua bahasa yang tinggi-tinggi, bahasa intelektual di dalam menyampaikan firman Tuhan, tetapi jika ia tidak punya kasih, berarti; berkata-kata sama seperti kanak-kanak.

Tidak mempunyai kasih, artinya; hamba Tuhan menyampaikan firman Tuhan kepada sidang jemaat:
1.     Tanpa penyataan Allah.
2.     Tanpa pengetahuan.
3.     Tanpa nubuat.
4.     Tanpa pengajaran.
Hamba Tuhan yang semacam ini sama dengan alat musik yang tidak berjiwa.
Tidak berjiwa, artinya; tidak peduli dengan jiwa orang lain, tidak peduli dengan jiwa sidang jemaat.
Apa artinya bahasa intelektual, apa artinya semua bahasa manusia dia ketahui, bukan hanya bahasa Inggris, bukan hanya bahasa batak, bukan hanya bahasa Indonesia, bukan hanya bahasa Spanyol, dan lain sebagainya, apa artinya itu semua, kalau hamba Tuhan tidak mengerti jiwa dari sidang jemaat, baik besar kecil, tua muda, laki-laki perempuan yang dilayani oleh hamba Tuhan itu? Maka dikatakanlah kehidupan hamba Tuhan semacam ini; berkata-kata seperti kanak-kanak. Kalau kita bicara, tetapi tidak mengerti jiwa orang lain, itulah yang disebut berkata-kata seperti kanak-kanak.

Tentang: TANPA PENYATAAN ALLAH.
Penyataan Allah harus disampaikan oleh seorang hamba Tuhan, gembala sidang, kepada sidang jemaat yang dia layani, supaya sidang jemaat menjadi dewasa rohani, berarti; dapat memahami isi hati Tuhan, memahami jiwa orang lain.

2 Korintus 12:1-2
(12:1) Aku harus bermegah, sekalipun memang hal itu tidak ada faedahnya, namun demikian aku hendak memberitakan penglihatan-penglihatan dan penyataan-penyataan yang kuterima dari Tuhan. (12:2) Aku tahu tentang seorang Kristen; empat belas tahun yang lampau -- entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya -- orang itu tiba-tiba diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

Rasul Paulus memberitahukan kepada sidang jemaat di Korintus tentang penglihatan-penglihatan atau penyataan-penyataan yang dia terima dari Tuhan, ketika dia diangkat ke tingkat yang ketiga dari sorga.

Dalam pengajaran Tabernakel, tingkat yang ketiga dari sorga, menunjuk; RUANGAN MAHA SUCI.
Di dalam Ruangan Maha Suci teradapat satu alat yang terutama dari semua alat yang ada di dalam Tabernakel, yaitu TABUT PERJANJIAN.
Tabut Perjanjian terdiri dari dua hal:
1. Peti dari Tabut.
2. Tutupan grafirat  dengan dua kerub di atasnya.

Arti rohani dari Tabut Perjanjian ialah:
1.     Takhta Allah, menunjuk; ibadah dan pelayanan.
2.   Hubungan nikah antara Kristus, sebagai Mempelai pria Sorga, dan gereja Tuhan, sebagai mempelai wanitanya, berdasarkan kasih. Hubungan nikah, sama dengan; hubungan suami isteri, hubungan intim antara tubuh dengan kepala.

2 Korintus 12:4
(12:4) ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.

Pada saat Rasul Paulus diangkat ke tingkat yang ketiga, di situ ia mendengarkan kata-kata yang tak terkatakan yang tidak boleh diucapkan oleh manusia, inilah yang disebut dengan logat ganjil atau bahasa Roh.
Logat ganjil, bahasa Roh itu adalah hasil dari hubungan nikah yang suci antara tubuh dengan kepala.

Kalau kita menghormati nikah suci (hubungan intim antara tubuh dengan kepala), di situ akan terjadi kata-kata yang tak terkatakan yang tidak boleh diucapkan oleh siapapun -- itulah bahasa roh (bahasa lidah/logat ganjil) --, kecuali orang itu yang melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan.

Itulah hasil dari hubungan intim (nikah suci): Ada kata-kata yang tak terkatakan, mengucapkan bahasa lidah, bahasa Roh, logat ganjil.
Jadi, bahasa Roh itu merupakan hasil dari hubungan intim (nikah suci), berarti; tubuh dengan kepala tidak berpisah lagi, hasilnya adalah bahasa Roh, bahasa lidah, kata-kata yang tak terkatakan yang tidak boleh diucapkan oleh siapa pun, kecuali orang itu dan Tuhan yang mengerti bahasa itu. Maka, nikah suci tidak boleh diganggu oleh orang lain.

Berarti dapat kita simpulkan: Penyataan Allah, itulah firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel.
Jadi, seorang hamba Tuhan jangan hanya mengucapkan: “sikaraba, sikaraba”, atau mengucapkan satu ayat, lalu dia hanya fokus kepada bahasa malaikat, bahasa manusia, bahasa yang tinggi-tinggi (intelektual), tetapi tidak mau berusaha untuk mengerti jiwa-jiwa dari sidang jemaat.
Yang Tuhan mau adalah supaya hamba Tuhan itu menyampaikan penyataan Allah. Apa penyataan Allah? Itulah firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, yang dibutuhkan oleh gereja Tuhan di hari-hari terakhir ini, supaya ada hubungan intim antara tubuh dengan kepala. Mempertahankan nikah suci, baik nikah jasmani dan juga nikah rohani.

Firman pengajaran Mempelai dalam terangnya Taberenakel bertujuan untuk membawa kita masuk dalam pembentukan tubuh Kristus yang sempurna, dan kelak masuk dalam perjamuan malam kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.
Sasaran akhir dari ibadah dan pelayanan kita di atas muka bumi ini bukan soal berkat, mujizat, perkara-perkara lahiriah. Tidak. Sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini adalah masuk dalam kesatuan tubuh yang sepurna, disebutlah tubuh mempelai, kelak berada di dalam perjamuan kawin Anak Domba. Itu akhir dari perjalanan rohani kita, bukan berkat-berkat. Kalau kita cari Kerajaan Sorga, maka berkat mengikuti dan ditambahkan.

Ayo, tekunlah dalam tiga macam ibadah pokok, jangan hanya Ibadah Raya Minggu.
Saya menghimbau kepada yang sudah tekun dalam Ibadah Pendalaman Alkitab, tekunlah sungguh-sungguh. Lewat Ibadah Pendalaman Alkitab, nanti bapak gembala, yang saudara kasihi, akan menyatakan penyataan-penyataan Allah, itulah Firman Pengajaran Mempelai dalam terangnya Tabernakel, supaya kita tetap mempertahkankan nikah suci.

Dalam nikah suci inilah menghasilkan nyanyian baru -- logat ganjil, bahasa Roh --, bukankah itu yang Tuhan mau? Jangan menggunakan bahasa yang lama, sebab yang Tuhan mau adalah nyanyian baru, logat ganjil, bahasa Roh.

2 Korintus 11:2
(11:2) Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus.

Rasul Paulus terbeban sekali terhadap sidang jemaat di Korintus, dia berkata: “aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga.”

Dalam hal ini, betul-betul, bahwa; pengalaman Rasul Paulus bersama dengan Yesus di tingkat yang ketiga adalah untuk menerima penyataan Allah.
Jangan saudara berpikir, bahwa; “Rasul Paulus itu bukan Pengajaran Mempelai”, Rasul Paulus adalah Pengajaran Mempelai. Dia menyampaikan firman dalam bentuk penyataan-penyataan Allah, dan itu terbukti dari tulisannya dalam 2 Korintus 11:2, Rasul Paulus berjuang betul mempertunangkan sidang jemaat di Korintus kepada satu laki-laki dan membawa mereka sebagai perawan suci kepada Kristus.

Inilah tugas dari seorang hamba Tuhan terhadap sidang jemaat yang dia layani.
Itu sebabnya, Rasul Paulus juga memesankan kepada anak rohaninya, itulah Timotius, dengan tandas berkata: “Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.”
Bertekunlah di dalamnya, itulah yang menyelamatkan jiwa hamba Tuhan tersebut dan menyelamatkan jiwa-jiwa yang dilayaninya.

Saudara harus bersyukur kepada Tuhan, sebab saudara digembalakan oleh Pengajaran Mempelai di penggembalaan GPT ”BETANIA” dan GPT Filadelfia, di sini diterapkan Pengajaran Mempelai. Hari-hari ini Setan berusaha untuk menyesatkan gereja Tuhan dengan bayak ajaran-ajaran yang tidak jelas arah dari perjalanan rohaninya mau dituntun ke mana.
Saudara harus bersyukur dan berterimakasih kepada Tuhan dengan tidak terhingga, apalagi imam-imam yang adalah milik kepunyaan Allah

Lebih rinci kita melihat tentang; PERAWAN SUCI yang merupakan hasil dari penyataan Allah.
Wahyu 14:1-3
(14:1) Dan aku melihat: sesungguhnya, Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya. (14:2) Dan aku mendengar suatu suara dari langit bagaikan desau air bah dan bagaikan deru guruh yang dahsyat. Dan suara yang kudengar itu seperti bunyi pemain-pemain kecapi yang memetik kecapinya. (14:3) Mereka menyanyikan suatu nyanyian baru di hadapan takhta dan di depan keempat makhluk dan tua-tua itu, dan tidak seorang pun yang dapat mempelajari nyanyian itu selain dari pada seratus empat puluh empat ribu orang yang telah ditebus dari bumi itu.

144.000 (seratus empat puluh empat) ribu orang yang berdiri di bukit Sion tersebut menyanyikan suatu nyanyian baru, menunjuk; logat ganjil atau bahasa Roh atau bahasa lidah, yang merupakan hasil dari hubungan intim, hasil dari hubungan nikah yang suci antara sidang jemaat dengan Tuhan.
Nikah suci itu bukan saja berumah tangga, tetapi hubungan kita dengan Tuhan begitu intim, lalu menghasilkan nyanyian baru, logat ganjil atau bahasa lidah, bahasa roh.

Wahyu 14:4
(14:4) Mereka adalah orang-orang yang tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan, karena mereka murni sama seperti perawan. Mereka adalah orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba itu.

Syarat untuk mempertahankan hubungan intim atau nikah suci: 144.000 (seratus empat puluh empat) ribu orang tersebut tidak mencemarkan dirinya dengan perempuan-perempuan.
Perempuan-perempuan yang dimaksud di sini adalah perempuan-perempuan yang tertulis di dalam kitab Wahyu, yaitu:
1.     Perempuan Izebel.
2.     Perempuan Babel.

TENTANG: Perempuan Izebel.
Tidak mencemarkan diri dengan perempuan Izebel, artinya; menolak ajaran Izebel, sekalipun Izebel mengaku dirinya adalah seorang nabiah. Dengan menolak ajaran Izebel, sama artinya; mempertahankan Kristus sebagai Kepala.

Perempuan tidak boleh menjadi kepala. Maka, kalau dari tadi saya perhatikan, mulai dari pelayan pemimpin pujian di sini adalah seorang suami. Mengapa bapak gembala menempatkan seorang pelayan pemimpin pujian adalah seorang suami? Karena bapak gembala di tempat ini ingin mempertahankan diri dalam kesucian nikah, tetap mempertahankan Kristus Kepala, itu maksud dan tujuannya, tidak ada yang lain. Jangan saudara salah mengerti, kalau saudara melihat di tempat lain ada perempuan bisa mengajar, bisa memimpin, bisa menjadi kepala, itu di tempat lain.
Tetapi kebenaran yang sejati tidak boleh diubah, yaitu; Kristus sebagai Kepala. Ayo, tolak ajaran yang sifatnya seperti ajaran Izebel, berarti; tetap menempatkan Kristus sebagai Kepala.

Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel adalah pengajaran yang murni.
Pengajaran yang murni ini perbandingannya adalah satu dengan empat ratus nabi-nabi Baal, itulah nabi Elia yang berhadapan dengan empat ratus nabi-nabi Baal pada zaman Izebel, itulah kemurnian dari Pengajaran Mempelai, betapa sucinya penyataan Allah ini, betapa murninya Pengajaran Mempelai ini.

TENTANG: Perempuan Babel.
Babel adalah tempat bersembunyinya segala jenis dosa kenajisan, burung yang najis, itu perempuan Babel.
Di atas tadi saya sudah katakan:
-       Perjalanan rohani kita ini berakhir dalam pesta kawin Anak Domba di dalam Wahyu 19:6-7.
-      Tetapi ternyata, di dalam Wahyu 19:18-20, terdapat juga pesta burung-burung, dosa kenajisan yang paling dibenci.
Pertanyaan kepada gereja Tuhan yang harus kita jawab di hadapan Tuhan ialah: Kita mau masuk dalam pembentukan tubuh Kristus (perjamuan kawin Anak Domba) atau masuk dalam perjamuan tubuh Babel (pesta burung-burung)?
Kalau saudara berlaku bijaksana, bapak ibu yang saya kasihi di dalam Kristus Yesus, tentu saudara mengharapkan penyataan Allah, itulah Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, yang akan membawa kita masuk dalam kesatuan tubuh, itulah tubuh Mempelai, kelak bersanding dengan Dia dalam Perjamuan kawin Anak Domba.

Lepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dua perempuan tadi, yaitu; perempuan Izebel dan perempuan Babel. Lepaskan diri dari segala percabulan, lepaskan diri dari dosa kenajisan.

Sekarang, kita sudah didewasakan oleh Firman, kita sudah akil balig supaya kita menjadi ahli waris, masuk dalam pesta nikah Anak Domba, ini tujuan Tuhan yang terutama.
Jadi, saudara jangan salah mengerti kalau bapak gembala di sini mungkin saja ada ketegasan. Ketegasan bapak gembala, tidak lain tidak bukan, supaya kita akil balig, dewasa rohani, supaya kita masuk dalam pesta nikah Anak Domba.
Jangan terkesima terhadap hamba Tuhan yang sepertinya intelek, tetapi tidak ada isinya, tidak mengerti jiwa sidang jemaat yang dilayani. Yang terutama adalah penyataan Allah, sebab tanpa penyataan Allah, berarti; berkata-kata seperti kanak-kanak.

Maka, Rut ini adalah pribadi yang dewasa secara rohani, sampai akhirnya masuk dalam pesta nikah, menikah dengan Boas Rohani, Tuhan Yesus Kristus Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga yang kita kasihi. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:

Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment