KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Sunday, October 20, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 12 SEPTEMBER 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 12 SEPTEMBER 2019


KITAB RUT
(Seri: 64)

Subtema: PENYEMBAHAN BESAR MEMBAWA ORANG-ORANG KUDUS SAMPAI KE HADIRAT ALLAH.

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi tempat ini, lewat pembukaan firman yang akan kita terima.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman lewat live streaming, video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Marilah kita memperhatikan, menyambut firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab disertai dengan perjamuan suci dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.
Dalam hal ini Rut menunjukkan suatu sikap yang baik setelah ia mendapatkan jaminan dan bekal dari Boas, yang bisa kita lihat dari ayat 8-9.

Sujud menyembah dengan muka sampai ke tanah adalah tanda ketundukan dan kedewasaan Rut.
Hal ini mencerminkan bahwa; Rut menempatkan Kristus sebagai Kepala, dengan lain kata; Rut adalah gambaran dari gereja Tuhan yang senantiasa menghormati nikah suci, sama artinya; menjaga kesucian dengan cara, tetap berada dalam persekutuan yang indah dengan Tuhan.
Dalam hal ini, Rut tidak membiarkan hal-hal yang tak suci itu merusak hubungannya dengan Tuhan Yesus Kristus, yang adalah Kepala Gereja dan Mempelai Pria Sorga.
Berarti, wujud nyata dari ketundukan dan kedewasaan gereja Tuhan ialah doa penyembahan.

Doa penyembahan jika dikaitkan dengan Pengajaran Tabernakel, terkena pada: MEZBAH DUPA EMAS.
Sementara kedudukan dari Mezbah Dupa Emas dekat sekali dengan TIRAI (Tabir Bait Suci).

Mari kita lihat; MEZBAH DUPA.
Wahyu 8: 3
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu.

“Seorang malaikat lain berdiri dekat mezbah pedupaan emas, lalu kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya”, ini berbicara tentang: “mezbah dupa besar atau doa penyembahan yang besar.”

Dengan tandas saya sampaikan: Di hari-hari ini, gereja Tuhan (sidang jemaat Allah) harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar. Ibadah harus sampai kepada puncaknya, yakni: doa penyembahan. Dan kalau sudah hidup dalam doa penyembahan, tingkatkan sampai mezbah dupa yang besar, hidup dalam doa penyembahan yang besar.

Wahyu 8: 4
(8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Kemudian, “naiklah asap kemenyan itu ke hadapan Allah.
Mezbah dupa besar, itulah doa penyembahan yang berbau harum sungguh menyukakan hati Tuhan.

Semua benda jika dilemparkan ke atas akan jatuh juga ke bawah, kecuali satu perkara, yaitu asap dupa kemenyan.
Berarti, jika kerohanian dari gereja Tuhan, kerohanian dari sidang jemaat Allah sudah berada pada puncaknya, yaitu berada pada doa penyembahan, maka dia akan terlepas dari daya tarik bumi ini, dengan lain kata terlepas dari segala perkara-perkara di bawah, di bumi ini.

Dengan ketundukan sidang jemaat kepada Kristus sebagai Kepala, menjadi mahkota keagungan di tangan Tuhan. Sebaliknya kalau kehidupan kita tidak menempatkan Kristus sebagai Kepala, berarti; membusukkan tulang suami. Kalau tulang busuk, tidak ada yang tahu, dan itu adalah sesuatu yang sangat menyakitkan sekali. Hal ini harus kita mengerti dengan sungguh-sungguh.
-       Semua pemuda kelak menjadi suami, maka sekarang belajarlah untuk menempatkan Kristus sebagai Kepala.
-       Semua pemudi kelak menjadi isteri, maka belajarlah untuk menopang pelayanan ini dengan baik.

Sekarang kita perhatikan Matius 27.
Matius 27: 45-46
(27:45) Mulai dari jam dua belas kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga. (27:46) Kira-kira jam tiga berserulah Yesus dengan suara nyaring: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?

“Kira-kira jam 3 (tiga), berserulah Yesus dengan suara nyaring”, berarti seruan itu sangat jelas terdengar.
Adapun seruan itu adalah: "Eli, Eli, lama sabakhtani?" Artinya: Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?
Dari seruan ini, mencerminkan bahwa; dunia dengan segala daya tariknya, dunia dengan segala pengaruhnya tidak dapat mencengkram kehidupan Anak Domba Allah, sebab daya tarik bumi ini tidak dapat melebihi segala sesuatu yang ada di dalam Kerajaan Sorga, tidak dapat melebihi keindahan-keindahan sorgawi.

Yesus, Anak Allah, datang dari sorga, turun ke dunia, itu karena kehendak Allah Bapa, bukan karena kehendak-Nya sendiri. Sebetulnya Ia lebih menginginkan untuk terus tetap tinggal bersama dengan Allah Bapa untuk menikmati segala keindahan-keindahan yang ada di dalam Kerajaan Sorga, yaitu kasih dari Allah Bapa. 

Matius 4: 8-9
(4:8) Dan Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya, (4:9) dan berkata kepada-Nya: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."

Dari atas gunung yang sangat tinggi, Iblis memperlihatkan kepada Yesus; “semua kerajaan dunia ini dengan semua kemegahan-kemegahan yang ada di dalamnya.”
Kemudian Iblis berkata kepada Yesus: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku.”

Mari kita perhatikan JAWABAN YESUS.
Matius 4: 10
(4:10) Maka berkatalah Yesus kepadanya: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"

Yesus menjawab: “Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!
Jawaban ini, menunjukkan bahwa Yesus, Anak Allah, hidup dalam doa penyembahan yang besar, sehingga terlepas dari daya tarik bumi, atau kerajaan dunia dengan segala kemegahan-kemegahan yang ada di dalamnya tidak dapat mencengkram kehidupan Yesus Kristus, Dia adalah Anak Domba Allah yang telah disembelih di atas kayu salib.

Kemudian, dalam Wahyu 8: 3-4 dituliskan: “Datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas”, lalu kepada-Nya diberikan banyak kemenyan.
Artinya; Yesus, Anak Allah, hidup dalam doa penyembahan yang besar, Dialah Imam Besar, memimpin orang-orang kudus di dalam doa penyembahan yang benar untuk dibawa sampai kepada hadirat Allah.
Itu sebabnya kalau kita perhatikan posisi dari Mezbah Dupa itu, sangat dekat sekali dengan tirai.

Matius 27: 50-51
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Penyembahan yang benar, disertai dengan tanda penyerahan diri Yesus, maka terlihatlah; tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dengan demikian; bebaslah jalan menuju Tabut Perjanjian, yaitu Takhta Allah, yang disebut juga Kerajaan Sorga.
Jadi, “seorang malaikat lain” yang kuat itu, tidak lain tidak bukan, itu adalah pribadi Yesus, Anak Allah, Dialah Imam Besar, kepada-Nya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkan-Nya bersama-sama dengan semua orang kudus, sehingga Dia menjadi mezbah dupa yang besar, memimpin orang-orang kudus dalam penyembahan untuk selanjutnya dibawa naik ke hadirat Tuhan (untuk selanjutnya dibawa menembusi tabir) untuk berada pada Tabut Perjanjian, itulah takhta Kerajaan Sorga.

Sangat jelas sekali, bahwa Rut ini adalah gambaran dari gereja Tuhan yang sangat luar biasa, betul-betul menempatkan Kristus sebagai Kepala dan Mempelai Pria Sorga.
Maka sekali lagi saya tandaskan: Seorang imam harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar untuk membawa  sidang jemaat kepada Tuhan.
Yesus, Anak Allah, Dialah malaikat yang kuat itu, yang kepada-Nya diberikan banyak kemenyan untuk menjadi mezbah dupa besar, hidup dalam doa penyembahan yang besar, Dialah Imam Besar yang memimpin umat Tuhan, orang-orang kudus dalam doa penyembahan untuk selanjutnya dibawa masuk ke dalam hadirat Tuhan.
Jadi, posisi kita harus jelas, apalagi imam-imam yang kedudukannya antara Allah dengan orang berdosa, untuk membawa orang berdosa kepada hadirat Tuhan, lewat doa penyembahan yang besar.

Ibrani 10: 19-21
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

Kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita, yaitu melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri. Ia telah menyerahkan segenap hidup-Nya di atas kayu salib. Oleh penyembahan yang besar ini, robeklah tabir Bait Suci, terbelah dua dari atas sampai ke bawah, dengan demikian Ia membuka jalan yang baru untuk berada di hadapan takhta kasih karunia, melayani Tuhan dan melayani pekerjaan-Nya, kiranya hal itu terjadi sampai Tuhan datang kembali untuk yang kedua kalinya.

Jangan kita melayani untuk mencari pujian dan hormat, atau supaya terlihat lebih rohani dari orang lain. Kalau pemikiran kita hanya sebatas itu, kita keliru / salah kaprah di dalam melayani Tuhan.
Seorang pelayan Tuhan (seorang imam) harus memimpin orang lain dalam penyembahan untuk dibawa sampai kepada hadirat Tuhan, maka seorang pelayan Tuhan (seorang imam) harus menjadi mezbah dupa yang besar, hidup dalam penyembahan yang besar.

Ciri-ciri hidup di dalam doa penyembahan yang besar.
Kita kembali lagi melihat suasana ketika Yesus berpuasa di padang gurun.
Matius 4: 3-7
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." (4:4) Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (4:5) Kemudian Iblis membawa-Nya ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah, (4:6) lalu berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu." (4:7) Yesus berkata kepadanya: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"

Yesus, Anak Allah hidup di dalam dua tanda yang besar, yakni:
1.     Firman Allah.
Mengapa demikian? Sebab manusia hidup bukan dari roti (makanan) saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah. Firman yang kita terima dan kita dengar malam ini, itu adalah firman yang keluar dari mulut Allah.
Itu sebabnya Yesus berkata kepada Iblis: “Ada tertulis”, berarti yang menjadi ukuran untuk mengikuti Tuhan adalah firman yang tertulis di dalam Alkitab, dari kitab KEJADIAN sampai WAHYU, itu adalah kebenaran. Dan kebenaran dari Allah adalah ukurannya, bukan pengertian kita yang menjadi ukurannya.
Jawaban Yesus kepada Iblis ini bukan datang dari diri-Nya, melainkan apa yang tertulis di dalam Kitab Suci, dari Kejadian sampai Wahyu, itulah kebenaran, dan kebenaran inilah yang menjadi ukurannya.
Kita harus kembali kepada firman Allah (back to bible), sebab itu adalah kebenaran. Jangan berpatokan pada kebenaran manusiawi.
2.     Roh Allah.
Mengapa demikian? Sebab Yesus tetap mempertahankan kesucian diri-Nya, Ia tidak mau mencobai Tuhan, Allah, berarti; tidak mau menjatuhkan diri dalam berbagai-bagai pencobaan oleh karena perkara-perkara yang ada di dunia ini, apapun alasannya. Sebenarnya malaikat tidak sanggup mengangkat dan menatang kita manakala kita jatuh dalam berbagai pencobaan.
Jangan kita meninggalkan ibadah karena berhala. Jangan kita menjatuhkan diri ke dalam pencobaan-pencobaan.

Yakobus 1: 12
(1:12) Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan.
Yesus bertahan dalam pencobaan. Ia tidak menjatuhkan diri dalam berbagai-bagai pencobaan, dalam segala perkara yang ada di bumi ini, dan apabila Ia sudah tahan uji, Ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah.

Jangan kita jadikan kemegahan-kemegahan / kemewahan-kemewahan yang berasal dari bumi ini menjadi mahkota, sebab;
-       Segala sesuatu yang ada di bumi ini sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
-       Semua yang hidup adalah seperti rumput dan segala kemuliaannya seperti bunga rumput, rumput menjadi kering, dan bunga gugur.
Kemuliaan yang di bumi yakni; kerajaan dunia dan kemegahannya, tidak bisa memberi kehidupan yang kekal, tetapi firman Tuhan tetap untuk selama-lamanya. Dan apabila kita tahan uji, maka ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah. Puji Tuhan...Haleluya..

Yakobus 1: 13
(1:13) Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.

Apabila seseorang dicobai, janganlah ia berkata: “Pencobaan ini datang dari Allah!”, sebab;
-       Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat.
-       dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun.
Fakta-faktanya sudah diterangkan di atas tadi...Matus 4:1-10.

Yakobus 1: 14
(1:14) Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya.

Setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri. Mengapa demikian? Karena ia diseret dan dipikat oleh keinginan itu sendiri.
Kalau kita jatuh dalam pencobaan, jangan kita salahkan Tuhan dan berkata: Tuhan memberi pencobaan.
Sesungguhnya setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat oleh keinginan itu sendiri, sehingga menghadapi pencobaan-pencobaan. Pencobaan tidak pernah datang dari Tuhan, sebab Ia sendiri tahan uji, tahan terhadap pencobaan. 

Yakobus 1: 15-16
(1:15) Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut. (1:16) Saudara-saudara yang kukasihi, janganlah sesat!

Janganlah sesat, artinya jangan sampai diseret dan dipikat oleh keinginannya sendiri.
-       “Apabila keinginan itu telah dibuahi”, ia melahirkan DOSA.
-       “Apabila dosa itu sudah matang”, ia melahirkan MAUT, binasa untuk selama-lamanya.
Tentu kita semua tidak menginginkan, tidak mendambakan, tidak mengharapkan untuk akhirnya binasa.
Sebab itu saudara-saudaraku yang terkasih: Jangan sesat. Jangan mau diseret dan dipikat oleh keinginan-keinginan itu sendiri, supaya jangan jatuh dalam pencobaan. Hati-hatilah!!!

1 Timotius 6: 6-8
(6:6) Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. (6:7) Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. (6:8) Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.

“Ibadah kalau disertai dengan rasa cukup, memberi keuntungan besar.”
Keuntungan besar itu akan kita alami, baik untuk masa sekarang, maupun untuk masa yang akan datang.
-       “Masa sekarang”, menunjuk; diberkati dan dipelihara selama kita hidup di dunia ini.
-       “Masa yang akan datang”; bahagia selama-lamanya di dalam Kerajaan Sorga.
Itulah janji ibadah yang akan kita alami dan rasakan selama hidup beribadah di bumi.

Kalau saja manusia tidak dikontrol oleh FIRMAN ALLAH dan tidak dikontrol oleh ROH ALLAH, keinginan manusia itu sendiri  banyak sekali; ingin ini, ingin itu. Sampai akhirnya oleh keinginan itu, dia diseret dan jatuh dalam berbagai pencobaan. Kalau keinginan itu sudah dibuahi, akan melahirkan dosa, dan apabila dosa itu sudah matang, ujung-ujungnya binasa, (menghasilkan maut).
Saya teringat waktu Yesus di Galilea: menyampaikan firman, tetapi orang Yahudi menuduh Dia dengan yang tidak-tidak, mereka berkata; tidak waras, gila, sampai akhirnya Dia diseret dan hendak dilemparkan (didorong) ke jurang. Tetapi karena Dia adalah firman Allah, maksudnya hidup-Nya dikontrol oleh firman Allah, serta dikontrol oleh Roh Allah, maka Dia boleh menikmati kasih Allah. Belum waktu-Nya untuk menanggung penderitaan, Dia tidak akan jatuh atau turun ke dalam jurang maut (dunia orang mati).

Yang terpenting di dalam beribadah dan melayani Tuhan adalah “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.
Makanan dan pakaian adalah dua kebutuhan yang paling dibutuhkan oleh anak-anak Kerajaan Sorga, tidak butuh yang lain.
Sekali lagi saya tandaskan: “Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah.”
Dunia ini tidak membutuhkan dua hal itu, yang dibutuhkan oleh manusia duniawi adalah kerajaan dunia dan kemegahannya, tetapi anak-anak Kerajaan Sorga membutuhkan makanan dan pakaian.
-       Makanan, menunjuk; FIRMAN ALLAH.
Inilah yang paling kita butuhkan; firman Tuhan, makanan yang sesungguhnya, yang membuat kita kuat dan bertahan, tidak goyah sampai Tuhan datang kembali untuk yang kedua kalinya, sebagai Raja dan Mempelai Pria Sorga.
Sebab kalau kita perhatikan Amos 8: 11, demikianlah firman Tuhan Allah, "Aku akan mengirimkan kelaparan ke negeri ini, bukan kelaparan akan makanan dan bukan kehausan akan air, melainkan akan mendengarkan firman Tuhan.”
Pada masa itu anak-anak dara yang cantik-cantik dan teruna-teruna akan jatuh dan rebah.
-       Pakaian, menunjuk; KASIH ALLAH.
Kegunaan kasih Allah:
1.     “Menutupi banyak sekali dosa”, sama artinya; mengampuni orang yang berdosa, mengampuni orang yang bersalah, tidak ingat kesalahan-kesalahan orang lain. Kalau orang sudah bertobat, jangan ingat lagi kesalahannya.
2.     “Sebagai pengikat yang mempersatukan dan yang menyempurnakan”...Kolose 3:14.
Kesatuan tubuh tidak mungkin terwujud apabila hanya diikat oleh tali-tali yang lain, baik itu tali fileo, maupun  tali eros, tidak bisa diikat oleh tali marga, tidak bisa diikat oleh tali kedudukan, tali jabatan, tali pendidikan yang tinggi, tali harta, tidak bisa. Cepat lambat, tali-tali semacam ini akan rapuh. Lihat orang Batak; biar sehebat apapun dia mengikuti adat istiadatnya, misalnya; sekalipun satu marga, awalnya memang bisa baik, tetapi akhirnya bisa putus juga.
Tetapi yang benar ialah; “Kita harus diikat oleh tali kasih yang mempersatukan dan menyempurnakan kita.” Jadi kasih berfungsi sebagai pengikat yang mempersatukan dan itu juga yang menyempurnakan kehidupan kita. Kalau kita sudah menjadi satu, berarti sempurna, sama seperti Dia sempurna adanya sebab Bapa dan Anak adalah satu. Tidak ada yang mustahil, dimulai dari penyerahan diri kita. Tetapi kalau masih ada gap, ada jurang pemisah karena dosa kejahatan dan dosa kenajisan, sampai kapan pun tidak akan menjadi sempurna.

Asal ada makanan dan pakaian, itulah yang terpenting, sebab dua hal ini adalah kebutuhan pokok dari anak-anak Kerajaan Sorga, hal itu tidak dibutuhkan oleh manusia duniawi. Kebutuhan pokok manusia duniawi (manusia daging) adalah kerajaan dunia dan kemegahannya.

Bandingan dengan; KEINGINAN UNTUK KAYA.
1 Timotius 6: 9
(6:9) Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.

Keadaan mereka yang ingin kaya:
1.     “Terjatuh ke dalam pencobaan.”
Tetapi Yesus, ketika Dia berada di bubungan Bait Allah (di puncak kesucian), Ia tidak mau menjatuhkan diri dalam berbagai hal keinginan di bumi ini, Ia tidak jatuh dalam pencobaan, sebab Ia tidak mau diseret dan dipikat oleh keinginan-keinginan manusia, apalagi keinginan Setan.
Jadi sekali lagi saya tandaskan: Tuhan tidak pernah mencobai manusia. Manakala kita menghadapi pencobaan silih berganti, jangan bersungut-sungut dan jangan persalahkan Tuhan. Kita jatuh dalam pencobaan karena banyaknya keinginan dan diseret oleh keinginan itu.
2.     “Jatuh ke dalam jerat.”
Melepaskan diri dari tawanan Roh (ibadah dan pelayanan), demi menikmati kebebasan dunia ini, sebetulnya itu merupakan jerat Iblis.
3.     “Jatuh ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa.”
Segala keinginan-keinginan daging manusia, itu adalah nafsu yang hampa yang mencelakakan dan menenggelamkan manusia.
Banyak di antara kita yang tidak dengar-dengaran, akhirnya jatuh dalam berbagai nafsu yang hampa, dan tidak mau bertanya lagi, lebih suka bertanya kepada orang yang tidak mengenal Pengajaran Mempelai.
Seharusnya, kita menjadi pribadi yang dengar-dengaran sebab kita sudah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai. Jangan sombong sebab nafsu hampa itu membinasakan.
4.     “Jatuh dalam keruntuhan dan kebinasaan.”
Orang yang ingin kaya, akan berujung pada kebinasaan, sebab keinginan yang dibuahi akan melahirkan dosa, dan dosa yang matang akan melahirkan maut, dengan kata lain; binasa.

Jadi yang benar adalah: Dengar-dengaran serta mengikuti geraknya Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Ikuti saja, karena sejauh ini kita sudah digembalakan oleh Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel. Jangan turuti dan jangan mau diseret dan dipikat oleh keinginan-keinginan sendiri.
Kalau mau menjadi suatu kehidupan domba yang tergembala, berarti; dengar-dengaran kepada Pengajaran Mempelai, karena di situ kita memperoleh jawaban yang pasti dari Tuhan (digembalakan). Jangan bertanya kepada yang tidak mengenal Pengajaran Mempelai, biar itu orang yang berilmu tinggi, sebab kita harus kembali kepada: “Ada tertulis.
Kelebihan dari Pengajaran Mempelai, membuat kita dewasa rohani, sebab Pengajaran Mempelai menggiring kita  untuk senantiasa menundukkan diri kepada Kristus sebagai Kepala, serta taat kepada kehendak Allah, itulah penyembahan yang besar, seperti Rut.

Oleh ketajaman dari pedang Roh; berkuasa untuk mengoreksi setiap keberadaan kita, mengoreksi hati kita yang paling dalam. Memang sakit bagi daging, tetapi walaupun demikian: Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat, memberi pertolongan dan memberi kesembuhan sehingga masalah selesai.
Sebab itu; dalam mengikuti Tuhan, yakni: beribadah dan melayani Tuhan, jangan menggunakan perasaan manusia daging, itu bukan ukuran dalam mengikuti Tuhan.

1 Timotius 6: 10
(6:10) Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.

Akar dari segala kejahatan ialah cinta uang.

Ketika Yesus tiba di Yerusalem, lalu masuk ke Bait Allah, didapati-Nya;
-       “Meja-meja penukar uang”, lalu Ia membalikkannya. Menunjuk bahwa; Yesus mengadakan penyucian terhadap dosa karena cinta akan uang.
-       Kemudian Ia membalikkan “bangku-bangku pedagang merpati”, artinya; kedudukan, harga, diri, egosentris, juga disucikan.
-       Dan juga berkaitan dengan di dapati-Nya “pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati”, inilah orang-orang yang tidak menghargai korban Kristus.

Kalau hati menjadi tempatnya uang (cinta uang), pasti di situ ada kedudukan, yakni; egosentris, harga diri, dan tidak hanya itu; pasti orang semacam ini tidak menghargai korban-Nya (penjual lembu, domba, dan merpati) yakni; korban penebusan yang menguduskan, yang membenarkan sampai menyelamatkan kita semua. Sebab dari Alfa untuk sampai kepada Omega, di tengahnya adalah SALIB (korban Kristus).
Tuhan menyatakan kasih dan kemurahan-Nya kepada kita malam ini. Tuhan tidak mau melihat kita jatuh dalam keruntuhan dan kebinasaan.

Terikat dengan Mamon atau cinta uang, menunjukkan bahwa ia dikuasai oleh roh antikris.
Dan oleh memburu uanglah, beberapa orang:
1.     Menyimpang dari iman.
2.     Menyiksa diri dalam berbagai-bagai duka.

Kita bersyukur kepada Tuhan Yesus Kristus, sebab kita telah menerima Pengajaran Firman Mempelai dalam Terang Tabernakel yang terus menerus menunjukkan jalan keselamatan itu bagi kita.

1 Korintus 10: 14-15
(10:14) Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, jauhilah penyembahan berhala! (10:15) Aku berbicara kepadamu sebagai orang-orang yang bijaksana. Pertimbangkanlah sendiri apa yang aku katakan!

“Jauhilah penyembahan berhala.” Jangan mau diseret oleh berhala-berhala apapun di dunia ini. Segala sesuatu yang melebihi dari Tuhan, termasuk keinginan ini dan itu, itu merupakan berhala. Lepaskan diri dari penyembahan berhala.
Hal ini kita terima sebagai pernyataan yang tegas, sebagaimana Rasul Paulus berbicara kepada jemaat di Korintus dengan bijaksana, sebab itu; pertimbangkanlah sendiri apa yang sudah kita terima malam ini.
Belajarlah untuk berlaku bijaksana, sama seperti Rut; ia menyembah dengan mukanya sampai ke tanah, sebagai tanda ketundukannya dan kerendahan hatinya.

1 Yohanes 5: 20
(5:20) Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal.

Tuhan sudah mengaruniakan pengertian kepada kita, lewat salib Kristus. Pendeknya, oleh salib di Golgota, kita memiliki  hikmat Allah dan kekuatan Allah.
Tujuannya: Supaya kita mengenal Yang Benar. Jangan kita mengenal yang tidak benar. Jangan kita mau menerima pengertian-pengertian yang tidak benar dari manusia.
Jangan bebal (jangan keras hati), jangan keras kepala, (jangan bertahan dengan sifat manusiawi), tetapi terimalah pengertian Yang Benar dan yang mulia dari sorga. Belajar seperti Rut; dewasa dan tunduk dihadapan Kristus, sebagai Kepala.

1 Yohanes 5: 21
(5:21) Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala.

“Waspadalah terhadap segala berhala.”
Waspadalah terhadap berhala-berhala apapun di atas muka bumi ini, supaya kita jangan jatuh dalam berbagai-bagai pencobaan.

Tadi kita sudah melihat; Ketika jalan yang baru itu terbuka, kita mempunyai keberanian untuk berada di tempat kudus. Sebagai tanda bahwa; “Kita mempunyai seorang Imam Besar dan sebagai Kepala Rumah Tuhan.”

Ibrani 4: 14-15
(4:14) Karena kita sekarang mempunyai Imam Besar Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah, baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita. (4:15) Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Yesus, Anak Allah, Dia itu Imam Besar yang sangat mengerti, yang sangat merasakan segala keluhan-keluhan. Kita butuh Imam Besar yang seperti ini sekaligus Kepala Gereja (Kepala Rumah Tuhan), yang memimpin penyembahan kita untuk sampai ke hadirat Tuhan. Dia tahu keadaan kita, Dia mengerti yang kita rasakan, Dia sama seperti manusia. “Dia sudah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”

Tadi kita sudah melihat beberapa pernyataan ular itu;
1. "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
     Jawab Yesus: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
     Kita hidup bukan karena makanan, tetapi kita hidup oleh karena firman yang keluar dari mulut Allah.
2. Tidak berhenti sampai di situ, Iblis membawa Yesus ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah.
     Kata Iblis: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
     Jawab Yesus: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
     Untuk peperangan yang kedua ini, Yesus kembali berkemenangan, tetapi Setan tidak mau tinggal diam.
3. Lalu terjadi lagi peperangan yang ketiga. Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya.
     Kata Iblis: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
     Jawab Yesus: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
     Dalam peperangan yang ketiga ini, Yesus berkemenangan, karena kuasa dari doa penyembahan sebab Yesus sendiri berkata kepada ular (iblis) itu: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”. Oleh penyembahan yang besar atau Mezbah Dupa yang besar, gereja Tuhan akan bebas dan terlepas dari daya tarik bumi, yakni; kemegahan dan kerajaan dunia.

Yesus selalu kembali kepada firman dan berkata; “Ada tertulis”, itu sebabnya Dia selalu berkemenangan.
Oleh sebab itu, saya tidak mengeluh walaupun harus menyembah berjam-jam di kaki salib untuk menantikan pembukaan firman Tuhan, karena Tuhan sendiri sedang memimpin penyembahan kita untuk selanjutnya dibawa kepada hadirat Tuhan.
Kita harus hidup dalam doa penyembahan yang besar untuk memimpin sidang jemaat dan selanjutnya dibawa masuk sampai ke hadirat Tuhan, dan itu dimulai dari diri kita.

Dia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa, itulah bukti bahwa Dia memiliki dua tanda besar, yaitu:
1. FIRMAN ALLAH yang besar.
2. ROH ALLAH.
Tuhan menghendaki penyembah-penyembah yang benar, yaitu menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran. Mengapa demikian? Sebab Allah itu adalah: Roh.

Ibrani 4: 16
(4:16) Sebab itu marilah kita dengan penuh keberanian menghampiri takhta kasih karunia, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya.

Mari kita menghampiri takhta kasih karunia, berarti; tekun dalam 3 (tiga) macam ibadah pokok. Pendeknya, hidup dalam penyembahan yang besar, menjadi mezbah dupa besar, “supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia”, yaitu kemurahan hati Tuhan, sehingga dengan demikian; kita mendapatkan pertolongan pada hari Tuhan, tidak binasa.
Tetapi jangan juga menyembah namun masih mempertahankan sifat manusiawi, yakni; kekerasan hati, itu tidak benar. Menyembah itu berarti; menyerahkan diri, sama seperti Yesus berseru: “Eli, Eli, lama sabakhtani”, lalu Ia menyerahkan nyawa-Nya, maka tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

Kita butuh Imam Besar seperti ini untuk memimpin doa penyembahan kita, dibawa masuk sampai ke hadirat Tuhan, menembusi tirai, bertemu dengan Tabut Perjanjian, dengan lain kata; berada dalam Kerajaan Sorga, bahagia sampai selama-lamanya. Haleluya..Puji Tuhan.

Matius 4: 1
(4:1) Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. (4:2) Dan setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus.

Kehidupan yang mau dipimpin dan dikuasai sepenuhnya oleh Roh Tuhan;
1.     Rela menderita, rela dicobai.
2.     Berpuasa 40 (empat puluh) hari dan 40 (empat puluh) malam, artinya; berkuasa sampai tamatnya daging.
Angkat 40 (empat puluh), menunjuk; tamatnya daging.
Kesimpulannya: Orang yang mau dipimpin Roh; rela dicobai sampai tamatnya daging.
Itulah kehidupan yang dikuasai oleh Roh, berarti; mau beribadah dan mau melayani, itu kehidupan yang didorong oleh Roh Tuhan.
Kita ini adalah Bait Allah, kegunaannya: sebagai tempat Roh Allah, dan oleh Roh itu kita boleh beribadah, oleh Roh itu kita melayani, dengan kata lain ada aktivitas, itulah Bait Allah yang hidup.

Matius 4: 3
(4:3) Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."

Ajaran Setan adalah batu menjadi roti. Jika “batu” berubah menjadi “roti” = mujizat.
Kalau di tengah-tengah ibadah pelayanan itu salib tidak ditegakkan, hanya bicara soal mujizat-mujizat, itu adalah ajaran Setan. Hati-hati, jangan diseret oleh keinginan. Kalau hanya menginginkan ibadah semacam itu, jangan mau diseret oleh keinginan semacam itu, sebab itu adalah ibadah yang keliru (ibadah palsu).
Ibadah yang benar adalah: Rela menderita pikul salib, sampai tamatnya daging. Tolak ajaran Setan, yaitu menegakkan mujizat namun mengabaikan salib.

Dalam Rut 2: 10-11, Rut mendapatkan “belas kasihan” dan Rut mendapatkan “pujian” dari Boas, dan itu merupakan perhatian dari Boas rohani, yaitu Tuhan Yesus Kristus, Kepala Gereja, Mempelai Pria Sorga. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang




No comments:

Post a Comment