KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, October 11, 2019

IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 AGUSTUS 2019



IBADAH DOA PENYEMBAHAN, 20 AGUSTUS 2019

KITAB KOLOSE
(Seri: 62)

Subtema: SETIA SUPAYA JANGAN SALING MENDUSTAI

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia bagi kita sekaliannya, kiranya memenuhi tempat perhimpunan ibadah ini dan memenuhi setiap hati kita masing-masing pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti pemberitaan firman Tuhan lewat live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Segera saja kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Doa Penyembahan dari surat yang dikirim oleh Rasul Paulus kepada jemaat di KOLOSE.
Kolose 3: 9-10
(3:9) Jangan lagi kamu saling mendustai, karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, (3:10) dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;

Terlebih dahulu kita memperhatikan kalimat: “Jangan lagi kamu saling mendustai”, berarti; antara satu dengan yang lain jangan lagi saling mendustai.

Matius 5: 34-37
(5:34) Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, (5:35) maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Besar; (5:36) janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. (5:37) Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.

Jangan kita bersumpah di hadapan Allah dan sesama demi apapun. Jika ya hendaklah kita katakan: ya, jika tidak hendaklah kita katakan: tidak, dengan lain kata ya di atas ya, tidak di atas tidak, sebab lebih dari pada itu berasal dari si jahat, yaitu Iblis atau Setan.
Apalagi pelayan-pelayan Tuhan, imam-imam yang sudah melayani pekerjaan Tuhan, jangan saling mendustai, jangan ada kata-kata dusta yang keluar dari mulut seorang imam.

Yohanes 8: 44
(8:44) Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.
Salah satu tabiat dari Iblis atau Setan yang paling mendasar ialah dusta, sebab Iblis atau Setan adalah bapa pendusta, maka setiap orang yang berkata dusta, tanpa ia sadari menjadi anak Setan.

Mazmur 12: 3
(12:3) Mereka berkata dusta, yang seorang kepada yang lain, mereka berkata dengan bibir yang manis dan hati yang bercabang.
Yang dimaksud dengan berkata dusta, berarti berkata dengan bibir yang manis, tetapi hatinya bercabang.

Contoh berkata dusta.
1 Raja-Raja 18: 18, 20-22
(18:18) Jawab Elia kepadanya: "Bukan aku yang mencelakakan Israel, melainkan engkau ini dan kaum keluargamu, sebab kamu telah meninggalkan perintah-perintah TUHAN dan engkau ini telah mengikuti para Baal. (18:20) Ahab mengirim orang ke seluruh Israel dan mengumpulkan nabi-nabi itu ke gunung Karmel. (18:21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.

Bangsa Israel dan empat ratus lima puluh nabi-nabi Baal berlaku timpang dan bercabang hati (mendua hati).
Bercabang hati (mendua hati) sama dengan mengikuti Tuhan dan mengikuti Baal, menyembah Tuhan tetapi juga menyembah berhala, sama seperti Ahab, raja Israel, akhirnya ia meninggalkan perintah Tuhan lalu sujud menyembah Baal.
Perlu untuk diketahui: Orang yang bercabang hati (mendua hati) adalah orang yang berlaku timpang, artinya; ia tidak mempunyai pendirian yang kuat. Berbeda dengan orang yang hatinya melekat kepada satu perkara, kepada satu Tuhan, yaitu Allah yang hidup; dia tidak akan berlaku timpang, pendiriannya kuat, tidak mudah goyah.

Dampak negatif bercabang hati.
1 Raja-Raja 18: 24-26
(18:24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Seluruh rakyat menyahut, katanya: "Baiklah demikian!" (18:25) Kemudian Elia berkata kepada nabi-nabi Baal itu: "Pilihlah seekor lembu dan olahlah itu dahulu, karena kamu ini banyak. Sesudah itu panggillah nama allahmu, tetapi kamu tidak boleh menaruh api." (18:26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu.

Beribadah dengan bercabang hati, melayani Tuhan dengan mendua hati, itu adalah kesia-kesiaan, termasuk dengan segala sesuatu yang dipersembahkan di atas mezbah juga merupakan kesia-siaan, tidak ada artinya.
Jadi, ini peringatan keras kepada seorang imam, pelayan Tuhan, hamba-hamba Tuhan, terkhusus mereka yang melayani mezbah Tuhan dengan bercabang hati.

Mengapa segala sesuatu menjadi kesia-siaan? Sebab segala berhala (berhala apapun) termasuk berhala Baal, tidak dapat menjawab segala doa dan tidak dapat menjawab segala permohonan, serta tidak dapat memberi pertolongan. Berarti, beribadah dan melayani dengan bercabang hati (mendua hati) adalah kesia-siaan.
Kalau segala sesuatu yang kita kerjakan menjadi kesia-siaan, itu menghabiskan waktu saja.

1 Raja-Raja 18: 26B-29
(18:26) Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: "Ya Baal, jawablah kami!" Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu. (18:27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga." (18:28) Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka. (18:29) Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.

Segala persembahan telah dipersembahkan, termasuk doa permohonan telah dinaikkan, tetapi Baal tidak menjawab dan tidak dapat memberi pertolongan (perhatian), sekalipun mereka mengadakan beberapa usaha, antara lain:
1.     Berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka.
2.     Menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak hingga darah bercucuran dari tubuhnya (rela menderita).
Namun Baal tetap tidak dapat menjawab segala doa permohonan dan tidak ada tanda perhatian terhadap segala pengorbanan.
Jadi, pengorbanan sia-sia, doa permohonan yang dinaikkan juga menjadi sia-sia, demikianlah keadaan seseorang kalau ia beribadah melayani dengan bercabang hati (mendua hati), dia tidak akan mendapat apa-apa dari Tuhan.
Itulah dampak negatif kalau melayani dengan mendua hati, tidak bulat hatinya untuk diserahkan kepada Tuhan; menjadi suatu kesia-siaan.

Saya menghimbau supaya kita lebih sungguh-sungguh lagi di dalam hal mengasihi Tuhan, bulat hati untuk mengasihi Tuhan, dan mari kita buktikan di dalam hal beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan; tidak mendua hati, tidak bercabang hati, supaya segala sesuatu tidak menjadi kesia-siaan.

Setelah Elia melihat bahwa tidak ada jawaban dan tidak ada tanda perhatian, dengan kata lain semuanya menjadi kesia-siaan, kita kembali memperhatikan ayat 27.
1 Raja-Raja 18: 27
(18:27) Pada waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."

Karena Elia melihat tidak ada jawaban dan tidak ada tanda perhatian, maka Elia mengejek mereka dan berkata: “Panggillah lebih keras, bukankah dia allah?”, kemudian Elia berkata: “Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga.
Sebetulnya ejekan ini sangat lucu, demikian juga kalau menyembah allah yang seperti itu, bukankah ini adalah hal yang lucu?

Praktek menyembah Baal untuk masa sekarang:
1.     Suka merenung, artinya; iman tanpa perbuatan adalah nol. Orang yang suka merenung, tetapi tidak ada tindakan, itu tidak ada artinya.
2.     Terlalu banyak urusan, sibuk mengurus ini, sibuk mengurus itu, sampai lupa kepada Allah yang hidup, tinggalkan ibadah, tinggalkan pelayanan sampai tidak pernah menyembah Tuhan karena sibuk dengan kesibukan duniawi.
3.     Suka bepergian, menunjuk kepada orang yang suka meninggalkan ibadah dan pelayanan hanya karena pergi dan pergi, berarti; liar, tidak tergembala.
4.     Suka tidur, menunjuk kepada si pemalas.
Inilah praktek menyembah Baal untuk masa sekarang.

Kita lihat; SI PEMALAS.
Amsal 26: 13-14
(26:13) Berkatalah si pemalas: "Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!" (26:14) Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya.

Seperti pintu berputar pada engselnya, demikianlah si pemalas di tempat tidurnya. Itulah orang pemalas; daerah atau wilayahnya hanya di sekitar (seputar) tempat tidur saja, tidak lebih, tidak kurang. Di dalam pemikirannya hanya tidur, tidur dan tidur saja.
Dan ciri si pemalas: Suka mencari alasan dan membesar-besarkan perkara, sehingga si pemalas berkata: “Ada singa di jalan! Ada singa di lorong!

Amsal 26: 15-16
(26:15) Si pemalas mencelupkan tangannya ke dalam pinggan, tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikannya ke mulutnya. (26:16) Si pemalas menganggap dirinya lebih bijak dari pada tujuh orang yang menjawab dengan bijaksana.

Tangan si pemalas sudah berada di dalam pinggan (wadah makanan) tetapi ia terlalu lelah untuk mengembalikan tangannya ke mulut, untuk membawa makanan sampai ke mulut saja begitu susah payahnya. Di tangan sudah ada kebenaran, dia sudah memiliki dan menggenggam kebenaran, tetapi untuk melakukannya sangat sukar sekali, itulah pemalas.
Dan yang lucunya, si pemalas sekalipun kondisinya seperti itu, dia merasa lebih bijak dari orang bijak.

Lebih jauh kita melihat SI PEMALAS.
Amsal 24: 30-33
(24:30) Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang tidak berakal budi. (24:31) Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. (24:32) Aku memandangnya, aku memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran. (24:33) "Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring,"

Ladang si pemalas ditumbuhi onak dan duri. Kalau kita memandang ladang seperti ini, dapatlah kita menarik (memetik) suatu pelajaran, yaitu: “Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring”, maka si pemalas disebut orang yang tidak berakal budi.
Karakter, sifat, dan tabiat seseorang bisa terlihat dari ladangnya, dari hatinya. Jadi, orang bisa melihat keadaan kita dari hasil pekerjaan yang kita kerjakan.

Itulah praktek menyembah Baal untuk masa sekarang.
Kesimpulannya, menyembah berhala Baal adalah suatu kesia-siaan, sekalipun dengan mengadakan segala usaha, antara lain; berjingkat juga menoreh-noreh diri dengan pedang dan tombak, tetapi semuanya itu tidak berarti dan tidak berguna.

Amsal 12: 22
(12:22) Orang yang dusta bibirnya adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi orang yang berlaku setia dikenan-Nya.

Perlu untuk diketahui: Orang yang dusta bibirnya (berkata dusta) adalah kekejian bagi Tuhan, sebaliknya orang yang berlaku setia dikenan oleh Tuhan.
Saya berharap supaya kita sekaliannya dikenan oleh Tuhan, seperti Daud berkenan di hati Tuhan. Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati. Oleh sebab itu, jangan kita terlihat baik di luar, membersihkan diri dengan perkataan (bibir) dusta, tetapi tidak dikenan oleh Tuhan. Maka biarlah kita berlaku setia, karena orang yang setia dikenan oleh Tuhan. Setialah kepada Tuhan, setia beribadah dan melayani pekerjaan Tuhan.

Kalau suami setia kepada isterinya; dikenan Tuhan. Kalau isteri setia kepada suami; dikenan Tuhan. Jadilah suami yang dikenan Tuhan, jadilah isteri yang dikenan oleh Tuhan.
Demikian juga kalau imam-imam melayani pekerjaan Tuhan dengan setia; dikenan oleh Tuhan. Jangan sampai kita memiliki predikat imamat rajani tetapi tidak dikenan oleh Tuhan, predikat suami tetapi tidak dikenan oleh Tuhan, predikat isteri tetapi tidak dikenan oleh Tuhan, semuanya menjadi sia-sia.
Tetapi kembali saya katakan: Orang yang berlaku setia, dikenan oleh Tuhan. Berlakulah setia mulai dari sekarang dan mulailah dari hal yang terkecil, supaya predikat itu menjadi kebanggaan kita.

1 Raja-Raja 18: 21-22
(18:21) Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: "Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia." Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun. (18:22) Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: "Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya.

Bangsa Israel dan empat ratus lima puluh nabi-nabi Baal berlaku timpang dan bercabang hati. Hanya Elia saja seorang diri yang tinggal sebagai nabi Tuhan, menunjukkan bahwa Elia adalah seorang nabi yang setia kepada Tuhan.

Saya berharap, kita semua menjadi pribadi-pribadi yang setia. Setia beribadah, setia melayani pekerjaan Tuhan, setia tergembala dalam satu kandang dengan satu gembala, supaya kita semua dikenan oleh Tuhan.
Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?Amsal 20: 6
Tidak banyak orang yang setia, lebih banyak orang yang berlaku timpang dan bercabang hati. Tetapi sekalipun demikian, Elia tetap setia sebagai nabi Tuhan, ia tidak menyimpang dari firman Tuhan.

1 Raja-Raja 18: 30-32
(18:30) Kata Elia kepada seluruh rakyat itu: "Datanglah dekat kepadaku!" Maka mendekatlah seluruh rakyat itu kepadanya. Lalu ia memperbaiki mezbah TUHAN yang telah diruntuhkan itu. (18:31) Kemudian Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. -- Kepada Yakub ini telah datang firman TUHAN: "Engkau akan bernama Israel." -- (18:32) Ia mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah demi nama TUHAN dan membuat suatu parit sekeliling mezbah itu yang dapat memuat dua sukat benih.

Setelah mezbah yang didirikan oleh empat ratus lima puluh nabi-nabi Baal itu diruntuhkan, selanjutnya Elia mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub dan mendirikan batu-batu itu menjadi mezbah di dalam hal mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan.
Mendirikan dua belas batu sesuai jumlah keturunan Yakub menunjukkan bahwa Elia setia menyembah Allah Abraham Ishak Yakub, Allah yang hidup.
Kalau dahulu kita kurang setia, mari, runtuhkan itu dan dirikan kembali mezbah untuk Allah yang hidup.

1 Raja-Raja 18: 33
(18:33) Ia menyusun kayu api, memotong lembu itu dan menaruh potongan-potongannya di atas kayu api itu.

Kemudian Elia pun menyusun kayu api, lalu menaruh potongan-potongan daging lembu sebagai korban bakaran untuk Tuhan.
Arti rohani korban bakaran adalah melayani Tuhan sampai hangus dan apapun yang dipersembahkan kepada Tuhan sampai hangus.
Jangan sampai kita melayani pekerjaan Tuhan tetapi hitung-hitungan, dengan mengingat apa saja yang dipersembahkan kepada Tuhan.
Untuk pekerjaan Tuhan hitung-hitungan, tetapi untuk dirinya sendiri, untuk memuaskan keinginan daging justru tidak hitung-hitungan, ini adalah kekeliruan, seharusnya potongan daging itu dibiarkan di atas mezbah korban bakaran sampai hangus, tidak hitung-hitungan dalam hal melayani pekerjaan Tuhan, tetapi mari kita hitung-hitungan dalam hal perkara daging. Jangan hitung-hitungan dengan tenaga, pikiran dan waktu, jangan suka tidur untuk memuaskan keinginan daging lagi.

1 Raja-Raja 18: 36-38
(18:36) Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: "Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. (18:37) Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali." (18:38) Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.

Saat Elia mempersembahkan korban bakaran itu di atas mezbah, lalu turunlah api Tuhan menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu, tanah, bahkan air dalam parit, seluruhnya habis dijilat api Tuhan itu.

1 Raja-Raja 18: 24
(18:24) Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!" Seluruh rakyat menyahut, katanya: "Baiklah demikian!"

Maka Allah yang menjawab dengan api, Dialah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Allah yang hidup, Tuhan dan Juruselamat.

Allah yang kita sembah itulah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, Dialah Allah yang hidup, Allah yang berkuasa, Dialah Tuhan dan Juruselamat, Dia menjawab segala doa dan permohonan kita. Dia memperhatikan segala sesuatu di dalam diri kita. Dia mengerti, Dia memahami segala keluh kesah kita, Dia mengetahui apa yang terjadi yang kita alami saat ini. Dia segera menjawab dengan api, menjilat korban bakaran, kayu api, batu, tanah, bahkan air dalam parit, Dialah Allah yang hidup yang mengerti keberadaan kita.

Ketika kita datang membawa korban dan mempersembahkannya kepada Tuhan, lalu saat itu kita menaikkan doa-doa dan permohonan, Tuhan akan segera menyapa karena Tuhan tahu keluh kesah kita, Tuhan tahu pergumulan yang kita alami saat ini, Tuhan tahu kesulitan kesusahan hati kita, Tuhan tahu kondisi kita, semuanya Tuhan tahu, asal kita setia.
Jangan saling mendustai satu dengan yang lain, karena itu merupakan kekejian bagi Tuhan, tetapi biarlah kita semua menjadi setia, supaya dikenan oleh Tuhan, doa permohonan dijawab oleh Tuhan. Setialah kepada Tuhan, kasihilah Dia dengan setia. Jangan bercabang hati kepada roh jahat dan roh najis, nanti Tuhan jawab segala doa dan permohonan.

Saat kita membawa korban dan mempersembahkannya di atas mezbah, Tuhan jawab dengan api, untuk menghanguskan menghabisi segala persoalan, menghabisi segala tabiat daging, menghabisi segala perbuatan-perbuatan dosa yang akhirnya membuat kita menjadi sama seperti debu tanah, menghabisi segala kenajisan kita semua, menghabisi segala kekerasan hati yang membatu, potongan daging semua dihabisi, kayu api juga dihabisi, semua dijilat oleh api.
Dalam keadaan apapun kita datang kepada Tuhan, Tuhan akan segera mengulurkan dua tangan untuk memberi pertolongan sekaligus memulihkan hidup, ibadah pelayanan, nikah dan rumah tangga. Yang sakit disembuhkan, yang susah dihibur, yang lemah dikuatkan kembali dengan api Tuhan.

Tuhan tidak mungkin langsung serta merta hadir di tengah-tengah kita, tetapi Tuhan menjawab dengan api Tuhan, itulah api Roh Kudus yang memulihkan segala sesuatunya. Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang


No comments:

Post a Comment