KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Wednesday, October 2, 2019

KEBAKTIAN PERSEKUTUAN: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) KARIMUN, 25 Juli 2019 (Sesi 3)



KEBAKTIAN PERSEKUTUAN: PENGAJARAN PEMBANGUNAN TABERNAKEL (PPT) KARIMUN,
25 Juli 2019 (Sesi 3)

Tema: DAUD BERKENAN DI HATI TUHAN (Kisah Para Rasul 13: 22)

Subtema: MENJADI PILIHAN & BERKENAN DI HATI TUHAN KARENA MENIKMATI AIR SUSU YANG MURNI DAN ROHANI

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi setiap kehidupan kita, memenuhi tempat perhimpunan ibadah ini, memenuhi setiap kehidupan kita sekaliannya pribadi lepas pribadi tanpa terkecuali.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada. Mari kita mohon kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati lewat doa, supaya kiranya kita dilayakkan untuk menikmati pembukaan firman malam ini.

Pada sesi pertama kemarin malam, kita sudah mendapat berkat dan kemurahan Tuhan, kemudian pada sesi kedua tadi pagi, Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, kita juga mendapat berkat dan kemurahan dari Tuhan, dan biarlah malam ini tanpa terkecuali kita kembali diberkati, dilawat oleh firman Tuhan.
Kita berdoa bersama-sama, kita mohon kemurahan Tuhan supaya Tuhan bukakan firman-Nya bagi kita sekaliannya, kita boleh menikmati kemurahan demi kemurahan.

Kita segera memperhatikan tema yang ada yang sudah terpampang dengan jelas: “Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku
Kisah Para Rasul 13: 22
(13:22) Setelah Saul disingkirkan, Allah mengangkat Daud menjadi raja mereka. Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.

Singkatnya: Daud berkenan di hati Tuhan.
Doa saya: Kiranya kita semua hamba-hamba Tuhan, para imam, pelayan Tuhan, sampai kepada seluruh sidang jemaat, kita semua berkenan di hati Tuhan.

Berkaitan dengan itu, kita segera melihat 1 Samuel 16.
1 Samuel 16: 1
(16:1) Berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku."

Samuel mengurapi Daud, sebab Allah telah memilih Daud menjadi raja atas Israel.

1 Samuel 16: 6-10
(16:6) Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: "Sungguh, di hadapan TUHAN sekarang berdiri yang diurapi-Nya." (16:7) Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (16:8) Lalu Isai memanggil Abinadab dan menyuruhnya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN." (16:9) Kemudian Isai menyuruh Syama lewat, tetapi Samuel berkata: "Orang ini pun tidak dipilih TUHAN." (16:10) Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai: "Semuanya ini tidak dipilih TUHAN."

Isai terlebih dahulu memperlihatkan anak-anaknya yang tertua;
-       Yang pertama: Eliab.
-       Yang kedua: Abinadab.
-       Yang ketiga: Syama.
Lalu Samuel berpikir bahwa Tuhan akan memilih salah satu dari ketiganya, tetapi kenyataannya: Tuhan menolak ketiganya, bahkan sampai anak Isai yang ketujuh ditolak oleh Tuhan.
Mengapa demikian? Karena “manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”. Manusia melihat paras yang menawan serta rupawan, juga melihat perawakan yang tinggi, gagah, hebat dan kuat, tetapi Tuhan tidak melihat hal-hal yang lahiriah, Tuhan hanya melihat hati.

Tuhan melihat hati saya, Tuhan melihat hati rekan-rekanku hamba Tuhan, Tuhan melihat hati imam-imam, sampai melihat hati seluruh sidang jemaat tanpa terkecuali. Yang Tuhan lihat adalah hati.

1 Samuel 16: 11-12
(16:11) Lalu Samuel berkata kepada Isai: "Inikah anakmu semuanya?" Jawabnya: "Masih tinggal yang bungsu, tetapi sedang menggembalakan kambing domba." Kata Samuel kepada Isai: "Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari." (16:12) Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia."

Akhirnya Samuel mengurapi Daud, sebab Tuhan memilih Daud menjadi raja atas Israel. Sebenarnya, pada waktu itu Daud sedang menggembalakan kambing domba ayahnya.
Ternyata, Daud yang tidak diperhitungkan, justru dipilih oleh Tuhan, itu sebabnya Samuel mengurapi Daud, walaupun manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati Daud.

Mazmur 78: 72
(78:72) Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.

Daud menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hatinya, itu sebabnya Samuel mengurapi Daud, karena Tuhan memilih dia menjadi raja untuk menggembalakan Israel, umat-Nya.
Jadi, Tuhan tidak salah memilih Daud menjadi raja atas Israel, milik kepunyaan-Nya, sebab Tuhan betul-betul mengenal hati Daud.
Tuhan betul-betul mengenal hati kita masing-masing, pribadi lepas pribadi, siapa pun dia, termasuk saya.

Mazmur 78: 70-71
(78:70) dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; (78:71) dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri.

Daud dipilih, diambil dari antara kandang-kandang kambing domba, lebih tepatnya dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, miliknya, Israel, umat-Nya.

Persamaan kalimat: “domba-domba yang menyusui” adalah sama seperti seorang anak yang diasuh dan dirawat oleh ibunya.

1 Tesalonika 2: 7
(2:7) Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.

Rasul Paulus berlaku ramah terhadap sidang jemaat di Tesalonika, seperti seorang ibu.
Ibu, menunjuk; gembala sidang. Tugas gembala sidang ialah; mengasuh dan merawati sidang jemaat, sebagai anak-anak rohaninya.

Seorang gembala tidak boleh lari dari tanggung jawab yang dipercayakan oleh Tuhan, yaitu; di dalam hal mengasuh dan merawati anak-anak rohaninya, itulah sidang jemaat. Sebaliknya, seorang anak berhak untuk mendapat hak asuh dan berhak mendapat hak rawat dari ibunya, bagaikan domba-domba yang menyusui.
Demikianlah pribadi Daud di hadapan Tuhan; diasuh dan dirawat, bagaikan domba-domba yang menyusui.

Tidak mungkin kita menjadi seorang gembala, tidak mungkin kita mencapai pertumbuhan rohani yang sehat, dewasa, dan menjadi seorang pimpinan dalam rumah Tuhan, kalau kita tidak terlebih dahulu diasuh dan dirawat, bagaikan domba-domba yang menyusui tadi. Itu tidak mungkin.

1 Petrus 2: 2
(2:2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

Perhatikan kalimat: “Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir
Mengapa Tuhan merindukan kehidupan kita untuk menjadi sama seperti bayi yang baru lahir? Sebab bayi yang baru lahir itu selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani.

Mari kita simak tentang: Air susu yang murni dan yang rohani.
Tentang: “AIR SUSU YANG MURNI”
Air susu yang murni, menunjuk; firman Allah yang tidak ditambahkan dan tidak dikurangkan.
Saking senangnya dengan anak yang baru lahir ini, lalu diberikan minuman kesukaan bapaknya, kopi luwak misalnya, anaknya itu mengalami mati, oleh sebab itu; bayi yang baru lahir hanya rindu air susu yang murni, tidak boleh yang lain.

Murni, artinya; tidak ditambahkan dan tidak dikurangkan.
Ditambahkan, artinya; hamba Tuhan itu menyampaikan satu dua ayat firman Tuhan lalu ditambahkan dengan cerita-cerita isapan jempol, ditambahkan lagi dengan dongeng nenek-nenek tua, takhayul-takhayul, dan filsafat-filsafat kosong, seluruhnya diceritakan.
Dikurangkan, artinya; pemberitaan firman tentang salib Kristus diganti dengan dua hal:
1. Teori kemakmuran atau teologi kemakmuran”, artinya; orang Kristen tidak boleh miskin, harus kaya. Itu saja yang menjadi bahan kotbah dalam setiap pertemuan ibadah; meninabobokan sidang jemaat.
2. “Tanda-tanda heran atau mujizat.” Kalau kita melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, mujizat pasti terjadi, tidak mungkin tidak dan itu tidak bisa disangkal. Tetapi perlu untuk diketahui; sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tidak ada artinya kalau berita salib tidak ditegakkan di tengah-tengah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.

Kesimpulannya: Firman yang ditambahkan dan firman yang dikurangkan tidak memberi pertumbuhan rohani yang sehat, sebab itu bukan air susu yang murni.
Maka sudah tentu, bayi tidak akan mendapatkan pertumbuhan rohani yang sehat. Jangan berharap ia akan tumbuh dewasa, sehat saja tidak akan mungkin.

Tentang: “AIR SUSU YANG ROHANI”
Air susu yang rohani, menunjuk; firman Allah yang disampaikan itu 100% (seratus persen) tentang perkara-perkara yang di atas atau perkara-perkara rohani, bukan tentang perkara-perkara di bawah atau perkara-perkara lahiriah.
Maka kalau kita perhatikan pernyataan rasul Paulus dalam 2 Korintus 4: 16, “kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari.” Rasul Paulus tidak tawar hati di dalam melayani pekerjaan Tuhan, apapun yang terjadi. Sebab itu pada 2 Korintus 4: 17-18, ciri-ciri manusia rohani atau manusia batiniah yang dibaharui dari sehari ke sehari ialah:
1.     Mengabaikan (tidak peduli) penderitaan atau sengsara yang sifatnya sementara dan ringan.
2.     Tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan memperhatikan yang tidak kelihatan, yaitu perkara rohani, perkara di atas, perkara sorgawi, itulah ibadah dan pelayanan yang Tuhan percayakan.

Sekarang kita memperhatikan suratan 1 Yohanes 4.
1 Yohanes 4: 1-5
(4:1) Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke seluruh dunia. (4:2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah, (4:3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia. (4:4) Kamu berasal dari Allah, anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia. (4:5) Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.

Janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu. Mengapa harus diuji? Tujuannya ialah untuk mengetahui; apakah roh itu berasal dari Allah atau berasal dari antikris?

-       Tanda Roh Allah: mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, artinya; senantiasa menyangkal dirinya dan memikul salibnya di dalam melayani pekerjaan Tuhan.
Yesus adalah Allah menjadi manusia, dan ketika menjadi manusia; Dia menanggung sengsara salib, itulah Roh Allah.
-       Tanda roh antikristus: “tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah”, artinya; tidak mengakui Yesus, Anak Allah, yang disalibkan itu, berarti; tidak mengakui salib Kristus atau tidak menceritakan salib Kristus, melainkan mereka sibuk menceritakan hal-hal yang duniawi, perkara-perkara lahiriah, perkara di bawah ini.

Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi”, itulah roh antikris.
Hanya berbicara soal dunia, perkara lahiriah, perkara di bawah, itu adalah roh antikris, dan ini harus ditolak sebab merusak pertumbuhan rohani.
Jangan terpengaruh dengan paras yang cakap, perawakan yang besar dan tinggi. Tadi kita sudah mendengar persembahan pujian dari zangkoor yang mengatakan: “Tuhan tidak melihat paras dan perawakan

1 Yohanes 4: 6
(4:6) Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.

Barangsiapa mengenal Allah, ia mendengarkan firman tentang salib yang ditegakkan di tengah ibadah pelayanan. Sebaliknya; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mau menerima dan tidak mau mendengarkan firman tentang salib Kristus.

1 Korintus 1: 22-23
(1:22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan orang-orang Yunani mencari hikmat, (1:23) tetapi kami memberitakan Kristus yang disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan,

Di dalam beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan;
-       Orang-orang Yahudi menghendaki tanda atau mujizat-mujizat.
-       Orang-orang Yunani atau bangsa kafir mencari hikmat atau pengertian.
Tetapi di sini kita melihat; Rasul Paulus memberitakan firman tentang salib Kristus, dia memiliki pendirian yang kuat, inilah air susu yang murni dan rohani.

-       Bagi orang-orang Yahudi”, air susu yang murni dan rohani -- itulah berita salib -- suatu batu sandungan.
Mengapa demikian? Sebab orang-orang Yahudi menghendaki tanda atau mujizat-mujizat semata di tengah-tengah ibadah pelayanan. Saya sudah katakan di atas tadi: sejuta kali mujizat terjadi di depan mata, tidak ada artinya kalau salib tidak ditegakkan di tengah ibadah pelayanan ini.
Tetapi Rasul Paulus tidak peduli dengan keinginan dari orang Yahudi, dia tetap dengan pendiriannya untuk tetap menyampaikan firman tentang salib, itulah air susu yang murni dan rohani. Demikian juga dengan kita semua, baiknya juga seperti itu: Rekan-rekanku, hamba Tuhan, jangan terpengaruh dengan sidang jemaat.
Sidang jemaat hanya menginginkan mujizat, tetapi salib tidak ditegakkan, itu bukan air susu yang murni dan rohani, tetapi biarlah kita tetap menyampaikan pemberitaan firman tentang salib kepada sidang jemaat, itulah air susu yang murni dan rohani, tidak boleh diubah-ubah lagi.

-       Bagi orang-orang Yunani atau bangsa kafir”, air susu yang murni dan rohani (-- itulah berita salib --) adalah suatu kebodohan.
Mengapa demikian? Sebab orang Yunani (bangsa kafir) menghendaki atau mencari hikmat. Kalau seseorang berhikmat mengerti firman Tuhan, tetapi tidak melakukannya, ia sama dengan; ahli Taurat, orang Farisi (Matius 23: 1-8).
Bangsa kafir -- yang diwakili oleh orang Yunani -- melayani untuk mencari hikmat, sehingga ketika melihat orang yang menyangkal diri dan memikul salib di tengah ibadah pelayanan, dia katakan itu adalah suatu kebodohan,  menghabiskan waktu, menghabiskan tenaga, menghabiskan uang, karena yang terpenting bagi bangsa kafir adalah hikmat semata.

Matius 23: 1-3
(23:1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: (23:2) "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. (23:3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. (23:4) Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya.

Ahli Taurat, orang Farisi adalah orang yang mengerti firman, orang intelektual, mereka mengajarkan salib, tetapi mereka sendiri tidak mau memikul salibnya, menunjukkan bahwa mereka tidak membutuhkan air susu yang murni dan yang rohani.

Maka kita lihat; PERBUATAN MEREKA dalam ayat 16-18.
Matius 23: 16-18
(23:16) Celakalah kamu, hai pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat. (23:17) Hai kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (23:18) Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi melayani Tuhan tetapi terikat dengan perkara-perkara lahiriah.

Kalau hamba Tuhan ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, maka tentu perbuatannya harus murni dan rohani. Ahli Taurat dan orang Farisi tidak ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, maka perbuatan mereka sama, tidak murni dan tidak rohani, itu tidak bisa dipungkiri.

Kesimpulannya: Ahli Taurat dan orang Farisi dikuasai oleh roh antikris, sebab mereka hanya berbicara soal yang dunia, perkara-perkara lahiriah, perkara di bawah, mereka tidak membutuhkan air susu yang murni dan rohani.
Lalu bagaimanalah seorang anak mendapat pertumbuhan rohani yang sehat, jika tidak mendapatkan air susu yang murni dan yang rohani? Bagaimana mungkin seseorang dapat melayani pekerjaan Tuhan dengan baik, kalau dari sejak kecil tidak diasuh dan dirawat dengan baik seperti domba-domba yang menyusui? Tidak mungkin.

Tetapi tadi kita sudah melihat: Daud diambil dari antara kandang-kandang kambing domba, tepatnya tempat domba-domba menyusui. Dipersiapkan oleh Tuhan untuk menggembalakan umat Israel.

Manfaat air susu yang murni dan rohani.
1 Petrus 2: 2
(2:2) Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh keselamatan,

Air susu yang murni dan yang rohani itu bermanfaat memberi pertumbuhan rohani yang sehat sampai akhirnya dewasa rohani.

Mari kita lihat; KEDEWASAAN.
Efesus 4: 12-13
(4:12) untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, (4:13) sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus,

Dengan pertumbuhan rohani yang sehat oleh karena air susu yang murni dan rohani, maka akan menjadikan kita dewasa rohani, sampai akhirnya kita;
-       “Mencapai kesatuan iman.
-       “Mencapai pengetahuan yang benar tentang Anak Allah.”
-       “Mencapai kedewasaan penuh.”
-       “Mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.”

Saya berharap; kita semua mencapai kepada kesatuan iman yang membawa sampai terwujudnya kesatuan tubuh, itulah tubuh mempelai, dan kelak berada dalam perjamuan kawin Anak Domba. Ini adalah kedewasaan. Kalau belum dewasa, jangan menikah dulu.

Di dalam Kidung Agung 8; tanda kedewasaan mempelai perempuan itu dilihat dari buah dada. Buah dada, menunjuk kepada; dua loh batu yang berisikan sepuluh hukum Allah, yang intinya hanya satu, yaitu; kasih.
-       Loh batu yang pertama; Kasih kepada Tuhan.
-       Loh batu yang kedua; Kasih kepada sesama.
Kalau belum mampu mengasihi sesama, terlebih Tuhan, tidak layak masuk dalam pesta nikah.
Kesatuan iman, wujudnya sampai kepada kesatuan tubuh (dewasa rohani). Itulah manfaaat dari air susu yang murni dan yang rohani.

Tetapi kalau kita kejar uang, maka uang lari, di sisi lain kita tidak memiliki Tuhan.

Berbicara tentang kedewasaan penuh, berarti; mencapai tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.

Dampak positif dewasa rohani.
Efesus 4: 14
(4:14) sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan,

Tidak mudah diombang-ambingkan oleh rupa-rupa pengajaran palsu, sebab air susu yang murni dan rohani itu telah memberi pertumbuhan rohani yang sehat sampai akhirnya dewasa rohani.

Efesus 4: 15
(4:15) tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.

Kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Pendeknya; pertumbuhan rohani yang sehat itu mengarah kepada Kristus Kepala.
Kepala itu satu, maka tubuh pun satu, walaupun anggotanya banyak. Sebab itu saya tandaskan malam ini; jangan kultuskan seorang hamba Tuhan, dengan berkata: “Kalau bukan dia (hamba Tuhan yang dikultuskan), maka yang lain tidak benar dan tidak murni”; Kristus adalah Kepala dan Kristus hanya ada satu, anggota-Nya banyak tetapi satu.
Dalam 1 Korintus 13:1, dengan tegas Rasul Paulus berkata: “Adakah Kristus terbagi-bagi?”, apakah Kepala bisa dibagi-bagi? Tentu tidak.

Inilah gambaran dari pada domba-domba yang menyusui; mengalami pertumbuhan yang sehat, pertumbuhan yang  mencapai kepada kedewasaan penuh, bertumbuh dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.
Daud diambil dari tempat-tempat domba yang menyusui, menunjukkan bahwa: Daud sudah dewasa, dia layak untuk diurapi dan menjadi raja atas Israel. Demikian juga dengan kita, hamba-hamba Tuhan, imam-imam, para pelayan Tuhan: Jangan asal melayani Tuhan, jangan asal enak-enak melayani pekerjaan Tuhan menjadi pimpinan dalam rumah Tuhan.
Perhatikanlah hal ini lebih dulu; Tuhan mengambil Daud dari antara kandang-kandang kambing domba, lebih tepatnya dari tempat domba-domba menyusui, berarti; memberi sebuah gambaran tentang kedewasaan.

Ciri-ciri domba yang menyusui.
Yohanes 10: 1
(10:1) "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya siapa yang masuk ke dalam kandang domba dengan tidak melalui pintu, tetapi dengan memanjat tembok, ia adalah seorang pencuri dan seorang perampok;

Saya tandaskan malam ini: yang menjadi gembala, apabila masuk ke dalam kandang domba, harus melalui pintu.

Yohanes 10: 2-4
(10:2) tetapi siapa yang masuk melalui pintu, ia adalah gembala domba. (10:3) Untuk dia penjaga membuka pintu dan domba-domba mendengarkan suaranya dan ia memanggil domba-dombanya masing-masing menurut namanya dan menuntunnya ke luar. (10:4) Jika semua dombanya telah dibawanya ke luar, ia berjalan di depan mereka dan domba-domba itu mengikuti dia, karena mereka mengenal suaranya.

Domba-domba yang menyusui, berarti; tergembala dengan baik, dengan benar, di dalam suatu penggembalaan, berarti; tidak liar.

Ciri domba yang menyusui, tergembala dengan baik dan benar, yaitu:
1. domba-domba mendengarkan suaranya (gembala)”, sama dengan; dengar-dengaran.
2. domba-domba itu mengikuti dia (gembala)”, sama dengan; mengikuti contoh teladan Tuhan.

Keterangan: MENDENGAR SUARA GEMBALA.
Mendengar suara gembala, sama dengan; dengar-dengaran.

Contoh dengar-dengaran: SAMUEL.
1 Samuel 3: 4-8
(3:4) Lalu TUHAN memanggil: "Samuel! Samuel!", dan ia menjawab: "Ya, bapa." (3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur. (3:6) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi. Samuel pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta berkata: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil, anakku; tidurlah kembali." (3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya. (3:8) Dan TUHAN memanggil Samuel sekali lagi, untuk ketiga kalinya. Ia pun bangunlah, lalu pergi mendapatkan Eli serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Lalu mengertilah Eli, bahwa TUHANlah yang memanggil anak itu.

Tuhan memanggil Samuel sebanyak tiga kali. Ketika Samuel dipanggil;
-       Pada panggilan pertama, ia menjawab: “Ya, bapa
-       Demikian juga pada panggilan kedua, ia menjawab: “Ya, bapa
-       Sampai kepada panggilan yang ketiga, ia menjawab: “Ya, bapa
Menunjukkan bahwa; Samuel dengar-dengaran, peka terhadap suara panggilan.
Inilah suatu kehidupan domba yang tergembala dengan baik; menjadi domba yang dengar-dengaran.

Ketika Samuel dipanggil, berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.
Pada saat panggilan yang kedua, Samuel tetap pergi mendapatkan Eli, dan berkata: “Ya, bapa”, tetapi ternyata Eli tidak memanggil Samuel. Lalu Samuel disuruh tidur untuk yang kedua kalinya, namun di situ Samuel tidak marah sedikit pun.

Saudara bisa bayangkan: Saat sedang tidur nyenyak di tengah malam, tiba-tiba ada suara panggilan. Lalu dia datang, namun ternyata tidak dipanggil, malahan disuruh tidur kembali. Hal itu berlangsung sebanyak 3 kali, tetapi ternyata juga tidak dipanggil, justru disuruh kembali tidur. Biasanya, orang akan marah-marah, sebab itu dianggap menganggu ketenangan, kenyamanan tidurnya.
Tetapi Samuel tidak demikian, Samuel tidak marah-marah, padahal dia masih kecil, masih muda, bahkan ada hal yang lebih lucu lagi, yang akan kita perhatikan pada ayat 7.

1 Samuel 3: 7
(3:7) Samuel belum mengenal TUHAN; firman TUHAN belum pernah dinyatakan kepadanya.

Yang lucunya, Samuel ini belum mengenal Tuhan, bahkan firman Tuhan pun belum pernah dinyatakan oleh imam Eli kepada Samuel.
Tidak mungkin imam Eli bisa menyampaikan firman Tuhan, sedangkan matanya mulai kabur dan tidak dapat melihat dengan baik, dengan kata lain buta. Apa yang bisa kita sampaikan kalau kita buta rohani? Tidak ada.

1 Samuel 3: 1
(3:1) Samuel yang muda itu menjadi pelayan TUHAN di bawah pengawasan Eli. Pada masa itu firman TUHAN jarang; penglihatan-penglihatan pun tidak sering.

Samuel yang muda itu menjadi pelayan Tuhan di bawah pengasuhan Eli. Pada masa itu, firman Tuhan jarang sekali disampaikan kepadanya, juga penglihatan pun tidak sering, tetapi Samuel yang masih muda itu adalah pribadi yang dengar-dengaran.

Kita sudah mengikuti dari sesi pertama, sesi kedua, dan ini sesi ketiga. Berbahagialah yang sudah mengikuti tiga sesi ini, supaya kita betul-betul menjadi kehidupan yang dengar-dengaran. Kalau Samuel saja yang masih muda dengar-dengaran, apalagi kita yang sudah mengikuti tiga sesi ini.

Pertanyaannya; Mengapa Samuel memiliki Roh dengar-dengaran?
1 Samuel 3: 3
(3:3) Lampu rumah Allah belum lagi padam. Samuel telah tidur di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah.

Samuel telah tidur”, arti rohaniya adalah masuk dalam pengalaman kematian.
Cepat-cepat mati, supaya cepat bangkit. Lama mati, maka lama juga bangkitnya.
Proses pengalaman kematian dan kebangkitan Yesus Kristus itu hanya tiga hari, tidak lama. Tetapi yang membuat kita lama masuk dalam pengalaman kematian dan kebangkitan adalah suara daging, tidak mati-mati.
Oleh sebab itu, biarlah kita cepat mati, mematikan suara daging, keinginan daging, supaya akhirnya kita menjadi pribadi yang dengar-dengaran.

Pertanyaannya: Di mana pengalaman ini terjadi?
Jawabnya: “di dalam bait suci TUHAN, tempat tabut Allah”, berarti; di dekat Tabut Perjanjian.
Tabut Perjanjian terdiri dari dua bagian:
1. Tutup grafirat dengan dua kerub di atasnya.
2. Peti yang disalut dengan emas murni bagian luar dan dalamnya, supaya kualitas rohani sederajat dengan Mempelai Laki-Laki Sorga.
Pengertian rohani Tabut Perjanjian:
1. Takhta Allah, menunjuk; ibadah dan pelayanan.
2. Hubungan nikah antara Kristus, sebagai Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga, dengan gereja Tuhan, sebagai mempelai perempuan-Nya, berdasarkan kasih.

Pengalaman kematian itu terjadi di dekat Tabut Perjanjian, berarti dapat kita ambil kesimpulan, bahwa; Samuel mempertahankan nikah suci, terjadinya suatu persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Itulah Tabut Perjanjian; tutup dengan petinya menyatu, itulah nikah suci, hubungan intim antara tubuh dengan Kepala menyatu.
Mari kita menghormati nikah, baik itu nikah jasmani dan juga nikah rohani.
-       Nikah kita dalam rumah tangga, itulah nikah jasmani.
-       Nikah kita, hubungan kita dengan Tuhan, itulah nikah rohani.

Nikah suci, jangan direcoki dengan yang jahat, yang najis, supaya betul-betul kita menjadi kehidupan yang dengar-dengaran.
Lucu rasanya apabila seseorang dengar-dengaran tanpa ada firman, dengar-dengaran tanpa ada penglihatan? Ternyata, Samuel yang masih kecil dengar-dengaran itu terjadi karena nikah suci. Inilah letak keberhasilan dari Samuel yang masih muda.
Saya, sebagai suami, harus menghormati nikah suci dalam rumah tangga, juga menghormati hubungan saya dengan Tuhan, itulah nikah rohani, sebab Kristus adalah Kepala. Oleh sebab itu, biarlah kita semua menjadi suatu kehidupan domba yang dengar-dengaran, tidak mempertahankan zona kenyamanan, seperti Samuel.

Praktek dengar-dengaran.
1 Samuel 3: 5
(3:5) Lalu berlarilah ia kepada Eli, serta katanya: "Ya, bapa, bukankah bapa memanggil aku?" Tetapi Eli berkata: "Aku tidak memanggil; tidurlah kembali." Lalu pergilah ia tidur.

Lalu berlarilah ia kepada Eli”, sama dengan; berlari kepada suara panggilan.
Jangan berlari kepada suara asing yang memanggil. Sebaliknya, kalau Tuhan memanggil, jangan berlari ke tempat lain. Jangan mendengar suara panggilan yang lain (suara asing) yakni; suara daging dan suara Setan.

Filipi 3: 13-15
(3:13) Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, (3:14) dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (3:15) Karena itu marilah kita, yang sempurna, berpikir demikian. Dan jikalau lain pikiranmu tentang salah satu hal, hal itu akan dinyatakan Allah juga kepadamu.

Mengarahkan diri kepada apa yang di depan, berlari-lari kepada tujuan, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.
Bukankah panggilan kepada kita terdengar jelas? Dengarkanlah suara panggilan itu. Berlarilah kepada tujuan panggilan sorgawi itu. Jangan berlari kepada suara asing, suara daging, suara Setan, roh jahat dan roh najis. Inilah praktek dengar-dengaran.
Ayo, mari kita memiliki pemikiran yang demikian, jangan memiliki pemikiran yang lain.

Ibrani 3: 1
(3:1) Sebab itu, hai saudara-saudara yang kudus, yang mendapat bagian dalam panggilan sorgawi, pandanglah kepada Rasul dan Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus,

Mengapa di sini ada sebutan: “saudara-saudara yang kudus”? Karena kita berada di tengah-tengah ibadah, bersama dengan Dia, bersama dengan hadirat-Nya, oleh karena panggilan sorgawi itu.

Yang sudah mendapat bagian dalam panggilan sorgawi; pandanglah kepada Rasul, pandanglah kepada Imam Besar yang kita akui, yaitu Yesus, Anak Allah. Jangan pandang yang lain, jangan akui yang lain.
-      “Pandanglah kepada Rasul”, berarti; memperhatikan pembukaan rahasia firman. Kepada dua belas rasul disampaikan rahasia Kerajaan Sorga (rahasia firman), pandanglah itu. Juga Rasul Yohanes; mendapat penglihatan (Wahyu) di pulau Patmos, ditulis sebanyak 22 (dua puluh dua) pasal.
-       “Pandanglah Imam Besar”, mengapa demikian? Sebab Dia sudah mengadakan pendamaian terhadap dosa.

2 Korintus 5: 18-21
(5:18) Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. (5:19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (5:20) Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah. (5:21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.

Tugas seorang Imam Besar adalah berdiri di antara Allah dengan manusia berdosa, untuk memperdamaikan dosa manusia di atas kayu salib, itulah korban pendamaian.
Berarti seorang imam (hamba Tuhan) harus rela menjadi korban, supaya terwujudnya pendamaian.

Yang disebut imam, mulai dari zangkoor, pemimpin pujian, pembaca firman Tuhan, singer, kolektan, pemain musik, termasuk yang mengambil bagian dalam pelayanan, itulah imam, berarti:
-       Kedudukan mereka ada di antara Allah dengan manusia.
-       Tugasnya adalah memperdamaikan dosa manusia.
-       Konsekuensinya adalah menjadi korban.
Yang sudah mendapat panggilan sorgawi, pandang saja Yesus yang adalah: Rasul dan Imam Besar, jangan pandang yang lain.

2 Petrus 1: 10
(1:10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh, supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya, kamu tidak akan pernah tersandung.

Arahkanlah pandangan kepada panggilan sorgawi, di mana Yesus, Anak Allah, sebagai Imam Besar dan juga Rasul, maka sampai kapan pun kita tidak akan pernah tersandung.
Itulah kelebihan dari pribadi yang dengar-dengaran karena diasuh dan dirawat dengan baik, rindu akan air susu yang murni dan yang rohani, sehingga menjadi suatu kehidupan domba yang tergembala dengan baik.

Ciri domba yang menyusui, tergembala dengan baik dan benar, yaitu:
Keterangan: MENGIKUTI GEMBALA.
Intinya, mengikuti geraknya firman Pengajaran Mempelai yang senantiasa menggembalakan kehidupan kita.

Yosua 3: 1-4
(3:1) Yosua bangun pagi-pagi, lalu ia dan semua orang Israel berangkat dari Sitim, dan sampailah mereka ke sungai Yordan, maka bermalamlah mereka di sana, sebelum menyeberang. (3:2) Setelah lewat tiga hari, para pengatur pasukan menjalani seluruh perkemahan, (3:3) dan memberi perintah kepada bangsa itu, katanya: "Segera sesudah kamu melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka kamu harus juga berangkat dari tempatmu dan mengikutinya -- (3:4) hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."

“Apabila tugas melihat tabut perjanjian TUHAN, Allahmu, yang diangkat para imam, yang memang suku Lewi, maka mereka harus juga berangkat dari tempatnya dan mengikutinya
Bangsa Israel diperintahkan untuk terus mengikuti geraknya Tabut Perjanjian.

Ketika bangsa Israel keluar dari Mesir dituntun oleh tongkat Musa. Di situ banyak terjadi mujizat luar biasa, mulai dari; tongkat berubah menjadi ular, yang sakit sembuh, dan terus mujizat terjadi. Tetapi kenyataannya; mayat-mayat dari bangsa Israel bergelimpangan di padang gurun, tidak ada yang selamat, tidak ada yang sampai ke tanah Kanaan, tanah yang dijanjikan Tuhan Allah kepada bangsa Israel, kecuali Yosua dan Kaleb.

Tetapi sejak dari gunung Sinai, bangsa Israel dituntun oleh Tabut Perjanjian, artinya; bangsa Israel dituntun oleh Pengajaran Mempelai.
Yang pasti, geraknya Pengajaran Mempelai ini membawa kita masuk di dalam pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.

Bukan mujizat (tongkat yang mengadakan mujizat) yang membawa dan menuntun kita mencapai sasaran akhir, tetapi oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, sampai langkah terakhir kita dibawa masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba, dengan kata lain; selamat.
Enak atau tidak, harus terima. Tidak bisa tidak. Tidak ada ajaran lain yang membawa kita untuk sampai kepada perjamuan kawin Anak Domba, selain Pengajaran Mempelai satu-satunya. Ini sudah menjadi harga mati bagi saya untuk selanjutnya menggembalakan kami dalam kandang penggembalaan GPT “BETANIA” Serang Cilegon. Enak tidak enak, jangan ditolak.

Kita bahagia dalam Kebaktian Persekutuan Pengajaran Pembangunan Tabernakel ini sampai nanti kita dibawa masuk dalam perjamuan kawin Anak Domba, sesuai dengan Wahyu 19: 6-8.
Dalam Wahyu 19, ada dua macam pesta.
1.     Pesta nikah Anak Domba.
2.     Pesta burung-burung, itulah tubuh Babel, tempat persembunyian roh najis.
Saudara mau pilih yang mana; masuk dalam pembangunan tubuh Kristus atau pembangunan tubuh Babel?
Tetapi yang pasti kerinduan kita: Biarlah kita terus digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dan mengikuti geraknya, untuk membawa kita masuk dalam pembangunan tubuh Kristus, berada dalam perjamuan kawin Anak Domba, sebagai sasaran akhir dari perjalanan rohani kita di atas muka bumi ini.

Kemudian, yang memikul Tabut Perjanjian itu adalah imam-imam yang memang suku Lewi.
Mengapa harus suku Lewi?
1.     Yang berpihak kepada penggembalaan.
Waktu bangsa Israel jatuh dalam penyembahan berhala (patung anak lembu emas tuangan), Musa sangat marah sekali, Musa melihat bangsa Israel seperti kuda terlepas dari kandang, lalu Musa berdiri dan berkata: “Siapa yang memihak kepada TUHAN datanglah kepadaku!” Lalu berkumpullah kepadanya seluruh bani Lewi. Hanya satu suku yang berpihak kepada Tuhan, itulah suku Lewi.
Apa tanda berpihak kepada Tuhan? “Baiklah kamu masing-masing mengikatkan pedangnya pada pinggangnya, dan biarlah masing-masing membunuh saudaranya dan temannya dan tetangganya.” Arti rohaninya; tabiat daging teman, tabiat daging saudara, tabiat daging tetangga, semua tabiat daging yang terdekat harus dibunuh dengan firman Tuhan (pedang Roh). Jangan pakai perasaan/jangan kompromi dengan perasaan manusia daging.
2.     Tongkat dari suku Lewi mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam untuk menghentikan sungut-sungut bangsa Israel.
Waktu bangsa Israel bersungut-sungut, semua pemimpin dari dua belas suku Israel memberikan kepada Musa satu tongkat dari setiap suku, menurut suku-suku mereka (dua belas tongkat), dan tongkat Harun ada di antara tongkat-tongkat itu. Lalu tampaklah tongkat Harun dari keturunan Lewi telah bertunas, mengeluarkan kuntum, mengembangkan bunga dan berbuahkan buah badam. Tujuannya ialah; untuk meredakan sungut-sungut dari bangsa Israel.
Artinya; kehidupan yang dipenuhkan Roh Kudus sanggup menghentikan sungut-sungut daging, sehingga layak memikul Tabut Perjanjian. Itulah gambaran dari suku Lewi.

Itulah imam-imam, yang memang suku Lewi, memikul tabut Perjanjian. Biarlah kita ikuti terus geraknya, maka pasti nanti kita dibawa sampai kepada satu titik, langkah terakhir, yaitu perjamuan kawin Anak Domba.
Jadi, Tuhan tidak salah memilih Daud untuk menjadi raja atas Israel, sebab Tuhan itu tidak pernah salah memilih.

Yosua 3: 4
(3:4) hanya antara kamu dan tabut itu harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya, janganlah mendekatinya -- maksudnya supaya kamu mengetahui jalan yang harus kamu tempuh, sebab jalan itu belum pernah kamu lalui dahulu."

Syarat untuk mengikuti dan digembalakan oleh Pengajaran Mempelai adalah “harus ada jarak kira-kira dua ribu hasta panjangnya
Dua ribu tahun yang lalu Yesus telah mati di atas kayu salib, pendeknya kita harus memandang salib Kristus itu. Jangan arahkan pandangan kepada yang lain-lain.
Maksudnya; supaya kita mengetahui jalan yang harus kita tempuh, sebab jalan itu belum pernah dilalui oleh umat Israel. Tidak ada seorang pun yang naik turun sorga, kecuali Dia yang pernah berada di dunia orang mati, itulah Yesus, Anak Allah.

Jadi, Pengajaran Mempelai ini mutlak harus menggembalakan kehidupan kita, tidak bisa tidak. Ikuti saja geraknya Pengajaran Mempelai. Kita dididik dan diasuh oleh Pengajaran Mempelai, sama dengan menerima air susu yang murni dan air susu yang rohani, sampai menjadi suatu kehidupan domba yang dengar-dengaran.

Setelah Daud mendapat didikan dari tempat domba-domba yang menyusui, marilah kita melihat Mazmur 78.
Mazmur 78: 70-72
(78:70) dipilih-Nya Daud, hamba-Nya, diambil-Nya dia dari antara kandang-kandang kambing domba; (78:71) dari tempat domba-domba yang menyusui didatangkan-Nya dia, untuk menggembalakan Yakub, umat-Nya, dan Israel, milik-Nya sendiri.  (78:72) Ia menggembalakan mereka dengan ketulusan hatinya, dan menuntun mereka dengan kecakapan tangannya.

Daud menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hatinya, kemudian “menuntun mereka dengan kecakapan tangannya”, karena dia sudah mendapat didikan yang baik dalam penggembalaan, tempat domba-domba yang menyusui, maka layaklah dia diangkat menjadi pemimpin, menjadi raja atas umat Israel.

Seorang imam harus memiliki kecakapan tangan. Mari kita gunakan dua tangan untuk melakukan pekerjaan Tuhan dengan baik. Jangan malas, sebab tahbisan seorang imam adalah rajin berbuat baik sesuai dengan kitab Titus, melayani Tuhan dengan sungguh-sungguh, tidak boleh malas. Jangan memandang muka, jangan pilih kasih.

1 Samuel 17: 31-35
(17:31) Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia. (17:32) Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." (17:33) Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." (17:34) Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, (17:35) maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya.

Daud diambil dari tempat domba-domba yang menyusui, berarti Daud sudah memiliki pengalaman dalam penggembalaan, dan dengan pengalaman inilah dia datang menghadapi Goliat.

Sekalipun Saul mengecilkan Daud dengan berkata: “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit”, tetapi Daud berkata: “Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya
biasa” di sini bukan bersifat rutinitas, tetapi “biasa” yang dimaksud di sini adalah sudah punya pengalaman dalam penggembalaan, sebab tergembala dengan baik, yaitu;
1.     Dengar-dengaran.
2.     Mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai
Dan pengalaman ini Daud terapkan dalam menghadapi Goliat.
Jadi, Daud ini bukan seorang pemimpin yang sembarangan, sebab Tuhan juga mengangkat Daud bukan secara sembarangan. Tuhan memilih Daud karena Tuhan melihat hatinya.

Selanjutnya Daud berkata: “Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya”, inilah tanggung jawab dari seorang gembala yang bertanggung jawab menggembalakan domba-domba dengan tulus hati; dia sanggup membebaskan kawanan domba itu dari mulut singa, sehingga domba tidak sampai ditelan oleh singa yang mengaum, seperti Iblis Setan yang mencari mangsa untuk dapat ditelannya...1 Petrus 5:8.
Bukan hanya mengejar, bukan hanya menghajar, tetapi juga melepaskan domba itu dari mulut singa, sehingga domba tidak sampai ditelan. Kita butuh gembala yang seperti ini. Kita butuh pemimpin yang seperti ini. Sebab itu; Tuhan itu tidak salah memilih Daud untuk menjadi seorang raja atas Israel. Tuhan tahu bahwa Daud menggembalakan umat Israel dengan ketulusan hati dan dengan kecakapan tangannya. Dari mana kecakapan tangan ini? Dia diambil dari tempat domba-domba menyusui, tergembala dengan baik dan benar; dengar-dengaran dan mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai. Pengalaman ini Daud terapkan, sehingga domba-domba tertolong.

Sidang jemaat membutuhkan gembala yang seperti ini. Yesus adalah Gembala Agung, yang bertanggung jawab kepada domba-domba-Nya. Tanda bahwa Ia adalah Gembala yang baik: Dia menyerahkan diri-Nya, nyawa-Nya di atas kayu salib.
Sedangkan gembala upahan akan lari ketika melihat serigala datang, sehingga serigala itu datang menerkam dan mencerai-beraikan kawanan domba.
Kita bersyukur, sebab Tuhan Yesus baik kepada kita semua. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang

No comments:

Post a Comment