KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Monday, October 21, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 SEPTEMBER 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 19 SEPTEMBER 2019


KITAB RUT
(Seri: 65)

Subtema: BANGSA KAFIR YANG MENDAPATKAN BELAS KASIHAN.

Shalom.
Salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan, karena Tuhan masih memberi kesempatan bagi kita untuk mengusahakan dan memelihara Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci. Tentu itu semua kemurahan yang besar yang kita terima dari Tuhan, dan kemurahan ini adalah kesempatan yang harus kita manfaatkan sebaik mungkin, maka imam-imam dan kita semua satu dengan yang lain dalam melayani pekerjaan Tuhan harus kompetitif, jangan sampai tergelincir karena perbuatan daging.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.” Dalam hal ini, Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapat jaminan dan bekal dari Boas.
Sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah adalah tanda ketundukan dan kedewasaan Rut. Ini adalah sebuah cerminan bahwasanya Rut menempatkan Kristus, sebagai Kepala, dengan lain kata; Rut adalah gambaran dari gereja Tuhan yang senantiasa menghormati nikah yang suci.

Menghormati nikah suci, dengan cara; tetap berada dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan, sehingga tidak membiarkan hal-hal yang tidak baik masuk dalam hubungannya dengan Tuhan, tidak membiarkan hal-hal yang tak suci merusak hubungan nikah suci itu dengan Kristus, sebagai Kepala dan Mempelai Pria Sorga.
Pendeknya: Wujud nyata dari ketundukan dan kedewasaan gereja Tuhan ialah penyembahan atau penyerahan diri sepenuh, dengan lain kata; taat kepada kehendak Allah Bapa, bukan lagi menuruti keinginan daging.

Dalam susunan Tabernakel, doa penyembahan terkena pada MEZBAH DUPA.
Sedangkan kedudukan dari Mezbah Dupa dekat sekali dengan TIRAI (Tabir Bait Suci).
Oleh kematian Yesus Kristus di kayu salib, maka tirai atau tabir Bait Suci terbelah dua (robek) dari atas sampai ke bawah, dengan demikian Ia telah membawa kita sampai kepada hadirat Allah atau takhta Allah, sebab Dia adalah Imam Besar Agung yang memimpin penyembahan dari orang-orang kudus untuk selanjutnya dibawa sampai ke hadirat Allah.

Tirai atau tabir Bait Suci menunjuk; perobekan daging atau penyaliban daging sepenuh.
Sedangkan tabir Bait Suci atau tirai dibuat dari kain:
1.     Biru langit, menunjuk; pribadi Yesus sebagai HAMBA.
2.     Ungu, menunjuk; pribadi Yesus sebagai RAJA.
3.     Kirmizi, menunjuk; pribadi Yesus sebagai ANAK MANUSIA.
4.     Lenan halus, menunjuk; pribadi Yesus sebagai ANAK ALLAH.
Inilah kehidupan Tuhan Yesus Kristus yang sepenuhnya tersalib sebagai manusia rohani.

Keluaran 26: 31-33
(26:31) Haruslah kaubuat tabir dari kain ungu tua, dan kain ungu muda, kain kirmizi dan lenan halus yang dipintal benangnya; haruslah dibuat dengan ada kerubnya, buatan ahli tenun. (26:32) Haruslah engkau menggantungkannya pada empat tiang dari kayu penaga, yang disalut dengan emas, dengan ada kaitannya dari emas, berdasarkan empat alas perak. (26:33) Haruslah tabir itu kaugantungkan pada kaitan penyambung tenda itu dan haruslah kaubawa tabut hukum ke sana, ke belakang tabir itu, sehingga tabir itu menjadi pemisah bagimu antara tempat kudus dan tempat maha kudus.

Tirai atau tabir Bait Suci dengan empat warna digantungkan pada empat tiang.
Empat buah tiang, menunjuk; empat pribadi yang sudah mengalami perobekan daging, serta terangkat hidup-hidup ke sorga, yakni;
1.     Henokh.
2.     Musa.
3.     Elia.
4.     Tuhan Yesus Kristus.

Adapun fungsi (manfaat) dari tabir atau tirai adalah pemisah antara Ruangan Suci dan Ruangan Maha Suci.

Tadi kita sudah melihat betapa Rut ini betul-betul gambaran dari gereja Tuhan yang senantiasa menempatkan Kristus sebagai Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga, berarti; senantiasa menjaga hubungan nikah yang suci, dia tidak mau merusak hubungan intimnya dengan Tuhan oleh karena hal-hal yang tak suci, itulah tanda penyembahan, itulah penyerahan diri dari anak-anak Tuhan.
Tentu lewat penyembahan Rut ini, kita sebagai gereja Tuhan di hari-hari ini semakin mengerti, bahwa; Yesus sendiri, Imam Besar, yang akan memimpin penyembahan dari orang-orang kudus untuk selanjutnya dibawa sampai kepada hadirat Tuhan...Wahyu 8:3-4.
Tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, itulah perobekan daging sepenuh yang dialami oleh Yesus di atas kayu salib, dengan demikian terbukalah jalan untuk berada di tempat kudus.
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena kasih setia-Nya kekal sampai selama-lamanya.

Kita kembali membaca Rut 2.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Sementara dalam penyembahan itu, Rut berkata: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?
Singkatnya: Rut mendapatkan belas kasihan dari pada Boas, padahal Rut adalah orang asing, sesuai dengan pengakuannya di hadapan Boas.
Rut itu bangsa Moab, dan bangsa Moab adalah bangsa kafir, tetapi di sini kita melihat; Rut, yang adalah bangsa kafir, mendapatkan belas kasihan dari pada Boas.

Di dalam kitab Rut, nama Rut selalu dikaitkan dengan kata: “Rut, orang Moab”. Hal ini dibuktikan dengan ayat-ayat sebagai berikut:
1. Rut 1: 22, “Naomi pulang bersama-sama dengan Rut, perempuan Moab itu.
2. Rut 2: 2, “Maka Rut, perempuan Moab itu, berkata kepada Naomi.
3. Rut 2: 6, “Dia adalah seorang perempuan Moab.
4. Rut 2: 21, “Lalu kata Rut, perempuan Moab itu.
5. Rut 4: 5, “Engkau memperoleh Rut juga, perempuan Moab.”
6. Rut 4: 10, “Juga Rut, perempuan Moab itu.

Nama Rut selalu dikaitkan dengan kata: “Rut, orang Moab”, tujuannya ialah agar Rut tetap menyadari, bahwa; bangsa kafir hidup hanya oleh kemurahan Tuhan saja, hidup hanya karena belas kasihan Tuhan saja.
Kita ini bangsa kafir. Kalau diberi kesempatan untuk beribadah kepada Tuhan, selanjutnya dipercayakan jubah yang maha indah, yakni; karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus kepada imam-imam untuk melayani Tuhan dan melayani pekerjaan Tuhan di tengah-tengah ibadah itu sendiri, itu hanya karena belas kasihan, itu hanya karena kemurahan Tuhan saja kepada bangsa kafir. Hal itu harus kita sadari, sebagaimana Rut menyadarinya, itu sebabnya dia berkata: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?

Mengapa saya katakan: “Diberi kesempatan untuk beribadah dan melayani adalah kemurahan?”
Karena ciri dari kehidupan bangsa kafir adalah:
1.     Hidup dalam penyembahan berhala (menyembah Allah yang mati).
2.     Hidup dalam dosa kenajisan.

Selanjutnya, marilah kita menelusuri kehidupan bangsa kafir yang betul-betul ditandai dengan penyembahan berhala dan dosa kenajisan tersebut.

Bukti bahwa; BANGSA KAFIR HIDUP DALAM PENYEMBAHAN BERHALA.
2 Korintus 6: 14-16
(6:14) Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? (6:15) Persamaan apakah yang terdapat antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan orang-orang tak percaya? (6:16) Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini:  "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka  dan hidup di tengah-tengah mereka,  dan Aku akan menjadi Allah mereka,  dan mereka akan menjadi umat-Ku.

Satu dari lima noda kekafiran dari bangsa kafir ialah penyembahan berhala.
Jadi, sudah sangat jelas, bahwa; bangsa kafir atau orang-orang yang tidak mengenal Tuhan (seorang asing) benar-benar hidup di dalam penyembahan berhala.

Lebih rinci (lebih jelas/lebih detil) kita akan melihat bahwa; BANGSA KAFIR HIDUP DALAM PENYEMBAHAN BERHALA.
1 Korintus 12: 1-2
(12:1) Sekarang tentang karunia-karunia Roh. Aku mau, saudara-saudara, supaya kamu mengetahui kebenarannya. (12:2) Kamu tahu, bahwa pada waktu kamu masih belum mengenal Allah, kamu tanpa berpikir ditarik kepada berhala-berhala yang bisu.

Bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah, tanpa berpikir ditarik (diseret) kepada berhala-berhala yang bisu.
Berhala yang bisu, berarti; berhala yang mati, tidak bisa berbuat apa-apa, namun sekalipun demikian; bangsa kafir yang tidak mengenal Allah Israel (Allah yang hidup), tanpa berpikir (dengan mudah sekali) ditarik kepada penyembahan berhala.

Itu sebabnya, lebih jauh Rasul Paulus berbicara dengan tandas kepada jemaat di Korintus.
1 Korintus 12: 3
(12:3) Karena itu aku mau meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorang pun yang berkata-kata oleh Roh Allah, dapat berkata: "Terkutuklah Yesus!" dan tidak ada seorang pun, yang dapat mengaku: "Yesus adalah Tuhan", selain oleh Roh Kudus.

Kita harus mengetahui, yakni:
-       Jika kita memiliki Roh Allah, kita tidak mungkin berkata: "Terkutuklah Yesus!"
-       Jika kita tidak memiliki Roh Allah, kita tidak mungkin mengakui bahwa: “Yesus adalah Tuhan”, dengan lain kata  menyembah Allah yang hidup.

Tidak mungkin bangsa Kafir dapat menyembah dan mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat, kalau bangsa kafir tidak memiliki Roh Allah.
Dalam hal ini betapa halusnya dan lembutnya, Rasul Paulus memberi pengertian terhadap bangsa kafir, bangsa yang tidak memiliki Roh Allah.
Itu sebabnya dengan mudah sekali bangsa kafir ditarik dalam penyembahan berhala.

Berhala, artinya; segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, misalnya; kalau seseorang meninggalkan ibadah, meninggalkan pelayanan, hanya karena uang, karena pekerjaan, karena kesibukan, karena ikatan-ikatan perkara lahiriah lainnya di atas muka bumi ini, semua itu adalah berhala.
Kalau anak Tuhan  (gereja Tuhan) memiliki Roh Allah, ia tidak mungkin hidup dalam penyembahan berhala dan tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Yesus.
Sebaliknya, bangsa Kafir hidup dalam penyembahan berhala, mengutamakan perkara-perkara di bumi (di bawah) dari pada perkara di atas (perkara rohani), yakni; ibadah pelayanan, sehingga tanpa sadar mereka sudah berkata: “Terkutuklah Yesus.

Kita ini adalah bangsa Kafir, hidup oleh karena belas kasihan. Diberi kesempatan untuk beribadah, itu karena belas kasihan. Kepada imam-imam dipercayakan karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus, yang disebut dengan jubah yang maha indah, itu karena belas kasihan, sehingga imam-imam boleh melayani Tuhan di tengah-tengah ibadah itu sendiri.
Bukan karena kita hebat, bukan karena kita pintar, bukan karena kemampuan kita, namun oleh Roh Tuhan.

Semua karena kemurahan (belas kasihan Tuhan) sehingga kita juga harus menghargai belas kasihan. Jangan sampai sudah diberi kesempatan untuk melayani tetapi tidak menghargai belas kasihan; melayani hanya pada saat ibadah, tetapi di luar ibadah tidak mau melayani Tuhan, tidak mau memperbaiki kesalahan-kesalahan, tidak mau memperbaiki kekurangan-kekurangan jasmani rohani, itu adalah orang yang tidak menghargai kemurahan, yang tanpa sadar dia telah berkata: “Terkutuklah Yesus.
Sebab Alkitab mengatakan; Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib! Jadi kehidupan yang tidak menghargai kasih karunia (kemurahan), tidak menghargai korban Kristus, tanpa sadar dia sudah berkata: “Terkutuklah Yesus.
Jadi, yang sudah melayani Tuhan, perbaiki diri. Perbaiki diri bukan hanya pada saat di tengah-tengah kita beribadah dan melayani, tetapi di luar ibadah juga terus memperbaiki diri, memperbaiki pelayanan kita, kinerja kita di hadapan Tuhan. “Memperhatikan apa yang masih kurang?”, itu saja yang tersirat dalam pemikiran ini, bagaikan patam melekat pada serban imam besar.

Lebih jauh kita melihat tentang; BERHALA YANG BISU.
Mazmur 115: 1
(115:1) Bukan kepada kami, ya TUHAN, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu!

Pertama-tama yang harus kita ketahui ialah kemuliaan hanya bagi Allah; sebab kemuliaan itu tidak datang dari pekerjaan,   tidak datang dari bisnis, tidak datang dari uang, tidak datang dari kedudukan, tidak datang dari jabatan yang tinggi, tidak datang dari pendidikan yang tinggi.
Kemuliaan hanya bagi Allah di tempat Yang Maha tinggi karena kasih-Nya dan karena setia-Nya.

Mazmur 115: 2-3
(115:2) Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: "Di mana Allah mereka?" (115:3) Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!

Bangsa kafir, bangsa yang tidak mengenal Allah Abraham, Ishak, dan Yakub (Allah yang hidup), berkata: “Di mana Allah mereka?
Pendeknya, bangsa Kafir bertanya tentang keberadaan dari Allah yang hidup.
Sesungguhnya, Allah kita di sorga dan Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya, karena Dia hidup dan berkuasa.

Lalu, mengapa bangsa kafir bertanya: “Di mana Allah mereka?
Jawabnya: Karena mereka tidak memiliki Roh Allah.
Kalau saja mereka (bangsa kafir) memiliki Roh Allah, mereka tidak mungkin berkata: “Terkutuklah Yesus.

Kalau kita sekarang ditarik, dibawa sampai kepada hadirat Tuhan, menyembah Tuhan lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci malam ini, itu semua karena Roh Allah yang membawa dan menarik kita sampai kepada hadirat Tuhan, sehingga tidak ada kesempatan untuk berkata: “Terkutuklah Yesus.

Mazmur 115: 4-8
(115:4) Berhala-berhala mereka adalah perak dan emas, buatan tangan manusia, (115:5) mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata, mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat, (115:6) mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar, mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium, (115:7) mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba, mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan, dan tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya. (115:8) Seperti itulah jadinya orang-orang yang membuatnya, dan semua orang yang percaya kepadanya.

Berhala dari bangsa kafir adalah perak dan emas, yang merupakan buatan tangan manusia.
Berbanding terbalik dengan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, Allah Israel, Allah yang hidup; Dialah yang menciptakan langit, bumi dan segala isinya, berarti, berkuasa.
Kalau kita mengambil kesimpulan: Bangsa kafir, bangsa yang di luar Tuhan ini terlalu bodoh, sebab mereka mau menyembah allah buatan tangan manusia sendiri. Jadi, banyak kebodohan yang terjadi kalau kita hidup di luar Tuhan. Demikianlah kerohanian dari pada bangsa Kafir / keadaan orang-orang di luar Tuhan.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Pertama: “mempunyai mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata.
Kalau tidak dapat berkata-kata, bagaimana kita mau mendengarkan perkataannya?
Manakala kita dalam kesusahan, lalu kita menaikkan doa permohonan untuk mendapat dan mendengar jawaban-jawabannya, tetapi kita tidak bisa mendengarkan jawaban yang memberi jalan keluar dari masalah yang kita hadapi, karena berhala yang bisu itu punya mulut, tetapi tidak dapat berkata-kata.

Lihat saja; orang kaya, pe-bisnis yang sangat berhasil di muka bumi ini, orang cendekiawan, yang memiliki pendidikan yang sangat tinggi, dan mereka yang memiliki kedudukan jabatan yang sangat tinggi, hal-hal yang mereka punya itu tidak akan pernah memberi solusi, tidak memberi jalan keluar, tidak dapat menjawab dengan kata-kata atas segala nikah yang sedang hancur.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Kedua: “mempunyai mata, tetapi tidak dapat melihat.
Bukankah mata itu adalah pelita, sehingga terang bagi jalan kita?
Kalau kita menyembah allah yang mati, tetapi tidak mampu menerangi kegelapan dunia, lalu bagaimana hidup (nasib) orang-orang yang menyembah berhala? Sudah jelas, berada dalam kegelapan dosa.

Tubuh itu satu, tetapi anggotanya banyak, salah satunya adalah mata, sedangkan letak (kedudukan) mata jauh lebih tinggi mengatasi anggota tubuh yang lain, bahkan telinga saja letak posisinya masih lebih rendah dari mata.
Mengapa letak (kedudukan) mata harus lebih tinggi? Supaya melihat, supaya menjadi terang untuk semua anggota tubuh yang lain.
Bayangkan, kalau mata terletak di kaki, bagaimana melihat yang di atas? Yang ada justru kondisi manusia menjadi carut marut, terjadi perselisihan satu dengan yang lain, tabrak sana tabrak sini, karena tidak melihat sebab posisi mata ada di bawah.
Itulah keadaan orang yang hidup dalam penyembahan berhala, menyembah berhala yang adalah buatan tangan manusia.

Hal ini harus kita perhatikan dengan baik, supaya di hari-hari terakhir ini, kita semakin diberi penerangan, diberi pengertian, bahwasanya kita hidup oleh karena belas kasihan saja, sebab kita adalah bangsa kafir.
Tuhan sedang menerangi hati kita. Firman Allah adalah pelita bagi kaki dan terang bagi jalan kita.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Ketiga: “mempunyai telinga, tetapi tidak dapat mendengar.
Kalau Tuhan tidak mendengar setiap seruan doa permohonan kita, maka sia-sialah kita menyembah Tuhan.
Jadi, orang-orang yang di luar Tuhan, bangsa kafir, kalau masih mempertahankan sifat manusia duniawinya, hidupnya adalah kehidupan yang sia-sia. Saya tidak ragu mengatakan akan hal itu.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Keempat: “mempunyai hidung, tetapi tidak dapat mencium.
Tuhan memberikan hidung dengan dua lubang. Mengapa tidak satu lubang saja? Saya kira, dengan satu lubang saja itu sudah cukup untuk mencium aroma harum maupun sebaliknya.
Tetapi Tuhan memberikan hidung dengan dua lubang, tujuannya; supaya kita betul-betul hidup dalam doa penyembahan dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Kelima: “mempunyai tangan, tetapi tidak dapat meraba-raba.
Bangsa Israel dilepaskan dari perbudakan dosa, perbudakan Mesir, perbudakan dari Firaun (Setan), oleh karena anak domba paskah yang tersembelih. Dan setelah bebas keluar, selama 40 (empat puluh) tahun perjalanan di padang gurun, bangsa Israel dituntun oleh kedua tangan Tuhan yang kuat, bagaikan kepak sayap burung rajawali mendukung anak-anaknya di atas kepak sayapnya.
Jadi, kalau bangsa Israel dibawa sampai tiba di tanah perjanjian, tanah Kanaan, supaya mereka dapat menyembah Allah, itu hanya karena dua tangan Tuhan yang kuat, bukan karena berhala.

Lalu untuk apa kita menyembah berhala, untuk apa kita bergantung kepada berhala, sedangkan berhala itu sendiri mempunyai tangan tetapi tidak dapat meraba-raba? Apa yang bisa kita harapkan dari berhala? Mempunyai tangan tetapi tidak bisa memberi pertolongan.
Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan itu adalah berhala, tetapi ingat: pekerjaan, uang, kedudukan, jabatan, harta, kekayaan, ijazah, pendidikan yang tinggi, tidak bisa memberi pertolongan. Berhala tidak bisa memberi pertolongan manakala kita jatuh.

Inilah yang harus kita sadari dengan bijaksana. Kita harus menyikapinya dengan sungguh-sungguh supaya semakin hari kita semakin dewasa di dalam mengikuti Tuhan, di dalam melayani pekerjaan Tuhan.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Keenam: “mempunyai kaki, tetapi tidak dapat berjalan.
Berarti; berhala tidak dapat menghampiri kehidupan kita masing-masing manakala kita jauh darinya (berhala).
Berbeda dengan Tuhan: Di manapun kita berada, bahkan manakala kerohanian kita sudah menjauh, Tuhan dapat berjalan menghampiri kehidupan kita masing-masing.

Saudara sudah rasakan itu; kita datang dari berbagai pelosok, kita datang dari tempat yang jauh, lalu bersama-sama kita digembalakan oleh Pengajaran Mempelai, mengapa itu bisa terjadi? Karena Tuhan yang melangkahkan kaki-Nya menghampiri kehidupan kita.
Maka, Rut dalam penyembahannya itu berkata kepada Boas: “Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing (bangsa kafir, bangsa Moab, tidak mengenal Allah Israel)?”, tetapi Tuhan yang menghampiri dia.

Berhala buatan tangan manusia:
Yang Ketujuh: “tidak dapat memberi suara dengan kerongkongannya.
Malam ini Tuhan berfirman, mengeluarkan suara dari kerongkongan-Nya, bagaikan kita mendengarkan sangkakala yang ditiup, sehingga dengan demikian kita mengerti apa yang harus kita kerjakan di hadapan Tuhan.
Sangkakala yang ditiup yakni; firman Tuhan yang disampaikan adalah perintah, ketetapan, peraturan sebagai komando yang harus kita kerjakan.

Itulah bangsa kafir yang hidup dalam penyembahan berhala, tetapi Rut yang adalah bangsa Moab, bangsa kafir; mendapat belas kasihan dari Boas. Boas rohani itulah Tuhan Yesus Kristus.

Saya tambahkan sedikit, kembali saya ingatkan: Kalau seseorang tidak mau memperbaiki diri di hadapan Tuhan, baik ibadah maupun pelayanannya, tidak mau memperbaiki dan membangun kerohaniannya di hadapan Tuhan, tanpa sadar ia telah mengatakan: “Terkutuklah Yesus.

Mazmur 115: 9
(115:9) Hai Israel, percayalah kepada TUHAN! -- Dialah pertolongan mereka dan perisai mereka.

Sebetulnya yang benar adalah “percayalah kepada TUHAN!”, percaya kepada Allah yang hidup, sebab Dialah pertolongan dan perisai. Bukan hanya menolong manakala dalam kesusahan, tetapi juga menjadi perisai, menjadi tempat perlindungan terhadap musuh.

Kita kembali memperhatikan mengenai; BANGSA KAFIR.
Efesus 2: 11-12
(2:11) Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu -- sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia, -- (2:12) bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.

Bangsa kafir tidak mengenal sunat, yang mengenal sunat adalah bangsa Yahudi, bangsa pilihan, umat kepunyaan Allah, sebab kelebihan bangsa Yahudi adalah pertama-tama kepada merekalah dipercayakan hukum Taurat dan sunat.

Kondisi bangsa kafir atau mereka yang di luar Tuhan adalah:
1. “Tanpa Kristus.
     Di dalam Efesus 1: 22, dikatakan: “Segala sesuatu telah diletakkan-Nya di bawah kaki Kristus dan Dia telah diberikan-Nya kepada jemaat sebagai Kepala dari segala yang ada.” Allah memberikan Kristus kepada sidang jemaat, sebagai Kepala yang menyelamatkan tubuh.
     Jika bangsa kafir tanpa Kristus, berarti; tidak mendapatkan keselamatan, sebab jika tanpa Kepala, sama artinya; tanpa keselamatan.
2.  “Tidak termasuk kewargaan Israel.
     Berarti; bukan bangsa pilihan, bukan milik kepunyaan Allah.
3.  Tidak mendapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan.
     Allah yang hidup, itulah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub.
     Yakub berganti nama menjadi Israel. Abraham adalah bapa semua bangsa, bapa orang beriman. Kemudian, anaknya yang tunggal, itulah Ishak, anak janji, itulah janji Allah kepada Abraham, bahwa; Abraham akan menjadi bapa bagi banyak bangsa. Ketika Abraham diminta untuk mempersembahkan anak satu-satunya, tetapi dia tidak ragu karena dia yakin, bahwa Allah dapat membangkitkan orang mati.
Tetapi bangsa kafir; tidak mendapat janji.
4. Tanpa pengharapan.
     Berarti; tidak mengalami kebangkitan.
     Rasul Paulus dengan tandas berkata kepada jemaat di Korintus: “Jika orang mati tidak dibangkitkan, maka marilah kita makan dan minum, sebab besok kita mati.” Kalau kita hanya hidup satu kali, marilah kita makan dan minum, kawin dan mengawinkan, silahkan berbuat dosa. Tetapi yang benar, ialah; hidup ini adalah hidup yang penuh dengan pengharapan... 1 Petrus 1:3.
5. Tanpa Allah di dalam dunia.

Tentang “TANPA ALLAH DI DALAM DUNIA”, mari kita lihat sejenak dalam Mazmur 10.
Mazmur 10: 4
(10:4) Kata orang fasik itu dengan batang hidungnya ke atas: "Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!", itulah seluruh pikirannya.

Orang fasik berkata dengan batang hidupnya ke atas: “Allah tidak akan menuntut! Tidak ada Allah!”, itulah seluruh pemikiran bangsa kafir.
Pendeknya: Bangsa kafir indentik dengan kesombongan. Fasik, sama dengan; sombong.

Lihat orang yang di luar Tuhan; pertama-tama yang menguasai kehidupannya adalah dosa kesombongan, tidak mungkin tidak, karena bangsa kafir hidup dalam penyembahan berhala, mempertuhankan allah-allah kecil di bumi ini, (itulah pekerjaan, kedudukan, jabatan, harta, uang, ijazah, pendidikan yang tinggi, dan lain sebagainya). Dan manakala mereka berhasil oleh berhala-berhala ini, tanpa sadar dia akan menyombongkan diri.

Tetapi puji Tuhan; oleh karena kekuatan dua tangan Tuhan, menarik kita datang kepada Tuhan. Oleh karena belas kasihan Tuhan kepada bangsa kafir, kita diajar untuk memandang salib, supaya kita semakin rendah hati.
Jadi, kalau pun kita berhasil, itu karena kemurahan Tuhan. Lulus mengikuti jenjang pendidikan dan menjadi sarjana, mendapat gelar tinggi, itu karena kemurahan Tuhan. Mendapat pekerjaan dan dari pekerjaan itu memperoleh upah yang besar, itu juga karena kemurahan Tuhan. Tidak ada yang harus disombongkan, sebab orang yang sombong itu tanpa sadar dia sudah berkata: “Allah tidak ada” atau “tanpa Allah di dalam dunia.

Efesus 2: 1-3
(2:1) Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. (2:2) Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. (2:3) Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.

Lebih jauh kita melihat keadaan dari bangsa kafir waktu hidup di luar Tuhan:
1. Mengikuti jalan dunia ini”, artinya; dengan mudah dihanyutkan oleh arus dunia ini.
     Perkembangan teknologi di akhir-akhir ini sudah semakin canggih dan berkembang dengan luar biasa pesatnya, tetapi hati-hati, jangan sampai kita hanyut dengan arus dunia.
     Kalau sampai hari ini saya bertahan untuk menggunakan telepon genggam (handphone) biasa, tidak menggunakan gadget (gawai), itu karena kemurahan Tuhan. Tetapi saya tidak melarang sidang jemaat untuk menggunakan gadget (gawai), silahkan saja, kalau memang saudara bisa menahan diri.
     Hati-hati dengan arus dunia, tetapi yang pasti; bangsa kafir hidup dan mengikuti jalan dunia ini, dengan mudah mengikuti arus dunia ini sampai mengalami kematian rohani. Kalau sudah mati rohani, maka tidak ada lagi hasrat untuk beribadah, tidak ada lagi keinginan yang kuat untuk melayani pekerjaan Tuhan.
2. Mentaati penguasa kerajaan angkasa”, tandanya; mendurhaka atau memberontak kepada Allah.
     Dalam perjalanan bangsa Israel terjadi beberapa kali pemberontakan, antara lain;
-       Pemberontakan Bani Korah, dengan Datan, Abiram, dan On, kepada Musa.
Mengapa terjadi pemborantakan? Karena bani Korah menuntut pangkat imam. Sebetulnya, bani Korah ini sudah diberi kesempatan untuk melayani Tuhan, tetapi masih juga menuntut pangkat imam, karena merasa diri layak, merasa diri lebih benar, merasa diri lebih suci.
-       Miryam dan Harun juga pernah memberontak kepada Musa, dengan mengata-ngatai Musa, adiknya itu.
Mengapa terjadi pemberontakan? Karena Miryam dan Harun juga merasa diri layak dan dipercaya oleh Tuhan, sehingga mereka mengata-ngatai Musa, sehingga oleh karena pemberontakan itu, mereka ditimpa oleh sakit kusta.
Sakit kusta, berarti; seluruh tubuh putih tetapi penyakit, sama halnya dengan kebenaran diri sendiri itu adalah penyakit, itulah kusta rohani.
3.  Hidup di dalam hawa nafsu daging.
     Berarti; menuruti kehendak daging, bukan lagi menuruti kehendak Allah.
     Perlu untuk diketahui:
-       Kalau kita hidup menuruti daging, memikirkan hal-hal yang dari daging, hanya menuruti kehendak daging.
-       Sebaliknya, kalau kita hidup menurut Roh, maka memikirkan hal-hal yang dari Roh, memikirkan perkara-perkara di atas, memikirkan perkara rohani, itulah ibadah pelayanan yang Tuhan percayakan.

Efesus 2: 4-5
(2:4) Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, (2:5) telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan --

Dahulu bangsa kafir sudah mati karena dosa yang ditimbulkan tiga musuh abadi, yaitu;
1.     Dunia dengan arusnya yang menghanyutkan.
2.     Setan yang menyebabkan seseorang mendurhaka, memberontak kepada Tuhan.
3.     Daging dengan segala hawa nafsunya.

Kita ini bangsa Indonesia, bukan bangsa Israel. Kita ini bangsa kafir yang dahulu hidup jauh (tidak mengenal Tuhan), penuh dengan pelanggaran dan dosa, dan sebetulnya kita sudah mati karena dosa-dosa itu, sebab upah dosa adalah maut.
Tetapi oleh karena rahmat dan kasih-Nya yang besar, kita dihidupkan kembali oleh karena belas kasihan, oleh karena kemurahan Tuhan. Jadi, jangan sampai ada di antara kita menganggap kecil dan hina ibadah ini. Kalau Yesus tidak mati dan bangkit, maka tidak akan ada ibadah ini. Kalau Yesus tidak mati dan bangkit, maka tidak akan ada orang yang melayani di tengah-tengah ibadah.
Hanya oleh karena kematian dan kebangkitan-Nya, Dia memberikan kepada manusia; karunia-karunia dan jabatan-jabatan Roh-El Kudus. Oleh sebab itu, penggembalaan ini harus dijunjung tinggi, lebih berharga dari berhala apapun di bumi ini, termasuk pekerjaan, kedudukan, uang yang banyak, pendidikan yang tinggi.
Biarlah mata rohani kita semakin dicelikkan oleh Tuhan, karena rahmat dan belas kasih-Nya.

Setelah kita mendapatkan penjelasan bahwa bangsa kafir hidup dalam penyembahan berhala, sekarang kita akan melihat bukti bahwa bangsa kafir hidup dalam kenajisan.

Bukti bahwa; BANGSA KAFIR HIDUP DALAM KENAJISAN.
Kejadian 19: 36-37
(19:36) Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu dari ayah mereka. (19:37) Yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapa orang Moab yang sekarang.

Moab lahir karena hasil dari perzinahan antara Lot dengan puterinya yang tertua.
Jadi, anak yang dilahirkan oleh puteri Lot yang tertua adalah bapa orang Moab yang sekarang ini.
Berarti, leluhur dari pada Rut dilahirkan dari hasil perzinahan. Dari hal inilah kita semakin diberi pengertian, bahwa; bangsa kafir, bangsa Moab (yang dahulu jauh dari Tuhan/tidak mengenal Tuhan), betul-betul ditandai dengan kenajisan.

Lebih rinci kita melihat, bahwa; bangsa Moab hidup dalam kenajisannya.
Bilangan 25: 1
(25:1) Sementara Israel tinggal di Sitim, mulailah bangsa itu berzinah dengan perempuan-perempuan Moab.

Bangsa Moab ini identik dengan dosa kenajisan, sekaligus hidup dalam penyembahan berhala, sedangkan allah sesembahan dari bangsa Moab adalah Baal-Peor.

Bangsa Israel akhirnya jatuh dalam perzinahan dengan perempuan-perempuan Moab, itu terjadi karena pesan yang disampaikan oleh Bileam kepada Balak, raja Moab, supaya dengan terjadinya perzinahan dengan perempuan Moab, bangsa Israel akan takluk.
Ingat; kalau kita betul-betul hidup di dalam kesucian, menyingkirkan diri dari perzinahan, melepaskan diri dari roh kenajisan, maka umat Tuhan, milik kepunyaan Tuhan tidak akan pernah kalah dalam menghadapi segala musuh.
Tetapi oleh karena upah, Bileam dengan kelicikannya memberi pesan kepada raja Balak, dan akhirnya bangsa Israel mengalami kekalahan besar.

Yang mau saya sampaikan malam ini, bahwa: Bangsa Moab adalah bangsa kafir, identik dengan dosa kenajisan. Itu sebabnya perempuan-perempuan Moab itu dengan rela hati berzinah dengan anak laki-laki dari bangsa Israel, tidak sungkan-sungkan lagi.
Sekarang ini dosa kenajisan merajalela; di televisi saja mengucapkan hal-hal yang najis yang seharusnya tabu, sekarang sudah blak-blakan. Mulai dari cara berpakaiannya, solah tingkahnya, semua melekat tanda kenajisan di dalam dirinya.
Apa yang keluar tentu semua itu berasal dari dalam hatinya, di mana hati pikirannya sudah tersirat hal-hal yang najis.
Sebab itu; imam-imam perhatikan kedudukan kita berada di antara Allah dengan manusia berdosa untuk membawa manusia berdosa kepada Allah, jangan sampai kedudukan kita diseret dalam kenajisan.
Hati-hati, di manapun kita berada duduk dan berdiri, entah di rumah, entah di tempat pekerjaan, kedudukan seorang imam adalah antara Allah dengan manusia, jangan bawa dirimu dalam kedudukan kenajisan itu, supaya kita senantiasa berkemenangan.

Kalau kita diberi suatu pengertian, itu karena belas kasihan, sehingga kita bisa mengerti apa yang menjadi kehendak Tuhan, apa yang menjadi maunya Tuhan, bukan lagi apa maunya kita (apa kehendak kita / apa keinginan hati kita).
Tetapi Rut, pada saat dia mendapat belas kasihan, dia menyembah dengan mukanya sampai ke tanah, inilah penyerahan diri sepenuh, penyerahan diri secara total, tidak lagi hidup menurut kehendak diri (kehendak manusia), tetapi hidup menurut kehendak Tuhan yang jadi, sehingga ada seruan: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Yesus datang ke bumi bukan karena kehendak-Nya, tetapi karena kehendak Allah Bapa, itulah penyerahan diri, itulah penyembahan.

Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Kembali saya tandaskan: Rut mendapat belas kasihan dari Boas rohani, yaitu Tuhan Yesus Kristus.

Kita juga sudah mendapat kemurahan dari Tuhan, buktinya; kita diberi kesempatan untuk beribadah, diberi karunia-karunia dan jabatan-jabatan kepada imam-imam untuk melayani di tengah-tengah ibadah itu di hadapan Tuhan.
Lewat Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci yang kita kerjakan malam hari ini, itu adalah bukti kemurahan Tuhan. Diberi kesehatan, itu juga kemurahan. Diberi kemauan, itu juga kemurahan. Biarlah kita semua memiliki kemauan yang dari Tuhan, supaya kita mengerjakan ibadah pelayanan ini bukan dasar kehendak kita lagi.
Jadi, “kesehatan, kesempatan, kemauan”, semuanya karena belas kasihan Tuhan.

Efesus 2: 6
(2:6) dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,

Ternyata, belas kasihan itu akan membawa kita masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
Ibadah dan pelayanan ini akan menghantar kita untuk dibawa masuk ke dalam Kerajaan Sorga, itulah kemurahan yang lebih besar dari kemurahan yang kita terima di bumi ini sekarang.

Efesus 2: 7
(2:7) supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.

Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus”, itulah suasana sorga, bahagia kekal sampai selama-lamanya. Itulah kasih karunia yang lebih besar dari kasih karunia yang kita alami sekarang ini.

Efesus 2: 9
(2:9) itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.

Kalau kita diberi kesempatan untuk mengusahakan dan mengerjakan Ibadah Pendalaman Alkitab disertai perjamuan suci, itu karena belas kasihan Tuhan. Dan di tengah-tengahnya imam-imam melayani Tuhan dengan segala karunia jabatan, itu karena belas kasihan, bukan karena kekuatan, bukan karena kemampuan kita, sebab itu; jangan ada orang yang memegahkan diri. Jangan ada yang sombong dan jangan ada orang yang berkata: “Karena saya. Karena pengorbanan saya.
Kalau perkataan itu pernah terucap dari mulut, atau bahkan tersirat dalam hati dan pikiran, malam ini minta ampun kepada korban Kristus, dan biarlah firman Tuhan diteguhkan oleh tubuh dan darah lewat perjamuan suci yang sebentar lagi akan kita nikmati.

Kalau kita diberi kesempatan untuk menikmati Pengajaran Mempelai, itu bukan karena saya, melainkan karena kemurahan Tuhan. Saya sendiri tidak berani mengatakan bahwa Pengajaran Mempelai yang saya sampaikan adalah “karena saya”, walaupun saya sadar saya sudah dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat bagi sidang jemaat. Singkatnya, jangan ada yang memegahkan diri...Puji Tuhan.
Orang yang memegahkan diri menganggap segala sesuatu karena dirinya sendiri, karena kemampuannya sendiri, itu menunjukkan bahwa hukum Taurat itu melekat sekali di dalam dirinya. Karena begitulah kebenaran dari hukum Taurat; siapa yang melakukan, itu yang dibenarkan, tetapi kita ini dibenarkan karena iman, dibenarkan oleh darah salib, itulah kasih karunia.

Efesus 2: 8
(2:8) Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,

Karena kasih karunia, kita semua diselamatkan oleh iman; bukan karena hasil usaha, bukan karena pekerjaan, semua karena belas kasihan.
Kalau Rut sudah mendapat belas kasihan, kita juga sudah mendapat belas kasihan, itu adalah tanda perhatian Tuhan, dan kalau Tuhan memperhatikan kita, perhatian-Nya itu sampai kedalaman hati yang paling terdalam.

Jangan memegahkan diri dan jangan sombong, seperti bangsa kafir, dan tanpa sadar, hukum Taurat itu melekat pada dirinya.

Roma 11: 17-18
(11:17) Karena itu apabila beberapa cabang telah dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah, (11:18) janganlah kamu bermegah terhadap cabang-cabang itu! Jikalau kamu bermegah, ingatlah, bahwa bukan kamu yang menopang akar itu, melainkan akar itu yang menopang kamu.

Apabila tunas liar (bangsa kafir) turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah itu; jangan bermegah, jangan menyombongkan diri kalau kita sudah mendapatkan belas kasihan, mendapat kemurahan.
Kita ini tunas liar, bangsa kafir, tetapi dicangkokkan pada pokok zaitun yang penuh getah, dan cabang-cabang itu ditopang oleh akar pohon zaitun. Bukan kita yang menopang pohon zaitun, tetapi akar pohon zaitun yang penuh getah.

Getah itu rasanya pahit, itulah sengsara yang dialami oleh Yesus waktu Dia disalibkan. Dan oleh karena rasa pahit dari getah ini, kita mendapat kemurahan. Bangsa kafir, tunas liar turut dicangkokkan pada pokok zaitun, itu adalah kemurahan Tuhan.
Kalau kita mendapat bagian dari kemurahan Tuhan, getah dari akar pohon zaitun, itu karena belas kasihan Tuhan.
Kalau kita bisa menjadi bagian keluarga Allah, sidang jemaat Allah, menjadi tiang penopang yang dipancangkan Tuhan, itu adalah kemurahan Tuhan. Sesungguhnya kita adalah tunas liar, bangsa kafir yang dicangkokkan, sehingga kita boleh mendapat kemurahan dari akar pohon zaitun yang penuh getah.

Roma 11: 20
(11:20) Baiklah! Mereka dipatahkan karena ketidakpercayaan mereka, dan kamu tegak tercacak karena iman. Janganlah kamu sombong, tetapi takutlah!

Kalau kita sudah mendapat kemurahan, berada di tengah ibadah dan pelayanan, lalu dipercaya untuk melayani pekerjaan Tuhan dengan berbagai karunia jabatan; jangan sombong, jangan bermegah, tetapi takutlah. Sebab takut akan Tuhan membenci kejahatan.

Roma 11: 22
(11:22) Sebab itu perhatikanlah kemurahan Allah dan juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kamu kemurahan-Nya, yaitu jika kamu tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kamu pun akan dipotong juga.

Hati-hati, yang sudah mendapat kemurahan; bangsa kafir, tunas liar, yang dicangkokkan pada pohon zaitun, perhatikanlah kemurahan Allah, juga kekerasan-Nya, yaitu kekerasan atas orang-orang yang telah jatuh, tetapi atas kita sekaliannya, kemurahan-Nya, yaitu jika kita tetap dalam kemurahan-Nya; jika tidak, kita pun akan dipotong juga.

Karena kekerasan hati bangsa Israel, mereka dipotong, lalu tunas liar (bangsa kafir) dicangkokkan, mendapat bagian dari pohon zaitun, itulah kemurahan bagi bangsa kafir. Tetapi kalau kita sudah mendapat kemurahan, dua hal yang harus diperhatikan:
1.     Perhatikan kemurahan Allah, maksudnya; menghargai kemurahan Tuhan dan semua ini karena kemurahan.
2.     Perhatikan kekerasan-Nya. Lihat, karena kekerasan-Nya, bangsa Israel yang keras hati dipotong.

Singkat kata, Tuhanlah yang menentukan segala sesuatunya. Biarlah kiranya kita semua belajar untuk menghargai kemurahan. Perhatikan kemurahan hati Allah, perhatikan kekerasan-Nya...Haleluya..
Dia akan berkemurahan kepada siapa Dia berkemurahan, yaitu kepada dia yang menghargai kemurahan-Nya. Bagi yang sudah hidup dalam kemurahan, katakan: “Hidupku karena kemurahan”. Kesehatan, kesempatan, kemauan, karena kemurahan. Diberi pekerjaan, karena kemurahan. Diberi umur panjang, karena kemurahan. Hargai kemurahan supaya tetap berada dalam kemurahan.

Kalau tidak, awas kekerasan-Nya, sebab Dia akan mengeraskan hati kepada orang yang mengeraskan hati, seperti raja Firaun. Dalam setiap tulah, dia selalu minta ampun dan mengijinkan bangsa Israel untuk keluar dari Mesir, tetapi setelah selesai tulah yang satu, dia kembali menghalangi bangsa Israel lagi. Kemudian turunlah tulah yang kedua, lalu dia menyesal, tetapi akhirnya tetap menghalangi terus menerus sampai tulah kesembilan. Tetapi pada tulah kesepuluh, akhirnya Firaun melepaskan bangsa Israel, tetapi itu pun masih keras hati; setelah dilepaskan, bangsa Israel dia kejar kembali.
Tuhan mengeraskan hati kepada orang yang keras hati!!!

Perhatikanlah dua hal ini; kemurahan hati dan kekerasan-Nya.
Kalau diberi kesempatan beribadah, diberi karunia jabatan untuk melayani, hai imam-imam, hargailah itu. Sudah mendapat pembukaan firman, hargailah pembukaan. Firman itu tertutup kepada orang yang akan binasa, tetapi apabila saudara sudah mendapat pembukaan, hargailah itu.
Sampai nanti kita dibawa kepada kemurahan yang lebih besar, Yerusalem yang baru, kota Mempelai. Menjadi mempelai, itu karena kemurahan. Bangsa kafir turut mendapat bagian dalam kemurahan, menjadi Yerusalem baru (mempelai wanita Tuhan), itu karena kemurahan Tuhan.
Inti dari mempelai adalah 144000 (seratus empat puluh empat ribu) orang, tetapi kalau kita mendapat bagian dari himpunan besar itu, itu adalah kemurahan. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment