KAMI MENANTIKAN KESAKSIAN SAUDARA YANG MENIKMATI FIRMAN TUHAN

Terjemahan

Friday, October 11, 2019

IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 22 AGUSTUS 2019



IBADAH PENDALAMAN ALKITAB, 22 AGUSTUS 2019


KITAB RUT
(Seri: 62)

Subtema: DOA PENYEMBAHAN DITOPANG OLEH BELAS KASIHAN (FIRMAN ALLAH) DAN PERHATIAN (ROH ALLAH)

Shalom.
Selamat malam, salam sejahtera dan bahagia kiranya memenuhi kehidupan kita. Dan biarlah kiranya Tuhan membukakan firman-Nya untuk melawat kehidupan kita pribadi lepas pribadi.
Saya juga tidak lupa menyapa anak-anak Tuhan, umat Tuhan, bahkan hamba-hamba Tuhan yang sedang mengikuti live streaming video internet Youtube, Facebook di manapun anda berada.

Mari segera kita memperhatikan firman penggembalaan untuk Ibadah Pendalaman Alkitab dari KITAB RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah” adalah tanda ketundukan dan kedewasaan Rut.
Berarti, wujud nyata dari ketundukan dan kedewasaan gereja Tuhan ialah hidup di dalam doa penyembahan.

Dalam susunan Tabernakel, doa penyembahan terkena pada MEZBAH DUPA EMAS.

Mezbah Dupa Emas ini berada di dalam Ruangan Suci, bersama dengan dua alat lainnya, yaitu Meja Roti Sajian dan Pelita Emas. Tetapi posisi Mezbah Dupa Emas lebih maju dari pada Meja Roti Sajian dan Pelita Emas, sehingga kedudukan dari Mezbah Dupa Emas itu dekat sekali dengan tirai atau tabir Bait Suci (pemisah antara Ruangan Suci dengan Ruangan Maha Suci), sedangkan tabir atau tirai adalah bayangan dari pada daging.

Matius 27: 50
(27:50) Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. (27:51) Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah,

Dengan mati-Nya Yesus di atas kayu salib, maka tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah.

Ibrani 10: 19-21
(10:19) Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, (10:20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, (10:21) dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah.

Oleh karena pengorbanan tubuh-Nya (daging-Nya), maka Yesus selaku Imam Besar telah membawa kita sampai kepada takhta Allah. Jadi, tabir atau tirai menunjuk kepada perobekan atau penyaliban daging sepenuh.
Kesimpulannya, doa penyembahan adalah jalan atau cara satu-satunya untuk merobek atau menyalibkan daging sepenuhnya.
Dalam hal ini, sebagai Imam Besar, Yesus telah menembusi (melintasi) Ruangan Maha Suci, yaitu Kerajaan Sorga.
Ruangan Maha Suci adalah gambaran dari sorga.

Kalau kita memperhatikan TABERNAKEL MUSA:
-       Perintah untuk membuat MEJA ROTI SAJIAN dan perintah untuk membuat Pelita Emas, ditulis dengan jelas dan lengkap di dalam Keluaran 25: 23-40.
-       Sedangkan perintah untuk membuat MEZBAH PEMBAKARAN UKUPAN atau disebut Mezbah Dupa, itu ditulis dalam Keluaran 30: 1-10.
Berarti, dalam hal ini ada pelompatan dari Keluaran 25 ke Keluaran 30.

Kita bandingkan dengan TABERNAKEL SORGAWI dalam Wahyu 4: 2-5
Wahyu 4: 2-5
(4:2) Segera aku dikuasai oleh Roh dan lihatlah, sebuah takhta terdiri di sorga, dan di takhta itu duduk Seorang. (4:3) Dan Dia yang duduk di takhta itu nampaknya bagaikan permata yaspis dan permata sardis; dan suatu pelangi melingkungi takhta itu gilang-gemilang bagaikan zamrud rupanya. (4:4) Dan sekeliling takhta itu ada dua puluh empat takhta, dan di takhta-takhta itu duduk dua puluh empat tua-tua, yang memakai pakaian putih dan mahkota emas di kepala mereka. (4:5) Dan dari takhta itu keluar kilat dan bunyi guruh yang menderu, dan tujuh obor menyala-nyala di hadapan takhta itu: itulah ketujuh Roh Allah.

Pada ayat 2, berbicara tentang takhta Anak Domba.
Pada ayat 4, berbicara tentang 24 (dua puluh empat) takhta dan di atas takhta-takhta itu duduk 24 (dua puluh empat) tua-tua.
Pada ayat 5, berbicara tentang 7 (tujuh) obor menyala-nyala.

Hal ini kalau dikaitkan dengan POLA TABERNAKEL, maka:
-       Takhta Allah menunjuk Tabut Perjanjian (Di dalam Ruangan Maha Suci).
-       24 takhta dan di atas takhta-takhta itu duduk 24 (dua puluh empat) tua-tua terkena kepada 12 (dua belas) ketul roti di atas Meja Roti Sajian, sebab 24 (dua puluh empat) tua-tua itu berbicara tentang 12 (dua belas) rasul hujan awal dan 12 (dua belas) rasul hujan akhir, sehingga dengan demikian ada kesamaannya.
-       7 (tujuh) obor menyala-nyala terkena kepada Kaki Dian Emas dengan tujuh pelita menyala di atasnya.

Tetapi, Tabernakel Sorgawi dalam Wahyu 4 tidak terdapat (tidak tertulis) mengenai Mezbah Dupa, melainkan ditulis dalam Wahyu 8: 3-4. Berarti, ada pelompatan dari Wahyu 4 ke Wahyu 8.


Hal ini sudah saya singgung sedikit di dalam Kebaktian Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT) pada sesi yang kedua, yaitu Hari Kamis, 24 Juli 2019 di Tanjungbalai, Karimun.(http://gptserangcilegon.blogspot.com)

Wahyu 8: 3-4
(8:3) Maka datanglah seorang malaikat lain, dan ia pergi berdiri dekat mezbah dengan sebuah pedupaan emas. Dan kepadanya diberikan banyak kemenyan untuk dipersembahkannya bersama-sama dengan doa semua orang kudus di atas mezbah emas di hadapan takhta itu. (8:4) Maka naiklah asap kemenyan bersama-sama dengan doa orang-orang kudus itu dari tangan malaikat itu ke hadapan Allah.

Asap dupa kemenyan yang naik di hadirat Tuhan, itulah doa penyembahan dari orang-orang kudus. Sedangkan kedudukan dari Mezbah Dupa Emas tepat berada di hadapan takhta itu.
Tetapi mengenai Mezbah Dupa, tidak ditulis di dalam Wahyu 4.
Jadi, ada pelompatan dari Wahyu 4 ke Wahyu 8.
Dan itu juga dibuktikan oleh rasul Paulus dalam tulisannya kepada orang Ibrani, di mana dupa pembakaran ukupan itu sudah berada di dalam Ruangan Maha Suci.

Jadi semakin jelas, bahwa; dengan adanya doa penyembahan, telah melintasi atau menembusi Ruangan Maha Suci, yaitu kemah yang lebih sempurna, itulah Kerajaan Sorga, bagaikan:
-       Lompatan dalam Tabernakel Musa dari Keluaran 25 ke Keluaran 30.
-       Lompatan dalam Tabernakel Sorgawi dari Wahyu 4 ke Wahyu 8.

Maka di hari-hari terakhir ini, di zaman akhir ini, kita semua harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar atau harus menjadi mezbah dupa besar. Sebab apa? Kalau tidak hidup di dalam doa penyembahan yang besar, bumi (dunia) ini mempunyai arus yang begitu deras untuk menghanyutkan dan menenggelamkan kehidupan rohani dari pada anak-anak Tuhan.
Semua perkara atau semua benda kalau dilempar ke atas pasti ujung-ujungnya jatuh ke bawah. Hanya satu perkara yang terlepas dari magnet dunia (daya tarik bumi), yaitu asap dupa kemenyan, itulah doa penyembahan dari doa orang-orang kudus.
Oleh sebab itu, kembali saya katakan: di zaman akhir ini, (di hari-hari terakhir ini), kita harus menjadi mezbah dupa besar, harus hidup di dalam doa penyembahan yang besar, seperti Rut sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah.

Yang masih terpaksa untuk hidup di dalam doa penyembahan, sekarang ubah itu. Yang masih ikut-ikutan untuk hidup dalam penyembahan, sekarang berhenti ikut-ikutan.
Tidak sedikit imam-imam, pelayan-pelayan Tuhan hanyut dan tenggelam dalam arus dunia. Tidak sedikit hamba-hamba Tuhan hanyut dan tenggelam oleh daya tarik bumi yang luar biasa itu.

Itu sebabnya dalam injil Matius 4, setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam, akhirnya laparlah Yesus dan Iblis memanfaatkan kesempatan itu. Lalu datanglah si pencoba (Iblis) itu dan berkata kepada-Nya:
1.     Kata Iblis: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti."
Jawab Yesus: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah."
Kita hidup bukan karena makanan, tetapi kita hidup oleh karena firman yang keluar dari mulut Allah.
2.     Tidak berhenti sampai di situ, Iblis membawa Yesus ke Kota Suci dan menempatkan Dia di bubungan Bait Allah.
Kata Iblis: "Jika Engkau Anak Allah, jatuhkanlah diri-Mu ke bawah, sebab ada tertulis: Mengenai Engkau Ia akan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya dan mereka akan menatang Engkau di atas tangannya, supaya kaki-Mu jangan terantuk kepada batu."
Jawab Yesus: "Ada pula tertulis: Janganlah engkau mencobai Tuhan, Allahmu!"
Untuk peperangan yang kedua ini, Yesus kembali berkemenangan, tetapi Setan tidak mau diam.
3.     Lalu terjadi lagi peperangan yang ketiga. Iblis membawa-Nya pula ke atas gunung yang sangat tinggi dan memperlihatkan kepada-Nya semua kerajaan dunia dengan kemegahannya.
Kata Iblis: "Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud menyembah aku."
Jawab Yesus: "Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!"
Dalam peperangan yang ketiga ini, Yesus berkemenangan, karena kuasa dari doa penyembahan: “Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!”, sehingga terlepas dari daya tarik bumi, kemegahan dan kerajaan dunia.

Kalau kerohanian kita belum sampai kepada puncaknya, yaitu; doa penyembahan, pasti orang semacam ini dengan mudah hanyut dan tenggelam oleh arus dunia, sehingga ia mengalami kematian rohani.
Kalau sudah diangkat menjadi imamat rajani, berada dalam suatu kedudukan yang tinggi sekali dan istimewa, harus hidup dalam doa penyembahan yang besar, menjadi mezbah dupa yang besar, tidak boleh malas menyembah Tuhan. Menyembah tidak boleh karena aturan, menyembah tidak boleh karena ikut-ikutan dan terpaksa, tetapi sudah menjadi bagian suatu hubungan, yaitu hubungan yang intim dengan Tuhan.

Penyembahan itu berarti takluk kepada kehendak Allah, berarti seseorang yang sudah hidup dalam doa penyembahan, harus betul-betul hidup dalam kehendak Allah.
Jangan sampai suka menyembah tetapi tidak takluk kepada kehendak Allah, melainkan hidup menurut keinginan sendiri, itu merupakan rutinitas, penyembahan hanya bersifat lahiriah. Tetapi biarlah penyembahan itu sudah menjadi suatu kenikmatan di dalam hal melangsungkan hubungan intim dengan Tuhan.

Syarat hidup di dalam doa penyembahan.
Keluaran 37: 25-26
(37:25) Dibuatnyalah mezbah pembakaran ukupan itu dari kayu penaga, sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, empat persegi, tetapi dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya seiras dengan mezbah itu. (37:26) Disalutnyalah itu dengan emas murni, bidang atasnya dan bidang-bidang sisinya sekelilingnya, serta tanduk-tanduknya. Dibuatnyalah bingkai emas sekelilingnya.

Mezbah pembakaran ukupan itu dibuat dari kayu penaga lalu disalut (dilapisi) dengan emas murni.
Arti rohaninya adalah doa penyembahan itu harus disertai dengan penyerahan diri sepenuh dan dipimpin sepenuhnya oleh Roh-El Kudus.
-       Kayu penaga menunjuk daging atau manusia.
-       Emas menunjuk tabiat Ilahi di dalam kemurnian dan kesucian Roh-El Kudus.

Roma 8: 26-27
(8:26) Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. (8:27) Dan Allah yang menyelidiki hati nurani, mengetahui maksud Roh itu, yaitu bahwa Ia, sesuai dengan kehendak Allah, berdoa untuk orang-orang kudus.

Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan kita, sebab Roh Kudus itu akan berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan, inilah keuntungan kalau hidup di dalam doa penyembahan, dalam penyerahan sepenuh dan dalam pimpinan Roh Kudus.
Sebab apabila kita dalam penderitaan, dalam keluhan yang hebat, mulut ini tidak bisa lagi berucap apa-apa, tetapi Roh Kudus akan membantu kita dalam kelemahan kita, Roh Kudus itu akan berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan. Tetapi Tuhan akan menyelidiki, mengerti maksud Roh itu tentang kita dalam doa yang dinaikkan oleh Roh Tuhan kepada Tuhan.

Itu sebabnya syarat dalam penyembahan adalah sepenuhnya dalam penyerahan dan dalam pimpinan Roh Kudus.
Maka jangan padamkan api Roh Kudus. Jangan sampai Roh Kudus berduka oleh keinginan daging. Jangan sampai Roh Kudus berduka karena mulut tidak bisa dijaga dengan bahasa-bahasa yang tidak sopan, yang tidak baik, yang tidak layak diucapkan oleh seorang imam.
Roh Tuhan itu harus dipelihara dengan baik, karena Roh Tuhan itu sensitif, peka sekali. Biasakan memelihara Roh Kudus, jangan turuti keinginan daging, apalagi roh jahat dan roh najis tersirat di dalam hati, supaya Roh Kudus jangan berduka.

Itulah yang disebut mezbah dupa disalut dengan emas murni.

Zakharia 12: 10
(12:10) "Aku akan mencurahkan roh pengasihan dan roh permohonan atas keluarga Daud dan atas penduduk Yerusalem, dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, dan akan meratapi dia seperti orang meratapi anak tunggal, dan akan menangisi dia dengan pedih seperti orang menangisi anak sulung.

Oleh roh pengasihan dan oleh roh permohonan itu akan membawa kita untuk selalu berada di bawah kaki salib Tuhan. Pendeknya, hidup di dalam doa penyembahan yang benar dan berkenan, berarti; akan senantisa memandang salib Kristus, tidak lagi memandang yang lain-lain.
Sentral dari ibadah pelayanan bukan kedudukan, bukan jabatan, bukan uang, bukan harta, bukan kekayaan, dan lain sebagainya, sebab hal-hal itu bisa melemahkan kita dalam melayani pekerjaan Tuhan, tetapi sentral dari ibadah pelayanan ini adalah salib, itulah tolak ukur kita di dalam melayani pekerjaan Tuhan.

Roh pengasihan dan roh permohonan itu tadi dicurahkan atas:
1.     Keluarga Daud, itu menunjuk raja-raja.
2.     Penduduk Yerusalem, itu menunjuk ibadah dan pelayanan.
Dan mereka akan memandang kepada dia yang telah mereka tikam, artinya; memandang salib.

Kita bersyukur kepada Tuhan; biarlah kehidupan kita ini menjadi mezbah dupa besar, di mana mezbah dupa itu disalut dengan emas murni. Maka nanti roh pengasihan dan roh permohonan itu membawa kita untuk selalu berada di bawah kaki salib Tuhan, hidup di dalam doa penyembahan yang benar, senantiasa memandang salib.

Manfaat dari doa penyembahan.
Keluaran 37: 25
(37:25) Dibuatnyalah mezbah pembakaran ukupan itu dari kayu penaga, sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, empat persegi, tetapi dua hasta tingginya; tanduk-tanduknya seiras dengan mezbah itu.

Mezbah pembakaran ukupan itu sehasta panjangnya dan sehasta lebarnya, berarti; panjang dan lebarnya sama, pendeknya, bentuk dari mezbah itu empat persegi.
Empat persegi menunjuk kepada empat penjuru mata angin, yaitu Timur, Barat, Utara dan Selatan.

Mari kita lihat; Timur, Barat, Utara dan Selatan.
Maleakhi 1: 11
(1:11) Sebab dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan korban bagi nama-Ku dan juga korban sajian yang tahir; sebab nama-Ku besar di antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.

Doa dan penyembahan harus dinaikkan untuk seluruh dunia.
Jadi, doa yang dinaikkan bukan untuk diri sendiri saja, atau bukan hanya untuk kepentingan segelintir kelompok saja, tetapi harus dari terbit sampai terbenamnya matahari (seantero dunia), berarti dari Timur sampai ke Barat, dari Utara sampai ke Selatan.

Kita berdoa supaya Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini dibawa dari Timur sampai ke Barat, dengan lain kata terwujudnya kesatuan tubuh Kristus yang sempurna. Kita berdoa bukan untuk diri sendiri, kita berdoa bukan hanya untuk kelompok dalam penggembalaan ini, tetapi kita juga harus berdoa untuk kelompok-kelompok yaitu penggembalaan-penggembalaan yang lain, antar penggembalaan, antar organisasi dan denominasi, kemudian antar bangsa sampai akhirnya bersifat internasional, kafir dan Israel bersatu.

1 Timotius 2: 1-4
(2:1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2:2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan. (2:3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, (2:4) yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.

Kita harus berdoa, baik untuk raja-raja, baik untuk semua pembesar, tujuannya: agar kita hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Hal itu baik dan berkenan kepada Allah, sebab Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan setelah memperoleh pengetahuan dan kebenaran, itulah lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel.

Tuhan sudah menaruh suatu beban di atas pundak kita, yaitu Firman Pengajaran Mempelai dalam Terangnya Tabernakel, (Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel). Tuhan percayakan untuk kita pikul di atas pundak kita masing-masing untuk selanjutnya dibawa dari Timur sampai ke Barat, supaya terwujudnya kesatuan tubuh Kristus, itulah yang disebut tubuh mempelai, itulah yang dikehendaki Allah.

Banyak orang Kristen berdoa untuk kepentingannya saja, misalnya:
-       Saat tidak punya uang, dia berdoa supaya punya uang.
-       Karena belum bekerja, dia berdoa supaya dapat pekerjaan.
Itu tidak salah, tetapi kalau doa hanya sebatas itu, itu bukan doa dan penyembahan yang benar.
Tetapi di sini kita sudah melihat bahwa: “Itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, Juruselamat kita, yang menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran.
Kita berdoa, supaya semua orang menerima Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, sehingga mereka memperoleh pengetahuan dan kebenaran dengan demikian terwujudlah kesatuan tubuh Kristus, itulah tubuh mempelai.

Memang, saya tahu, saat Tuhan percayakan kita membawa Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel ini, begitu banyak pengorbanan. Seperti di dalam Keluaran 25, bangsa Israel harus memberi persembahan khusus, supaya terwujudnya pembangunan Tabernakel.
Jadi, jangan kita disesatkan oleh pengertian-pengertian yang lain. Kadang saat kita memikul sebuah tanggung jawab di atas pundak kita, di situ seringkali Setan mendakwa dan berbicara bahwa: Pengorbanan itu merugikan dirimu, untuk apa engkau melakukan semuanya itu, tidak ada artinya, itu adalah suara dari Setan yang harus kita kesampingkan. Setan seringkali mempersalahkan kita saat kita memikul salib, saat kita membawa korban dan persembahan kepada Tuhan. Suara sumbang yaitu; suara daging, suara Setan, suara asing, jangan didengar.

Tetapkanlah diri untuk hidup dalam mezbah dupa yang besar, hidup dalam doa penyembahan yang besar di hari-hari terakhir ini, dan kita harus berdoa untuk semua orang, untuk raja-raja, untuk pembesar-pembesar, sebab itulah yang baik dan yang berkenan kepada Allah, di mana Allah menghendaki supaya semua orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan dan kebenaran, lewat Pengajaran Mempelai dan Pengajaran Tabernakel, supaya terwujud pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, itulah tubuh Mempelai, dari Timur sampai ke Barat, kafir dan Israel bersatu.

Itulah manfaat dari doa penyembahan. Jadi jangan kita menyembah karena aturan, jangan menyembah karena ikut-ikutan, tetapi doa penyembahan ini sesuai dengan ukuran firman Tuhan yang sudah kita terima malam ini, supaya terwujudnya kesatuan tubuh, itulah tubuh Mempelai.

Mazmur 113: 1-9
(113:1) Haleluya! Pujilah, hai hamba-hamba TUHAN, pujilah nama TUHAN! (113:2) Kiranya nama TUHAN dimasyhurkan, sekarang ini dan selama-lamanya. (113:3) Dari terbitnya sampai kepada terbenamnya matahari terpujilah nama TUHAN. (113:4) TUHAN tinggi mengatasi segala bangsa, kemuliaan-Nya mengatasi langit. (113:5) Siapakah seperti TUHAN, Allah kita, yang diam di tempat yang tinggi, (113:6) yang merendahkan diri untuk melihat ke langit dan ke bumi? (113:7) Ia menegakkan orang yang hina dari dalam debu dan mengangkat orang yang miskin dari lumpur, (113:8) untuk mendudukkan dia bersama-sama dengan para bangsawan, bersama-sama dengan para bangsawan bangsanya. (113:9) Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!

Lewat doa penyembahan, terjadi pemulihan di dalam segala sesuatu, di dalam segala perkara, sebab Tuhan akan meninggikan orang yang rendah, yaitu:
1.     Meninggikan orang yang hina dari dalam debu.
2.     Mengangkat orang miskin dari lumpur.
3.     Orang hina dan orang miskin duduk bersama-sama (sederajat) dengan bangsawan.
4.     Yang mandul akan mempunyai anak.
Pendeknya, doa penyembahan akan menembusi pintu-pintu yang tertutup.

Bagi manusia mustahil, tetapi dalam doa penyembahan yang besar (mezbah dupa yang besar), maka pintu-pintu yang tertutup ditembusi, yang tidak masuk akal akan terjadi, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan, sebab asap dupa kemenyan itu sudah naik ke hadirat Tuhan, menembusi tabir Bait Suci (terbelah dua dari atas sampai ke bawah). Tuhan membuka jalan yang baru dan membawa kita berada di takhta Allah, dengan kata lain: memulihkan segala perkara, Tuhan meninggikan yang rendah.

Mungkin selama ini hubungan kita dengan Tuhan terganggu oleh karena hal dosa kejahatan, oleh karena hal dosa kenajisan, tetapi sekarang, biarlah kita terus melangsungkan dan menikmati hubungan intim dengan Tuhan, lewat doa penyembahan, lewat penyerahan diri di kaki salib. Tidak ada lagi yang menghalangi hubungan kita dengan Tuhan saat kita tercampak di kaki salib Tuhan, itu adalah tempat yang terindah, lebih indah dari segala yang indah.
Seperti yang dilukiskan dalam Wahyu 8:1, ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketujuh, maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya, gambaran dari hubungan intim dengan Tuhan lewat doa penyembahan, mengalami suatu ketenangan dan kebahagiaan  yang tidak bisa digambarkan dan tidak bisa diuraikan dengan kata-kata, selain dirasakan dan dinikmati oleh orang sendiri.

Kita tidak dapat berdoa, tetapi Roh Tuhan nanti berdoa. Kita tidak bisa mengucapkan apa-apa, tetapi Roh itu akan menaikkan doa-doa yang tak terucapkan, itu suatu hubungan intim yang begitu indah, yang tidak bisa dilukiskan, digambarkan, diuraikan dengan kata-kata, hanya bisa dinikmati dan dirasakan orang itu, itu suatu kebahagiaan yang tidak ada taranya.
Apakah para imam sudah sampai kepada doa penyembahan semacam ini? Itu bisa terjadi, kalau tidak ada lagi yang menghalangi.

Tidak berhenti hanya menembusi pintu-pintu yang tertutup, Tuhan Yesus luar biasa mengangkat yang hina dan miskin sampai nanti sederajat dengan bangsawan, kita akan melihat Yesaya 60.

Yesaya 60: 1-7
(60:1) Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu. (60:2) Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu. (60:3) Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu. (60:4) Angkatlah mukamu dan lihatlah ke sekeliling, mereka semua datang berhimpun kepadamu; anak-anakmu laki-laki datang dari jauh, dan anak-anakmu perempuan digendong. (60:5) Pada waktu itu engkau akan heran melihat dan berseri-seri, engkau akan tercengang dan akan berbesar hati, sebab kelimpahan dari seberang laut akan beralih kepadamu, dan kekayaan bangsa-bangsa akan datang kepadamu. (60:6) Sejumlah besar unta akan menutupi daerahmu, unta-unta muda dari Midian dan Efa. Mereka semua akan datang dari Syeba, akan membawa emas dan kemenyan, serta memberitakan perbuatan masyhur TUHAN. (60:7) Segala kambing domba Kedar akan berhimpun kepadamu, domba-domba jantan Nebayot akan tersedia untuk ibadahmu; semuanya akan dipersembahkan di atas mezbah-Ku sebagai korban yang berkenan kepada-Ku, dan Aku akan menyemarakkan rumah keagungan-Ku.

Kelimpahan bangsa-bangsa akan datang untuk selanjutnya dibawa dan dipersembahkan kepada Tuhan.
Itu yang terjadi kalau Tuhan sudah memulihkan keadaan Sion: yang miskin dan yang lemah dan hina sederajat dengan bangsawan dan kekayaan bangsa-bangsa dari seberang laut akan dibawa.

Saya merindu hal ini akan terjadi kepada kita; kekayaan bangsa-bangsa dari seberang laut akan dibawa ke tempat ini dalam rangka pembangunan tubuh Kristus yang sempurna, di manapun dilaksanakan Kebaktian Persekutuan: Pengajaran Pembangunan Tabernakel (PPT).
Jadilah mezbah dupa besar, hidup dalam doa penyembahan yang besar, supaya penyataan Tuhan ini tergenapi dalam hidup, ibadah, pelayanan dalam penggembalaan ini. Jangan berpikir pendek lagi. Tetap dalam doa penyembahan yang besar, Tuhan akan memulihkan segala perkara dan Tuhan akan membawa kekayaan bangsa-bangsa untuk selanjutnya digunakan untuk dipersembahkan di atas mezbah Tuhan sebagai korban yang berbau harum di hadapan Tuhan, untuk kemuliaan Tuhan. Biarlah Yesaya 60:1-7 ini tergenapi dalam penggembalaan ini.

Kita kembali memeriksa KEADAAN RUT.
Rut 2: 10
(2:10) Lalu sujudlah Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah dan berkata kepadanya: "Mengapakah aku mendapat belas kasihan dari padamu, sehingga tuan memperhatikan aku, padahal aku ini seorang asing?"

“Rut menyembah dengan mukanya sampai ke tanah”, karena ia telah mendapat belas kasihan dan perhatian dari Boas. Boas rohani menunjuk Tuhan Yesus Kristus, Sang Penebus.
Berarti, belas kasihan dan perhatian yang pada akhirnya menopang penyembahan dari pada Rut.

TENTANG: BELAS KASIHAN.
Belas kasihan itu menunjuk kepada firman Allah yang hidup, jika dikaitkan dengan pemecahan roti yang pertama dan kedua.

Terlebih dahulu kita melihat: PEMECAHAN ROTI YANG PERTAMA.
Matius 14: 14-19
(14:14) Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit. (14:15) Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat membeli makanan di desa-desa." (14:16) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan." (14:17) Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti dan dua ikan." (14:18) Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku." (14:19) Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada orang banyak.

Pemecahan roti yang pertama: Yesus memberi makan 5000 (lima ribu orang) laki-laki dengan 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan. Terjadi karena tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan.
Mereka yang makan 5 (lima) roti dan 2 (dua) ikan itu duduk di atas rumput, artinya; pemecahan roti yang pertama itu berkuasa untuk menjadikan kita sebagai kehidupan domba yang tergembala.

Lebih jauh kita melihat: Kehidupan domba yang tergembala.
Markus 6: 38-41
(6:38) Tetapi Ia berkata kepada mereka: "Berapa banyak roti yang ada padamu? Cobalah periksa!" Sesudah memeriksanya mereka berkata: "Lima roti dan dua ikan." (6:39) Lalu Ia menyuruh orang-orang itu, supaya semua duduk berkelompok-kelompok di atas rumput hijau. (6:40) Maka duduklah mereka berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh orang. (6:41) Dan setelah Ia mengambil lima roti dan dua ikan itu, Ia menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, supaya dibagi-bagikan kepada orang-orang itu; begitu juga kedua ikan itu dibagi-bagikan-Nya kepada semua mereka.

Mereka yang duduk di atas rumput duduk berkelompok-kelompok, ada yang seratus, ada yang lima puluh.
Artinya; ukuran untuk menjadi suatu kehidupan yang tergembala adalah Tabernakel.

Panjang sisi Utara sebelah luar adalah seratus hasta, demikian juga di sebelah Selatan adalah seratus hasta.
Kemudian, lebar sebelah Timur (pintu gerbang) adalah lima puluh hasta, dan lebar sisi bagian Barat Tabernakel adalah lima puluh hasta.
Jadi, ukuran untuk menjadi suatu kehidupan domba yang tergembala adalah Tabernakel, bukan manusia, bukan organisasi, dan oleh aturan-aturan gereja, bukan aturan manusia.
Tabernakel adalah ukuran untuk menjadi suatu kehidupan domba, sebab Tabernakel adalah miniatur Kerajaan Sorga.

Sekarang kita melihat: PEMECAHAN ROTI YANG KEDUA.
Matius 15: 32-38
(15:32) Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: "Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan." (15:33) Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: "Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?" (15:34) Kata Yesus kepada mereka: "Berapa roti ada padamu?" "Tujuh," jawab mereka, "dan ada lagi beberapa ikan kecil." (15:35) Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. (15:36) Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. (15:37) Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh. (15:38) Yang ikut makan ialah empat ribu laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak.

Pemecahan roti yang kedua: Yesus memberi makan 4000 (empat ribu) orang laki-laki dengan 7 (tujuh) roti dan beberapa ikan. Yesus melakukan hal itu karena hati-Nya tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu.
Mereka yang menikmati pemecahan roti yang kedua ini duduk di atas tanah, artinya; lewat pemecahan roti yang kedua ini berkuasa untuk menjadikan kehidupan kita sebagai kehidupan yang rendah hati, bahkan rela direndahkan seperti debu tanah.
Itulah tentang belas kasihan Tuhan bila dikaitkan dengan pemecahan roti yang pertama dan yang kedua.

TENTANG: MENDAPAT PERHATIAN TUHAN.
Perhatian Tuhan itu, berarti mata Tuhan melihat dan menyoroti kehidupan kita, berarti; menyoroti hidup, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga kita, disoroti, dilihat, diperhatikan oleh Tuhan.
Jangan sampai kita menikah tetapi menikah ecek-ecek. Jangan sampai kita beribadah tetapi beribadah ecek-ecek. Jangan sampai kita melayani tetapi melayani ecek-ecek. Karena semuanya itu diperhatikan oleh Tuhan.
Pemuda jangan menikah, pemudi jangan menikah, kalau menikah bermain-main, karena semuanya itu disoroti oleh Tuhan. Jangan beribadah kalau bermain-main, karena semuanya itu disoroti oleh Tuhan. Jangan melayani Tuhan kalau seenaknya, karena semua itu disoroti oleh Tuhan.

Zakharia 3: 9
(3:9) Sebab sesungguhnya permata yang telah Kuserahkan kepada Yosua -- satu permata yang bermata tujuh -- sesungguhnya Aku akan mengukirkan ukiran di atasnya, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan Aku akan menghapuskan kesalahan negeri ini dalam satu hari saja.

“Satu permata yang bermata tujuh”, itulah Kristus yang penuh dengan Roh Kudus.
-       Satu permata itu menunjuk pribadi Yesus Kristus.
-       Tujuh mata itu menunjuk Roh-El Kudus dengan keadaan-Nya.

Wahyu 5: 6
(5:6) Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.

Anak Domba seperti telah disembelih bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi.
Dua ribu tahun yang lalu, Yesus telah mati, hari ketiga bangkit, empat puluh hari kemudian Dia naik dan dipermuliakan, berarti Dia sudah menanggalkan baju kematian, baju kebangkitan, Dia naik dalam kemuliaan dengan menggunakan lenan halus, baju berjala-jala berbentuk mata. Dan sekarang Dia dalam kemuliaan melihat dan menyoroti keadaan kita, ibadah, pelayanan, nikah dan rumah tangga, semuanya diperhatikan oleh Tuhan.
Kristus yang penuh dengan Roh Allah, Dia bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi, Dia menyoroti keadaan kita. Seperti tujuh pelita di dalam Ruangan Suci, semuanya tampak jelas. Itu sebabnya pelita emas itu harus tetap bernyala-nyala di dalam Ruangan Suci, supaya semua terlihat dengan jelas. Itulah perhatian Tuhan.

Kesimpulannya, belas kasihan dan perhatian Tuhan, itulah firman Allah dan Roh Kudus yang menopang kita untuk hidup di dalam doa penyembahan.
-       Belas kasihan terkena pada pemecahan roti, itulah firman Allah.
-       Perhatian Tuhan itu menunjuk kepada Roh Kudus, bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah dengan keadaan-Nya melihat ibadah dan pelayanan kita.
Itulah yang menopang doa penyembahan kita.
Persis seperti Meja Roti Sajian dan Pelita Emas yang saling berhadap-hadapan di dalam Ruangan Suci untuk menopang Mezbah Dupa.
-       Meja Roti Sajian itulah Firman.
-       Pelita Emas, itulah bermata tujuh, itulah ketujuh Roh Allah yang diutus.
Keduanya menopang Mezbah Dupa, itulah doa penyembahan.
Doa penyembahan tidak bisa ditopang dengan uang, doa penyembahan tidak bisa ditopang oleh yang lain-lain, doa penyembahan hanya bisa ditopang oleh firman Allah dan Roh Allah (belas kasihan Tuhan dan perhatian Tuhan).

Jadi, kalau sampai akhirnya Rut sujud menyembah dengan mukanya sampai ke tanah, itu karena ditopang oleh firman dan Roh Kudus (belas kasihan Tuhan dan perhatian Tuhan.)

Yohanes 4: 22-25
(4:22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (4:23) Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. (4:24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (4:25) Jawab perempuan itu kepada-Nya: "Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami."

Allah itu Roh, jadi barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran. Jangan kita menyembah karena ditopang oleh sesuatu perkara, tetapi kita datang menyembah Tuhan karena ditopang oleh firman Allah (belas kasihan) dan Roh Allah (perhatian Tuhan). Itulah penyembah-penyembah yang berkenan kepada Tuhan.
Dan akhirnya pun, perempuan Samaria menyembah Allah dalam Roh dan kebenaran.

Mazmur 141: 2
(141:2) Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang.

Doa penyembahan itu seperti dua tangan yang terangkat dan seperti persembahan korban pada waktu petang.
-       Dua tangan yang terangkat menunjuk kepada penyerahan diri sepenuh.
-       Persembahan korban pada waktu petang menunjuk kelepasan dari perbudakan dosa.
Jadi, benar-benar penyembahan kita ditopang oleh firman dan Roh Allah, tidak ditopang oleh yang lain-lain. Biarlah penyembahan itu seperti mengangkat dua tangan (penyerahan diri) dan seperti persembahan korban pada waktu petang (kelepasan dari perbudakan dosa). Amin.

TUHAN YESUS KRISTUS KEPALA GEREJA, MEMPELAI PRIA SORGA MEMBERKATI

Pemberita Firman:
Gembala Sidang; Pdt. Daniel U. Sitohang



No comments:

Post a Comment